Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM KESETIMBANGAN KIMIA


PERCOBAAN KE V
“VOLUM MOLAR PARSIAL”

Disusun Oleh :

Nama : Rivi Dwi Lestari

NIM : 19303244013

Kelas : Pendidikan Kimia A

JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2020
LAPORAN PRAKTIKUM KESETIMBANGAN KIMIA
PERCOBAAN V
VOLUM MOLAR PARSIAL

A. TUJUAN PERCOBAAN
Menentukan volume molar parsial dari komponen suatu larutan.

B. DASAR TEORI
Volume molar parsial adalah kontribusi pada volume, dari satu komponen
dalam sampel terhadap volume total. Volume molar parsial Suatu komponen berubah-
bah tergantung pada komposisi karena lingkungan setiap jenis molekul berubah jika
komposisinya beruba dari a murni ke b murni. Peruahan lingkungan molekuler dan
perubahan gaya-gaya yang bekerja antara molekul inilah yang menghasilkan variasi.
Sifat termodinamika campuran jika komposissinya berubah. Salah satu sifat-sifat
parsial yang ada yakni sifat molar parsial yang ada yakni sifat molar parsial yang
lebih mudah di gambarkan dengan volume molar parsial, yakni konstribusi pada
volume dari satu komponen dalam sampel terhadap volume total. Secara matematik
sifat molar parsial didefinisikan dimana J1 merupakan sifat molar parsial dari
komponen ke-1. Secara fisik J1 berarti kenaikandalam besaran termodinamika 1 yang
dimana dapat diamati bila suatu mol senyawa 1 ditambahkan kesuatu sistem yang
besar sehngga komposisinya tetap konsisten pada temperatur dan tekanan konstan,
persamaan dapat di tulis sebagai dj (Dogra, 1990).
Volume molar parsial biasanya digunakan dalam menentukan tekanan uap
campuran. Selain itu dalam mencampurkan suatu zat tertentu kita juga harus
mengetahui volume molar parsial dari zat-zat tersebut. Jadi, sangatlah penting untuk
mengetahui volume molar parsial dari zat komponen larutan (Atkins, 1993).
Piknometer merupakan peralatan gelas yang digunakan untuk mengukur massa jenis
suatu zat cair. Piknometer tersedia ketelitian yang berbeda. Tetapi dar setiap ukuran
itu menjadi patokan dalam menentukan densitas zat cair. Ukuran yang biasa tersedia
dilaboratorium kimia adalah jenis piknometre dengan ukuran 10 mL. Piknometer
umumnya terbuat dari gugus dengan bentuk badan bulat silinder. Piknometer disertai
dengan penutup yang etrdapat rongga kapiler. Rongga kapiler ini berguna untuk
menghilangkan gelembung- gelembung udara yang sangat mengkin berada dalam
botol (Khamidinal, 2009).
Pengenceran adalah prosedur pembuatan larutan yang lebih encer dari larutan
yang lebih pekat melalui penambahan sejumlah pelarut pada larutan dengan volume
dan konsentrasi tertentu. Rumus pengenceran yaitu :
M1 x V1 = M2 x V2

(Utami,2019)

Volume larutan merupakan fungsi suhu, tekanan, jumlah mol komponen. Volume
molar parsial adalah tetap pada kondisi komposisi, suhu, dan tekanan tetap. Untuk
sistem biner volum molar semu (∅) untuk zat-zat tertentu didefinisikan sebagi:

v−n1 v °1
∅=
n

Sedangkan untuk volum molar parsial yaitu :

V = ∅ °+ ( 3 √2m )( dd√∅m )
(Harjito, 2012).

C. ALAT DAN BAHAN


 Alat Bahan
1. Piknometer 1. Larutan NaCl 2M
2. Labu takar 2. Aquades
3. Gelas piala
4. Gelas ukur
5. Pipet tetes
6. Pipet ukur
 Rangkaian alat

