Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

GIZI KERJA
Gizi Kerja pada Pekerja Wanita

DISUSUN OLEH:
ANDI SIMPUR SIANG

K11113027

ULFA RAHMAN

K11113088

DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR

2015

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas kasih
dan sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Gizi Kerja
pada Pekerja Wanita yang telah diberikan oleh Dosen Mata Kuliah kepada penulis dengan
baik. Makalah ini dibuat untuk memenuhi nilai tugas dari mata kuliah Gizi Kerja.
Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada Dosen Mata Kuliah atas bimbingan
dan arahannya guna terselesainya tugas ini. Tak lupa juga ucapan terima kasih kepada temanteman dan semua pihak atas bantuan dan partisipasinya sehingga tugas ini dapat terselesaikan
sebagaimana diharapkan.
Harapan penulis kiranya makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca sekalian.
Namun dengan semua itu, penulis juga sadar bahwa makalah

ini masih jauh dari

kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran dari pembaca maupun semua pihak yang bersifat
membangun sangat diharapkan guna perbaikan makalah ini kedepan.

Makassar, 30 November 2015

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................1
Latar Belakang.............................................................................................................................1
Rumusan Masalah........................................................................................................................2
Tujuan Pembahasan.....................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................4
BAB III PENUTUP ...................................................................................................................
Kesimpulan
.....................................................................................................................................................
21
Saran
.....................................................................................................................................................
22
DAFTAR
PUSTAKA
.....................................................................................................................................................
23

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kondisi perkembangan pembangunan kearah industrialisasi dimana
persaingan pasar semakin ketat, sangat diperlukan tenaga kerja yang sehat dan
produktif. Searah dengan hal tersebut kebijakan pembangunan di bidang kesehatan
ditujukan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi seluruh masyarakat,
termasuk masyarakat pekerja.Masyarakat pekerja mempunyai peranan & kedudukan
yang sangat penting sebagai pelaku dan tujuan pembangunan, dimana dengan
berkembangnya IPTEK dituntut adanya Sumber Daya Manusia (SDM) yang
berkualitas dan mempunyai produktivitas yang tinggi hingga mampu meningkatkan
kesejahteraan dan daya saing di era globalisasi.
Berdasarkan data dari UNDP, salah satu indikator kualitas SDM adalah Indeks
Kualitas Hidup (Human Development Index =HDI) yan ditentukan oleh 3 faktor yaitu
pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Pada tahun 2000, Indonesia berada pada urutan
ke 109 dari 174 negara di seluruh dunia. Dikawasan ASEAN, Indonesia berada pada
urutan ke 7 dari 10 negara diatas Kamboja, Laos, Myammar. Di era globalisasi dan
pasar bebas AFTA 2003, kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu
pesyaratan yang ditetapkan dalam hubungan antar negara yang harus dipenuhi oleh
seluruh anggota termasuk Indonesia. Beban ini cukup berat dimana dari data Badan
Pusat Statistik (BPS) tahun 2003, pekerja di Indonesia mencapai 100.316.007 dimana
64,63% pekerja laki-laki dan 35,37% pekerja wanita.
Peningkatan ini selain dilihat dari segi positip dengan bertambahnya tenaga
produktif, status kesehatan dan gizi pekerja umumnya belum mendapat perhatian
yang berakibat akan menurunkan produktivitas kerja dan ongkos produksi menjadi
tidak efisien.Pelayanan kesehatan dan gizi yang belum memadai antara lain dapat
dilihat bahwa pada pekerja kelas menengah kebawah umumnya menderita kurang gizi
seperti Kurang Energi Protein (KEP), anemia serta sering menderita penyakit infeksi.
Sedangkan pada pekerja kelas menengah keatas, umumnya terjadi kegemukan atau
obesitas. Masalah gizi pada pekerja sebagai akibat langsung yakni kurangnya asupan
makanan yang tidak sesuai dengan beban kerja atau jenis pekerjaannya.
Jenis pekerjaan tertentu diperlukan diit khusus agar dapat melaksanakan
pekerjaannya dengan baik dan mencegah terjadinya penyakit atau gangguan gizi
1

