Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA LOGAM DAN NON LOGAM


PEMBUATAN SENYAWA KOORDINASI
Dosen Pengampu
Anissa Adiwena Putri, M. Sc., dan Resi Pratiwi, M. Pd.,

Disusun oleh:

Nama Mahasiswa : Khoerul Ummah

NIM : 1808076062

Kelas : PK 4C

Kelompok :

Anggota Kelompok :

PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2020
TUJUAN

 Mempelajari pembuatan senyawa koordinasi [Ni{NH3}6]I2


 Melakukan uji keberadaan ion nikel pada larutan

DASAR TEORI

I. DASAR TEORI

Senyawa Koordinasi adalah senyawa yang terbentuk dari ion sederhana


(kation maupun anion) serta ion kompleks. Unsur transisi periode keempat dapat
membentuk berbagai jenis ion kompleks. Ion kompleks terdiri dari kation logam
transisi dan ligan. Ligan adalah molekul atau ion yang terikat pada kation logam
transisi. Interaksi antara kation logam transisi dengan ligan merupakan reaksi asam-
basa Lewis. Menurut Lewis, ligan merupakan basa Lewis yang berperan sebagai
spesi pendonor (donator) elektron. Sementara itu, kation logam transisi merupakan
asam Lewis yang berperan sebagai spesi penerima (akseptor) elektron. Dengan
demikian, terjadi ikatan kovalen koordinasi (datif) antara ligan dengan kation logam
transisi pada proses pembentukan ion kompleks. Kation logam transisi kekurangan
elektron, sedangkan ligan memiliki sekurangnya sepasang elektron bebas (PEB).
Beberapa contoh molekul yang dapat berperan sebagai ligan adalah H2O, NH3, CO,
dan ion Cl-.
Bilangan koordinasi adalah jumlah ligan yang terikat pada kation logam
transisi. Sebagai contoh, bilangan koordinasi Ag+ pada ion [Ag(NH3)2]+ adalah dua,
bilangan koordinasi Cu2+ pada ion [Cu(NH3)4]2+ adalah empat, dan bilangan
koordinasi Fe3+ pada ion [Fe(CN)6]3- adalah enam. Bilangan koordinasi yang sering
dijumpai adalah 4 dan 6.
Berdasarkan jumlah atom donor  yang memiliki pasangan elektron bebas
(PEB) pada ligan, ligan dapat dibedakan menjadi monodentat, bidentat, dan
polidentat. H2O dan NH3 merupakan ligan monodentat (mendonorkan satu pasang
elektron). Sedangkan Etilendiamin (H2N-CH2-CH2-NH2, sering disebut dengan istilah
en) merupakan contoh ligan bidentat (mendonorkan dua pasang elektron). Ligan
bidentat dan polidentat sering disebut sebagai agen chelat (mampu mencengkram
kation logam transisi dengan kuat).
Muatan ion kompleks adalah penjumlahan dari muatan kation logam transisi
dengan ligan yang mengelilinginya. Sebagai contoh, pada ion [PtCl 6]2-, bilangan
oksidasi masing-masing ligan (ion Cl-) adalah -1. Dengan demikian, bilangan oksidasi
Pt (kation logam transisi) adalah +4. Contoh lain, pada ion [Cu(NH3)4]2+, bilangan
oksidasi masing-masing ligan (molekul NH3) adalah 0 (nol). Dengan demikian,
bilangan oksidasi Cu (kation logam transisi) adalah +2.
Berikut ini adalah beberapa aturan yang berlaku dalam penamaan suatu ion
kompleks maupun senyawa kompleks :
1. Penamaan kation mendahului anion; sama seperti penamaan senyawa ionik
pada umumnya.
2. Dalam ion kompleks, nama ligan disusun menurut urutan abjad, kemudian
dilanjutkan dengan nama kation logam transisi.
3. Nama ligan yang sering terlibat dalam pembentukan ion kompleks dapat
dilihat pada Tabel Nama Ligan.
4. Ketika beberapa ligan sejenis terdapat dalam ion kompleks, digunakan awalan
di-, tri, tetra-, penta-, heksa-, dan sebagainya.
5. Bilangan oksidasi kation logam transisi dinyatakan dalam bilangan Romawi.
6. Ketika ion kompleks bermuatan negatif, nama kation logam transisi diberi
akhiran at. Nama kation logam transisi pada ion kompleks bermuatan negatif
dapat dilihat pada Tabel Nama.

Kation pada Anion Kompleks.