D. CARA KERJA

Larutan NaCl 2 M Neraca analitik

Labu takar Piknometer kosong

Larutan dengan Ukur suhu Piknometer akuades


konsentrasi
NaCl 0,125 M,
0,25 M, 0,5 M, Neraca analitik
1,0 M, 2,0 M

Piknometer kosong

Ukur suhu Piknometer penuh

Neraca analitik

E. DATA PENGAMATAN
No Zat Berat (g) Suhu ( ̊ C)
1. Piknometer kosong 24,3 25 ̊ C
2. Piknometer + Aquades 48,8 31 ̊ C
3. Piknometer + Larutan NaCl 0,125 48,7 30,5 ̊ C
N
4. Piknometer + Larutan NaCl 0,25 N 48,8 32 ̊ C
5. Piknometer + Larutan NaCl 0,5 N 49 30,5 ̊ C
6. Piknometer + Larutan NaCl 1,0 N 49,7 31 ̊ C
7. Piknometer + Larutan NaCl 2,0 N 50,4 31 ̊ C

F. PERHITUNGAN
1. Penentuan volume NaCl setiap konsentrasi dalam 100 mL larutan

a. Konsentrasi 0,125 M b. Konsentrasi 0, 25 M


M1 x V1 = M2 x V2 M1 x V1 = M2 x V2

M 2 xV 2 M 2 xV 2
V1 = V1 =
M1 M1

( 0,125 M ) (100 mL) ( 0,25 M ) (100 mL)


= =
2M 2M

= 6,25 mL = 12,5 mL
c. Konsentrasi 0,5 M d. Konsentrasi 1 M
M1 x V1 = M2 x V2 M1 x V1 = M2 x V2

M 2 xV 2 M 2 xV 2
V1 = V1 =
M1 M1

( 0,5 M ) (100 mL) ( 1 M ) (100 mL)


= =
2M 2M

= 25 mL = 50 mL
2. Penentuan volume piknometer (Vp)

W 0−W
Vp=
d0

( 48,8−24,3) gram
Vp=
gram
1
mL

Vp = 24,5 mL

3. Penentuan densitas NaCl setiap konsentrasi


a. Larutan NaCl 0,125 M
Wc−W (48,7−24,3)gram gram
d= = =0,9959
Vp 24,5 mL mL
b. Larutan NaCl 0,25 M
Wc−W (48,8−24,3) gram gram
d= = =1
Vp 24,5 mL mL
c. Larutan NaCl 0,5 M
Wc−W (49−24,3)gram gram
d= = =1,0081
Vp 24,5 mL mL
d. Larutan NaCl 1 M
Wc−W (49,7−24,3)gram gram
d= = =1,0367
Vp 24,5 mL mL
e. Larutan NaCl 2 M
Wc−W (50,4−24,3) gram gram
d= = =1,0653
Vp 24,5 mL mL

4. Penentuan molalitas masing-masing konsentrasi NaCl

Mr NaCl = 58,5 gram/mol

1
Rumus molalitas (m) = d Mr NaCl
{( ) (
M

1000 )}
a. Larutan NaCl 0,125 M
1
m=
0,9959 gram/mL 58,5 gram/mol
{( 0,125 M )(

1000 )}
1
m=
( 7,9672−0,0585 )
1
m=
7,9087
m = 0,1264 molal
b. Larutan NaCl 0,25 M
1
m=
1 gram/mL 58,5 gram/mol
{( 0,25 M )(

1000 )}
1
m=
( 4−0,0585 )
1
m=
3.9415
m = 0,2537 molal
c. Larutan NaCl 0,5 M
1
m=
1,0081 gram/mL 58,5 gram/mol
{( 0,5 M
−)( 1000 )}
1
m=
( 2,0162−0,0585 )
1
m=
1,9577
m = 0,5108 molal
d. Larutan NaCl 1 M
1
m=
1,0367 gram/mL 58,5 gram/mol
{( 1M
−)( 1000 )}
1
m=
( 1,0367−0,0585 )
1
m=
0,9782
m = 1,0223 molal
e. Larutan NaCl 2 M
1
m=
1,0653 gram/mL 58,5 gram/mol
{( 2M
−)( 1000 )}
1
m=
( 0,53265−0,0585 )
1
m=
0,47415
m = 2,1088 molal

5. Penentuan volume molal semu (∅) setiap konsentrasi

1000 Wc−Wo

∅=
Mr NaCl−
[( )(
m Wo−W )]
d

dengan Mr NaCl = 58,5 gram/mol

a. Larutan NaCl 0,125 M


1000

∅=
58,5 gram/mol−
[( 0,1264 m )( 48,7 gram−48,8 gram
48,8 gram−24,3 gram ) ]
0,9959 gram/mL
1000 −0,1 gram

