Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar belakang masalah

Dalam kehidupan kita sehari-hari pasti kita pernah mendengar istilah atau
kata egois, egois secara umum dapat di artikan sebagai “terlalu mementingkan diri
sendiri”.atau seseorang yang tak bisa mengontrol egonya. nyaris hampir semua
orang di zaman sekarang pasti pernah mengatakan tentang egois, seperti “kamu
egois” atau “kenapa aku egois?” .hal ini biasanya di ucapkan dalam dua situasi,
pertama saat menyadari kesalahan sendiri dan kedua saat menyadari kesalahan orang
lain.dan biasanya ini di katakan kepada seseorang yang berpengaruh dalam
hidupnya seperti saudara atau munkin pacar. hal itu merupakan hal yang lumrah
pada zaman sekarang ini dan secara tidak langsung ini menunjukan kalau egois itu
telah menjadi sifat dasar manusia di zaman sekarang ini. Sebagai contoh lain adalah
para koruptor yang sedang meraja rela di negeri ini yang hanya memperkaya diri
sendiri tanpa memikirkan orang lain yang berharap pada apa yang bisa dia berikan,
dan tanpa menyadari untuk apa dia di jadikan.

Dalam setiap peralatan pasti mempunyai apa yang namanya software atau
bisa di bilang sebagai sesuatu yang mengontrol suatu program di dalam peralatan itu
agar peralatan dapat berjalan seperti apa yang kita inginkan. Nah semua itu sama
halnya dengan diri ini, jika ingin menjadi yang terbaik bagi diri dan orang lain maka
kontrollah diri kita sendiri (do be the best). Kita telah ketahui bahwa egois itu
merupakan bagian dari pengendalian diri,maka cara mengatasinya adalah belajarlah
untuk mengetahui diri kita dan dan kalau kita tahu maka kita akan bisa untuk
mengendalikannya dengan kedua hal itu kita bakal tau apa yang harus kita lakukan
untuk menjadi yang lebih baik. karena walau bagaimana pun jika kita pandai untuk
mengontrol diri maka semua akan baik-baik saja “all is well”.

Uraian di atas adalah dasar yang mendorong kami untuk mengetahui lebih
jauh tentang apa yang di namakan tentang sifat egois itu sendiri semoga uraian kami
bermanfaat bagi kita semua ..amiin
Tujuan

Tujuan Umum :

· Untuk mengetahui apa itu egois ?

· Mengetahui tentang egois

· mengetahui manfaat dan dampak egois

· mengetahui cirri-ciri pribadi yang egois

· mengetahui penggolongan teori egoism

· mengetahui penyebab egois

· mengetahui contoh-contoh kasus egois

· mengatahui cara mengatasi egoiis

· mengetahui keriteria orang yang egois

· tips jitu menuju perubahan

Tujuan khusus :

Ø Untuk memenuhi salah satu tugas Personal Development

Ø Sebagai salah satu syarat UTS


BAB II

PEMBAHASAN

A. Apa itu egois ?

egoisme merupakan motivasi untuk mempertahankan dan meningkatkan


pandangan yang hanya menguntungkan diri sendiri. Egoisme berarti
menempatkan diri di tengah satu tujuan serta tidak peduli dengan penderitaan
orang lain, termasuk yang dicintainya atau yang dianggap sebagai teman dekat.
Istilah lainnya adalah "egois".

Hal ini berkaitan erat dengan, atau "mencintai diri sendiri," dan
kecenderungan mungkin untuk berbicara atau menulis tentang diri sendiri dengan
rasa sombong dan panjang lebar. Egoisme dapat hidup berdampingan dengan
kepentingannya sendiri, bahkan pada saat penolakan orang lain.

Egoisme berbeda dari altruisme, atau bertindak untuk mendapatkan nilai


kurang dari yang diberikan, dan egoisme, keyakinan bahwa nilai-nilai lebih
didapatkan dari yang boleh diberikan. Berbagai bentuk "egoisme empiris" bisa
sama dengan egoisme, selama nilai manfaat individu diri sendirinya masih
dianggap sempurna.

Istilah "egoisme" berasal dari bahasa Yunani yakni yang berarti "Diri"
atau "Saya", danyang digunakan untuk menunjukkan filsafat. Dengan demikian,
istilah ini etimologis berhubungan sangat erat dengan egoisme.

Dalam berinteraksi dengan orang lain, di sekitar kita banyak terdapat


beranekaragam type, karakter, kepribadian manusia yang memberikan warna
tersendiri dalam kehidupan ini. Ketika berinteraksi itu tak jarang terjadi gesekan
yang bisa membuat salah satu atau semua pihak merasa tersakiti. Efeknya dapat
menimbulkan rasa kecewa, kesal dan marah. Hal ini mungkin disebabkan karena
ucapan, tulisan atau perbuatan kita yang bagi orang lain serasa telah
menyinggung. Pada saat seseorang merasa tersakiti atau kecewa, bisa saja
seketika itu juga dia bisa memaafkan orang yang menyakitinya, namun belum
tentu dia bisa melupakan (secara langsung) kejadian itu.

Seperti kata petuah bijak, "Berbuat kebaikan itu bagaikan guyuran


hujan disaat kemarau, segarnya bisa dirasakan oleh semua orang. Namun
berbuat keburukan ibarat menancapkan paku pada sebuah kayu, andai sudah
dicabut pakunya tapi bekasnya akan selalu ada”
Para ahli psikologi klinis dan eksperimental, setelah meneliti ribuan kasus
orang yang sesungguhnya dengan segala macam masalahnya, sampai pada
kesimpulan bahwa dahaga akan ego juga bersifat universal danalami seperti
kelaparan akan makanan. Dan makanan bagi ego memenuhi tujuan yang sama
seperti makanan bagi tubuh. Tubuh memerlukan makanan untuk bisa
mempertahankan kelangsungan hidup. Ego, atau kepribadian setiap individu yang
unik, memerlukan penghargaan dan persetujuan serta rasa puas karena telah
mencapai sesuatu.

Ego yang lapar adalah ego yang jahat. Memperbandingkan ego dengan
perut sangat tepat untuk menjelaskan mengapa orang bertindak sebagaiman yang
mereka lakukan. Seseorang yang makan kenyang tiga kali sehari tidak terlalu
memikirkan perutnya. Tetapi seseorang yang tidak makan satu atau dua hari
menjadi benar-benar lapar dan seluruh kepribadiannya tampak berubah, dari orang
yang pemurah, periang dan baik hati, dia cenderung akan menjadi suka bertengkar
dan jahat. Dia jadi lebih suka mencela. Tidak ada suatu apapun yang
memuaskannya. Tidak ada gunanya bagi teman-teanyang beritikad baik untuk
menghampirinya dan mengatakan bahwa masalahnya hanyalah bahwa dia “terlalu
pemperhatikan perutnya” dan bahwa dia harus mengalihkan pikiran dari perutnya.

Demikian pula tidak ada manfaatnya mengatakan kepadanya bahwa dia


akan bisa mengatasi sifat “memntingkan perutnya sendiri” dan bahwa itu berarti
menyesuaikan diri dengan tuntutan alam akan kelestarian. Alam telah
menempatkan insting dalam setiap makhluk hidup yang mengatakan “Anda dan
kebutuhan dasar Anda didahulukan”. Singkatnya dia harus makan, dan memenuhi
kebutuhan dasarnya sendiri, sebelum dia bisa memberikan perhatian kepada hal-
hal lainnya.

