Anda di halaman 1dari 16

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB I.
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Periode 1000 Hari Pertama Kehidupan merupakan periode penting
penentu kesehatan dan kecerdasan sumber daya manusia di masa depan.
Periode 1000 HPK dimulai dari fase kehamilan hingga anak berusia 2 tahun.
Pertumbuhan dan perkembangan berlangsung sangat cepat pada periode 1000
HPK (Sasube dan Luntungan, 2017). Salah satu faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan anak dalam periode 1000 HPK yaitu jarak
kelahiran anak (Karundeng et al., 2015). Anak dengan jarak kelahiran kurang
dari 2 tahun akan mengalami gangguan dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan (Yuniantini et al., 217) Sampai tahun 2018 data Riskesdas
(Kemenkes, 2018) menunjukkan adanya gangguan pertumbuhan tinggi badan
pada anak 1000 HPK sebesar 37.2% sebagai masalah yang belum selesai
(Martianto, 2016). Selanjutnya Bappenas, Health Sector Review (2014)
mengatakan bahwa anak Baduta (pada 1000 HPK) yang mengalami gangguan
pertumbuhan tinggi badan serius berupa sangat pendek ada 19.2%. Data
tersebut merupakan gambaran tren anak 1000 HPK underweight dan stunting
tahun 2007-2013 sehingga menjadi target RPJMN Tahun 2014 dalam gerakan
masyarakat untuk tatalaksana perbaikan status gizi anak 1000 HPK.
Beberapa survey yang dilakukan banyak ditemui kejadian
perkembangan anak yang kurang baik pada kasus jarak anak yang sangat
dekat, dalam hal ini utamanya pada jarak kehamilan yang terjadi saat ibu
masih dalam masa menyusui ekslusif dan terjadi kehamilan kembali dapat
menimbulkan permasalahan pada perkembangan anak. Dimasyarakat jawa
dikenal dengan istilah sundulan yaitu ibu yang masih menyusui mengalami
kehamilan lagi. Hal ini masih sangat banyak dijumpai di daerah pinggiran,
yang sebagian besar masyarakatnya belum berpendidikan cukup tentang
kesehatan. Pengetahuan tentang kesehatan seperti halnya yang bisa
berhubungan dengan kehamilan, KB,

1
library.uns.ac.id 2
digilib.uns.ac.id

pertumbuhan dan perkembangan anak 1000HPK, riwayat penyakit anak,


sundulan, pola asuh juga tentang ASI ekslusif.
Kejadian kelahiran dengan jarak yang dekat dimana ibu masih
menyusui ekslusif (6 bulan) disebut sundulan yang didefinisikan oleh (Didik
Tamtomo, 2017) di Indonesia khususnya suku jawa selalu menyebut jarak
kehamilan yang terlalu dekat dengan sundulan dan merupakan salah satu
kekayaan budaya dalam hal ini bahasa jawa yang perlu di lestarikan dari
sekian banyak kearifan lokal dimana ibu diharapkan menyusui bayinya selama
2 tahun untuk mencegah sundulan. Kejadian sundulan sampai saat ini masih
dianggap kejadian alami dari kehamilan seorang ibu pada saat anak terakhir
masih harus mendapatkan ASI Ekslusif 6 bulan. Akibatnya akan timbul multi
efek dari anak yang disundul maupun perkembangan janin yang akan
dilahirkan (bayi yang menyundul). ASI eksklusif merupakan program yang
dicanangkan WHO untuk menekan angka mortalitas dan morbiditas balita.
Tahun 2002 WHO merekomendasikan ASI eksklusif 6 bulan penuh pada
semua Ibu menyusui tanpa kecuali, termasuk pada ibu yang mengalami
sundulan. Rentang waktu kejadian sundulan sampai saat ini diduga akan
mempunyai efek terhadap kualitas ASI. Penelitian Hanim (2009) menyatakan
kualitas zat gizi pada ibu penderita penyakit infeksi (Tuberculosis Paru) justru
lebih bagus dari pada ibu menyusui yang sehat. Artinya ada kemungkinan
kualitas ASI pada ibu menyusui dengan kejadian sundulan juga lebih baik. Hal
ini menjadi sangat positif bagi perkembangan anak baduta pada 1000 HPK.
Kejadian sundulan di Indonesia belum banyak diketahui penyebab dan
besarnya masalah yang ditimbulkan serta analisis tentang kejadian sundulan
baik di perkotaan maupun di perdesaan. Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN) yang saat ini sedang gencar melakukan analisis
kampung KB juga belum mengamati kejadian sundulan serta dampaknya pada
bayi yang disundul maupun janin yang akan lahir. Kejadian sundulan
umumnya disebabkan kesuburan pasangan usia subur (PUS) yang lupa ber-KB
(lupa minum pil KB) atau unsur ketidak sengajaan sehingga ibu menyusui
mengalami hamil lagi dimana masyarakat beranggapan apabila menyususi
maka tidak akan terjadi kehamilan. BKKBN telah melakukan program
library.uns.ac.id 3
digilib.uns.ac.id

