Disusun Oleh :
NIM : 19303244013
A. TUJUAN PERCOBAAN
Menentukan volume molar parsial dari komponen suatu larutan.
B. DASAR TEORI
Volume molar parsial adalah kontribusi pada volume, dari satu komponen
dalam sampel terhadap volume total. Volume molar parsial Suatu komponen berubah-
bah tergantung pada komposisi karena lingkungan setiap jenis molekul berubah jika
komposisinya beruba dari a murni ke b murni. Peruahan lingkungan molekuler dan
perubahan gaya-gaya yang bekerja antara molekul inilah yang menghasilkan variasi.
Sifat termodinamika campuran jika komposissinya berubah. Salah satu sifat-sifat
parsial yang ada yakni sifat molar parsial yang ada yakni sifat molar parsial yang
lebih mudah di gambarkan dengan volume molar parsial, yakni konstribusi pada
volume dari satu komponen dalam sampel terhadap volume total. Secara matematik
sifat molar parsial didefinisikan dimana J1 merupakan sifat molar parsial dari
komponen ke-1. Secara fisik J1 berarti kenaikandalam besaran termodinamika 1 yang
dimana dapat diamati bila suatu mol senyawa 1 ditambahkan kesuatu sistem yang
besar sehngga komposisinya tetap konsisten pada temperatur dan tekanan konstan,
persamaan dapat di tulis sebagai dj (Dogra, 1990).
Volume molar parsial biasanya digunakan dalam menentukan tekanan uap
campuran. Selain itu dalam mencampurkan suatu zat tertentu kita juga harus
mengetahui volume molar parsial dari zat-zat tersebut. Jadi, sangatlah penting untuk
mengetahui volume molar parsial dari zat komponen larutan (Atkins, 1993).
Piknometer merupakan peralatan gelas yang digunakan untuk mengukur massa jenis
suatu zat cair. Piknometer tersedia ketelitian yang berbeda. Tetapi dar setiap ukuran
itu menjadi patokan dalam menentukan densitas zat cair. Ukuran yang biasa tersedia
dilaboratorium kimia adalah jenis piknometre dengan ukuran 10 mL. Piknometer
umumnya terbuat dari gugus dengan bentuk badan bulat silinder. Piknometer disertai
dengan penutup yang etrdapat rongga kapiler. Rongga kapiler ini berguna untuk
menghilangkan gelembung- gelembung udara yang sangat mengkin berada dalam
botol (Khamidinal, 2009).
Pengenceran adalah prosedur pembuatan larutan yang lebih encer dari larutan
yang lebih pekat melalui penambahan sejumlah pelarut pada larutan dengan volume
dan konsentrasi tertentu. Rumus pengenceran yaitu :
M1 x V1 = M2 x V2
(Utami,2019)
Volume larutan merupakan fungsi suhu, tekanan, jumlah mol komponen. Volume
molar parsial adalah tetap pada kondisi komposisi, suhu, dan tekanan tetap. Untuk
sistem biner volum molar semu (∅) untuk zat-zat tertentu didefinisikan sebagi:
v−n1 v °1
∅=
n
V = ∅ °+ ( 3 √2m )( dd√∅m )
(Harjito, 2012).
