Anda di halaman 1dari 39

INTERVENTION MAPPING STUNTING

kelompok 6
Nama Anggota :

Candra 25010115120044
Putri Balqish Ameilia 25010115120090
Laila wahid 25010115120136
Octavia Rizki Amalia Utari 25010115130179
Yeni Dwi Nurhidayanti 25010115140197
Pembayun Ningtyas P. 25010115130222
Ellyta Handayani 25010115140262
Parlim Santo Petra Yogobi 25010115140313
1. Analisis Kecendurungan Provinsi :2007-2013 Proporsi Balita
pendek

Dari data tersebut proporsi balita pendek pada tahun 2007-2010 yang paling besar
pada provinsi NTT, hal ini dapat dikarenakan akses mobilisasi yang sulit
dijangkau dalam upaya pendistribusian makanan, upaya penyuluhan mengenai
stunting, serta kondisi sosial ekonomi masyrakat sekitar yang menengah ke
bawah.
2. Prevalensi Anemia pada Ibu Hamil : RKD 2013, SIRKESNAS 2016

Berdasarkan grafik, menunjukkan bahwa prevalensi anemia ibu hamil berdasarkan


Riskerdas 2013 dan Sirkesnas 2016 paling tinggi di pedesaan

Dikarenakan persentase prevalensi anemia pada ibu hamil berdasarkan Riskerdas


2013 dan Sirkesnas 2016 masih tinggi, maka perlu adanya usaha yang lebih untuk
mencapai target di tahun 2019.
3. PREVALENSI BALITA STUNTING (TB/U) DI INDONESIA
(PEMANTAUAN STATUS GIZI 2015-2016)

Pada tahun 2015 dri 34 propinsi hanya 2 propinsi yang berada di bawah batasan
WHO 2010 (20%) yaitu Bengkulu dan kepulauan babel dan 2016 kondisinya sama
tetapi yang hanya ada 2 propinsi dri 34 provinsi tapi beda provinsi dari tahun 2015
yaitu sumatera selatan dan bali. Jadi dapat disimpulkan bahwa prevalensi balita
stunting di Indonesia mengalami pebedaan dari tahun 2015-2016
4. Analisis Grafik Kecenderungan Nasional (2010-2013) Proporsi Angka BBLR

• Tahun 2010 bayi lahir dengan berat ≤ 2.500 gr berjumlah 11,1%, sedangkan pada tahun
2013 berjumlah 10,2%. Berdasarkan data diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
jumlah bayi lahir dengan berat ≤ 2.500 gr menurun, yaitu sejumlah 0,9%.
• Tahun 2010 bayi lahir dengan berat >2.500-3.999 gr berjumlah 82,5%, sedangkan pada
tahun 2013 berjumlah 85,5%. Maka dapat disimpulkan bahwa bayi lahir dengan berat
>2.500-3.999 gr meningkat sejumlah 3%.
• Tahun 2010 bayi lahir dengan berat >4.000 gr berjumlah 6,4%, sedangkan pada tahun
2013 berjumlah 4,8%. Dapat disimpulkan bahwa bayi lahir dengan berat >4.000 gr
menurun, yaitu 1,6%.
5. Presentase Ibu Hamil KEK yang Mendapatkan Makanan
Tambahan

-Jumlah ibu hamil kek yang mendapatkan pemberian makanan tambahan sebanyak
275 orang dengan besar presentase 14,7% makanan tambahan yang diberikan kepada
ibu hamil yang mengalami KEK, dibagi menjadi dua yaitu biskuit dan non biskuit.
Untuk jumlahnya, yaitu:
-jumlah ibu hamil yang mendapatkan makanan tambahan berupa biskuit sebanyak
185 orang dengan besar persentase 67,3%
5. Presentase Ibu Hamil KEK yang Mendapatkan Makanan
Tambahan

