Anda di halaman 1dari 17

1

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Definisi
Global developmental delay (GDD) atau Keterlambatan
Perkembangan Global (KPG) adalah keterlambatan yang signifikan pada dua
atau lebih domain perkembangan anak, diantaranya: motorik kasar, halus,
bahasa, bicara, kognitif, personal atau sosial aktivitas hidup sehari-hari.
Istilah KPG dipakai pada anak berumur kurang dari 5 tahun, sedangkan pada
anak berumur lebih dari 5 tahun saat tes IQ sudah dapat dilakukan dengan
hasil yang akurat maka istilah yang dipergunakan adalah retardasi mental. 1,2
Anak dengan KPG tidak selalu menderita retardasi mental sebab berbagai
kondisi dapat menyebabkan seorang anak mengalami KPG seperti penyakit
neuromuskular, palsi serebral, deprivasi psikososial meskipun aspek kognitif
berfungsi baik.

1.2 Epidemiologi
Prevalensi KPG sekitar 5-10% pada anak di seluruh dunia, sedangkan
di Amerika Serikat angka kejadian KPG diperkirakan 1%-3% dari anak-anak
berumur<5 tahun. Penelitian oleh Suwarba dkk. di RS Cipto Mangunkusumo
Jakarta mendapatkan prevalensi KPG adalah 2,3 %. Etiologi KPG sangat
bervariasi, sekitar 80% akibat sindrom genetik atau abnormalitas kromosom,
asfiksia perinatal, disgenesis serebral dan deprivasi psikososial sedangkan
20% nya belum diketahui. Sekitar 42% dari etiologi keterlambatan
perkembangan global dapat dicegah seperti paparan toksin, deprivasi
psikososial dan infeksi intra uterin, serta asfiksia perinatal.3
Menurut penelitian Deborah M dkk.5 prevalensi KPG di Poliklinik
Anak RSUP Sanglah adalah 1,8% dan sering ditemukan pada anak berumur
lebih dari 12 bulan (67%). Rasio laki-laki dan perempuan hampir sama
1:1,12. Keluhan terbanyak adalah belum bisa berbicara pada 16 (24%), belum
bisa berbicara dan berjalan pada 14 (21%), serta belum bisa berjalan pada 12
(18%) pasien. Didapatkan 20% BBLR dan BBLSR, ibu berpendidikan
menengah ditemukan pada 68% kasus. Karakteristik klinis didapatkan 30%

2
gizi kurang, 29% mikrosefali, 20% dicurigai suatu sindrom. Evaluasi
perkembangan menunjukkan 40 (60%) terlambat pada seluruh sektor
perkembangan. Etiologi ditemukan pada 61% dengan penyebab terbanyak
adalah kelainan majemuk, hipotiroid, serebral disgenesis, palsi serebral.
1.3 Tahap Perkembangan Normal pada Anak
Ciri-ciri dan Prinsip-prinsip Tumbuh Kembang Anak
Anak memiliki suatu ciri khas yaitu selalu tumbuh dan berkembang sejak
konsepsi sampai berakhirnya masa remaja. Hal ini yang membedakan anak
dengan dewasa. Anak menunjukkan ciri-ciri pertumbuhan dan perkembangan
yang sesuai dengan usianya. Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan
jumlah sel serta jaringa interselular, berarti bertambahnya ukuran fisik dan
struktur tubuh sebagian atau keseluruhan, sehingga dapat diukur dengan
satuan panjang dan berat. Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan
fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak
halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian.
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan peristiwa yang terjadi secara
simultan. Berbeda dengan pertumbuhan, perkembangan merupakan hasil
interaksi kematangan susunan saraf pusat dengan organ yang dipengaruhinya,
misalnya perkembangan sistem neuromuskular, kemampuan bicara, emosi,
dan sosialisasi. Kesemua fungsi tersebut berperan penting dalam kehidupan
manusia yang utuh.
Seiring dengan berjalannya waktu, anak akan terus mengalami proses
pertumbuhan dan perkembangan. Proses tumbuh kembang anak memiliki
ciri-ciri yang satu sama lainnya saling berkaitan. Ciri-ciri tersebut antara lain
perkembangan menimbulkan perubahan, pertumbuhan dan perkembangan
pada tahap awal menentukan perkembangan selanjutnya, pertumbuhan dan
perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda, perkembangan
berkorelasi dengan pertumbuhan, perkembangan mempunyai pola yang tetap,
serta perkembangan memiliki tahap yang berurutan. Selain memiliki ciri-ciri
yang khusus, proses tumbuh kembang anak jugamemiliki prinsip-prinsip
yang saling berkaitan. Prinsip-prinsip dapat digunakan sebagai kaidah atau
pegangan dalam memantau pertumbuhan dan perkembangan anak. Terdapat

