Anda di halaman 1dari 12

Tugas Individu

SOSIOLOGI PERKOTAAN
MAKALAH : PENGEMIS DI KOTA KENDARI

OLEH:

VIRA FRESHA PUSPITA


C1A117099

JURUSAN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kelancaran
dalam pembuatan makalah ini.
Pembuatan makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Sosisologi
Perkotaan. Penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membimbing dan
memberikan motivasi sehingga terselesaikan penyusunan makalah ini. Penyusunan makalah
ini jauh dari sempurna maka dari itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari semua pihak untuk penyempurnaan makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ....................................................................................... i

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Faktor-faktor Penyebab Munculnya Pengemis .......................... 4
1. Faktor Internal …........................................................................ 4
2. Faktor Eksternal ........................................................................ 6
B. Pengemis dalam Pandangan Islam............................................. 7
C. Solusi dalam Menanggulangi Pengemis..................................... 9
Usaha Preventif................................................................................... 9
2. Usaha Refresif ........................................................................ 10
3. Usaha Rehabilitatif................................................................... 10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................ 12
B. Rekomendasi............................................................................ 13

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sampai saat ini, Indonesia masih tergolong negara yang sedang berkembang dan
belum mampu menyelesaikan masalah kemiskinan. Dari beberapa banyak masalah social
yang ada sampai saat ini, pengemis adalah masalah yang perlu di perhatikan lebih oleh
pemerintah, karena saat ini masalah tersebut sudah menjadi bagian dari kehidupan di
perkotaan, khususnya di Kota Kendari.
Pengemis adalah orang-orang yang mendapatkan penghasilan dengan meminta-minta
di muka umum dengan berbagai cara dan alasan untuk mengharapkan belas kasihan dari
orang lain. Pengemis merupakan sosok yang akrab dengan kehidupan kita sehari-hari.
Hampir di setiap hari kita temui sosok ini, baik di perempatan jalan, warung, pertokoan, dan
di tempat-tempat lainnya. Bahkan terkadang kita sendiri dihampiri para pengemis dan
dimintai uang oleh mereka. Ada pengemis yang asli benar-benar butuh pertolongan dan ada
pula pengemis yang bohongan karena mereka malas untuk mencari pekerjaan yang lain.
Walhasil kita pun sulit untuk membedakan mana pengemis asli mana pengemis palsu.
Pengemis palsu terdiri dari orang-orang yang terorganisir rapi yang malas untuk
bekerja. Mereka memilih pekerjaan sehari-hari sebagai pengemis karena tidak cocok dengan
pekerjaan selain mengemis. Mereka juga senang menjadi peminta-minta karena penghasilan
yang cukup menjanjikan apalagi yang cacat.

Kita sebaiknya lebih selektif dalam memberi tukang minta-minta. Namun diharapkan
untuk tidak mengurangi amal soleh kita. Jika bingung dan tidak mau
susah ya jika iba ya beri saja, biar nanti Tuhan yang membalas perbuatan baik kita dan
perbuatan buruk mereka yang menipu.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Apa sajakah faktor-faktor penyebab timbulnya pengemis ?
2. Bagaimana pandangan islam tentang pengemis ?
3. Apa sajakah solusi untuk menanggulangi pengemis ?
BAB II
PEMBAHASAN
Pengemis adalah orang-orang yang hidup dalam keadaan tidak sesuai dengan
norma kehidupan yang layak dalam masyarakat setempat, serta tidak mempunyai
tempattinggal dan pekerjaan yang tetap di wilayah tertentu dan hidup mengembara di
tempatumum dan mendapatkan penghasilan dengan meminta-minta di muka umum dengan
berbagai cara dan alasan untuk mengharapkan belas kasihan dari orang lain.[1]
Pengemis yang ada di kota Kendari dilakukan mulai dari anak-anak, remaja, paruh
baya hingga lansia. Mereka biasanya beraksi di perempatan jalan (lampu lalu lintas) Wua-
wua Jaya dan perempatan jalan dekat Masjid Agung Al-Kautsar Mandonga, di pusat
perbelanjaan seperti di depan “Mall Mandonga”, ’Ade swalayan’, di depan bank, dan
sebagainya.
Pengemis menggunakan berbagai strategi untuk menarik perhatian dan mendorong
orang untuk memberikan uang kepada mereka. Jika di masa lalu, penampilan umum
pengemis adalah dengan baju yang kumuh, wajah yang kotor dan memelas, serta perilaku
yang menunjukkan kecacatannya, maka sekarang ini berbagai strategi mereka lakukan,
seperti:
1. Berdiri di tengah terik matahari dengan cucuran keringat.
2. Duduk atau menggeletak di depan toko, mall, bank, dan sebagainya.
3. Membawa formulir sumbangan dari mesjid atau panti asuhan tertentu entah itu
benar adanya. Hampir setiap hari saya melihat orang seperti ini di kampus IAIN,
dan akhir-akhir ini yang dulunya hanya satu orang kini sudah menjadi dua orang.
4. Membawa kardus-kardus sebagai tempat memasukkan sumbangan. Biasanya
permintaan sumbangan ini dilakukan anak-anak di perempatan jalan saat lampu
merah mereka akan beraksi meminta-minta dengan membawa kardus sambil
berkata “minta pii.. minta pii”, pada pengendara motor, pengemudi, dan
penumpang angkutan umum.
5. Mendatangi rumah-rumah warga dengan membawa beras 2-3 liter untuk dijual
dengan harga diatas harga beras dengan alasan terdesak karena anaknya sedang
sakit parah.