∅=
58,5 gram/mol−
[( )(
0,1264 m 24,5 gram )]
0,9959 gram/mL
58,5−(−32,2913)
∅= mL
0,9959
∅ = 91,1650 mL
b. Larutan NaCl 0,25 M
1000 48,8 gram−48,8 gram

∅=
58,5 gram/mol− ([ 0,1915 m 48,8 gram−24,3 gram ) ]
)(
1 gram/mL
1000 0 gram

∅=
58,5 gram/mol− ([ 0,1915 m 24,5 gram ) ]
)(
1 gram/ mL
58,5−0
∅= mL
1
∅ = 58,5 mL
c. Larutan NaCl 0,5 M
1000 49 gram−48,8 gram

∅=
58,5 gram/mol− ([ 0,5108 m 48,8 gram−24,3 gram ) ]
)(
1,0081 gram/mL
1000 0,2 gram

∅=
58,5 gram/mol− ([ 0,5108 m 24,5 gram ) ]
)(
1,0081 gram/mL
58,5−15,9813
∅= mL
1,0081
∅ = 42,1770 mL
d. Larutan NaCl 1 M
1000

∅=
58,5 gram/mol− ([ 1,0222m )( 49,7 gram−48,8 gram
48,8 gram−24,3 gram ) ]
1,0367 gram/mL
1000 0,9 gram

∅=
58,5 gram/mol− ([ 1,0222m )( 24,5 gram ) ]
1,0367 gram/mL
58,5−35,9368
∅= mL
1,0367
∅ = 21,7650 mL
e. Larutan NaCl 2 M
1000 50,4 gram−48,8 gram

∅=
58,5 gram/mol−
[( )(
2,1090 m 48,8 gram−24,3 gram )]
1,0653 gram/mL
1000 1,6 gram

∅=
58,5 gram/mol−
[( )(
2,1090 m 24,5 gram )]
1,0653 gram/mL
58,5−30,9654
∅= mL
1,0653
∅ = 25,8468 mL

6. Grafik hubungan ∅ terhadap √m

M 0,125 M 0,25 M 0,5 M 1,0 M 2,0 M


M 0,1264 0,2537 0,5108 1,0223 2,1088
√m 0,3555 0,5037 0,7174 1,0111 1,4522
∅ 91,1650 58,5 42,1770 21,7650 25,8468

GRAFIK HUBUNGAN ∅
TERHADAP √m

100
90
80
70
60 f(x) = − 54.87 x + 92.22 ∅
50 R² = 0.72
Linear ( ∅)

40
30
20
10
0
0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6

√m

Persamaan regresi: y = -54,869x + 92,223


y = Bx + A

∅=B √ m+ A
d∅
∅= √ m+ ∅ °
d √m

∅=¿-54,869√ m + 92,223

7. Penentuan ∅ masing-masing konsentrasi dari persamaan regresi

a. Larutan NaCl 0,125 M

∅=−54,869 √ 0,1264+ 92,223

¿−54,869 ( 0,355 )+ 92,223

¿−19,506+92,223

¿ 72,716 ml

b. Larutan NaCl 0,25 M


∅=−54,869 √0,2537+ 92,223
¿−54,869 ( 0,503 )+ 92,223
¿−27,636+92,223
¿ 64,5862 ml
c. Larutan NaCl 0,25 M
∅=−54,869 √0,5108+ 92,223
¿−54,869 ( 0,714 ) +92,223
¿−39,215+92,223
¿ 53,0079 ml
d. Larutan NaCl 0,5 M
∅=−54,869 √1,0223+92,223
¿−54,869 ( 1,0110 ) +92,223
¿−55,477+92,223
¿ 36,7455 ml
e. Larutan NaCl 0,5 M
∅=−54,869 √2,1088+92,223
¿−54,869 ( 1,452 ) +92,223
¿−79,679+92,223
¿ 12,5438 ml
8. Penentuan volume molal parsial solut NaCl (V2)

V2 = ∅ °+ ( 3 √2m )( dd√∅m )
dengan ( dd√∅m ) = −54,8694,0868 dan ∅ ° = 92,223
a. Larutan NaCl 0,125 M

