Anda di halaman 1dari 7

BERDAMAI DENGAN EGO DAN

MENCINTAI DIRI SENDIRI

Disusun Oleh :

Rivi Dwi Lestari 19303244013

UNIVERSITAS NEGRI YOGYAKARTA


TAHUN
2020

1
PENDAHULUAN

Ego adalah sesuatu hal yang tak asing didengar bahkan tanpa kita sadar hal
tersebut ada di dalam diri kita. Ego sering disama ratakan dan disandingkan dengan
ambisi, namun sejatinya mereka memiliki perbedaan satu dengan yang lainya.
Sama-sama diusung oleh sifat psikologis manusia, mereka berdua sering kali
dianggap sesuatu hal yang sedikit negatif. Banyak sekali yang mengkaitkan bahwa
ego akan merusak jati diri seseorang. Namun apakah hal tersebut memang benar
adanya?. Pada kenyataanya banyak sekali orang yang menjadikan ego sebagai suatu
tantangan diri sendiri. Meskipun mereka sadar bahwasanya ego secara perlahan
akan mengkikis kemampuan diri yang sebenarnya. Tak melulu soal kemampuan
diri namun juga soal bagaimana diri seseorang harus sama dan harus mampu seperti
orang lain yang dianggap hebat dan dianggap memiliki konotasi “keren”. Orang
yang memiliki pandangan demikian sering kali menjadikan ego sebagai goals
pribadi dalam hidup. Menuntut diri sendiri untuk bekerja lebih keras dan
menghapus segala yang dimiliki diri sendiri yang dianggap buruk menjadi satu
kesatuan rangkaian jika ego diutamakan. Dalam hal ini penerimaan diri sangat
dipertanyakan. Banyak orang yang mengaku dan berbicara bahwa mereka telah
menerima diri sendiri dengan segala keadaan yang dimiliki namun kenyataanya
masih memiliki rasa ainsecure. Memang sangat rancu apabila dirunutkan, namun
sejatinya hal tersebut masih berputar dan terjadi didalam kehidupan. Terkhusus
dalam lingkup kehidupan usia remaja dimana jati diri masih dicari dan
dipertanyakan. Lalu bagaimana menemukan solusi untuk memangkas dan menekan
ego dan perwujudan penerimaan diri diutamakan?. Tentu hal tersebut tidaklah
mudah, sedikitnya tokoh inspirator yang mampu mempublikasikan karyanya
menjadi salah satu dari banyak hal gagalnya memangkas tingginya ego manusia.
Untuk menyadarkan bahwasanya penerimaan diri sangatlah penting harus
disadarkan dari mindset diri sendiri terlebih dahulu kemudian hal tersebut
dikembangkan menjadi suatu kebiaasaan dalam memaknai hidup dan berdama
dengan ego serta mencintai diri-sendiri.

2
ISI

Ego merupakan hal yang dirasa tidak perlu, namun sejatinya telah tertanam
dalam pola pikir setiap manusia. Pandangan mengenai ego terkadang memanglah
buruk, namun ini adalah sifat alamiah yang ada sejak lahir. Ego selalu lekat dengan
keinginan diri untuk mendapatkan dan mencapai suatu hal. Penerimaan diri menjadi
suatu langkah awal untuk berdamai dengan ego. Menurut Jurnal Ilmiah AL-
QALAM (Husin, 2017) mengatakan bahwa ego adalah suatu sistem yang bereaksi
dengan proses sekunder, proses sekunder adalah merupakan proses berpikir yang
realistis karena Ego memang dikendalikan oleh prinsip kenyataan. Ego inilah yang
bertugas untuk merencanakan apakah ada yang dilakukan atau bahkan diabaikan
saja. Ego merupakan sistem yang menjadi penengah antara Iddan SuperEgo, jadi
dengan kata lain Ego adalah merupakan perancang atau perencana yang yang
mengontrol segala tindakan yang dilakukan manusia.
Hal tersebut menjelaskan bahwasanya ego merupakan pengendali
psikologis seseorang yang terkadang tidak kita sadari sepenuhnya. Berisi
keinginan-keinginan yang terkadang melampaui batas mampu dari diri sendiri
menjadi suatu yang perlu diabaikan. Secara tersirat mengatakan bahwa apa yang
dimiliki disi sendiri tidak cukup baik untuk dilihat seseorang. Munculnya rasa malu
dan insecure menjadi gerbang awal bahwa rasa cinta tehadap diri memang sudah
surut. Dikuasai oleh ego dan penolakan terhadap diri sendiri tersadur didalam
makna hidup bagi seseorang yang merasa bahwa dirinya tidak lebih baik dari orang
lain. Pemaknaan ego menjadi berkonotasi negatif karena ego dipandang sebagai
sesuatu yang harus dilakukan oleh diri dengan keinginan dan ambisi menjadi piranti
yang wajib. Dititik ini jati diri dan identitas diri akan hilang seiring berkembangnya
penolakan diri.
Berdamai dengan ego menjadi suatu hal yang sangat dibutuhkan. Menyadari
sepenuhnya bahwasanya dalam diri seseorang pasti terdapat kelebihan-kelebihan
yang dapat dikembangkan. Berbeda bukan berarti buruk dan tidak bagus
dipandangan orang, berbeda berati unik dan memiliki kelebihan yang tidak dimiliki
orang lain. Mengesampaingkan ego yang membuat diri kita harus sama dengan
orang lain harus benar-benar ditekankan. Standar kesempurnaan dan kecantikan