Piknometer kosong
Neraca analitik
E. DATA PENGAMATAN
No Zat Berat (g) Suhu ( ̊ C)
1. Piknometer kosong 24,3 25 ̊ C
2. Piknometer + Aquades 48,8 31 ̊ C
3. Piknometer + Larutan NaCl 0,125 48,7 30,5 ̊ C
N
4. Piknometer + Larutan NaCl 0,25 N 48,8 32 ̊ C
5. Piknometer + Larutan NaCl 0,5 N 49 30,5 ̊ C
6. Piknometer + Larutan NaCl 1,0 N 49,7 31 ̊ C
7. Piknometer + Larutan NaCl 2,0 N 50,4 31 ̊ C
F. PERHITUNGAN
1. Penentuan volume NaCl setiap konsentrasi dalam 100 mL larutan
M 2 xV 2 M 2 xV 2
V1 = V1 =
M1 M1
= 6,25 mL = 12,5 mL
c. Konsentrasi 0,5 M d. Konsentrasi 1 M
M1 x V1 = M2 x V2 M1 x V1 = M2 x V2
M 2 xV 2 M 2 xV 2
V1 = V1 =
M1 M1
= 25 mL = 50 mL
2. Penentuan volume piknometer (Vp)
W 0−W
Vp=
d0
( 48,8−24,3) gram
Vp=
gram
1
mL
Vp = 24,5 mL
1
Rumus molalitas (m) = d Mr NaCl
{( ) (
M
−
1000 )}
a. Larutan NaCl 0,125 M
1
m=
0,9959 gram/mL 58,5 gram/mol
{( 0,125 M )(
−
1000 )}
1
m=
( 7,9672−0,0585 )
1
m=
7,9087
m = 0,1264 molal
b. Larutan NaCl 0,25 M
1
m=
1 gram/mL 58,5 gram/mol
{( 0,25 M )(
−
1000 )}
1
m=
( 4−0,0585 )
1
m=
3.9415
m = 0,2537 molal
c. Larutan NaCl 0,5 M
1
m=
1,0081 gram/mL 58,5 gram/mol
{( 0,5 M
−)( 1000 )}
1
m=
( 2,0162−0,0585 )
1
m=
1,9577
m = 0,5108 molal
d. Larutan NaCl 1 M
1
m=
1,0367 gram/mL 58,5 gram/mol
{( 1M
−)( 1000 )}
1
m=
( 1,0367−0,0585 )
1
m=
0,9782
m = 1,0223 molal
e. Larutan NaCl 2 M
1
m=
1,0653 gram/mL 58,5 gram/mol
{( 2M
−)( 1000 )}
1
m=
( 0,53265−0,0585 )
1
m=
0,47415
m = 2,1088 molal
1000 Wc−Wo
∅=
Mr NaCl−
[( )(
m Wo−W )]
d
∅=
58,5 gram/mol−
[( 0,1264 m )( 48,7 gram−48,8 gram
48,8 gram−24,3 gram ) ]
0,9959 gram/mL
1000 −0,1 gram
∅=
58,5 gram/mol−
[( )(
0,1264 m 24,5 gram )]
0,9959 gram/mL
58,5−(−32,2913)
∅= mL
0,9959
∅ = 91,1650 mL
b. Larutan NaCl 0,25 M
1000 48,8 gram−48,8 gram
∅=
58,5 gram/mol− ([ 0,1915 m 48,8 gram−24,3 gram ) ]
)(
1 gram/mL
1000 0 gram
∅=
58,5 gram/mol− ([ 0,1915 m 24,5 gram ) ]
)(
1 gram/ mL
58,5−0
∅= mL
1
∅ = 58,5 mL
c. Larutan NaCl 0,5 M
1000 49 gram−48,8 gram
∅=
58,5 gram/mol− ([ 0,5108 m 48,8 gram−24,3 gram ) ]
)(
1,0081 gram/mL
1000 0,2 gram
∅=
58,5 gram/mol− ([ 0,5108 m 24,5 gram ) ]
)(
1,0081 gram/mL
58,5−15,9813
∅= mL
1,0081
∅ = 42,1770 mL
d. Larutan NaCl 1 M
1000
∅=
58,5 gram/mol− ([ 1,0222m )( 49,7 gram−48,8 gram
48,8 gram−24,3 gram ) ]
1,0367 gram/mL
1000 0,9 gram
∅=
58,5 gram/mol− ([ 1,0222m )( 24,5 gram ) ]
1,0367 gram/mL
58,5−35,9368
∅= mL
1,0367
∅ = 21,7650 mL
e. Larutan NaCl 2 M
1000 50,4 gram−48,8 gram
∅=
58,5 gram/mol−
[( )(
2,1090 m 48,8 gram−24,3 gram )]
1,0653 gram/mL
1000 1,6 gram
∅=
58,5 gram/mol−
[( )(
2,1090 m 24,5 gram )]
1,0653 gram/mL
58,5−30,9654
∅= mL
1,0653
∅ = 25,8468 mL
GRAFIK HUBUNGAN ∅
TERHADAP √m
100
90
80
70
60 f(x) = − 54.87 x + 92.22 ∅
50 R² = 0.72
Linear ( ∅)
∅
40
30
20
10
0
0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6