V2 = 92,223+ ( 3 √0,1264
2 ) (−54,869 )
V2 = 92,223 + (-29,2611)
V2 = 62,9618 mL
b. Larutan NaCl 0,25 M

V2 = 92,223+ ( 3 √0,2537
2 )(−54,869 )
V2 = 92,223 + (-41,455)
V2 = 50,767 mL
c. Larutan NaCl 0,5 M

V2 = 92,223+ ( 3 √0,5108
2 )(−54,869 )
V2 = 92,223 + (-58,8225)
V2 = 33,4004 mL
d. Larutan NaCl 1 M

V2 = 92,223+ ( 3 √1,0223
2 ) (−54,869 )
V2 = 92,223 + (-83,216)
V2 = 9,0068 mL
e. Larutan NaCl 2 M

V2 = 92,223+ ( 3 √2,1080
2 ) (−54,869 )
V2 = 92,223 + (-119,496)
V2 = -27,2730 mL

9. Volume molal parsial solvent (V1)


V1 = V1° +
m
( 55,51 )( √2m )( dd√∅m )dengan ( dd√∅m ) = -54,869
nilai V1° ditentukan dengan rumus:

1000
n1 x V1° = dengan n1 = 55,51 dan do = 1 gram/mL
do

1000 1
V1° = x =18,0148
1 gram/mL 55,51

a. Larutan NaCl 0,125 M

V1 = 18,0148+ ( 0,1264
55,51 ) ( √ 0,1264 (−54,869 )
2 )
V1 = 18,0148 - 0,02220
V1 = 17,9926 mL
b. Larutan NaCl 0,25 M

V1 = 18,0148+ ( 0,2537
55,51 ) ( √ 0,2537 (−54,869 )
2 )
V1 = 18,0148 - 0,0631
V1 = 17,9517 mL
c. Larutan NaCl 0,5 M

V1 = 18,0148+ ( 0,5108
55,51 ) (
√0,5108 (−54,869 )
2 )
V1 = 18,0148 - 0,1804
V1 = 17,8344 mL
d. Larutan NaCl 1 M

V1 = 18,0148+ ( 1,0223
55,51 ) ( √1,0223 (−54,869 )
2 )
V1 = 18,0148 - 0,5108
V1 = 17,5039 mL
e. Larutan NaCl 2 M

V1 = 18,0148+ ( 2,108
55,51 ) ( √ 2,108 (−54,869 )
2 )
V1 = 18,0148 – 1,5126
V1 = 16,5021 Ml
G. PEMBAHASAN

Percobaan yang berjudul “Volum Molar Parsial” dilakukan oleh perwakilan mahasiswa
Pendidikan Kimia Universitas Negri Yogyakarta Di Laboratorium Kimia Fisika. Percobaan
ini memiliki tujuan yaitu Menentukan volume molar parsial dari komponen suatu larutan.
Alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu piknometer, labu takar, gelas piala, gelas
ukur, pipet ukur, dan pipet tetes. Kemudian untuk bahan yang digunakan yaitu aquades, dan
larutan NaCl 0,125 M, 0,25 M, 0,5 M, 1,0 M, 2,0 M. Pemberian varasi konsentrasi NaCl ini
adalah untuk membandingkan volum molar parsial dari NaCL dalam air dalam konsentrasi
tertentu. Variasi konsentrasi NaCl dibuat dengan cara mengencerkan NaCl 2 M dengan
akuades dan dilakukan didalam labu takar. Untuk menentukan volume yang dibutuhkan pada
saat pengenceran dilakukan dengan rumus M1 x V1 = M2 x V2. Dengan rumus tersebut maka
praktikan dapat mengetahui berapa volume NaCl dan akuades yang perlu ditambahkan saat
pengenceran. Dalam percobaan ini digunakan piknometer yang fungsinya untuk mengukur
masa jenis atau densitas dari fluida. Piknometer ini ditimbang massanya terlebih dahulu
sebelum digunakan. Selanjutnya larutan NaCl dari berbagai konsentrasi dimasukan ke dalam
piknometer dari yang paling encer terlebih dahulu. Piknometer yang berisi akuades juga
ditimbang massanya. Setelah dimasukan dan ditutup kemudian ditimbang satu persatu.
Setelah dilakukan pengukuran massa kemudian dilakukan pengukuran suhu. Pengukuran
suhu dilakukan karena suhu dapat mempengaruhi konsentrasi dari larutan. Semakin tinggi
konsentrasi berarti semakin tinggi suhu yang teramati. Karena pada konsentrasi yang tinggi
terdapat banyak molekul yang bertumbukan sehingga menimbulkan energi yang tinggi pula.
Pada penimbangan piknometer kosong yaitu (W) seberat 24,3 gram dan berat piknometer
yang berisi akuades (W0) yaitu 48,8 gram. Dan berat piknometer ditambah variasi konsentrasi
NaCl, dengan rumus :