Demikian pula halnya dengan orang yang mementingkan diri sendiri. Bagi
pribadi yang sehat jasmani dan rohani serta normal, alam menuntut takaran
tertentu penerimaan diri dan persetujuan diri. Dan tidak ada manfaatnya
mengecam orang yang mementingkan diri sendiri dan menyuruhnya mengalihkan
pikiran dari dirinya sendiri. Dia tidak bisa mengalihkan pikiran dari dirinya
sebelum dahaganya akan ego belum terpuaskan. Setelah itu, dia pasti akan
mengalihkan pikiran dari dirinya sendiri, dan memberikan perhatiannya kepada
pekerjaannya, serta kepada orang lain dan kebutuhan mereka.
B.Tentang egois !

Pada dasarnya manusia itu merupakan makhluk yang egois. Ini sudah
dijelaskan oleh berbagai ilmu pengetahuan, yang antara lain:

Berdasarkan ilmu Perkembangan, sifat egois sudah ada dari kita masih
balita yaitu egocentrism. Egocentrism adalah tingkah laku anak yang tidak dapat
menempatkan dirinya di posisi orang lain. Misalnya: Ingin selalu diperhatikan,
pendapatnya harus bisa diterima, mengharap orang lain memahami dirinya
padahal dirinya tidak pernah mau memahami orang lain.

Berdasarkan ilmu Antropologi, setiap manusia memang bersifat


antroposentris, yakni melakukan sesuatu yang didasarkan pada kepentingan
dirinya. Misalnya: Orang melakukan sesuatu karena ingin memenuhi kebutuhan
dan memuaskan diri dengan apa yang disukai. Dia berhubungan dengan orang lain
untuk mewujudkan apa yang menjadi keinginannya. Manusia disebut makhluk
sosial adalah karena sama-sama tidak bisa memenuhi kebutuhannya sendiri, tapi
membutuhkan orang lain.

Menurut Sigmund Freud manusia memiliki struktur kepribadian yang


dibagi menjadi tiga (3), yaitu id, ego, dan superego.

a. Id adalah keinginan paling liar yang dimiliki setiap orang (makan,


minum

b. Superego adalah norma-norma di luar diri kita.

c. Ego adalah diri kita yang bersifat memutuskan, apakah kita lebih
memilih id atau ego dan bagaimana id bisa terpuaskan dengan tetap
memperhitungkan superego.

Ketika seseorang terlalu mementingkan id-nya, maka orang tersebut


menjadi orang yg menghalalkan segala cara demi memenuhi kebutuhannya. Frued
menyebut orang seperti ini sebagai idish (mementingkan id-nya) dan kita biasa
menyebutnya egois.
C.Manfaat dan dampak egois

Manfaat egois bagi kehidupan :

ü Terlalu ingin melindungi orang yang penting didalam hidup kita demi
keselamatannya.

ü Suka mengatur untuk kebaikan.

ü Tidak suka melihat hal-hal yang tidak baik.

ü Selalu berusaha dan pantang menyerah walaupun sering mengalami


kegagalan.

ü Membantah untuk sesuatu yang tidak baik dan berdampak buruk.

Dampak egois bagi kehidupan :

Lingkungan sulit menerimanya karena tidak ada usaha darinya untuk


menyesuaikan diri. Daripada terjadi konflik, pada umumnya lingkungan akan
menghindar berelasi dengannya sehingga ia terpaksa hidup dalam kesendirian.
Malangnya, makin terkucil, makin ia menganggap bahwa lingkunganlah yang
salah. Pada akhirnya orang yang egois hidup dalam kesendirian.

Lingkungan pun sulit untuk mempercayainya sebab lingkungan menilai ia


tidak tulus. Semua yang dikerjakannya cenderung dinilai mempunyai maksud
tersembunyi di belakangnya. Pada akhirnya relasinya dengan sesama terhambat
dan makin hari makin sedikit orang yang bersedia berelasi dengannya. Kalaupun
berelasi, relasi yang terjalin merupakan relasi timbal-balik, tanpa ketulusan dan
pengorbanan.

Dan hal-hal di atas dapat di ringkas menjadi sebagai berikut :

ü Merasa diri selalu benar dan hebat.

ü Suka membantah bila dinasehati yang baik.

ü Gaya hidup yang terlalu bebas tanpa aturan dan orang lain tidak
berhak melarang.

ü Memuaskan diri sendiri dengan merugikan orang lain.


ü Tidak perduli dengan orang-orang dan lingkungan disekelilingnya

D.Ciri-Ciri Pribadi yang Egois

Hanya dapat melihat dari sudut pandangnya; tidak dapat melihat dari
sudut pandang orang lain, apa lagi merasakan apa yang orang lain rasakan. Jadi,
tidak mudah untuk berbincang dengannya kerana ia akan berusaha agar kita
menuruti pendapatnya.
Hanya memikirkan kepentingan peribadinya; jadi, apa yang dilakukannya
selalu untuk kepentingan peribadi, bukan ikhlas untuk kepentingan orang lain. Ia
tidak mengenal erti pengorbanan dan ketulusan; semua hal diperkirakan
berdasarkan untung ruginya.
Kesan Peribadi Yang Ego. Orang sekeliling sukar menerimanya kerana
tidak ada usaha darinya untuk menyesuaikan diri. Daripada terjadi konflik, pada
umumnya orang sekeling akan menjauhkan diri dari berhubungan dengannya
sehingga ia terpaksa hidup bersendirian. Malangnya, semakin kesunyian, semakin
ia menganggap bahawa orang sekeliling yang salah. Pada akhirnya orang yang
ego hidup dalam bersendirian. Sahabat pun sukar untuk mempercayainya sebab
mereka menilai ia tidak jujur. Semua yang dikerjakannya cenderung dinilai
mempunyai maksud tersembunyi di belakangnya. Pada akhirnya hubungannya
dengan yang lain tersekat dan semakin hari semakin sedikit orang yang bersedia
berkawan dengannya. seandainya bersahabatpun, hubungan yang terjalin
merupakan hubungan timbal-balik, tanpa keikhlasan dan pengorbanan.

Secara garis besar egois di bagi menjadi dua level yaitu :

A. Ciri - ciri orang egois pada level I adalah:

1. Suka membuang makanan sementara ada orang yang kelaparan.

2. Suka menghamburkan uang sementara banyak orang yang membutuhkan.

3. Membuang sampah sembarangan sehingga dapat merugikan banyak orang.

4. Merokok di tempat umum tanpa peduli ada orang lain di sekitarnya.

5. Mendengarkan musik keras-keras saat orang lain sedang beristirahat atau


beribadah.

B. Ciri – ciri orang egois level II adalah:

1. Mampu bersenang-senang sementara ada orang di sekitarnya yang


menderita karenanya.
2. Setiap kali menyakiti tidak pernah berkata maaf.

3. Tidak berusaha memperbaiki kesalahannya yang berakibat buruk untuk


orang lain.

4. Selalu ingin menang sendiri, setiap keinginannya harus terpenuhi dengan


cara apapun.

