Disusun Oleh :
dr. Syerin Fitria Sari
dr. Arrinalhaq Andre Sondakh
dr. Laras Zoesfa Rahmalia
Dokter Pendamping :
dr. Intan Indriani
Disusun Oleh :
dr. Syerin Fitria Sari
dr. Arrinalhaq Andre Sondakh
dr. Laras Zoesfa Rahmalia
Dokter Pendamping :
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Mini
Project dengan judul “TEMU PENTING (Temulawak Pencegah Stunting)”
sebagai salah satu tugas wajib untuk menyelesaikan Program Internship dalam
forum ilmiah UPT Puskesmas Bayung Lencir. Mini Project ini dapat diselesaikan
berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan
in penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Kedua orang tua penulis.
2. Bapak Yusrizal, S.KM., M.KM. selaku Kepala Puskesmas Bayung Lencir
dan Bapak Misran Zoha, AM.Kep. selaku Kasubag TU Puskesmas Bayung
Lencir yang telah memberikan izin untuk dilakukannya penelitian ini.
3. dr. Intan Indriani, selaku pendamping yang telah menyediakan waktu,
tenaga, dan pikiran untuk membimbing penulis dalam banyak hal, baik
dalam penulisan Mini Project dan dalam menjalani program Internship ini.
4. dr. Fitri Zelia dan dr. Ragil Putra Jaya Utama, selaku pendamping selama
di Puskesmas yang telah banyak memberikan arahan dalam melaksanakan
Mini Project ini.
5. Ibu Umi Hasanah, S.Gz. selaku Pemegang Program Gizi Puskesmas
Bayung Lencir dan Ibu Dewi, AM.Keb. selaku Bidan Desa Mendis yang
telah memberikan masukan, wawasan dan membimbing penulis selama
melakukan penelitian ini.
6. Ibu Dwi Okatrina, AM.Keb dan Ibu Nariani Yulia, AM.Keb, selaku
Pemegang Program Anak Puskesmas Bayung Lencir.
7. Seluruh staff Puskesmas Bayung Lencir yang telah membantu dalam
penelitian ini.
8. Teman-teman Insternsip Periode III tahun 2022 yang bekerja sama di
Puskesmas Bayung Lencir yang telah mendukung, bersama-sama
memberikan sumbangsih pikiran dalam pelaksanaan penelitian dan
penyusunan penelitian ini.
Penulis menyadari sepenuhnya penyusunan Mini Project ini masih jauh dari
sempurna karena keterbatasan waktu dan kemampuan. Karena itu kami sangat
berterimakasih atas kritik dan saran yang bersifat membangun. Akhir kata semoga
laporan Mini Project ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan
Puskesmas Bayung Lencir pada khususnya.
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN....................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang……….……......................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah……….......................................................... 1
1.3 Tujuan Kegiatan…........................................................................ 2
1.3.1 Tujuan Umum…............................................................... 2
1.3.2 Tujuan Khusus.................................................................. 3
1.4 Manfaat Kegiatan.......................................................................... 3
1.4.1 Untuk Masyarakat............................................................. 3
1.4.2 Untuk Dokter Internsip..................................................... 3
1.4.3 Untuk Puskesmas.............................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................... 4
2.1 Profil Puskesmas Bayung Lencir.................................................. 4
2.2 Profil Stunting Puskesmas............................................................ 4
2.3 Peran Puskesmas Dalam Pelayanan UKM.................................... 5
2.4 Temulawak.................................................................................... 5
2.4.1 Manfaat Temulawak.......................................................... 7
2.4.2 Manfaat Temulawak Pada Stunting.................................. 8
2.5 Stunting......................................................................................... 9
2.5.1 Definisi Stunting............................................................... 9
2.5.2 Epidemiologi Stunting...................................................... 9
2.5.3 Etiologi Stunting............................................................... 10
2.5.4 Faktor Risiko Stunting...................................................... 11
2.5.5 Pencegahan Stunting........................................................ 12
2.6 Hipotesa........................................................................................ 13
BAB III RANCANGAN KEGIATAN......................................................... 14
3.1 Nama Kegiatan.............................................................................. 14
3.2 Deskripsi Kegiatan........................................................................ 14
