Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK

PENENTUAN KSP Ca(OH)2

Disusun oleh :

1. Qayla Shadiqa Mulya 22231002


2. Ayu Safira Rahmawati 22231009
3. Dhyaul Haqq Muttaqie 22231016
4. Mustaqim 22231025
5. Akhmarin Rista Ashri 22231026
6. Fauziana Arkhima Hidayati 22231030
7. Fatmawati 22231036
8. Nadelia Melanita 22231039

PROGRAM STUDI DIII ANALISIS KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2023

i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. iii
INTISARI............................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 1
1.3 Tujuan ....................................................................................................... 2
1.4 Manfaat ..................................................................................................... 2
BAB II DASAR TEORI ......................................................................................... 3
2.1 Hasil Kali Kelarutan (Ksp) ....................................................................... 3
2.2 Kalsium Hidroksida (Ca(OH)2) ................................................................ 4
2.3 Larutan Jenuh ........................................................................................... 4
2.4 Hubungan Kelarutan dan Ksp .................................................................. 5
BAB III METODOLOGI ........................................................................................ 7
3.1 Bahan ........................................................................................................ 7
3.2 Alat ........................................................................................................... 7
3.3 Cara Kerja................................................................................................. 7
3.3.1 Permbuatan Larutan Ca(OH)2 ........................................................... 7
3.3.2 Penentuan Ksp Ca(OH)2 ................................................................... 7
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 8
4.1 Hasil Praktikum ........................................................................................ 8
4.1.1 Data pengamatan ............................................................................... 8
4.1.2 Analisis data ...................................................................................... 8
4.2 Pembahasan .............................................................................................. 9
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 10
5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 10
5.2 Saran ....................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 11

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Hasil Titrasi ............................................................................................. 8

iii
PENENTUAN KSP Ca(OH)2

Qayla Shadiqa Mulya, Ayu Safira Rahmawati, Dhyaul Haqq Muttaqie, Mustaqim,
Akhmarin Rista Ashri, Fauziana Arkhima Hidayati*, Fatmawati, Nadelia
Melanita

Program Studi DIII Analisis Kimia FMIPA Universitas Islam Indonesia


Jl. Kaliurang Km 14,5 Yogyakarta
*Email: fauzianarkhima@gmail.com

INTISARI

Telah dilakukan percobaan penentuan Ksp Ca(OH)2 yang bertujuan untuk


menentukan nilai Ksp Ca(OH)2 dan membandingkannya dengan literatur.
Konstanta hasil kali kelarutan ialah hasil kali kosentrasi ion-ion dalam larutan
jenuh, dipangkatkan masing-masing koefisien reaksinya. Ca(OH)2 merupakan
larutan jenuh, ketika proses reaksi terjadi dengan laju reaksi yang sama sehingga
terjadi reaksi kesetimbangan. Penentuan Ksp Ca(OH)2 dilakukan dengan metode
titrasi asam basa dengan HCl sebagai larutan standar primernya, sehingga dapat
diketahui konsentrasi OH- dari Ca(OH)2. Berdasarkan hasil percobaan didapatkan
nilai Ksp Ca(OH)2 sebesar sebesar 3,1049 x 10-5 sedangkan menurut literatur
sebesar 5,5 x 10-6. Hal tersebut disebabkan oleh alat yang masih mengandung
kontaminan, ketidakakuratan ketika membaca volume titrasi, dan perbedaan suhu.

Kata kunci: Hasil Kali Kelarutan (Ksp), Kalsium Hidroksida (Ca(OH)2), Larutan
Jenuh

iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hasil kali kelarutan (Ksp) suatu senyawa dapat ditentukan melalui percobaan
laboratorium dengan mengukur kelarutan (massa senyawa yang dapat larut dalam
setiap liter larutan) hingga tepat jenuh. Dalam situasi ini, kemampuan pelarut untuk
melarutkan atau mengionisasi zat terlarut dimaksimalkan. Bahkan sejumlah kecil
zat terlarut membentuk endapan.
Hasil kali kelarutan keadaan sebenarnya merupakan nilai akhir yang dicapai
hasil ion ketika kesetimbangan tercapai antara fase padat dan larutan garam yang
sedikit larut. Hasil kali konsentrasi ion-ion penyusunannya pada suhu berapapun
adalah konstan, jika konsentrasi ion-ion dinaikkan dengan pangkat yang sama
dengan jumlah ion individual yang terlibat. Kelarutan adalah jumlah zat terlarut
yang dapat larut dalam sejumlah tertetu pelarut untuk membentuk larutan jenuh.
Produk terlarut adalah produk ionik yang terbentuk ketika kesetimbangan tercapai
antara fase padat garam hanya sedikit larut dalam larutan.
Pengendapan terjadi bila suatu zat sukar larut dalam air atau larutan sudah
lewat jenuh. Pada larutan jenuh terjadi keseimbangan antara ion-ion zat yang tidak
larut. Zat padat yang sukar larut terus-menerus akan larut tetapi pada waktu yang
bersamaan ion-ion pada larutan akan bereaksi kembali membentuk zat padat.
Konstanta hasil kali kelarutan ialah hasil kali kosentrasi ion-ion dalam larutan
jenuh, dipangkatkan masing-masing koefisien reaksinya. Ca(OH)2 merupakan
larutan jenuh, ketika proses reaksi terjadi dengan laju reaksi yang sama sehingga
terjadi reaksi kesetimbangan. Reaksi kesetimbangan Ca(OH)2 dalam air, Ca(OH)2
yang larut dalam air sangat kecil maka konsentrasi Ca(OH)2 dianggap tetap.
Ca(OH)2 lebih kecil kelarutannya dalam HCl, lantaran didalam larutan ada ion-ion
yang berasal dari HCl.
1.2 Rumusan Masalah
1) Apa yang dimaksud dengan larutan jenuh dan kelarutan?
2) Bagaimana cara membuat larutan jenuh Ca(OH)2?
3) Apa yang dimaksud dengan Ksp?
4) Bagaimana cara menentukan Ksp Ca(OH)2?

1
5) Prinsip apa yang digunakan dalam praktikum penentuan Ksp Ca(OH)2?
1.3 Tujuan
1) Mahasiswa dapat mengetahui pengertian larutan jenuh dan kelarutan.
2) Mahasiswa dapat mengetahui cara pembuatan larutan jenuh Ca(OH)2.
3) Mahasiswa dapat mengetahui pengertian Ksp.
4) Mahasiswa dapat menentukan Ksp Ca(OH)2.
5) Mahasiswa dapat mengetahui prinsip yang digununakan dalam penentuan Ksp
Ca(OH)2.
1.4 Manfaat
1) Bagi analis : Menambah pengetahuan dan wawasan untuk memperlancar cara
kerja pada penentuan Ksp Ca(OH)2.
2) Bagi instansi : Menjadi acuan dalam praktikum selanjutnya sehingga dapat
meminimalisir kesalahan.

2
BAB II DASAR TEORI
2.1 Hasil Kali Kelarutan (Ksp)
Kelarutan suatu zat merupakan jumlah zat yang melarut dalam satu liter larutan
jenuh pada suhu tertentu, dengan jumlah zat yang dapat dinyatakan dalam mol atau
gram (Achmad, 1996). Kelarutan suatu zat biasanya dinyatakan sebagai massa
dalam gram yang dapat melarut dalam 100 gram pelarut membentuk larutan jenuh
pada suhu tertentu. Hasil kali kelarutan suatu garam adalah hasil kali konsentrasi
semua ion dalam larutan jenuh pada suhu tertentu dan masing-masing ion diberi
pangkat dalam koefisien dalam rumus umum persamaan Ksp untuk senyawa ionik
AxBy berikut :
AxBy(s) xAy+(aq) + yBx-(aq)
Ksp = [Ay+]x [Bx-]y
Harga hasil kali kelarutan (Ksp) suatu senyawa ionik yang sukar larut dapat
memeberikan informasi tentang kelarutan suatu senyawa dalam air. Semakin besar
harga Ksp suatu zat akan semakin mudah larut. Harga Ksp digunakan untuk
mengidentifikasi ada tidaknya suatu endapan suatu zat jika dua larutan yang
mengandung ion-ion dari senyawa sukar larut dicampurkan. Hasil kali kelarutan
dalam keadaan sebenarnya merupakan nilai akhir yang dicapai oleh hasil kali ion
ketika kesetimbangan tercapai, sehingga hasil kali ion berbeda dengan hasil kali
kelarutan, sistem itu akan berusaha menyesuaikan dirinya sendiri, sehingga hasil
kali ion mencapai hasil kali kelarutan. Jadi, jika hasil ion dibuat lebih besar dari
hasil kali kelarutan mengakibatkan mengendapnya garam padat. Sebaliknya, jika
hasil kali ion lebih kecil dari hasil kelarutan, kesetimbangan dalam sistem dicapai
kembali dengan melarutnya sebagian garam padat kedalam larutan. Nilai Ksp juga
sangat dipengaruhi oleh suhu. Konstanta hasil kali berurutan adalah hasil kali
konsentrasi ion-ion dalam larutan jenuh, dipangkatkan masing-masing koefisien
reaksinya. Ca(OH)2 merupakan larutan jenuh, ketika proses reaksi terjadi dengan
laju reaksi yang sama sehingga terjadi reaksi kesetimbangan. Reaksi kesetimbangan
Ca(OH)2 dalam air, Ca(OH)2 yang larut dalam air sangat kecil maka konsentrasi
Ca(OH)2 dianggap tetap. Ca(OH)2 lebih kecil kelarutannya dalam HCl, sebab di
dalam larutan ada ion-ion yang berasal dari HCl (Kartimi, 2009).

