Anda di halaman 1dari 5

1.

Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak


a. Pelayanan Kesehatan Antenatal
Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan pada ibu hamil.
Cakupan pelayanan antenatal dapat dipantau melalui pelayanan kunjungan
baru ibu hamil (K1), untuk melihat akses dan pelayanan kesehatan ibu hamil
sesuai standart paling sedikit empat kali (K4) dengan distribusi sekali pada
triwulan pertama, sekali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan
ketiga.
Pelayanan Antenatal Care (ANC) meliputi Penimbangan Berat badan,
Pemeriksaan Kehamilan, pemberian tablet Besi, pemberian imunisasi TT,
pemeriksaan tekanan darahdan konsultasi.
o Dari sasaran ibu hamil 417 orang, cakupan K1 pada tahun 2020 adalah
458 (109.8%).
o Dari sasaran ibu hamil 417 orang, cakupan K4 pada tahun 2020 adalah
404 (96.9%).
o Untuk ibu hamil dengan perkiraan komplikasi kebidanan 83 ibu hamil,
dan dari jumlah tersebut yang tertangani 70 ibu hamil (84.33%).
o Untuk perkiraan komplikasi neonatal 56%.
o Cakupan pemberian tablet Fe1 ada 458 ibu hamil (110%), Fe3 ada 404
ibu hamil (96.8%). Dengan sasaran 417 ibu hamil

Untuk pelayanan kesehatan pada ibu hamil baik pada K1 maupun K4


ibu hamil diberikan imunisasi TT sebagai upaya perlindungan ibu dan bayinya
terhadap kemungkinan terjadinya Tetanus pada waktu persalinan.
b. Pertolongan Persalinan
Tenaga yang dapat memberikan pertolongan persalinan dapat
dibedakan menjadi dua yaitu tenaga kesehatan (Dokter spesialis kebidanan,
dokter umum dan bidan) serta dukun bayi ( dukun bayi terlatih).
Dari persalinan yang ada di tahun 2020 sejumlah 360 persalinan yang
ditolong oleh tenaga kesehatan dari sasaran 399 ibu atau (90.2%).
c. Pelayanan Neonatal
o Cakupan Kunjungan Neonatal (KN1)tahun 2020 sebesar 360 bayi dari
perbandingan bayi baru 373 bayi atau cakupan 96.5%.
o Cakupan Kunjungan Neonatal Lengkap (KN3)tahun 2020 sebesar 333
bayi dari perbandingan bayi baru 373 bayi atau cakupan 89.3%.

d. Imunisasi
Upaya untuk menurunkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan
bayi serta anak balita dilaksanakan program imunisasi untuk penyakit-
penyakit yang dapat dicegah dengan Imunisasi (PD3I) seperti, TBC, Difteri,
Pertusis, Tetanus, Hepatitis B, Polio, Campak. Idealnya bayi harus mendapat
imunisasi dasar lengkap yang terdiri dari HB0 1 kali, BCG 1 kali, Pentabio 3
kali, Polio Tetes 4 kali, Polio Suntik (IPV) 1 kali, dan Campak Rubela 1 kali.
Untuk menilai kelengkapan dasar bagi bayi, biasanya dilihat dari cakupan
imunisasi Campak Rubella, karena imunisasi Campak Rubella merupakan
imunisasi terakhir yang diberikan pada bayi.
Selanjutnya ada pemberian imunisasi lanjutan bagi anak baduta yaitu pada
usia 18 bulan (1 tahun 6 bulan) akan diberikan imunisasi Pentabio
(DPT/Hb/HIB) 1 kali dan Campak Rubella 1 kali.
Pencapaian Desa UCI tahun 2020 sebanyak 8 Kelurahan (72,7%) dari
11 kelurahan. Cakupan imunisasi HBO (95,5%), BCG (93.6%), Polio 1
(93,6%), Pentabio 1 (95,3%), Polio 2 (95,3%), Pentabio 2 (98,4%), Polio 3
(98,4%), Pentabio 3 (98,9%), Polio 4 (98,9%), IPV (97,3%), Campak Rubella
(91,8)%. Imunisasi Lanjutan Pentabio (62,2%) dan Campak Rubella (71,4%).
Adapun kegiatan Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) yaitu Imunisasi
pada Anak Sekolah Dasar Kelas 1, 2 dan 5 yang dilaksanakan pada bulan
September dan November tahun 2020 yaitu Imunisasi yang diberikan pada
anak kelas 1 adalah Campak Rubella (MR) dan Difteri Tetanus (DT),
sedangkan pada anak kelas 2 dan 5 yang diberikan adalah imunisasi Tetanus
Difteri (TD). Dengan Capaian Imunisasi MR pada siswa kelas 1 (86%) dan DT
(84,7%), dan TD kelas 2 (89,25%), TD kelas 5 (94,79%).

