2. Etiologi
Kolesteatoma biasanya terjadi karena tuba eustachian yang tidak berfungsi dengan baik
karena terdapatnya infeksi pada telinga tengah. Tuba eustachian membawa udara dari
nasofaring ke telinga tengah untuk menyamakan tekanan telinga tengah dengan udara luar.
Normalnya tuba ini kolaps pada keadaan istirahat, ketika menelan atau menguap, otot yang
mengelilingi tuba tersebut kontraksi sehingga menyebabkan tuba tersebut membuka dan
udara masuk ke telinga tengah. Saat tuba eustachian tidak berfungsi dengan baik udara pada
telinga tengah diserap oleh tubuh dan menyebabkan di telinga tengah sebagian terjadi hampa
udara. Keadaan ini menyebabkan pars plasida di atas colum maleus membentuk kantong
retraksi, migrasi epitel membran timpani melalui kantong yang mengalami retraksi ini
sehingga terjadi akumulasi keratin. Kantong tersebut menjadi kolesteatoma.
Kolestoma kongenital dapat terjadi ditelinga tengan dan tempat lain misal pada tulang
tengkorak yang berdekatan dengan kolesteatomanya. Perforasi telinga tengah yang
disebabkan oleh infeksi kronik atau trauma langsung dapat menjadi kolesteatoma. Kulit pada
permukaan membran timpani dapat tumbuh melalui perforasi tersebut dan masuk ke dalam
telinga tengah. Beberapa pasien dilahirkan dengan sisa kulit yang terperangkap di telinga
tengah (kolesteatoma kongenital) atau apex petrosis.
3. Patofisiologi
Banyak teori dikemukakan oleh para ahli tentang patogenesis kolesteatoma, antara lain
adalah: teori invaginasi, teori imigrasi, teori metaplasi dan teori implantasi.
a) Teori invaginasi
Banyak teori dikemukakan oleh para ahli tentang patogenesis kolesteatoma, antara lain
adalah: teori invaginasi, teori imigrasi, teori metaplasi dan teori implantasi.
b) Teori imigrasi
Kolesteatoma terbentuk akibat dari masuknya epitel kulit dari liang telinga atau dari
pinggir perforasi membrana timpani ke telinga tengah. Migrasi ini berperan penting dalam
akumulasi debris keratin dan sel skuamosa dalam retraksi kantong dan perluasan kulit ke
dalam telinga tengah melalui perforasi membran timpani.
c) Teori metaplasi
Terjadi akibat metaplasi mukosa kavum timpani karena iritasi infeksi yang berlangsung
lama.
d) Teori impantasi
Pada teori implantasi dikatakan bahwa kolesteatom terjadi akibat adanya implantasi epitel
kulit secara iatrogenik ke dalam telinga tengah waktu operasi, setelah blust injury,
pemasangan ventilasi tube atau setelah miringotomi.
Kolesteatoma merupakan media yang baik untuk tumbuhnya kuman, yang paling
sering adalah Pseudomonas aerogenusa. Pembesaran kolesteatom menjadi lebih cepat
apabila sudah disertai infeksi, kolesteatom ini akan menekan dan mendesak organ di
sekitarnya serta menimbulkan nekrosis terhadap tulang. Terjadinya proses nekrosis
terhadap tulang diperhebat dengan adanya pembentukan reaksi asam oleh pembusukan
bakteri. Proses nekrosis tulang ini mempermudah timbulnya komplikasi seperti labirinitis,
meningitis dan abses otak.
4. Klasifikasi
Kolesteatoma dapat dibagi menjadi dua jenis :
a) Kolesteatom kongenital, yang terbentuk pada masa embrionik dan ditemukan pada
telinga dengan membrana timpani utuh tanpa tanda-tanda infeksi. Lokasi kolesteatoma
biasanya di kavum timpani, daerah petrosus mastoid atau di cerebellopontin angle.
b) Kolesteatoma akuisital yang terbentuk setelah anak lahir
Kolestetoma akuisital primer
kolestetoma yang terbentuk tanpa didahului oleh perforasi membrana timpani.
kolestetoma timbul akibat terjadi proses invaginasi dari membrana timpani pars
plasida karena adanya tekanan negatif ditelinga tengah akibat gangguan tuba (teori
invaginasi).
Kolestetoma akuisital sekunder
kolestetoma terbentuk setelah adanya perforasi membrana timpani. kolestetoma
terbentuk akibat dari masuknya epitel kulit dari liang telinga atau dari pinggir
perforasi membrana timpani ke telinga tengah (teori immigrasi) atau terjadi akibat
metaplasi mukosa kavum timpani karena iritasi infeksi yang berlangsung lama (teori
metaplasia).
5. Manifestasi Klinis
a) Nyeri
Pasien mengeluh nyeri tumpul dan otore intermitten akibat erosi tulang dan infeksi
sekuder. Perasaan sakit dibelakang atau didalam telinga dapat dirasakan terutama pada
malam hari sehingga dapat menyebabkan tidak nyaman pada pasien.
b) Pendengaran berkurang
Kolesteatoma dapat tetap asimtomatik dan mencapai ukuran yang cukup besar sebelum
terinfeksi atau menimbulkan gangguan pendengaran, dengan akibatnya hilangnya tulang
mastoid, osikula, dan pembungkus tulang saraf fasialis.
c) Perasaan penuh
Kantong kolesteatoma dapat membesar sehingga dapat menyebabkan perasaan penuh
atau tekanan dalam telinga, bersamaan dengan kehilangan pendengaran.
d) Pusing
Perasaan pusing atau kelemahan otot dapat terjadi di salah satu sisi wajah (sisi telinga
yang terinfeksi)
6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Rontgen konvensional posisi Waters dan Stenvers
2. CT scan
3. MRI
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
1. Aktivitas
Gangguan keseimbangan tubuh
Mudah lelah
2. Sirkulasi
Hipotensi, hipertensi, pucat ( menendakan adanya stres )
3. Nutrisi
Adanya mual
4. System pendengaran
Adanya suara abnormal (dengung)
5. Pola istirahat
Gangguan tidur/kesulitan tidur
3. PERENCANAAN
1. Gangguan istirahat dan tidur berhubungan dengan nyeri.
Tujuan :
Setelah dilakukannya tindakan keperawatan 1X24 jam diharapkan klien dapat istirahat dan
tidur.
Kriteria hasil :
Ganguan nyeri teradaptasi
Dapat tidur dengan tenang
Intervensi :
Kaji nyeri yang dirasakan
Monitor tanda-tanda vital
Anjurkan klien untuk beradaptasi dengan gangguan yang dirasakan
Kolaborasi dalam pemberian obat penenang/obat tidur
2. Gangguan rasa nyaman dan nyeri berhubungan dengan infeksi pada gendang telinga.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien di harapkan mampu menunjukan adanya
penurunan rasa nyeri.
Kriteria hasil :
Nyeri dapat teradaptasi
Dapat istirahat dengan nyaman
Intervensi :
Monitor dan kaji karakteristik nyeri
Monitor tanda-tanda vital
Ciptaka lingkungan yang tenang dan nyaman