Wc−W
d=
Vp

Maka densitas masing-masing konsentrasi didapatkan sebagai berikut :

M 0,125 M 0,25 M 0,5 M 1,0 M 2,0 M


M 0,1264 0,2537 0,5108 1,0223 2,1088
d 0,999 1 1,0081 1,0367 1,0653
∅ 91,1650 58,5 42,1770 21,7650 25,8468
Dari tabel tersebut menjelaskan bahwa konsentrasi berbanding lurus dengan densitas dan
molaritas, menandakan bahwa dalam larutan dengan konsentrasi yang tinggi terdapat partikel
dan molekul yang semakin banyak. Namun tabel menunjukan volume molal semu berbanding
terbalik dengan konsentrasi larutan, hal ini dikarenakan untuk membentuk larutan dengan
konsentrasi yang tinggi diperlukan volum yang lebih sedikit. Setela penentuan densitas dan
volum molal semu kemudian didapatkan grafik dari √m dengan volum molal semu :

GRAFIK HUBUNGAN ∅
TERHADAP √m

100
90
80
70
60 f(x) = − 54.87 x + 92.22 ∅
50 R² = 0.72
Linear ( ∅)

40
30
20
10
0
0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6

√m

Persamaan linier dari grafik diatas adalah y = -54,869x + 92,223 yang identik dengan

d∅
∅= √ m+ ∅ ° yang analog dengan y = Bx + A. Sehingga y= ∅, A = ∅ °= 92,223, B=
d √m

d∅
d √m

= -54,869, dan x=√ m. Sehingga persamaan liniernya dapat ditulis ∅= 92,223-54,869√ m.


Dengan data ini dapat diketahui volum molal parsial akuades (V1) dan volum molal Larutan
NaCl (V2) dengan menggunakan rumus :

m
V1 = V1° + ( 55,51 )( √2m )( dd√∅m ) dan V = ∅ °+( 3 √2m )( dd√∅m )
2

Sehingga didapat data sebagai berikut :

M 0,125 M 0,25 M 0,5 M 1,0 M 2,0 M


V1 17,9926 17,9517 17,8344 17,5039 16,5021
V2 62,9618 50,767 33,4004 9,0068 -27,2730
Dari tabel berikut dapat disimpulkan bahwa ketika konsentrasi suatu zat bertambah maka
volume molal parsial akan semakin kecil. Hal ini dikarenakan konsentrasi berhubungan
dengan n (jumlah mol) dan berbanding terbalik dengan volume.
H. KESIMPULAN

Berdasarkan percobaan Volume Molar Parsial yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa volume molar parsial pelarut (akuades) dan volum molar parsial zat terlarut (NaCl)
dalam berbagai konsentrasi, adalah sebagi berikut :

M 0,125 M 0,25 M 0,5 M 1,0 M 2,0 M


V1 17,9926 17,9517 17,8344 17,5039 16,5021
V2 62,9618 50,767 33,4004 9,0068 -27,2730

I. JAWABAN TUGAS
1. Tentukan masa jenis larutan NaCl pada berbagai konsentrasi larutan
a. Larutan NaCl 0,125 M
Wc−W (48,7−24,3)gram gram
d= = =0,9959
Vp 24,5 mL mL
b. Larutan NaCl 0,25 M
Wc−W (48,8−24,3) gram gram
d= = =1
Vp 24,5 mL mL
c. Larutan NaCl 0,5 M
Wc−W (49−24,3)gram gram
d= = =1,0081
Vp 24,5 mL mL
d. Larutan NaCl 1 M
Wc−W (49,7−24,3)gram gram
d= = =1,0367
Vp 24,5 mL mL
e. Larutan NaCl 2 M
Wc−W (50,4−24,3) gram gram
d= = =1,0653
Vp 24,5 mL mL