3
Berdasarkan azas Le Chateher, jika konsentrasi zat pada kesetimbangan
diubah maka akan terjadi pergeseran kesetimbangan. Dalam percobaan ini adanya
ion H+ dari HCl akan menyebabkan kesetimbangan bergeser ke arah Ca(OH)2,
maka kelarutan Ca(OH)2 berkurang.
2.2 Kalsium Hidroksida (Ca(OH)2)
Kalsium hidroksida adalah senyawa kimia dengan rumus Ca(OH)2 kalsium
hidroksida dihasilkan melalui reaksi kalsium oksida (CaO) dengan air. Kalsium
hidroksida berupa bubuk putih. Larutan Ca(OH)2 disebut air kapur dan merupakan
basa dengan kekuatan sedang (Masyhuri & dkk, 2013). Larutan tersebut bereaksi
hebat dengan berbagai asam, dan bereaksi dengan banyak logam dengan adanya
air. Larutan tersebut menjadi keruh bila dilewatkan karbon dioksida, karena
mengendapnya kalsium karbonat. Penggunaan kalsium hidroksida sebagai
koagulan mempunyai beberapa keunggulan yaitu sangat efektif dalam proses
pengolahan bahan organik, harga satuan relatif murah, mudah dalam
penggunaannya dan sudah dikenal dalam proses pengolahan limbah serta dapat
menaikkan pH (menurunkan tingkat keasaman) (Zaeni, 2007).
Kalsium hidroksida sangat berbahaya apabila kontak langsung dengan mata
dan kulit karena bersifat iritan dan korosif, juga sangat berbahaya apabila terhirup
dan tertelan. Kalsium hidroksida termasuk elektrolit kuat yang akan mudah larut
dalam air. Ion Ca dari kalsium hidroksida akan mudah terserap ke dalam jaringan
bahan yang dapat menyerap air pada bahan tersebut sehingga kadar air pada bahan
akan berkurang.
2.3 Larutan Jenuh
Banyak proses alam yang disebabkan oleh peristiwa pengendapan.
Pengendapan terjadi bila suatu zat sukar larut dalam air atau larutan sudah lewat
jenuh. Pada larutan jenuh terjadi keseimbangan antara ion-ion zat yang tidak larut.
Zat padat yang sukar larut terus-menerus akan larut tetapi pada waktu yang
bersamaan ion-ion pada larutan akan bereaksi kembali membentuk zat padat.
(Petrucci & Ralph, 1985).
Hasil kali kelarutan pada suhu tertentu merupakan nilai dari perkalian ion-
ionnya dalam larutan dimana pada suhu tersebut terjadi kesetimbangan antara ion-

