Anda di halaman 1dari 12

PAPER ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI MUTAKHIR PANGAN, GIZI DAN KESEHATAN KANKER

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Ilmu IPTEK Mutakhir Pangan, Gizi dan Kesehatan yang Dibimbing Oleh Bapak Dr. Ir. Annis Catur Adi, M.Sc.

OLEH KELOMPOK 5 : NURSARITA INTAN O PUPUT SULVIASARI SANTISTIANA PANDUTIKA YASHINTA OKTAVIANA (P27835111018) (P27835111022) (P27835111029) (P27835111038)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN SURABAYA PRODI DIII GIZI

2012/2013
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG Kanker merupakan masalah kesehatan dari banyak negara di dunia dan termasuk penyakit yang menjadi perhatian serius pada bidang kedokteran. Kanker juga merupakan salah satu penyebab kematian utama di dunia. Hal ini disebabkan oleh jumlah korban yang terus meningkat dari tahun ke tahun dan belum ditemukan cara yang efektif untuk pengobatannya (Sajuthi, 2001). Jumlah penderita kanker di dunia setiap tahun bertambah 6,25 juta orang, dua per tiga dari penderita kanker di dunia berada di negara-negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia. Data Departemen Kesehatan menunjukkan jumlah penderita kanker di Indonesia mencapai 6% dari populasi (Padmi, 2008). Survey jumlah penderita kanker yang dilakukan WHO terhadap negara berkembang pada tahun 2002 menunjukkan bahwa penyebab kematian akibat kanker yang paling besar dialami oleh perempuan adalah kanker serviks, sedangkan jumlah kematian pada pria disebabkan oleh kanker paru-paru (www.dcp2.org/file/79/DCPP-Cancer.pdf). 1.2 TUJUAN Tujuan dari paper ini yaitu: 1. Supaya mahasiswa dapat mengetahui perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi Mutakhir yang berkaitan tentang Gizi, Pangan, dan Kesehatan terutama tentang penyakit Kanker. 2. Supaya mahasiswa mampu menerapkan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi Mutakhir yang berkaitan tentang Gizi, Pangan, dan Kesehatan terutama tentang penyakit Kanker dalam kehidupan sehari-hari. 3. Supaya mahasiswa dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan penyakit kanker secara lebih luas, dan dapat mencegah serta mengobati penyakit kanker tersebut dengan perbaikan di bidang Gizi. 1.3 MANFAAT Manfaat makalah ini yaitu: Mahasiswa dapat mengetahui serta menerapkan Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi Mutakhir yang berkaitan tentang Gizi, Pangan, dan Kesehatan

terutama tentang penyakit Kanker dalam mencegah dan mengobati penyakit kanker.

BAB II PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN KANKER Kanker adalah pembelahan dan pertumbuhan sel secara abnormal yang tidak dapat dikontrol sehingga cepat menyebar. Sel-sel ini merusak jaringan tubuh sehingga mengganggu fungsi organ tubuh yang terkena. Kanker juga disebut Neoplasma Maligna. Neoplasma adalah massa jaringan yang dibentuk oleh sel-sel kanker, sedangkan Maligna berarti ganas. 2.2 GEJALA KANKER Menurut Corwin (2001) gejala kanker secara umum timbul tergantung dari jenis atau organ tubuh yang terserang yaitu : a) Nyeri dapat terjadi akibat tumor yang meluas menekan syaraf dan pembuluh darah disekitarnya, reaksi kekebalan dan peradangan terhadap kanker yang sedang tumbuh, dan nyeri juga disebabkan karena ketakutan atau kecemasan. b) Pendarahan atau pengeluaran cairan yang tidak wajar, misalnya ludah, batuk atau muntah yang berdarah, mimisan yang terus menerus, cairan puting susu yang mengandung darah, cairan lubang senggama yang berdarah (diantara

menstruasi/menopause) darah dalam tinja, darah dalam air kemih. c) Penurunan berat badan dengan cepat akibat kurang lemak dan protein (kaheksia). d) Gangguan pencernaan, misalnya sukar menelan yang terus menerus. e) Nyeri akibat penekanan syaraf dan pembuluh darah terutama terjadi pada jaringanjaringan yang terletak diruangan yang terbatas seperti tulang atau otak 2.3 FAKTOR RISIKO Faktor-faktor risiko untuk kanker antara lain adalah pajanan ke bahan fisik, kimiawi, atau virus yang diketahui bersifat mutagenik dan pajanan berkepanjangan ke suatu promotor. Menurut Corwin (2001) dan Krinke (2005) terdapat pula beberapa faktor risiko lainnya yaitu : a) Faktor risiko hormonal

Hormon estrogen dapat berfungsi sebagai promotor bagi kanker tertentu, misalnya kanker payudara dan kanker endometrium. Wanita yang menstruasi memiliki kadar estrogen yang tinggi, maka risiko terbentuknya kanker payudara meningkat pada wanita yang mengalami menstruasi dini dan mencapai menopause lambat. Terlambat mengandung atau tidak memiliki anak dapat meningkatkan risiko kanker payudara. b) Faktor kejiwaan, emosi psikis Gangguan yang terjadi pada emosi dapat menyebabkan atau memperberat kanker seperti stress, dendam, kebencian yang mendalam atau sakit hati. Peranan faktor kejiwaan pada kanker dapat melalui beberapa cara, diantaranya; stress atau dendam yang mempengaruhi perkembangan sel menjadi liar dan efek yang melemahkan sistem kekebalan tubuh sel T sehingga tidak mampu melenyapkan sel kanker tertentu. c) Faktor yang bersifat protektif terhadap pembentukan kanker. Hormon progesteron bersifat protektif terhadap kanker yaitu dengan menghambat efek stimulasi estrogen. Hormon progesteron meningkat pada wanita saat kehamilan dan saat menyusui, oleh karena itu wanita yang menyusui selama paling sedikit 6 bulan berturut-turut, wanita yang hamil beberapa kali, akan mengurangi risiko terkena kanker payudara. d) Faktor riwayat keluarga Adanya riwayat keluarga yang mengidap kanker, terutama dari satu jenis, adalah faktor risiko terjangkitnya kanker. Kecenderungan genetik untuk kersinogenesis mungkin disebabkan oleh rapuhnya gen-gen regulator, kerentanan terhadap inisiator atau promotor tertentu, kesalahan enzim pengkoreksi, atau gagalnya fungsi sistem imun (Corwin 2001). e) Faktor perilaku individu Perilaku tertentu meningkatkan kemungkinan bahwa seseorang akan lebih sering terpajan ke inisiator atau promotor. Faktor-faktor risiko perilaku antara lain adalah merokok, dan konsumsi makanan yang banyak mengandung lemak dan daging yang diawetkan. Faktor risiko perilaku berkaitan dengan perilaku seksual seperti berganti-ganti pasangan, dan melakukan hubungan intim pada usia dini, meningkatkan risiko terinfeksi virus papiloma manusia yang berkaitan dengan neoplasma alat kelamin. Infeksi oleh virus herpes simplek tipe-2 yang ditularkan melalui hubungan kelamin dapat menigkatkan risiko kanker (Corwin 2001).

f) Faktor makanan Diet dapat merubah peran genetik dalam perkembangan kanker. Walaupun pola diet berdampak lebih besar ketika awal kehidupan, tetapi perhatian ditunjukan lebih besar pada orang dewasa dalam menurunkan risiko kanker. Asupan buah, sayuran dan antioksidan berhubungan dengan penurunan kanker pada tahap inisiasi dan progresi. The American Cancer Society Expert Committe telah menunjukan bahwa manfaat dari peningkatan asupan buah dan sayuran dapat mencegah kanker payudara, kolon, paru-paru dan prostat (Krinke 2005). 2.4 HUBUNGAN KANKER DENGAN GIZI Berbagai faktor resiko telah dapat diidentifikasi baik melalui penelitian pada binatang maupun pada manusia. Sekitar 80% dari faktor resiko tersebut berhubungan dengan keadaan lingkungan yang dapat dicegah termasuk makanan dan minuman yang kita konsumsi sehari-hari. Sepertiga dari faktor yang dapat menyebabkan orang meninggal akibat kanker adalah faktor gizi. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk melihat hubungan faktor gizi dengan kanker. Studi yang paling dikenal adalah studi korelasi yang menggambarkan hubungan antara angka kejadian kanker jenis tertentu dengan pola makan pada setiap negara. Namun demikian, studi yang dilakukan untuk mengevaluasi peran makanan terhadap timbulnya suatu kanker seringkali memberikan hasil yang tidak konsisten. Hal ini disebabkan oleh kompleksnya suatu makanan, seperti makanan yang mengandung lemak yang tinggi, juga mengandung protein tinggi dan serat yang rendah. Dalam satu makanan terdapat faktor penghambat dan pencetus sekaligus. Beberapa hasil penelitian tentang hubungan gizi dengan terjadinya beberapa jenis kanker yang telah diperoleh selama ini diungkapkan secara singkat di bawah ini : Energi dan Lemak Penelitian pada binatang percobaan telah diungkapkan bahwa penurunan jumlah energi yang dikonsumsi dapat menghambat pertumbuhan dari tumor dan hal ini lebih efektif pada fase promotion dari pertumbuhan tumor. Hal ini dihubungkan dengan hambatan aktivitas sel karena tidak tersedianya karbohidrat yang cukup. Ada juga yang berpendapat bahwa terjadi perubahan hormon dan imunitas sehingga menghambat pertumbuhan tumor namun mekanismenya belum diketahui. Selain itu pada konsumsi energi yang berlebih, sebaliknya terjadi percepatan pembentukan tumor pada binatang percobaan. Obesitas telah dihubungkan dengan

kematian akibat kanker baik pada laki-laki dan wanita. Pada wanita dengan obesitas, terjadinya peningkatan tumor yang berhubungan dengan esterogen seperti kanker payudara, mungkin berhubungan dengan produksi esterogen terutama pada jaringan lemak. Kejadian kanker yang berhubungan dengan konsumsi lemak telah sering diperlihatkan dengan studi epidemiologi dengan memperlihatkan variasi dari kanker payudara pada negara yang berbeda-beda. Jenis kanker yang sering dihubungkan dengan intake lemak yang berlebihan adalah payudara, kolon dan prostat. Namun demikian, perlu diingat bahwa karena konsumsi lemak juga berhubungan dengan konsumsi energi, protein dan serat, maka sangat sulit mengambil kesimpulan apakah lemak satu-satunya penyebab tingginya angka kematian karena kanker. Ada juga bagian dari lemak sendiri sangat berguna termasuk mencegah terjadinya kanker. Protein Sangat sulit untuk mencari peran dari protein dalam terhadinya kanker oleh karena makanan yang tinggi protein juga tinggi lemak dan rendah serat. Namun demikian, secara umum telah dikemukakan bahwa rendahnya protein dibawah yang dibutuhkan tubuh dapat menekan terjadinya pertumbuhan kanker, sebaliknya melebihi 2-3 kali dari yang dianjurkan (AKG) akan meningkatkannya. Salah satu penelitian yang telah dilakukan memperlihatkan hasil yang tidak konsisten. Salah satu penelitian memperlihatkan bahwa konsumsi daging yang tinggi berhubungan dengan terjadinya kanker kolorektal dengan payudara namun penelitian lainnya tidak. Dilain pihak salah satu penelitian korelasi antara konsumsi daging dengan angka kejadian kanker kolon di 23 negara terlihat sangat tinggi (Amstrong & Doll, dikutip dari Willet, 1990). Makanan Berserat Peranan makanan berserat sebagai proteksi dari terjadinya kanker kolon dan rectum semakin mendapat perhatian. Serat dalam makanan akan meningkatkan jumlah fases yang nantinya menurunkan resiko kanker melalui penurunan konsentrasi karsinogen yang potensial seperti asam empedu dalam fases, sehingga mengurangi kontak dengan mukosa usus. Salah satu penelitian pada pasien yang menderita Familial adenomatous Polyposis (DeCosse et al., 1989) memperlihatkan bahwa mereka yang menerima

suplemen serat mempunyai pertumbuhan polip baru yang lebih rendah dibanding mereka yang hanya menerima vitamin C atau E. Vitamin Dari sejumlah vitamin yang ada, vitamin A (retinal) dan prekursornya mempunyai kemampuan dalam mencegah terjadinya karsinogenesis. Diperkirakan bahwa vitamin A dapat mempengaruhi ekspresi gem dan diferensiasi sel, dan meningkatkan baik imunitas humoral dan sel mediated immunity bahkan merangsang imunitas spesifik antitumor (Olson, 1986). Hasil peneltiian lainnya membuktikan bahwa konsumsi buah dan sayur yang mengandung tinggi vitamin C dapat mencegah terjadinya kanker lambung dan esophagus (Glatthaar et al., 1986). Mineral Beberapa mineral telah dihubungkan dengan kejadian kanker seperti kalsium, selenium dan zinc. Peranan kalsium terhadap pencegahan kanker kolon telah diperlihatkan oleh Wargovich (1988) berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan. Diduga ion kalsium mengandung ikatan dengan lemak dan asam empedu yang berfungsi menurunkan resiko kontak epitel usus terhadap bahan-bahan toksik. Disamping itu kalsium diduga terlibat dalam pengaturan proliferasi epitel pada usus. Sehubungan dengan kerja dari kalisum, vitamin D yang membantu transport kalsium keluar dari lumen usus juga turut terlibat dalam kegiatan proteksi terhadap kejadian kanker kolon. Namun demikian, terlepas dari kaitannya dengan kalsium dan vitamin D juga mempunyai peranan dalam proliferasi dan diferensiasi sel (Deluca dan Ostrem, 1986). Selenium terkenal sebagai komponen dari glutathione peroxidase, yaitu suatu enzim yang memproteksi kerusakan jaringan oksidatif. Namun demikian efek protektif dari selenium tidak berasal dari kerja enzim ini tetapi berasal dari penghambatan sintesis DNA dan meningkatkan respon imunologi dari tubuh seseorang (Nomura et al., 1987). Kekurangan zinc dihubungkan dengan meningkatnya angka kejadian tumor yang disebabkan oleh nitrosamin. Hubungan ini belum diketahui mekanismenya. Studi epidemiologi juga memperlihatkan bahwa konsumsi zinc yang rendah dihubungkan dengan terjadinya kanker osofagus (Van Rensberg, dikutip dari Cheney & Akar, 1993).

Komponen Makanan Lainnya Kopi telah diteliti mempunyai kemungkinan berhubungan dengan berbagai kanker. Penelitian laboratorium telah mengungkapkan bahwa kopi bukan suatu yang bersifat karsinogenik akan tetapi angka kematian kanker pancreas di beberapa negara dihubungkan dengan konsumsi kopi. Namun demikian, beberapa penelitian lainnya tidak memberikan hasil yang mendukung hal ini. Saccharin, yang merupakan pemanis buatan yang banyak digunakan, diduga mempunyai pengaruh terhadap terjadinya kanker kantong empedu. Nitrat dan nitrit memperoleh perhatian yang cukup besar mengingat hubungannya dengan nitrosamin. Nitrat dapat tereduksi menjadi nitrit yang kemudian berinteraksi dengan bahan makanan amine dan amide (komponen protein) membentuk nitrosamine. Makanan Olahan Cara penyimpanan dan pengolahan makanan bervariasi antar negara, dan perbedaan ini mungkin memberikan kontribusi yang besar dalam variasi beberapa jenis kanker. Pengasapan makanan dapat membentuk senyawa hidrokarbon polisiklik

aromatik (polycyclic aromatic hydrocarbon), beberapa di antaranya diketahui bersifat karsinogenik pada hewan. Zat-zat yang bersifat karsinogenik dapat terbentuk pada waktu proses pemasakan dan jumlahnya berhubungan dengan penggunaan suhu tinggi dan jangka waktu pemasakan. Misal pemasakan dengan cara pembakaran menggunakan api oven, dapat membentuk senyawa hidrokarbon polisiklik aromatik pada permukaan makanan yang dibakar tersebut. Pembakaran asam amino dengan gula selama proses pemasakan, menghasilkan berbagai zat kimia yang bersifat mutagenik, dan beberapa di antaranya bersifat karsinogenik. Penggaraman dan pengasaman makanan dapat membentuk nitrosamin yang bersifat karsinogenik untuk mulut dan lambung. Bukti-bukti dari studi

epidemiologi menunjukkan masyarakat yang banyak mengkonsumsi makanan yang diawet dengan diasin, diasam, dan diasap, mempunyai insiden kanker lambung dan esofagus lebih banyak. Kanker esofagus berhubungan dengan konsumsi asinan sayur, ikan asin dan makanan asap. Dari beberapa studi epidemiologi, nitrat, nitrit dan komponen N-nitroso dalam makanan dan air serta makanan yang diasin berhubungan dengan kanker lambung.

Hubungan antara konsumsi makanan dan terjadinya kanker pada seseorang telah diperlihatkan di atas, akan tetapi beberapa penyebab dari sebagian komponen dalam makanan masih belum konsisten terlihat dari hasil penelitian. Seperti yang telah dikatakan bahwa komponen diet bukanlah satu-satunya yang dapat mempengaruhi terjadinya pembentukan suatu kanker, maka beberapa faktor lainnya perlu diperhatikan. Suatu anjuran yang sangat berkaitan dengan diet adalah keterkaitan dari tiga faktor yang sangat berhubungan dengan makanan dan gaya hidup yaitu diet, aktifitas fisik dan kegemukan.kemungkinan untuk memperbaiki kualitas dari ketiga hal ini yaitu memperbaiki diet, meningkatkan aktivitas fisik dan menjaga berat badan yang normal merupakan salah satu bentuk pencegahan yang sangat dianjurkan (Trichopoulos, 1996).

2.5 GIZI PADA PASIEN KANKER Gizi merupakan bagian yang penting pada penatalaksanaan terapi kanker, baik pada pasien yang sedang menjalankan terapi kanker, pemulihan dari terapi, dan pada keadaan remisi maupun untuk mencegah kekambuhan. Adapun tujuan dari terapi gizi yaitu untuk mempertahankan atau memperbaiki status gizi, mengurangi gejala sindrom kaheksia, mencegah komplikasi lebih lanjut serta memenuhi kecukupan mikronutrien (Sutandyo dan Ririn 2006). Berikut ini penatalaksanaan gizi pada kanker : a) Kebutuhan gizi Kebutuhan gizi pasien kanker sangat individual dan berubah-ubah dari waktu kewaktu selama perjalanan penyakit serta tergantung dari terapi yang dijalankan (Sutandyo dan Ririn 2006). Menurut Babcock (2005) walaupun kebutuhan gizi pada individu bervariasi, pedoman untuk terapi gizi pasien kanker harus memenuhi kebutuhan gizi spesifik dan tujuannya terkait dengan percepatan metabolisme, yang syaratnya dapat meningkatkan sintesis jaringan protein dan produksi energi. Energi Kanker menyebabkan terjadinya hipermetabolik, untuk itu kebutuhan energi sangat tinggi pada pasien. Pada pasien dewasa dengan status gizi baik memerlukan energi 2000 kkal, atau 25 sampai 30 kkal/ kg berat badan. Untuk keperluan pemeliharaan, energi lebih mungkin diperlukan sesuai dengan kebutuhan dan tingkat stress individu atau luasnya kerusakan jaringan (Babcock 2005). Protein

Sebagian besar pasien kanker mempunyai imbangan nitrogen yang negatif. Oleh karena itu dukungan gizi harus dapat memenuhi kebutuhan sintesa protein dan menurunkan degradasi protein. Kebutuhan protein pada pasien kanker dengan adanya peningkatan kebutuhan atau pasien dengan hipermetabolisme atau wasting yang berat dianjurkan protein 1,5-2 g/kg berat badan (Sutandyo dan Ririn 2006). Vitamin dan mineral Vitamin dan mineral sebagai kontrol protein dan metabolisme energi melalui peranannya sebagai koenzim spesifik dalam cell enzyme pathways dan juga berperan penting dalam membangun dan memelihara jaringan yang kuat. Oleh karena itu perlu asupan vitamin dan mineral yang optimal, sesuai rekomendasi standar kecukupan gizi tetapi lebih sering untuk tingkat terapetik yang lebih tinggi. (Babcock 2005). Cairan Asupan cairan harus dipastikan cukup dengan alasan yaitu mengganti cairan akibat gangguan gastrointestinal dari muntah, demam, infeksi ataupun diare, dan untuk membantu ginjal membuang produk uraian metabolisme dari kerusakan sel-sel kanker dan obat racun yang digunakan dalam kemoterapi. Beberapa jenis obat kemoterapi (seperti cyclophosphamide, cytoxan) membutuhkan sebanyak 2 sampai 3 liter cairan untuk mencegah hemorrhagic cystitis (Babcock 2005). b) Diet pada pasien kanker Jenis diet untuk pasien kanker sangat tergantung pada keadaan pasien, perkembangan penyakit, dan kemampuan untuk menerima makanannya. Oleh sebab itu, diet disusun secara individual. Jenis makanan atau diet yang diberikan hendaknya memperhatikan nafsu makan, perubahan indera pencecap, rasa cepat kenyang, mual, penurunan berat badan akibat pengobatan. Sesuai keadaan pasien makanan yang diberikan secara oral, enteral maupun parenteral. Makanan dapat diberikan dalam bentuk makanan padat, makanan cair atau kombinasi. Makanan padat dapat berbentuk makanan biasa, makanan lunak atau makanan lumat (Almatsier 2004). Syarat diet penyakit kanker adalah energi tinggi yaitu 36 kkal/kg BB untuk laki-laki dan 32 kkal/kg BB untuk perempuan. Protein tinggi yaitu 1-1,5 g.kg BB, lemak sedang yaitu 15-20% dari kebutuhan total energi. Karbohidrat, dan vitamin dan mineral diberikan cukup, rendah yodium apabila sedang menjalankan medikasi radioaktif internal, dan porsi makanan diberikan kecil dan sering (Almatsier 2004).

BAB III PENUTUP


3.1 KESIMPULAN Kanker adalah pembelahan dan pertumbuhan sel secara abnormal yang tidak dapat dikontrol sehingga cepat menyebar. Menurut Corwin (2001) gejala kanker secara umum timbul tergantung dari jenis atau organ tubuh yang terserang. Faktor-faktor risiko untuk kanker antara lain : faktor risiko hormonal; faktor kejiwaan, emosi psikis; faktor riwayat keluarga; faktor yang bersifat protektif terhadap pembentukan kanker; faktor prilaku individu; faktor makanan. Tujuan dari terapi gizi yaitu untuk mempertahankan atau memperbaiki status gizi, mengurangi gejala sindrom kaheksia, mencegah komplikasi lebih lanjut serta memenuhi kecukupan mikronutrien (Sutandyo dan Ririn 2006). Jenis diet untuk pasien kanker sangat tergantung pada keadaan pasien, perkembangan penyakit, dan kemampuan untuk menerima makanannya. Oleh sebab itu, diet disusun secara individual. Syarat diet penyakit kanker adalah energi tinggi yaitu 36 kkal/kg BB untuk laki-laki dan 32 kkal/kg BB untuk perempuan. Protein tinggi yaitu 1-1,5 g.kg BB, lemak sedang yaitu 15-20% dari kebutuhan total energi. Hubungan antara konsumsi makanan dan terjadinya kanker masih belum konsisten terlihat dari hasil penelitian. Komponen diet bukanlah satu-satunya yang dapat mempengaruhi terjadinya pembentukan suatu kanker, maka beberapa faktor lainnya perlu diperhatikan. Suatu anjuran yang sangat berkaitan dengan diet adalah keterkaitan dari tiga faktor yang sangat berhubungan dengan makanan dan gaya hidup yaitu diet, aktifitas fisik dan kegemukan.kemungkinan untuk memperbaiki kualitas dari ketiga hal ini yaitu memperbaiki diet, meningkatkan aktivitas fisik dan menjaga berat badan yang normal merupakan salah satu bentuk pencegahan yang sangat dianjurkan (Trichopoulos, 1996).

DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, sunita.2001.Prinsip Dasar Ilmu Gizi.Jakarta:Gramedia Pustaka Utama http://febriantoro92.wordpress.com/2012/06/07/hubungan-asupan-gizi-terhadap-risikoterjadinya-kanker-payudara/ (diunduh pada tanggal 5 Juni 2012) http://gizimu.wordpress.com/2011/11/01/gizi-dan-penyakit-kanker/ tanggal 5 Juni 2012) http://id.wikipedia.org/wiki/Kanker (diunduh pada tanggal 5 Juni 2012) http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/54925/BABIITINJAUANPUSTAKA. pdf (diunduh pada tanggal 6 Juni 2012) http://www.rscm.co.id/index.php?bhs=in&id=ASU0000001(diunduh pada tanggal 5 Juni 2012) http://www.scribd.com/doc/131176929/makalah-kanker-pdf (diunduh pada tanggal 5 Juni 2012) http://www.smallcrab.com/makanan-dan-gizi/872-hubungan-gizi-dan-penyakit-kanker (diunduh pada tanggal 7 Juni 2012) (diunduh pada

Anda mungkin juga menyukai