Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH FILSAFAT

“EKSISTENSIALISME (FILSAFAT BERBASIS KEMERDEKAAN)”

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah filsafat


Mata Kuliah: Filsafat
Dosen Pengampu: Prof. Dr. H. Adang Hambali, M.Pd.

Disusun Oleh Kelompok 16:

1. Siti Lathifah Andayani (1206000169)


2. Syifa Ul Badriah (1206000179)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNANAN GUNUNG DAJTI BANDUNG


FAKULTAS PSIKOLOGI
2020/2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb. Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang mana telah
memberikan nikmat sehat, ilmu dan kebahagiaan bagi kita semua, karena berkat karunianya dan
keridhoannya, kami dapat menyelesaikan tugas makalah Filsafat yang membahas tentang
Eksistensialisme (Filsafat Berbasis Kemerdekaan)
Makalah ini ditulis berdasarkan buku panduan yang berkaitan dengan Filsafat, serta
informasi dari media massa yang berhubungan dengan Filsafat. Disadari bahwa makalah ini
kurang sempurna. Untuk itu diharapkan berbagai masukan yang bersifat membangun demi
kesempurnaannya. Semoga makalah ini bermanfaat. Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................1
DAFTAR ISI..............................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................3
1.1 LATAR BELAKANG.............................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................4
2.1 Sejarah Berdirinya Eksistensialisme.......................................................................4
2.2 Tokoh-Tokoh Eksistensialisme..............................................................................4
2.3 Aliran Filsafat Eksistensialisme.............................................................................5

BAB III PENUTUP ..................................................................................................................7


3.1 KESIMPULAN.......................................................................................................7

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Eksistensialisme merupakan paham yang menempatkan manusia pada titik sentrum dari segala
relasi kemanusiaan. Eksistensialisme berakar dari upaya untuk bangkit dari segala hegemoni untuk
menemukan eksistensi dan esensi diri. Untuk menemukan eksistensi diri tersebut manusia harus
sadar karena tidak ada makhluk lain yang bereksistensi selain manusia. Sartre dalam hal ini
menempatkan eksistensi manusia mendahului esensi. Eksistensi pada esensialnya menunjukkan
kepada kesadaran manusia, karena manusia berhadapan dengan dunia dimana dia berada sekaligus
memikul tanggung jawab untuk diri dan masa depan dunianya. Kebebasan adalah esensi manusia,
biasanya manusia yang bebas selalu menciptakan dirinya. Manusia yang bebas dapat mengatur,
memilih dan dapat memberi makna pada realitas.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Berdirinya Eksistensialisme