Tabel Nama Ligan
Ligan Nama Ligan
Bromida, Br- Bromo
Klorida, Cl- Kloro
-
Sianida, CN Siano
Hidroksida, OH- Hidrokso
Oksida, O2- Okso
2-
Karbonat, CO3 Karbonato
-
Nitrit, NO2 Nitro
Oksalat, C2O42- Oksalato
Amonia, NH3 Amina
Karbon Monoksida, CO Karbonil
Air, H2O Akuo
Etilendiamin Etilendiamin (en)

Tabel Nama Kation pada Anion Kompleks


Kation Nama Kation pada Anion Kompleks
Aluminium, Al Aluminat
Kromium, Cr Kromat
Kobalt, Co Kobaltat
Cuprum, Cu Cuprat
Aurum, Au Aurat
Ferrum, Fe Ferrat
Plumbum, Pb Plumbat
Mangan, Mn Manganat
Molibdenum, Mo Molibdat
Nikel, Ni Nikelat
Argentum, Ag Argentat
Stannum, Sn Stannat
Tungsten, W Tungstat
Zink, Zn Zinkat

Bentuk ion kompleks dipengaruhi oleh jumlah ligan, jenis ligan, dan jenis
kation logam transisi. Secara umum, bentuk ion kompleks dapat ditentukan melalui
bilangan koordinasi. Hubungan antara bilangan koordinasi terhadap bentuk ion
kompleks dapat dilihat pada tabel berikut :
Bilangan Koordinasi Bentuk Ion Kompleks
2 Linear
4 Tetrahedral atau Square Planar
6 Oktahedral

 Senyawa Nikel(II)
Sebagian besar senyawa kompleks nikel mengadopsi struktur geometri
oktahedrom, hanya sedikit mengadopsi geometri tertrahedron dan bujursangkar. Ion
heksaakuanikel(II) berwarna hijau; penambahan amonia menghasilkan ion biru
heksaaminanikel(II) menurut persamaan reaksi :
[Ni(H2O)6]2+ (aq) + 6NH3 (aq)  [Ni(NH3)6]2+ (aq) + 6H2O (l)
Penambahan larutan ion hidroksida ke dalam larutan garam nikel(II)
menghasilkan endapan gelatin hijau nikel(II) hidroksida menurut persamaan reaksi:
[Ni(H2O)6]2+ (aq) + 2OH-  [Ni(OH)2] (s) + 6H2O (l)
Seperti halnya kobalt(II), kompleks yang lazim mengadopsi geometri
tertrahedron yaitu halide, misalnya ion tertrakloronikelat(II) yang berwarna biru.
Senyawa kompleks ini terbentuk dari penambahan HCl pekat kedalam larutan garam
nikel(II) dala air menurut persamaan reaksi:
[Ni(H2O)6]2+ (aq) + 4Cl- (aq)  [NiCl4]2- (aq) + 6H2O (l)
Hijau biru
Senyawa kompleks nikel(II) bujursangkar yang umum dikenal yaitu ion
tetrasianonikelat(II). [Ni(CN)4]2-, yang berwarna kuning, dan bis (dimetilglioksimato)
nikel(II), [Ni(C4N2O2H7)2] yang berwarna merah pink. Warna yang karakteristik pada
kompleks yang di kedua ini merupakan reaksi penguji terhadap ion nikel(II) ;
senyawa kompleks ini dapat diperoleh dari penambahan larutan dimetilglikosim
(C4N2O2H8 = DMGH) ke dalam larutan nikel(II) yang dibuat tepat basa dengan
penambahan amonia menurut persamaan reaksi: [Ni(H2O)6]2+ (aq) + 2DMGH (aq) +
2OH-  [Ni(DMG)2] (s) + 8H2O (l)
a. Sifat-Sifat
Nikel berwarna putih keperak-perakan dengan pemolesan tingkat tinggi.
Bersifat keras, mudah ditempa, sedikit ferromagnetis, dan merupakan konduktor yang
agak baik terhadap panas dan listrik. Nikel tergolong dalam grup logam besi-kobal,
yang dapat menghasilkan alloy yang sangat berharga.
b. Kegunaan
Nikel digunakan secara besar-besaran untuk pembuatan baja tahan karat dan
alloy lain yang bersifat tahan korosi, seperti Invar®, Monel ®, Inconel ®, dan
Hastelloys ®. Alloy tembaga-nikel berbentuk tabung banyak digunakan untuk
pembuatan instalasi proses penghilangan garam untuk mengubah air laut menjadi air
segar.
Nikel, digunakan untuk membuat uang koin,dan baja nikel untuk melapisi
senjata dan ruangan besi (deposit di bank), dan nikel yang sangat halus, digunakan
sebagai katalis untuk menghidrogenasi minyak sayur (menjadikannya padat). Nikel
juga digunakan dalam keramik, pembuatan magnet Alnico dan baterai penyimpanan
Edison.
ALAT DAN BAHAN
 Alat
 Gelas beaker 100ml
 Batang pengaduk
 Kertas saring
 Penyaring Hirsch