5. Merasa dirinya hebat dan tidak membutuhkan orang lain

E.Penggolongan Teori Egoisme

1.Egoisme Psikologis

1.1. Pendapat pokok faham egoisme psikologis:

Egoisme psikologis pada pokoknya berpendapat bahwa kodrat manusia


dalam kenyataannya secara psikologis cenderung memilih tindakan yang
menguntungkan bagi dirinya sendiri. Menurut faham ini, apa yang disebut sebagai
sikap altruis (y.i. sikap mau mencintai dan berkorban diri demi kepentingan orang
lain) hanyalah mitos belaka. Kalau dalam praktek kehidupan sehari-hari
nampaknya terjadi, hal itu memang hanya nampaknya saja demikian. Sebab
apabila orang mau meneliti apa motivasi sesungguhnya yang mendorong
dilakukan tindakan itu, akan menjadi nyata bahwa tindakan altruis itu tidak lain
hanyalah bentuk terselubung dari cinta diri.

1.2. Argumentasi untuk menolak kemungkinan adanya sikap altruis sungguh-


sungguh:

1.2.1. Setiap tindakan yang dilakukan dengan bebas pada dasarnya muncul dari
pilihan pelakunya untuk melakukan sesuatu yang paling ia ingini untuk dilakukan.
Misalnya seorang yang menyumbangkan uangnya ke proyek sosial pengumpulan
dana bagi para korban gempa bumi tidak dapat dikatakan bahwa ia bersikap
altruis, sedangkan yang memakainya untuk menonton film bersikap egois. Karena
pada keduanya, si pelaku hanyalah melakukan apa yang masing-masing memang
paling mereka ingin lakukan. Yang satu justru merasa senang dan bahagia kalau
dia dapat menyumbangkan uangnya pada proyek sosial, sedangkan yang lain
merasa senang dan bahagia kalau dapat melakasanakan apa yang ia inginkan, dan
dalam hal ini yang ia inginkan adalah menonton film. Jadi kedua-duanya
sebenarnya mencari apa yang menguntungkan untuk dirinya sendiri.

1.2.2. Suatu tindakan hanya nampaknya saja tidak bersifat egois atau altruis.
Kalau motivasi sesungguhnya dapat diketahui, maka akan menjadi nyata bahwa
tindakan itu sebenarnya didasari oleh cinta diri. Misalnya orang yang
menyumbangkan uangnya ke proyek sosial tadi, setelah melakukan apa yang
ingin dia lakukan, ia merasa senang dan puas dan kemudian dapat tidur dengan
pulas di waktu malam karena merasa telah menunaikan tugasnya dengan baik.
Sedangkan kalau ia tidak menyumbangkan uangnya pada proyek sosial, maka
hatinuraninya terus merasa terganggu. Jadi dalam melakukan pemberian dana itu
sebenarnya ia mempunyai pamrih pribadi.

1.2.3. Untuk menjelaskan pendapat di atas, Thomas Hobbes (1588-1679) dan


kemudian dikembangkan oleh Moritz Schlick (1881-1936) mengajukan pendapat
bahwa untuk menilai suatu tindakan, orang perlu menemukan motivasi
sesungguhnya dari tindakan tersebut, dan untuk ini orang perlu tidak hanya
berhenti pada penafsiran yang dangkal. Menyebut suatu tindakan sebagai
ungkapan sikap altruis menurut dia merupakan suatu penafsiran yang terlalu
dangkal terhadap kejadian yang sesungguhnya. Kalau orang mau mengakui
kenyataan, motivasi yang sesungguhnya selalu mengandung unsur cinta diri.
Sebagai contoh misalnya apa yang disebut cintakasih. Motivasi yang
sesungguhnya di balik tindakan menolong orang lain adalah mau menunjukkan
bahwa dirinya lebih baik dari yang lain, lebih mampu, lebih unggul dari yang
ditolong. Dalam tindakan berbelaskasih, alasan yang sebenarnya mengapa kita
mempunyai rasa belaskasih terhadap sesama manusia yang menderita adalah
karena kita sendiri berharap agar kalau kita berada dalam situsai macam itu orang
lain pun berbelaskasih atau mau menolong kita. Pada orang yang berbelaskasih
ada kekhawatiran jangan-jangan penderitaan atau kemalangan yang sama nanti
suatu ketika juga menimpa dirinya.

1.3. Tanggapan kritis:

Seperti pernah secara cukup jeli dikemukakan oleh James


Rachels,argumentasi yang mendasari faham egoisme psikologis sepintas nampak
sulit dibantah, namun argumentasinya sebenarnya muncul karena beberapa
kerancuan pengertian. Kalau kerancuan tersebut dapat diurai, menjadi jelas bahwa
argumentasi mereka yang menganut egoisme psikologis tidak dapat
dipertahankan. Sekurang-kurangnya terkandung tiga jenis kerancuan pengertian
dalam argumentasi yang dikemukakan oleh para penganut dan penganjur egoisme
psikologis. Kerancuan yang pertama adalah kerancuan pengertian antara egoisme
dalam arti mendahulukan kepentingan diri sendiri (selfishness) dan egoisme
dalam arti berguna untuk diri sendiri (self-interest). Keduanya tidak sama. Kalau
saya mematuhi hukum yang berlaku atau bekerja keras di kantor, ini tidak dapat
dikatakan bahwa saya egois dalam arti hanya mendahulukan kepentingan diri saya
sendiri. Perbuatan itu memang pada dasarnya berguna (atau mungkin lebih tepat
bernilai) untuk diri saya sendiri. Arti yang kedua ini sebenarnya tidak tepat untuk
disebut egois. Dalam pengertian egois sebenarnya selalu terkandung penilaian
negatif bahwa si pelaku tidak mempedulikan kepentingan orang lain dan hanya
mementingkan dirinya sendiri melulu.

Kerancuan yang kedua adalah kerancuan antara pengertian perilaku yang


mengejar kepentingan diri (self-interested behavior) dan perilaku yang disukai,
karena memberi nikmat (the pursuit of pleasure). Dalam kehidupan sehari-hari
banyak hal seringkali kita lakukan memang karena kita menyukainya. Tetapi
kenyataan bahwa kita melakukan suatu perbuatan karena kita menyukainya, atau
bahwa perbuatan itu membawa kenikmatan tersendiri bagi kita, tidak dengan
sendirinya dapat dikatakan bahwa perbuatan kita itu muncul berdasarkan motif
egoisme, dalam arti hanya mengejar kepentingan diri sendiri. Kalau ada
orang yang suka menghisap rokok kretek dalam-dalam setelah makan siang,
karena hal itu terasa nikmat untuknya, kita tidak dapat mengatakan bahwa
perbuatan orang itu dengan sendirinya bermotifkan egoisme. Baru kalau dalam
menghisap rokok tersebut ia sama sekali tidak peduli akan keluhan tetangganya
yang sedang sakit flu, maka perbuatan itu dapat dikatakan sebagai perbuatan yang
egois.

Kerancuan yang ketiga adalah kerancuan pengertian bahwa suatu


perhatian akan kepentingan diri sendiri selalu tidak dapat diselaraskan dengan
kepentingan sejati dari orang lain. Karena sudah jelas bahwa setiap orang (atau
hampir setiap orang) selalu memperhatikan apa yang menjadi kepentingannya,
para penganut egoisme psikologis menarik kesimpulan bahwa setiap orang itu
egois dan tidak pernah secara sungguh-sungguh memperhatikan kepentingan
orang lain. Anggapan ini tentu saja keliru. Pengejaran kepentingan diri sendiri
tidak dengan sendirinya bertabrakan dengan kepentingan orang lain. Memang
tidak jarang terjadi bahwa timbul tabrakan antara kepentingan diri kita sendiri
dengan kepentingan orang lain. Tetapi hal ini tidak selalu terjadi, dan kalau itu
terjadi, tidak dengan sendirinya pula bahwa kita mendahulukan kepentingan diri
kita sendiri seraya mengorbankan kepentingan orang lain. Kenyataan bahwa ada
orang yang secara tulus berkorban untuk orang lain, seperti seorang ibu bagi
anaknya, seorang gadis bagi pemuda idamannya, dsb., membuktikan bahwa dalam
berbuat, orang pada dasarnya secara psikologis tidak selalu didorong oleh
egoisme.