akibat pekerjaannya dan pengaruh lingkungan kerja.Beberapa penelitian (Husaini


dkk) melaporkan bahwa dikalangan tenaga kerja wanita 30-40% menderita anemia,
dan hasil studi di Tangerang tahun 1999 menunjukan prevalensi anemia pada pekerja
wanita 69%. Pekerja yang menderita anemia dari hasil penelitian produktivitasnya
20% lebih rendah dari pada pekerja yang sehat.
Penelitian yang dilakukan oleh Kantor Menteri Negara Urusan Peranan Wanita
(1985) didapatkan 15% pekerja wanita kekurangan energi dan protein yang
menyebabkan pekerja menjadi lambat berpikir, lambat bertindak dan cepat
lelah.Wanita yang bekerja sesungguhnya adalah arus utama di banyak industri.
Mereka diperlakukan sama dari beberapa segi, hanya dari segi pengalaman kesehatan
mereka berbeda dengan laki-laki. Dengan adanya perbedaan-perbedaan, wanita
berhak mendapatkan pelayanan kesehatan kerja yang diperlukan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian ilmu gizi, zat gizi, gizi kerja dan pekerja wanita ?
2. Apa keuntungan wanita bekerja ?
3. Apa kelemahan jika wanita bekerja ?
4. Apa saja faktor yang mempengaruhi kesehatan pekerja wanita ?
5. Bagaimana kecukupan gizi pekerja wanita ?
6. Bagaimana kecukupan gizi pekerja wanita dalam kondisi khusus ?
7. Bagaimana cara mengukur status gizi ?
8. Bagaimana cara mengukur energi pada pekerja wanita dalam kondisi hamil ?
9. Bagaimana cara mengukur energi pada pekerja wanita dalam kondisi menyusui ?
10. Apa saja masalah kesehatan pada pekerja wanita ?
11. Bagaimana kiat-kiat agar wanita tetap sehat dalam bekerja ?

C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui pengertian ilmu gizi, zat gizi, gizi kerja dan pekerja wanita
2. Untuk mengetahui keuntungan wanita bekerja
3. Untuk mengetahui kelemahan jika wanita bekerja
4. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi kesehatan pekerja wanita
5. Untuk mengetahui kecukupan gizi pekerja wanita
6. Untuk mengetahui kecukupan gizi pekerja wanita dalam kondisi khusus
7. Untuk mengetahui cara mengukur status gizi
8. Untuk mengetahui cara mengukur energi pada pekerja wanita dalam kondisi hamil
9. Untk mengetahui cara mengukur energi pada pekerja wanita dalam kondisi
menyusui
10. Untuk mengetahui masalah kesehatan pada pekerja wanita
11. Untuk mengetahui kiat-kiat agar wanita tetap sehat dalam bekerja
2

BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN TENTANG ILMU GIZI, ZAT GIZI, GIZI KERJA, DAN
PEKERJA WANITA
1. Pengertian Ilmu Gizi
Ilmu Gizi (Nutrience Science) adalah ilmu yang mempelajari segala
sesuatu tentang makanan dalam hubungannya dengan kesehatan optimal/
tubuh.Zat Gizi (Nutrients) adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk
melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara
jaringan serta mengatur proses-proses kehidupan.
2. Pengertian Zat Gizi
Zat gizi adalah zat-zat yang diperoleh dari bahan makanan yang
dikonsumsi, mempunyai nilai yang sangat penting (tergantung dari macam3

macam bahan makanannya) untuk memperoleh energi guna melakukan kegiatan


fisik sehari-hari bagi para pekerja. Termasuk dalam memelihara proses tubuh
dalam pertumbuhan dan perkembangan yaitu penggantian sel-sel yang rusak dan
sebagai zat pelindung dalam tubuh (dengan cara menjaga keseimbangan cairan
tubuh). Proses tubuh dalam pertumbuhan dan perkembangan yang terpelihara
dengan baik akan menunjukkan baiknya kesehatan yang dimiliki seseorang.
Seseorang yang sehat tentunya memiliki daya pikir dan daya kegiatan fisik seharihari yang cukup tinggi.
3. Pengertian Gizi Kerja
Gizi kerja adalah penyediaan dan pemberian masukan zat gizi kepada
tenaga kerja sesuai dengan jenis pekerjaan yang dilakukan selama berada di
tempat kerja guna mendapatkan tingkat kebutuhan dan produktivitas kerja
setinggi-tingginya.

4. Pengertian Pekerja Wanita


Pekerja wanita adalah pekerja yang memiliki kekuatan fisik hanya 2/3 dari
kekuatan fisik pekerja lelaki. Serta memiliki keadaan biologis tertentu yang tidak
dimiliki oleh pekerja lelaki seperti haid, menyusui dan hamil.
B. KEUNTUNGAN WANITA DALAM BEKERJA
Ada beberapa manfaat ataupun keuntungan wanita yang bekerja, antara lain
sebagai berikut:
1. Mendukung ekonomi rumah tangga.
Dengan bekerja nya sang ibu, berarti sumber pemasukan keluarga tidak hanya
satu, melainkan dua. Dengan demikian, pasangan tersebut dapat mengupayakan
kualitas hidup yang lebih baik untuk keluarga, seperti dalam hal : gizi, pendidikan,
tempat tinggal, sandang, liburan dan hiburan, serta fasilitas kesehatan.
2. Meningkatnya harga diri dan pemantapan identitas.
Bekerja, memungkinkan seorang wanita mengekspresikan dirinya sendiri, dengan
cara yang kreatif dan produktif, untuk menghasilkan sesuatu yang mendatangkan
kebanggaan terhadap diri sendiri, terutama jika prestasinya tersebut mendapatkan
penghargaan dan umpan balik yang positif. Melalui bekerja, wanita berusaha
4

