Anda di halaman 1dari 21

RECALL ENERGI

LAPORAN PRAKTIKUM

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Gizi dan Kesehatan


yang dibina oleh Ir. Nugrahaningsih, M.P dan Yunita Rakhmawati, S. Gz, M.Kes

Disusun oleh :

Mega Berliana (170342615550)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PRODI BIOLOGI
November 2019
BAB I

PENDAHULUAN

Tujuan

Tujuan dari praktikum “Recall Energi” adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui nutrisi yang dikonsumsi per hari berdasarkan Angka Kecukupan
Gizi (AKG)
2. Untuk mengetahui data klinis diri sendiri
3. Untuk mengetahui energi yang keluar per hari ketika menjalankan aktivitas
4. Untuk mengetahui kebutuhan nutrisi harian berdasarkan aktivitas dan energi yang
digunakan
5. Untuk mengetahui kondisi metabolisme tubuh yang diketahui melalui beberapa uji,
yaitu uji kadar glukosa darah, uji asam urat, uji hemoglobin, uji tekanan darah, uji
kemampuan pernapasan, dan uji Indeks Massa Tubuh

Dasar Teori

Kebutuhan zat gizi (nutrient requirement) menggambarkan banyaknya zat gizi


minimal yang diperlukan oleh setiap orang agar dapat hidup sehat. Kebutuhan gizi antar
individu bervariasi, ditentukan atau dipengaruhi oleh jenis kelamin, umur, ukuran tubuh
(berat badan dan tinggi badan), keadaan fisiologis (hamis dan menyusui), aktivitas fisik serta
metabolisme tubuh. Oleh karenanya, jumlah zat gizi yang diperoleh melalui konsumsi pangan
harus mencukupi kebutuhan tubuh untuk melakukan kegiatan fisik internal dah eksternal,
pertumbuhan bagi usia bayi, balita, anak, dan remaja, atau untuk aktivitas dan pemeliharaan
tubuh bagi orang dewasa dan lanjut usia (Hardinsyah, 2001).

Status gizi merupakan suatu keadaan tubuh akibat interaksi antara asupan energi dan
protein serta zat-zat gizi esensial lainnya dengan keadaan kesehatan tubuh (Almatsier, 2005).
Status gizi menjadi penting karena salah satu faktor resiko untuk terjadinya sakit dan
kematian. Status gizi yang baik bagi seseorang akan berkontribusi terhadap kesehatan dan
juga terhadap kemampuan dalam proses pemulihan (Supariasa, 2001). Ketidakseimbangan
antara zat gizi dengan kebutuhan tubuh akan menyebabkan kelainan patologi bagi tubuh
manusia, seperti malnutrisi atau kelainan gizi (Gibson, 2005).
Angka Kecukupan Gizi (AKG) berguna sebagai acuan dalam penilaian dan
perencanaan konsumsi pangan, seta basis dalam perumusan acuan label gizi. Angka
kecukupan gizi mengalami perkembangan sesuai dengan perkembangan IPTEK gizi dan
ukuran antropometri penduduk. Setelah sekitar sepuluh tahun ditetapkan Angka Kecukupan
Energi (AKE) dan Kecukupan Protein (AKP) bagi penduduk Indonesia, kini telah ditinjau
ulang dan disempurnakan. Kajian ini bertujuan merumuskan Angka Kecukupan Energi
(AKE), Kecukupan Protein (AKP), Kecukupan Lemak (AKL), Kecukupan Karbohidrat
(AKK) dan Serat Makanan (AKS) penduduk Indonesia (Hartono, 2000).

Makanan mengandung unsur-unsur zat gizi yang sangat diperlukan oleh tubuh untuk
memenuhi kebutuhan energi setiap hari, mengganti jaringan yang rusak dan memproduksi
substansi tertentu seperti enzim, hormon dan antibodi. Zat gizi dapat dibagi menjadi
kelompok makronutrien yang terdiri atas karbohidrat, protein dan lemak sedangkan
kelompok mikronutrien adalah vitamin dan mineral (Hartono, 2006). Energi yang didapatkan
berasal dari pembakaran karbohidrat, protein dan lemak sehingga manusia sangat
membutuhkan makanan yang cukup untuk memenuhi energinya. Kebutuhan energi manusia
tergantung pada tinggi dan berat badannya sehingga perlu adanya perhitungan untuk
mencapai kebutuhan energinya (Endres, 2004). Banyaknya energi yang digunakan oleh tubuh
tergantung pada nilai cerna makanan. Umunya nilai cerna makanan cukup tinggi yaitu rata-
rata 97% untuk karbohidrat, 95% lemak, dan 92% protein (Astuti, 1986). Kandungan
karbohidrat, lemak dan protein suatu bahan makanan akan menentukan nilai energinya.
Konsumsi energi didefinisikan sebagai suatu energi yang dikeluarkan atau dibutuhkan oleh
tubuh untuk melakukan aktivitas tertentu. Konsumsi energi pada manusia diukur dengan
KiloKalori (Kkal) (Almatsier, 2003).