3
dua prinsip proses tumbuh kembang, yaitu perkembangan merupakan hasil
proses kematangan dan belajar, serta pola perkembangan dapat diramalkan.6,7

1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Tumbuh Kembang Anak


Pada umumnya anak memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan
normal yang merupakan hasil interaksi banyak faktor yang
mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut antara lain faktor Internal,
diantaranya ras/etnik atau bangsa, keluarga, umur, jenis kelamin, genetik, dan
kelainan kromosom; faktor eksternal, diantaranya faktor prenatal (gizi,
mekanis, toksin/zat kimia, endokrin, radiasi, infeksi, kelainan imunologi,
anoksia embrio, dan psikologi ibu), faktor persalinan, faktor pasca persalinan
(gizi, penyakit kronis/kelainan kongenital, lingkungan fisis dan kimia,
psikologis, endokrin, sosio-ekonomi, lingkungan pengasuhan, stimulasi, dan
obat-obatan).
Aspek-aspek Perkembangan yang Dipantau
Aspek-aspek perkembangan yang dipantau meliputi6:
1. Motorik kasar, adalah aspek yang berhubungan dnegna kemampuan anak
melakukan pergerakan dan sikap tubuh yang melibatkan otot-otot besar
seperti duduk, berdiri, dan sebagainya.
2. Motorik halus, adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak
untuk melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu
dan dilakukan oleh otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang
cermat seperti mengamati sesuatu, menjimpit, menulis, dan sebagainya.
3. Kemampuan bicara dan bahasa, adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara, berbicara,
berkomunikasi, mengikuti perintah, dan sebagainya.
4. Sosialisasi dan kemandirian, adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan mandiri anak (makan sendiri, membereskan mainan selesai
bermain), berpisah dengan ibu/pengasuh anak, bersosialisasi dan
berinteraksi dengan lingkungannya, dan sebagainya.

Periode Tumbuh Kembang Anak

4
Tumbuh kembang anak berlangsung secara teratur, saling berkaitan dan
berkesinambungan yang dimulai sejak konsepsi hingga dewasa. Tumbuh
kembang anak terbagi dalam beberapa periode. Periode tumbuh kembang anak
adalah sebagai berikut6,8:
1. Masa prenatal atau masa intra uterin
Masa ini dibagi menjadi 3 periode, yaitu:
 Masa zigot/mudigah, sejak saat konsepsi sampai umur kehamilan 2
minggu.
 Masa embrio, sejak umur kehamilan 2 minggu sampai 8/12
minggu. Ovum yang telah dibuahi dengan cepat akan menjadi suatu
organism, terjadi diferensiasi yang berlangsung cepat, terbentuk
sistem organ dalam tubuh.
 Masa janin/fetus, sejak umur kehamilan 9/12 minggu sampai akhir
kehamilan. Masa ini terdiri dari 2 periode, yaitu masa fetus dini,
sejak umur kehamilan 9 minggu sampai trimester ke-2 kehidupan
intra uterin. Pada masa ini terjadi percepatan pertumbuhan,
pembentukan jasad manusia sempurna. Alat tubuh telah terbentuk
serta mulai berfungsi.
 Masa fetus lanjut, yaitu trimester akhir kehamilan. Pada masa ini
pertumbuhan berlangsung pesat disertai perkembangan fungsi-
fungsi. Terjadi transfer immunoglobulin G (IgG) dari darah ibu
melalui plasenta. Akumulasi asam lemak esensial seri Omega 3
(Docosa Hexanoic Acid) dan Omega 6 (Arachidonic Acid) pada
otak dan retina.
2. Masa bayi (umur 0 – 11 bulan)
Masa ini dibagi menjadi 2 periode, yaitu:
a. Masa neonatal (umur 0 – 28 hari)
Pada masa ini terjadi adaptasi terhadap lingkungan dan terjadi
b. Masa post (pasca) neonatal (umur 29 hari – 11 bulan)
Pada masa ini terjadi pertumbuhan yang pesat dan proses
pematangan berlangsung secara terus menerus terutama meningkatnya
fungsi sistem saraf. Pada masa ini, kebutuhan akan pemeliharaan kesehatan