Eksistensialisme merupakan suatu aliran filsafat yang lahir untuk menentang zamannya. Ia
lahir sebagai reaksi terhadap cara berfikir yang telah ada seperti materialisme dan
idealisme. Eksistensialisme menentang ajaran materialisme setelah memperhatikan
manusia sedalam-dalamnya. Materialisme mengajarkan manusia pada prinsipnya hanya
benda, sebagai akibat dari proses unsur-unsur kimia, manusia sama saja dengan benda lain.
Tidak berbeda diantara keduanya, sekalipun ada kelebihan manusia apabila diperhatikan
bentuknya. Eksistensialisme terus menentang materialisme yang mengajarkan manusia
pada dasarnya seperti benda lain, dan menurut materialisme manusia akan kembali kepada
asal dari percampuran unsur-unsur kimia dalam tanah seperti semula. Dengan demikian,
materialisme melupakan usaha atau cara manusia berada di dunia karena kenyataannya
manusia berjuang menghadapi dunia. Manusia tidak semata-mata ada di dalam dunia,
tetapi ia sadar, hidup, dan mengalami adanya. Dunia dihadapi manusia dengan memahami
arti dan guna dari semua benda sehingga ia mengerti apa yang ada di hadapannya.
Manusia adalah subjek yang sadar. Oleh karena itu, kesalahan yang ditentang oleh
eksistensialisme karena materialisme memandang manusia sebagai materi semata-mata
tanpa memperhatikan unsur lain. Materialisme melupakan unsur potensi batiniah, rohaniah
dari manusia. Padahal, manusia mempunyai kesadaran dan pikiran yang dimiliki dari asal
kejadiannya. Eksistensialisme juga menentang ajaran idealisme, sanggahan
eksistensialisme terhadap idealisme bahwa idealisme memandang manusia hanya sebagai
subjek, dan akhirnya hanya sebagai kesadaran. Idealisme lupa bahwa manusia hanya bisa
berdiri sebagai manusia karena bersatu dengan realitas di sekitarnya.
2.2 Tokoh-tokoh Eksistensialisme
1. Jean Paul Sartre
Filsafat Sartre lebih menekankan pada kebebasan manusia dengan menekankan
pada menjadi bebas adalah suatu keharusan dan pilihan, dan saya dapat memilih dan
melakukan apa yang saya suka, jika jalan yang satu buntu maka saya dapat mencari cara
lainnya, saya selalu bebas, dalam pendidikan filsafat Sartre lebih membuat siswa
independen. manusia akan memiliki esensi jika ia telah eksis terlebih dahulu dan esensinya
4
itu akan muncul ketika manusia mati.
2. Martin Buber
Menurut Martin, nilai eksistensi manusia itu tidaklah murni dari manusia. Dalam
tesisnya tersebut, Buber mengembangkan ide eksistensi sebagai pertemuan, Sebagaimana
dikatakan Buber dalam Aku dan Engkau, seorang manusia selalu berhubungan dengan
dunia dalam salah satu dari kedua mode tersebut.
3. Gabriel Marcel
Marcel menyatakan bahwa manusia tidak dapat hidup sendirian, tetapi harus
bersama manusia lainnya. Tetapi, manusia juga memiliki kebebasan yang bersifat otonom.
Otonomi membuat manusia dapat melakukan pilihan, yaitu mengatakan "ya" atau "tidak"
terhadap segala sesuatu yang dihadapinya.
2.3 Aliran Filsafat Eksistensialisme
1. Eksistensialisme Teistis
Eksistensialisme teistis diwakili oleh Soren Kierkegaard (1813-1855). Seorang tokoh
yang dianggap sebagai Bapak eksistensialisme. Ia berasal dari Denmark. Ajarannya
mengandung harapan untuk hidup di dunia ini. Ia percaya bahwa ada cahaya dalam
kegelapan. Ia juga berpendapat bahwa eksistensi manusia ialah manusia merasa
bersalah terhadap Tuhan. Adapun eksistensialisme manusia adalah hidup, ketakutan,
harapan, putus asa, dan mati, yang kesemuanya itu menjadi pemikiran Kierkegaard.
Akan tetapi, dalam situasi demikian, percaya kepada Tuhan dapat menolong mengatasi
ketakutan dan putus asa yang disebabkan oleh kedosaan. Di samping adanya
kepercayaan demikian, harus pula disertai segala kesungguhan sebagai eksistensi yang
harus menghadapi realitas. Manusia harus berbuat, bertindak dan bereksistensi demi