√m
∅=B √ m+ A
d∅
∅= √ m+ ∅ °
d √m
∅=¿-54,869√ m + 92,223
¿−19,506+92,223
¿ 72,716 ml
V2 = ∅ °+ ( 3 √2m )( dd√∅m )
dengan ( dd√∅m ) = −54,8694,0868 dan ∅ ° = 92,223
a. Larutan NaCl 0,125 M
V2 = 92,223+ ( 3 √0,1264
2 ) (−54,869 )
V2 = 92,223 + (-29,2611)
V2 = 62,9618 mL
b. Larutan NaCl 0,25 M
V2 = 92,223+ ( 3 √0,2537
2 )(−54,869 )
V2 = 92,223 + (-41,455)
V2 = 50,767 mL
c. Larutan NaCl 0,5 M
V2 = 92,223+ ( 3 √0,5108
2 )(−54,869 )
V2 = 92,223 + (-58,8225)
V2 = 33,4004 mL
d. Larutan NaCl 1 M
V2 = 92,223+ ( 3 √1,0223
2 ) (−54,869 )
V2 = 92,223 + (-83,216)
V2 = 9,0068 mL
e. Larutan NaCl 2 M
V2 = 92,223+ ( 3 √2,1080
2 ) (−54,869 )
V2 = 92,223 + (-119,496)
V2 = -27,2730 mL
1000
n1 x V1° = dengan n1 = 55,51 dan do = 1 gram/mL
do
1000 1
V1° = x =18,0148
1 gram/mL 55,51
V1 = 18,0148+ ( 0,1264
55,51 ) ( √ 0,1264 (−54,869 )
2 )
V1 = 18,0148 - 0,02220
V1 = 17,9926 mL
b. Larutan NaCl 0,25 M
V1 = 18,0148+ ( 0,2537
55,51 ) ( √ 0,2537 (−54,869 )
2 )
V1 = 18,0148 - 0,0631
V1 = 17,9517 mL
c. Larutan NaCl 0,5 M
V1 = 18,0148+ ( 0,5108
55,51 ) (
√0,5108 (−54,869 )
2 )
V1 = 18,0148 - 0,1804
V1 = 17,8344 mL
d. Larutan NaCl 1 M
V1 = 18,0148+ ( 1,0223
55,51 ) ( √1,0223 (−54,869 )
2 )
V1 = 18,0148 - 0,5108
V1 = 17,5039 mL
e. Larutan NaCl 2 M
V1 = 18,0148+ ( 2,108
55,51 ) ( √ 2,108 (−54,869 )
2 )
V1 = 18,0148 – 1,5126
V1 = 16,5021 Ml
G. PEMBAHASAN
Percobaan yang berjudul “Volum Molar Parsial” dilakukan oleh perwakilan mahasiswa
Pendidikan Kimia Universitas Negri Yogyakarta Di Laboratorium Kimia Fisika. Percobaan
ini memiliki tujuan yaitu Menentukan volume molar parsial dari komponen suatu larutan.
Alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu piknometer, labu takar, gelas piala, gelas
ukur, pipet ukur, dan pipet tetes. Kemudian untuk bahan yang digunakan yaitu aquades, dan
larutan NaCl 0,125 M, 0,25 M, 0,5 M, 1,0 M, 2,0 M. Pemberian varasi konsentrasi NaCl ini
adalah untuk membandingkan volum molar parsial dari NaCL dalam air dalam konsentrasi
tertentu. Variasi konsentrasi NaCl dibuat dengan cara mengencerkan NaCl 2 M dengan
akuades dan dilakukan didalam labu takar. Untuk menentukan volume yang dibutuhkan pada
saat pengenceran dilakukan dengan rumus M1 x V1 = M2 x V2. Dengan rumus tersebut maka
praktikan dapat mengetahui berapa volume NaCl dan akuades yang perlu ditambahkan saat
pengenceran. Dalam percobaan ini digunakan piknometer yang fungsinya untuk mengukur
masa jenis atau densitas dari fluida. Piknometer ini ditimbang massanya terlebih dahulu
sebelum digunakan. Selanjutnya larutan NaCl dari berbagai konsentrasi dimasukan ke dalam
piknometer dari yang paling encer terlebih dahulu. Piknometer yang berisi akuades juga
ditimbang massanya. Setelah dimasukan dan ditutup kemudian ditimbang satu persatu.