menemukan arti dan identitas dirinya; dan pencapaian tersebut mendatangkan rasa
percaya diri dan kebahagiaan.
3. Relasi yang sehat dan positif dengan keluarga
Wanita yang bekerja, cenderung mempunyai ruang lingkup yang lebih luas dan
bervariasi, sehingga cenderung mempunyai pola pikir yang lebih terbuka, lebih
energik, mempunyai wawasan yang luas dan lebih dinamis. Dengan demikian,
keberadaan istri bisa menjadi partner bagi suami, untuk menjadi teman bertukar
pikiran, serta saling membagi harapan, pandangan dan tanggung jawab.
4. Pemenuhan kebutuhan social
Setiap manusia, termasuk para ibu, mempunyai kebutuhan untuk menjalin relasi
sosial dengan orang lain. Dengan bekerja, seorang wanita juga dapat memenuhi
kebutuhan akan kebersamaan dan untuk menjadi bagian dari suatu komunitas.
Bagaimana pun juga, sosialisasi penting bagi setiap orang untuk mempunyai
wawasan dan cara berpikir yang luas, untuk meningkatkan kemampuan empati
dan kepekaan sosial dan yang terpenting, untuk dapat menjadi tempat
pengalihan energi secara positif, dari berbagai masalah yang menimbulkan
tekanan/stress, entah masalah yang sedang dialami dengan suami, anak-anak
maupun dalam pekerjaan. Dengan sejenak bertemu dengan rekan-rekan, mereka
dapat saling sharing, berbagi perasaan, pandangan dan solusi.
5. Peningkatan skill dan kompetensi.
Dengan bekerja, maka seorang wanita harus bisa menyesuaikan diri dengan
tuntutan, baik tuntutan tanggung jawab maupun tuntutan skill dan kompetensi.
Untuk itu, seorang wanita dituntut untuk secara kreatif menemukan segi-segi yang
bisa dikembangkan demi kemajuan dirinya. Peningkatan skill dan kompetensi
yang terus menerus akan mendatangkan nilai lebih pada dirinya sebagai seorang
karyawan, selain rasa percaya diri yang mantap.

C. KELEMAHAN WANITA DALAM BEKERJA


Di era reformasi dan kebebasan demokrasi, wanita yang sukses berkarir sama
sekali bukan hal aneh lagi. Bahkan belakangan ini semakin banyak wanita yang
menopang ekonomi keluarga di samping suaminya. Nggak heran kalau saat ini wanita
umumnya merasa sudah menjadi partner sejajar dengan pria.

Tetapi sesukses apapun wanita, tetap tidak akan pernah bisa menyamakan pria.
Karena wanita memang bukanlah pria. Di jaman yang sarat dengan globalisasi ini
wanita tetap dianggap sebagai mahluk yang memiliki beberapa kelemahan dibanding
pria. Coba simak kelemahan umum wanita yang membedakan dengan pria dalam
bekerja di bawah ini:
1. Kurang bersaing
Menurut pakar psikologi, semangat persaingan pada diri wanita itu lebih rendah
dari pria. Karena sejak masa kanak-kanak, wanita sudah ditekankan untuk tidak
melakukan konfrontasi. Sehingga sampai masa dewasa, wanita selalu menghindari
konfrontasi. Padahal sesekali konfrontasi itu perlu untuk menghadapi tingkat
kompetisi yang tinggi dalam dunia kerja.
2. Kurang berani mengambil resiko
Selama ini wanita cenderung melakukan tugas-tugas secara aman dan average.
Wanita juga menghindari ekspansi dan spekulasi untuk menghindari resiko yang
belum pasti. Wanita yang masuk dalam kategori ini merupakan karyawan yang
rata-rata. Dalam arti bukan termasuk karyawan yang menonjol. Sehingga jenjang
promosi dan jabatan bagi wanita ini berjalan sangat lambat.
3. Kurang agresif
Sifat umum wanita adalah kurang agresif dalam bekerja. Begitu juga dalam
mengungkapkan ide dan pendapat. Banyak wanita yang menerima ide dan
pendapat orang lain begitu saja, tanpa memperjuangkan pendapatnya pribadi.
Karena khawatir akan terjadi konflik. Hal ini juga dipicu oleh kekhawatiran
menghadapi seteru dari pihak pria. Biar lebih aman, wanita memilih bekerja
sesuai standar tanpa perlu berusaha lebih keras.
4. Lebih berorientasi pada tugas ketimbang tujuan
Banyak wanita yang terkungkung dalam rutinitas kerja secara detail. Dalam hal ini
wanita memang lebih rinci dan teliti dibanding pria. Tapi mereka lupa memikirkan
sasaran atau tujuan, mereka lebih memikirkan bagaimana menyelesaikan tugas
setiap harinya. Akibatnya wanita-wanita yang seperti ini menjadi tidak kreatif
dibanding pria yang selalu berorientasi pada tujuan.
5. Konflik perasaan antara karir dan rumah tangga
Hal ini adalah fenomena paling umum yang menjadi dilema bagi wanita. Selama
ini banyak wanita yang konsentrasinya terpecah antara karir dan rumah tangga. Di
sisi lain ia sangat ingin berkarir sepenuhnya. Tapi di sisi lain wanita juga ingin
6