Dalam usaha untuk menemukan faktor pokok yang menentukan tindakan


manusia, para penganut egoisme psikologis melupakan bahwa motivasi tindakan
manusia itu dapat bersifat kompleks. Menyatakan bahwa semua tindakan manusia
pada dasarnya didorong oleh motivasi egois merupakan suatu penyederhanaan
yang mengabaikan kompleksitas tersebut. Pernyataan yang bersifat reduksionistik
(terlalu menyederhanakan) itu juga mengungkapkan sikap yang terlalu sinis
terhadap perbuatan baik orang. Dengan alasan menekankan kejujuran untuk
mengakui apa yang sesungguh-nya menjadi motivasi seseorang untuk bertindak,
lalu secara sinis terlalu cepat curiga akan maksud baik orang lain.

2. Egoisme Etis

2.1. Pendapat pokok faham egoisme etis:

Egoisme etis adalah suatu faham etika normatif yang menyatakan bahwa
setiap orang wajib memilih tindakan yang paling menguntungkan bagi dirinya
sendiri. Dengan kata lain, menurut faham ini, tindakan yang baik dan dengan
demikian wajib diambil adalah tindakan yang menguntungkan bagi diri sendiri.
Satu-satunya kewajiban manusia adalah mengusahakan agar kepentingannya
sendiri dapat terjamin.

Ini tidak berarti bahwa kepentingan orang lain harus senantiasa diabaikan.
Karena, bisa jadi demi pencapaian hasil yang paling menguntungkan untuk diri
sendiri, orang justru perlu mengindahkan kepentingan orang lain. Namun dalam
hal ini kenyataan bahwa tindakan itu membawa keuntungan atau kebaikan untuk
orang lain bukanlah hal yang membuat tindakan tersebut benar. Yang membuat
tindakan itu benar adalah fakta bahwa tindakan itu menunjang usaha untuk
memperoleh apa yang paling menguntungkan bagi dirinya.

Faham ini juga tidak bermaksud menganjurkan untuk mencari nikmat


pribadi sepuas-puasnya, seperti halnya diajarkan oleh faham Hedonisme. Justru
dalam banyak hal faham Egoisme Etis melarang pencarian nikmat pribadi, karena
hal itu dalam jangka panjang justru tidak menguntungkan. Yang dianjurkan oleh
Egoisme Etis adalah agar setiap orang melakukan apa yang sesungguhnya dalam
jangka panjang akan menguntungkan untuk dirinya (“A person ought to do
what really is to his or her own best advantage, over the long run.”) Egoisme
Etis memang menganjurkan “selfishness”tetapi bukan “foolishness”.

2.2. Argumen-argumen untuk mendukung Egoisme Etis:

Argumen pertama yang biasanya dipakai untuk mendukung Egoisme Etis


adalah kenyataan bahwa kalau kita mau mengusahakan hal-hal yang
menguntungkan semua pihak, masing-masing orang justru wajib memperhatikan
kepentingannya sendiri. Karena yang paling tahu tentang apa yang paling
dibutuhkan oleh seseorang adalah orang itu sendiri, dan bukan orang lain. Kalau
kita cenderung mau mengurusi orang lain, dapat terjadi bahwa kita justru tidak
menguntungkan semua pihak. Seperti dinyatakan oleh Robert G. Olson dalam
bukunya The Morality of Self-Interest (1968), “The individual is most likely to
contribute to social betterment by rationally pursuing his own best long-range
interests”

(“Masing-masing individu akan paling menyumbang pada perbaikan sosial


[kalau masing-masing individu] dengan secara rasional mengejar apa yang dalam
jangka panjang menjadi kepentingannya sendiri yang paling baik”). Masing-
masing orang sendiri lah yang paling tahu akan apa yang diinginkan dan
dibutuhkannya. Kita tidak pernah tahu persis apa yang diinginkan dan dibutuhkan
orang lain. Kalau kita mencampuri urusan orang lain, campurtangan ini justru
malah hanya merusak kesejahteraannya, karena bersifat ofensif bagi
kebebasannya untuk menentukan diri. Mencampuri urusan orang lain dapat
melanggar prinsip “privacy” seseorang. Menjadikan orang lain sebagai objek atau
sasaran perbuatan karitatif kita, sama saja dengan merendahkan martabatnya.
Dengan memperhatikan kepentingan orang lain, kita dapat menciptakan situasi
ketergantungan dan kurang menghargai kemampuan serta harga diri orang yang
ditolong.

Argumen yang kedua mendasarkan diri pada keunggulan Egoisme Etis


dibandingkan dengan Etika Altruis dalam menjunjung tinggi nilai hidup masing-
masing individu. Seperti dinyatakan oleh Ayn Rand (dalam bukunya The Virtues
of Selfishness),Egoisme Etis merupakan satu-satunya filsafat moral yang
menghormati integritas kehidupan masing-masing individu. Menurut dia, Etika
Altruis bersifat merusak nilai hidup manusia sebagai individu di dunia ini. Etika
Altruis yang cenderung mengatakan pada setiap orang “hidupmu hanyalah sesuatu
yang bersifat sementara dan pantas dikorbankan,” dapat dikatakan cenderung
menolak nilai diri pribadi manusia. Perhatian pokok kaum altruis bukan
bagaimana dapat hidup sepenuh-penuhnya di dunia ini, tetapi bagaimana mati suci
(bagaimana mengorbankan hidup ini) bagi orang lain. Perhatian pokok macam ini
dapat membuat orang kurang menghargai dan memperkembangkan hidupnya
semaksimal mungkin.

Argumen tersebut kalau mau dirumuskan secara singkat akan berbunyi sebagai
berikut:

(1) Setiap pribadi manusia hanya memiliki satu hidup untuk dihayati. Kalau
kita memandang setiap individu bernilai sungguh-sungguh, atau kalau setiap
individu secara moral bernilai dalam dirinya sendiri, maka kita mesti menyetujui
bahwa hidup kita yang satu ini amatlah penting untuk dipertahankan dan
dikembangkan sepenuhnya.

(2) Etika Altruis memandang hidup masing-masing individu sebagai suatu


yang bila perlu mesti direlakan untuk dikorbankan bagi orang lain.
(3) Maka Etika Altruis tidak menganggap serius nilai hidup masing-masing
individu manusia.

(4) Sedangkan, Egoisme Etis, yang memperkenankan setiap pribadi manusia


memandang hidupnya sendiri sebagai bernilai paling tinggi, sungguh
mengambil serius nilai hidup masing -masing individu manusia; bahkan Egoisme
Etis dapat dika-takan merupakan satu-satunya teori moral yang melakukan hal itu.