4
ion tersebut dengan padatannya. Larutan yang demikian itu disebut larutan jenuh,
dengan demikian jika nilai tetapan hasil kali kelarutan belum dilampaui. Padatan
masih dapat larut. Jika yang dilarutkan banyaknya ion-ion tersebut, perkaliannya
persisis sama dengan Ksp akan membentuk endapan kembali. Jika terjadi keadaan
dimana Ksp telah dilampaui tetapi belum membentuk endapan kembali, keadaan
semacam ini disebut larutan lewat jenuh (Chang, 2010).
Larutan jenuh didefinisikan sebagai larutan yang mengandung zat terlarut
dalam jumlah yang diperlukan untuk adanya kesetimbangan antara zat larut dan zat
tak larut. Pembentukan larutan jenuh dapat dipercepat dengan pengadukan yang
kuat dari zat terlarut yang berlebih. Banyaknya zat terlarut yang melarut dalam
pelarut yang banyaknya tertentu, untuk menghasilkan suatu larutan jenuh disebut
kelarutan zat terlarut. Lazimnya kelarutan dinyatakan dalam gram zat terlarut per
100 cm3 atau 100 gram pelarut pada temperatur yang sudah ditentukan (Keenan &
dkk, 1991).
Sejauh ini, larutan jenuh yang mengandung ion-ion berasal dari satu sumber
padatan murni. Namun, bagaimana pengaruhnya pada kesetimbangan larutan jenuh
jika ion-ion dari sumber lain dimasukkan ke dalam larutan pertama. Menurut
prinsip Le Chatelier, sistem pada keadaan setimbang menanggapi peningkatan
salah satu pereaksinya dengan cara menggeser kesetimbangan ke arah dimana
pereaksi tersebut dikonsumsi (Petrucci & Ralph, 1985).
Reaksi pelarut pengendapan seringkali mencapai kesetimbangan secara
perlahan. Terlebih lagi, larutan kadang-kadang menjadi sangat jenuh, sebuah
kondisi dimana konsentrasi zat padat terlarut melebihi nilai kesetimbangannya
(Oxtoby & David, 2001).
2.4 Hubungan Kelarutan dan Ksp
Kelarutan molar dan tetapan hasil kali kelarutan saling berhubungan, tetapi
tidak beraarti identik. Salah satu besaran dapat digunakan sebagai dasar perhitungan
besaran lainnya, nilai numeriknya tak pernah sama. Kita telah menggunakan istilah
“zat yang sedikit larut” dalam perubahan hasil kali kelarutan. Rumus yang sama
dapat diterapkan untuk larutan jenuh dari senyawa ion yang sangat kuat dalam air
seperti NaCl, KNO3 dan NaOH, yang tidak dapat dilakukan ialah menggantikan

5
konsentrasi ion dengan aktivitas ion. Larutan jenuh dari zat yang kelarutannya
tinggi terlalu pekat, sehingga aktiviitasnya tak dapat dianggaap sama dengan
konsentrasi molarnya. Tanpa anggapan ini, konsep hasil kali kelarutan menjadi
tidak jelas maknanya. Sekalipun tidak dinyatakan “sedikit larut” dalam
kesetimbangan larutan, apabila dinyatakan nilai Ksp maka yang dimaksud adalah
senyawa ion yang sedikit larut (Petrucci & Ralph, 1985).
Hubungan antara kelarutan dengan Ksp yaitu Ksp dapat menentukan kelarutan
dan kelarutan dapat pula dihitung dari tabel Ksp. Pengaruh ion senama, sejak ini
larutan jenuh yang mengandung ion-ion yang berasal dari satu sumber padatan
murni. Kelarutan senyawa ion yang sedikit larut semakin rendah kelarutannya
dengan kehadiran yang memberikan ion senama. Pengaruh ion senama dalam
kesetimbangan kelarutan adalah misalnya larutan yang jernih dengan penambahan
sedikit larutan yang mengandung ion senama akan menurunkan kelarutan zat dan
kelebihan terlarut mengendap. Pengaruh ion senama lebih dikenal dengan istilah
pengaruh garam. Kelarutan meningkat apabila terjadi pembentukan pasangan ion
dalam larutan. Faktor yang lebih nyata dari pasangan ion adalah jika ion yang
berperan serta dalam kesetimbangan kelarutan secara bersamaan terlibat dalam
kesetimbangan asam basa atau ion kompleks. Maka nilai Ksp tergantung pada suhu
(Day & Underwood, 1998).