sekali menjadi ibu rumah tangga sejati. Karena, meski banyak yang mengkalim
dirinya bisa membagi waktu dengan baik antara karir dan rumah tangga,
sebetulnya kesuksesan antara karir dan rumah tangga adalah dua hal yang sangat
berbeda. Peran ganda antara wanita karir dan ibu rumah tangga sering
menimbulkan konflik dan ketegangan jiwa pada dirinya sendiri. Sehingga
seringkali wanita harus memilih antara karir atau rumah tangga.
D. FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN TENAGA
KERJA WANITA
1. Faktor lingkungan kerja
Tekanan panas
Pekerja yang bekerja di tempat dengan suhu yang tinggi, kebutuhan air dan garam
sebagai pengganti cairan yang hilang/ keringat perlu mendapat perhatian. Pada
lingkungan yang panas dengan jenis pekerjaan berat sekurang-kurangnya 2,8 lt air
minum, untuk kerja ringan 1,9 lt. Bagi pekerja di tempat dingin dibutuhkan
makanan dan minuman hangat.
Bahan kimia
Bahan kimia dapat menyebabkan keracunan kronis dengan akibat penurunan berat
badan. Beberapa zat kimia lain dapat mengganggu metabolisme tubuh.
mengganggu selera makan dan berpengaruh terhadap pencernaan.Timah hitam
dapat mempengaruhi pembentukan sel darah merah yang berakibat pekerja
menjadi pucat dan kurus. Keracunan Berillium selalu disertai penurunan berat
badan. Zat kimia yang bersifat asam akan merangsang lambung dan merusak
selaput lendir.
2. Faktor biologi
Pekerja yang bekerja di pertambangan, perkebunan, peternakan berisiko terinfeksi
cacing, bakteri pada saluran pencernaan dll.
3. Faktor psikologis
Stress kerja akibat ketidak serasian emosi, hubungan antar manusia dalam
pekerjaan, hambatan psikologis sangat berpengaruh pada penurunan berat badan,
intake makanan dan produktivitas kerja.
4. Gaya hidup dan kebiasaan
Wanita yang terlalu banyak bekerja, tetapi aktivitas olahraga kurang sering kali
tidak memperhatikan gizi seimbang dan cenderung mengkonsumsi lemak tinggi ,
dapat menimbulkan kegemukan, hiperkolesterol, hipertensi, penyakit jantung dll.
7

9.Pekerja wanita yang hamil akibat terpapar zat radiasi, obat-obatan seperti obat
anestesi dan bahan kimia tertentu dapat menyebabkan kelainan janin.
E. KECUKUPAN GIZI PEKERJA WANITA
Kecukupan gizi pekerja merupakan suatu ukuran kecukupan rata-rata zat gizi
setiap hari untuk pekerja yang disesuaikan dengan golongan umur, jenis pekerjaan,
jenis kelamin, ukuran tubuh, aktivitas tubuh untuk mencapai tingkat kesehatan yang
optimal dan mencegah terjadinya defisiensi zat gizi (Depkes, 2005).
Tabel Angka Kecukupan Gizi Pekerja sesuia dengan AKG 2004