(5) Maka Egoisme Etis merupakan teori moral yang wajib diterima.Argumen
yang ketiga yang biasanya dipakai untuk mendukung teori moral Egoisme Etis
adalah kemampuannya untuk secara jelas dan sederhana memberikan satu prinsip
dasar untuk menjelas-kan macam-macam aturan dan pedoman perilaku manusia
sehari-hari. Di balik macam-macam aturan yang mengikat manusia dalam
hidupnya sehari-hari, seperti: tidak boleh menyakiti orang lain, wajib mengatakan
yang benar, wajib menepati janji, dsb., menurut Egoisme Etis, ada satu prinsip
dasar, yakni prinsip mengejar kepentingan diri sendiri. Aturan-aturan tersebut
dapat diterangkan berdasarkan prinsip mengejar kepentingan diri sendiri.
Mengapa kita tidak boleh menyakiti orang lain, misalnya, dapat dijelaskan
demikian: apabila kita biasa menyakiti orang lain, maka orang lain pun tidak akan
segan-segan atau ragu-ragu untuk menyakiti kita. Kalau kita menyakiti orang lain,
orang itu akan melawan dan membalas. Dapat terjadi pula bahwa karena kita
menyakiti orang lain, kita akan dihukum dan dimasukkan penjara karenanya.
Dengan menyakiti orang lain, akhirnya kita sendiri akan rugi. Maka pada
dasarnya merupakan keuntungan bagi diri kita sendiri apabila kita tidak menyakiti
orang lain. Logika pemikiran yang sama dapat dipakai untuk menjelaskan aturan-
aturan lain yang wajib kita patuhi setiap hari.

2.3. Tanggapan Kritis:

Kalau kita perhatikan argumen pertama di atas secara kritis, maka akan
nampak bahwa argumen tersebut sebenarnya tidak mendukung prinsip egoisme
etis. Mengapa demikian? Alasan pokok yang diberikan dalam argumen pertama
untuk mendukung Egoisme Etis adalah bahwa kalau setiap orang mengejar apa
yang dalam jangka panjang menjadi kepentingannya sendiri yang paling baik,
maka perbaikan sosial atau terpenuhinya kepentingan semua pihak justru akan
terjamin, karena masing-masing individu lah yang paling tahu apa yang dia
butuhkan. Kalau Egoisme Etis sungguh konsisten dengan prinsipnya, maka ia
tidak perlu peduli akan perbaikan sosial atau keterjaminan bahwa kepentingan
semua pihak akan lebih terpenuhi. Kenyataan bahwa dalam argumen pertama hal
tersebut dipedulikan dan bahkan dijadikan alasan untuk bersikap egoistik, maka
walaupun Egoisme Etis menganjurkan untuk berperilaku egoistik, prinsip dasariah
yang melandasinya justru tidak egoistik.
Dalam argumentasi kedua, Egoisme Etis nampaknya keluar sebagai teori
moral yang lebih baik atau lebih masuk akal daripada Etika Altruis. Akan tetapi
hal itu terjadi karena faham Etika Altruis digambarkan sedemikian ekstrim,
sehingga tidak sesuai dengan apa yang sesungguhnya diajarkan olehnya. Dalam
argumen tersebut diberi kesan bahwa Etika Altruis itu mengajarkan bahwa
kepentingan diri sendiri itu sama sekali tidak bernilai dibandingkan dengan
kepentingan orang lain, sehingga setiap tuntutan untuk mengorbannkannya demi
kepentingan orang lain wajib dipenuhi.

Akan tetapi gambaran tentang Etika Altruis, sebagaimana diberikan oleh


Ayn Rand sebagai penganjur Egoisme Etis, itu tidak fair, karena yang diajarkan
oleh Etika Altruis tidak seekstrim dalam gambaran tersebut. Yang diajarkan oleh
Etika Altruis adalah bahwa meskipun hidup masing-masing individu di dunia ini
merupakan suatu yang amat bernilai, namun bukanlah satu-satunya nilai dan juga
bukan nilai yang mutlak. Usaha mencapai kebagiaan hidup sejati manusia tidak
lepas dari perlunya bersikap baik terhadap orang lain dan kerelaan untuk
berkorban bagi manusia lain. Kalau hal tersebut sasamasekali diabaikan, karena
nilai hidup masing-masing individu di dunia ini dimutlakkan, maka kebahagiaan
sejati manusia justru tidak akan tercapai. Demikianlah, dengan terlalu
memutlakkan nilai hidup masing-masing individu manusia, Egoisme Etis justru
akan menggagalkan usahanya sendiri untuk mengejar apa yang paling menunjang
bagi terpenuhinya kepentingan diri yang sejati.

Berkenaan dengan argumentasi ketiga, argumen ini pun tidak berhasil


menegakkan Egoisme Etis sebagai teori moral normatif yang dapat dan perlu
diterima. Argumen tersebut hanya mampu menunjukkan bahwa sebagai pedoman
umum dapat dikatakan bahwa memang lebih menguntungkan bagi diri sendiri
untuk melaksanakan kewajiban dan tidak melanggar larangan sebagaimana diatur
dalam pedoman perilaku sehari-hari. Berusaha untuk tidak menyakiti orang lain
memang pada umumnya lebih menguntungkan untuk diri sendiri. Tetapi hal
ini tidak selalu demikian. Kadang-kadang dalam praktek orang lebih beruntung
kalau dapat menyakiti orang lain terlebih dulu daripada disakiti olehnya. Maka
kewajiban untuk tidak menyakiti orang lain dan kewajiban-kewajiban moral yang
lain tidak dapat diturunkan dari prinsip egoistik untuk mencari apa yang paling
menguntungkan untuk diri sendiri.

Selain itu, seandainya benar bahwa dengan mendermakan uangnya kepada


orang miskin pada akhirnya diri sendirilah yang diuntungkan, kiranya tidak dapat
ditarik kesimpulan bahwa keuntungan diri sendirilah yang menjadi motif pokok
tindakan mendermakan uang kepada orang miskin. Yang seringkali terjadi adalah
bahwa motif pokok tindakan tersebut memang kepentingan orang yang ditolong,
sedangkan untuk diri sendiri itu hanyalah sekunder atau merupakan akibat
samping dari tindakan mau menolong orang lain tersebut. Seandainya betul bahwa
semua tindakan altruistik itu bermotifkan kepentingan egoistik, maka hidup sosial
manusia akan menjadi lebih sulit, karena dipenuhi rasa kecurigaan. Setiap
perbuatan baik akan selalu ditanggapi dengan sikap sinis, karena toh bukan
kepentingan orang yang ditolong yang menjadi fokus perhatian, tetapi diri sendiri.
Orang yang mendapatkan pertolongan sulit untuk berterima kasih, karena melulu
hanya dijadikan sarana saja bagi pemenuhan kepentingan diri si penolong saja.

Egoisme Etis biasanya mendasarkan diri pada apa yang dikemukakan oleh
Egoisme Psikologis. Tetapi kita sudah lihat di atas, bahwa pendapat pokok
Egoisme Psikologis tidak dapat dipertahankan. Sebagaimana Egoisme Psikologis,
Egoisme Etis meredusir kompleksitas motivasi tindakan manusia pada motif
mencari apa yang menguntungkan bagi diri sendiri. Tetapi ini tidak sesuai dengan
kenyataan. Bahwasanya Egoisme Etis dapat menjelaskan kewajiban moral atas
dasar prinsip kepentingan diri atau motif mencari apa yang menguntungkan bagi
diri sendiri, belumlah merupakan bukti bahwa kepentingan diri merupakan satu-
satunya dasar bagi kewajiban moral. Hanya kalau dapat dibuktikan bahwa
kepentingan diri merupakan satu-satunya dasar bagi kewajiban moral, maka
Egoisme Etis sebagai suatu teori moral normatif tidak dapat diterima.