Sedangkan jumlah ibu hamil yang mendapatkan makanan tambahan bukan biskuit
sebanyak 90 orang dengan besar persentase 32,7%
sampel yang didapatkan melalui keberhasilan wawancara pada ibu hamil yang
memenuhi kriteria memberikan kesimpulan juga bahwa jumlah ibu hamil yang
tidak mendapatkan pemberian makanan tambahan sebanyak 1.597 orang.
Target pemberian makanan tambahan terhadap ibu hamil yang mengalami KEK
meningkat dari tahun 2015-2016 sebesar 1,7 %
Berdasarkan analisis data-data diatas dapat
disimpulkan bahwa masalah dari kejadian
stunting yaitu :
Anemia pada ibu hamil

Pemenuhan gizi ibu hamil,

berat bayi lahir rendah (bblr)

Angka kecukupan protein (akp)

Angka kecukupan energi (ake).


Penyebab Perilaku dan
Lingkungan
(1) Faktor Periku
 Pemenuhan gizi ibu hamil
 Konsumsi PMT bagi hamil
 Konsumsi PMT bagi balita
 Melakukan ANC secara berkelanjutan

(2) Faktor Non Perilaku


 Kondisi sanitasi yang tidak bersih di lingkungan keluarga
 Rendahnya pengetahuan ibu hamil tentang kehamilan
 Bayi berat badan lahir rendah
 Status sosial ekonomi keluarga
Teori Perilaku yang
Berhubungan

Dalam penanganan stunting di Indonesia perlu adanya


cara yang efektif untuk menyelesaikan masalah ini.
Seperti yang di kemukakan oleh H.L Blum bahwa
masalah kesehatan dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu`:
1. Perilaku

2. Lingkungan

3. Pelayanan Kesehatan

4. Genetik
Perlu adanya intervensi yang dilakukan dalam sektor lain
seperti yang dikemukakan oleh Blum dalam menyelesaikan
masalah kesehatan harus ada penanggulangan penyebab tidak
langsung terjadinya kurang gizi, seperti:

Kurangnya akses terhadap


Lingkungan yang buruk
layanan kesehatan berkualitas

Pola asuh yang tidak


memadai serta permasalahan
ketahanan pangan di tingkat
rumah tangga
Contoh dari intervensi-gizi sensitif atau tidak langsung
ini meliputi:

Intervensi pola hidup bersih


sehat (PHBS) Keluarga Berencana

Stimulasi psikososial bayi


Bantuan langsung tunai
dan anak
Need Assesment
1. Tujuan Kinerja

Sehingga didapatkan prioritas masalah yaitu Gizi ibu hamil.


Who : Ibu hamil
What : Peningkatan dalam pemenuhan gizi untu ibu hamil
When : Selama masa kehamilan, dimulai dari awal tanda kehamilan
Where : Provinsi NTT
How much : Ketercapaian pemenuhan gizi ibu hamil selama masa kehamilannya
90% pada bulan desember 2020
2. Determinan Perilaku dan Kondisi
Lingkungan
Determinan Perilaku :

Faktor Faktor
Predisposisi : Penguat
• Tinggi badan Ibu Faktor penguat dalam
• Riwayat Anemia proses pemenuhan gizi
Ibu saat Hamil Faktor ibu hamil dan bantuan
• Ibu yang
memiliki anak
pemungkin dari anggota keluarga
lain dalam mengerjakan
balita dengan pekerjaan rumah
Ketersediaan dana
tubuh pendek tangga.
untuk belanja
(stunting)
bahan makanan.
Keadaan lingkungan :
Kebanyakan ibu hamil (bumil) di daerah kurang
maju memang kurang mendapatkan informasi
terkait pemenuhan gizi. Selain itu, sumber pangan
pun tak memadai di daerah-daerah tersebut.
Metode berbasis teori
 Teori yang
mendasari
dalam
melakukan
program
penurunan
kejadian
stunting ini
adalah teori
HL. Blum.
Teori ini
meliputi :
A. Pengembangan Strategi

1. Pengelompokan Sasaran
Sasaran primer : Ibu hamil di NTT
Sasaran sekunder : keluarga.
Sasaran tersier : pemerintah daerah NTT, dinas
kesehatan setempat.
2. Strategi Produk

 Pemberian penyuluhan mengenai program 1000 hari pertama kehidupan di


NTT.
 Pemberian pre test (sebelum penyuluhan) dan post test (sesudah
penyuluhan) untuk menguji beberapa indicator
 Advokasi ke pihak pemerintah daerah mengenai program 1000 hari
pertama kehidupan dan mengusahakan adanya surveilans untuk
mendampingi ibu hamil tersebut dari pihak dinas kesehatan dan
Puskesmas.
Indikator Pretest dan Post test
1.Ibu mengerti mengenai program 1000 hari pertama kehidupan
a.Pengertian program 1000 hari pertama kehidupan
b.Manfaat program 1000 hari pertama kehidupan
c.Tujuan program 1000 hari pertama kehidupan
d.Apa saja program 1000 hari pertama kehidupan

2. Ibu memahami mengenai cara mengisi buku catatan pegangan


pemenuhan gizi program 1000 hari pertama kehidupan
a.Bagaimana cara mengisinya
b.Tujuan dan manfaat pengisian
3. Ibu memahami manfaat pemenuhan gizi dan dapat
menerapkannya
a.Manfaat pemenuhan gizi ibu hamil
b.Gizi apa saja yang harus dipenuhi dalam program 1000 hari
pertama kehidupan

4. Ibu dapat memahami manfaat inisiasi menyusui dini dan


menerapkannya
a.Pengertian inisiasi menyusui dini
b.Tujuan dan manfaat inisiasi menyusui dini
c.Bagaimana cara menerapkan inisiasi menyusui dini
3. Strategi Perilaku
 Ibu-ibu hamil di daerah NTT mengisi secara lengkap pada
buku catatan pegangan pemenuhan gizi pada 1000 hari
pertama pada balita.
 Gizi ibu hamil dapat terpenuhi dengan mengkonsumsi
iodium, zat besi/ zink dan asam folat serta obat cacing untuk
ibu hamil
 Ibu-ibu hamil di daerah NTT dapat memberikan inisiasi
menyusui dini (pemberian ASI jolong/colostrum) dan ASI
Eksklusif ketika nanti anaknya sudah lahir
4. Strategi Distribusi dan Pelatihan

 Kegiatan 1 : penyebaran informasi melalui leaflet dan poster ke daerah-


daerah yang ada ibu hamil sekaligus sosialisasi mengenai adanya
penyuluhan.
 Kegiatan 2 : penyuluhan dan pemberian materi mengenai program 1000
hari pertama kehidupan.
 Kegiatan 3 : advokasi kepada pihak pemerintah daerah dan dinas
kesehatan mengenai program 1000 hari pertama kehidupan dan
mengusahakan adanya surveilans untuk mendampingi ibu hamil tersebut.
5. Strategi Pesan
 Pesan yang ingin disampaikan menggunakan metode ceramah,
diskusi dan FGD.

6. Strategi Saluran Media


 Media yang digunakan adalah media audio visual berupa video dan
power point, serta media cetak yaitu buku catatan pegangan
pemenuhan gizi dan leaflet.

7. Strategi Pelayanan Kelembagaan


 Menjalin kerjasama dengan pihak Dinas Kesehatan dan Puskesmas
untuk memberikan penyuluhan dan advokasi.
 Menjalin kerjasama dengan pihak pemerintah daerah untuk
membuat regulasi.
8. Pemantauan
 Selama 6 bulan akan ada surveilans dari pihak dinas
kesehatan dan puskesmas untuk memantau
keberjalanan program 1000 hari pertama kehidupan.

9. Modifikasi Program
 Pembentukan surveilans program 1000 hari pertama
kehidupan.
B. Uji Coba Bahan

Media yang telah dibuat diujikan ke ibu


hamil dengan karakteristik yang hampir
sama dengan ibu hamil di daerah NTT.
C. Rencana Operasional

Minggu Pertama : pengambilan data sekunder dan


analisis situasi dengan FGD (Focus Group Discussion)
bersama dengan pihak Puskesmas dan Dinas
Kesehatan.
Minggu Kedua : perencanaan intervensi dan tryout (uji
coba) media beserta evaluasi dan perbaikan media
apabila diperlukan.
Minggu Ketiga : mulai melakukan intervensi.
Minggu Keempat : monev (monitoring dan evaluasi).
ADOPSI DAN IMPLEMENTASI

Faktor faktor yang mempengaruhi dalam


mengadopsi program 1000 hari pertama kehidupan
yaitu :
Untuk meningkatkan kesehatan anak dan mengurangi
angka kejadian gizi buruk di Indonesia
Untuk mengedukasi pentingnya gizi bagi bayi sejak
masa konsepsi dan Pemberian Makan Bayi dan Anak
(PMBA) untuk usia 0-24 bulan
Untuk memotivasi kesadaran ibu tentang pentingnya gizi
ibu dan anak
1) Rencana Adopsi dan Implementasi
No Kegiatan Waktu
1. Pre test
Tahap Pretest dilakukan
untuk memperoleh
informasi tentang Dilakukan pada saat
pengetahuan dan hari pertama
kemampuan seorang Ibu program
terhadap gizi bagi dirinya
dan anaknya baik secara
lisan maupun tulisan.
2. Sesi Edukasi program 1000 HPK
1. Pemberian informasi mengenai
program 1000 hpk
2. Pemberian informas tentang
manfaat mengonsumsi iodium, zat
besi/zinc, dan asam folat serta obat
cacing untuk ibu hamil
3. Alasan pentingnya pemberian ASI
ekslusif
4. Pentingnya memberi MP-ASI
yang memenuhi syarat gizi Dilakukan pada hari pertama
seimbang setelah pretest
5. Mengingatkan pentingnya
perbaikan lingkungan dan
penyediaan saran air bersih
6. Memberi pengertian pentingnya
peran surveilans untuk
mendampingi ibu hamil
7. Pentingnya mengisi buku catatan
pegangan pemenuhan gizi pada
1000 hari pertama pada balita
secara lengkap
3. Sesi penyuluhan Program 1000 HPK
1. Menjelaskan program 1000 HPK
2. Menjelaskan tentang manfaat
mengonsumsi iodium, zat besi
/zinc, dan asam folat, obat cacing
untuk ibu hamil serta contoh
makanan yang mengandung zat
tersebut.
3. Menjelaskan gambaran
pentingnya pemberian inisiasi Dilakukan setelah sesi
menyusui dini dan asi ekslusif edukasi selama 2 hari
4. Memberikan contoh gambaran
lingkungan yang baik dan
penyediaan sarana air bersih yang
baik guna mendukung gizi ibu
dan anak.
5. Menjelaskan cara mengisi buku
catatan pegangan pemenuhan gizi
pada 1000 hari pertama pada
balita secara lengkap.
4. Post test
Post test dilakukan untuk
mengukur dan memperoleh
informasi tentang
pengetahuan dan Dilakukan pada hari
kemampuan seorang Ibu kedua, setelah
terhadap gizi bagi dirinya penyuluhan
dan anaknya baik secara dilakukan
lisan maupun tulisan, setelah
mendapatkan penyuluhan
tentang program 1000 HPK.
Monitoring dan Evaluasi
Permasalahan gizi bagi balita merupakan fokus utama
pembangunan yang sedang dilaksanakan pemerintah
Provinsi NTT. Selain permasalahan gizi kurang dan gizi
buruk, yang perlu juga mendapatkan perhatian serius
adalah pertumbuhan terhambat (stunting), yakni tinggi
badan tidak sesuai umur pada balita.

Berkaitan dengan program yang telah dilaksanakan, pemerintah


masih dihadapkan pada sejumlah persoalan pokok di bidang
ketahanan pangan dan gizi seperti rendahnya tingkat ketahanan
pangan keluarga, terbatasnya akses keluarga dan masyarakat
terhadap informasi pasar, masih banyak balita yang mengalami gizi
kurang dan gizi buruk serta masih banyaknya ibu hamil yang
mengalami kekurangan energi kronis.
Monitoring dan Evaluasi

Tujuan monitoring dalam program stunting:


Memantau dan mengawasi keberjalanan program
secara beruntut dan berkelanjutan
Menganalisis dan mengidentifikasi masalah pada
saat keberjalanan program
Mencari penyelesaian masalah serta mengantisipasi
terhadap masalah yang timbul saat keberjalanan
program
Monitoring dan Evaluasi
Monitoring program 1000 hari pertama kehidupan:
 Pemantauan dalam pemberian informasi mengenai program
1000 hari pertama kehidupan
 Pemantauan dalam pemberian informasi bahwa
mengonsumsi iodium, zat besi/zinc, dan asam folat serta
obat cacing sangat bermanfaat bagi ibu hamil
 Pemantauan dalam mengisi buku catatan pegangan
pemenuhan gizi pada 1000 hari pertama pada balita secara
lengkap
 Pemantauan dan pendampingan cara mengisi buku catatan
pegangan pemenuhan gizi pada 1000 hari pertama pada
balita secara lengkap
Monitoring dan Evaluasi
Evaluasi:
 Tercapainya program 1000 hari pertama kehidupan
sebesar 90% setelah program berjalan
 Meningkatnya tingkat pengetahuan ibu hamil dan
sikap sadar terhadap janin maupun kehamilan
 Memberikan motivasi terhadap ibu hamil bahwa
pentingnya pemberian ASI Eksklusif untuk sang anak
Monitoring dan Evaluasi

Penyuluhan
 Melaksanakan pre-test dan post-test
 Pemantauan dalam melaksanakan penyuluhan
program 1000 hari pertama kehidupan
 Banyaknya jumlah peserta yang mengikuti
penyuluhan
 Mengajak pemegang kebijakan maupun tokoh
agama serta tokoh masyarakat untuk ikut serta
dalam pemberian penyuluhan terhadap ibu hamil
Monitoring dan Evaluasi

Monitoring:
 Tercapainya program penyuluhan sebesar 100% setelah
penyuluhan
 Peserta mengerti betapa pentingnya memberikan asupan
gizi yang terbaik untuk kehidupan sang janin
 Peserta bersikap aktif serta selalu memperhatikan
kesehatan kehamilannya
 Serta, keberjalanan program yang sudah dilaksanakan
Daftar Pustaka :

Ch Rosha, Bunga. 2016. Peran Intervensi Gizi Spesifik dan Sensitif dalam
Perbaikan Masalah Gizi Balita di Kota Bogor ROLES OF SENSITIVE AND SPECIFIC
NUTRITIONAL INTERVENTIONS IN THE IMPROVEMENT OF NUTRITIONAL PROBLEMS IN
BOGOR. Jakarta

Siswanto. 2018. Analisis Data Percepatan Eliminasi Tuberkulosis, Peningkatan Mutu


Cakupan Imunisasi, dan Penurunan Stunting. Kementerian Kesehatan Republik
Inonesia

Sekretariat Wakil Presiden Republik Indonesia. Mendorong Konvergensi dan


Efektifititas Intervensi untuk Penurunan Stunting.Januari 2018

https://www.mca-indonesia.go.id/assets/uploads/media/pdf/MCAIndonesia-
Technical-Brief-Stunting-ID.pdf

http://nttprov.go.id/ntt2016/index.php/profildaerah1/kondisi-geografis

Anda mungkin juga menyukai