F. KECUKUPAN GIZI PEKERJA WANITA MENURUT KONDISI KHUSUS


PEKERJA SKEMA KONDISI KHUSUS PEKERJA KONDISI
Kondisi Pekerja

1. Kondisi fisiologis

Kondisi Fisiologis

Kondisi Tertentu

Kondisi di Tempat

Selama Kehamilan

: untuk perkembangan janin, pekerja perempuan yang

hamil membutuhkan tambahan energi dan zat gizi lainnya seperti zat besi dan
asam folat. Perempuan yang berstatus gizi baik dengan tingkat aktivitas ringansedang membutuhkan kalori ekstra 180 kkal/hari pada trimester 1, sedangkan pada
trimester 2 dan 3 dibutuhkan tambahan 300 kkal/ hari.
Selama Menyusui
: untuk produksi ASI, pekerja perempuan yg hamil
membutuhkan tambahan energi dan zat gizi lainnya. Selama enam bulan pertama,
seorang ibu menyusui membutuhkan energi tambahan 500 kkal/ hari dan 550
kkal/hari pada 6 bulan berikutnya.
2. Kondisi tertentu
Anemia Besi
: untuk pekerja anemia gizi besi diberikan suplemen tablet besi
dengan dosis 60 mg 2 kali seminggu sampai anemia teratasi. Selain itu, pekerja
dianjurkan mengkonsumsi makanan bergizi seimbang yang kaya zat besi seperti
hati, daging, ikan, ayam, telur dan sayuran hijau. Khusus bagi pekerja perempuan,
untuk mencegah anemia dianjurkan pemberian tablet besi dengan dosis 60 mg per
minggu selama 16 minggu setiap tahun. Selama masa haid diberikan 60 mg zat
besi tiap hari.
Kelebihan Berat Badan : Perlu melakukan perencanaan makan atau diet rendah
kalori seimbang. Pengaturan pola makan sehat dilakukan dengan mengurangi
asupan lemak dan mencukupi komposisi bahan makanan dengan metode gizi
seimbang, yaitu cukup sumber karbohidrat, protein dan lemak serta cukup vitamin
dan mineral. Porsi kalori terbesar diusahakan dikonsumsi pagi dan siang hari.
Konsumsi sayuran dan buah perlu diperbanyak karena buah banyak mengandung
serat dan vitamin, namun sedikit kandungan kalorinya. Makanan selingan
sebaiknya diberikan berupa buah-buahan. Susu yang dikonsumsi sebaiknya adalah
susu rendah lemak. Olahraga secara teratur dan rutin perlu dilakukan. Olahraga
apapun baik namun jenis yang disarankan adalah olahraga aerobik karena dapat
membakar kalori lebih banyak. Sebaiknya olahraga dilakukan 4-5 kali seminggu
selama 20-30 menit karena dengan durasi tersebut pembakaran kalori baru dapat
terjadi.

3. Kondisi di tempat kerja


Lembur dan Shift Kerja : Bagi pekerja yang lembur selama 3 (tiga) jam atau
lebih diberikan makanan dan minuman tambahan, berupa makanan selingan yang
9

padat gizi. Hal ini juga berlaku bagi mereka yang menjalani shift kerja malam,
termasuk pekerja perempuan yang bekerja antara pukul 23.00-07.00.
Risiko Lingkungan Kerja
Beberapa faktor risiko lingkungan kerja yang menunjukkan pengaruh terhadap
gizi kerja adalah:
Suhu: tempat kerja dengan suhu tinggi akan terjadi penguapan yang tinggi
sehingga

pekerja

mengeluarkan

banyak

keringat.

Karenanya

perlu

diperhatikan kebutuhan air dan mineral sebagai pengganti cairan yang keluar
dari tubuh. Untuk mencegah dehidrasi disarankan untuk minum air, konsumsi

sayur dan buah.


Pengaruh bahan kimia: Bahan-bahan kimia tertentu dapat menyebabkan
keracunan kronis, akibatnya: menurunnya nafsu makan, terganggunya
metabolisme tubuh dan gangguan fungsi alat pencernaan sehingga
menurunkan berat badan. Oleh karena itu dibutuhkan tambahan zat gizi. Hal

ini juga terjadi pada para pekerja yang mengalami gangguan psikologis.
Bahan radiasi mengganggu metabolisme sel sehingga diperlukan tambahan

protein dan antioksidan untuk regenerasi sel.


Parasit dan mikroorganisme: Pekerja di daerah pertanian dan pertambangan
sering terserang kecacingan yang dapat mengganggu fungsi alat pencernaan
dan kehilangan zat-zat gizi sehingga dibutuhkan tambahan zat gizi.

G. CARA MENGUKUR STATUS GIZI


Pengukuran status gizi pada pekerja dapat dilakukan secara langsung dan tidak
langsung. Penilaian status gzi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian
yaitu: antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik.
a. Antropometri
Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia, ditinjau dari sudut
pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam
pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan
tingkat

gizi.

Antropometri

secara

umum

digunakan

untuk

melihat

ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat


pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh, seperti lemak, otot dan
jumlah air dalam tubuh (Supariasa dkk, 2002).
Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur
beberapa parameter. Parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia, antara
lain: umur, berat badan. Tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar
dada, lingkar panggul dan tebal lemak dibawah kulit. Parameter antropometri
10

merupakan dasar dari penilaian status gizi. Kombinasi antara beberapa parameter
disebut indeks antropometri. Beberapa indeks antropometri yang sering digunakan
yaitu:
1) Berat Badan Menurut Umur (BB/U)
Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran massa
tubuh. Berat badan adalah parameter antropometri yang sangat labil. Dalam
keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara
konsumsi dan kebutuhan gizi terjamin, maka berat badan berkembang mengikuti
pertambahan umur. Mengingat karakteristik berat badan yang labil, maka indeks
BB/U lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini (Current Nutrirional
Status).
2) Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)
Tinggi badan merupakan antropometri