5
bayi, mendapat ASI eksklusif selama 6 bulan penuh, diperkenalkan kepada
makanan pendamping ASI sesuai umurnya, diberikan imunisasi sesuai
jadwal, mendapat pola asuh yang sesuai. Masa bayi adalah masa dimana
kontak erat antara ibu dan anak terjalin, sehingga dalam masa ini pengaruh
ibu dalam mendidik anak sangat besar.
3. Masa anak dibawah lima tahun (umur 12 – 59 bulan)
Pada masa ini, kecepatan pertumbuhan mulai menurun dan terdapat
kemajuan dalam perkembangan motorik (motorik kasar dan motorik halus)
serta fungsi ekskresi. Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah
pada masa balita. Setelah lahir, terutama pada 3 tahun pertama kehidupan,
pertumbuhan dan perkembangan sel-sel otak masih berlangsung dan
terjadi pertumbuhan serabut-serabut saraf dan cabang-cabangnya. Jumlah
dan pengaturan hubungan-hubungan antar sel saraf ini akan sangat
mempengaruhi segala kinerja otak, mulai dari kemampuan belajar,
berjalan, mengenal huruf, hingga bersosialisasi.
Perkembangan moral serta dasar-dasar kepribadian anak juga dibentuk
pada masa ini, sehingga setiap kelainan/penyimpangan sekecil apapun
apabila tidak dideteksi dan ditangani dengan baik, akan mengurangi
kualitas sumber daya manusia dikemudian hari.
4. Masa anak prasekolah (umur 60 – 72 bulan)
Pada masa ini, pertumbuhan berlangsung dengan stabil. Terjadi
perkembangan dengan aktivitas jasmani yang bertambah dan
meningkatnya keterampilan dan proses berpikir. Pada masa ini, selain
lingkungan di dalam rumah maka lingkungan di luar rumah mulai
diperkenalkan. Pada masa ini juga anak dipersiapkan untuk sekolah, untuk
itu panca indra dan sistem reseptor penerima rangsangan serta proses
memori harus sudah siap sehingga anak mampu belajar dengan baik. Perlu
diperhatikan bahwa proses belajar pada masa ini adalah dengan cara
bermain.

1.5 Etiologi

6
KPG dapat merupakan manifestasi yang muncul dari berbagai
kelainan neurodevelopmental (mulai dari disabilitas belajar hingga kelainan
neuromuskular. Tabel berikut memberikan pendekatan beberapa etiologi KPG
:

1.6 Deteksi Dini


Perkembangan setiap anak memiliki keunikan tersendiri dan
kecepatan pencapaian perkembangan tiap anak berbeda. Kisaran waktu
pencapaian tiap tahap perkembangan umumnya cukup besar, misalnya
seorang anak dikatakan normal jika ia dapat berjalan mulai usia 10 hingga 18
bulan, sehingga seringkali terjadi perbedaan perkembangan di antara anak
yang seusia. Untuk itu, orang tua perlu mengenal tanda bahaya (red flag)
perkembangan anak.9 Untuk mengetahui apakah seorang anak mengalami
keterlambatan perkembangan umum, perlu data / laporan atau keluhan orang
tua dan pemeriksaan deteksi dini atau skrining perkembangan pada anak.
Deteksi dini merupakan suatu upaya yang dilaksanakan secara
komprehensif untuk menemukan penyimpangan tumbuh kembang dan
mengetahui serta mengenal faktor resiko pada anak usia dini. Melalui deteksi
dini dapat diketahui penyimpangan tumbuh kembang anak secara dini,
sehingga upaya pencegahan, stimulasi, penyembuhan serta pemulihan dapat
diberikan dengan indikasi yang jelas pada masa proses tumbuh kembang.
Penilaian pertumbuhan dan perkembangan meliputi dua hal pokok, yaitu
penilaian pertumbuhan fisik dan penilaian perkembangan.