kemitraan untuk memberikan pembinaan penyuluh KB di seluruh Indonesia


agar berhasil dalam menekan jumlah penduduk namun belum melakukan
pencegehan kejadian sundulan. Data di Jawa Tengah jumlah akseptor KB
sudah mencapai 85% sementara yang 15% belum tercatat, ada kemungkinan
diantaranya mengalami sundulan (Tatas, BKKBN Jateng, 2018) .
Sampai saat ini belum ada gerakan 1000 HPK yang dihubungkan
dengan kejadian sundulan. Dalam pelaksanaan gerakan 1000 HPK belum ada
laporan yang menyebutkan kejadian sundulan dan metode tatalaksananya baik
oleh Kemenkes maupun BKKBN. Artinya ibu hamil selama 270 hari
kemudian menyusui secara eksklusif selama 180 hari pada masa tersebut bisa
terjadi kehamilan sehingga akan mengurangi perhatian dan kasih sayang ibu
kepada bayinya akibat ketidaknyamanan ibu pada masa awal kehamilan
(nyidam). Disinilah sebenarnya peran dan fungsi penyuluh KB sangat
dibutuhkan untuk bersama-sama Bidan Desa, Bidan Puskesmas, Kader Gizi,
Petugas Promosi Kesehatan melaksanakan tatalaksana kejadian sundulan
termasuk pemantauan status gizi bayi yang disundul. Belum ada data atau
hasil skrining monitoring tumbuh kembang anak sundulan maupun anak yang
disundul menggunakan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP).
Dalam Lancet “Maternal and Child Nutrition” Series tahun 2004 memuat satu
konsep model faktor-faktor yang menyebabkan kekurangan gizi, kecacatan
atau disabilitas dan kematian akibat jarak kehamilan yang terlalu cepat
(pendek kurang dari 2 tahun) atau sundulan. Disebutkan bahwa tidak
optimalnya pemberian Air Susu Ibu Eksklusif 6 bulan merupakan salah satu
penyebab tingginya infeksi pada bayi yang mengakibatkan kekurangan gizi
akut dan kematian pada 1000 HPK. Faktor-faktor kemiskinan, sosial budaya
dan politik, meningkatnya infeksi penyakit, ketahanan pangan dan tidak
optimalnya cakupan dan kualitas pelayanan kesehatan merupakan faktor yang
secara bersama-sama maupun secara sendiri-sendiri berpengaruh pada
keadaan gizi ibu hamil, kekurangan gizi mikro, asupan energi yang rendah dan
tidak optimalnya pemberian Air Susu Ibu Eksklusif.
Antenatal care (ANC) ibu hamil pada Trimester I, II, dan III serta
menjelang kelahiran jadi ada empat kali kunjungan (K4) pemeriksaan
library.uns.ac.id 4
digilib.uns.ac.id

kehamilan merupakan monitoring keberlangsungan kehamilan yang sehat


tanpa gangguan pertumbuhan dan perkembangan janin. Data Cakupan K4
laporan Direktorat Bina Kesehatan Ibu dan cakupan Fe (Dinas Kesehatan
Provinsi tahun 2011) menunjukkan ANC di Indonesia umumnya sudah 4x
(80%). Adapun penjelasan data menunjukkan bahwa suplementasi tablet Fe-
folat pada ibu hamil menurunkan risiko kematian neonatal (20%); risiko
kematian ibu, menurunkan prevalensi anemia. Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
menurunkan faktor risiko kematian bayi hingga 22% neonatal. ASI Eksklusif
mencegah 13% kematian bayi, selain itu menurunkan risiko anak pendek atau
stunting.
Komunikasi, Informasi, Edukasi Keluarga Berencana (KIE KB) sudah
sejak tahun 1980an diketahui efektif dalam membina norma keluarga kecil
bahagia sejahtera (NKKBS) di Indonesia. Namun sekarang yang lebih
digalakkan adalah kemitraan KB melalui program kampung KB untuk
mengajak keluarga menjadi akseptor KB dan penyuluh KB menggunakan
pegangan buku KIE KB (BKKBN, 2011). Pola asuh anak baduta pada
gerakan 1000 HPK prinsipnya untuk monitoring pertumbuhan dengan
indikator Berat badan menurut umur (BB/U) dan atau Tinggi badan menurut
umur (TB/U) dalam KMS dan skrining perkembangan anak baduta
menggunakan KPSP (Kemenkes, 2011).
Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) PHBS digunakan untuk
penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), sebagai wujud
keberdayaan masyarakat yang sadar, mau dan mampu mempraktekkan PHBS.
Dalam hal ini ada 5 program priontas yaitu KIA, Gizi, Kesehatan Lingkungan,
Gaya Hidup, Dana Sehat/Asuransi Kesehatan/JPKM. Upaya untuk
memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi
perorangan, keluarga, kelompok, dan masyarakat, dengan membuka jalur
komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi, untuk
meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku, melalui pendekatan pimpinan
(Advokasi), bina suasana (Social Support) dan pemberdayaan masyarakat
(Empowerment) khususnya ibu hamil. Komunitas ibu hamil dapat mengenali
dan mengatasi masalahnya sendiri, terutama dalam tatanan masing-masing,
library.uns.ac.id 5
digilib.uns.ac.id

dan dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dengan menjaga, memelihara


kandungan sundulannya hingga melahirkan (Dinkes, 2006 dan Hanim, 2009).
Faktor lain yang dapat berpengaruh terhadap keberlangsungan hidup bayi
sundulan maupun anak yang disundul khususnya perkembangan anak pada
1000 HPK adalah status ekonomi keluarga termasuk pekerjaan, pendapatan,
personal hygiene, dan riwayat sakit ibu hamil. Berdasarkan hal itu diperlukan
analisis kejadian sundulan pada perkembangan anak 1000 HPK.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dapat dirumuskan pertanyaan penelitian
yaitu:
1. Bagaimana hasil analisis Hubungan Sundulan ≤ 6 bulan dengan
perkembangan anak 1000 HPK?
2. Bagaimana hasil analisis Hubungan ASI Eksklusif 6 bulan dengan
perkembangan anak 1000 HPK ?
3. Bagaimana hasil analisis Hubungan pola asuh dengan perkembangan anak
1000 HPK?
4. Bagaimana hasil analisis Hubungan riwayat sakit dengan perkembangan
anak 1000 HPK?
5. Bagaimana hasil analisis Hubungan KIE kehamilan dengan perkembangan
anak 1000 HPK?
6. Bagaimana hasil analisis Hubungan KIE KB dengan perkembangan anak
1000 HPK?
7. Bagaimana hasil analisis Hubungan KIE 1000 HPK dengan perkembangan
anak 1000 HPK?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Menganalisis kejadian sundulan dan faktor-faktor yang berhubungan
dengan perkembangan anak pada1000 HPK
2. Tujuan Khusus
library.uns.ac.id 6
digilib.uns.ac.id

a. Menganalisis hubungan Sundulan dengan kejadian perkembangan anak


1000 HPK
b. Menganalisis hubungan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian
perkembangan anak 1000 HPK
c. Menganalisis hubungan Pola asih dengan kejadian perkembangan anak
1000 HPK
d. Menganalisis hubungan riwayat sakit dengan kejadian perkembangan
anak 1000 HPK
e. Menganalisis hubungan KIE Kehamilan dengan kejadian perkembangan
anak 1000 HPK
f. Menganalisis hubungan KIE KB dengan kejadian perkembangan anak
1000 HPK
g. Menganalisis Hubungan KIE Anak dengan kejadian perkembangan anak
1000 HPK

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bukti empirik adanya
hubungan kejadian sundulan dengan perkembangan anak pada1000 hari
pertama kehdupan
2. Manfaat Metodologis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat diujicobakan pada upaya gerakan
masyarakat program 1000 HPK di Posyandu dan Puskesmas sebagai
tatalaksana perbaikan perkembangan anak 1000 HPK
3. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat secara praktis digunakan untuk
talaksana kejadian sundulan dalam pemantauan perkembangan anak pada
1000 hari pertama kehidupan.

E. Penelitian Relevan
1. Nama Peneliti : Maharani dan Dasuki (2010)
Judul : Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Ibu tentang
library.uns.ac.id 7
digilib.uns.ac.id

Gizi dengan Perkembangan Motorik Kasar Balita


Usia 24 -59 Bulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat
pengetahuan ibu tentang gizi terhadap lima perkembangan motorik kasar
balita usia 24 – 59 bulan dengan P= 0,335.
2. Nama Peneliti : Saputri (2013)
Judul : Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Stimulasi
Perkembangan Dengan Tingkat Perkembangan
Motorik Kasar Pada Masa Toddler (1-3 Tahun)
Penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan ibu
tentang stimulasi terhadap tingkat perkembangan motorik kasar pada masa
toddler (1-3 tahun).
3. Nama Peneliti : Armeida dan Irma Ratna (2013)
Judul : Pengetahuan tentang Program Spesifik 1000 Hari
Pertama Kehidupan Pada Ibu Hamil di Bogor
Hasil penelitiannya tidak ada hubungan antara pengetahuan program
spesifik dengan usia, pekerjaan, paritas, jumlah keluarga, pekerjaan suami
dan pendapatan perkapita. Ada hubungan antara pengetahuan program
spesifik dengan pendidikan. Tidak ada hubungan antara pengetahuan
program spesifik dengan masa kehamilan, status gizi dan status
hemoglobin.
4. Nama Peneliti : Yuli Trisnawati, Sugi Purwanti, Misrin(2016)
Judul : Studi Deskriptif Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil
tentang Gizi 1000 HPK
Hasil penelitian tidak ada tidak terhadap hubungan antara pengetahuan dan
sikap ibu hamil terhadap gizi 1000 hari pertama kehidupan, yaitu hasil nilai
fisher exact adalah 0,589.
5. Nama Peneliti : Mutiara, Rafli (2017)
Judul : Pengaruh Konseling Gizi dengan Media Lembar Balik
Terhadap Perubahan Pengetahuan, Sikap dan Praktik
Gizi Seimbang pada Wanita Usia Subur
Hasil penelitian menunjukkan ada peningkatan pengetahuan sebesar 43%,
library.uns.ac.id 8
digilib.uns.ac.id

sikap 9,5% dan praktik gizi seimbang 13,9% dengan nilai p < 0,05.
6. Nama Penelitian : Maesya Zulfia, Ulfa (2016)
Judul :Hubungan Kegiatan Intervensi Spesifik Program 1000
HPK dengan Status Kesehatan dan Status Gizi 1000
HPK
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara pendidikan ibu
dengan pemeriksaan kesehatan pasca melahirkan, Pemberian M-ASI
dengan status kesehatan 1000 HPK serta imunisasi dan pemantausn
pertumbuha dengan status gizi 1000 HPK.
7. Nama Peneliti : Widya Rahmawati, Nia Novita Wirawan, Catur
Saptaning Wilujeng, Eriza Fadhilah, Fajar Ari
Nugroho, Intan Yusuf Habibie, Ilmia Fahmi,
Agustiana Dwi Indiah Ventyaningsih(2016)
Judul : Gambaran Masalah Gizi pada 1000 HPK di Kota dan
Kabupaten Malang
Hasil menunjukkan bahwa prevalensi masalah gizi pada ibu hamil,
menyusui, bayi dan 1000 HPK masih tergolong tinggi. Sebanyak 18,9%
ibu hamil kurus dan 30,3% gemuk diawal kehamilan, serta penambahan
BB/minggu kurang=49,3%. Status gizi kurang pada ibu menyusui=8,4%.
Kurus dan pendek termasuk kategori “masalah sedang” pada bayi dan 1000
HPK (kurus: 7,5% vs. 7,8%; pendek: 21,0% vs. 21,2%). Persentase
pemberian ASI termasuk tinggi (94,4%), namun pemberian prelakteal dan
MP ASI dini tinggi (52,8% dan 66,5%), dan ASI Eksklusif rendah
(28,8%).
8. Nama Peneliti :Deepthi Kattula, Rajiv Sarkar, Prabhu
Sivarathinaswamy,Vasanthakumar Velusamy,
Srinivasan Venugopal, Elena N Naumova,
Jayaprakash Muliyil, Honorine Ward, Gagandeep
Kang (2014).
Judul The first 1000 days of life: prenatal and postnatal risk
factors for morbidity and growth in a birth cohort in
southern India
library.uns.ac.id 9
digilib.uns.ac.id

Tujuan Mengetahui 1000 hari pertama kehidupan: pranatal dan


faktor risiko postnatal untuk morbiditas dan
pertumbuhan dalam kelompok kelahiran di India
selatan
Metode Design Community-based birth cohort
Hasil : pada 10 377,7 bulan anak tindak lanjut diperkirakan tingkat rata-rata
14,8 penyakit / tahun-anak. Gastrointestinal dan penyakit pernapasan
adalah 20,6% dan 47,8% dari total beban penyakit, masing-masing.
Tingkat rawat inap berkurang dari 46/100 anak-tahun selama masa bayi
menjadi 19/100 anak-tahun pada tahun kedua. Anemia selama kehamilan
(OR = 2,3, 95% CI = 1,08-5,18), kurang dari empat kunjungan antenatal
(OR = 6,8, 95% CI = 2,1-22,5) dan kelahiran prematur (OR = 3,3, 95% CI
= 1,1 hingga 9,7 ) merupakan faktor risiko kehamilan independen untuk
berat lahir rendah. Jenis kelamin perempuan (OR = 0,88, 95% CI = 0,79-
0,99) dan ASI eksklusif selama 6 bulan (OR = 0,76, 95% CI = 0,66 hingga
0,88) menawarkan perlindungan terhadap semua morbiditas. Rata-rata
tinggi dan berat badan setiap bulan lebih rendah pada anak perempuan dan
anak-anak yang diberi ASI eksklusif selama 6 bulan
Kesimpulan: Morbiditas yang tinggi pada anak-anak daerah kumuh India
pada 1000 hari pertama kehidupan terutama disebabkan oleh faktor
prenatal dan penyakit gastrointestinal dan pernapasan
9. Nama Peneliti Sarah E. Cusick (2016)
Judul The Role Of Nutrition In Brain Development: The
Golden Opportunity Of The “First 1000 Days”
Hasil : Nutrisi memainkan peran penting dalam perkembangan otak dari
konsepsi hingga usia 3 tahun.Kebijakan kesehatan masyarakat harus
menekankan akses ke makanan berkualitas untuk pra-konsepsi,wanita
hamil, dan menyusui. Pedoman harus mendukung pemberian ASI untuk
bayi selama tahun pertama dan lebih banyak pengawasan kualitas makanan
yang ditawarkan oleh anak-anak dari 1 hingga 3tahun, ketika mereka
paling rentan terhadap liku-liku diet orang tua. Mendapatkan diet sejarah,
skrining untuk ketidakamanan pangan dan pengajaran aktif orang tua
library.uns.ac.id 10
digilib.uns.ac.id

merupakan langkah pentingpraktisi dapat mengimplementasikan pada


tingkat pribadi
Kesimpulan : Nutrition plays an important role in brain development from
conception to 3 years of age.
10. Nama Peneliti Rarastiti, dkk (2014)
Judul Judul : Hubungan karakteristik Ibu, frekuensi
Kehadiran Anak Ke Posyandu, Asupan energi dan
protein dengan status gizi anak usia 1-2 tahun
Tujuan untuk mengetahui hubungan karakteristik ibu, frekuensi
kehadiran anak ke posyandu, asupan energi dan protein
dengan status gizi anak usia 1-2 tahun.
Penelitian analitik dengan desain cross sectional.
Metode Subjek penelitian 57 ibu dari anak usia 1-2 tahun di
wilayah kerja Puskesmas Bugangan Kecamatan
Semarang Timur. Teknik pengambilan sampel secara
purposive sampling. Karakteristik subjek diperoleh
melalui wawancara, frekuensi kehadiran ke posyandu
diperoleh dari data register posyandu,
asupan energi protein anak dari food recall dan status
gizi BB/U anak diperoleh melalui penimbangan
kemudian dibandingkan dengan skor Z WHO (2005).
Hasil : Sebesar 52,6% anak yang aktif hadir ke posyandu. Sebesar 35,1%
dan 71,9% anak dengan asupan energi dan protein cukup serta 57,9%
dengan status gizi baik. Tidak terdapat hubungan antara usia ibu (p=0,909;
r=-0,015), pendidikan ibu (p=0,352; RP=1,38), pekerjaan ibu (p=0,472;
RP=1,25), pengetahuan ibu (p=0,258; r=0,152), jumlah anak (p=0,677; r=-
0,056), pendapatan keluarga (p=0,612; r=0,069) dan frekuensi kehadiran ke
posyandu (p=0,238; r=0,159) dengan status gizi anak usia 1-2 tahun. Ada
hubungan asupan energi (p=0,000; r=0,646) dan protein (p=0,000; r=0,496)
dengan status gizi anak usia 1-2 tahun.
Kesimpulan : Tidak terdapat hubungan bermakna antara usia ibu,
pendidikan ibu, pekerjaan ibu, pengetahuan ibu, jumlah balita, pendapatan
library.uns.ac.id 11
digilib.uns.ac.id

keluarga dan frekuensi kehadiran anak ke posyandu dengan status gizi anak
usia 1-2 tahun. Terdapat hubungan bermakna antara asupan energi dan
protein dengan status gizi anak usia 1-2 tahun.
11. Nama Peneliti Permatasari, Sylvia Medika (2013)
Judul Hubungan antara status gizi dengan perkembanga anak
usia 1000 Hari Pertama Kehidupan
Tujuan mengetahui hubungan antara status gizi dengan
perkembangan anak usia 1000 hari pertama kehidupan
dengan mengontrol variabel lain (tingkat pendidikan
formal ibu, status pekerjaan ibu dan jumlah saudara)
observasional analitik dengan pendekatan cross
Metode sectional. Sampel penelitian ini adalah anak usia 2
tahun yang terdaftar di Posyandu Wilayah Kerja
Puskesmas Jaten I dan II, Kabupaten Karanganyar,
sampel dipilih dengan cara teknik purposive sampling
sebanyak 60 orang. Sampel yang memenuhi kriteria
inklusi dan tidak terdapat kriteria eksklusi diukur tinggi
badan lalu di lakukan tes Denver II.
Setelah dilakukan tes Denver II lalu dilakukan
penentuan hasil perkembangan.
Hasil Penelitian: hasil analisis uji bivariat status gizi dan tingkat pendidikan
menunjukkan p < 0,25. Uji regresi logistik multivariat antara status gizi
dengan perkembangan anak usia 1000 hari pertama kehidupan
menunjukkan OR = 9,361 ; IK 95%= 1,288 – 68,031; dan p = 0,027, yang
berarti status gizi berhubungan dengan perkembangan anak usia 100 hari
pertama kehidupan. Subjek dengan status gizi pendek memiliki risiko lebih
berat dibandingkan dengan status gizi normal (tes Denver 9,361). Hasil uji
regresi logistik multivariat antara tingkat pendidikan menengah ibu dengan
perkembangan anak usia 1000 hari pertama kehidupan menghasilkan nilai
OR= 0,463; IK 95%= 0,073 – 2,935; p= 0,414, sedangkan tingkat
pendidikan tinggi ibu memiliki nilai OR= 0,195; IK 95%= 0,023 – 1,653;
p= 0,195.
library.uns.ac.id 12
digilib.uns.ac.id

Kesimpulan: Terdapat hubungan sangat kuat antara status gizi dengan


perkembangan anak usia 1000 hari pertama kehidupan.
12 Nama Peneliti Meirina S Koaloka (2016)
Judul Hubungan pengetahuan gizi ibu dan pola pemberian
MP – ASI dengan perkembangan motorik pada anak
stunting usia (12 – 24) bulan di Kota Kupang.
Menganalisis hubungan pengetahuan gizi ibu dan
Tujuan pola pemberian MP – ASI dengan perkembangan
motorik pada anak stunting (12–24 bulan) di Kota
Kupang.
Jenis penelitian observasional analitik, desain cross
Metode sectional pada anak stunting usia 12–24 bulan di Kota
Kupang. Jumlah sampel 92 balita stunting yang diambil
dari 9 puskesmas. Variabel bebas: Pengetahuan Gizi
Ibu dan Pola pemberian MP - ASI
Variabel terikat: Perkembangan Motorik pada anak
stunting Variabel lain yang dikendalikan : Infeksi,
keturunan, ekonomi keluarga,sosial budaya,
pendidikan, dan usia.
Anak stunting berdasarkan TB/U sebanyak 67 (72, 8 %
),sangat pendek 25 anak (27,2 %) dari total anak yang
Hasil berjumlah 92. Pengetahuan gizi ibu berhubungan
dengan perkembangan motorik anak stunting.
Pengetahuan gizi ibu yang kurang memiliki risiko 34.2
kali mengalami perkembangan motorik anak yang
abnormal menurut test Denver II dibandingkan dengan
pengetahuan gizi ibu yang baik. Pola pemberian MP–
ASI tidak berhubungan dengan perkembangan motorik
anak stunting usia 12 – 24 bulan. Pola pemberian MP-
ASI yang tidak sesuai memiliki risiko 85.6 kali dapat
mengalami perkembangan motorik anak yang abnormal
menurut test Denver II dibandingkan dengan pola
library.uns.ac.id 13
digilib.uns.ac.id

pemberian MP – ASI yang sesuai.


13 Nama Peneliti Khatoon et al., (2011)
Judul Association between Infant and Child-feeding Index
and Nutritional Status: Results from a Cross- sectional
Study among Children Attending an Urban Hospital in
Bangladesh J Health Popul Nutr. 2011
Menganalisis hubungan pemberian ASI + MP ASI dan
Tujuan jarak kelahiran pada anak usia 6 bulan terhadap
peningkatan tinggi badan (TB/U)
Jenis penelitian ini observasional, desain cross
Metode sectional Lokasi Banglades, Variabel bebas : ASI dan
MP ASI, jarak kelahiran Variabel terikat: Tinggi
badan anak. Analisis menggunakan uji chi square.
Terdapat hubungan yang signifikan (p<0.05)
pemberian ASI + MP ASI dan jarak kelahiran pada
Hasil anak usia 6 bulan terhadap peningkatan tinggi badan
(TB/U)
14 Nama Peneliti Hien et al., 2009
Judul Nutritional status and determinants of malnutrition in
children under three years of age in Nghean, Vietnam
Pakistan Journal of Nutrition Volume 8, Issue 7, 2009,
Pages 958-964
Menganalisis hubungan jumlah anak dalam satu
Tujuan keluarga pada anak usia dibawah 3 tahun
Jenis penelitian observasional analitik desain Cross
Metode Sectional Lokasi: Nghean, Vietnam Variabel bebas:
jumlah anak dalam satu Keluarga. Variabel
terikat:Stunting
Hasil Terdapat hubungan yang siginifikan (p<0,05) jumlah
anak dalam satu keluaraga pada anak usia dibawah 3
tahun
15 Nama Peneliti Senbanjo et al., (2014)
library.uns.ac.id 14
digilib.uns.ac.id

Judul Prevalence of and factors for Stunting among School


Children Adolescents in Abeokuta, Southwest Nigeria
Menganalisis hubungan pendidikan ibu denan risiko
Tujuan stunting pada anak Baduta
Jenis penelitian observasional analitik desain Cross
Metode Sectional Lokasi Nigeria. Variabel Bebas: Pendidikan
Ibu. Variabel Terikat kejadian Stunting
Rendahnya pendidikan ibu meningkatkan risiko
Hasil stunting pada anak 2,4 kali
16 Nama Peneliti Weyerman et al., (2006)
Judul Duration of breastfeeding and risk of overweight in
childhood: a prospective birth cohort study from
Germany.
Tujuan Menganalisis perbedaan berat badan anak yang
mendapatkan ASI < 3 bulan dan ≥ 6 bulan dan
risiko overweight.
Metode Jenis penelitian Cohort Lokasi Jerman. Variabel
Bebas: Pemberian ASI. Variabel Terikat Berat badan
dan perkembangan anak
Hasil Terdapat perbedaan yang signifikan (p<0,005) berat
badan dan perkembangan Anak yang mendapatkan
ASI < 3 bulan dan ≥ 6 b ulan Anak yang menyusui
ASI < 3 bulan lebih berisiko 0,4 kali terkena
overweight dibandingkan anak yang menyusui ≥ 6
bulan.
17 Nama Peneliti Armstrong et al.,(2006)
Judul Breastfeeding and Lowering the risk of childhood
obesity.
Tujuan Menganalisis pengaruh pemberian ASI Eksklusif
terhadap penuruan kejadian obesitas pada Anak dan
risuko Obesitas dibandingkan Anak yang diberi susu
formula
library.uns.ac.id 15
digilib.uns.ac.id

Metode Jenis penelitian Cohort Lokasi: Skotlandia. Variabel


Bebas: Pemberian ASI Variabel Terikat: Obesitas
Pemberian ASI Eksklusif berbungan dengan
Hasil penuruan kejadian obesitas pada Anak (p<0,05). Anak
yang diberi ASI Eksklusif memiliki Risiko 0,72
mengalami Obesitas dibandingkan anak yang diberi
susu formula
18 Nama Peneliti Engebretsen et al., (2008)
Judul Determinants of infant growth in Eastern Uganda: a
community-based cross-
sectional study BMC Public Health. 2008;8: 418.
Menganalisis hubungan penyapihan ASI eksklusif
Tujuan terlalu dini dengan risiko rendahnya tinggi badan
Jenis penelitian Cross sectional Lokasi: Uganda.
Variabel Bebas: Pemberian ASI eksklusif Variabel
Metode Terikat: Tinggi badan
Penyapihan ASI eksklusif terlalu dini menyebabkan
risiko rendahnya tinggi badan anak baduta (OR
Hasil =2,71).
19 Nama Peneliti Alamayehu et al., (2015)
Judul Undernutrition status and associated factors in under-5
children, in Tigray, Northern Ethiopia
Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan gizi
Tujuan buruk pada anak usia dibawah 5 tahun dan inisiasi
menyusu dini, jenis kelamin, pendidikan orang tua,
dan tingkat ekonomi
Metode Ada hubungan kejadian gizi buruk pada anak usia
Hasil dibawah 5th inisiasi menyusu dini, jenis kelamin,
pendidikan orang tua, dan tingkat ekonomi (p<0.05)

Dari penelusuran hasil penelitian yang relevan menunjukkan bahwa


penelitian tentang kejadian sundulan dan faktor-faktor yang berhubungan
library.uns.ac.id 16
digilib.uns.ac.id

dengan perkembangan anak pada 1000 HPK (kasus fix desease anak baduta
sundulan dan anak yang disundul) belum pernah dilakukan. Ada data tentang
sundulan dengan perkembangan anak pada1000 hari pertama kehidupan. Ada
hubungan kejadian gizi buruk pada anak Balita dengan inisiasi menyusu dini,
jenis kelamin, pendidikan orang tua, dan tingkat ekonomi.

F. Kebaruan /Novelty
Kejadian sundulan di Indonesia belum banyak diketahui penyebab dan
besarnya masalah yang ditimbulkan serta analisis tentang kejadian sundulan
baik di perkotaan maupun di perdesaan. Kejadian sundulan sampai saat ini
masih dianggap kejadian alami dari kehamilan seorang ibu pada saat anak
terakhir masih harus mendapatkan ASI Ekslusif 6 bulan. Kejadian sundulan
umumnya disebabkan kesuburan pasangan usia subur (PUS) yang lupa ber-KB
(lupa minum pil KB) atau unsur ketidak sengajaan sehingga ibu menyusui
mengalami hamil lagi. Data di Jawa Tengah jumlah akseptor KB sudah
mencapai 85% sementara yang 15% belum tercatat, ada kemungkinan
diantaranya mengalami sundulan (Tatas, BKKBN Jateng, 2018). Penelitian
yang sudah dulakukan umumnya membahas jarak kelahiran sehingga
penelitian untuk disertasi ini memiliki orisinalitas tentang kejadian sundulan
(kasus fix desease anak baduta sundulan dan anak baduta yang disundul)
dalam pemantauan perkembangan anak pada 1000 hari pertama kehidupan di
Indonesia. Kebaruan penelitian Disertasi ini menganalisis hubungan kejadian
sundulan dengan perkembangan anak, riwayat sakit anak, pola asuh, ASI
eksklusif. Selain itu juga menganalisis hubungan KIE kehamilan, KIE KB,
KIE 1000 HPK dengan sundulan dan perkembangan anak baduta fix desease
berdasarkan KPSP (kuesioner pra skrining perkembangan). Diharapkan pula
hasil temuan ini dapat melestarikan salah satu kearifan lokal yang dimiliki
oleh bangsa Indonesia dalam bentuk pelestarian bahasa “Sundulan” yang
mana istilah bahasa jawa yang sebenarnya kejadian tersebut bisa terjadi
diseluruh belahan dunia.

Anda mungkin juga menyukai