Anda di halaman 1dari 65

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Status gizi pada periode seribu hari pertama kehidupan (1000 HPK) yaitu

270 hari selama kehamilan dan 730 hari pada kehidupan pertama bayi merupakan

periode yang kritis, karena akibat yang ditimbulkan bersifat permanen dan tidak

dapat diperbaiki. Periode 1000 HPK begitu penting sehingga Bank Dunia

menyebutnya sebagai “Window of Oppurtinity”. Maknanya, kesempatan

(opportunity) dan sasaranuntuk meningkatkan mutu SDM generasi masa datang

ternyata serba sempit (window). Kelompok 1000 HPK yaitu kelompok rawan

pangan meliputi ibu hamil, ibu menyusui, dan anak dibawah 2 tahun. Dengan

demikian kebijakan program gizi difokuskan pada kelompok 1000 HPK ini.

Upaya peningkatan kualitas gizi bagi kelompok 1000 HPK dapat dilakukan

dengan pembekalan pengetahuan tentang gizi (melalui ceramah dan informasi

multimedia), produksi, diversifikasi, dan konsumsi bahan pangan bernutrisi

berbasis kacang-kacangan lokal pensubstitusi kedelai (Kementan, 2014).

Masalah gizi merupakan masalah yang sangat mendasar dalam kehidupan

manusia. Keberhasilan mewujudkan gizi yang baik bagi masyarakat akan

memberikan kontribusi yang besar dalam pembentukan sumber daya manusia

yang berkualitas (Dinkes Provinsi Jawa Timur, 2011). Masa kehamilan

merupakan masa yang sangat menentukan kualitas sumber daya manusia dan

masa depan, karena tumbuh kembang anak sangat ditentukan kondisinya dimasa

1
2

janin dalam kandungan. Salah satu faktor yang mempengaruhi kesehatan ibu

adalah keadaan gizi ibu selama kehamilan (Depkes RI, 2012).

Ibu hamil membutuhkan nutrisi yang banyak, baik dari segi kuantitas dan

kualitasnya. Pengetahuan ibu hamil tentang menu sehat selama kehamilan

menjadi bagian yang penting, dikarenakan pengetahuan yang baik akan

pemenuhan kebutuhan nutrisi selama kehamilan sangat membantu ibu dalam

memilih makanan bernutrisi tinggi yang dibutuhkan selama kehamilan untuk

perkembangan fetal. Makanan yang dikonsumsi ibu hamil harus cukup

mengandung sumber energi, karbohidrat, lemak dan protein (Nurjannah, 2014).

Peningkatan berat badan selama kehamilan memiliki hubungan yang kuat dengan

berat janin. Pemberian motivasi kepada ibu hamil diperlukan untuk memotivasi

ibu hamil agar meningkatkan berat badan selama kehamilan agar bayi yang

dilahirkan sehat (Lutfa dkk, 2015).

Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang menstimulasi atau

merangsang terhadap terwujudnya sebuah perilaku kesehatan. Apabila ibu hamil

mengetahui dan memahami akibat anemia dan cara mencegah anemia maka

akan mempunyai perilaku kesehatan yang baik dengan harapan dapat terhindar

dari berbagai akibat atau resiko dari terjadinya anemia kehamilan. Perilaku

kesehatan yang demikian berpengaruh terhadap penurunan kejadian anemia pada

ibu hamil. Anemia sering terjadi akibat defisiensi zat besi karena pada ibu hamil

terjadi peningkatan kebutuhan zat besi dua kali lipat akibat peningkatan volume

darah tanpa ekspansi volume plasma, untuk memenuhi kebutuhan ibu (mencegah

kehilangan darah pada saat melahirkan) dan pertumbuhan janin. Ironisnya,


3

diestimasi dibawah 50% ibu tidak mempunyai cadangan zat besi yang cukup

selama kehamilannya, sehingga risiko defisiensi zat besi atau anemia meningkat

bersama dengan kehamilan

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, prevalensi anemia pada

ibu hamil di Indonesia sebesar 37,1 %. Pemberian tablet Fe di Indonesia pada

tahun 2012 sebesar 85 %. Persentase ini mengalami peningkatan dibandingkan

pada tahun 2011 yang sebesar 83,3 %. Meskipun pemerintah sudah melakukan

program penanggulangan anemia pada ibu hamil yaitu dengan memberikan 90

tablet Fe kepada ibu hamil selama periode kehamilan dengan tujuan menurunkan

angka anemia ibu hamil, tetapi kejadian anemia masih tinggi (Kementrian

Kesehatan RI, 2015).

Salah satu faktor yang menyebabkan masih tingginya anemia defisiensi besi

pada ibu hamil adalah rendahnya kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi

tablet besi. Sebanyak 74,16% ibu hamil dinyatakan tidak patuh dalam

mengkonsumsi tablet besi (Indreswari, 2008). Tingkat pengetahuan ibu hamil

yang rendah akan mempengaruhi bagaimana ibu hamil menjaga kehamilannya.

Pengetahuan kurang memiliki risiko 1,45 kali lebih besar untuk menderita anemia

dalam kehamilan dibandingkan dengan ibu hamil yang berpengetahuan baik

(Mulyati, 2007).

Pengetahuan dan sikap yang dimiliki seseorang merupakan faktor

predisposisi yang mempengaruhi perilaku. Pengetahuan ibu mengenai gizi akan

berpengaruh terhadap hidangan dan mutu makanan yang disajikan untuk anggota

keluarga termasuk balita (Notoatmodjo, 2007). Pada pemenuhan gizi seorang


4

balita, ibu memegang peranan yang sangat penting. Ibu merupakan orang yang

paling dekat dengan anak, orang pertama yang berhubungan dengan anak, dan

yang memberikan alokasi waktu lebih banyak dalam pengasuhan anak (Byrd-

Bredbenner, Abbot, & Cussler, 2008).

Suatu perilaku terbentuk dari 3 faktor yaitu :Faktor predisposisi, merupakan

faktor internal yang ada pada diri individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat

yang mempermudah individu untuk berperilaku yang terwujud dalam

pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.Faktor

pendukung, yang terwujud dalam lingkungan fisik, ketersediaan fasilitas atau

sarana kesehatan. Faktor pendorong, merupakan faktor penguat perilaku yang

terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan, teman sebaya, orang tua,

serta orang lain yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

Ketiga Faktor tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor yang termasuk dalam ruang

lingkup promosi kesehatan seperti penyuluhan dan kebijakan, peraturan serta

organisasi (Nursalam,2013).

Emo Demo atau Emotional Demonstration adalah kegiatan aktif berbasis

pada perubahan perilaku pada kelompok masyarakat target (ibu hamil dan ibu

menyusui) yang dikembangkan oleh Global Alliance for Improved

Nutrition (GAIN). Emo Demo merupakan strategi komunikasi perubahan perilaku

yang menggunakan penggabungan Behaviour Communication Change (BCC)

yaitu proses interaktif antara individu, kelompok atau masyarakat dalam

mengembangkan strategi komunikasi untuk mencapai perubahan perilaku secara

positif, dan Behaviour Communication Definition (BCD) yaitu proses komunikasi


5

yang memanfaatkan secara langsung konstruksi psikologis individu dengan

melibatkan perasaan, kebutuhan dan pemikiran ini merupakan salah satu metode

yang sedang tersebar luas dan memperoleh perhatian. Keberhasilan dan efektifitas

penggunaan Emo Demo yang telah dibuktikan dari hasil evaluasi pelaksanaan di

beberapa wilayah di Jawa Timur, mendorong kebutuhan pengenalan metode ini di

bidang pendidikan gizi.

B. Batasan Masalah

Prevalensi anemia di Propinsi Jawa timur sebanyak 225766 orang (63%)

dari seluruh sasaran ibu hamil sebanyak 358.360 orang (Media Post Indonesia,

2012).Di Kabupaten Sampang cakupan ibu hamil dengan anemia sebanyak 9.064

orang (43%) dari jumlah sasaran ibu hamil 21.080 orang (LB3 Gizi, dinkes

Sampang, 2017).

Data dari Puskesmas Omben, Kabupaten Sampang bulan Agustus tahun

2018 didapatkan data hemoglobin (Hb) pada 12 ibu hamil trimester I diperoleh

data 5 orang (41,67%) mengalami anemia (Hb < 11gr%), dan 7 orang (58, 33%)

tidak mengalami anemia (Hb > 11 gr%). Dari 5 orang yangmengalami anemia

seluruhnya,ternyata tidak mengetahui kebutuhan zat gizi pada ibu hamil.

Berdasarkan paparan diatas, peneliti tertarik untuk melakukan pendidikan

gizi melalui emo demo sebagai upaya peningkatan pengetahuan tentang zat besi

sebagai sumber makanan ibu hamil Anemia di Posyandu Guapanas Desa Tambak,

Kecamatan Omben, Kabupaten Sampang.


6

C. Rumusan Masalah

“Apakah ada perubahan pengetahuan dalam pemilihan makanan dengan

metode emo demo pada ibu hamil Anemia di Posyandu Guapanas Desa Tambak

Kecamatan Omben, Kabupaten Sampang?”

D. Tujuan

1. Tujuan Umum

Menganalisa perubahan pengetahuan dan perilaku makan dengan metode

emo demo pada ibu hamil Anemiadi Posyandu Guapanas Desa Tambak

Kecamatan Omben, Kabupaten Sampang

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi karakteristik ibu hamil meliputi : usia ibu, tingkat

pendidikan dan pekerjaan

b. Mengidentifikasi pengetahuan makan awal ibu hamil sebelum

intervensi dengan modul emo demo

c. Mengidentifikasi perilaku makan akhir ibu hamil sebelum intervensi

dengan modul emo demo

d. Melakukan kegiatan intervensi dengan modul emo demo

e. Mengidentifikasi pengetahuan makan ibu hamil setelah intervensi

dengan modul emo demo

f. Mengidentifikasi perilaku makan ibu hamil setelah intervensi dengan

modul emo demo

g. Menganalisis perbedaan pengetahuanibu hamil sebelum dan sesudah

intervensi dengan modul emo demo


7

h. Menganalisis perbedaan perilaku ibu hamil sebelum dan sesudah

diberikan intervensi dengan modul emo demo

E. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian diharap dapat memperbanyak ragam dalam metode

penyuluhan, dan emo demo dapat menjadi metode yang valid untuk

perubahan pengetahuan dan perilaku

b. Manfaat Praktis

1. Bagi Peneliti

Sebagai tambahan untuk menambah pengetahuan dan pencapaian

ilmu yang telah diperoleh dari pendidikan STIKes Surabaya serta syarat

penyelesaian program S1.

2. Bagi Subyek Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada

subyek penelitian sehingga mampu meningkatkan penelitian sehingga

mampu meningkatkan pengetahuan serta pemilihan bahan makanan

untuk ibu.

3. Bagi Instansi

Sebagai Bahan kepustakaan dan acuan untuk penelitian yang akan

datang berkaitan dengan maslah kesehatan terutama tentang perubahan

pengetahuan dan perilaku makan dengan pembuatan metode emo demo

pada ibu hamil di Posyandu Guapanas Desa Tambak Kecamatan Omben

Kabupaten Sampang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Karakteristik Ibu Hamil

Karakteristik keluarga khususnya ibu berhubungan dengan tumbuh

kembang anak. Ibu sebagai orang tua yang terdekat dengan lingkungan asuhan

anak ikut berperan dalam proses tumbuh kembang anak.

a. Umur

Umur adalah variabel yang selalu diperhatikan dalam penyelidikan-

penyelidikan epidemiologi. Angka-angka kesakitan maupun kematian didalam

hamper semua keadaan menunjukkan hubungan dengan umur

(Notoatmodjo,2007).