e. Program Keluarga Berencana


Jumlah persalinan Nakes tahun 2019 adalah 374 dan jumalah akseptor KB pasca
persalinan sebanyak 294 (78,60%) dengan jenis kontrasepsi kondom 15, suntik 158,
pil 100, AKDR 3 dan implant 18
Jumlah pasangan usia subur (PUS) pada tahun 2019 sebanyak 3612
pasangan.Peserta KB aktif sebesar : 971 Peserta dengan jenis kontrasepsi kondom
72(1,99%) suntik 618(17,10%) pil 263(7,28%) AKDR 1 dan implant 17

B. KEADAAN GIZI
1. Status Gizi Balita
Perkembangan keadaan gizi masyarakat yang dapat dipantau berdasarkan
hasil pencatatan dan pelaporan (RR) program perbaikan gizi masyarakat yang
tercermin dalam hasil penimbangan balita setiap bulan di Posyandu. Pada tahun
2020 jumlah anak balita yang ditimbang sebanyak 1105 balita (75.22%) dari
1404 balita dilaporkan (sasaran).
Dalam rangka penentuan status gizi balita dilaporkan ada 7,05 % balita dengan
status gizi kurang dan 12,4 % balita kurus. Semua balita kurus dan balita kurang
sudah mendapatkan MP-ASI (makanan tambahan ) dengan tujuan dapat
meningkatkan status gizi balita dengan kenaikan berat badan balita.
BBLR adalah bayi yang lahir dengan BB lebih rendah dari bayi rata-rata dari 2,5
kg sedangkan BB normal bayi yaitu diatas 2,5 atau 3 kg , sementara pada bayi
lahir dengan berat kurang dari 1,5 kg dinyatakan memiliki BB lahir sangat
rendah.BBLR dapat terjadi ketika bayi lahir secara premature dengan masa
kehamilan kurang dari 37 minggu(belum cukup bulan) atau bayi mengalami
gangguan perkembangan dalam kandungan. Bayi BBLR pada tahun 2019 laki-
laki 12 (6,5) % dan bayi BBLR untuk perempuan 8 ( 5,7%).

2. Pemberian Air susu Ibu


Air Susu Ibu merupakan makanan yang sempurna dan terbaik bagi bayi,
karena mengandung unsur-unsur gizi paling sesuai untuk pertumbuhan dan
perkembangan bayi. Oleh karena itu untuk memperoleh pertumbuhan dan
perkembangan bayi yang optimal maka pemberian ASI perlu diberikan secara
eksklusif sampai dengan umur 6 bulan dan dapat dilanjutkan bersama makanan
pendamping hingga anak umur 2 tahun.
Kebijakan Nasional untuk memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan telah
ditetapkan dalam SK Menteri Kesehatan No. 450/ Menkes/SK/IV/2004.
Pemberian ASI eksklusif bukan hanya isu nasional namun juga merupakan isu
global. Menurut laporan UNICEF mengenai Fact About Breast Feeding bahwa
pemberian susu formula merupakan kekeliruan, karena pada masa pertumbuhan
berikutnya bayi yang tidak diberi ASI ternyata memiliki peluang yang jauh lebih
besar untuk menderita hipertensi, jantung, kanker, obesitas, diabetes dan lain-
lain. Namun sampai dengan saat ini belum ada sistem yang dapat diandalkan
untuk pemantauan pemberian ASI Eksklusif, jadi belum dapat diperoleh data
yang akurat tentang tingkat pencapaian dalam pemberian ASI eksklusif, sehingga
cakupan pemberian ASI Eksklusif masih relatif rendah.
Inisiasi menyusui dini (IMD) merupakan awal mula seorang ibu memberikan ASI
kepada bayinya seketika ia dilahirkan. Hal ini salah satunya untuk memastikan
bahwa bayi menerima kolostrum yang kaya akan factor protektif. Untuk tahun
2019 bayi yang mendapatkan IMD 81,6%. Cakupan bayi yang diberi ASI eksklusif
tahun 2019 sebanyak 61,9 %.
Saat ini tindakan yang nyata yang dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan
adalah dengan memberikan informasi “Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan
Menyusui” yaitu:
a. Sarana Pelayanan Kesehatan mempunyai kebijakan Peningkatan Pemberian
Air Susu Ibu (PP-ASI) tertulis yang secara rutin dikomunikasikan kepada
semua petugas.
b. Melakukan pelatihan petugas dalam hal pengetahuan dan ketrampilan untuk
menerapkan kebijakan tersebut.
c. Menjelaskan kepada semua ibu hamil tentang manfaat menyusui dan
penatalaksanaannya dimulai sejak masa kehamilan, masa bayi lahir sampai
umur 2 tahun termasuk cara mengatasi kesulitan menyusui.
d. Membantu ibu mulai menyusui bayinya dalam 30 menit setelah melahirkan
yang dilakukan di ruang bersalin (inisiasi dini). Apabila ibu mendapat operasi
Caesar, bayi disusui setelah 30 menit ibu sadar.
e. Membantu ibu bagaimana cara menyusui yang benar dan cara
mempertahankan menyusui meski ibu dipisah dari bayi atas indikasi medis.
f. Tidak memberikan makanan atau minuman apapun selain ASI kepada bayi
baru lahir.
g. Melaksanakan rawat gabung dengan mengupayakan ibu bersama bayi 24
jam sehari.
h. Membantu ibu menyusui semua bayi, tanpa pembatasan lama dan frekuensi
menyusui.
i. Tidak memberikan dot atau compeng kepada bayi yang diberi ASI.
j. Mengupayakan terbentuknya Kelompok Pendukung ASI (KP-ASI) dan rujuk
ibu kepada kelompok tersebut ketika pulang dari rumah sakit/rumah
bersalin/sarana pelayanan kesehatan.

Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut .


Pada tahun 2019 pelayanan kesehatan untuk anak Sekolah Dasar di wilayah
kerja Puskesmas Danowudu adalah merupakan upaya untuk mewujudkan
perilaku kesehatan yang mengubah pengetahuan dan sikap menjadi lebih baik
dalam menjaga kesehatan pada anak usia sekolah.
Rendahnya pengetahuan dan sikap yang mendukung perilaku orang tua
terhadap pengendalian kesehatan menyebabkan perlunya peningkatan promosi
tentang kesehatan pada umumnya. Jumlah siswa Sekolah Dasar 1557 Siswa
pada15 Sekolah Dasar.
Tempat Umum dan Pengelolaan Makanan
Pengawasan sanitasi tempat umum bertujuan untuk mewujudkan
kondisi tempat umum yang memenuhi syarat kesehatan agar masyarakat
pengunjung terhindar dari kemungkinan bahaya penularan penyakit serta
tidak menyebabkan gangguan kesehatan masyarakat di sekitarnya.
Pengelolaan makanan adalah suatu bangunan yang menetap dengan
segala karyawan dan peralatan yang dipergunakan untuk membuat dan
menjual makanan bagi konsumen, yang meliputi restoran, rumah makan,
kantin, warung kopi, tempat penjualan minuman dingin, pabrik makanan
minuman sederhana.
Resiko dari pengelolaan makanan mempunyai peluang yang sangat
besar dalam penularan penyakit karena jumlah konsumen relatif banyak
dalam waktu bersamaan, oleh karena itu perlu teknologi dan metode yang
lebih tepat untuk pembinaan dan pengawasannya.
Pengawasan sanitasi Tempat-tempat Umum, meliputi: sarana wisata,
sarana ibadah, sarana tranportasi, sarana ekonomi dan sosial. Sarana wisata
meliputi: hotel melati/losmen, salon/pangkas rambut, usaha rekreasi, hiburan
umum dan gedung pertemuan serta pertunjukan. Sarana Ibadah meliputi:
masjid/mushola, gereja, klenteng, pura, wihara. Sarana transportasi meliputi:
terminal, stasiun. Sarana ekonomi dan sosial, meliputi: pasar, pusat
perbelanjaan, apotik, sarana/ panti sosial, sarana pendidikan dan sarana
kesehatan.

1. Angka Penemuan dan Kesembuhan Penderita TB Paru BTA +

Pada tahun 2019 Jumlah terduga TBC, kasus Tb anak mengalami


penurunan kasus dengan persentasi 59% dan angka kesembuhan dan
pengobatan lengkap serta keberhasilan pengobatan tuberculosis dari 46
suspek dengan 30 jumlah kasus tuberculosis terdaftar dan diobati, jumlah
kasus yang sembuh 20%, pengobatan lengkap 61% dan kematian 7%
3. Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue
Pada tahun 2020 jumlah kasus penderita DBD sebanyak 5 Kasus.
Terjadi penurunan kasus dari tahun sebelumnya 23 kasus. Tidak ada kematian
akibat Demam Berdarah Dengue di wilayah kerja Puskesmas Danowudu

5. Pemberantasan Penyakit Diare


Cakupan penemuan penderita Diare tahun 2019 ditemukan 210 kasus.
Dilihat dari jumlah kasus disimpulkan bahwa ada penurunan jumlah kasus dari tahun
sebelumnya 278 kasus diwilayah puskesmas Danowudu

6. Pemberantasan Penyakit Malaria


Di tahun 2020 tercatat 3 (2 laki-laki 1 perempuan) kasus positif malaria
(plasmodium vivax) dari pemeriksaan mikroskopis dan RDT Pasien yang dicurigai
menderita malaria 95 kasus.

7. Pemberantasan Penyakit Kusta


Pada tahun 2019 jumlah Kasus Baru Kusta (PB+MB) 2 kasus. Penderita
kusta MB selesai berobat (RFT PB) 1 dari 1 penderita periode lalu atau
kesembuhan 100 %,

8. Pemberantasan Penyakit Filariasis


Pada tahun 2020 tidak ditemukan penderita filariasis .

9. Kejadian Luar Biasa (KLB)


Pada tahun 2020 di wilayah kerja Puskesmas Danowudu tidak terjadi
kejadian luar biasa (KLB) DBD

Anda mungkin juga menyukai