Setelah dilakukan pengukuran massa kemudian dilakukan pengukuran suhu. Pengukuran
suhu dilakukan karena suhu dapat mempengaruhi konsentrasi dari larutan. Semakin tinggi
konsentrasi berarti semakin tinggi suhu yang teramati. Karena pada konsentrasi yang tinggi
terdapat banyak molekul yang bertumbukan sehingga menimbulkan energi yang tinggi pula.
Pada penimbangan piknometer kosong yaitu (W) seberat 24,3 gram dan berat piknometer
yang berisi akuades (W0) yaitu 48,8 gram. Dan berat piknometer ditambah variasi konsentrasi
NaCl, dengan rumus :
Wc−W
d=
Vp
GRAFIK HUBUNGAN ∅
TERHADAP √m
100
90
80
70
60 f(x) = − 54.87 x + 92.22 ∅
50 R² = 0.72
Linear ( ∅)
∅
40
30
20
10
0
0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6
√m
Persamaan linier dari grafik diatas adalah y = -54,869x + 92,223 yang identik dengan
d∅
∅= √ m+ ∅ ° yang analog dengan y = Bx + A. Sehingga y= ∅, A = ∅ °= 92,223, B=
d √m
d∅
d √m
m
V1 = V1° + ( 55,51 )( √2m )( dd√∅m ) dan V = ∅ °+( 3 √2m )( dd√∅m )
2
Berdasarkan percobaan Volume Molar Parsial yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa volume molar parsial pelarut (akuades) dan volum molar parsial zat terlarut (NaCl)
dalam berbagai konsentrasi, adalah sebagi berikut :
I. JAWABAN TUGAS
1. Tentukan masa jenis larutan NaCl pada berbagai konsentrasi larutan
a. Larutan NaCl 0,125 M
Wc−W (48,7−24,3)gram gram
d= = =0,9959
Vp 24,5 mL mL
b. Larutan NaCl 0,25 M
Wc−W (48,8−24,3) gram gram
d= = =1
Vp 24,5 mL mL
c. Larutan NaCl 0,5 M
Wc−W (49−24,3)gram gram
d= = =1,0081
Vp 24,5 mL mL
d. Larutan NaCl 1 M
Wc−W (49,7−24,3)gram gram
d= = =1,0367
Vp 24,5 mL mL
e. Larutan NaCl 2 M
Wc−W (50,4−24,3) gram gram
d= = =1,0653
Vp 24,5 mL mL
¿−19,506+92,223
¿ 72,716 ml
100
90
80
70
60 f(x) = − 54.87 x + 92.22 ∅
50 R² = 0.72
Linear ( ∅)
∅
40
30
20
10
0
0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6
√m
V2 = ∅ °+ ( 3 √2m )( dd√∅m )
dengan ( dd√∅m ) = −54,8694,0868 dan ∅ ° = 92,223
a. Larutan NaCl 0,125 M
V2 = 92,223+ ( 3 √0,1264
2 ) (−54,869 )
V2 = 92,223 + (-29,2611)
V2 = 62,9618 mL
b. Larutan NaCl 0,25 M
V2 = 92,223+ ( 3 √0,2537
2 )(−54,869 )
V2 = 92,223 + (-41,455)
V2 = 50,767 mL
c. Larutan NaCl 0,5 M
V2 = 92,223+ ( 3 √0,5108
2 )(−54,869 )
V2 = 92,223 + (-58,8225)
V2 = 33,4004 mL
d. Larutan NaCl 1 M
V2 = 92,223+ ( 3 √1,0223
2 ) (−54,869 )
V2 = 92,223 + (-83,216)
V2 = 9,0068 mL
e. Larutan NaCl 2 M
V2 = 92,223+ ( 3 √2,1080
2 ) (−54,869 )
V2 = 92,223 + (-119,496)
V2 = -27,2730 mL
V1 = V1° + ( m
55,51 () √2m )( dd√∅m )dengan ( dd√∅m ) = -54,869
nilai V1° ditentukan dengan rumus:
1000
n1 x V1° = dengan n1 = 55,51 dan do = 1 gram/mL
do
1000 1
V1° = x =18,0148
1 gram/mL 55,51
V1 = 18,0148+ ( 0,1264
55,51 ) (
√ 0,1264 (−54,869 )
2 )
V1 = 18,0148 - 0,02220