Secara umum, keterlambatan perkembangan umum pada anak dapat dilihat


dari beberapa tanda bahaya (red flags) perkembangan anak sederhana seperti
yang tercantum di bawah.
Tanda bahaya perkembangan motor kasar
1. Gerakan yang asimetris atau tidak seimbang misalnya antara anggota
tubuh bagian kiri dan kanan.
2. Menetapnya refleks primitif (refleks yang muncul saat bayi) hingga lebih
dari usia 6 bulan
3. Hiper / hipotonia atau gangguan tonus otot

7
4. Hiper / hiporefleksia atau gangguan refleks tubuh
5. Adanya gerakan yang tidak terkontrol
Tanda bahaya gangguan motor halus
1. Bayi masih menggenggam setelah usia 4 bulan
2. Adanya dominasi satu tangan (handedness) sebelum usia 1 tahun
3. Eksplorasi oral (seperti memasukkan mainan ke dalam mulut) masih
sangat dominan setelah usia 14 bulan
4. Perhatian penglihatan yang inkonsisten
Tanda bahaya bicara dan bahasa (ekspresif)
1. Kurangnya kemampuan menunjuk untuk memperlihatkan ketertarikan
terhadap suatu benda pada usia 20 bulan
2. Ketidakmampuan membuat frase yang bermakna setelah 24 bulan
3. Orang tua masih tidak mengerti perkataan anak pada usia 30 bulan
Tanda bahaya bicara dan bahasa (reseptif)
1. Perhatian atau respons yang tidak konsisten terhadap suara atau bunyi,
misalnya saat dipanggil tidak selalu member respons
2. Kurangnya join attention atau kemampuan berbagi perhatian atau
ketertarikan dengan orang lain pada usia 20 bulan
3. Sering mengulang ucapan orang lain (membeo) setelah usia 30 bulan
Tanda bahaya gangguan sosio-emosional
1. 6 bulan: jarang senyum atau ekspresi kesenangan lain
2. 9 bulan: kurang bersuara dan menunjukkan ekspresi wajah
3. 12 bulan: tidak merespon panggilan namanya
4. 15 bulan: belum ada kata
5. 18 bulan: tidak bisa bermain pura-pura
6. 24 bulan: belum ada gabungan 2 kata yang berarti
7. Segala usia: tidak adanya babbling, bicara dan kemampuan bersosialisasi /
interaksi
Tanda bahaya gangguan kognitif
1. 2 bulan: kurangnya fixation
2. 4 bulan: kurangnya kemampuan mata mengikuti gerak benda
3. 6 bulan: belum berespons atau mencari sumber suara

8
4. 9 bulan: belum babbling seperti ‘mama’, ‘baba’
5. 24 bulan: belum ada kata berarti
6. 36 bulan: belum dapat merangkai 3 kata
Berbagai metode skrining yang lebih mutakhir dan global untuk deteksi
dini gangguan bicara juga dikembangkan dengan menggunakan alat bantu atau
panduan skala khusus, misalnya: menggunakan DDST (Denver Developmental
Screening Test – II), Child Development Inventory untuk menilai kemampuan
motorik kasar dan motorik halus, Ages and Stages Questionnaire, Parent’s
Evaluations of Developmental Status.Serta dapat menggunakan alat-alat
skrining yang lebih Spesifik dan khusus yaitu ELMS (Early Language
Milestone Scale) dan CLAMS (Clinical Linguistic and Milestone Scale) yang
dipakai untuk menilai kemampuan bahasa ekspresif, reseptif, dan visual untuk
anak di bawah 3 tahun.10,11