kebebasan dalam keterbatasan dengan adanya mati. Kierkegaard berpendapat pula
bahwa hanya manusia yang bereksistensi; yang bereksistensi setiap saat. Bereksistensi
ialah bertindak. Manusia bukan saja individu di hadapan dirinya, tetapi juga individu
di hadapan Tuhan. Dari ajaran tersebut sehingga dikatakan bahwa Kierkegaard
memandang manusia dalam gerak vertikal yang pada akhirnya ke Tuhan.
2. Eksistensialisme Ateistis
Jean Paul Sartre dianggap sebagai tokoh eksistensialisme ateistis. Ia seorang filsuf
Perancis yang lahir pada tahun 1905. Azas pertama ajarannya ialah eksistensi adalah
keterbukaan. Manusia tidak lain cara ia menjadikan dirinya. Ini berarti manusia harus
5
dihadapi sebagai subjek, artinya manusia tidak akan selesai dengan ikhtiarnya.
Manusia tidak lain adalah tindakannya sendiri. Menurutnya, apapun eksistensi
manusia, ia sendiri yang bertanggung jawab karena ia dapat memilih yang baik dan
yang kurang baik baginya. Oleh sebab itu, ia tidak dapat mempermasalahkan orang
lain, apalagi akan menggantungkan diri kepada Tuhan. Pertanggungjawaban tersebut
didasarkan atas suatu perhitungan bahwa apa yang dilakukan manusia akan diperbuat
pula oleh orang lain. Perbuatan manusia yang telah dipertimbangkan merupakan
gambaran manusia yang sebenarnya. Dengan demikian, dapat digambarkan betapa
besar beban manusia terhadap seluruh manusia pada umumnya. Sartre memandang
bahwa apa saja yang dibuat manusia mempunyai tujuan dan arti tertentu. Manusia
hidup dalam buatan manusia sendiri. Manusia menjalankan eksistensi manusia dalam
alam buatan manusia sendiri. Manusia dapat menembus konstruksi dan mendobrak
alam konstruksi. Ia berpandangan bahwa dalam hidup ini tidak ada norma, semua
serba tidak menentu. Oleh karena itu, manusia mengalami kesepian yang dapat
membawa kepada keputusasaan. Sartre mengajarkan pula tentang kesadaran. Sadar,
berarti sadar terhadap sesuatu, sesuatu di luar dirinya. Di sini berarti antara bahwa diri
seseorang dengan sesuatu yang lain, ada hubungan dan ada komunikasi. Pendapat
Sartre lebih lanjut bahwa adanya hubungan dengan sesuatu yang di luar, berarti
meniadakan sesuatu. Maknanya, orang yang sadar tidak identik dengan dirinya sendiri,
dia bukanlah ia. Dia yang sadar tentang dirinya selalu berbuat terus untuk mengubah
dirinya. Dia selalu dalam peralihan dan peniadaan itu berjalan terus-menerus. Ajaran
sentral Sartre ialah kemerdekaan karena kemerdekaan itu sendiri milik manusia yang
azasi. Tanpa kemerdekaan, manusia tidak ada artinya lagi. Hal itu menurut Sartre tidak
ada determinasi. Sekalipun orang dipaksa, didorong atau ditarik umpamanya, manusia
tetap mempunyai sikap, mau atau tidak mau, maka kemerdekaan dalam arti yang
sebenarnya tetap ada. Manusia mempunyai kemerdekaan untuk bertindak dan berbuat.
Kemerdekaan adalah mutlak. Kemerdekaan tidak dapat disempitkan maknanya bagi
manusia, sekalipun maut merupakan batas dari kebebasan. Menurut Sartre, batas itu di
luar eksistensi manusia. Maut tidak mempunyai arti apa-apa dalam hubungannya
dengan eksistensi manusia.

6
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Eksistensialisme yaitu paham yang menempatkan manusia pada titik sentrum dari
segala relasi kemanusiaan. Eksistensialisme merupakan suatu aliran filsafat yang
lahir untuk menentang zamannya. Ia lahir sebagai reaksi terhadap cara berfikir
yang telah ada seperti materialisme dan idealisme. Eksistensialisme menentang
ajaran materialisme setelah memperhatikan manusia sedalam-dalamnya.
Eksistensialisme juga didirikan oleh beberapa tokoh, diantaranya Jean Paul
Sartre, Martin Buber, dan Gabriel Marcel. Para tokoh yang lain juga membuat
aliran mengenai filsafat eksistensialisme yaitu aliran eksistensialisme teitis dan
eksistensialisme ateitis.

Anda mungkin juga menyukai