3.3 Waktu Kegiatan............................................................................. 14
3.4 Tempat Kegiatan........................................................................... 14
3.5 Sasaran Kegiatan........................................................................... 15
3.6 Rincian Kegiatan........................................................................... 15
3.7 Cara Penyeduhan Ekstrak Temulawak.......................................... 16
3.8 Analisis Data................................................................................. 16
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN....................................................... 18
4.1 Deskripsi Sasaran Kegiatan........................................................... 18
4.2 Hasil Kegiatan............................................................................... 18
4.3 Pengolahan Data............................................................................ 22
4.4 Pembahasan................................................................................... 24
4.5 Keterbatasan Penelitian................................................................. 25
v
usia 2 tahun. Jika pada periode tersebut kurang gizi dampaknya akan sangat
signifikan pada kejadian anak pendek. Kondisi Stunting pada anak tersebut dapat
menyebabkan gangguan perkembangan fungsi kognitif dan psikomotor serta
penurunan produktivitas ketika dewasa.3
Penggunaan obat tradisional dalam upaya mempertahankan kesehatan
masyarakat telah banyak kita ketahui. Pengetahuan tentang khasiat dan
penggunaan obat-obat tradisional yang berkembang dimasyarakat hanya
didasarkan pada pengalaman empiris yang biasanya diwariskan secara turun
temurun dan belum teruji secara ilmiah, dengandemikian perlu dilakukan
pengujian lebih lanjut sehingga nantinya obattradisional tersebut dapat digunakan
dengan aman dan efektif. Beberapa jenis tanaman di Indonesia telah banyak
digunakan masyarakat sebagai penambah nafsu makan. Salah satu tanaman obat
yangdapat dimanfaatkan untuk mengatasi gangguan kurangnya nafsu makan
adalah Curcuma xanthorrhiza atau lebih dikenal dengan nama temulawak dan
sambiloto.4
Temulawak sudah dikenal secara luas dapat meningkatkan nafsu makan,
temulawak merupakan salah satu komposisi dari jamu cekok yang secara turun
temurun telah dipercaya memiliki efek meningkatkan nafsu makan. Kandungan
dalam temulawak yang diduga memiliki efek untuk peningkatan nafsu makan
adalah minyak atsirinya.4
2.4 Temulawak
Temulawak merupakan salah satu keluarga temu-temuan (Zingiberacea).
Tanaman ini biasanya ditemukan di hutan-hutan daerah tropis. Temulawak juga
berkembang biak di tanah tegalan sekitar pemukiman, terutama pada tanah yang
gembur, sehingga buah rimpangnya mudah berkembang menjadi besar. Tanaman
ini mampu tumbuh di dataran rendah dan juga sampai pada ketinggian tanah 1.500
meter di atas permukaan laut. Kedudukan tanaman temulawak dalam sistematika
tumbuhan termasuk dalam klasifikasi berikut.4
6
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Zingiberales
Keluarga : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
Spesies : Curcuma xanthorrhiza Roxb
2.5 Stunting
2.5.1 Definisi Stunting
Stunting atau perawakan pendek adalah gangguan pertumbuhan dan
perkembangan anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang yang
ditandai dengan panjang atau tinggi badannya berada di bawah standar yakni
dipresentasikan dengan z-score tinggi badan menurut umur (TB/U) pada ambang
batas <-2 SD sampai dengan -3 SD (pendek/stunting) dan <-3 (sangat pendek).1
dan status infeksi. Adapun penyebab tidak langsungnya meliputi ketersediaan dan
pola konsumsi rumah tangga, pola asuh pemberian ASI/ MP-ASI, pola asuh
psikososial, penyediaan MP-ASI, kebersihan dan sanitasi, pelayanan kesehatan
dan kesehatan lingkungan. Intervensi terhadap penyebab langsung dan tidak
langsung tersebut diharapkan dapat mencegah masalah gizi, baik kekurangan
maupun kelebihan gizi.9
Untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia masa depan maka usaha
yang paling efisien adalah mencegah terjadinya malnutrisi dengan
mensosialisasikan praktik pemberian makan yang benar pada 1000 hari pertama
kehidupan yang berbasis bukti.Sosialisasi dan edukasi kepada keluarga terutama
kepada ibu tentang 1000 HPK sangat penting untuk dilakukan. Hal ini disebabkan
karena pengetahuan ibu tentang pola asuh yang benar sangat berpengaruh
terhadap status gizi anaknya di kemudian hari.11
2.6 Hipotesa
H0 : Tidak ada perbedaan kenaikan berat badan dan tinggi badan sebelum
dan setelah pemberian ekstrak temulawak.