yang

menggambarkan

keadaan

pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal tinggi badan tumbuh seiring dengan
pertambahan umur.
3) Berat badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB)
Berat badan memiliki hubungan yang linear dengan tinggi badan. Dalam keadaan
normal, perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan tinggi
badan dengan kecepatan tertentu.
4) Lingkar Lengan Atas Menurut Umur (LLA/U)
Lingkar lengan atas memberikan gambaran tentang keadaan jaringan otot dan
lapisan lemak bawah kulit. Lingkar lengan atas berkolerasi dengan indeks BB/U
maupun BB/TB.
5) Indeks Massa Tubuh (IMT)
IMT merupakan alat yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa
yang berumur diatas 18 tahun khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan
kelebihan berat badan. IMT tidak dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu
hamil dan olahragawan. Disamping itu pula IMT tidak bisa diterapkan pada
keadaan khusus (penyakit) lainnya, seperti adanya edema, asites dan
hepatomegali.
Rumus perhitungan IMT adalah sebagai berikut:
Berat badan( kg)
IMT =
Tinggi badan ( m ) x Tinggi badan(m)

11

Tabel 2.1. Kategori Ambang Batas IMT untuk Indonesia (Sumber: Depkes, 1994.
Pedoman Praktis Pemantauan Status Gizi orang dewasa, Jakarta).

Kurus

Kategori
Kekurangan berat badan tingkat berat
Kekurangan berat badan tingkat ringan

Normal
Gemuk

Kelebihan berat badan tingkat ringan


Kelebihan berta badan tingkat berat

IMT
< 17,0
17,0-18,5
>18,5-25,0
>25,0-27,0
>27,0

6) Tebal Lemak Bawah Kulit Menurut Umur


Pengukuran lemak tubuh melalui pengukuran ketebalan lemak bawah kulit
dilakukan pada beberapa bagian tubuh, misalnya pada bagian lengan atas, lengan
bawah, di tengah garis ketiak, sisi dada, perut, paha, tempurung lutut, dan
pertengahan tungkai bawah.
7) Rasio Lingkar Pinggang dengan Pinggul
Rasio Lingkar Pinggang dengan Pinggul digunakan untuk melihat perubahan
metabolisme yang memberikan gambaran tentang pemeriksaan penyakit yang
berhubungan dengan perbedaan distribusi lemak tubuh.
b. Klinis
Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi
masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang
dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan
epitel (supervicial epithelial tissues) seperti kulit, mata, rambut, dan mukosa oral
atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.
Penggunaan metode ini umumnya untuk survey klinis secara cepat (rapid clinical
survey). Survey ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis
umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Disamping itu digunakan
untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaaan
fisik yaitu tanda (sign) dan gejala (symptom) atau riwayat penyakit.
c. Biokimia
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji
secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan
tubuh yang digunakan antara lain : darah, urine, tinja,dan juga beberapa jaringan
tubuh seperti hati dan otot.
Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi
keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak gejala klinis yang kurang

12

spesifik, maka penentuan kimia faali dapat lebih banyak menolong untuk
menentukan kekurangan gizi yang spesifik.
d. Biofisik
Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan
meliht kemampuan fungsi (khusunya jaringan) dan melihat perubahan struktur
dari jaringan. Umumnya dapat digunakan dalam situasitertentu seperti kejadian
buta senja epidemik, cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap.
Penilaian status gzi secara langsung dapat dibagi menjadi tiga yaitu: survey
konsumsi makanan, statistic vital dan factor ekologi.
a. Survey Konsumsi Makanan
Survey konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak
langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi. Pengumpulan
data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai
zat gizi pada

masyarakat,

keluarga

dan individu.

Survey ini

dapat

mengidentifikasikan kelebihan dan kekurangan zat gizi.

b. Statistik Vital
Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisis data
beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka
kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang
berhubungan dengan gizi. Penggunannya dipertimbangkan sebagai bagian dari
indikator tidak langsung pengukuran status gizi masyarakat.
c. Faktor Ekologi
Bengoa mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai
hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis dan lingkungan budaya. Jumlah
makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim,
tanah, irigasi dan lain-lain. Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat penting
13

untuk mengetahui penyebab malnutrisi disuatu masyarakat sebagai dasar untuk


melakukan program intervensi gizi.

H. CARA MENGUKUR KEBUTUHAN ENERGI PADA PEKERJA


WANITA DALAM KONDISI HAMIL
Komisi ahli FAO/WHO/ UNU (1985) menyarankan tambahan energi bagi
wanita hamil yang bekerja berat sejumlah 285 kalori per hari dan bagi pekerja ringan
200 kalori per hari. Bagi yang bekerja sedang sekitar 245 kalori per hari,
Perhitungan Angka Kecukupan Energi Individu (AKEI) bagi wanita hamil per
hari dirumuskan sebagai berikut (menggunakan cara sederhana) :

Untuk lebih jelasnya bagaimana cara menghitung angka kecukupan gizi bagi ibu
hamil, dapat kita lihat pada contoh soal berikut ini:
Contoh soal dengan aktivitas sedang :
1. Hitunglah angka kecukupan energi bagi seorang wanita hamil usia 25 tahun dengan
BB normal 50 kg dan aktifitas sehari-hari sedang.