1.7 Gejala Klinis


Mengetahui adanya KPG memerlukan usaha karena memerlukan
perhatian dalam beberapa hal. Padahal beberapa pasien seringkali merasa tidak
nyaman bila di perhatikan. Akhirnya membuat orang tua sekaligus dokter
untuk agar lebih jeli dalam melihat gejala dan hal yang dilakukan oleh pasien
tersebut. Skrining prosedur yang dilakukan dokter, dapat membantu menggali
gejala dan akan berbeda jika skrining dilakukan dalam sekali kunjungan
dengan skrining dengan beberapa kali kunjungan karena data mengenai
panjang badan, lingkar kepala, lingkar lengan atas dan berat badan. Mengacu
pada pengertian KPG yang berpatokan pada kegagalan perkembangan dua atau
lebih domain motorik kasar, motorik halus, bicara, bahasa, kognitif, sosial,
personal dan kebiasaan sehari-hari dimana belum diketahui penyebab dari
kegagalan perkembangan ini. Terdapat hal spesifik yang dapat mengarahkan
kepada diagnosa klinik KPG terkait ketidakmampuan anak dalam
perkembangan milestones yang seharusnya, yaitu10,11:
1. Anak tidak dapat duduk di lantai tanpa bantuan pada umur 8 bulan
2. Anak tidak dapat merangkak pada 12 bulan
3. Anak memiliki kemampuan bersosial yang buruk
4. Anak tidak dapat berguling pada umur 6 bulan

9
5. Anak memiliki masalah komunikasi
6. Anak memiliki masalah pada perkembangan motorik kasar dan halus

1.8 Diagnosis
1. Anamnesis
Dokter memulai anamnesis dengan mendengarkan penjelasan orangtua
secara seksama tentang perkembangan anaknya. Orang tua dapat mencatat
setiap keterlambatan perkembangan, perubahan tubuh dan kurang
responsifnya anak tersebut, sehingga perlu perhatian khusus. Tiap orangtua
tentunya memiliki daerah perhatian yang berbeda. Penggalian anamnesis
secara sistematis meliputi, resiko biologi akibat dari gangguan prenatal
atau perinatal, perubahan lingkungan akibat salah asuh, dan akibat dari
penyakit primer yang sudah secara jelas terdiagnosis saat infant.

Contoh, dari pandangan biologi, infant dengan berat badan lahir rendah
seringkali beresiko terhadap angka kejadian perdarahan intraventrikel,
sepsis atau meningitis, gangguan metabolik, dan defisit nutrisi yang dapat
secara langsung memengaruhi perkembangan otak. Anak dengan resiko
lingkungan termasuk didalamnya ibu yang masih muda dan tidak
berpengalaman serta ibu yang tidak sehat secara individu atau kekurangan
finansial. Anak yang hidup dalam keluarga bermasalah akibat obat-obatan
terlarang, minuman keras dan kekerasan sering menyebabkan hasil buruk.
Anak dengan faktor resiko kondisi medis seperti myelomeningocele,
sensorineural deafness, atau trisomy 21 diketahui memiliki hubungan
dengan keterlambatan perkembangan anak. Perhatian saat ini sering pula
akibat dari infeksi virus HIV. Kurangnya motorik milestones, peubahan
perilaku, atau kognitif buruk serta perubahan fungsi serebelum dalam
tahun pertama sering dihubungkan dengan HIV.

2. Pemeriksaan Fisik
Faktor risiko untuk keterlambatan dapat dideteksi dari pemeriksaan
fisik. Pengukuran lingkar kepala (yang mengindikasikan mikrosefali atau