Penilaian status gizi dilakukan dengan menggunakan metode food recall 24 jam,
dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi pada periode recall
24 konsumsi gizi dikarenakan dari sisi kepraktisan dan kevalidan data (Hartono, 2006).
Selain dengan food recall untuk menentukan status gizi seseorang yaitu dengan pengukuran
antropometri yang dapat menggolongkan status giiz individu berdasarkan jenis indeks
antropometri yang digunakan, indeks berat bada menurut umur (BB/U), indeks tinggi badan
menurut umur (TB/U) dan juga indeks massa tubuh menurut umur (IMT/U) digunakan untuk
menggolongan individu menjadi sangat kurus, kurus, normal, kelebihan berat badan, dan
obesitas (Sekartini, 2012). Selain dengan metode di atas dalam praktikum ini juga dilakukan
penghitungan jumlah energi yang dikeluarkan dalam sehari dan keadaan klinis individu.
BAB II

HASIL & ANALISIS PRAKTIKUM

Data Pribadi

 Nama : Mega Berliana


 Usia : 20 tahun
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Tinggi badan : 155,5 cm
 Berat badan : 67 kg

Data Klinis

Tekanan Darah 100/80 mmHg


Hemoglobin Darah 60%
Gula Darah 105 mg/dL
Asam Urat 6,2 mg/dL
Kemampuan Pernafasan 2.470 ml
Jenis Kerja Ringan
Riwayat Penyakit Typhus

Data Konsumsi

Konsumsi yang dimakan dalam satu hari dalam kkal berdasarkan TKPI adalah :

Bahan
Wakt Bera Kalor Lema Protei Vit Vit
Makana KH Ca Fe Air
u t i k n .C .A
n
62, 141,7
Nasi 250 450 99,5 0,75 7,5 - - 1
5 5
Sayur
28, 1,6
Kangkun 80 60 8 2,24 2 9,6 - 66,8
8 8
Pagi g
Ikan 3,6 0,6
40 40 3,2 2,1 5,48 - - 29,88
tongkol 8 8
Air putih 1000 170 38 2 1 10 - 150 2 955
Susu 1,2
180 73,8 9 6,3 4,5 3,6 - 90 156,6
kedelai 6
Sore Nasi 250 450 99,5 0,75 7,5 - - 62, 1 141,7
5 5
Sayur
28, 1,6
Kangkun 80 60 8 2,24 2 9,6 - 66,8
8 8
g
Ayam 178,7 0,84 75, 3,7
65 7,93 24,31 - - 30,03
goreng 5 5 4 7
Air putih 500 85 19 1 0,5 5 - 75 1 477,5

Keterangan :

Satuan kalori = kkal

Satuan air, KH, lemak, protein = gram

Satuan vit. A, vit. C, Ca, Fe = miligram

Analisis Data

Setelah diketahui jumlah kandungan gizi yang masuk per hari, maka dapat
dihubungkan dengan Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan, dalam hal ini untuk
dibandingkan AKG Permenkes 2013 usia praktikan yaitu 20 tahun :

Unsur Gizi Yang Dianjurkan Yang Dikonsumsi Keterangan


Air (ml) 2300 2066,11 Defisiensi
Energi (kkal) 2250 1567,55 Defisiensi
Protein (g) 56 57,39 Kelebihan
Lemak (g) 75 25,31 Defisiensi
Karbohidrat (g) 309 285,045 Defisiensi
Kalsium (mg) 500 576,68 Kelebihan
Zat besi (mg) 13 14,07 Kelebihan
Vit. C (mg) 60 37,8 Defisiensi

 Menghitung Indeks Massa Tubuh (IMT) :

Untuk menghitung Indeks Massa Tubuh dapat menggunakan rumus berikut :

berat badan
IMT = 2
(tinggi badan)

67 kg
IMT =
1,552

IMT = 27,88 kkal


Setelah melalui perhitungan, maka dapat dilanjutkan menggunakan skala IMT yang
dirujuk dari Quedarusman (2013), yaitu :

 < 18 = berat kurang


 18,5 – 22,9 = berat normal
 >23 = pre-obesitas
 23 – 24,9 = obesitas ringan
 25 – 29,9 = obesitas sedang
 ≥ 30 = obesitas berat

Berdasarkan skala IMT di atas, maka praktikan tergolong individu yang memiliki
berat badan obesitas sedang.