V1 = 17,9926 mL
b. Larutan NaCl 0,25 M
V1 = 18,0148+ ( 0,2537
55,51 ) ( √ 0,2537 (−54,869 )
2 )
V1 = 18,0148 - 0,0631
V1 = 17,9517 mL
c. Larutan NaCl 0,5 M
V1 = 18,0148+ ( 0,5108
55,51 ) ( √0,5108 (−54,869 )
2 )
V1 = 18,0148 - 0,1804
V1 = 17,8344 mL
d. Larutan NaCl 1 M
V1 = 18,0148+ ( 1,0223
55,51 ) ( √1,0223 (−54,869 )
2 )
V1 = 18,0148 - 0,5108
V1 = 17,5039 mL
e. Larutan NaCl 2 M
V1 = 18,0148+ ( 2,108
55,51 ) ( √ 2,108 (−54,869 )
2 )
V1 = 18,0148 – 1,5126
V1 = 16,5021 Ml
J. PERTANYAAN
1. Apakah yang dimaksud dengan molaritas dan molalitas larutan
Jawaban :
Molaritas adalah besaran konsentrasi yang menyatakan banyaknya mol zat terlarut
perliter larutan sedangkan molalitas adalag merupakan besaran konsentrasi yang
menyatakan banyaknya mol zat terlarut perkilogram pelarut.
2. Apakah yang dimaksud dengan volum molal parsial? Jelaskan disertai contoh
konkritnya dalam kejadian sehari-hari !
Jawab :
Volum molar parsial adalah kontribusi pada volume dari satu komponen dalam
sampel terhadap volum total. Contohnya adalah dalam pembuatan kuah opor,
ketika 250 ml air ditambahkan dengan 150 ml santan maka akan menghasilkan
400ml kuah opor.
3. Dapatkah ∅ mempunyai nilai negatif ?
Jawab :
Volume molar semu larutan tidak dapat bernilai negatif
∅=¿
Untuk x = Mr
NaCl
dan untuk y = 1000 ( Wc−Wo
Wo−W ) secara umum harga y
d
m ( ) d
akan lebih kecil dari x sehingga ∅ akan bernilai positif.
4. Mengapa pada percobaan ini konsentrasi larutan dibuat dalam konsentrasi molar
dan bukan langsung pada molal? Jelaskan !
Jawab :
Karena dalam bentuk molar larutan dapat langsung diencerkan untuk dijadikan
konsentrasi tertentu, sedangkan apabila berbentuk molal harus dilakukan
perhitungan yang lebih rinci lagi untuk dijadikan larutan dengan konsentrasi yang
lain.
5. Mengapa dalam penentuan densitas cairan dipergunakan piknometer ? bolehkah
dipergunakan labu takar? Jelaskan!
Jawab :
Digunakan piknometer karena dengan piknometer larutan dapat ditentukan
massanya dan densitasnya sedangkan labu takar tidak dapat dugunakan untuk
menentukan densitas namun digunakan untuk pengenceran.
K. DAFTAR PUSTAKA
Atkins, p.w. 1994. Kimia Fisik. Erlangga. Jakarta.
Dogra. 1990. Kimia Fisik dan Soal-soal. UI. Jakarta.
Harjito. 2012. Model Pembelajaran Praktikum Kimia Fisika Berorientasi Chemo-
Enterpreneurship Berstrategi React Untuk Mneingkatkan Kecakapan
Hidup. Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia. Vol 6 No 1.
Khamidinal. 2009. Teknik Laboratorium Kimia. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Utami. 2019. Analisis Kemampuan Multiple Representasi Siswa Kelas XI MAN 1
Pekanbaru Pada Materi Titrasi Asam Basa. Jurnal Riset Pendidikan
Kimia. Vol 9 No 1. DOI: https://doi.org/10.21009/JRPK.091.07.