A. Faktor- Faktor Penyebab Munculnya Pengemis


1. Faktor Internal
Faktor internal berasal dalam keadaan individu yang mendorong mereka untuk
menggelandang dan mengemis. Faktor internal ini meliputi: kemiskinan, cacat fisik,
rendahnya keterampilan, rendahnya pendidikan, ingin hidup enak tanpa kerja keras/ malas
dan sikap mental.

a. Kemiskinan
Permasalahan ekonomi memang paling besar pengaruhnya terhadap masyarakat yang
tidak mampu. Ketidakmampuan dalam mencukupi kebutuhan yang semakin lama kebutuhan
tersebut akan meningkat mendorong seseorang untuk melakukan hal apapun asalkan ia dapat
mencukupi kebutuhan hidupnya maupun keluarganya.[2] Bahkan mereka harus
mempertaruhkan harga diri demi mencukupi kebutuhan hidupnya dan keluarga. Sehingga
jalan keluar yang mereka pilih adalah dengan meminta-minta.
Menurut informan yang sempat saya wawancarai beberapa waktu lalu, menyatakan
bahwa faktor kemiskinanlah yang menyebabkan ia menjadi pengemis. Semenjak suaminya
meninggal dunia, ia hidup sebatang kara dan harus mencari nafkah sendiri demi
kelangsungan hidupnya, akan tetapi di usianya yang sudah renta menyebabkan ia tidak
mampu bekerja lagi dan hanya bisa menjadi pengemis.
b. Cacat Fisik
Kondisi tubuh yang tidak sempurna membuat seesorang memeiliki ruang gerak yang
terbatas sehingga tidak bisa berbuat maksimal sebagaimana manusia lainnya yang sehat
jasmaniyah. Cacat fisik yang diderita ini sangat berdampak untuk mencari pekerjaan.
Tubuhnya yang tidak sekuat kebanyakan orang membuatnya kesulitan untuk mendapatkan
pekerjaan. Menurut ukuran produktivitas kerja, mereka tidak bisa menghasilkan sesuatu yang
maksimal malah lebih bersifat konsumtif.[3]
c. Rendahnya Keterampilan
Rendahnya keterampilan merupakan faktor intrinsik yang sangat berpengaruh.Orang-
orang yang datang ke kota Kendari untuk merantau tanpa sebuah keahlianmenjadikan
peluang hidup seseorang tersebut sangat minim. Sehingga jalan mereka pilih untuk bertahan
hidup adalah dengan menjadi pengemis.
d. Rendahnya Pendidikan
Rendahnya pendidikan sangat berpengaruh terhadap kesejahteraan seseorang.
Pendidikan sangat berpengaruh terhadap persaingan didunia kerja. Pendidikan yang
terlampau rendah dapat menimbulkan kemiskinan.[4] Dalam dunia kerja, kualitas sumber
daya manusia dapat diukur melalui jenjang pendidikan yang mereka tempuh. Apabila
sesesorang hanya memiliki ijazah sekolah dasar akan sangat sulit untuk mendapatkan sebuah
pekerjaan yang layak. Sedangkan mereka juga memerlukan biaya untuk mencukupi semua
kebutuhan hidupnya. Dari ketidakberdayaan inilah yang membuat orang terpaksa hidup
dalam keterbatasan yang sampai mengakibatkan mereka harus tinggal di alam terbuka dan
bekerja dengan cara meminta-minta.
e. Ingin Hidup Enak Tanpa Kerja Keras / Malas
Berdasarkan informasi yang saya dapatkan bahwa ada juga beberapa dari pengemis
tersebut memilih menjadi pengemis karena pekerjaan tersebut sangatlah mudah dan tidak