10
makrosefali) adalah bagian penting dalam pemeriksaan fisik. Perubahan
bentuk tubuh sering dihubungkan dengan kelainan kromosom, atau faktor
penyakit genetik lain sulit dilihat dalam pemeriksaan yang cepat. 10 Sebagai
tambahan, pemeriksaan secara terstruktur dari mata, yaitu fungsi
penglihatan dapat dilakukan saat infant, dengan menggunakan
pemeriksaan sederhana seperti meminta mengikuti arah cahaya lampu.
Saat anak sudah memasuki usia pre-school, pemeriksaan yang lebih
mendalam diperlukan seperti visus, selain itu pemeriksaan saat mata
istirahat ditemukan adanya strabismus. Pada pendengaran, dapat pula
dilakukan test dengan menggunakan brain-stem evoked potentials pada
infant. Saat umur memasuki 6 bulan, kemampuan pendengaran dapat dites
dengan menggunakan peralatan audiometri. Pada usia 3-4 tahun,
pendengaran dapat diperiksa menggunakan audiometer portable.
Pemeriksaan telinga untuk mencari tanda dari infeksi otitis media menjadi
hal yang penting untuk dilakukan karena bila terjadi secara kontinyu akan
menyebabkan gangguan pendengaran ringan. Pemeriksaan kulit secara
menyeluruh dapat dilakukan untuk mengidentifikasi penyakit ektodermal
seperti tuberous sklerosis atau neurofibromatosis yang dihubungkan
dengan delay. Pemeriksaan fisik juga harus meliputi pemeriksaan
neurologi yang berhubungan dengan perkembangan seperti adanya
primitive reflek, yaitu moro reflex, hipertonia atau hipotonia, atau adanya
gangguan tonus.

3. Pemeriksaan Penunjang
Secara umum, pemeriksaan laboratorium untuk anak dengan
kemungkinan gangguan perkembangan tidak dibedakan dengan tes
skrining yang dilakukan pada anak yang sehat. Hal ini penting dan
dilakukan dengan periodik. Adapun beberapa pemeriksaan penunjangnya
antara lain

a. Skrining metabolik
Skrining metabolik meliputi pemeriksaan: serum asam
amino, serum glukosa, bikarbonat, laktat, piruvat, amonia, dan

11
creatinin kinase. Skrining metabolik rutin untuk bayi baru lahir
dengan gangguan metabolisme tidak dianjurkan sebagai evaluasi
inisial pada KPG. Pemeriksaan metabolik dilakukan hanya bila
didapatkan riwayat dari anamnesis atau temuan pemeriksaan fisik
yang mengarah pada suatu etiologi yang spesifik. Sebagai
contohnya, bila anak-anak dicurigai memiliki masalah dengan
gangguan motorik atau disabilitas kognitif, pemeriksaan asam
amino dan asam organik dapat dilakukan. Anak dengan gangguan
tonus otot harus diskrining dengan menggunakan kreatinin
phospokinase atau aldolase untuk melihat adanya kemungkin
penyakit muscular dystrophy.
b. Tes sitogenetik
Tes sitogenetik rutin dilakukan pada anak dengan KPG
meskipun tidak ditemukan dismorfik atau pada anak dengan gejala
klinis yang menunjukkan suatu sindrom yang spesifik. Uji mutasi
Fragile X, dilakukan bila adanya riwayat keluarga dengan KPG.
Meskipun skrining untuk Fragile X lebih sering dilakukan anak
laki-laki karena insiden yang lebih tinggi dan severitas yang lebih
buruk, skrining pada wanita juga mungkin saja dilakukan bila
terdapat indikasi yang jelas. Diagnosis Rett syndrome perlu
dipertimbangkan pada wanita dengan retardasi mental sedang
hingga berat yang tidak dapat dijelaskan.
c. Skrining tiroid
Pemeriksaan tiroid pada kondisi bayi baru lahir dengan
hipotiroid kongenital perlu dilakukan. Namun, skrining tiroid pada
anak dengan KPG hanya dilakukan bila terdapat klinis yang jelas
mengarahkan pada disfungsi tiroid.

d. EEG
Pemeriksaan EEG dapat dilakukan pada anak dengan KPG
yang memiliki riwayat epilepsia tau sindrom epileptik yang spesifik
(Landau-Kleffner). Belum terdapat data yang cukup mengenai

12
pemeriksaan ini sehingga belum dapat digunakan sebagai
rekomendasi pemeriksaan pada anak dengan KPG tanpa riwayat
epilepsi.
e. Imaging
Pemeriksaan imaging direkomendasikan sebagai pemeriksaan
rutin pada KPG (terlebih bila ada temuan fisik berupa mikrosefali).
Bila tersedia MRI harus lebih dipilih dibandingkan CT scan jika
sudah ditegakkan diagnosis secara klinis sebelumnya.
1.9 Diagnosis Banding
Etiologi dan penyebab dari KPG saat ini belum bisa memprediksi
secara spesifik, gangguan mana saja yang akan terlibat dalam penegakan
KPG ini, terdapat beberapa penyakit atau gangguan dengan gambaran serupa
GDD, namun memiliki beberapa perbedaan yaitu retardasi mental, palsi
serebral, Attention deficit hyperactivity disorder (ADHD), dan Autism
Spectrum Disorder (ASD).12
1. Retardasi Mental
Suatu keadaan yang dimulai saat masa anak-anak yang ditandai
dengan keterbatasan dalam intelegensi dan kemampuan adaptasi. Menurut
kriteria DSM-IV, retardasi mental adalah fungsi intelektual yang di bawah
rata-rata, terdapat gangguan fungsi adaptasi, onset sebelum umur 18 tahun.
Untuk mengetahui adanya gangguan fungsi intelegensi, digunakan tes IQ
(akurat diatas umur 5 tahun), dengan klasifikasi hasil:
1. Ringan , yaitu IQ 50-70
2. Sedang, yaitu IQ 40-50
3. Berat, yaitu IQ 20-40
4. Sangat berat, yaitu IQ <20

2. Palsi Serebral atau Cerebral palsy (CP)


Membedakan antara CP dengan KPG, pada CP, ada tiga faktor resiko
awal yaitu bayi lahir prematur (semakin kecil usia, semakin tinggi faktor
risiko), bayi lahir dengan ensefalopati sedang hingga berat (semakin berat

13
keluhan semakin berat risiko), dan bayi yang lahir dengan faktor risiko paling
ringan. Dua faktor risiko awal tersebut harus ditunjang dengan MRI untuk
melihat gambaran otak. Bila terdapat gangguan bahasa, penglihatan,
pendengaran dan epilepsi, dapat dicurigai hal tersebut adalah suatu gambaran
CP. Selain itu, diagnosis palsi serebral dapat dilakukan berdasarkan kriteria
Levine (dikutip dari Soetjiningsih, 19957), yaitu pola gerak dan postur; pola
gerak oral; strabismus; tonus otot; evolusi reaksi postural dan kelainannya
yang mudah dikenal; refleks tendon, primitif dan plantar.

3. Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)


ADHD merupakan suatu gangguan yang terjadi sangat awal dari
kelahiran bayi, yang dinamis, serta tergantung dengan perkembangan korteks.
Tanda ADHD yaitu development delay, nilai akademik yang rendah, serta
permasalahan sosial. Penggunaan milestones pada tahun ke-3 mudah
mengarahkan diagnosis ADHD.
4. Autism Spectrum Disorder (ASD)
Tanda awal untuk membedakan antara ASD dengan KPG. Beberapa
kata kunci adalah gangguan bersosial. Pada tahun pertama akan sulit
membedakan antara ASD dengan KPG, yaitu ciri tidak berespon ketika nama
dipanggil, afek kurang, berkurangnya interaksi sosial, dan sulit untuk
tersenyum. Pada tahun kedua dan ketiga, bahasa tubuh yamg tidak lazim dan
sangat ekspresif. Perilaku lain yakni motorik, sensorik dan beberapa domain
lain.
2.0 Penatalaksanaan
Pengobatan bagi anak-anak dengan KPG hingga saat ini masih belum
ditemukan. Hal itu disebabkan oleh karakter anak-anak yang unik, dimana
anak-anak belajar dan berkembang dengan cara mereka sendiri berdasarkan
kemampuan dan kelemahan masing-masing. Sehingga penanganan KPG
dilakukan sebagai suatu intervensi awal disertai penanganan pada faktor-
faktor yang beresiko menyebabkannya. Intervensi yang dilakukan, antara lain
1. Speech and Language Therapy