2. Tentukan molaritas NaCl


a. Larutan NaCl 0,125 M
1
m=
0,9959 gram/mL 58,5 gram/mol
{( 0,125 M )(

1000 )}
1
m=
( 7,9672−0,0585 )
1
m=
7,9087
m = 0,1264 molal
b. Larutan NaCl 0,25 M
1
m=
1 gram/mL 58,5 gram/mol
{( 0,25 M )(

1000 )}
1
m=
( 4−0,0585 )
1
m=
3.9415
m = 0,2537 molal
c. Larutan NaCl 0,5 M
1
m=
1,0081 gram/mL 58,5 gram/mol
{( 0,5 M
−)( 1000 )}
1
m=
( 2,0162−0,0585 )
1
m=
1,9577
m = 0,5108 molal
d. Larutan NaCl 1 M
1
m=
({ 1,03671gram/mL
M )−(
58,5 gram/mol
1000 )}
1
m=
( 1,0367−0,0585 )
1
m=
0,9782
m = 1,0223 molal
e. Larutan NaCl 2 M
1
m=
1,0653 gram/mL 58,5 gram/mol
{( 2M
−)( 1000 )}
1
m=
( 0,53265−0,0585 )
1
m=
0,47415
m = 2,1088 molal
3. tentukan volume molal semu
a. Larutan NaCl 0,125 M

∅=−54,869 √ 0,1264+ 92,223

¿−54,869 ( 0,355 )+ 92,223

¿−19,506+92,223

¿ 72,716 ml

b. Larutan NaCl 0,25 M


∅=−54,869 √0,2537+ 92,223
¿−54,869 ( 0,503 )+ 92,223
¿−27,636+92,223
¿ 64,5862 ml
c. Larutan NaCl 0,25 M
∅=−54,869 √0,5108+ 92,223
¿−54,869 ( 0,714 ) +92,223
¿−39,215+92,223
¿ 53,0079 ml
d. Larutan NaCl 0,5 M
∅=−54,869 √1,0223+92,223
¿−54,869 ( 1,0110 ) +92,223
¿−55,477+92,223
¿ 36,7455 ml
e. Larutan NaCl 0,5 M
∅=−54,869 √2,1088+92,223
¿−54,869 ( 1,452 ) +92,223
¿−79,679+92,223
¿ 12,5438 ml
4. Buat grafik antara dari √m dengan volum molal semu
GRAFIK HUBUNGAN ∅
TERHADAP √m

100
90
80
70
60 f(x) = − 54.87 x + 92.22 ∅
50 R² = 0.72
Linear ( ∅)

40
30
20
10
0
0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6

√m

Dan tentukan volume molar parsial masing-masing komponen:


Penentuan volume molal parsial solut NaCl (V2)

V2 = ∅ °+ ( 3 √2m )( dd√∅m )
dengan ( dd√∅m ) = −54,8694,0868 dan ∅ ° = 92,223
a. Larutan NaCl 0,125 M

V2 = 92,223+ ( 3 √0,1264
2 ) (−54,869 )
V2 = 92,223 + (-29,2611)
V2 = 62,9618 mL
b. Larutan NaCl 0,25 M

V2 = 92,223+ ( 3 √0,2537
2 )(−54,869 )
V2 = 92,223 + (-41,455)
V2 = 50,767 mL
c. Larutan NaCl 0,5 M

V2 = 92,223+ ( 3 √0,5108
2 )(−54,869 )
V2 = 92,223 + (-58,8225)
V2 = 33,4004 mL
d. Larutan NaCl 1 M
V2 = 92,223+ ( 3 √1,0223
2 ) (−54,869 )
V2 = 92,223 + (-83,216)
V2 = 9,0068 mL
e. Larutan NaCl 2 M

V2 = 92,223+ ( 3 √2,1080
2 ) (−54,869 )
V2 = 92,223 + (-119,496)
V2 = -27,2730 mL

Volume molal parsial solvent (V1)

V1 = V1° + ( m
55,51 () √2m )( dd√∅m )dengan ( dd√∅m ) = -54,869
nilai V1° ditentukan dengan rumus:

1000
n1 x V1° = dengan n1 = 55,51 dan do = 1 gram/mL
do

1000 1
V1° = x =18,0148
1 gram/mL 55,51

a. Larutan NaCl 0,125 M

V1 = 18,0148+ ( 0,1264
55,51 ) (
√ 0,1264 (−54,869 )
2 )
V1 = 18,0148 - 0,02220
V1 = 17,9926 mL
b. Larutan NaCl 0,25 M

V1 = 18,0148+ ( 0,2537
55,51 ) ( √ 0,2537 (−54,869 )
2 )
V1 = 18,0148 - 0,0631
V1 = 17,9517 mL
c. Larutan NaCl 0,5 M

V1 = 18,0148+ ( 0,5108
55,51 ) ( √0,5108 (−54,869 )
2 )
V1 = 18,0148 - 0,1804
V1 = 17,8344 mL
d. Larutan NaCl 1 M

V1 = 18,0148+ ( 1,0223
55,51 ) ( √1,0223 (−54,869 )
2 )
V1 = 18,0148 - 0,5108
V1 = 17,5039 mL
e. Larutan NaCl 2 M

V1 = 18,0148+ ( 2,108
55,51 ) ( √ 2,108 (−54,869 )
2 )
V1 = 18,0148 – 1,5126
V1 = 16,5021 Ml

J. PERTANYAAN
1. Apakah yang dimaksud dengan molaritas dan molalitas larutan
Jawaban :
Molaritas adalah besaran konsentrasi yang menyatakan banyaknya mol zat terlarut
perliter larutan sedangkan molalitas adalag merupakan besaran konsentrasi yang
menyatakan banyaknya mol zat terlarut perkilogram pelarut.
2. Apakah yang dimaksud dengan volum molal parsial? Jelaskan disertai contoh
konkritnya dalam kejadian sehari-hari !
Jawab :
Volum molar parsial adalah kontribusi pada volume dari satu komponen dalam
sampel terhadap volum total. Contohnya adalah dalam pembuatan kuah opor,
ketika 250 ml air ditambahkan dengan 150 ml santan maka akan menghasilkan
400ml kuah opor.
3. Dapatkah ∅ mempunyai nilai negatif ?
Jawab :
Volume molar semu larutan tidak dapat bernilai negatif

∅=¿

Untuk x = Mr
NaCl
dan untuk y = 1000 ( Wc−Wo
Wo−W ) secara umum harga y
d
m ( ) d
akan lebih kecil dari x sehingga ∅ akan bernilai positif.
4. Mengapa pada percobaan ini konsentrasi larutan dibuat dalam konsentrasi molar
dan bukan langsung pada molal? Jelaskan !
Jawab :
Karena dalam bentuk molar larutan dapat langsung diencerkan untuk dijadikan
konsentrasi tertentu, sedangkan apabila berbentuk molal harus dilakukan
perhitungan yang lebih rinci lagi untuk dijadikan larutan dengan konsentrasi yang
lain.
5. Mengapa dalam penentuan densitas cairan dipergunakan piknometer ? bolehkah
dipergunakan labu takar? Jelaskan!
Jawab :
Digunakan piknometer karena dengan piknometer larutan dapat ditentukan
massanya dan densitasnya sedangkan labu takar tidak dapat dugunakan untuk
menentukan densitas namun digunakan untuk pengenceran.

K. DAFTAR PUSTAKA
Atkins, p.w. 1994. Kimia Fisik. Erlangga. Jakarta.
Dogra. 1990. Kimia Fisik dan Soal-soal. UI. Jakarta.
Harjito. 2012. Model Pembelajaran Praktikum Kimia Fisika Berorientasi Chemo-
Enterpreneurship Berstrategi React Untuk Mneingkatkan Kecakapan
Hidup. Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia. Vol 6 No 1.
Khamidinal. 2009. Teknik Laboratorium Kimia. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Utami. 2019. Analisis Kemampuan Multiple Representasi Siswa Kelas XI MAN 1
Pekanbaru Pada Materi Titrasi Asam Basa. Jurnal Riset Pendidikan
Kimia. Vol 9 No 1. DOI: https://doi.org/10.21009/JRPK.091.07.

Yogyakarta, 3 Desember 2020

Rivi Dwi Lestari

Anda mungkin juga menyukai