memakai tenaga yang besar kemudian penghasilannya juga lumayan. Sehingga karena
dorongan inilah mereka lebih memilih untuk menjadi pengemis.
f. Sikap Mental
Rendahnya harga diri pada sekelompok orang, mengakibatkan tidak dimilikinya rasa
malu untuk meminta-minta. Selain itu, sikap pasrah pada nasib. Mereka menganggap bahwa
kemiskinan dan kondisi mereka sebagai pengemis adalah nasib, sehingga tidak ada kemauan
untuk melakukan perubahan.
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal mencakup Urbanisasi, pergaulan, dan Keluarga.
a. Urbanisasi
Salah satu faktor munculnya pengemis adalah karena banyaknya perpindahan
masyarakat dari desa ke kota untuk mengadu nasib dengan harapan mendapatkan pekerjaan
yang layak. Akan tetapi karena kurangnya bekal persiapan untuk kekota maka akhirnya
pendatang tersebut menjadi pengemis.
b. Pergaulan
Ajakan dan bujukan seorang teman memang sangat ampuh dalam mempengaruhi
pendirian seseorang. Banyak sekali orang memlih untuk menjadi pengemis karena bujukan
teman, dan juga iming-iming memperoleh penghasilan tanpa harus bekerja keras.
c. Keluarga
Keluarga adalah tempat perlindungan yang setiap orang membutuhkan kehadirannya.
Didalam keluarga, seseorang mendapatkan kasih sayang yang sangat luar biasa dan kecil
kemungkinan untuk mendapatkannya diluar lingkungan keluarga. Namun hal tersebut tidak
terjadi pada anak-anak pengemis di lampu lalu lintas dekat Masjid Agung Al- Kautsar Kota
Kendari. Diusianya yang masih anak-anak, ia masih perlu dididik oleh orang tuanya agar
menjadi pribadi yang baik. Tapi yang terjadi malah ketika pulang sekolah ia harus mengemis
dijalanan dengan pengawasan orang tuanya disekitar masjid.
B. Pengemis dalam Pandangan Islam
Meminta-minta sumbangan atau mengemis tidak disyari’atkan dalam agama Islam,
apalagi jika dilakukan dengan cara menipu atau berdusta dengan cara menampakkan dirinya
seakan-akan dalam kesulitan ekonomi, atau sangat membutuhkan biaya pendidikan anak
sekolah, atau perawatan dan pengobatan keluarganya yang sakit, atau untuk membiayai
kegiatan tertentu, maka hukumnya haram dan termasuk dosa besar.
Di antara dalil-dalil syar’i yang menunjukkan haramnya mengemis dan meminta-
minta sumbangan, dan bahkan ini termasuk dosa besar adalah sebagaimana berikut :
1. Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar Radhiyallahu anhuma , ia berkata:
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

َ ‫ي َي ْو َم ْال ِق َيا َم ِة لَي‬


‫ْس فِ ْي َوجْ ِه ِه ُم ْز َعةُ لَحْم‬ ْ َ َّ‫الر ُج ُل َي ْسأ َ ُل الن‬
َ ِ‫ َحتَّى َيأت‬،‫اس‬ َّ ‫َما زَ ا َل‬
“Seseorang senantiasa meminta-minta kepada orang lain sehingga ia akan datang pada
hari Kiamat dalam keadaan tidak ada sepotong daging pun di wajahnya.”( HR. Muslim)
2. Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu , ia berkata: Rasûlullâh
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