6
BAB III METODOLOGI
3.1 Bahan
1) Akuades
2) Ca(OH)2 padat
3) Larutan HCl 0,02 M
4) Indikator phenolphtalein
5) Kertas saring
3.2 Alat
1) Gelas beaker 100 mL 2 buah merek Pyrex
2) Gelas beaker 250 mL 1 buah merek Pyrex
3) Erlenmeyer 250 mL 3 buah merek Iwaki
4) Pipet ukur 10 mL 1 buah merek Pyrex
5) Buret 50 mL 1 buah merek Pyrex
6) Corong gelas 1 buah merek Iwaki
7) Magnetic stirrer 1 buah
8) Satif dan klem 1 buah
9) Pipet tetes 2 buah
10) Batang magnet 1 buah
11) Pro-pipet 1 buah
12) Botol cuci 1 buah
3.3 Cara Kerja
3.3.1 Permbuatan Larutan Ca(OH)2
Diambil 50 mL akuades dan dimasukan kedalam gelas beaker 100 mL.
Kemudian, ditambahkan Ca(OH)2 padat sedikit demi sedikit sambil diaduk, jika
sudah terbentuk endapan maka penambahannya berhenti. Terakhir, disaring
endapan perlahan-lahan dan diambil filtratnya.
3.3.2 Penentuan Ksp Ca(OH)2
Larutan Ca(OH)₂ jenuh dipipet 10 mL dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer
250 mL. Kemudian, ditambahkan indikator phenolphtalein dan dititrasi dengan HCl
0,02 M sampai terjadi perubahan warna dari ungu menjadi tidak berwarna.
Terakhir, dilakukan secara triplo dan catat volume titrasi.

7
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Praktikum
4.1.1 Data pengamatan
Tabel 4.1 Hasil Titrasi
No. Volume Ca(OH)2 Volume titrasi Perubahan Warna
jenuh (mL) jenuh (mL)
1. 10 mL 19,9 mL Pink keunguan > tidak
berwarna
2. 10 mL 19,2 mL Pink keunguan > tidak
berwarna
3. 10 mL 20,3 mL Pink keunguan > tidak
berwarna
Rata- 10 mL 19,8 mL
rata

4.1.2 Analisis data


4.1.2.1 Penentuan OH-
V1 : 10 mL
V2 : 19,8 mL
M2 : 0,02 M
Mmol OH- = mmol H+
V1 x M1 = V2 x M2
V2 x M2
M1 = V1
19,8 mL x 0,02 M
= 10 mL

= 0,0396 M
4.1.2.2 Penentuan Ksp Ca(OH)2
Ca(OH)2 → Ca2+ + 2OH-
1
Ksp Ca(OH)2 = 2 [OH- ]3
1
= 2 [0,0396]3

= 3,1049 x 10−5

8
4.2 Pembahasan
Larutan jenuh adalah suatu larutan dimana zat terlarut berada dalam keadaan
setimbang dengan fasa padat (Martin & dkk, 1993). Kelarutan adalah sifat zat kimia
padat, cair, atau gas yang disebut zat terlarut untuk dilarutkan dalam pelarut padat,
cair, atau gas untuk membentuk larutan homogen zat terlarut dalam pelarut
(Merisko-Liversidge & dkk, 2003).
Saat pembuatan larutan jenuh endapan tidak boleh dicuci karena ketika dicuci
maka hasil filtrat akan terkontaminasi oleh larutan yang digunakan untuk mencuci
sehingga larutan tidak jenuh lagi. Pengadukan menggunakan batang magnet di
magnetic stirrer bertujuan agar proses pengadukan lebih cepat dan merata.
Menyaring endapan bertujuan agar residu dan filtrat terpisah sehingga filtrat bisa
digunakan untuk titrasi, penyaringan ini menggunakan kertas saring dengan metode
dekantasi.
Penambahan indikator bertujuan untuk membandingkan ketika proses titrasi
sehingga diketahui titik ekuivalennya. Titrasi bertujuan untuk menentukan
konsentrasi larutan basa menggunakan larutan standar primer HCl. Titrasi yang
dilakukan merupakan titrasi asam basa yang dapat digunakan untuk menentukan
harga Ksp.
Diperoleh konsentrasi OH- dari hasil titrasi sebesar 0,0396 M sehingga
didapatkan nilai Ksp Ca(OH)2 sebesar 3,1049 x 10-5 dengan reaksi :
Ca(OH)2 → Ca2+ + 2OH-
Sedangkan menurut literatur (Syukri, 1999) nilai Ksp Ca(OH)2 pada suhu 25°C
adalah 5,5 x 10-6. Faktor yang menyebabkan perbedaan nilai Ksp yaitu larutan yang
kurang homogen, alat yang masih mengandung kontaminan, ketidakakuratan ketika
membaca volume titrasi, dan perbedaan suhu. Suhu mempengaruhi nilai Ksp karena
suhu berbanding lurus dengan kelarutan. Semakin tinggi suhu maka semakin tinggi
pula kelarutan.