Umur 20-30 tahun adalah umur yang tergolong dewasa, hal ini

menunjukkan bahwa tingkat kematangan, pengalaman, dan pengetahuan ibu

dalam menghadapi suatu masalah, utamanya masalah kesehatan sudah cukup

baik. Bahwa dengan bertambahnya umur, maka tingkat pengetahuan akan

berkembang sesuai dengan pengetahuan yang pernah didapat, juga dari

pengalaman sendiri (Notoatmodjo, 2003).

Orang tua muda, terutama ibu cenderung kurang pengetahuan dan

pengalaman dalam merawat anak sehingga mereka umumnya merawat anak

didasarkan pada pengalaman orang tua terdahulu. Selain itu, faktor usia muda

juga cenderung menjadikan seorang ibu akan lebih memperhatikan

kepentingannya sendiri dari pada kepentingan anaknya, sehingga kuantitas dan

kualitas perawatan kurang tepenuhi. Sebaliknya, ibu yang lebih berumur

8
9

cenderung akan menerima perannya dengan sepenuh hati (Hurlock dalam Gabriel,

2008).

b. Pendidikan Ibu

Tingkat pendidikan orang tua mempengaruhi derajad kesehatan karena

tingkat tingkat pendidikan orang tua mempengaruhi derajat kesehatan karena

tingkat pendidikan ibu dapat berpengaruh terhadap perubahan sikap dan perilaku

sehat. Tingginya pendidikan yang lebih tinggi akan memudahkan seseorang untuk

menyerap informasi dan mengimplementasikan dalam perilaku dan gaya hidup

sehari-hari (Depkes RI, 2004).

Pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti di dalam pendidikan

itu terjadi suatu proses pertumbuhan, perkembangan, atau perubahan ke arah yang

lebih dewasa, lebih baik, dan lebih matang pada diri individu, kelompok, dan

masyarakat. Sebagaimana umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang

semakin mudah mendapatkan informasi dan akhirnya akan mempengaruhi

pengetahuan dan perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2010).

Menurut Depdiknas (2002) dalam Anjumiyati (2008), peran faktor

pendidikan terhadap kesehatan sangat penting dan sudah menjadi realita bahwa

pendidikan orang tua akan turut menentukan tingkat kesehatan anggota

keluarganya.

Menurut UU No 20 tahun 2003, menyebutkan tentang penggolongan

tingkat pendidikan yaitu :


10

1. Pendidikan Dasar

Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang

pendidikan menengah. Pendidikan dasar berbentuk sekolah dasar (SD) dan

madrasah ibtidaiyah (MI)

2. Pendidikan Menengah Pertama

Sekolah menengah pertama (SMP) dan madrasah tsanawiyah (MTs), atau

bentuk lainnya

3. Pendidikan Menengah Atas

Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar, pendidikan

menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan

menengah lanjutan. Pendidikan memengah berbentuk sekolah menengah

atas (SMA), madrasah aliyah (MA), sekolah menengah kejuruan (SMK),

dan madrasah aliyah kejuruan (MAK) atau bentuk lain yang sederajat.

4. Pendidikan Tinggi

Pendidikan tinggi adalah pendidikan pada jalur pendidikan sekolah pada

jenjang yang lebih tinggi dari pada menengah. Pendidikan tinggi yang

diselenggarakan untuk menyiapkan peserta didik menjadi anggota

masyarakat yang professional untuk dapat menerapkan, mengembangkan

atau menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi atau kesenian dan dapat

dilakukan melalui proses pembelajaran yang mengembangkan kemampuan

belajar sendiri (Notoatdmojo, 2003).


11

c. Pekerjaan Ibu

Pekerjaan yaitu barang yang dijadikan penghidupan atau sesuatu yang

dilakukan untuk mendapatkan nafkah/penghasilan. Suatu pekerjaan akan

menentukan pendapatan seseorang karena dari bekerja segala kebutuhan akan

dapat terpenuhi (Notoatmodjo, 2003).

Menurut Notoatmodjo (2012), jenis pekerjaan dibagi menjadi :

1. Pedagang

2. Buruh/tani

3. PNS/Polri

4. Penisunan

5. Wiraswasta

6. Ibu Rumah Tangga

Ibu yang tidak bekerja kurang mendapatkan informasi tentang gizi

disebabkan karena ibu kurang memiliki kesempatan untuk mendapatkan

pertukaran informasi dan pengalaman baik dari lingkungan tempat tinggal

maupun dari luar (Purwanti dalam Handayani, 2007).

Seseorang yang bekerja pengetahuannya akan lebih luas dari pada

seseorang yang tidak bekerja karena seseorang akan banyak mempunyai informasi

dan pengalaman (Notoadmojo, 2003).

Setiap mansia beraktifitas mencari nafkah guna memenuhhi kebutuhan

hidupnya. Penghasilan yang diperoleh dengan bekerja untuk memenuhi kebutuhan

sehari-hari. Kebutuhan manusia dapat dikelompokkkan pada kebutuhan dasar dan

kebutuhan social budaya. Kebutuhan dasar dari kebutuhan hidup pokok minimal
12

harus dipenuhi untuk hiduo sebagai manusia, hal ini bukan saja menyangkut

kebutuhan fisik secara kuantutatif terhadap pangan, sandang dan papan tetapi juga

berkaitan dengan adanya kemampuan orang untuk memperoleh pekerjaan

(Aritonang Iriaton, 2000).

2. Anemia pada Kehamilan

Anemia dalam kehamilan memberi pengaruh kurang baik bagi ibu, baik

dalam kehamilan, persalinan, maupun nifas dan masa selanjutnya. Penyulit yang

dapat timbul akibat anemia adalah : keguguran (abortus), kelahiran premature,

persalinan yang lama akibat kelelahan otot rahim di dalam berkontraksi (inersia

uteri), pendarahan pasca melahirkan karena tidak adanya kontraksi otot rahim

(atonia uteri), syok, infeksi baik saat bersalin maupun pasca bersalin serta anemia

yang berat (<4 gr%) dapat menyebabkan syok dan kematian ibu pada persalinan

(Wiknjosastro, 2007).

Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin

dibawah 11,5 gr% pada trimester 1 dan 3 atau kadar <10,5 gr% pada trimester 2,

nilai batas tersebut dan perbedaannya dengan konsisi wanita tidak hamil, karena

terjadi hemodelusi, terutama pada trimester 2 (Cunningham. F, 2005).

Anemia yang paling sering dijumpai dalam kehamilan adalah anemia

akibat kekurangan zat besi karena kurangnya asupan unsur besi dalam makanan.

Gangguan penyerapan, peningkatan kebutuhan zat besi atau karena terlampau

banyaknya zat besi yang keluar dari tubuh, misalnya pendarahan. Wanita hamil

butuh zat besi sekitar 26 mg perhari atau 2 kali lipat kebutuhan kondisi tidak

hamil. Jarak kehamilan sangat berpengaruh terhadap kejadian anemia saat


13

kehamilan. Kehamilan yang berulang dalam waktu singkat akan menguras

cadangan zat besi ibu. Pengaturan jarak kehamilan yang baik minimal dua tahun

menjadi penting untuk diperhatikan sehingga badan ibu siap untuk menerima

janin kembali tanpa harus menghabiskan cadangan zat besinya (Mardliyanti,

2006).

Pada kehamilan rentan terjadi anemia karena ibu hamil mengalami

hemodelusi (pengenceran) dengan peningkatan volume 30% sampai 40% yang

puncaknya pada kehamilan 32 sampai 34 minggu. Jumlah peningkatan sel darah

18% sampai 30% dan hemoglobin sekitar 19% (Manuaba, 2010).

Pencegahan anemia pada ibu hamil antara lain :

a. Mengkonsumsi pangan lebih banyak dan beragam, contoh sayuran warna

hijau, kacang – kacangan, protein hewani, terutama hati

b. Mengkonsumsi makanan yang kaya akan vitamin C seperti jeruk, tomat,

mangga dan lain – lain yang dapat meningkatkan penyerapan zat besi.

Suplemen zat besi memang diperlukan untuk kondisi tertentu, wanita

hamil dan anemia berat misalnya. Manfaat zat besi selama kehamilan bukan untuk

meningkatkan atau menjaga konsentrasi hemoglobin ibu, atau untuk mencegah

kekurangan zat besi pada ibu. Ibu yang mengalami kekurangan zat besi pada awal

kehamilan dan tidak mendapatkan suplemen memerlukan sekitar 2 tahun untuk

mengisi kembali simpanan zat besi dari sumber-sumber makanan sehingga

suplemen zat besi direkomendasikan sebagai dasar yang rutin (Depkes, 2008).

Penderita anemia ringan sebaliknya tidak menggunakan suplemen zat besi. Lebih

cepat bila mengupayakan perbaikan menu makanan. Misalnya dengan konsumsi


14

makanan yang banyak mengandung zat besi seperti telur, susu, hati, ikan, daging,

kacang-kacangan (tahu, oncom, kedelai, kacang hijau, sayuran berwarna hijau,

sayuran berwarna hijau tua (kangkung, bayam) dan buah-buahan (jeruk,

jambubijidan pisang). Selain itu tambahkan substansi yang memudahkan

penyerapan zat besi seperti vitamin C, air jeruk, daging ayam dan ikan.

Sebaliknya substansi penghambat penyerapan zat besi seperti teh dan kopi patut

dihindari (Anonim, 2004).

3. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tau seseorang

terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan

sebagainya). Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

telinga. Pengetahuan sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang

(Notoatmodjo, 2011).

Pengetahuan tersebut mencakup enam tingkatan (C1 – C6) yaitu :

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan ini adalah mengingat

kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang

dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Untuk mengetahuai

atau mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara

lain: menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan

sebagainya. Contoh : dapat menyebutkan tanda kurang gizi pada anak

balita.
15

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi

tersebut secara benar. Orang yang paham materi harus dapat

menjelaskan, menyebutkan. COntoh : dapat menjelaskan harus makan

– makanan yang bergizi.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang

dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasi prinsip yang

diketahui tersebut pada situasi yang lain.

d. Analisis (analysis)

Analisis merupakan kemampuan seseorang untuk menjabarkan atau

memisahkan, kemudian mencari hubungan antar komponen yang

terdapat suatu masalah atau objek yang diketahui.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

Misalnya : dapat menyusun, merencanakan, meringkas, menyesuaikan,

dan sebagainya.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian

terhadap suatu materi atau objek. Penilaian itu berdasarkan suatu

kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria yang telah


16

ada. Misalnya: membandingkan antara anak – anak yang cukup gizi

dengan anak yang kekurangan gizi.

Oleh sebab itu, untuk mengukur pengetahuan dapat dilakukan dengan mengajukan

pertanyaan secara langsung (wawancara) atau melalui pertanyaan tertulis atau

angket. Indikator pengetahuan kesehatan adalah “tingginya pengetahuan”

responden tentang kesehatan atau besarnya persentase kelompok responden atau

masyarakat tentang variabel atau komponen kesehatan.

Menurut Sediaoetama dalam Syamsinar (2015), pengetahuan merupakan

salah satu faktor yang berpengaruh pada perilaku sesorang. Pengetahuan gizi yang

baik akan menyebabkan seseorang mampu menyusun menu yang baik untuk

dikonsumsi. Semakin baik pengetahuan gizi seseorang, maka akan semakin

memperhitungkan jenis dan jumlah makanan yang diperolehnya untuk

dikonsumsi.

Peningkatan pengetahuan, sikap dan keterampilan saling berinteraksi

membentuk pola perilaku yang khas. Pengetahuan gizi pada ibu hamil sangat

penting karena setiap ibu akan cukup gizi jika makanan yang dimakannya mampu

menyediakan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan

janin yang optimal, karena pengetahuan ibu tentang gizi memberikan informasi

yang berhubungan dengan gizi, makanan dan hubungannya dengan kesehatan ibu

dan janin (Hendrayanti. dkk, 2010)

Menurut Notoatmodjo (2003), cara memperoleh pengetahuan dapat

dikelompokkan menjadi :
17

1. Cara kuno/Tradisional

Cara ini dipakai orang untuk memperoleh kebenaran pengetahuan, sebelum

ditemukan metode ilmiah, atau metode penemuan sistemik dan logis. Cara-cara

penemuan pengetahuan pada periode ini meliputi :

a. Trial and eror (Cara coba salah)

Cara ini dipakai oleh orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan

mungkinbelum ada peradaban. Cara coba ini dilakukan dengan

menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila

kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain dan

seterusnya sampai masalah tersebut dapat dipecahkan

b. Otoritas (Cara kekuasaan)

Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali kebiasaan dan

tradisi-tradisi yang dilakukan oleh orang, tanpa melalui penalaran apakah

yang dilakukan baik atau tidak. Kebiasaan-kebiasaan ini biasanya

diwariskan turun temurun dari generasi ke generasi. Misalnya masih

adanya upacara 7 bulanan pada ibu hamil.

c. Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman adalah guru yang baik. Pengalaman merupakan sumber

pengetahuan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Hal ini dilakukan

dengan mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam

memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu


18

d. Melalui jalan pikiran

Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan, manusia menggunakan jalan

pikirannya melalui induksi atau deduksi. Induksi adalah proses penarikan

kesimpulan yang diulai dari pernyataan-pernyataan khusus ke pernyataan

yang bersifat umum. Deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari

pernyataan umum ke khusus.

2. Cara Modern

Cara ini disebut metode ilmiah atau disebut metodelogi penelitian

karena dalam memperoleh pengetahuan lebih sistematis, logis dan

alamiah. Mula-mula mengadakan pengamatan langsung terhadap gejala-

gejalaalam atau kemasyarakatan kemudian hasilnya dikumpulkan dan

diklasifikasikan akhirnya diambil kesimpulan umum.

Pengetahuan seseorang dapat diperoleh dari berbagai sumber

informasi. Meskupin seseorang memiliki pendidikan yang rendah tapi jika

ia mendapatkan informasi yang baik maka pengetahuan seseorang akan

meningkat. Sumber informasi yang lain dapat mempengaruhi pengetahuan

seseorang misalnya dari televise, radio, majalah, Koran, buku. Walaupun

seorang ibu hamil berpendidikan rendahtetapi jika ia memperoleh

informasi tentang sumber-sumber zat gizi yang baik untuk ibu hamil,

maka ia akan menambah pengetahuannya. (Notoatmodjo, 2007).

Menurut Notoatmodjo (2005), pengukuran pengetahuan dikategorikan

:
19

1. Baik jika responden mampu menjawab dengan benar 76-100% seluruh

pertanyaan

2. Cukup jika responden mampu menjawab dengan benar 56-75% seluruh

pertanyaan

3. Kurang jika responden mampu menjawab dengan benar <56% seluruh

pertanyaan.

4. Pengetahuan Ibu Hamil

Pengetahuan yang dimiliki oleh seorang ibu dapat mempengaruhi

pengambilan suatu keputusan dan juga perilakunya. Ibu hamil dengan

pengetahuan gizi yang baik, memungkinkan dapat memilih zat gizi yang cukup

untuk dirinya sendiri dan juga janin dalam kandungannya. Hal ini berpengaruh

ketika ibu mengalami gangguan kehamilan seperti mual dan muntah, jika ibu

memiliki pengetahuan gizi yang baik maka ia akan berupaya memenuhi

kebutuhan gizi dan janinnya dengan mengganti makanan yang tidak merangsang.

Dan sebaliknya, jika pengetahuan gizi ibu kurang dan ia tidak memenuhi asupan

nutrisinya karena gangguan tersebut, maka dapat berpengaruh terhadap status gizi

ibu yang kurang (Kristiyanasari, 2010).

Selama proses kehamilan, kebutuhan energi dan zat gizi ibu menignkat

seiring bertambahnya usia kehamilan. Ibu dianjurkan menerapkan pola makan gizi

seimbang dan mengonsumsi asupan sesuai dengan anjuran dari Angka Kecukupan

Gizi (AKG). Hal ini bukanlah hal yang mudah mengingat adanya rasa mual dan

muntah terutama pada trimester pertama kehamilan. Meski begitu ibu harus tetap

mengusahakan agar kebutuhan gizi hariannya tetap tercukupi, sebab asupan


20

merupakan faktor yang berhubungan langsung dengan kenaikan berat badan ibu.

Makanan dengan volume yang rendah namun berenergi tinggi dapat menjadi salah

satu solusi untuk mencukupi kebutuhan energy dan gizi ibu (Fikawati, 2015).

Menurut Kristiyansari (2010), pola makan pada ibu hamil sama dengan

ibu yang sedang tidak hamil yaitu sesuai dengan prinsip gizi seimbang. Namun,

kualitas dan kuantitasnya harus ditingkatkan melalui pola makan dengan

kebiasaan makan yang baik. Pola makan dan kebiasaan makan yang baik adalah

menu seimbang dengan jumlah yang sesuai dengan jenis makanan yang

bervariasi.

4. Pola makan

Pola makan merupakan perilaku sangat penting yang mempengaruhi

keadaan gizi. Keadaan gizi yang baik dapat meningkatkan kesehatan individu dan

masyarakat. Pola makan yang baik adalah berpedoman pada gizi seimbang

(Kemenkes RI, 2014).

Menurut Supariasa (2012), pola makan adalah pemberian makan

berdasarkan frekuensi, jumlah dan jenis makan. Berikut adalah penjelasan dari

pemberian pola makan berdasarkan frekuensi, jenis dan jumlah yaitu :

a. Frekuensi makan merupakan jumlah kali makan makanan pokok

perhari. Frekuensi makan yang baik adalah 3 kali

b. Jumlah makan merupakan suatu ukuran atau jumlah porsi makan orang

tersebut, dalam satu hari dan dilihat dari intake kebutuhan makanannya

berdasarkan AKG (Angka Kecukupan Gizi) baik ≥100% , sedang >80-

90% AKG, kurang 70-80 AKG, deficit <70% AKG.


21

c. Jenis makan merupakan suatu variasi bahan makanan jika dimakan,

dicerna dan diserap akan menghasilkan paling sedikit susunan menu

sehat dan seimbang.

Pola makan sehat adalah suatu usaha atau cara dalam pengaturan jumlah

dan jenis makanan dengan maksud tertentu, seperti mempertahankan kesehatan,

status nutrisi, mencegah atau membantu kesembuhan penyakit. Pola makan sehari

– hari merupakan pola makan seseorang yang berhubungan dengan kebiasaan

makan sehari – hari (Adriani, Wirjatmadi, 2012).

Pengertian pola makan seperti dijelaskan diatas, pada dasarnya mendekati

definisi atau pengertian diet dalam ilmu gizi atau nutrisi. Diet diartikan sebagai

pengaturan jumlah dan jenis makanan yang dimakan agar seseorang tetap sehat.

Untuk mencapai tujuan diet atau pola makan sehat tersebut tidak lepas dari

masukan gizi yang merupakan proses organism menggunakan makanan yang

dikonsumsi melalui proses digesti, absorbs, transportasi, penyimpanan,

metabolism dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan

kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal organ-organ serta menghasilkan

energi (Andriani dan Wirjatmadi, 2012).

a. Pola Makan Ibu Hamil

Selama proses kehamian, kebutuhan energi dan zat gizi ibu meningkat

seiring bertambahnya usia kehamilan. Ibu dianjurkan untuk menerapkan pola

makan gizi seimbanag dan mengkonsumsi asupan dengan anjuran dari Angka

Kecukupan Gizi (AKG). Hal ini bukanlah hal yang mudah mengingat adanya rasa

mual dan muntah terutama pada trimester pertama kehamilan. Meski begitu ibu
22

harus tetap mengusahakan agar kebutuhan gizi hariannya tetap tercukupi, sebab

asupan merupakan faktor yang berhubungan langsung dengan kenaikan berat

badan ibu. Makanan dengan volume yang rendah namun berenergi dan gizi ibu

(Fikawati, 2015).

Pola makan pada ibu hamil sama dengan ibu yang tidak hamil yaitu sesuai

dengan prinsip gizi seimbang. Namun, kualitas dan kuantitasnya harus

ditingkatkan melalui pola makan dengan kebiasaan makan yang baik. Pola makan

dan kebiasaan makan yang baik adalah menu seimbang dengan jumlah yang

sesuai dan jenis makanan yang bervariasi (Kristiyansari, 2010).

b. Kebutuhan Gizi Ibu Hamil

Karena banyaknya perbedaan kebutuhan energi selama hamil, maka WHO

menganjurkan jumlah tambahan sebesar 150 Kkal sehari pada trimester I, 350

Kkal sehari pada trimester II dan III. Di Kanada, penambahan untuk trimester I

sebesar 100 Kkal dan 300 Kkal untuk trimester II dan III. Di Indonesia, untuk

memenuhi kebutuhan gizi ibu hamil digunakan batasan berdasarkan rekomendasi

Angka Kecukupan Gizi (AKG). Bentuk AKG adalah tabel rujukan asupan zat

gizi. Berikut ini kecukupan gizi pada ibu hamil (Fikawati, 2015).

Tabel 2.1 Angka Kecukupan Gizi Pada Ibu Hamil (Per Orang Per Hari) usia 15-49 tahun
Umur BB Energi Protein Lemak Karbohidrat
Perempuan 13-15 tahun 46 2125 69 71 292
Perempuan 16-18 tahun 50 2125 59 71 292
Perempuan 19-29 tahun 54 2250 56 75 309
Perempuan 30-49 tahun 55 2150 57 60 323
Tambahan Trimester 1 +180 +20 +6 +25
Bumil
Tambahan Trimester 2 +300 +20 +10 +40
Bumil
Tambahan Trimester 3 +300 +20 +10 +40
Bumil
Sumber : Angka Kecukupan Gizi (2013)
23

1) Energi

Peningkatan kebutuhan energy dan zat gizi terjadi seiring bertambahnya

usia kehamilan. Selama hamil dibutuhkan tambahan energy sebesar 80.000 Kalori

(Kal) atau sebesar 285-300 Kal/hari (80.000/280 hari). Kebutuhan energi

tambahan ibu hamil pada tiap trimester adalah sekitar 300 Kal/hari. Jika mengacu

pada AKG 2013 menyebutkan bahwa wanita tidak hamil berusia 19-29 tahun

membutuhkan 2250 Kal/hari, maka wanita hamil membutuhkan sekitar 2430 Kal

pada trimester I, dan 2550 Kal pada trimester II dan III. Energi yang ditambah

umumnya berasal dari zat gizi mikro, yaitu kerbohidrat, protein, dan lemak

(Fikawati, 2015).

Sumber energi digunakan untuk tumbuh kembang janin dan proses

perubahan fisiologis yang terjadi dalam tubuh yang meliputi pembentukan sel

baru, pemberian makan ke bayi melalui plasenta, pembentukan enzim dan

pertumbuhan janin (Kristiyanasari, 2010).

Dalam upaya memenuhi kebutuhan energy yang direkomendasikan, ibu

tidak hanya memperhatikan kuantitas makanan yang diasup, namun juga kualitas

makanannya (zat gizi yang terkandung). Hal ini yang perlu diperhatikan adalah

kebersihan dan higienitas makanan, sehingga makanan yang dikonsumsi tidak

menimbulkan penyakit pada ibu hamil (Fikawati, 2015).

2) Protein

Total protein yang dianjurkan dalam AKG adalah 76 gram protein/hari,

sekitar 12% dari jumlah total energi. Protein berperan penting dalam

pembentukan dan pemeliharaan sel yang menunjang pertumbuhan janin. Selama


24

kehamilan ibu mengalami stress fisiologis, protein yang berperan dalam

pembentukan jaringan dan regenerasi sel memiliki peran penting terutama untuk

perbanyakan sel payudara, rahim dan volume plasma. Saat hamil volume plasma

ibu bertambah 50% sehingga, dibutuhkan protein yang cukup untuk menunjang

proses tersebut. Protein juga sebagai cadangan makanan. Cadangan ini dipakai

untuk persiapan persalinan, masa sehabis melahirkan dan menyusui. Sebaiknya,

2/3 bagian dari protein yang dikonsumsi merupakan sumber protein dengan nilai

biologi tinggi, yaitu sumber protein hewani seperti daging tak berlemak, ikan dan

ayam (Fikawati, 2015).

3) Lemak

Lemak merupakan salah satu sumber energi yang menghasilkan kalori

terbesar untuk gramnya, yaitu 9 Kal. Lemak digunakan sebagai cadangan energi

bagi ibu. TUbuh membutuhkan 20-30% energi yang bersumber dari lemak. AKG

2013 merekomendasikan tambahan kebutuhan lemak selama kehamilan di

trimester II dan III sebesar 10 gram/hari atau total kebutuhan lemak menjadi 85

gram/hari. Namun saat kehamilan ibu harus memperhatikan lemak yang baik bagi

kehamilannya. Asam lemak esensial yaitu docosahexaenoic (DHA) berperan

penting dalam perkembangan janin. Kekurangan DHA saat hamil dapat

berdampak menurunnya Intelligence Quotient (IQ) anak. Makanan yang menjadi

sumber DHA adalah ikan dan makanan lait lainnya (Fikawati, 2015).

4) Karbohidrat

Karbohidrat dapat memenuhi 55-75% dari total kebutuhan energi.

Karbohidrat merupakan zat gizi yang paling berperan sebagai penyedia energi
25

bagi ibu dan janin. AKG 2013 merekomendasikan saat hamil setiap harinya ibu

harus mengonsumsi sekitar 349 gram karbohidrat. Karbohidrat berperan penting

dalam pembesaran sel pada proses hipertrofi yang akan mempengaruhi

pertambahan BB bayi, terutama pada trimester III kehamilan (Fikawati, 2015).

5) Vitamin dan Mineral

Vitamin membantu berbagai proses dalam tubuh seperti pembelahan dan

pembentukan sel baru. Semnetara mineral berperan dalam berbagai proses

metabolism tubuh, termasuk pembentukan sel darah merah, serta pertumbuhan

tulang dan gigi. Cukup vitamin dan mineral pada ibu dengan banyak

mengonsumsi sayur, buah dan susu pada ibu hamil (Fikawati, 2015).

Tabel 2.2 Komposisi Makanan Untuk Memenuhi Angka Kecukupan Gizi (AKG) Ibu
Hamil Per Hari
Kelompok Makanan Lauk Sayur Buah Susu Gula Minyak
Pokok
Setara Lauk Lauk 100 gr 50 gr 200 10 gr 5 gr
dengan 100 Hewani 50 Nabati 50 sayuran buah gr gula minyak
gr nasi gr gr (sawo) susu
daging/pad tempe/pad segar
anannya anannya
Hamil 5p+1p 3p 3p 3p 4p +1p 3p 5p
Sumber : Pedoman Lomba Cipta Menu B2SA (2012)

6) Struktur Menu

Menurut Dewi, dkk (2013), berikut adalah contoh pola makan yang benar

pada ibu hamil sesuai trimesternya.

a. Trimester pertama

Di Trimester pertama umumnya ibu mengalami penurunan nafsu makan

karena adanya perubahan-perubahan hormon yang berhubungan dengan

kehamilan. Timbulnya keluhan seperti rasa mual, mintah dan anorexia (susah

makan) dapat menyebabkan ibu kekurangan asupan makan sehingga zat-zat gizi
26

yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkambangan janin menjadi

berkurang.Bahan makan yang dapat dikonsumsi untuk mengurangi rasa mual

adalah makanan yang banyak mengandung vitamin B1 seperti makanan hasil laut

(Ari Istiany dan Rusilanti, 2013).

Tabel 2.3 Contoh Susunan Menu Sehari Ibu Hamil Trimester Pertama
Waktu Menu
Makan Pagi - Roti Panggang
(07.00) - Susu
Snack (10.00) Jus Jeruk
Makan Siang - Nasi
(13.00) - Lele Bakar
- Tempe/Tahu Bumbu Rujak
- Oseng Kangkung
- Buah Melon
Snack (16.00) Biskuit/Kue Kering
Makan Malam - Nasi
(19.00) - Dendeng
- Tempe/Tahu Bacem
- Oseng Wortel Buncis
- Buah Pisang
Sumber : Ilmu Gizi Untuk Praktisi Kesehatan (2013)

b. Trimester Kedua

Pada trimester ini, umumnya nafsu makan ibu mulai membaik. Janin juga

mulai tumbuh pesat sehingga tubuh memerlukan tambahan kalori untuk

menunjang pertumbuhan janin. Oleh sebab itu, jumlah dan kualitas makanan

harus ditingkatkan. Makanan cukup energi, protein (terutama protein biologis

tinggi), vitamin dan mineral dianjurkan untuk dikonsumsi pada trimester ini.

c. Trimester Ketiga

Pada trimester terakhir ini, basal metabolism tetap naik, nafsu makan ibu

cukup dan biasanya ibu selalu merasa lapar. Hal ini disebabkan karena janin

sudah cukup besar, makan diafragma sudah mulai tertekan. Asupan energi,
27

protein, vitamin dan mineral yang cukup diperlukan untuk mendukung

pertumbuhan janin yang semakin pesat.

Tabel 2.4 Contoh Susunan Menu Sehari Ibu Hamil Trimester Kedua dan Ketiga
Waktu Menu
Makan Pagi - Soto Ayam
(07.00) - Jus Stroberi Wortel
Snack (10.00) - Kue Lapis
- Susu
Makan Siang - Nasi
(13.00) - Ayam Goreng
- Tempe/Tahu Bacem
- Sayur Bayam
- Buah Apel
Snack (16.00) - Puding Susu
- Jus Jeruk
Makan Malam - Nasi
(19.00) - Fuyunghai
- Tempe Goreng Tepung
- Cap cay
- Buah Pepaya
Sumber : Ilmu Gizi Untuk Praktisi Kesehatan (2013)

5. Perilaku

Perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap rangsangan dari

luar (stimulus) (Notoatmojo, 2010). Perilaku dapat dikelompokkan menjadi dua.

a. Perilaku tertutup (covert behaviour), perilaku tertutup terjadi bila respons

terhadap stimulus tersebut masih belum bisa diamati orang lain (dari luar)

secara jelas. Respon seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian,

perasaan, persepsi, dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan.

Bentuk “unobservabel behavior´atau “covert behavior” apabila respons

tersebut terjadi dalam diri sendiri, dan sulit diamati dari luar (orang lain)

yang disebut dengan pengetahuan (knowledge) dan sikap (attitude).

b. Perilaku Terbuka (Overt behaviour), apabila respons tersebut dalam

bentuk tindakan yang dapat diamati dari luar (orang lain) yang disebut
28

praktek (practice) yang diamati orang lain dati luar atau “observabel

behavior”.

Perilaku atau aktifitas yang ada pada individu atau organisme itu tidak

timbul dengan sendirinya, tetapi sebagai akibat dari adanya stimulus atau

rangsangan mengenai individu atau organisme itu. Perilaku merupakan respon

terhadap stimulus yang mengenainya. Skinner seorang ahli psikologi dalam

Konsep Perilaku Kesehatan, memaparkan bahwa perilaku merupakan respon atau

reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).

Berdasarkan batasan dari Skinner tersebut, maka dapat didefinisikan

bahwa perilaku adalah kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh seseorang

dalam rangka pemenuhan keinginan, kehendak, kebutuhan, nafsu, dan sebagainya.

Kegiatan ini mencakup :

a. Kegiatan kognitif: pengamatan, perhatian, berfikir yang disebut

Pengetahuan

b. Kegiatan emosi: merasakan, menilai yang disebut sikap (afeksi)

c. Kegiatan konasi: keinginan, kehendak yang disebut tindakan (practice)

Perilaku adalah suatu aktivitas dari manusia itu sendiri. Dan pendapat

diatas disimpulkan bahwa perilaku (aktivitas) yang ada pada individu tidak timbul

dengan sendirinya, tetapi akibat dari adanya rangsang yang mengenai individu

tersebut. Perilaku dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :

a. Perilaku pasif adalah respon internal, yaitu yang terjadi dalam diri

manusia dan yang tidak secara langsung dapat terlihat orang lain.

(tanpa tindakan: berfikir, berpendapat, bersikap) artinya seseorang


29

yang memiliki pengetahuan positif untuk mendukung hidup sehat

tetapi ia belum melakukannya secara kongkrit.

b. Perilaku aktif adalah perilaku yang dapat diamati secara

langsung(melakukan tindakan), misalnya: seseorang yang tahu bahwa

menjaga kebersihan amat penting bagi kesehatannya ia sendiri

melaksanakandengan baik serta dapat menganjurkan pada orang lain

untuk berbuat serupa

Faktor – faktor yang mempengaruhi perilaku manusia menurut Lawrence

Green (2012) terdapat tiga faktor utama, yaitu :

1. Faktor Predisposisi (Predisposing factors), faktor ini mencakup

pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan

kepercayaan masyarakat terhadap hal – hal yang berkaitan dengan

kesehatan, system nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan,

tingkat social ekonomi dan sebagainya (Notoatmodjo, 2012).

2. Faktor Pendukung (Enabling factors), faktor ini mencakup

ketersediaan sumber daya kesehatan, keterjangkauan pelayanan

kesehatan, keterjangkauan petugas kesehatan dan keterpaparan

informasi. Informasi yang diterima individu dapat menyebabkan

perubahan sikap maupun perilaku pada diri individual tersebut.

Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat membantu

mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru


30

3. Faktor Penguat (Reinforcing factors), faktor ini meliputi faktor sikap

dan perilaku tokoh masyarakat (toma), tokoh agama (toga), sikap dan

perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan.

6. Metode Penyuluhan

Penyuluhan kesehatan adalah penambahan pengetahuan dan

kemampuanseseorang melalui tehnik praktek belajar atau instruksi dengan tujuan

mengubah ataumempengaruhi perilaku manusia secara individu, kelompok

maupun masyarakatuntuk dapat lebih mandiri dalam mencapai tujuan hidup sehat

(Depkes, 2002).Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan

kesempatan yangberlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu

keadaan, dimanaindividu, keluarga, kelompok atau masyarakat secara

keseluruhaningin hidup sehat, tahu bagaimana caranya dan melakukan apa yang

bisadilakukan, secara perseorangan maupun secara kelompok dengan meminta

pertolongan (Effendy, 2003).

Menurut Notoatmodjo (2007), metode penyuluhan merupakan salah satu

faktor yang mempengaruhi tercapainya suatu hasil penyuluhan secara optimal.

Metode yang dikemukakan antara lain :

a. Metode penyuluhan perorangan (individual)

Dalam penyuluhan kesehatan metode ini digunakan untuk membina

perilaku baru atau seseorang yang telah mulai tertarik pada suatu perubahan

perilaku atau inovasi. Dasar digunakan pendekatan individual ini karena setiap

orang mempunyai masalah atau alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan

penerimaan atau perilaku baru tersebut. Bentuk dari pendekatan ini antara lain :
31

1). Bimbingan dan penyuluhan

Dengan cara ini kontak antara klien dengan petugas lebih intensif. Setiap

masalah yang dihadapi oleh klien dapat dikoreksi dan dibantu penyelesaiannya.

Akhirnya klien akan dengan sukarela, berdasarkan kesadaran dan penuh

pengertian akan menerima perilaku tersebut.

2). Wawancara

Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan.

Wawancara antara petugas kesehatan dengan klien untuk menggali informasi

mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan, ia tertarik atau belum

menerima perubahan, untuk mempengaruhi apakah perilaku yang sudah atau akan

diadopsi itu mempunyai dasar pengertian dan kesadaran yang kuat, apabila belum

maka perlu penyuluhan yang lebih mendalam lagi.

b. Metode penyuluhan kelompok

Dalam memilih metode penyuluhan kelompok harus mengingat besarnya

kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal pada sasaran. Untuk kelompok

yang besar, metodenya akan berbeda dengan kelompok kecil. Efektifitas suatu

metode akan tergantung pula pada besarnya sasaran penyuluhan. Metode ini

mencakup :

(a) Kelompok besar, yaitu apabila peserta penyuluhan lebih dari 15 orang. Metode

yang baik untuk kelompok ini adalah ceramah dan seminar.

1). Ceramah

Metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah.

Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan metode ceramah adalah :
32

(a). Persiapan

Ceramah yang berhasil apabila penceramah itu sendiri menguasai

materiapa yang akan diceramahkan, untuk itu penceramah harus

mempersiapkandiri. Mempelajari materi dengan sistematika yang baik.

Lebih baik lagikalau disusun dalam diagram atau skema dan

mempersiapkan alat-alatbantu pengajaran.

(b). Pelaksanaan

Kunci keberhasilan pelaksanaan ceramah adalah apabila penceramah

dapatmenguasai sasaran Untuk dapat menguasai sasaran penceramah

dapatmenunjukkan sikap dan penampilan yang meyakinkan. Tidak

bolehbersikap ragu-ragu dan gelisah. Suara hendaknya cukup keras dan

jelas. Pandangan harus tertuju ke seluruh peserta. Berdiri di depan

/dipertengahan, seyogianya tidak duduk dan menggunakan alat bantu lihat

semaksimal mungkin.

2). Seminar

Metode ini hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan pendidikan

menengah ke atas. Seminar adalah suatu penyajian dari seseorang ahli atau

beberapa orang ahli tentang suatu topik yang dianggap penting dan dianggap

hangat di masyarakat.

(b). Kelompok kecil, yaitu apabila peserta penyuluhan kurang dari 15 orang.

Metode yang cocok untuk kelompok ini adalah diskusi kelompok, curah pendapat,

bola salju, memainkan peranan, permainan simulasi.


33

c. Metode penyuluhan massa

Dalam metode ini penyampaian informasi ditujukan kepada masyarakat

yang sifatnya massa atau public. Oleh karena sasaran bersifat umum dalam arti

tidak membedakan golongan umur, jenis kelamin, pekerjaan, status ekonomi,

tingkat pendidikan dan sebagainya, maka pesan kesehatan yang akan disampaikan

harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat ditangkap oleh massa tersebut.

Pada umumnya bentuk pendekatan masa ini tidak langsung, biasanya

menggunakan media massa. Beberapa contoh dari metode ini adalah ceramah

umum, pidato melalui media massa, simulasi, dialog antara pasien dan petugas

kesehatan, sinetron, tulisan dimajalah atau koran, bill board yang dipasang di

pinggir jalan, spanduk, poster dan sebagainya.

7. Emo Demo

Emo demo ialah kepanjangan dari “Emotional Demonstration”, sebuah

teknik baru yang dicanangkan oleh GAIN (Global Alliance for Improved

Nutrition). Emo demo sendiri merupakan kegiatan demonstrasi dengan

menggunakan kekuatan emosional. Emo demo merupakan teknik edukasi berupa

kegiatan demonstrasi dengan menggunakan kekuatan emosional. Teknik emo

demo dilakukan dengan sederhana dalam waktu yang tidak terlalu lama, yaitu 15

– 20 menit berupa permainan yang diawali dengan yel-yel seperti berikut

“ikut…ikut…ikut.. Rumpi sehat… ibu hamil… ya ATIKA.. ASI Eksklusif… itu

wajib… Maknana anak harus seimbang.. Camilan Harus sehat.. Kalau salah.. ya

benerin!”
34

Pesan yang disampaikan dengan teknik ini tidak boleh terlalu banyak,

dibatasi hanya 1-2 pesan saja dengan sasaran terbatas tidak lebih dari 10 orang.

Edukasi dengan metode emo demo difasilitasi oleh seorang fasilitator yang sudah

terlatih dengan kelengkapan module mo demo dan bahan – bahan penunjang

untuk menyampaikan pesan dengan demonstrasi yang melibatkan emosi dari

peserta.

Emo demo atau emotional demonstration adalah kegiatan aktif berbasis

kepada perubahan perilaku pada kelompok masyarakat target (ibu hamil dan ibu

menyusui) yang dikembangkan oleh GAIN. Emo demo merupakan strategi

komunikasi perubahan perilaku yang menggunakan penggabungan Behaviour

Communication Change (BCC) yaitu proses interaktif antara individu, kelompok

atau masyarakat dalam mengembangkan strategi komunikasi untuk mencapai

perubahan perilaku secara positif, dan Behaviour Communication Definition

(BCD) adalah salah satu metode edukasi masyarakat yang dikembangkan melalui

pendekatan baru. Behavior Centered Design (BCD) adalah pendekatan baru

perubahan perilaku yang berfokus pada peningkatan pengetahuan,

mengidentifikasi dan menggunakan perilaku yang memungkinkan. Emo demo

merupakan panduan kegiatan yang sangat partisipatif yang bertujuan untuk

menyampaikan pesan sederhana dengan cara menyenangkan dan atau menyentuh

emosi, menggunakan alat peraga sehingga mudah diingat dan inovatif. Metode ini

merupakan salah satu metode yang sedang tersebar luas dan memperoleh

perhatian. Keberhasilan dan efektifitas penggunaan emo demo telah dibuktikan


35

dari hasil evaluasi pelaksanaan di beberapa wilayah di Jawa Timur (Departement

of nutrition science, 2017).

Emo demo sendiri telah banyak dicoba sebagai salah satu metode yang

efektif untuk melakukan pendidikan gizi dengan melibatkan emosi. Menurut

penelitian Prabawani dkk (2017) emo demo yang dilakukan pada pasien

hemodialisa di RSAL Dr. Ramelan Surabaya mampu menurunkan rata-rata kadar

kalium darah pada pasien yang mendapatkan pengetahuan melalui emo demo.

Proyek GAIN berfokus untuk mengurangi defisiensi mikronutrien dengan

target wanita dan janin serta implementasi skala besar dalam hal fortifikasi

minyak dan garam. Proyek GAIN bernama BADUTA berfokus untuk mengurangi

stunting dan defisiensi mikronutrien pada beberapa kasus yang terjadi pada ibu

hamil yang mengalami malnutrisi dan anak dibawah 2 tahun di jawa timur

Pada tahun 2013, GAIN bekerjasama dengan komunitas ahli gizi

kementrian kesehatan Indonesia dan membuat 4 program bernama “BADUTA”

untuk memperbaiki pola makan ibu hamil dan memperbaiki gizi anak usia

dibawah 2 tahun. Proyek BADUTA berfokus pasa peningkatan kesehatan ibu

hamil, makanan janin dan praktek perawatan pada komunitas tertentu. GAIN

percaya bahwa banyak hubungan perlu untuk meningkatkan respon dalam

mengurangi stunting dan untuk berkontribusi dalam masyarakat serta

sektorpribadi yang terintegrasi. Salah satu dari proyek BADUTA ialah behavior

change yakni sebuah interfensi dengan kunci pesan berhubungan dengan praktek

pemberian makan yang baik pada janin (fokus pada ASI eksklusif, MPASI dan
36

kudapan sehat) dan gizi ibu hamil, emnggunakan perpaduan untuk interfensi

seperti media masa, komunitas aktifis dan interpersonal komunikasi.

Salah satu program tersebut ialah “RUMPI Sehat” yang menggunakan

metode emo demo dengan tujuan untuk mengubah perilaku melalui penyuluhan

gizi yang melibatkan emosi. Rumpi sehat ini terdiri dari beberapa modul dan salah

satunya ialah modul membayangkan masa depan. Pada modul berjudul

membayangkan masa depan memiliki pesan kunci untuk ibu hamil bahwa

makanan yang dikonsumsi ibu selama hamil akan mempengaruhi masa depan

anak. Oleh karena itu pada saat hamil ibu harus mengkonsumsi makanan yang

bergizi setiap hari, seperti ati ayam, telur dan ikan. Tujuan dari modul ini ialah

agar ibu belajar bahwa makanan yang dikonsumsi ibu selama hamil berpengaruh

terhadap masa depan anak agar mutu SDM meningkat. Alat –alat yang diperlukan

dalam modul diantaranya adalah kartu cita – cita, dadu 6 sisi, tali 3 meter dan alat

tulis (kertas dan pensil)


37

B. Kerangka Teori

Karakteristik Ibu Hamil :


1 Umur
2 Pendidikan ibu
3 Pekerjaan ibu

Anemia pada
kehamilan

Pengetahuan Perubahan perilaku

Metode penyuluhan
Pengetahuan ibu
hamil

Emo Demo

Pola makan

Pola makan ibu Kebutuhan Gizi Ibu


hamil Hamil

Energi Protein Lemak Karbohidrat

Gambar 2.1 Kerangka Teori


38

BAB III
KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Kerangka Konsep Penelitian

Faktor Internal : Faktor Eksternal:


1. Umur 1. Lingkungan
2. Tingkat pendidikan 2. Sosial budaya dan
3. Pekerjaan ekonomi

Pengetahuan Gizi Ibu


Hamil

Emo Demo

Ketersediaan bahan
Pola Makan pangan

Keterangan :

: Diteliti

: Tidak diteliti

Gambar 3.1 Kerangka Konsep


39

Faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan ibu ada dua, yaitu faktor

internal dan eksternal. Faktor internal yaitu umur, tingkat pendidikan dan

pekerjaan, sedangkan faktor eksternal yaitu faktor lingkungan dan budaya dan

ekonomi.

Pengetahuan gizi ibu hamil dapat mempengaruhi pola makan. Tidak hanya

itu, pemilihan makanan juga dipengaruhi oleh ketersediaan bahan pangan.

Pendidikan gizi melalui modul emo demo mempengarhui hal tersebut diatas.

B. Hipotesis

H1 = Ada perbedaan pengetahuan dan perilaku makan dengan metode emo demo

pada ibu hamil anemia di posyandu Guapanas Desa Tambak Kecamatan

Omben Kabupaten Sampang

H0 =Tidak ada perbedaan pengetahuan dan perilaku makan dengan metode emo

demo pada ibu hamil anemia di posyandu Guapanas Desa Tambak

Kecamatan Omben Kabupaten Sampang


BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik yang bersifat Quasi

Eksperimental (Semu eksperimental) karena berusaha memberikan intervensi

berupa emo demo dan kemudian menganalisisnya. Berdasarkan waktu bersifat

kohort yaitu variabel yang diukur secara terus – menerus dalam jangka waktu

3 minggu.

B. Rancang bangun penelitian

Desain dalam penelitian ini adalah quasi eksperimental dengan

rancang bangun one group pre-post test design, yaitu untuk mengukur

pengaruh (efek) dari suatu intervensi yang dilakukan terhadap subyek

penelitian.

C. Lokasi dan waktu penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Posyandu Guapanas, Desa Tambak,

Kecamatan Omben, Kabupaten Sampang.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada akhir November 2018 sampai bulan

Februari 2019, dengan rincian :

1. Bulan November 2018 penyusunan proposal

2. Pertengahan Januari 2019 persiapan modul serta alat untuk

intervensi

40
41

3. Pengambilan data dilakukan awal Maret pada saat posyandu

(melihat kembali jadwal poyandu guapanas)

4. Pengolahan data dilakukan setelah data terkumpul

D. Populasi, sampel dan teknik pengambilan sampel

1. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil di Posyandu

Guapanas tahun 2019 yaitu sebanyak 67 orang

2. Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini adalah ibu hamil anemia di Posyandu

Guapanas

a. Kriteria inklusi adalah karakteristik umum yang harus dipenuhi

oleh subyek sehingga dapat diikut sertakan ke dalam penelitian.

Dalam penelitian ini kriteria inklusinya adalah :

- Bersedia menjadi responden

- Hb >11,5 gr/dl

- Belum pernah mengikuti emo demo

b. Kriteria eksklusi adalah sampel yang tidak memenuhi criteria

dalam penelitian antara lain :

- Responden melahirkan prematur

3. Besar Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Dalam menentukan sampel, peneliti menggunakan teknik purposive

sampling. Penentuan besar sampel dilakukan dengan menggunakan

rumus Federer (1977) :


42

( t– 1 ) ( n – 1 ) ≥ 15

Keterangan :

n = besar sampel setiap kelompok, t = banyaknya kelompok

percobaan

( 1 – 1 ) ( n – 1 ) ≥ 15
(n – 1 ) ≥ 15 / 0
n ≥ 15

Jadi, jumlah sampel yang akan dijadikan penelitian ini sebanyak 15

orang.
43

E. Kerangka operasional penelitian / alur penelitian

Responden ( 15 orang ), Ibu hamil anemia

Sampel penelitian dengan kriteria :


- bersedia menjadi responden
- Hb >11,5 gr/dl
- Belum pernah mengikuti emo demo

Wawancara dengan kuesioner :


- Umur responden
- Tingkat pendidikan
- Pekerjaan

Pengukuran pengetahuan awal dengan pre test dan FFQ

Emodemo tema 3 selama 3 minggu ( 1 materi / minggu)

Pengukuran pengetahuan akhir dengan post test dan FFQ

Proses editing dan analisa data

Hasil Kesimpulan

Gambar 5.1 Kerangka Operasional


44

F. Variabel penelitian, definisi operasional dan cara pengukuran

variable

1. Variabel

Penelitian ini memiliki dua variabel antara lain :

a. Variabel terikat ( dependen )

Pengetahuan dan perilaku makan ibu hamil

b. Variabel bebas ( independen )

Metode emo demo

2. Definisi operasional Variabel

Tabel 4.1 Definisi Operasinal Variabel


No Variabel Definisi Operasional Instrumen dan Kategori Skala
Data
1 Umur ibu hamil Lama waktu hidup Wawancara dengan Ratio
ibu hamil yang menggunakan kuesioner
dihitung mulai tahun dan kemudian
lahir sampai dengan dikelompokkan menjadi :
tahun penelitian 1. <20 tahun
2. 20 – 30 tahun
3. >30 tahun
2 Tingkat Tingkat pendidikan Wawancara langsung Nominal
pendidikan yang pernah diikuti dengan menggunakan
oleh responden kuesioner dan kemudian
secara formal. dikelompokkan menjadi :
1. Tinggi : Tamat
perguruan tinggi
2. Sedang : Tamat
SMP –
SMA/sederajad
3. Rendah : Tidak
tamat atau tamat
SD/sederajad
(SISDIKNAS, 2003)
3 Pekerjaan Ibu Status pekerjaan Wawancara langsung Nominal
pada ibu hamil yaitu dengan menggunakan
dikatakan bekerja kuesioner dan kemudian
bila melakukan dikelompokkan menjadi :
aktifitas diluar rumah 1. Bekerja
serta memiliki 2. Tidak Bekerja
penghasilan dan ibu (Notoatmodjo, 2012)
hamil dikatakan tidak
45

bekerja bila tidak


memiliki aktivitas
diluar rumah dan
tidak memiliki
penghasilan
4 Tingkat Hasil daya tahu ibu Menggunakan tes tulis Ordinal
pengetahuan hamil setelah
dengan beberapa
menerima suatu
pertanyaan yang dilakukan
informasi tentangdengan cara pretest dan
makanan untuk ibu posttest yang dibagikan
hamil langsung kepada ibu hamil.
Hasil dilihat dengan
indikator presentase
peningkatan pengetahuan
ibu dari hasil pre test
dibandingkan dengan post
test.
Kategori :
1. Baik: 76%-100%
2. Cukup : 56-75%
3. Kurang : <56 %
(Notoatmodjo, 2005).
5 Perilaku Tindakan ibu hamil Menggunakan SQ-FFQ pre Ordinal
dalam memilih bahan dan post setelah dilakukan
makanan emo demo, hasil dilihat
dengan membandingkan
SQ-FFQ pre dan post
setelah dilakukan emo
demo dengan kategori :
1. Baik >75% AKG
Ibu Hamil
2. Sedang 40-75%
AKG Ibu Hamil
3. Buruk <40% AKG
Ibu Hamil
(Riduwan, 2013)

6 Emo demo Metode intervensi Ordinal


demonstrasi dengan
menggunakan alat-
alat modul 3.
46

G. Teknik dan prosedur pengumpulan data

1. Teknik Pengumpulan Data

a. Wawancara

Data identitas responden tentang nama, umur, tingkat pendidikan

dan pekerjaan menggunakan bantuan kuesioner yang dilakukan

pada saat pertama kali datang yakni pada awal maret.

b. Pengukuran

Pengukuran pengetahuan dan perilaku responden sebelum dan

sesudah diberikan emo demo menggunakan pretest dan posttesr.

- Pretest dilakukan pada saat awal pertemuan setelah pengisian

kuesioner nama, umur, tingkat pendidikan dan pekerjaan

sebelum intervensi emo demo dilakukan

- Posttest dilakukan pada saat setelah dilakukan 3 kali

intervensi emo demo

c. Intervensi emodemo

Intervensi yang dilakukan dengan mengikuti langkah-

langkah panduan yang ada di modul emo demo dan dilakukan pada

sampel ibu hamil sejumlah 15 orang dengan jumlah 3 materi

bergantian (tema 3). Intervensi dilakukan 1 kali dalam seminggu

pada bulan Maret pada waktu posyandu dilaksanakan atau waktu

yang telah disepakati dengan pihak posyandu.


47

2. Instrumen Pengumpulan Data

Untuk melengkapi data yang dikumpulkan dalam penelitian ini

dipergunakan instrument pengumpulan data sebagai berikut :

a. Kuesioner

b. Soal pretest

c. Soal posttest

d. Form FFQ

e. Modul Emo demo tema I

- ATIKA Sumber Zat Besi

- Membayangkan Masa Depan

- Menyusun Balok

f. Alat-alat untuk emo demo

g. Alat tulis

H. Analisa Data

Data yang diperoleh kemudian dilakukan proses editing, ditabulasi

dan selanjutnya dianalisa dengan menggunakan bantuan computer dengan

menggunakan program SPSS. Setelah itu hasil dan data yang didapat

disajikan dalam bentuk tabel frekuensi dan dalam bentuk silang. Uji

statistik yang digunakan adalah wilxocon

I. Etika Penelitian

Dalam penelitian ini sebelum melakukan penelitian peneliti

melakukan tahapan persetujuan kepada Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten Sampang, Kepala Puskesmas Omben dan Kepala Desa


48

Tambak, selain itu peneliti melakukan beberapa tahapan persetujuan

kepada ibu diantaranya :

1. Informed consent

Informed consent diberikan pada awal penelitian sebelum penelitian

dengan tujuan agar reponden mengerti maksud dan tujuan penelitian serta

mengetahui dampak yang ditimbulkan.

2. Anonimity (tanpa nama)

Identitas responden tidak perlu dicantumkan pada lembar

pengumpulan data, cukup menggunakan kode pada masing – masing

lembar pengumpulan data.

3. Confidentialiti (kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi dari responden dijamin oleh peneliti, hanya

kelompok data tertentu yang akan disajikan atau dilaporkan pada hasil

penelitian.
49

BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Hasil Penelitian

1. Karakteristik Ibu Hamil

Pada penelitian ini, yang menjadi responden adalah ibu hamil di Posyandu

Guapanas tahun 2019 yaitu sebanyak 15 orang. Dari responden tersebut,

peneliti mengambil beberapa karakteristik yang akan dianalisa dalam

penelitian ini. Karateristik tersebut meliputi usia ibu, tingkat pendidikan

dan pekerjaan. Berikut dijabarkan karateristik ibu hamil yang diperoleh

dalam penelitian ini:

a. Usia (Tahun)

Dari hasil penelitian yang dilakukan pada 15 responden yang

dijadikan sampel, usia responden dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.1 Distribusi Responden berdasarkan Usia (Tahun)


Kelompok Usia (Tahun) n %
< 20 1 6,6
20 – 30 12 80
> 30 2 13,3
Total 15 100
Sumber : Data primer yang diolah (2019)

Berdasarkan tabel 5.1 menunjukkan bahwa, berdasarkan

karakteristik usia, 15 responden terdiri dari : usia< 20 tahun sebanyak 1

responden (6,6%), usia 20 – 30 tahun sebanyak 12 responden (80%)

dan usia > 30 tahun sebanyak 2 responden (13,3%).


50

b. Tingkat Pendidikan

Dari hasil penelitian yang dilakukan pada 15 responden yang dijadikan

sampel, tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.2 Distribusi Responden berdasarkan tingkat pendidikan


Tingkat Pendidikan n %
Tinggi 0 0
Sedang 2 13,3
Rendah 13 86,7
Total 15 100
Sumber : Data primer yang diolah (2019)

Berdasarkan tabel 5.2 menunjukkan bahwa, berdasarkan

karakteristik tingkat pendidikan 15 responden terdiri dari : tidak ada

responden yang memiliki tingkat pendidikan tinggi, tingkat

pendidikan sedang sebanyak 2 responden (13,3%) dan tingkat

pendidikan rendah sebanyak 13 responden (86,7%).

c. Pekerjaan

Dari hasil penelitian yang dilakukan pada 15 responden yang dijadikan

sampel, tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.3 Distribusi Responden berdasarkan Pekerjaan


Pekerjaan n %
Bekerja 0 0
Tidak Bekerja 15 100
Total 15 100
Sumber : Data primer yang diolah (2019)

Berdasarkan tabel 5.3 diketahui bahwa keseluruhan sampel

penelitian yang berjumlah 15 orang merupakan ibu rumah tangga.

Sehingga dapat dikatakan bahwa pekerjaan tidak memiliki indikasi

untuk menjadi faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan makan

dan perilaku makan ibu hamil.


51

2. Pengetahuan tentang Makanan Sehat Selama Kehamilan

Pengukuran pengetahuan tentang makanan sehat dilakukan

dengan cara memberikan pre – test sebelum intervensi emo demo dan

post – test setelah intervensi. Pengukuran pengetahuan ini dilakukan

untuk mengetahui peningkatan pengetahuan responden. Hasil

pengukuran pengetahuan responden penelitian sebelum dan sesudah

intervensi emo demo dapat dilihat pada tabel 5.4 :

Tabel 5.4 Hasil Pengukuran Pengetahuan tentang Makanan Sehat Selama


Kehamilan Sebelum dan Sesudah Intervensi Emo Demo
No Hasil Pengukuran Pre-test Post-test
(Nilai Pre – test) N % N %
1 Baik (76% - 100%) 0 0 10 66,7
2 Cukup (56% - 75%) 3 20 4 26,7
3 Kurang (<56%) 12 80 1 6,6
Total 15 100 15 100
Analisa statistik dengan wilcoxon test p = 0,001
Sumber : Data primer yang diolah (2019)

Berdasarkan table 5.4 diketahui bahwa hasil pengukuran

pengetahuan awal tentang makanan sehat selama kehamilan melalui pre

– test dari 15 responden, lebih banyak yang nilainya kurang (< 56%)

yakni sebanyak 12 ibu hamil (80) dan tidak ada responden yang

mendapat nilai Baik (76% - 100%). Pengukuran pengetahuan sesudah

intervensi didapatkan lebih banyak yang nilainya baik (76% -100%)

yakni sebanyak 10 ibu hamil.

Berdasarkan uji statistik yang sudah dilakukan dapat diketahui

bahwa Significancy 2-tailed < p (0,001 < 0,05) nilai probabilitas untuk

Uji Wilcoxon adalah sebesar 0,001. Nilai tersebut lebih kecil dari 0,05

sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan dari tingkat


52

pengetahuan makan responden sebelum dan sesudah diberikan

intervensi berupa modul Emo Demo

3. Perilaku Makan Ibu Hamil

Hasil pengukuran perilaku makan responden penelitian sebelum

dan sesudah intervensi emo demo dapat dilihat pada tabel 5.5 :

Tabel 5.5 Hasil Pengukuran Perilaku Makan Ibu Hamil Sebelum dan
sesudah Intervensi Emo Demo
No Hasil Pengukuran Pre-test Post-test
Perilaku Makan N % N %
1 Baik >75% 1 6,7 1 6,6
2 Sedang 40-75% 9 60,0 10 66,7
3 Buruk <40% 5 33,3 4 26,6
Total 15 100 15 100
Analisa statistik dengan wilcoxon test p = 0,173
Sumber : Data primer yang diolah (2019)

Berdasarkan tabel 5.5 diketahui bahwa hasil pengukuran

perilaku makan awal tentang kebiasaan pemilihan makanan tinggi zat

besi dibandingkan dengan kebutuhan zat besi dari 15 responden,

terdapat 9 responden (60,0%) memiliki perilaku makan sedang dan 1

responden (6,7%) memiliki perilaku makan baik. Hasil pengukuran

perilaku makan akhir terdapat 10 responden (66,7%) memiliki

perilaku makan sedang.

Berdasarkan uji statistik yang sudah dilakukan dapat diketahui

bahwa Significancy 2-tailed > p (0,173 > 0,05) nilai probabilitas untuk

Uji Wilcoxon adalah sebesar 0,173. Nilai tersebut lebih besar dari

0,05 sehingga dapat dikatakan bahwa tidak terdapat perbedaan dari

tingkat perilaku makan responden sebelum dan sesudah diberikan

intervensi berupa modul Emo Demo.


BAB VI

PEMBAHASAN

1. Pengaruh Emo Demo terhadap Pengetahuan Ibu Hamil tentang


Makanan Sehat Selama Kehamilan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, terdapat perbedaan yang

signifikan pada tingkat pengetahuan responden setelah dilakukan intervensi emo

demo. Tingkat pengetahuan responden tentang makanan sehat mengalami

kenaikan menjadi 66,7%. Hasil uji statistik diketahui bahwa nilai probabilitas

untuk Uji Wilcoxon adalah sebesar 0,001. Nilai tersebut lebih kecil dari 0,05

sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan dari tingkat pengetahuan

responden sebelum dan sesudah diberikan intervensi berupa modul Emo Demo.

Emo demo (Emotional Demonstration) adalah salah satu metode edukasi

masyarakat yang dikembangkan melalui pendekatan baru yang mengacu pada

teori Behavior Centered Design (BCD). Behavior Centered Design (BCD) adalah

pendekatan baru perubahan perilaku yang berfokus pada peningkatan

pengetahuan, mengidentifikasi dan menggunakan perilaku yang memungkinkan.

Emo demo merupakan panduan kegiatan yang sangat partisipatif yang bertujuan

untuk menyampaikan pesan sederhana dengan cara menyenangkan dan atau

menyentuh emosi, menggunakan alat peraga sehingga mudah diingat dan inovatif

(Departement of nutrition science, 2017). Metode emo demo menitik beratkan

pada contoh konkrit sehari – hari yang dilakukan ibu dibandingkan dengan apa

yang seharusnya dilakukan. Contoh tersebut dibandingkan, didiskusikan dan

disimpulkan secara bersama – sama sehingga pengetahuan ibu lebih tertanam

dalam.

53
54

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Chusnul Chotimah (2018) yang

menunjukkan terdapat perbedaan tingkat pengetahuan ibu tentang porsi makan

anak dengan metode penyuluhan emo demo dan ceramah di Desa Lemahbang

Kecamatan Paserepan Kabupaten Pasuruan. Hal ini juga sejalan dengan penelitian

Avilla Arsa (2017) yang menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan

responden antara sebelum dan sesudah diberikan emo demo tentang jajanan sehat

sebesar 4,4%. Selain itu, melalui penelitian Ramadhani (2015) juga menunjukkan

terjadinya peningkatan rata – rata pengetahuan siswa SD sebesar 4,33 setelah

diberi pendidikan gizi melalui media cerita bergambar tentang makanan beragam,

bergizi, seimbang dan aman. Menurut Notoatmodjo (2012) Informasi yang

diterima individu dapat menyebabkan perubakan sikap meupun perilaku pada diri

individu tersebut. Pengetahuan kognitif merupakan domain yang sangat penting

untuk terbentuknya perilaku seseorang (overt behavior).

Keefektifan penggunaan alat peraga sebagai media penyuluhan dalam

meningkatkan pengetahuan responden sejalan dengan penelitian Hamdalah (2013)

yang menunjukkan peningkatan pengetahuan kesehatan mulut dan gigi sebesar

88,66% setelah diberi penyuluhan melalui media ular tangga. Hal ini juga sejalan

dengan penelitian Wahyuningsih, dkk (2015) yang menunjukkan peningkatan rata

– rata pengetahuan tentang makanan jajanan anak SD sebesar 8,92 setelah diberi

pendidikan gizi melalui media nutrition card. Beberapa penelitian tersebut

menunjukkan bahwa media buku atau media cetak dan games, serta emo demo

mampu meningkatkan pengetahuan responden, seperti yang ditunjukkan dalam

penelitian ini.
55

Pada proses intervensi emo demo, digunakan media berupa alat peraga

yang disampaikan lewat permainan Intervensi gizi melalui metode emo demo

yang berbasis permainan mampu merangsang responden untuk memaksimalkan

penggunaan alat indera pengelihatan dan pendengaran sehingga responden

mampu menerima pengetahuan baru dengan baik. Pernyataan ini didukung oleh

Rapiasih, dkk (2010) yang menyatakan bahwa panca indra menentukan berapa

banyak informasi yang diserap. Jika melibatkan mata dan telinga yang disertai

dengan diskusi, serta latihan soal maka informasi akan terserap 90 persen.

Pendapat lain juga dikemukakan Supariasa (2012) pemakaian media yang

menarik akan meningkatkan minat untuk melihat, membaca, meraba maupun

mendengar informasi yang disampaikan sehingga mudah dipahami sasaran.

Alat peraga diharapkan dapat membuat responden tertarik sehingga

konsentrasi responden hanya pada emo demo. Selain itu, alat peraga juga

diharapkan dapat membuat responden mengingat lebih baik. Selain alat peraga,

sebagai fasilitator emo demo diharapkan dapat menarik perhatian responden,

seperti dengan cara volume suara yang tidak terlalu pelan ataupun keras (stabil),

intonasi yang menyenangkan, dan dapat juga di tambahkan gerakan tubuh

fasilitator yang menyenangkan dan sesuai dengan apa yang dijelaskan. Selain itu,

sebagai fasilitator diharapkan dapat meyesuaikan kondisi, mungkin saat ada anak

yang menangis ataupun anak yang berlarian selama proses emo demo. Sebagai

fasilitator, agar proses emo demo berhasil, diharapkan fasilitator dapat memahami

isi modul yang akan disampaikan.


56

2. Pengaruh Emo Demo Terhadap Perilaku Makan Ibu Hamil

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, tidak terdapat perbedaan

yang signifikan pada perilaku responden setelah dilakukan intervensi emo demo.

Berdasarkan uji statistik Wilcoxon didapatkan nilai probabilitas sebesar 0,173.

Nilai tersebut lebih besar dari 0,05 sehingga dapat dikatakan bahwa tidak terdapat

perbedaan dari perilaku makan responden sebelum dan sesudah diberikan

intervensi berupa modul emo demo

Penelitian terhadap perilaku makan ibu hamil dilakukan sebanyak 2 kali,

yaitu sebelum dan sesudah dilakukan intervensi emo demo. Pada saat dilakukan

penelitian perlaku makan sebelum dilakukan intervensi emo demo, didapatkan

hasil bahwa 33,3% dari seluruh responden memiliki perilaku makan buruk. Hanya

6,7% responden yang memiliki perilaku makan baik. Setelah dilakukan intervensi

emo demo terdapat peningkatan responden yang memiliki perilaku makan baik

menjadi 26,6% dan responden yang memiliki perilaku makan buruk mengalami

penurunan yaitu menjadi 6,6%. Penelitian ini menunjukkan bahwa ibu hamil di

Posyandu Guapanas desa Tambak memiliki perilaku makan yang kurang baik

karena asupan zat besi (Fe) yang dikonsumsi ibu hamil belum seimbang dan

belum sesuai dengan asupan zat besi (Fe) yang dianjurkan AKG 2013 yaitu 26

mg.

Pola makan ibu hamil sangat berkaitan dengan pengetahauan ibu hamil

tentang makanan sehat. Pengetahuan yang dimiliki oleh seorang ibu dapat

mempengaruhi pengambilan suatu keputusan dan juga perilakunya. Ibu hamil

dengan pengetahuan gizi yang baik, memungkinkan dapat memilih zat gizi yang
57

cukup untuk dirinya sendiri dan juga janin dalam kandungannya (Kristiyanasari,

2010).

Menurut Supariasa (2012), pola makan adalah pemberian makan

berdasarkan frekuensi, jumlah dan jenis makan. Selama proses kehamian,

kebutuhan energi dan zat gizi ibu meningkat seiring bertambahnya usia

kehamilan. Ibu dianjurkan untuk menerapkan pola makan gizi seimbang dan

mengkonsumsi asupan dengan anjuran dari Angka Kecukupan Gizi (AKG).

Walaupun responden mengetahui akibat yang dapat terjadi bila tiadk

makan makanan tinggi zat besi, namun responden tidak merasakan terjadi suatu

hal yang buruk pada mereka sehingga responden tidak terpacu untuk berperilaku

baik, sehingga pengetahuan yang ada dalam pikirannya tidak sampai diterapkan

dalam tindakan nyata, Hal ini didukung oleh penelitian Haryono Rahman (2013),

bahwa tidak terdapat perubahan perilaku setelah diberikan pendidikan kesehatan

pada pekerja karena pengetahuan responden secara garis besar masih dalam

pengetahuan tingkat rendah. Artinya responden hanya memiliki pengetahuan pada

tingkat tahu dan memahami namun belum sampai pada tahap mengaplikasikan,

mengnalisis, sntesis serta evaluasi (Notoadmojo, 2003).

Penelitian ini mengambil tema 3 “Makanan sumber zat besi” yang berisi 3

modul. Modul pertama berjudul “ATIKA sumber zat besi”, modul kedua berjudul

“Membayangkan masa depan”, modul ketiga berjudul “Menyusun balok”. Modul

yang berada di tema 3 tentang “Makanan sumber zat besi” hanya ada 3 modul.

Perubahan perilaku melalui proses drilling, namun bukan diulang penyampaian


58

modulnya. Pesan kunci di tema 3 perlu pengulangan, sehingga dibutuhkan

pengembangan modul baru terkait tema 3.

Hal ini sejalan dengan penelitian Bayu Praditya (2017) yang menunjukkan

bahwa untuk lebih cepat menanamkan pemahaman kepada siswa perlu melakukan

upaya lebih jauh dari sekedar mengulang informasi. Salah satunya adalah dengan

menggaris bawahi ide-ide kunci dan membuat catatan pinggir.

Menurut Notoatmodjo (2010), Perilaku terjadi melalui proses adanya

stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespon, yang

disebut teori ‘S-O-R” (Stimulus-Organisme-Respons). Berdasarkan batasan dari

Skinner tersebut, maka dapat didefinisikan bahwa perilaku adalah kegiatan atau

aktivitas yang dilakukan oleh seseorang dalam rangka pemenuhan keinginan,

kehendak, kebutuhan, nafsu, dan sebagainya. Kegiatan ini mencakup kegiatan

kognitif yaitu pengamatan, perhatian, berfikir yang disebut pengetahuan, kegiatan

emosi: merasakan, menilai yang disebut sikap (afeksi), kegiatan konasi:

keinginan, kehendak yang disebut tindakan (practice).

Dari teori tersebut, intervensi emo demo masih dalam tahap kegiatan

emosi, merasakan, menilai yang disebut sikap (afeksi). Bagi responden karena

merupakan saranan peningkatan pengetahuan. Peningkatan pengetahuan memang

tidak selalu menyebabkan perubahan perilaku, akan tetapi ada hubungan yang

positif berkaitan dengan perubahan perilaku. Pengetahuan ibu hamil tentang

makanan sehat tidak bisa langsung merubah perilaku ibu hamil dalam hal

mengkonsumsi makanan sehat. Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh berbagai

faktor. Menurut Lawrence Green (2012), perilaku dibentuk oleh tiga faktor utama
59

yaitu faktor predisposisi yaitu faktor yang mempermudah terjadinya perilaku

seseorang antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai – nilai

dan tradisi. Faktor kedua adalah pendukung yaitu faktor yang memungkinkan atau

yang memfasilitasi perilaku atau tindakan antara lain umur, status sosial

ekonomi, pendidikan, sarana prasarana dan sumber daya. Ketiga, adalah faktor

pendorong atau penguat yaitu faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya

perilaku misalnya dengan adanya contoh dari para tokoh masyarakat yang

menjadi panutan.

Jika dilihat berdasarkan analisis deskriptif tersebut dapat diketahui bahwa

tidak terjadi peningkatan yang signifikan pada perilaku makan ibu hamil setelah

diberikan intervensi Emo Demo. Hanya terjadi peningkatan satu orang responden

dari perilaku makan buruk ke perilaku makan sedang. Hal tersebut juga sejalan

dengan hasil dari uji Wilcoxon dimana tidak terdapat perbedaan dari tingkat

perilaku makan responden sebelum dan sesudah diberikan intervensi berupa

modul Emo Demo. Tidak adanya perbedaan signifikan tersebut dapat dipengaruhi

oleh kepribadian ibu hamil terkait perilaku yang kurang merespon adanya

stimulus.
60

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisa data dan pembahasan yang telah disampaikan pada

bab sebelumnya, makan kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:

1. Karakteristik ibu hamil anemia yang menjadi responden di Posyandu

Guapanas Desa Tambak untuk kategori usia terbanyak adalah 20 – 30

tahun (80%) dan yang paling sedikit kategori usia <20 tahun (6,6%),

tingkat pendidikan terbanyak ibu hamil anemia yang menjadi

responden adalah tingkat rendah (86,7%) dan tidak ada yang memiliki

pendidikan tinggi. Semua responden tidak bekerja.

2. Tingkat pengetahuan ibu hamil sebelum intervensi dengan modul emo

demo termasuk dalam kategori kurang sebanyak 12 responden (80%),

kategori cukup sebanyak 3 responden (20%).

3. Perilaku makan ibu hamil sebelum intervensi dengan modul emo demo

termasuk dalam kategori sedang sebanyak 9 responden (60%), kategori

baik sebanyak 1 responden (6,7%).

4. Kategori tingkat pengetahuan ibu hamil setelah intervensi dengan

modul emo demo adalah baik sebanyak 10 responden (66,7%),

kategori kurang sebanyak 1 responden (6,6%).

5. Kategori perilaku makan ibu hamil setelah intervensi dengan modul

emo demo adalah sedang sebanyak 10 responden (66,7%), kategori

baik sebanyak 1 responden (6,7%)


61

6. Berdasarkan hasil Uji Wilcoxon didapatkan nilai p=0,001. Ini

menunjukkan ada perbedaan pengetahuan ibu hamil sebelum dan

sesudah intervensi dengan modul emo demo pada ibu hamil anemia di

posyandu Guapanas Desa Tambak Kecamatan Omben Kabupaten

Sampang.

7. Berdasarkan hasil Uji Wilcoxon didapatkan nilai p=0,173. Ini

menunjukkan tidak ada perbedaan perilaku ibu hamil sebelum dan

sesudah intervensi dengan modul emo demo pada ibu hamil anemia di

posyandu Guapanas Desa Tambak Kecamatan Omben Kabupaten

Sampang.

B. Saran

Adapun saran yang dapat diberikan berdasarkan pada kesimpulan diatas

adalah sebagai berikut:

a. Saran Teoritis

Diharapkan modul emo demo di tema tiga ditambah ragamnya agar

dapat lebih cepat merubah perilaku penerima informasi.

b. Saran Praktis

1. Bagi mahasiswa

Penelitian ini memberikan gambaran dan wawasan dalam materi gizi

dengan menggunakan metode yang menyenangkan dengan

mengembangkan metode penyuluhan terbaru sehingga dapat

menarik perhatian masyarakat dan tidak membosankan.


62

2. Bagi puskesmas

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa emo demo mampu

meningkatkan tingkat pengetahuan ibu hamil tentang atika dan dapat

digunakan untuk alternatif metode penyuluhan untuk program lain,

sehingga dapat meningkatkan cakupan dan target sasaran yang

masih belum tercapai.

3. Bagi peneliti

Saat wawancara FFQ pastikan bahwa jawaban responden sesuai

dengan tujuan pengambilan data agar tidak terjadi kesalahan

presepsi antara peneliti dengan responden.

4. Bagi subyek

Diharapkan responden mau untuk menerima dan mempraktekkan

informasi yang didapatkan setelah terpapar emo demo


63

DAFTAR PUSTAKA

Andriani, M. & Wirjatmadi, B. (2012a) Pengantar gizi masyarakat. Jakarta:


Kencana prenada media group.

Andriani, M. & Wirjatmadi, B. (2012b) Peranan gizi dalam siklus kehidupan.


Jakarta: Kencana prenada media group.

Ari Istiany & Rusilanti. (2013). Gizi Terapan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Aritonang, Irianton.(2000).Pemantauan Pertumbuhan Balita. Jakarta: PT.


Kanisius

Arsa, Avilla. (2017). Perubahan Pengetahuan dalam Pemilihan Jajanan Sehat


dengan Metode Emo Demo pada Siswa Kelas V SD Negeri Jatikalang 1
Krian, Sidoarjo. Akademi Gizi Surabaya

Byrd-Bredbenner, C., Abbot, J. M., & Cussler, E. (2008). Mothers of young


children cluster into 4 groups based on psychographic food decision
influencers.

Chotimah, Chusnul. (2018). Perbedaan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Porsi


Makan Anak dengan Metode Penyuluhan Emo Demo dan Ceramah di
Desa Lemahbang Kecamatan Pasrepan Kabupaten Pasuruan. STIKES
Surabaya

Dinkes, J. (2013). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur Tahun 2013. Surabaya :
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur

Depkes, RI. (2004). Pengertian Kehamilan. (online)


http://www.DepkesRI.co.id.html diaksestanggal 22 November 2018

Effendy, Onong Uchjana. (2003). Ilmu, teori dan filsafat komunikasi. Bandung :
Citra Aditya Bakti.

Fikawati, S., Syafiq, A., & Karima, K. (2015). Profil Kesehatan Provinsi Jawa
Timur Tahun 2011.

Hurlock dalam Gabriel A. (2008). Perilaku keluarga sadar gizi (kadarzi) serta
hidup bersih dan sehat ibu kaitannya dengan status gizi dan kesehatan
balita di desa Cikarawang, Bogor.Bogor : Institut Pertanian Bogor.

Hulliana, Mellyna. (2007). Panduan Menjalani Kehamilan Sehat. Jakarta : Puspa


Swara, Anggota IKAPI
64

Indreswari, Marissa. (2008). Hubungan antara Intensitas Pemeriksaan


Kehamilan, Fasilitas Kesehatan, dan Konsumsi Tablet Besi dengan
Tingkat Keluhan Selama Kehamilan. Jurnal Gizi Pangan, Vol 3 No 1.

GAIN. (2013). Inspiring Indonesian mothers to change their eating and feeding
practices. Global Alliance for Improed Nutrition

KEMENKES, R (2015). Riset Kesehatan Dasar. Riskesdas 2015

Kementrian Kesehatan RI Badan Litbangkes. (2013). Riset Kesehatan Dasar2013

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2012). Rencana Strategis Kementrian


Kesehatan Tahun 2010-2014. Diakses melalui
http://www.slideshare.net/adeblondrenstra-kemenkes-20102014 pada 23
November 2018

Kristiyanasari, I. (2010). Asuhan Kehamilan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Lutfa, A., Sugianto, Sulhadi. (2015). Penerapan Model Pembelajaran PBL


(ProblemBased learning) Untuk Menumbuhkan Keterampilan Proses
Sains padaSiswa SMA. Unnes Physics Education Journal, 3 (2): 78-80.

Lozoff, B., Jimenez, E., & Smith, J. B. (2006). Double burden of iron deficiency
in infancy and low socioeconomic status: a longitudinal analysis of
cognitive test scores to age 19 years. Arch Pediatr Adolesc Med 160(11),
1108–1113

Miyata, S, Preverawati, A. (2010). Nutrisi Janin dan Ibu Hamil. Yogyakarta :


Nuha Medika

Notoatmodjo, S. (2003). Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip – Prinsip Dasar.


Jakarta : Rineka Cipta

Notoatmodjo, S. (2007). Kesehatan Masyarakat Ilmu & Seni. Jakarta : Rineka


Cipta.

Notoatmodjo, S. (2011). Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Notoatmodjo, S. (2012). Kesehatan Masyarakat dan Seni. Jakarta : Rineka Cipta

Notoatmodjo, S. (2012). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta


Rineka Cipta

Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba


Medika.
65

Prabawani, Yuni STP, M. Kes, Lini Anisfatul Sholihah M. Sc dan Harlina


Darban, SST. (2017). Pengaruh Emo Demo Terhadap Perubahan
Perilaku Gizi Pasien Hemodialisa di RSAL Dr. Ramelan Surabaya.
Akademi Gizi Surabaya
Pradita, Bayu R. (2017). Pengaruh Penyuluhan Kesehatan dengan Metode Review
terhadap Perilaku Remaja dalam Pencegahan Narkoba di SMK Dwija
Bhakti 1 Jombang. Jombang: STIKES Insan Cendekia Medika

I Dewa Nyoman Supariasa Bachyar Bakri Ibnu Fajar. (2012). Penilaian Status
Gizi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran. EGC.

Syamsinar, A (2015). Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Kebutuhan Gizi


Ibu Hamil Selama Kehamilan. Jurnal Ilmiah Sandi Husada.

Riduwan. 2013. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung:


Alfabeta. Hlm. 22

Rizqi Adnamazida. (2013). Kenali 9 Tanda Kehamilan Sehat!. Diakses melalui


www.merdeka.com/sehat/kenali-9-tanda-kehamilan-sehat.html pada
tanggal 22 November 2018 jam 11.15 WIB.

Rusdian. (2007). Metodologi Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: Lanarka dan Ar


Rijal Institute.

Sandjaja. (2009). Resiko Kurang Energi Kronis (KEK) Pada Ibu Hamil di
Indonesia. Jurnal Penelitian. Hlm. 1-11.

Sukasmiyati. (2012). Hubungan Antara Umur Kehamilan dan Suplementasi


Tablet Besi dengan Status Anemia Ibu Hamil di Puskesmas Dlingo II
Bantul Yogyakarta. Jurnal Universitas Indonesia

Supariasa. (2012). Pendidikan Dan Konsultasi Gizi. Jakarta : EGC

Siti Misaroh Ibrahim. M, & Atikah Proverawati. (2010). Nutrisi Janin & Ibu
Hamil Cara Membuat Otak Janin Cerdas. Yogyakarta: Nuha Medika

UU SISDIKNAS No. 20 (2003)

Anda mungkin juga menyukai