F.Penyebab adanya egois

Sebagian pribadi egois berasal dari latar belakang keluarga yang terlalu
memanjakan sehingga apa pun yang diminta selalu diberikan. Sebagian pribadi
egois berasal dari latar belakang hampa kasih sayang sehingga ia tidak pernah
belajar mengasihi. Ia menjadi hemat mengasihi dan berkorban karena ia tidak
pernah mengenal kasih sayang sehingga ia tidak pernah belajar mengasihi. Ia
menjadi orang yang tidak mengasihi dan tidak rela berkorban kerana ia tidak
pernah mengenal kasih sayang.

G. Contoh contoh kasus Egoisme

Ø Tidak mau kalah

Yang dimaksud tidak mau kalah disini:seseorang memaksakan semua


keinginannya,tanpa memperhatikan orang lain, atau ia menganggap bahwa semua
yang dia lakukan benar.
CONTOH KASUS: Dalam berorganisasi

Si fulan mengungkapkan pendapatnya dalam rapat,temannya menanggapi


atau memberikan masukan.Tetapi Si Fulan itu tidak mau menerima masukan,dan
ia bersikeras agar pendapatnya diterima dan tidak mau mendengarkan pendapat
orang lain.

Ø Mempunyai keinginan yang harus dicapai

Yang dimaksud Mempunyai Keinginan yang harus dicapai disini:


seseorang dalam mengerjakan sesuatu mempunyai tujuan dan obsesi tertentu.

CONTOH KASUS: Dalam perkuliahan

Si fulan pada perkuliahannya ingin mendapatkan IPK besar,ia


menghalalkan berbagai cara untuk mendapatkan keinginannya tersebut.

Ø Pola pikir dan orientasi hidup yang serba kebendaan

Yang dimaksud Pola pikir dan orientasi hidup yang serba kebendaan
disini:Seseorang dalam pikiran semasa hidupnya hanya mementingan semua
keinginan kebendaan.

CONTOH KASUS: Dalam kehidupan

Si fulan dalam hidupnya hanya memikirkan benda-benda yang ingin dia


dapatkan atau dia miliki,padahal masing-masing sudah mempunyai hak dan
rizkinya masing-masing.

Ø Paham matrealisme

Yang dimaksud Paham matrealisme disini:Seseorang memikirkan sesuatu


itu hanya dengan materi dan segala sesuatu yang ia lakukan pasti UUD (Ujung-
ujungnya Duit)dan ia melakukannya dengan menghalalkan berbagai cara.

CONTOH KASUS: Dalam Pendidikan

Pada zaman dahulu kemampuan seseorang lebih dihargai daripada


kekayaannya,namun pada zaman sekarung uang mempunyai pengaruh yang lebih
besar.

Ø Gaya hidup hedonis


Hedonisme yang berasal dari bahasa yunani memiliki arti hidup dalam
kesenangan dan kemewahan. Dimana kesenangan menjadi tolak ukur yang
mutlak.

Yang dimaksud Gaya Hidup Hedonis disini:seseorang menganggap


bahwa kesenangan dan kenikmatan merupakan tujuan utama hidup.

CONTOH KASUS: boros

Pikiran hedonis biasanya banyak ditemukan pada lingkungan strata sosial


ekonomi mapan, serta kurangnya pendidikan dari orang tua. Contoh kecil,
seseorang yang biasa hidup di dunia borjuis, ataupun seseorang yang hidupnya
berkutat dengan dunia narkoba, atau yang sangat jauh dari pendidikan agama dia
akan merasa bahwa kesenangan baginya adalah hidupnya yang sebenarnya.

Ø Hanya dapat melihat dari sudut pandangnya

Maksudnya: ia hanya melihat segala sesuatu dengan sudut pandangnya


sendiri,ia tidak dapat melihat dari sudut pandang orang lain, apalagi merasakan
apa yang orang lain rasakan. Jadi, tidak mudah untuk berdiskusi dengannya
karena ia akan berusaha keras agar kita menuruti pendapatnya.

CONTOH KASUS:

Ketika seseorang meminta bantuan pada kita namun kita mengatakan tidak
bisa karena sedang ada keperluan yang mendesak, namun orang yang meminta
bantuan itu sontak tidak terima dan menganggap kita tidak peduli padanya.
Padahal pada keadaan lain orang yang dimintakan sedang menghadapi musibah
yang orang tidak tahu.

Ø Hanya memikirkan kepentingan pribadinya

Jadi, apa yang dikerjakannya selalu untuk kepentingan pribadi, bukan


murni untuk kepentingan orang lain. Ia tidak mengenal makna pengorbanan dan
ketulusan; semua hal diperhitungkan berdasarkan untung-ruginya.

CONTOH KASUS:

Ketika terjadi kebanjiran di jalan raya, muncul orang-orang yang tiba-tiba


ikut membantu seseorang yang kendaraannya mogok, namun sebelum mereka
membantu kita mereka meminta bayaran dengan alasan untuk sesuap nasi.
Padahal orang yang terkena banjir sedang menghadapi musibah sehingga dia
harus bersegera mencari solusi, namun orang yang membantu tidak menghiraukan
dan tetap meminta byaran.
Ø Sifat dasar manusia yang tidak pernah puas

Dalam diri manusia mempunyai sifat utama, yaitu sifat baik dan buruk.
Maka egois adalah sifat dasar manusia yang buruk dan akan terlihat tergantung
dari manusia itu sendiri mampu mengontrol tidaknya sifat tersebut.

Ø Rasa trauma yang menimbulkan ketidak percayaan kepada orang lain

Ketika pada satu lingkungan kita selalu dihadapkan pada kekecewaan


yang dilakukan oleh lingkungan kita, maka kemudian akan mengakibatkan kita
menjadi skeptis atau sulit untuk menerima pikiran orang lain.

Ø Pemahaman yang dangkal tentang fungsi manusia sebagai makhluk sosial


yang saling membutuhkan.

Sebagaimana diketahui bersama bahwa manusia adalah makhluk sosial


dimana kita hidup berdampingan dengan yang lainnya saling membutuhkan,
namun hal itu tidak akan disadari jika kita tidak berusaha peka dan peduli pada
sesama, selain itu pembekalan moral dan agama dalam lingkungan keluarga
berperan besar terhadap perkembangan sikap diri kita dalam kehidupan.

Ø Sikap egois ini merupakan kelanjutan dari apa yang telah diterimanya
selama ini.

Maksudnya,seseorang berprilaku egois itu besar kemungkinannya dari


cara keluarganya memperlakukan ia.

CONTOH KASUS :

Sejak kecil ia dijunjung dan diutamakan, ia tidak pernah disalahkan dan


senantiasa dibenarkan, orang seperti ini sewaktu dia dewasa, dia menuntut
perlakuan yang sama dari semua orang.

Ø Sikap egois timbul dari keadaan lingkungan yang kelaparan, kelaparan


emosional, kelaparan finansial atau kelaparan jasmaniah & rohaniah.