‫اس أ َ ْم َوالَ ُه ْم ت َ َكث ُّ ًرا فَإِنَّ َما َيسْأ َ ُل َج ْم ًرا فَ ْل َي ْست َ ِق َّل أ َ ْو ِل َي ْست َ ْكثِ ْر‬
َ َّ‫سأ َ َل الن‬
َ ‫َم ْن‬
“Barangsiapa meminta-minta kepada manusia harta mereka untuk memperbanyak
hartanya, maka sesungguhnya dia hanyalah sedang meminta bara api (neraka), maka (jika dia
mau) silahkan dia mempersedikit atau memperbanyak.”(HR. Ath-Thabrani)
Demikianlah beberapa dalil dari hadits-hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang
mengharamkan mengemis atau meminta-minta sumbangan untuk kepentinagn pribadi atau
keluarga.
Diriwayatkan dari az-Zubair bin al-‘Awwâm Radhiyallahu 'anhu dari Nabi
Shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda:
‫ط ْوهُ أَ ْو‬
َ ‫ أَ ْع‬،‫اس‬
َ َّ‫ف هللاُ بِ َها َوجْ َههُ َخي ٌْر لَهُ ِم ْن أ َ ْن يَ ْسأ َ َل الن‬ ْ ْ
َ ‫طب َعلَى‬
َّ ‫ظ ْه ِر ِه فَيَبِ ْيعَ َها فَيَ ُك‬ َ ِ‫ََل َ ْن يَأ ُخذَ أ َ َحد ُ ُك ْم َح ْبلَهُ فَيَأت‬
َ ‫ي بِ ُح ْز َم ِة َح‬
ُ‫ َمنَعُ ْوه‬.
"Sungguh, seseorang dari kalian mengambil talinya lalu membawa seikat kayu bakar
di atas punggungnya, kemudian ia menjualnya sehingga dengannya Allah menjaga wajahnya
(kehormatannya), itu lebih baik baginya daripada ia meminta-minta kepada orang lain,
mereka memberinya atau tidak memberinya".(HR.Bukhari)
Seseorang yang menjual kayu bakar yang ia ambil dari hutan adalah lebih baik
daripada ia harus meminta-minta kepada orang lain. Rasulullah SAW. menjelaskan jalan
yang terbaik karena meminta kepada orang lain hukumnya haram dalam Islam, baik mereka
(orang yang dimintai sumbangan) itu memberikan atau pun tidak. Tetapi yang terjadi pada
sebagian kaum muslimin dan thâlibul-‘ilmi (para penuntut ilmu) adalah meminta kepada
orang lain, dan menganggapnya sebagai suatu hal yang biasa dan wajar. Padahal, hal ini
hukumnya haram dalam Islam. Jadi, yang terbaik ialah kita mencari nafkah, kemudian setelah
itu kita makan dari nafkah yang kita dapat, baik sedikit maupun banyak, dan sesuatu yang
kita dapat itu lebih mulia daripada minta-minta kepada orang lain.

C. Solusi dalam Menanggulangi Pengemis


Setelah kita mengkaji latar belakang para pengemis dan mengetahui siapa yang
seharusnya bertanggung jawab atas mereka, maka muncul beberapa solusi yang ditawarkan:
1. Usaha Preventif
Usaha preventif dimaksudkan untuk mencegah timbulnya gelandangan dan pengemis
di dalam masyarakat, yang ditujukan baik kepada perorangan maupun kelompok masyarakat
yang diperkirakan menjadi sumber timbulnya gelandangan dan pengemis.
a. “Hilangkan Budaya Mengemis”. Pecahkan budaya mengemis yang telah berurat akar
dikalangan para pengemis. Ini merupakan pekerjaan yang sangat berat. Apabila budaya ini
tidak dihilangkan maka, apapun upaya yang telah dilakukan akan sia-sia. Banyak kasus
dimana para pengemis yang telah dibawa dan dibina di Dinas Sosial kembali menjadi
pengemis di jalan. Menghilangkan budaya mengemis merupakan kunci utama untuk
mengatasi persoalan pengemis. Cara pemecahannya, mereka harus di masukkan di masukkan
ke “Motivation Camp” untuk dibina, ditumbuhkan harga diri, kehormatan diri, kemuliaan
diri, jati diri dan kebanggan sebagai manusia mulia disisi Tuhan dan manusia lainnya.
Dimana kegiatan mengemis itu bukanlah sesuatu yang mulia, tangan diataslah yang lebih
mulia. Serta pendekatan agama sangat ditekankan dalam pembinaan motivasi ini.
b. “Anak-anak Pengemis Harus Belajar”. Berikan beasiswa penuh kepada anak pengemis, dan
tempatkan mereka di asrama yang jauh dari orang tua mereka, sehingga budaya mengemis
orang tua mereka tidak menurun pada mereka dan budaya baru dari lingkungan barulah yang
akan tertanam. Ini adalah solusi untuk memotong rantai budaya mengemis yang sudah
ditanamkan oleh orang tua mereka, dengan mengajak mengemis.
c. “Berantas Kemiskinan dengan Pendidikan”, atasi kemiskinan yang menjadi penyebab
utama timbulnya para pengemis. Masalah kemiskinan harus diatasi dengan cara pemberian
pelatihan, pemberdayaan, pembinaan dan peluang untuk berkembang dan maju. Bukan
dengan memberi Raskin (Beras untuk Orang Miskin), BLT (Bantuan Langsung Tunai),
BLSM (Bantuan Langsung Sementara Masyarakat) kepada para pengemis, karena hal ini
hanya menciptakan ketergantungan kepada pemerintah, malas, tidak mandiri, dan lain
sebagainya.
2. Usaha Represif
Usaha represif dimaksudkan untuk mengurangi dan/atau meniadakan gelandangan
dan pengemis yang ditujukan-baik kepada seseorang maupun kelompok orang yang disangka
melakukan pergelandangan dan pengemisan. Salah satunya adalah razia pengemis secara
dadakan, untuk dimasukkan ke Dinas Sosial agar dapat pembinaan. Hal ini efektif untuk
mendapatkan para pengemis yang berkeliaran di jalan lampu lalu lintas dan tempat-tempat
perbelanjaan yang tidak mau diajak ke Dinas Sosial.