14

Diketahui:

Umur = 25 tahun

BB normal = 50 kg

FK (aktifitas sedang) = 1.64

EH (aktifitas sedang) = 245 Kal

Penyelesaiannya;
Untuk menghitung AKEI bagi wanita hamil umur 25 tahun digunakan rumus:
AKEI = (14.7 B + 496) FK + EH
= ((14.7) (50)) + 496) ( 1.64) + (245)
= ((735) + (496)) (1.64)) + 245
= (1231) (1.64) + 245
= 2.018.84 + 245
= 2.263.84
Jadi kecukupan energi bagi wanita hamil tersebut adalah 2263.84 Kal/ hari.

Contoh soal dengan aktivitas berat :


2. Hitunglah angka kecukupan energi bagi seorang wanita hamil usia 25 tahun
dengan BB normal 50 kg dan aktifitas sehari-hari berat.
Diketahui:

Umur = 25 tahun

BB normal = 50 kg

FK (aktifitas berat) = 2.0

EH (aktifitas berat) = 285 Kal


Penyelesaiannya:
Untuk menghitung AKEI bagi wanita hamil umur 25 tahun digunakan rumus:
AKEI = (14.7 B + 496) FK + EH
15

= ((14.7) (50)) + 496) ( 2.0) + (285)


= ((735) + (496)) (2.0)) + 285
= (1231) (2.0) + 285
= 2436 + 285
= 2721
Jadi kecukupan energi bagi wanita hamil tersebut adalah 2.721 Kal/ hari.

I. CARA MENGUKUR KEBUTUHAN ENERGI PADA PEKERJA


WANITA DALAM KONDISI MENYUSUI
Jika untuk menghitung angka kecukupan energi bagi wanita hamil
ditambahkan dengan energi kehamilan (EK), maka pada wanita menyusui ditambah
dengan energi menyusui (EM). contoh soal berikut ini:

Untuk Wanita Umur = < 19 tahun


AKEI = (12.2 B + 746) FK + EM

Untuk Wanita Umur 20 29 tahun


AKEI = (14.7 B + 496) FK + EM

Dimana :

B = Berat badan sehat wanita selama menyusui (kg)

EM = Tambahan energi wanita menyusui (Kal/org/hr) yaitu : 500 Kal/org/hr

Contoh soal

1. Hitunglah angka kecukupan energi bagi seorang wanita menyusui usia 25 tahun
dengan BB normal 50 kg dan aktifitas sehari-hari berat.
Diketahui:
16

Umur = 25 tahun

BB normal = 50 kg

FK (aktifitas berat) = 2.0

EM = 500 Kal

Penyelesaiannya:
Untuk menghitung AKEI bagi wanita menyusui umur 25 tahun digunakan rumus:
AKEI = (14.7 B + 496) FK + EM
= ((14.7) (50)) + 496) ( 2.0) + (500)
= ((735) + (496)) (2.0)) + 500
= (1231) (2.0) + 500
= 2436 + 500
= 2936
Jadi kecukupan energi bagi wanita hamil tersebut adalah 2.936 Kal/ hari.
Setelah mempelajari ketiga contoh soal di atas tentang AKEI bagi wanita
normal, wanita hamil dan wanita menyusui terlihat dengan jelas bahwa angka
kecukupan energi bagi wanita hamil dan menyusui lebih tinggi dari pada angka
kecukupan energi pada wanita normal.

J. MASALAH KESEHATAN PADA PEKERJA WANITA


Kekurangan Gizi
Anemia gizi merupakan salah satu masalah kekurangan gizi yang dihadapi oleh
pekerja wanita sebab anemia gizi terjadi pada kondisi tertentu wanita seperti disaat
seorang pekerja wanita sedang mengalami haid, hamil dan menyusui. Prevalensi
anemia gizi pada pekerja wanita sekitar 30% sehingga membuat produktivitas pekerja
menurun sebanyak 20%.
Berikut adalah penganggulangan anemia gizi pada kondisi tertentu pekerja wanita.
1. Pekerja Wanita dalam Kondisi Hamil
Pada ibu hamil akan diberikan suplemen penambah darah dengan

dosis 3x1 sehari selama masa kehamilan.


Diberikan asupan makanan tambahan yang seimbang berupa

Sumber kalori(karbohidrat & lemak), protein, asam folat, vit B12,

17

zat besi, zat seng, kalsium, vitamin C, vitamin A, vitamin B16,


vitamin E dan vitamin D.
2. Pekerja Wanita dalam Kondisi Menyusui
Pada ibu menyusui akan diberikan suplemen penambah darah

dengan dosis 3x2 sehari selama 3-6 bulan menyusui.