Ø Lingkungan sulit menerimanya karena tidak ada usaha darinya untuk


menyesuaikan diri

Daripada terjadi konflik, pada umumnya lingkungan akan menghindar


berelasi dengannya sehingga ia terpaksa hidup dalam kesendirian. Malangnya,
makin terkucil, makin ia menganggap bahwa lingkunganlah yang salah. Pada
akhirnya orang yang egois hidup dalam kesendirian.
Ø Lingkungan pun sulit untuk mempercayainya sebab lingkungan menilai ia
tidak tulus

Semua yang dikerjakannya cenderung dinilai mempunyai maksud


tersembunyi di belakangnya. Pada akhirnya relasinya dengan sesama terhambat
dan makin hari makin sedikit orang yang bersedia berelasi dengannya. Kalaupun
berelasi, relasi yang terjalin merupakan relasi timbal-balik, tanpa ketulusan dan
pengorbanan.

Ø Akan menimbulkan suasana yang tidak harmonis dalam pergaulan

Pada suatu kelompok yang memiliki ikatan yang saling mengikat dan
membutuhkan, namun kemudian kita mengedepankan sikap egois pada
lingkungan tersebut maka keadaan yang tadinya dibuat untuk saling mengikat
akan menjadi tidak harmonis. Contoh sederhana dalam satu tim sepakbola jika
saja banyak yang mengedepankan sikap egois dalam permainannya maka yang
akan terjadi adalah rasa saling tidak percaya dan tidak suka yang mengakibatkan
ketidak harmonisan dalam tim tersebut.

Ø Memicu prilaku negatif pada lingkungan sekitar.

Jika dalam suatu lingkungan pergaulan cenderung kepada pemaksaan


keinginan atau ego masing-masing individu maka dalam lingkungan itu akan
timbul prilaku-prilaku yang negatif atau tidak sesuai dengan tatanan manusia
sebagai makluk sosial. Salah satu contoh sederhana ketika kita sedang dirundung
masalah dengan orang lain, karena kita merasa benar dan kita disudutkan oleh
orang lain maka kita melawan dengan memilih untuk memanggil kawan-kawan
kita yang tentu akan membela diri kita. Kemudian jika orang yang bertikai dengan
kita ternyata mempunyai rasa yang sama, maka prilaku anarki atau hal-hal yang
berdampak negatif pada lingkungan itu akan bermunculan.

H.Cara mengatasi egois

Bagi kamu yang punya teman tapi memiliki sifat egois yang menurut
kamu sudah tidak wajar lagi,saya yakin jika kamu tidak berjiwa besar dan
menerima apa adanya dari sifat egois yang dimilikinya, pasti kamu akan merasa
tidak nyaman ketika bersamanya. Atau, bisa jadi kamu langsung menjaga jarak
dengannya. Berbeda halnya jika kamu merasa bahwa dia adalah sahabat kamu,
pastinya kamu akan berusaha untuk memberikan perubahan kepada teman kamu
itu agar bisa mengurangi keegoisannya dan menjadi lebih baik lagi dari
sebelumnya. So, kalau kamu memang ingin melakukan hal tersebut.

Cara menghadapi orang yang egois :


Ø Sabar

Pastinya disini kamu memang harus lebih sabar menghadapinya. Rasanya


saya tidak perlu menjelaskan tentang ini, karena saya yakin kamu bisa
membayangkan apa yang akan terjadi jika kamu tidak sabar.

Ø Menjadi cermin baginya

Maksudnya disini adalah, kamu berusaha untuk menjadi contoh bagi


dirinya. Ketika kamu sering memenuhi permintaannya, sesekali cobalah kamu
meminta kepadanya agar dia mau memenuhi permintaan kamu juga. Misalnya,
“Andi, sudah dua hari kemarin kan saya selalu jemput kamu. Besok gantian,
tolong kamu yang jemput saya ya..”. Intinya dalam permintaan kamu itu
memberikan sebuah penegasan bahwa kamu berharap dia harus memenuhi
permintaan kamu.

Ø Berikan kritik dan saran

Seperti orang bijak mengatakan, “Teman sejati adalah seseorang yang


tidak selalu sejalan dengan kamu”. Ketika kamu merasa tindakannya adalah salah,
maka kamu sebagai sahabat harus segera mengingatkannya. Maka dari itu, ketika
kamu mendapatkan waktu yang tepat, berikan dia kritik dan saran bahwa ada
sesuatu hal yang tidak kamu sukai dan juga tidak baik untuknya. Memang
terkadang hal ini terasa susah, tapi bukankah kamu adalah sahabat sejati baginya?
mengintrospeksi diri dan mengetahui bahwa selama ini dia telah membuat kamu
menjadi korban keegoisannya.So, katakan walaupun itu pahit! J

Ø Berikan skak mat!

Kamu pasti tahu Skak mat? Itu adalah istilah yang digunakan dalam
permainan catur, ketika menandakan bahwa sang raja sedang berada di ambang
kematian. Jadi maksudnya disini adalah, ketika kamu telah berusaha melakukan
segala hal untuk merubahnya tapi dia tidak juga berubah, berikan dia skak mat!
Misalnya, “Andi, kamu adalah sahabat saya. Jadi tolong dengarkan saran saya!
Kalau kamu nggak juga mau mendengarkan, saya bukan lagi sabahat bagimu!”.
Memang disini kesannya kita yang terlihat egois, tapi itu bertujuan demi kebaikan
dia, dan juga kebaikan kamu. Dengan ucapan seperti itu diharapkan dia dapat

Cara mengatasi egois pribadi

Ø Selalu positive thinking pada orang lain, jangan biarkan pikiran negatif
masuk kepikiranmu.
Maksudnya,dalam berprilaku kepada orang lain walaupun orang lain
pernah melakukan salah pada kita, janganlah kita beranggapan bahwa orang lain
itu selalu salah alias kita bersuudzan tapi kita harus berhusnuzan(berprasangka
baik).

Ø Jangan suka membanding-bandingkan diri kamu dengan orang lain.

Siapa yang enak si klo dibanding-bandingkan?makanya biar kita ga


dianggap orang egois jangan selalu membandingkan diri kita dengan orang
lain,karena setiap manusia itu tidak ada yang sempurna,pasti setiap orang itu
mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-masing.

Ø Kembangkan empati kamu terhadap orang lain.

Kita sebagai manusia bersosialisasi tentunya harus mengembangkan sifat


empati pada orang lain,sebab dengan berempati kita akan merasakan atau dapat
berbagi kasih sayang dengan orang lain.

Ø Kembangkan sikap melayani dan mendahulukan kepentingan orang lain.

Siapa si yang ga mau dilayani?tapi terkadang kita sendiri suka lupa untung
melayani orang lain,Sebab kita hanya memikirkan untuk selalu dilayani orang
lain.Oleh karena itu mulai sekarang mulailah untuk lebih mengutamakan atau
mendahulukan kepentingan orang lain daripada kepentingan diri sendiri,sebab itu
akan menjadi sebuah pahala bagi kita,tapi ingat mengutamakannya harus dengan
ikhlas alias tulus dari hati,jangan kepaksa ya?

Ø Senyum dunkz!

Karena orang egois identik dengan jutek,jadi mulai sekarang biar ga


disebut jutek,SENYUM donk!!!!

I.Keriteria orang yang egois

Cara mengetes diri sendiri apakah anda termasuk diri yang egois atau
tidak, diantaranya sebagai berikut :

Ø Orang egois itu adalah orang yang merokok di angkutan umum dan dengan
cueknya menghembuskan asap rokoknya sementara orang-orang disampingnya
sudah mengap-mengap, atau orang yang tetap merokok di tempat umum
sementara sudah ada perda yang melarang merokok parahnya lagi bila di
sampingnya ada tanda DILARANG MEROKOK.