3. Usaha Rehabilitatif
Usaha rehabilitatif terhadap gelandangan dan pengemis meliputi usaha-usaha penampungan,
seleksi, penyantunan, penyaluran dan tindak lanjut, bertujuan agar fungsi sosial mereka dapat
berperan kembali sebagai warga masyarakat.
a. Pelatihan Keterampilan Sesuai Kemampuan Mereka
Bina dan latih mereka dengan keterampilan yang sesuai dengan mereka. Berikan
fasilitas yang mereka perlukan untuk mengembangkan kreatifitas yang mereka punya.
Pelatihan keterampilan sebaiknya sesuai dengan kemauan, kemampuan, jenis kelamin serta
usia. Misal seorang pengemis usia 60 thn ke atas tidak mungkin dibina untuk belajar
kemampuan pertukangan atau meubel. Jadi, pelatihan ini dikhususkan kepada mereka yang
usianya produktif dan fisiknya mampu. Bagi mereka yang sudah lansia yang fisiknya tidak
mampu, dapat di masukkan ke Panti Jompo / Sosial untuk mendapatkan layanan yang lebih
baik. Bagi mereka yang sudah lolos uji keterampilan dan dinyatakan mampu, diberikan surat
kotrak bahwa tidak akan mengemis lagi. Dan pelatihan keterampilan ini tidak hanya sekali
saja, namun beberapa kali agar keterampilan mereka akan terus berkembang.
b. Buka Lapangan Kerja di Desa
Para pengemis yang sudah mendapatkan pelatihan dan dinyatakan lolos, tidak sekedar
diberi sertifikat dan dibiarkan keluar begitu saja. Tapi mereka di berikan lapangan pekerjaan.
Mereka akan dipulangkan kedaerah atau desa asal mereka masing-masing. Aparat desa
bekerja sama dengan pemerintah daerah (Dinas Sosial) untuk menciptakan lapangan
pekerjaan bagi para pengemis yang telah mendapatkan keterampilan. Mengapa harus desa
asal mereka?. Karena dengan demikian kemungkinan para pengemis mengemis kembali lagi
ke jalan perempatan,toko, dan sebagainya sangatlah tipis. Dan lagi desa merupakan tempat
tinggal awal mereka. Lapangan pekerjaan yang dibuka seperti meubel, konveksi, bengkel,
warung makan atau kantin. Apabila mereka sudah mampu bekerja sendiri, maka mereka
dianjurkan membuka lapangan usaha sendiri. Tentunya masalah modal didapat dari
penghasilan mereka yang telah terkumpul, pinjaman koperasi desa atau bantuan
pemberdayaan dari Dinas sosial (Pemerintah Daerah).[5]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Faktor-faktor penyebab munculnya pengemis adalah sebagai berikut:
- Faktor internal meliputi kemiskinan, cacat fisik, rendahnya keterampilan, rendahnya
pendidikan, ingin hidup enak tanpa kerja keras/ malas dan sikap mental.
- Factor eksternal meliputi Urbanisasi, pergaulan, dan keluarga.
Meminta-minta sumbangan atau mengemis tidak disyari’atkan dalam agama Islam,
apalagi jika dilakukan dengan cara menipu atau berdusta dengan cara menampakkan dirinya
seakan-akan dalam kesulitan ekonomi maka hukumnya haram dan termasuk dosa besar.
Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar Radhiyallahu anhuma , ia berkata: Rasûlullâh
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