Tambahan asupan gizi seimbang berupa : protein, cairan, vitamin

dan mineral.
3. Pekerja Wanita dalam Kondisi Haid
Pada kondisi ini pekerja akan diberikan suplemen penambah darah

sesuai kebutuhan selama haid berlangsung.


Selain itu diberikan pula asupan gizi tambahan berupa

:air,

magnesium, sayuran, kalsium, vitamin B6, vitamin C dan vitamin E.


K. KIAT-KIAT AGAR WANITA TETAP SEHAT DALAM BEKERJA
Ada beberapa kiat kiat agar wanita tetap sehat saat bekerja, antara lain
sebagai berikut :
4. Jangan lupa makan pagi sebelum bekerja an makanan kecil atau buah di
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.

antara waktu istirahat.


Jangan terlambat makan siang / makan malam.
Makanlah makanan yang bergizi tinggi dan seimbang.
Sikap dan posisi tubuh dalam bekerja hars di perhatikan.
Jagalah kesehatan pribadi dan lingkungan kerja.
Pakailah alat pelindung.
Apabila tidak enak badan saat bekerja, hubungi segera klinik /dokter.
Upayakan untuk istirahat sejenak saat bekerja.
Usahakan suasana damai dan tentram di tempat kerja.
Hindari hal hal yang dapat mengundang terjadinya tindak kekekrasan

terhadap gangguan.
14. Lakukan olahraga ringan agar tubuh tetap bugar.
15. Gunakan cuti sakit, cuti hamil, hak menyusui dan hak lain.

18

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gizi kerja adalah penyediaan dan pemberian masukan zat gizi kepada tenaga
kerja sesuai dengan jenis pekerjaan yang dilakukan selama berada di tempat kerja
guna mendapatkan tingkat kebutuhan dan produktivitas kerja setinggi-tingginya.
Pekerja wanita adalah pekerja yang memiliki kekuatan fisik hanya 2/3 dari
kekuatan fisik pekerja lelaki. Serta memiliki keadaan biologis tertentu yang tidak
dimiliki oleh pekerja lelaki seperti haid, menyusui dan hamil.
Beberapa keuntungan wanita yang bekerja yaitu
:
Mendukung ekonomi rumah tangga
Meningkatnya harga diri dan pemantapan identitas
Relasi yang sehat dan positif dengan keluarga
Pemenuhan kebutuhan sosial
Peningkatan skill dan kompetensi
Beberapa kelemahan wanita yang bekerja yaitu

Kurang bersaing

Kurang berani mengambil resiko

Kurang agresif

Lebih berorientasi pada tugas ketimbang tujuan

Konflik perasaan antara karir dan rumah tangga

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kesehatan pekerja wanita


diantaranya yaitu faktor lingkungan, faktor biologis, fator psikologis, serta gaya hidup
dan kebiasaan.

19

Kecukupan gizi pekerja wanita tidak semua sama, sebab wanita memiliki
beberapa kondisi khusus, diantaranya kondisi fisiologis, kondisi tertentu dan kondisi
ditempat kerja. Cara mengukur status gizi dibagi menjadi beberapa cara yaitu
antopometri, klinis, biokimia dan biofisik. Pekerja wanita pun perlu melakukan
beberapa kiat tertentu agar dapat menjaga kesehatannya selama bekerja dan terhindar
dari masalah-masalah gizi seperti anemia gizi.

B. Saran
Melihat hasil kesimpulan pada makalah, diharapkan dengan adanya masalah
anemia gizi pihak perusahaan yang memengerjakan pekerja wanita dihimbau untuk
menjaga kesehatan pekerja dengan melakukan penanggulangan yang sudah
disebutkan diatas agar pekerja wanita tetap mampu mengerjakan pekerjaannya
sehinggan produktivitas yang dihasilkan tetap seimbang atau bahkan lebih
ditingkatkan.
Sebenarnya makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
apabila dalam makalah ini terdapat kesalahan atau kekeliruan, kami mohon maaf
dan berharap para pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi sempurnanya penulisan di kesempatan berikutnya.

DAFTAR PUSTAKA
20

Almatsier, S. 2005. Penuntun Diet. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.


Depertemen Kesehatan RI. 2009. Pedoman Praktis Memantau Status Gizi Orang Dewasa.
http.//www.depkes.go.id/ diakses tanggal 6 April 2014.
Hardinsyah. 2012. Kecukupan Energi, Protein, Lemak, dan Karbohidrat. Depok: UI.
Khairina, Desy. 2008. Faktor-Faktor yang Mempengarunhi Status Gizi pada Anak Usia
Sekolah.

http://www.lontar.ui.ac.id/file?file=digital/122525-S+5254-Faktor-faktor-

Tinjauan+literatur.pdf diakses pada 8 April 2014.

21

Anda mungkin juga menyukai