3
bukanlah hal yang dapat dipatenkan. Namun yang harus dipatenkan sebenarnya
adalah bagaimana menjadi cantik namun dari dalam diri yang diwujudkan dengan
menjadi pribadi yang bermanfaat dan membuat orang lain terhibur menjadi standar
kecantikan yang sebenarnya. Ego memang harus ada dalam diri manusia, namun
kita harus mengkaji lebih dalam ego yang seperti apa. Jika ego tersebut dirasa
menuntut diri sendiri untuk menjadi orang lain maka ego tersebut tidaklah baik
untuk diri kita. Ego yang sebenarnya harus ada adalah ego yang membawa diri
setiap manusia untuk bisa lebih baik secara pribadi dan tentunya ego yang dapat
membuat seseorang menjadi dewasa dan bermanfaat bagi orang lain. Ego tersebut
tidak melulu soal harus berpenampilan seperti apa atau harus memilki barang
seperti apa, namun ego dapat berupa sifat baik yang diusahakan harus ada seiring
bertambahnya usia. Penerimaan diri dapat kita lakukan dan dimulai dengan hal
yang sangat sederhana sepertipecaya terhadap diri sendiri untuk bisa melakukan
sesuatu hal. Tanpa disadari hal tersebut akan membawa kita untuk mencintai diri
kita apa adanya tanpa ada tuntutan satupun. Penerimaan diri yang diiringi oleh rasa
positif akan tertanam jauh didalam pola berpikir kita. Sehingga ego tidak lagi
dikonotasikan sebagi sesuatu hal yang negatif dalam diri seseorang. Dan dapan
dijadikan suatu motivasi tanpa melukai diri sendiri. Love our self akan mengalir
seiring berjalanya waktu jika hal tersebut selalu menjadi mindset kita.

4
PENUTUP

Ego menjadi suatu hal yang penting jika kita dapat mengolahnya menjadi
sesuatu hal yang positif. Mengikis rasa ingin sama dengan seseorang menjadi hal
yang perlu dilakukan untuk mengubah stigma tentang ego. Berdamai dengan ego
artinya tidak menghilangkan ego sepenuhnya. Namun memilahnya untuk mencari
ego seperti apa yang boleh ada dan seharusnya ada disetiap diri manusia. Dengan
hal tersebut penerimaan diri akan menjadi suatu hal yang wajib. Tidak mengubah
apapun yang dimilki diri kita serta mencintai sepenuhnya atas diri kita adalah solusi
bagaimana menjadi seseorang yang positif. Love our self harus menjadi pola berikir
kita untuk menjalani kehidupan. Dengan menerapkan hal tersebut penuntutan
terhapat diri sendiri dengan sendirinya akan berkurang. Berdamai dengan ego dan
mencintai diri sendiri harus terus tertanam didalam hidup dan dijadikan sebagi
prinsip diri untuk menjadi seseorang yang bermanfaat baik untuk diri sendiri atau
orang lain.

5
DAFTAR PUSTAKA

Husin. (2017). Id, Ego dan Superego Dalam Pendidikan Islam. Jurnal Ilmiah Al
QALAM, Vol. 11, No. 23. Hal 47-65.

6
FORM BIODATA PESERTA
LOMBA ESAI PSYCHOFEST 2020

1. Nama Lengkap : Rivi Dwi Lestari

2. Tempat/tanggal lahir : Bantul/ 15 September 2000

3. Universitas : Universitas Negri Yogyakarta

4. Jurusan/Fakultas : Pendidikan Kimia/FMIPA

5. Semester :3

6. No.telp/HP : 083869871606

7. E-mail : rividwilestari@gmail.com

8. Alamat : Stan 04/44 Maguwoharjo Depok


Sleman Yogyakarta

Yogyakarta, 1 Desember 2020

(Rivi Dwi Lestari)


19303244013

Anda mungkin juga menyukai