14
Speech and Language Therapy dilakukan pada anak-anak dengan
kondisi CP, autism, kehilangan pendengaran, dan KPG. Terapi ini
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berbicara, berbahasa dan oral
motoric abilities. Metode yang dilakukan bervariasi tergantung dengan
kondisi dari anak tersebut. Salah satunya, metode menggunakan jari,
siulan, sedotan atau barang yang dapat membantu anak-anak untuk belajar
mengendalikan otot pada mulut, lidah dan tenggorokan. Metode tersebut
digunakan pada anak-anak dengan gangguan pengucapan. Dalam terapi
ini, terapis menggunakan alat-alat yang membuat anak-anak tertarik untuk
terus belajar dan mengikuti terapi tersebut.
1. Occupational Therapy
Terapi ini bertujuan untuk membantu anak-anak untuk menjadi lebih
mandiri dalam menghadapi permasalahan tugasnya. Pada anak-anak, tugas
mereka antara bermain, belajar dan melakukan kegiatan sehari-hari seperti
mandi, memakai pakaian, makan, dan lain-lain. Sehingga anak-anak yang
mengalami kemunduran pada kemampuan kognitif, terapi ini dapat
membantu mereka meningkatkan kemampuannya untuk menghadapi
permasalahannya.
2. Physical Therapy
Terapi ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar
dan halus, keseimbangan dan koordinasinya, kekuatan dan daya tahannya.
Kemampuan motorik kasar yakni kemampuan untuk menggunakan otot
yang besar seperti berguling, merangkak, berjalan, berlari, atau melompat.
Kemampuan motorik halus yakni menggunakan otot yang lebih kecil
seperti kemampuan mengambil barang. Dalam terapi, terapis akan
memantau perkembangan dari anak dilihat dari fungsi, kekuatan, daya
tahan otot dan sendi, dan kemampuan motorik oralnya. Pada
pelaksanaannya, terapi ini dilakukan oleh terapi dan orang-orang yang
berada dekat dengan anak tersebut. Sehingga terapi ini dapat mencapai
tujuan yang diinginkan.
3. Behavioral Therapies

15
Anak-anak dengan delay development akan mengalami stress pada
dirinya dan memiliki efek kepada keluarganya. Anak-anak akan bersikap
agresif atau buruk seperti melempar barang-barang, menggigit, menarik
rambut, dan lain-lain. Behavioral therapy merupakan psikoterapi yang
berfokus untuk mengurangi masalah sikap dan meningkatkan kemampuan
untuk beradaptasi. Terapi ini dapat dikombinasikan dengan terapi yang lain
dalam pelaksanaanya. Namun, terapi ini bertolak belakang dengan terapi
kognitif. Hal itu terlihat pada terapi kognitif yang lebih fokus terhadap
pikiran dan emosional yang mempengaruhi sikap tertentu, sedangkan
behavioural therapy dilakukan dengan mengubah dan mengurangi sikap-
sikap yang tidak diinginkan. Beberapa terapis mengkombinasikan kedua
terapi tersebut, yang disebut cognitive-behavioural therapy.
2.1 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada anak-anak dengan KPG, yakni
kemunduran perkembangan pada anak-anak yang makin memberat. Jika
tidak tertangani dengan baik, dapat mempengaruhi kemampuan yang lain,
khususnya aspek psikologi dari anak itu sendiri. Salah satunya, anak akan
mengalami depresi akibat ketidakmampuan dirinya dalam menghadapi
permasalahannya. Sehingga anak itu dapat bersikap negatif atau agresif.

2.2 Prognosis
Prognosis KPG pada anak-anak dipengaruhi oleh pemberian terapi
dan penegakkan diagnosis lebih dini (early identification and treatment).
Dengan pemberian terapi yang tepat, sebagian besar anak-anak
memberikan respon yang baik terhadap perkembangannya. Walau
beberapa anak tetap menjalani terapi hingga dewasa. Hal tersebut karena
kemampuan anak itu sendiri dalam menanggapi terapinya. Beberapa anak
yang mengalami kondisi yang progresif (faktor-faktor yang dapat merusak
sistem saraf seiring berjalannya waktu), akan menunjukkan perkembangan
yang tidak berubah dari sebelumnya atau mengalami kemunduran.
Sehingga terapi yang dilakukan yakni meningkatkan kemampuan dari anak
tersebut untuk menjalani kesehariannya.6,9

16
17

Anda mungkin juga menyukai