9
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum penentuan Ksp Ca(OH)2 dapat disimpulkan bahawa
nilai Ksp Ca(OH)2 sebesar 3,1049 x 10-5 sedangkan menurut literatur sebesar 5,5 x
10-6. Hal tersebut disebabkan oleh alat yang masih mengandung kontaminan,
ketidakakuratan ketika membaca volume titrasi, dan perbedaan suhu.
5.2 Saran
1) Menggunakan APD yang lengkap.
2) Memastikan alat bebas kontaminan.
3) Memperhatikan temperatur.

10
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, H. (1996). Penuntun Belajar Kimia Dasar: Kimia Larutan. Bandung: Pt.
Citra Aditya Bakti.
Berna Sconi, G. (1995). Teknologi Kimia. Jakarta: PT Padya Pranita.
Chang, R. (2010). Chemistry 10th edition. New York: McGraw-Hill.
Day, R. A., & Underwood, A. L. (1998). Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Ke-6.
Jakarta: Erlangga.
Jumaeri. (2003). Pengaruh Penambahan Bahan Pengikat Impurities terhadap
Kemurnian Natrium Klorida Pada Proses Pemurnian Garam Dapur Melalui
Proses Kristalisasi. Laporan Penelitian. Lembaga Penelitian UNNES,
Semarang.
Kartimi. (2009). Panduan Praktikum Kimia Dasar 2. Cirebon: Puslab Stain
Cirebon.
Keenan, & dkk. (1991). Ilmu Kimia Universitas Edisi Keenam Jilid 1. Jakarta:
Erlangga.
Martin, A., & dkk. (1993). Farmasi Fisik: Dasar-Dasar Farmasi Fisik Dalam Ilmu
Farmasetik. Jakarta: UI Press.
Masyhuri, A. P., & dkk. (2013). Rancang Bangun Sistem Penyerap Karbondioksida
(CO2) Pada Aliran Biogas Dengan Menggunakan Larutan Ca(OH)2. Jurnal
Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem, 1(1), 19-28.
Merisko-Liversidge, E., & dkk. (2003). Nanosizing: A Formulation Approach for
Poorly Water-Soluble Compounds. European Journal of Pharmaceutical
Sciences, 18, 113-120.
Oxtoby, & David, W. (2001). Prinsip-Prinsip Kimia Modern Jilid 1. Jakarta:
Erlangga.
Petrucci, & Ralph. (1985). Kimia Dasar : Prinsip dan Terapan Modern. Jakarta:
Erlangga.
Saksono, & Nelson. (2002). Studi Pengaruh Proses Pencucian Garam terhadap
Komposisi dan Stabilitas Yodium Garam Konsumsi. Depok: Universitas
Indonesia.
Syukri. (1999). Kimia Dasar. Bandung: Institut Teknologi Bandung.
Wilarso, D., & Wahyuningsih. (1995). Peningkatan Teknologi Proses Pengolahan
Garam Rakyat Menjadi Garam Industri dengan Tenaga Surya. Laporan
Penelitian. BPPI, Semarang.
Zaeni, A. (2007). Uji Kemampuan Kalsium Hidroksida sebagai Koagulan pada
Sumber Air Tambak di Desa Penatar Sewu Kecamatan Tanggulangin
Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur. Skripsi. Universitas Brawijaya, Malang.

11

Anda mungkin juga menyukai