 Analisis data klinis

Tekanan darah praktikan yaitu 100/80, sedangkan untuk orang normal dengan rentang
usia 18-20 tahun tekanan darahnya adalah 110/90. Maka praktikan disimpulkan memilik
tekanan darah yang normal. Hemoglobin darah diketahui memiliki nilai 60%. Gula darah
praktikan yaitu 105 mg/dL, sedangkan rentangan untuk gula darah normal adalah 100-140
mg/dL, maka dapat disimpulkan gula darah praktikan tergolong normal. Asam urat praktikan
yaitu 6,2 mg/dL, sedangkan kandungan asam urat pada orang dewasa tidak boleh lebih dari 6
mg/dL, maka dapat disimpulkan bahwa asam urat praktikan tinggi. Kemampuan pernafasan
praktikan yaitu 2470 ml, sedangkan pada rentangan usia 18-20 sebesar 2766 ml, maka dapat
disimpulkan bahwa kemampuan pernafasan praktikan masih rendah.

 Mengukur Tingkat Aktivitas

Aktivitas fisik dapat dibagi dalam 4 dimensi utama yaitu, tipe, frekuensi, durasi, dan
intensitas. Intensitas aktivitas fisik sering dikelompokkan dengan istilah ringan, sedang, dan
berat (Akmal, 2012 dalam Ambarwati, 2016). Berdasarkan WHO (2001) cara menghitung
total aktivitas fisik dengan menggunakan rumus :

Σ(PAR x alokasi waktu tiap aktivitas)


PAL =
24 jam

Keterangan :

PAL = Physical Activity Level (Tingkat Aktivitas Fisik)


PAR = Physical Activity Ratio (Jumlah energi yang dikeluarkan untuk jenis aktivitas per
satuan waktu tertentu)

Kegiatan Lama (jam) PAR Σ (PAR x waktu)


Mengendarai motor 1/3 2,0 0,666667
Menyetrika 1/6 2,3 0,383333
Mandi 1 2,3 2,3
Berpakaian 3/4 2,3 1,725
Membersihkan
1/2 3,5 1,75
kamar
Kegiatan ringan
2/3 1,4 0,933333
(sholat)
Jalan santai 1/2 2,0 1
Duduk santai 2 1/2 1,5 3,75
Berdiri 5/6 2,5 2,083333
Belajar (duduk) 10 1,5 15
Memasak 1/2 2,1 1,05
Cuci piring 1/4 1,7 0,425
Rebahan 1 2/3 1,0 1,666667
Cuci baju 1/2 2,3 1,15
Makan 1/2 1,5 0,75
Tidur 4 1,0 4
TOTAL 38,63333

Σ(PAR x alokasi waktu tiap aktivitas) 38,63333


PAL = = = 1,609722 kkal/jam
24 jam 24

Terdapat kategori tingkat aktivitas fisik berdasarkan PAL menurut WHO (2001),
yaitu :

a. Ringan (sedentary lifestyle)  1,40 kkal/jam - 1,69 kkal/jam


b. Sedang (active or moderately active lifestyle)  1,70 kkal/jam – 1,99 kkal/jam
c. Berat (vigorous or vigorously active lifestyle)  2,00 kkal/jam – 2,40 kkal/jam
Berdasarkan kategori tersebut, tingkat aktivitas fisik praktikan termasuk dalam
kategori ringan yaitu 1,609722 kkal/jam.

 Menghitung BMR
Penghitungan kebutuhan energi seseorang dapat menggunakan rumus Basal
Metabolic Rate (BMR) oleh Harris Benedict (Fitri, 2015).
Berdasarkan jenis kelamin dan aktifitas fisik:
Laki-laki = [66 + (13,7 x BB) + (5 x TB) – (6,8 x U)] x Acticity Factor (AF)
Perempuan = [65 + (9,6 x BB) + (1,8 x TB) – (4,7 x U)] x Activity Factor (AF)
Dimana :
BB = berat badan dalam kg
TB = tinggi badan dalam cm
U = umur dalam tahun

Activity Factor :

Laki-laki = sangat ringan (1,30), ringan (1,65), sedang (1,76), berat (2,10)

Perempuan = sangat ringan (1,30), ringan (1,55), sedang (1,70), berat (2,00)

Berdasarkan pengukuran tingkat aktivitas dengan PAL didapatkan hasil yaitu tingkat
aktivitas praktikan tergolong ringan.

BMR = [65 + (9,6 x 67) + (1,8 x 155) – (4,7 x 20)] x 1,55


= [65 + 643,2 + 279 – 94] x 1,55
= 893,2 x 1,55
= 1384,46 kkal/hari
Rata-rata BMR praktikan adalah 1384,46 kkal per hari.

 Tabel Perbaikan Gizi

Berdasarkan tabel kebutuhan gizi di atas, beberapa nutrisi penting mengalami


defisiensi dan kelebihan jumlah yang dikonsumsi, maka disusunlah perbaikan gizi seperti di
bawah ini :

Yang Yang
Unsur Gizi Keterangan Perbaikan
Dianjurkan Dikonsumsi
Air (ml) 2300 2066,11 Defisiensi + 233,89
Energi (kkal) 2250 1567,55 Defisiensi + 682,45
Protein (g) 56 57,39 Kelebihan -1,39
Lemak (g) 75 25,31 Defisiensi + 49,69
Karbohidrat (g) 309 285,045 Defisiensi + 23,955
Kalsium (mg) 500 576,68 Kelebihan -76,68
Zat besi (mg) 13 14,07 Kelebihan -1,07
Vit. C (mg) 60 37,8 Defisiensi + 22,2

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa praktikan sangat kurang untuk
mengonsumsi air, energi, lemak, karbohidrat, dan vitamin C karena makanan dan minuman
yang dikonsumsi masih belum memenuhi angka kecukupan gizi. Sedangkan komponen gizi
lainnya seperti protein, kalsium, dan zat besi memiliki kadar yang berlebihan dalam menu
konsumsi.
BAB III
PEMBAHASAN

Praktikum Recall Energi menjelaskan mengenai kualitas gizi pada seseorang yang
dilihat berdasarkan aktivitas serta makanan selama 24 jam. Kualitas gizi dapat
dipresentasikan dengan pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT), perhitungan gula darah,
asam urat, tekanan darah, kemampuan pernafasan dan hemoglobin darah. Semua faktor
tersebut sangat berhubungan erat dengan nutrisi harian yang dikonsumsi seseorang, pola
hidup, aktivitas dan faktor lain.

Survei konsumsi pangan bertujuan untuk mengetahui konsumsi pangan seseorang


atau sekelompok orang, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Survei konsumsi pangan
secara kualitatif biasanya untuk mengetahui frekuensi makan, frekuensi konsumsi menurut
jenis pangan yang dikonsumsi dan menggali informasi tentang kebiasaan makan serta cara
memperoleh makanan. Sedangkan survei konsumsi pangan secara kuantitatif bertujuan untuk
mengetahui jumlah pangan atau makanan yang dikonsumsi sehingga dari informasi tersebut
akan dapat dihitung konsumsi zat gizi seseorang (Suhardjo, 1989).

Perhitungan pertama adalah nilai Indeks Massa Tubuh (IMT), yaitu nilai yang
diperoleh dari berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) seseorang. IMT tidak mengukur lemak
tubuh secara langsung, namun penelitian menunjukkan bahwa IMT berkorelasi dengan
pengukuran secara langsung lemak tubuh seperti underwater weighing dan dual energy x-ray
absorbtiometry (Grummer-Strawn, 2002). Berdasarkan hasil perhitungan IMT diperoleh
27,88 kkal, hal ini menandakan bahwa praktikan tergolong obesitas sedang. Menurut
Sugondo (2006), klasifikasi IMT menurut Kriteria Asia Pasifik yaitu < 18,5 menandakan
berat badan kurang, 18,5 – 22,9 menandakan kisaran normal, ≥ 23 menandakan berat badan
lebih, 23 – 24,9 menandakan beresiko obesitas, 25 – 29,9 menandakan obesitas I, dan ≥ 30
menandakan obesitas II.

Perhitungan yang kedua adalah pengukuran kadar gula darah. Kadar gula darah
adalah istilah yang mengacu pada tingkat gula darah di dalam darah. Konsentrasi gula darah,
atau tingkat glukosa serum, diatur dengan baik di dalam tubuh (Murray, 2003). Hasil
pengukuran gula darah praktikan sedang yakni menunjukkan angka 105 mg/dL. Menurut
kriteria diagnostik Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) (2006), seseorang
dikatakan menderita diabetes jika memiliki kadar gula darah puasa > 126 mg/dL dan pada uji
sewaktu > 200 mg/dL. Kadar gula darah sepanjang hari bervariasi dimana akan meningkat
setelah makan dan kembali normal dalam waktu 2 jam. Kadar gula darah yang normal pada
pagi hari setelah malam sebelumnya berpuasa adalah 70-110 mg/dL darah. Kadar gula darah
biasanya kurang dari 120 – 140 mg/dL pada 2 jam setelah makan atau minum cairan yang
mengandung gula maupun karbohidrat lainnya dan kadar gula darah sewaktu normal bekisar
antara 80 – 180 mg/dL (Sugondo, 2006). Tingginya kadar gula darah pada praktikan yaitu
105 mg/dL dimana mendekati batas tingginya kadar gula darah dikarenakan praktikan yang
sarapan sebelum pengecekan, sarapan yang dikonsumsi adalah 2 buah donat dan 1 risole
mayo. Hal tersebut menyebabkan meningkatknya kadar gula darah sehingga kadar gula darah
menjadi tidak stabil.

Perhitungan yang ketiga yaitu perhitungan asam urat. Berdasarkan hasil pengukuran
asam urat praktikan menunjukkan angka yang tinggi yaitu 6,2 mg/dL karena kadar asam urat
normal pada perempuan yaitu < 6. Menurut Sudoyo (2009), kadar asam urat > 7 mg/dL pada
laki-laki dan > 6 mg/dL pada perempuan dipergunakan sebagai batasan hiperurisemia.
Hiperurisemia adalah keadaan dimana terjadi peningkatan kadar asam urat serum diatas
normal.

Perhitungan keempat adalah perhitungan tekanan darah. Tekanan darah sangat


bervariasi tergantung pada keadaan. Tekanan darah akan meningkat saat aktivitas fisik, emosi
dan stress yang berlebihan (Gray, 2007). Hal ini berubah-ubah sepanjang hari dan setelah
situasi tersebut berlalu, tekanan darah akan kembali menjadi normal. Tekanan darah biasanya
paling tinggi pada waktu pagi hari dan berkurang pada waktu malam hari, mencapai titik
terendah saat dini hari dan selama tidur (Ruhyanudin, 2007). Berdasarkan hasil pengukuran
tekanan darah praktikan menunjukkan normal yakni 100/80 mmHg. Tekanan darah manusia
yang normal yaitu 120/80 mmHg.

Perhitungan kelima yaitu kemampuan pernafasan, berdasarkan hasil pengukuran


pernafasan praktikan menunjukkan angka 2470 ml. Volume udara yang dikeluarkan setelah
menghembuskan sekuat mungkin setelah menghirup udara dengan inspirasi normal adalah
volume tidal dan volume ekspirasi. Rentangan usia 18-20 sebesar 2766 ml, maka dapat
disimpulkan bahwa kemampuan pernafasan praktikan masih rendah. Hal ini dapat disebabkan
karena beberapa faktor yaitu, aktivitas, jenis kelamin, makanan yang dikonsumsi, dan riwayat
penyakit pernafasan (Basoeki, 2000).
Perhitungan keenam yaitu kadar hemoglobin darah praktikan yang menunjukkan
angka 60%. Menurut Soraya (2014), kadar hemoglobin normal sebesar 78,6%. Kadar
hemoglobin praktikan masih rendah dari normal, walaupun perbedaanya tidak jauh.
Hemoglobin digunakan oleh tubuh untuk membantu transpor oksigen, dengan kadar
hemoglobin yang rendah maka tubuh kita akan mengalami proses transpor oksigen yang tidak
lancar, akibatnya kita akan sesak napas atau gejala kekurangan oksigen. Penyebab turunnya
kadar hemoglobin dapat disebabkan asupan zat gizi yang kurang. Akibat utama dari
kurangnya hemoglobin adalah cepat merasa lelah. Kelelahan kerja dapat dipengaruhi oleh
usia, massa kerja, lama kerja, kebiasaan olahraga, kebiasaan minum teh/kopi, riwayat
penyakit anemia, serta kebiasaan konsumsi makanan yang tidak sehat (Soraya, 2014).

Berdasarkan hasil perhitungan jumlah total kalori yang didapatkan dari bahan
makanan yang telah dikonsumsi selama 24 jam adalah 1567,55 kkal. Sedangkan total
komposisi zat gizi makanan yang dikonsumsi dari bahan makanan selama 24 jam adalah
karbohidrat sebesar 285,045; protein sebesar 57,39; dan lemak sebesar 25,31. Berdasarkan
angka kecukupan gizi yang dianjurkan untuk kalori yang digunakan sebesar 2250, maka
dapat dibandingkan bahwa kalori yang keluar menurut BMR adalah 1384,46 kkal per hari,
maka asupan nutrisi untuk makanan selama 24 jam masih belum ideal. Sehingga total kalori
yang masuk juga tergolong berlebih untuk dapat beraktivitas setiap harinya.

Menurut Howard Falks, seorang ahli kegemukan, kurang cukup minum air bisa
menyebabkan kelebihan lemak pada tubuh, akibat lainnya adalah pertumbuhan dan kesehatan
otot menjadi kurang normal, kurang efisiensinya fungsi pencernaan dan organ, racun dalam
tubuh akan bertambah dan timbul rasa sakit pada otot serta persendian (Cahanar, 2006). Jika
terus menerus kurang cukup minum, bisa menyebabkan dehidrasi. Dehidrasi bisa
melemahkan anggota gerak, hipotonis, hipotensi, dan takikardia, kesulitan bicara, bahkan
etrkadang juga sampai pingsan (Je’quier, 2009). Dehidrasi yang terjadi terus menerus juga
bisa meningkatkan resiko penyakit batu ginjal, infeksi saluran kencing, kanker usus besar,
konstipasi, obesitas, stroke pembuluh darah otak, dan gangguan lain (Permanasari, 2010).

Menurut FAO (1988), jika seseorang mengalami sekali atau lebih kekurangan energi,
maka dapat terjadi penurunan berat badan dengan aktivitas ringan sekalipun dan pada tingkat
permintaan energi BMR yang rendah sehingga harus mengurangi sejumlah aktivitas untuk
menyeimbangkan masukan energi yang lebih rendah tersebut. Ketidakseimbangan energi
yang memicu rendahnya berat badan dan simpanan energi dalam tubuh akan menyebabkan
kurang energi kronis.

Berbagai faktor dapat menjadi penyebab terjadinya obesitas, salah satunya adalah
asupan makanan yang melebihi kebutuhan. Protein merupakan jenis makronutrien yang
berkaitan dengan kejadian obesitas (Mahan, 2012). Proporsi asupan protein nabati adalah 60-
80% kebutuhan protein dan protein hewani sebesar 20-40% kebutuhan protein (Sediaoetama,
2000). Tubuh manusia tidak dapat menyimpan protein secara berlebih sehingga jika asupan
protein berlebih maka akan disimpan tubuh dalam bentuk trigliserida dan hal inilah yang
menyebabkan kenaikan jaringan lemak yang akhirnya menyebabkan status gizi lebih
(Brosnan, 2011).

Kekurangan lemak dapat menimbulkan pengurangan ketersediaan energi, karena


energi harus terpenuhi maka terjadilah katabolisme atau perombakan protein, cadangan
lemak yang semakin berkurang akan berpengaruh terhadap berat badan, berupa penurunan
berat badan. Kekurangan asam lemak akan berpengaruh terhadap tubuh, berupa gangguan
pada pertumbuhannya, berupa timbulnya kelainan pada kulit. Kekurangan lemak yang sudah
kronis akan menyebabkan luka pada hati (Nazifah, 2014).

Kekurangan asupan karbohidrat dapat menimbulkan kehilangan energi, mudah lelah,


terjadi pemecahan protein yang berlebihan dan akan mengalami gangguan keseimbangan air
sehingga mengganggu pencernaan (Kartasapoetra, 1995).

Selain itu, komposisi zat gizi makanan yang dikonsumsi dari bahan makanan selama
24 jam yaitu vitamin C sebesar 37,8; kalsium sebesar 576,68; dan zat besi sebesar 14,07.
Berdasarkan angka kecukupan gizi yang dianjurkan untuk vitamin A yaitu sebesar 60;
kalsium sebesar 500; dan zat besi sebesar 13.

Kekurangan vitamin C dapat mengakibatkan menurunnya daya rentang tulang, karies


gigi dan anemia (Astuti, 1986). Pemenuhan vitamin C dianjurkan untuk mengonsumsi jeruk,
lemon, kubis, kembang kol, dan brokoli.

Konsumsi kalsium tidak lebih dari 2500 mg per hari masih dapat ditoleransi tubuh
dengan cara mengeluarkannya melalui keringat, urin dan feses. Kelebihan kalsium dapat
menyebabkan batu ginjal atau gangguan ginjal. Di samping itu dapat menyebabkan kosntipasi
(susah buang air besar). Kelebihan kalsium dapat menyebabkan pertumbuhan terganggu.
Kelebihan kalsium juga dapat menimbulkan pembentukan batu ginjal dan gejala
hiperkalsemia (Mulyani, 2009).

Kelebihan zat besi dapat disebabkan oleh konsumsi makanan yang salah ataupun
konsumsi suplemen zat besi yang berlebihan. Gejalanya adalah sering timbul rasa muntah,
diare, denyut jantung meningkat dan sakit kepala (Dewi, 2006).

Status gizi yang baik diperoleh jika sesorang memiliki asupan gizi yang baik dan
seimbang. Gizi baik dibutuhkan untuk pertumbuhan dan fungsi organ yang normal, untuk
reproduksi, pertumbuhan, aktivitas berat, efisiensi kerja, pencegahan infeksi, dan kemampuan
antibodi tubuh. Status gizi buruk diperoleh jika seseorang tidak mampu memenuhi
keseimbangan sejumlah zat gizi esensial dalam tubuhnya (Budianti, 2008).
TABEL USULAN MENU IDEAL

Berdasarkan BMR dari tingkat aktivitas praktikan didapatkan hasil kebutuhan energi
praktikan dalam sehari adalah 1384,46 kkal/hari, sedangkan untuk makronutrien dan
mikronutrien lain didapatkan dari defisiensi dan kelebihan gizi praktikan, maka dapat disusun
usulan menu dalam satu hari untuk memperbaiki status gizi praktikan. Usulan menu ini sama
dengan menu biasa praktikan namun ada pengurangan dan penambahan menu lainnya.

Baha
Wakt n Bera Kalo Lem Prot Vit. Vit.
KH Ca Fe Air
u Maka t ri ak ein C A
nan
141,
Nasi 250 450 99,5 0,75 7,5 - - 62,5 1
75
Sayur
67,0
Kang 80 60 8 2,24 2 9,6 - 28,8 1,68
4
kung
Ikan
29,8
tongk 40 40 3,2 0,6 5,48 - - 36,8 0,68
8
Pagi ol
Air
1000 170 380 1 2 1000 - 150 2 955
putih
Susu
kedela 100 41 5 2,5 3,5 2 - 50 0,7 87
i
34,8
Jeruk 40 18 4,48 0,08 0,36 19,6 - 13,2 0,16
8
Nasi 100 180 39,8 0,3 3 - - 25 0,4 56,7
18,5
Telur 30 75,3 0,42 5,82 4,89 - - 18,6 0,75
Siang 7
Cap 16,5
20 19,4 0,64 1,26 1,16 0,2 - 57,4 0,36
cay 4
Sore Nasi 250 450 99,5 0,75 7,5 - - 62,5 1 141,
75
Sayur
33,5
Kang 40 30 4 1,12 1 4,8 - 2,44 1,34
2
kung
Ayam
15,1 20,0
goren 40 98,4 0,28 3,6 - - 36 3
6 4
g
Air
1000 170 380 1 2 1000 - 150 2 955
putih

Unsur Gizi Yang Dianjurkan Yang Dikonsumsi


Air (ml) 2300 2557,67
Energi (kkal) 2250 1802,1
Protein (g) 56 55,55
Lemak (g) 75 21,02
Karbohidrat (g) 309 1024,82
Kalsium (mg) 500 693,24
Zat besi (mg) 13 15,07
Vit. C (mg) 60 2036,2

Untuk kebutuhan energi yang dibutuhkan apabila dilihat dari perhitungan BMR, maka
kalori yang dibutuhkan berdasarkan aktivitas yang dilakukan tiap harinya adalah sebesar
1384,46 kkal/hari. Apabila dalam sehari kita dapat mengonsumsi sebanyak 1802,1 kkal/hari
maka energi yang dibutuhkan sudah terpenuhi.

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

1. Nutrisi makanan yang dikonsumsi berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) yaitu
karbohidrat, protein, lemak, vitamin A, vitamin C, kalsium, zat besi dan air. Apabila
mengalami defisiensi atau kelebihan maka harus ada perbaikan nilai gizi
2. Data klinis : tekanan darah = 100/80 mmHg, Hemoglobin darah = 60%, gula darah =
105 mg/dL, asam urat = 6,2 mg/dL, dan kemampuan pernafasan = 2470 ml
3. Energi yang dikeluarkan per hari adalah 9.703.211,753 kalori atau 9.703,211 kkal
4. Nutrisi dan energi yang dikonsumsi per hari : air = 2066,11 ml, energi (kalori) =
15675,55 kkal, protein = 57,39 g, lemak = 25,31 g, karbohidrat = 285,045 g, kalsium
= 576,68 mg, zat besi = 14,07 mg, dan vitamin c = 37,8 mg
5. Kebutuhan nutrisi pada makanan yang dikonsumsi berdasarkan aktivitas dan energi
yang digunakan tidak seimbang, dimana masih terjadi defisiensi (kekurangan) dan
kelebihan nutrisi yang dikonsumsi
6. Kondisi metabolisme tubuh berdasarkan beberapa uji yang dilakukan mengalami
beberapa konsisi yaitu, hemoglobin darah yang turun, gula darah yang naik, asam urat
yang naik, dan kemampuan pernafasan yang turun
DAFTAR RUJUKAN

Almatsier, S. 2005. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Almatsier, S. 2013. Prinsip Ilmu Gizi. UI Press: Jakarta

Ambarwati, D. 2016. Hubungan Tingkat Kecukupan Eenergi, Protein, Serat, dan Tingkat
Aktivitas Fisik dengan Indeks Massa Tubuh Mahasiswi Universitas Muhammadiyah
Semarang. Semarang : Universitas Muhammadiyah Semarang

Astuti, Nary dan Gardjito, N. 1986. Pangan dan Gizi. Yogyakarta

Basoeki, S. 2000. Petunjuk Praktikum Anatomi dan Fisiologi Manusia. Malang : IMSTEP
JICA.

Brosnan, ME., Brosnan, JT., Young, VR. 2011. Nutrition and Metabolism The Nutrition
Society Textbook Series. Willey-Blackwell

Budianti, Alfinda. 2008. Status Gizi Dan Ruwayat Kesehatan Sebagai Determinan
Hiperurisemia. Bogor: Institur Pertanian Bogor

Cahanar, R. Dan Suhanda, I. 2006. Makan Sehat Hidup Hidup. Jakarta : Penerbit Buku
Kompas

Dewi, A. 2006. Hubungan Konsumsi Protein Hewani dan Zat Besi dengan Kadar
Hemoglobin pada Anak. Jember : Universitas Jember

Endres JB, Robert E Rokwell, Chintya GM. 2004. Food Nutrition and The Young Child.
Ohio: Pearson Prentice Hall

FAO. 1988. Gizi dan Makanan. Jakarta Baharata Karya Aksara

Fitri, L., Tjandraarini, A.B. dan Amelia, T. 2015. Rancangan Bangun Apliaksi Penentuan
Bahan Makanan Berdasarkan Status Gizi Pada Pasien rawat Jalan. JSIKA Vol. 4 No. 1
: 24-30 ISSN

Gibson, R. S. 2005. Principles of Nutritional Assessmen Second Edition. New York. :


Oxford University Press Inc

Gray, H.2007. Lecture Notes KARDIOLOGI. Jakarta : Erlangga

Hardinsyah. 2001. Pengembangan Konsumsi Pangan Dengan Pendekatan Pola Pangan


Harapan. Bogor: Pusat Studi Kebijakan Pangan dan Gizi Institut Pertanian Bogor
Hartono A. 2006. Terapi Gizi dan Diet Rumah Sakit. Jakarta: EGC

Hartono, A. 2000. Antropometri. Yogyakarta: PT. Citra Aji Prama

Je’quier, E. dan Constant, F. 2009. Water as an Essential Nutrient : The Physiological Basis
of Hyfration. European Journal of Clinical Nutrition. European Journal of Clinical
Nutrition. Vol. 64 Hal. 115-123

Kartasapoetra dan Marsetyo. 1995. Ilmu Gizi (Korelasi Gizi, Kesehatan, dan Produktivitas
Kerja). Jakarta : Rineka Cipta

Mahan, LK., Stump, S.E., Raymond, JL. 2012. Krauses’s Food & The Nutrition Care
Process, 13 edition. USA : Elvesier Saunders

Mulyani, E. 2009. Konsumsi Kalsium dan Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan


Konsumsi Kalsium pada Remaja di SMPN 201 Jakarta Barat Tahun 2009.
Universitas Indonesia : FK

Murray, RK. 2003. Biokimia Klinik (4th ed). Jakarta: EGC

Nazifah. 2014. Kimia Makanan dan Minuman : Lemak. Bandung

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2013. Angka Kecukupan
Gizi yang Dianjurkan bagi Bangsa Indonesia

PERKENI. 2011. Konsensus Nasional Penata-laksanaan DM (Diabetes Melitus)

Permanasari, I. 2010. Jangan Abaikan Dehidrasi. Jakarta : Kompas

Quedarusman H, Wantania J, et al. Hubungan Indeks Massa Tubuh Ibu dan Peningkatan
Berat Badan Saat Kehamilan dengan Preeklampsia. Jurnal eBiomedik (eBM). 2013;1

Ruhyanudin, F., 2007. Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan System
Kardiovaskuler. Malang : UMM Press

Sediaoetama, AD. 2000. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi. Jakarta : Dian Rakyat

Sekartini R. Dan Regar, E. 2013. Hubungan Kecukupan Asupan Energi dan Makronutrien
dengan Status Gizi Anak Usia 5-7 Tahun di Kelurahan Kampung Melayu, Jakarta
Timur Tahun 2012. Hubungan Kecukupan Asupan Energi dan Makronutrien. Vol. 1,
No. 3
Soraya, A.D. Asfawi, S. Hartini, E. 2014. Hubungan Antara Kadar Hemoglobin (Hb) Dengan
Tingkat Kelelahan Kerja Pada Polisi Lalu Lintas Wilayah Semarang Barat 2014.
Jurnal Kesehatan Vol. 32 No. 4

Sudoyo, WA, Sutiyohadi , B., Alwi I., Simandibrata K.M., Setiati, S. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jilid III. Ed 5, Jakarta EGC; 2009. p. 2550-2555

Sugondo, 2006. Obesitas Dalam buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III Edisi IV. Jakarta:
FK UI

Suhardjo.1986. Pangan, Gizi dan Pertanian. Penerbit UI : Jakarta

Supariasa, I. D. N., Bakhyar, B. & Ibnu F. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC

WHO (World Health Organization). 2001. Energy Requirement of Adults. Food and Nutrition
Technical Report Series (FAO) : Rome
Lampiran

Tabel Nilai PAR untuk menentukan tingkat aktivitas dengan perhitungan PAL

(WHO, 2001)

Anda mungkin juga menyukai