Ø Orang egois itu adalah orang yang membuang sampah dengan seenaknya,
tanpa memikirkan kebaikan bagi lingkungan bila ia rela sedikit saja bersusah
mencari kotak sampah atau menyimpan bungkus tersebut sampai ia bertemu
kotak sampah.

Ø Orang egois itu adalah orang yang duduk dengan cueknya di angkutan umum
sementara disebelahnya ada wanita hamil, menggendong bayi atau lansia yang
terlihat letih.

Ø Orang egois itu adalah orang yang berharap orang lain memberikan
bangkunya pada orang-orang di atas, sementara dia sendiri keberatan
memberikan bangkunya.

Ø Orang egois itu adalah orang yang selalu ngoceh kurangnya fasilitas
sementara dia sendiri tidak mau bayar pajak.

Ø Orang egois itu bila dia selalu telat bayar kas dan berlagak seakan-akan dia
sudah membayar ontime .

Ø Orang egois itu bila ada orang di aniaya sementara ia hanya melihat tanpa
memberi bantuan.

Ø Orang egois itu adalah orang yang berfoya-foya dengan hartanya sementara
di sekitarnya ada orang miskin yang butuh dikasihani (percaya deh uangmu gak
bakal berkurang kalau sekedar memberi makan atau sesekali mebayarkan spp
anak miskin yang ingin sekolah).

Ø Orang egois itu adalah orang yang membuang makanannya sementara banyak
orang lain kelaparan.

Ø Orang egois itu adalah orang yang dengan mudah mencela kesalahan orang
lain sementara ia tak mau melihat kekurangan sendiri.

Ø Orang egois itu adalah yang merusak fasilitas umum (ex. telepon umum, WC
umum, jalan) termasuk mencoret-coretnya.

Ø Orang egois itu adalah orang yang gak peduli dengan kesulitan temannya
sementara ketika dia bermasalah dia menyalahkan karena tak ada yang
membantunya.
Ø Orang egois itu adalah orang yang dapat kerja lewat jalur nggak beres
(nyogok, nepotisme dll) sementara orang lain bersusah payah untuk mencari
kerja.

Ø Orang egois itu adalah orang yang setelah membaca tulisan ini, dia tidak mau
berubah memperbaiki diri malah mencela tulisan tersebut.

Ketentuan :

Bila lebih dari 7 point yang ditulis ada di dalam diri anda berarti anda
termasuk orang yang sangat egois plus gak peka kalau anda egois, kalau kurang
dari 7 berarti anda egois, jadi belajarlah menguranginya.

Sekiranya anda ingin menambahkan daftar tersebut, silakan saja beri


komentar. Sekiranya tidak setuju dengan tulisan ini, tidak ada paksaan bagi anda
untuk menyetujuinya. Ini hanya sekedar tulisan agar kita mau menyadari
bersama.

J.Tips jitu Menuju Perubahan

Ø Peribadi yang ego mesti menerima fakta bahwa ia egois; jangan lagi mencari
alasan dan menyalahkan orang. Ia mesti melihat hal ini sebagai dosa keangkuhan
bukan hanya karakteristik keperibadian yang unik. Perubahan @ penyesalan
bermula dari pengakuan. "Tinggi hati mendahului kehancuran tetapi kerendahan
hati mendahului kehormatan."

Ø Lihatlah apa yang diperlukan orang dan cubalah penuhinya, tanpa berkira-
kira. Peribadi yang ego tidak mempunyai ramai teman kerana tidak memikirkan
orang lain. "Seorang sahabat memberi kasih setiap waktu dan menjadi seorang
saudara dalam kesukaran."

Ø Hiduplah berdasarkan prinsip: "Kasihilah sesama manusia seperti dirimu


sendiri" dan "Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat
kepadamu, perbuatlahdemikian juga kepada mereka"
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Egois adalah suatu keadaan dimana seseorang yang bersikap


mementingkan dirinya sendiri.

Kesimpulan

Ø Egois merupakan salah satu sifat alamiah yang dimiliki oleh setiap manusia,
karena salah satu karakter manusia adalah “tidak pernah merasa cukup”;

Ø Egois itu timbul secara naluriah, ketika manusia itu sendiri dihadapkan kepada
keinginan, kepentingan dirinya yang bersinggungan dengan kepentingan manusia
lainnya maka egois itu akan muncul;

Ø Pendidikan moral dan agama dalam lingkungan keluarga sangat berpengaruh


terhadap tingkat keegoisan seseorang;

Sifat egois tidak dapat dihilangkan pada diri manusia, namun dapat
diredam dengan keinginan manusia itu sendiri untuk mau belajar, memaknai dan
melaksanakan nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan.

Egois berasal dari kata ego, ego itu adalah aku dalam bahasa Yunani

Jadi orang yang disebut egois orang yang memang mementingkan dirinya.

Ciri orang egois itu,seperti apa?

Ø Hanya dapat melihat dari sudut pandangnya;

Ø Hanya memikirkan kepentingan pribadinya.

Penyebab sifat egois itu sangatlah banyak,tapi secara garis besar dibagi 2,yaitu:

Ø Penyebab dari diri pribadi;

Ø Penyebab dari kehidupan (lingkungan).

Penyebab dari diri pribadi

Ø Sifat dasar manusia yang tidak pernah puas;


Ø Rasa trauma yang menimbulkan ketidak percayaan kepada orang lain;

Ø Pemahaman yang dangkal tentang fungsi manusia sebagai makhluk sosial


yang saling membutuhkan.

Penyebab dari kehidupan (lingkungan)

Ø Sikap egois ini merupakan kelanjutan dari apa yang telah diterimanya selama
ini;

Ø Sikap egois timbul dari keadaan lingkungan yang kelaparan, kelaparan


emosional, kelaparan finansial atau kelaparan jasmaniah & rohaniah.

Ada ga dampak kalau kita mempunyai sifat egois?

Dalam mengerjakan atau berbuat sesuatu,pasti ada dampak yang akan kita
terima,yaitu:

Ø Dampak bagi kita pribadi

Ø Dampak bagi lingkungan

Dampak bagi kitapribadi

Ø Lingkungan sulit menerimanya karena tidak ada usaha darinya untuk


menyesuaikan diri

Ø Lingkungan pun sulit untuk mempercayainya sebab lingkungan menilai ia


tidak tulus.

Dampak bagi lingkungan

Ø Akan menimbulkan suasana yang tidak harmonis dalam pergaulan

Ø Memicu prilaku negatif pada lingkungan sekitar.


DAFTAR PUSTAKA :

http:// James Rachel, The Elements of Moral Philosophy, hlm. 60-64.

http://forumkuliah.wordpress.com/2009/01/23/egoisme-memilih-yang-paling-
menguntungkan-untuk-diri-sendiri/

id.wikipedia.org/wiki/Egoisme

Sumber : http://arie5758.blogspot.com/2012/01/pada-dasarnya-manusia-adalah-
makhluk.html#ixzz1rq5LHagd
Sumber: http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/2113030-sifat-
egois/#ixzz1rq9ygksy

www.danti.blogspot.com |

http://sokhibi-iby.blogspot.com/2008/11/ciri-ciri-gambaran-orang-egois.html

altruisme.

Anda mungkin juga menyukai