َ ‫ي يَ ْو َم ْال ِقيَا َم ِة لَي‬


‫ْس فِ ْي َوجْ ِه ِه ُم ْز َعةُ لَحْم‬ ْ َ َّ‫الر ُج ُل يَ ْسأ َ ُل الن‬
َ ِ‫ َحتَّى يَأت‬،‫اس‬ َّ ‫َما زَ ا َل‬
“Seseorang senantiasa meminta-minta kepada orang lain sehingga ia akan datang pada
hari Kiamat dalam keadaan tidak ada sepotong daging pun di wajahnya.”( HR. Muslim)

Solusi dalam menanggulangi pengemis diantaranya : Usaha Preventif (hilangkan


budaya mengemis, anak-anak pengemis harus belajar, dan berantas kemiskinan dengan
pendidikan), Usaha Refresif (Razia pengemis), dan Usaha Rehabilitatif (pelatihan
keterampilan sesuai kemampuan dan lapangan kerja di desa).

B. Rekomendasi

Pemerintah harusnya mensosialisasikan panti sosial yang ada karena banyak yang
tidak tahu tentang panti tersebut dan apa-apa saja yang ada didalamnya sehingga pengemis
tidak mau dan takut ke panti social. Kemudian pelayanannya perlu ditingkatkan jangan ada
lagi kekerasan, kekasaran, ataupun hal-hal yang tidak mengenakkan agar pengemis yang
dibawa ke panti tersebut menjadi betah dan tidak kabur lagi.
Solusi yang telah dijabarkan sebelumnya, tidak akan berjalan dengan baik tanpa
adanya dukungan dari pemerintah daerah, lembaga pendidikan, dunia usaha, dan masyarakat.
Pemerintah daerah sebagai pelaksana, lembaga pendidikan sebagai pendukung, dunia usaha
sebagai sarana dan fasilitator serta masyarakat sebagai pengawas sekaligus pendukung. peran
masyarakat di sini sangatlah penting.
Kita sebaiknya lebih selektif dalam memberi tukang minta-minta. Namun diharapkan
untuk tidak mengurangi amal shaleh kita. Jika bingung dan tidak mau susah, jika iba ya beri
saja, biar nanti Tuhan yang membalas perbuatan baik kita dan perbuatan buruk mereka yang
menipu.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 2003, Ilmu Sosial Dasar, Jakarta: Rineka Cipta.


Soekamto, Soerjono. 2006, “Sosiologi Suatu Pengantar”, Jakarta: Rajawali Pers.
http://arifrohmansocialworker.blogspot.com/2010/11/program-penanganan-gelandangan -
pengemis.html .
Nurmayanti, Dian Anggraini.2013.‘Teori-teori Kemiskinan’ dalam jurnal
DianAnggraini Nurmayanti(online),(http:www.http://dianggraini06.blogspot.com /teori-teori-
kemiskinan)
.

[1] Nurmayanti, Dian Anggraini.2013. ‘Teori-teori Kemiskinan’ dalam jurnal Dian


Anggraini Nurmayanti (online), (http:www.http://dianggraini06.blogspot.com/teori-teori-
kemiskinan) diakses tanggal 12Oktober 2015.

[2] Soerjono Soekamto, “Sosiologi Suatu Pengantar”, (Jakarta: Rajawali Pers, 2006).
Hlm.320
[3] Abu Ahmadi, Ilmu Sosial Dasar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), hlm. 328

[5] http://arifrohmansocialworker.blogspot.com/2010/11/program-penanganan-
gelandangan-pengemis.html .Diakses pada 12 Oktober 2015
Diposting oleh mutmainnah_AMS di 19.21 1 komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest
Beranda
Langganan: Postingan (Atom)
Mengenai Saya

mutmainnah_AMS
Lihat profil lengkapku

Arsip Blog
 ▼ 2015 (2)
o ▼ Oktober (2)
 MAKALAH : PENGEMIS DI KOTA KENDARI: MAKALAH : PENG...
 MAKALAH : PENGEMIS DI KOTA KENDARI
Tema Kelembutan. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai