Oleh :
Kelompok 4
Delfi Novella
Sadono
101311133031
Kinanty Putri Sarweni
101311133070
Rony Kusuma Nugraha
101311133074
Gilang Dwi P.
101311133161
Citra Ervina Ahiyanasari
101311133172
Trizha Hebby Vernanda
101311133225
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga Makalah Tugas Mata Kuliah
Determinan Sosial Kesehatan Materi Poverty, Social Exclusion & Minority ini
dapat memberikan manfaat dan inspirasi kepada pembaca.
Surabaya, 03 Oktober 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
COVER .....................................................................................................................
1
KATA PENGANTAR.................................................................................................
2
DAFTAR ISI..............................................................................................................
3
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................
4
1.1. Latar Belakang Masalah......................................................................................
4..................................................................................................................................
1.2. Rumusan Masalah...............................................................................................
5
1.3. Tujuan..................................................................................................................
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................
7
2.1. Pengertian Kemiskinan.......................................................................................
7
2.2. Faktor Penyebab..................................................................................................
7
2.3. Indikator Kemiskinan..........................................................................................
14
2.3.1. Indikator Kemiskinan Berdasarkan Dimensi Ekonomi....................................
17
2.3.2. Indikator Kemiskinan Berdasarkan Dimensi Kesehatan..................................
19
BAB III PEMBAHASAN..........................................................................................
21
3.1. Perkembangan Tingkat Kemiskinan di Dunia.....................................................
21
3.2. Perkembangan Tingkat Kemiskinan di Indonesia...............................................
27
3.3. Studi Kasus..........................................................................................................
31
3.3.1. Kebijakan Kemiskinan dan Upaya Penuntasan Kemiskinana di Indonesia.....
33
BAB IV PENUTUP...................................................................................................
38
4.1. Kesimpulan.........................................................................................................
38
4.2. Saran....................................................................................................................
39
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................
40
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bangsa Indonesiai memiliki jumlah penduduk yang besar pada tahun 2007
yaitu 231,6 juta jiwa dan di anugerahi dengan sumber daya alam yang
melimpah. Tetapi sungguh sesuatu yang ironis menurut data badan pusat
statistik (BPS) tahun 2007 jumlah penduduk miskin sebesar 37,17 juta jiwa
atau 16,58% dari total penduduk Indonesia. Sedangkan laporan dari Bank
Dunia (World Bank) adalah hampir setengahnya dari penduduk di Indonesia
hidup miskin atau rentan terhadap kemiskinan. Dengan kondisi hampir 42%
rumah tangga hidup diantara garis kemiskinan US$1- dan US$2 per hari,
terlalu banyak rakyat Indonesia yang sangat rentan jatuh ke kemiskinan.
Kemiskinan merupakan masalah yang selalu dihadapi manusia. Masalah
kemiskinan memang sama tuanya dengan usia kemanusiaan itu sendiri dan
implikasi permasalahan-nya dapat melibatkan berbagai segi kehidupan
manusia. Dengan kata lain bahwa kemiskinan ini merupa-kan masalah sosial
yang sifatnya mendunia, artinya masalah kemis-kinan sudah menjadi
perhatian dunia, dan masalah tersebut ada di semua negara, walaupun dampak
dari kemiskinan berbeda-beda.
Selain itu, kemiskinan dapat dilihat sebagai masalah multidimensi karena
berkaitan dengan ketidak-mampuan akses secara ekonomi, sosial, budaya,
politik dan partisipasi dalam masyarakat. Kemiskinan memiliki arti yang lebih
luas dari sekedar lebih rendahnya tingkat pendapatan atau konsumsi seseorang
dari standar kesejahteraan terukur seperti kebutuhan kalori minimum atau
garis kemiskinan, akan tetapi kemiskinan memiliki arti yang lebih dalam
karena berkaitan dengan ketidakmampuan untuk mencapai aspek di luar
pendapatan (non-income factors) seperti akses kebutuhan minimun; kesehatan,
pendidikan, air bersih, dan sanitasi.
Tidak sedikit orang gagal mengelola rasa lapar dan kemiskinan .
Kekalutan hidup itu menghancurkan harapan, merasa diri kalah dan tidak
berdaya, serta fatalistic, yang pada orang tertentu tergiring menempuh jalan
pintas dengan bunuh diri sebagai upaya membebaskan diri dari situasi
tertekan. Tindakan bunuh diri dianggap, liberatif. Tidak semua tindakan bunuh
5
diri karena persoalan ekonomi, tetapi bisa saja karena faktor lain. Namun,
kasus bunuh diri karena alas an ekonomi termasuk sangat tragis karena
memperlihatkan pudarnya rasa kemanusiaan dan kepedulian. Jatunya korban
karena kemiskinan sekaligus memperlihatkan kemiskinan lain, yaitu
kemiskinan nurani kolektif bangsa dan lemahnya kepedulian. Para pemimpin
juga kehilangan sensivisitas atau nasib rakyat yang bergulat dengan
kemiskinan. Sebagian uang bagi program perbaikan nasib warga miskin dicuri
dalam praktik korupsi yang semakin kompleks dan merebak luas dari pusat
sampai ke daerah-daerah. Kemiskinan nurani sedang menghinggapi kaum elit
bangsa (2011). Dampak kemiskinan nurani ini sangatlah luar biasa sebagai
kejahatan dengan membiarkan sebagian warga masyarakat menderita dan
bergulat dengan kesulitan hidup. Persoalan kemiskinan itu terasa semakin
dramatis karena berlangsung di negeri yang digambarkan sangat kaya sumber
daya alam. Masih ada sebagian warga masyarakat untuk dapat makan sekali
sehari saja sulit.
Maka dari itu kami membuat makalah ini tentang Kemiskinan yang ada di
dunia dan di Indonesia untuk mengetahui bagaimana kemiskinan di Indonesia
maupun di dunia dan untuk mengetahui faktor penyebab dan indikator dari
kemiskinan itu sendiri, sehingga kemungkinan bisa ditemukan cara untuk
menuntaskan kemiskinan khususnya di Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah tentang Kemiskinan di Indonesia
maupun dilingkup dunia adalah sebagai berikut:
1. Apakah pengertian kemiskinan dari berbagai sumber ?
2. Apa saja faktor penyebab dari kemiskinan ?
3. Apa saja indikator munculnya kemiskinan ?
4. Bagaimana perkembangan tingkat kemiskinan di Indonesia maupun di
dunia ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian kemiskinan dari berbagai sumber
2. Untuk mengetahui faktor penyebab dari kemiskinan
3. Untuk mengetahui indikator munculnya kemiskinan
4. Untuk mengetahui perkembangan tingkat kemiskinan di Indonesia
maupun di dunia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Kemiskinan
Pengertian kemiskinan menurut UNDP dalam Cahyat (2004) seperti,
kemiskinan adalah ketidakmampuan untuk memperluas pilihan-pilihan hidup,
antara lain dengan memasukkan penilaian tidak ada mya partisipasi dalam
pengambilan kebijakan public sebagai salah satu indikator kemiskinan.
Kondisi masyarakat yang disebut miskin dapat diketahui berdasarkan
kemampuan pendapatan dalam memenuhi standar kebutuhan hidup
(Nugroho,1995). Pada dasarnya, standar hidup di masyarakat tidak hanya
cukup dalam hal kebutuhan pangan, sandang, dam papan saja. Tetepi cukup
dalam kebutuhan pendidikan dan kebutuhan kesehatan. Kemiskinan
merupakan masalah yang multidimensi karena berkaitan dengan banyak hal
seperti ekonomi, social budaya, politik dan partisipasi dalam masyarakat.
Kemiskinan adalah suatu kondisi atau kondisi yang di alami oleh
kelompok atau seseorang yan tidak mampu menyelenggarakan hidupnya
sampai taraf yang di anggap manusiawi (parwoto, 2001).
Sedangkan menurut (sumedi dan supadi, 2000) kemiskinan muncul
karena ketidakmampuan sebagian masyarakat untuk menyelenggarakan
hidupnyasampai suatu taraf yang di anggap manusiawi.
Maka dapat disimpulkan bahwa kemiskinan merupakan kondisi dimana
ketidak mampuan dalam memenuhi kebutuhan hidup seperti masyarakat
lainnya. Salah satu tanda ketidak mampuan ini adalah rendahmya pendapatan
untuk memenuhi kebutuhan pokok, sandang, pangan dan papan. Selain
memenuhi kebutuhan tersebut, ketidak mampuan dapat mempengaruhi
keampuan untuk memenuhi kebutuhan kesehatan dan kebutuhan pendidikan.
2.2. Faktor Penyebab
A. Faktor penyebab kemiskinan menurut Paul Spicker (2002, Poverty and
the Welfare State: Dispelling the Myths, A Catalyst Working Paper,
London: Catalyst.). Penyebab kemiskinan dapat dibagi dalam empat
hal, meliputi:
1. Individual explanation
pendidikan.
3. Subcultural explanation
Diakibatkan oleh karakteristik perilaku suatu lingkungan
yang berakibat pada moral dari masyarakat.
4. Structural explanations
Menganggap kemiskinan sebagai produk dari masyarakat
yang menciptakan ketidakseimbangan dengan pembedaan status
atau hak.
B. Faktor penyebab kemiskinan menurut Sharp et al. (Sharp, A.M.,
Register, C.A., Grime, P.W. ( 2000), Economics of Social Issues
14th edition, New York: Irwin/McGraw-Hill, meliputi:
1. Rendahnya kualitas angkatan kerja
Salah satu penyebab terjadinya kemiskinan adalah karena
rendahnya kualitas angkatan kerja. Kualitas angkatan kerja ini bisa
dilihat dari angka buta huruf. Sebagai contoh Amerika Serikat
hanya mempunyai angka buta huruf sebesar 1%, dibandingkan
dengan Ethiopia yang mempunyai angka diatas 50%.
2. Akses yang sulit terhadap kepemilikan modal
Kepemilikan modal yang sedikit serta rasio antara modal
dan
tenaga
kerja
(capital-to-labor
ratios)
menghasilkan
tersedia
tidak
muncul
karena
adanya
ketidaksamaan
pola
Sendalam
Ismawan
(2003:102),
penyebab
seseorang
menyebabkan
keterbatasan
kemampuan
10
kemampuan
seseorang
untuk
mencari
dan
memanfaatkan peluang.
2. Rendahnya Derajat Kesehatan
Taraf kesehatan dan gizi yang rendah menyebabkan
rendahnya daya tahan fisik, daya pikir dan prakarsa.
3. Terbatasnya Lapangan Kerja
Selain kondisi kemiskinan dan kesehatan yang rendah,
kemiskinan juga diperberat oleh terbatasnya lapangan pekerjaan.
Selama ada lapangan kerja atau kegiatan usaha, selama itu pula ada
harapan untuk memutuskan lingkaran kemiskinan.
4. Kondisi Keterisolasian
Banyak penduduk miskin secara ekonomi tidak berdaya
karena terpencil dan terisolasi. Mereka hidup terpencil sehingga
sulit atau tidak dapat terjangkau oleh pelayanan pendidikan,
kesehatan dan gerak kemajuan yang dinikmati masyarakat lainnya.
F. Faktor penyebab kemiskinan menurut Nasikun dalam Suryawati
(2005:5), meliputi:
1. Pelestarian Proses Kemiskinan
Proses pemiskinan yang dilestarikan, direproduksi melalui
pelaksanaan suatu kebijakan diantaranya adalah kebijakan anti
kemiskinan, tetapi realitanya justru melestarikan.
2. Pola Produksi Kolonial
Negara ekskoloni mengalami kemiskinan karena pola
produksi kolonial, yaitu petani menjadi marjinal karena tanah yang
paling subur dikuasai petani skala besar dan berorientasi ekspor.
3. Manajemen Sumber Daya Alam dan Lingkungan
Adanya unsur manajemen sumber daya alam dan
lingkungan, seperti manajemen pertanian yang asal tebang akan
menurunkan produktivitas.
4. Kemiskinan Terjadi Karena Siklus Alam.
11
perekonomian
dapat
diselesaikan
diatasi
dengan
menyebabkan
orang
menjadi
miskin.
Kondisi
atau
kualitas
budaya
yang
menyebabkan
ketergantungan,
motivasi
yang
rendah,
13
ketimpangan
pendapatan
atau
ketimpangan
standar
kesejahteraan. Daerahdaerah yang belum terjangkau oleh programprogram pembangunan seperti ini umumnya dikenal dengan istilah
daerah tertinggal.
c. Kemiskinan Kultural
Kemiskinan kultural adalah bentuk kemiskinan yang terjadi
sebagai akibat adanya sikap dan kebiasaan seseorang atau masyarakat
yang umumnya berasal dari budaya atau adat istiadat yang relatif tidak
mau untuk memperbaiki taraf hidup dengan tata cara moderen.
Kebiasaan seperti ini dapat berupa sikap malas, pemboros atau tidak
pernah hemat, kurang kreatif, dan relatif pula bergantung pada pihak
lain.
d. Kemiskinan Struktural
Kemiskinan struktural adalah bentuk kemiskinan yang disebabkan
karena rendahnya akses terhadap sumber daya yang pada umumnya
terjadi pada suatu tatanan sosial budaya ataupun sosial politik yang
kurang
mendukung
adanya
pembebasan
kemiskinan.
Bentuk
paling
banyak
menimbulkan
adanya
ketiga
bentuk
a. Kemiskinan Alamiah
Kemiskinan alamiah adalah kemiskinan yang terbentuk
sebagai akibat adanya kelangkaan sumber daya alam dan
minimnya atau ketiadaan pra sarana umum (jalan raya, listrik, dan
air bersih), dan keadaan tanah yang kurang subur. Daerah-daerah
dengan karakteristik tersebut pada umumnya adalah daerah yang
belum terjangkau oleh kebijakan pembangunan sehingga menjadi
daerah tertinggal.
b. Kemiskinan Buatan
Kemiskinan buatan adalah kemiskinan yang diakibatkan
oleh sistem moderenisasi atau pembangunan yang menyebabkan
masyarakat tidak memiliki banyak kesempatan untuk menguasai
sumber daya, sarana, dan fasilitas ekonomi secara merata.
Kemiskinan seperti ini adalah dampak negatif dari pelaksanaan
konsep
pembangunan
(developmentalism)
yang
umumnya
misalnya
lebih
menikmati
tingkat
keuntungan
dengan
menyertakan
pandangan
mengenai
dimensi
15
Regional
Bruto,
sedangkan
jumlah
penduduk
16
salah
satu
indikator
pembinaan
wanita
dan
anak-anak,
17
memiliki
keterbatasan
untuk
mendapatkan
pelayanan
18
Dan
Inefektivitas
Dalam
Pelayanan
Publik,
19
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Perkembangan Tingkat Kemiskinan di Dunia
Situasi sosial dunia dewasa ini ditandai kontraiksi. Meskipun sejak
tahun 1970 pembangunan sosial beberapa negara mengalami kemajuan,
sebagian besar bangsa masih dilanda perang, konflik sipil, pelanggaran HAM,
pemerintahan korup, tekanan penduduk dan kemiskinan. Keadaan fisik dunia
pun terus memprihatinkan. Masyarakat di berbagai belahan dunia
menghadapi penurunan kualitas hidup akibat polusi, deforestasi, erosi tanah,
kepunahan binatang, bencana alam, dan degradasi lingkungan hidup serta
keragaman hayati.
Sebuah studi
komprehensif
yang
dilakukan
Bank
Dunia
20
studi
terhadap
160
negara,
Estes
(1998)
kesehatan, pendidikan dan sistem jaminan sosial. GNP per kapita di Negara
Berkembang Menengah juga relatif tinggi, sekitar US$4910 dengan
pertumbuhan 2,3% per tahun dan laju inflasi 7% per tahun. Tingkat
pengangguran relatif rendah, sekitar 13,1% dari jumlah angkatan kerja.
Namun demikian, beberapa negara masih memiliki kondisi sosial ekonomi
yang rentan, seperti pemerintahan korup, jumlah dan pertumbuhan penduduk
tinggi, tingginya pengangguran dan meluasnya kemiskinan.
Negara yang termasuk kategori Negara Berkembang Terbelakang
berjumlah 38. Sebagian besar berada di Afrika (29 negara), 7 negara di Asia,1
negara di Amerika, dan 1 negara di Pasifik Selatan. Terbelakangnya
pembangunan sosial di negara ini terlihat dari rendahnya kualitas hidup,
seperti rendahnya usia harapan hidup (51 tahun), tingginya kematian bayi
(110/1000) dan anak (177/1000). Tingginya kematian bayi dan anak
merupakan yang tertinggi di dunia yang diakibatkan oleh infeksi dan penyakit
menular.
Jumlah dan pertumbuhan penduduk di Negara Berkembang
Terbelakang sangat tinggi, terutama disebabkan oleh rendahnya penggunaan
alat KB dan tingginya migrasi internal. Yang penting dicatat, migrasi
penduduk di negara-negara ini tidak hanya dipengaruhi oleh motive ekonomi,
melainkan juga oleh perang, konflik sipil dan ketidakstabilan politik.
Konsekuensi sosial dari tingginya migrasi ini adalah:
1. Penelantaran anak, lanjut usia, dan kelompok tidak produktif di daerah
pedesaan
2. Melemahnya, atau bahkan hilangnya, nilai-nilai tradisional dan keeratan
keluarga
3. Memudarnya budaya dan praktek pertanian
4. Meluasnya kemiskinan, kekurangan gizi, dan kematian dini bagi orang
yang tidak dapat bertahan hidup di kota besar yang padat polusi dan
penduduk.
Rata-rata GDP di negara-negara berkembang terbelakang ini
sekitar US$950. Pertumbuhan ekonominya juga sangat rendah, hanya sekitar
3% dengan inflasi tinggi, mencapai 37%. Sarana komunikasi dan transportasi
sangat terbatas, serta daya saing di pasar internasional juga sangat terbatas.
22
Tabungan pemerintah dan sektor swasta sangat rendah, sementara utang luar
negerinya sangat tinggi. Pemerintahan di sebagian besar negara ini sangat
sentralistik. Roda ekonomi sangat tergantung pada gabungan antara pinjaman
luar negeri, bantuan negara donor, dan investasi swasta dari luar negeri.
Tingkat pengangguran di Negara Berkembang Terbelakang juga sangat tinggi.
Meski secara resmi tercatat 20%, kenyataannya bisa lebih dari itu.
Pengangguran terutama dialami oleh wanita, laki-laki berusia lebih ari 45
tahun, para penyandang cacat dan buta huruf.
Pengeluaran negara untuk program sosial sangat minimal.
Sebagian besar negara bahkan tidak menyediakan asuransi dan jaminan sosial
untuk pengangguran, sakit, hamil, kematian, dan cacat. Ironisnya,
pengeluaran negara untuk Hankam di negara-negara ini mencapai 4,6% dari
GNP nya yang berarti 50% lebih tinggi dari pada di Negara Berkembang
Menengah.
Menurut studi Potret Kemiskinan dan Pembangunan Sosial di
Dunia, oleh Edi Suharto, ada tiga kecenderungan yang perlu di catat yaitu:
1. Negara-negara yang masuk kategori Negara Maju berpusat di tiga
wilayah, yaitu Australia-Selandia Baru dengan skor ISP rata-rata sebesar
84,5, Eropa (82,8) dan Amerika Utara (80,4). Ironisnya, negara-negara ini
juga mengalami penurunan ISP cukup drastis dalam periode 1990-95.
Amerika Utara mengalami penurunan sebesar 14%, Eropa 9%, dan
Australia-Selandia Baru 9%. Penurunan ini disebabkan oleh kesulitan
ekonomi yang melanda wilayah tersebut yang memuncak di tahun 1990
dan berdampak terus hingga 1995.
2. Secara individu kategori Negara Maju didominasi oleh negara yang
menerapkan sistem Negara Kesejahteraan (welfare state). Denmark
meduduki peringkat 1 dengan skor ISP mencapai 98,4, diikuti oleh
Norwegia (95,6), Austria (93,2), Swedia (93,1), dan Finlandia (90,8). Di
negara-negara ini 40% dari anggaran belanja negaranya dikeluarkan untuk
pembangunan sosial.
3. Mayoritas negara-negara
yang
berkategori
Negara
Berkembang
untuk pembangunan sosial di negara-negara ini tidak lebih dari 10%, dan
umumnya lebih kecil daripada anggaran untuk Hankam.
Deklarasi Copenhagen menjelaskan kemiskinan absolut sebagai
sebuah kondisi yang ditandai dengan kekurangan parah kebutuhan dasar
manusia, termasuk makanan, air minum yang aman, fasilitas sanitasi,
kesehatan, tempat tinggal, pendidikan dan informasi. Bank Dunia
menggambarkan sangat miskin sebagai orang yang hidup dengan kurang dari
PPP $ 1 per hari, dan miskin dengan kurang dari PPP $ 2 per hari.
Berdasarkan standar ini, 21% dari populasi dunia adalah di sangat miskin, dan
lebih dari setengah populasi dunia masih disebut miskin pada tahun 2001.
Negara termiskin di dunia biasanya ditentukan berdasarkan
perolehan GDP/PDB dari suatu Negara. Negara dikategorikan miskin jika
mendapatkan nilai GDB/PDB dibawah yang telah ditetapkan oleh Bank
Dunia (World Bank). GDP/PDB itu sendiri merupakan ukuran dari
pendapatan rata-rata penduduk suatu Negara per harinya. Nilai ini dapat
dijadikan sebagai indikator kemakmuran ekonomi dari suatu Negara. Menurut
Bank Dunia, jika penduduk suatu Negara mendapatkan pendapatan dibawah
US$ 2 per hari, maka Negara tersebut dikategorikan sebagai Negara miskin.
Setiap tahunnya Bank Dunia melakukan monitoring terhadap gerak
perkembangan GDP/PDB semua Negara di Dunia. Data yang di dapatkan
itulah yang kemudian menjadi acuan untuk menentukan urutan/daftar dari
Negara-negara miskin tersebut.
Untuk tahun 2016 sendiri, urutan atau daftar Negara-negara paling
miskin tersebut tidak jauh berubah jika dibandingkan dengan tahun 2015 lalu.
Hal ini merupakan imbas dari gerak pertumbuhan perekonomian global yang
cenderung melambat. Negara-negara yang berada di benua Afrika masih
mendominasi urutan Negara termiskin tersebut. Kemampuan SDM (Sumber
Daya Manusia) yang dibawah rata-rata dianggap sebagai penyebab utama
mengapa sehingga Negara-negara di benua Afrika sulit mengalami
perkembangan. Apalagi, ditengah berlakunya perdagangan bebas yang
menitikberatkan pada daya saing SDM suatu Negara. Selain itu,
ketidakstabilan politik akibat konflik dan korupsi juga menambah buruknya
keadaan.
24
200
200
200
201
17.8
16.6
15.4
14.2
13.3
39
37
35
33
0.35
0.35
0.37
2011
201
201
201
12.5
11.7
11.5
11.0
31
30
29
29
28
0.38
0.41
0.41
0.41
Kemiskina
n Relatif
(% dari
populasi)
Kemiskina
n Absolut
(dalam
jutaan)
Koefisien
Gini/
Rasio Gini
Sumber: Bank Dunia dan Badan Pusat Statistik (BPS)
25
Indonesia yang hidup dengan penghasilan kurang dari USD $2 per hari
mencapai angka 50.6 persen dari jumlah penduduk pada tahun 2009. Ini
menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk Indonesia hidup hampir di
bawah garis kemiskinan. Laporan lebih anyar lagi di media di Indonesia
menyatakan bahwa sekitar seperempat jumlah penduduk Indonesia (sekitar
60 juta jiwa) hidup sedikit di atas garis kemiskinan.
Dalam beberapa tahun belakangan ini angka kemiskinan di
Indonesia
memperlihatkan
penurunan
yang
signifikan.
Meskipun
relatif
propinsi-propinsi
di
Indonesia
Timur
26
Papua
Papua Barat
Nusa Tenggara Timur
Maluku
Gorontalo
27.8%
26.3%
19.6%
18.4%
17.4%
4.7
4.6
4.2
1.4
1.1
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
20.0
21.8
20.4
18.9
17.4
16.6
15.7
14.3
14.4
13.8
Kemiskinan
Pedesaan
(%
penduduk
yg hidup di
bawah garis
kemiskinan
desa)
Sumber: Bank Duna dan Badan Pusat Statistik (BPS)
Kemiskinan
2005
11.7
2006
13.5
2007
12.5
2008
11.6
2009
10.7
2010
9.9
2011
9.2
2012
8.4
2013
8.5
Kota
28
2014
8.2
(%
penduduk
yg tinggal
di
bawah garis
kemiskinan
kota)
Sumber: Bank Dunia dan Badan Pusat Statistik (BPS)
29
cara tersendiri untuk bisa terus bertahan hidup di Kota Daeng itu. Caranya
yakni dengan tekun dan sabar mengumpulkan koran bekas yang banyak
berserakan di gedung wakil rakyat. Koran yang sudah dikumpulkan lalu
dijual demi menambah penghasilannya.
"Setiap hari koran masuk di DPRD Makassar untuk dibaca oleh anggota
dewan dan staf. Bekas koran yang jadi sampah tersebut saya kumpul untuk
dijual ke pengumpul," kata Zainuddin kepada Liputan6.com, Minggu
(21/2/2016).
Sejak awal Zanu --sapaan akrab Zainuddin, bekerja sebagai tukang sapu di
Gedung Wakil Rakyat Makassar hanya diberi upah sebesar Rp 500 ribu. Uang
itu dipakai untuk membiayai kebutuhan hidup keluarga kecilnya. "Buat
makan bersama istri dan anak saya yang masih SD," kata Zanu. Setelah
berjalan 4 tahun, pengelolaan tenaga cleaning service diambil alih oleh pihak
ketiga dan Zanu pun bernapas lega karena upahnya dinaikkan menjadi Rp 750
ribu.
"Upah sebesar itu saya terima sampai sekarang, tapi informasinya saya
dengar kembali akan dikelola oleh sekretariat DPRD Makassar tentunya
kembali ke angka Rp 500 ribu," ujar Zanu. Pekerjaan Zanu selama ini
terbilang berat, karena selain ditugaskan membersihkan ruangan anggota
DPRD Makassar juga ditugaskan di halaman Kantor DPRD Makassar yang
luasnya lumayan besar.
"Ya awalnya berat. Tapi sekarang agak ringan karena saya dibantu kerja
oleh istri dan anak meski istri saya tak ada gaji semata bantu meringankan
kerja saya," ungkap Zanu. Selama bekerja sebagai tukang sapu, Zanu
mengakui tak dapat tunjangan BPJS Kesehatan dan BPJS Tenaga Kerja.
"Cleaning service di sini ada 7 orang. Dan kami tak diberi BPJS, tapi yah
alhamdulillah daripada tidak kerja sama sekali bagaimana bisa menghidupi
keluarga apalagi saya ini orang perantauan," Zanu menandaskan.
kemiskinan.
Pemerintah
telah
melaksanakan
kebutuhan
dasar
warga
negara
secara
layak,
kelembagaan
sosial
ekonomi
masyarakat
serta
Strategi-strategi
penanggulangan
kemiskinan
tersebut
diantaranya:
1. Memperbaiki program perlindungan sosial
Prinsip pertama adalah memperbaiki dan mengembangkan
sistem perlindungan sosial bagi penduduk miskin dan rentan.
Sistem perlindungan sosial dimaksudkan untuk membantu
individu dan masyarakat menghadapi goncangan-goncangan
(shocks) dalam hidup, seperti jatuh sakit, kematian anggota
keluarga, kehilangan pekerjaan, ditimpa bencana atau bencana
alam, dan sebagainya. Sistem perlindungan sosial yang efektif
akan mengantisipasi agar seseorang atau masyarakat yang
mengalami goncangan tidak sampai jatuh miskin.
Penerapan strategi ini antara lain didasari satu fakta
besarnya jumlah masyarakat yang rentan jatuh dalam kemiskinan
di Indonesia. Di samping menghadapi masalah tingginya potensi
31
dasar.
Akses
terhadap
pelayanan
pendidikan,
kesehatan, air bersih dan sanitasi, serta pangan dan gizi akan
membantu mengurangi biaya yang harus dikeluarkan oleh
kelompok masyarakat miskin. Disisi lain peningkatan akses
terhadap pelayanan dasar mendorong peningkatan investasi modal
manusia (human capital).
Salah satu bentuk peningkatan akses pelayanan dasar
penduduk
miskin
terpenting
adalah
peningkatan
akses
kesehatan
yang
lebih
baik,
akan
dapat
meningkatkan
kemiskinan
sangat
penting
untuk
tidak
ini
untuk
menanggulangi kemiskinan umumnya melalui mekanisme atasbawah (top-down). Kelemahan dari mekanisme ini adalah tanpa
penyertaan partisipasi masyarakat. Semua inisiatif program
penanggulangan kemiskinan berasal dari pemerintah (pusat),
demikian pula dengan penanganannya. Petunjuk pelaksanaan dan
petunjuk teknis implementasi program selalu dibuat seragam
33
memberi
manfaat
kepada
seluruh
masyarakat.
terdapat
multiplier
effect
pada
peningkatan
34
penduduk
miskin
terkonsentrasi.
Dengan
demikian,
membentuk
Pengembangan
karakteristik
ekonomi
lokal
perekonomian
menjadi
nasional.
penting
untuk
35
BAB IV
PENUTUP
4.1.Kesimpulan
Kemiskinan merupakan kondisi dimana ketidak mampuan dalam
memenuhi kebutuhan hidup seperti masyarakat lainnya. Faktor penyebab
kemiskinan meliputi: Faktor Ekonomi, Faktor Individual, Faktor Sosial,
Faktor Kultural, dan Faktor Struktural. Indikator kemiskinan Berdasarkan
kondisi
kemiskinan
yang
dipandang
sebagai
bentuk
permasalahan
kemiskinan
kultural,
dan
kemiskinan
struktural.
Indikator
penanggulangan
kemiskinan
berupa:
Memperbaiki program
36
37
DAFTAR PUSTAKA
Nurwati N. 2008. Model Pengukuran, Permasalahan dan Alternatif Kebijakan.
Universitas Padjajaran: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
Barika. 2013. Pengaruh Pertumbhan Ekonomi, Pengeluaran Pemerintah,
Pengangguran dan
Inflasi Terhadap Tingkat Kemiskinan di Provinsi Se Sumatera. Bengkulu.
Universitas
Bengkulu: Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
Sholeh,
Maemun.
Kemiskinan
Telaah
Dan
Beberapa
Strategi
Negeri
Yogyakarta.
[online]
diunduh
dari
http://staff.uny.ac.id/system/files/penelitian/Drs.%20Maimun
%20Sholeh,%20M.Si./Kemiskinan%20%20Telaah%20Dan
%20Beberapa%20Strategi%20Penanggulangannya.pdf.
Widiastuti, Ari. (2010). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Kemiskinan Di Jawa Tengah Tahun 2004-2008. [online] diunduh
dari http://eprints.undip.ac.id/24465/1/Skripsi.pdf
Suryawati, Chriswardani. (2004). Memahami Kemiskinan Secara
Multidimensional. Jurnal Manajemen Pembangunan dan
Kebijakan. Volume 08, No. 03, Edisi September (121-129).
[online] diunduh
dari https://xa.yimg.com/kq/groups/22981121/14546305/name/k
emiskinan.pdf.
http://www.ilmusiana.com/2016/01/10-negara-termiskin-di-dunia.html
http://www.policy.hu/suharto/modul_a/makindo_37.html
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32302/4/Chapter%20II.pdf
http://eprints.undip.ac.id/45391/1/05_JUNDI.pdf
http://ayouk91.blogspot.co.id/2011/06/kemiskinan.html
http://fsujatmoko.blogspot.co.id/2015/04/faktor-faktor-penyebab-kemiskinan.html
http://widhisatyanugroho.blogspot.co.id/2013/06/faktor-faktor-yangmempengaruhi.html
https://www.scribd.com/doc/30565394/Faktor-Penyebab-Kemiskinan
http://destikafizriani.blogspot.co.id/2015/05/faktor-penyebab-kemiskinan.html
http://teorikemiskinan.blogspot.co.id/2015/10/faktor-faktor-penyebabkemiskinan.html
https://sarulmardianto.wordpress.com/kemiskinan-di-indonesia
38
http://ochascorpiogirl.blogspot.co.id/2012/10/faktor-penyebab-dan-caramengatasi.html
http://www.jelajahinternet.com/2015/10/7-pengertian-kemiskinan-menurutpara.html
Chandra A, (2012). Pengaruh Kepemilikan Aset, Pendidikan, Pekerjaan Dan
Jumlah Tanggungan Terhadap Kemiskinan Rumah Tangga Di Kabupaten
Demak. Skripsi S1, Program Sarjana Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Diponegoro Tahun 2012.
Soetomo. 2008. Masalah sosial dan upaya pemecahannya. Yogyakarta: Pustaka
pelajar.
Sumardi, mulyanto n hans-dieterevers.ed. 1982. Kemiskinan dan kebutuhan
pokok. Jakarta: cv. Rajawali.
Suparlan, Pasudi. 1995. Kemiskinan di Perkotaan. Jakarta : Sinar Harapan
UI haq, mahbub. 1995. Tirai Kemiskinan: tantangan untuk dunia ketiga.
Jakarta:obor ind.
http://bps.go.id//
berita harian liputan6 online. http://regional.liputan6.com
39