 Bahan
 Padatan NH4Cl
 Aquades
 Padatan NiCl2.6H2O
 Larutan ammonia
 Etanol
 Es batu
 Larutan H2SO4
 Larutan DMG
 Larutan etanol
 Larutan NH4OH

MSDS Amonia

A. Sifat fisika dan kima


 Titik leleh : -77.7ºC
 Titik didih : -33.4ºC
 Tekanan Uap : 400 mmHg (-45,4ºC)
 Kelarutan dalam air : 31 g/100g (25ºC)
 Berat jenis  : 0.682 (-33,4
ºC)
 Berat jenis uap  : 0.6 (udara=1)
 Suhu kritis  : 133 ºC
 Kelarutan dalam air : 31 g/100g (25ºC)
 Berat jenis  : 0.682 (-33,4
ºC)
 Berat jenis uap  : 0.6 (udara=1)
 Suhu kritis  : 133 ºC
 Berat Molekul : 17.03
 Berat Molekul : 17.03
B. Identifikasi bahaya
Iritasi terhadap saluran pernapasan, hidung,
tenggorokan dan mata terjadi pada 400-700 ppm.
Sedang pada 5000 ppm menimbulkan kematian. Kontak
dengan matadapat menimbulkan iritasi hingga kebutaan
total. Kontak dengan kulit dapatmenyebabkan luka
bakar (frostbite)

MSDS Larutan etanol


A. Sifat fisik dan kimia
 bentuk : cairan
 Warna : tak berwarna
 Titik nyala : 16,6 ºC
 Kepadatan uap : 1,59
 Bau : ringan, menyenangkan Tekanan uap : 59,3 mmHg
 Titik beku : 3114,1ºC
B. Identifikasi bahaya
Dapat menyebabkan iritasi mata dan kulit. Dapat menyebabkan iritasi
saluran pernapasan dan pencernaan. Berbahaya jika tertelan. 

MSDS Ni(Cl)2.6H2O

a. Sifat fisik dan kimia


 Kondisi fisik : Padat
 Warna : Hijau
 pH : 4,9 (air: 100 g /l , 20 °C)
 Titik cair/titik beku : ~ 1.000 °C (penguraian lambat)
b. Identifikasi bahaya
Dapat menyebabkan iritasi mata dan kulit. Dapat menyebabkan iritasi saluran
pernapasan dan pencernaan. Berbahaya jika tertelan.

MSDS Larutan DMG (Dimethylglyoxime)

 Sifat fisika dan kimia


1. keadaan fisik : bubuk
2. Penampilan : putih
3. titik beku/ lebur: 240 - 241 ºC
4. berat molekul : 116, 12 g/mol
 Identifikasi bahaya
 Dapat menyebabkan iritasi mata dan kulit. Dapat menyebabkan iritasi saluran
pernapasan dan pencernaan. Berbahaya jika tertelan. 

MSDS Larutan H2SO4 (Asam sulfat)

 Sifat fisik dan kimia


 Keadaan fisik: cairan
 Penampilan: tak berwarna
 Masa molar: 98 g/mol
 Titik didih: 337ºC
 Titik lebur: 10ºC
 Identifikasi bahaya
Dapat menyebabkan iritasi dan terbakar. Berbahaya jika teroles.  Dapat
meyebabkan infeksi kulit, iritasi pada
4 gr mata,
NH4Cl saluran
+ 10 mL airpencernaan dan saluran
pernafasan.

5 gr nikel klorida + 4 mL air


CARA KERJA

 Pembuatan Senyawa Koordinasi [Ni(NH3)6I2]

Ditambah NH4Cl

Ditambah + 10 mL NH3 pekat

Di dinginkan selama 1 jam pada


ice bath

Larutan di saring

di tambahkan amonia pekat

Disiram dengan etanol

Kristal di keringkan di dalam oven dengan suhu


50°C
 Mengidentifikasi adanya ion nikel pada larutan

Larutan NiCl + NH4OH


Larutan NiCl + H2SO4 Larutan NiCl + (DMG
+Etanol)

Anda mungkin juga menyukai