H1 : Ada perbedaan kenaikan berat badan dan tinggi badan sebelum dan
setelah pemberian ekstrak temulawak.
BAB III
RANCANGAN KEGIATAN
Kriteria Eksklusi :
Peserta yang tidak bersedia diambil datanya
Peserta yang tidak mengikuti penyuluhan secara penuh
Alat:
1. Sendok
2. Gelas
Langkah-langkah:
1. Ambilkan 1 sendok teh bubuk temulawak
2. Larutkan dengan 125 cc air putih hangat
3. Tambahkan 1 sendok teh madu
4. Aduk hingga rata
5. Berikan kepada anak
Asumsi yang dipakai adalah apabila signifikansi t lebih besar dari tingkat
alpha (α) yang ditetapkan, maka variabel independen tersebut tidak berpengaruh
terhadap variabel dependen atau hipotesis yang diajukan tidak didukung oleh data.
Tetapi sebaliknya apabila nilai signifikansi t lebih kecil dari tingkat alpha yang
digunakan maka data mendukung hipotesis penelitian. Bila P value ≤ 0,05 maka
H0 ditolak, perbedaan kenaikan berat badan dan tinggi badan anak sebelum dan
setelah pemberian ekstrak temulawak. Namun sebaliknya bila p value > 0,05
maka H0 gagal ditolak, tidak ada perbedaan signifikan antara kenaikan berat badan
dan tinggi badan anak sebelum dan setelah pemberian ekstrak temulawak.
18
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 4.1 Data Dasar Balita Stunting di Desa Mendis Pada Bulan Desember 2022
BB/U
No. Nama JK Tgl Lahir Usia BB TB
TB/U
(-2) – (-3) SD
1. An. Ha L 06/01/2021 1 tahun 11 bulan 8,9 73
< -3 SD
< -3 SD
2. An. Mb L 08/11/2020 2 tahun 1 bulan 8,7 79
(-2) – (-3) SD
< -3 SD
3. An. Vm P 29/10/2019 3 tahun 2 bulan 6,8 75
< -3 SD
(-2) – (-3) SD
4. An. Ab L 08/01/2021 1 tahun 11 bulan 8,8 80
(-2) – (-3) SD
(-2) – (-3) SD
5. An. Ar L 23/04/2021 1 tahun 8 bulan 8,8 76
-3 SD
(-2) – (-3) SD
6. An. Ma L 10/06/2021 1 tahun 6 bulan 8,5 76
(-2) – (-3) SD
(-2) – (-3) SD
7. An. Ke P 17/06/2020 2 tahun 6 bulan 9,5 82
(-2) – (-3) SD
< -3 SD
8. An. Wi L 29/08/2019 3 tahun 4 bulan 8,7 85
< -3 SD
-2 SD
9. An. Sr P 27/07/2020 2 tahun 5 bulan 9,9 81
(-2) – (-3) SD
dimasukkan pada grafik WHO untuk mendapatkan status gizi balita. Berikut data
pengukuran status gizi balita stunting bulan Desember 2022 - Februari 2023.
Tabel 4.2 Status Gizi Balita di Desa Mendis Pengukuran 11 Januari 2023
11 Januari 2023
No. Nama JK Usia BB/U
BB TB
TB/U
(-2) – (-3) SD
1. An. Ha L 1 tahun 12 bulan 9 74
< -3 SD
-3 SD
2. An. Mb L 2 tahun 2 bulan 8,9 79
-3 SD
< -3 SD
3. An. Vm P 3 tahun 3 bulan 7 75
< -3 SD
(-2) – (-3) SD
4. An. Ab L 1 tahun 12 bulan 9 80
(-2) – (-3) SD
(-2) – (-3) SD
5. An. Ar L 1 tahun 9 bulan 9 77
(-2) – (-3) SD
(-0) – (-2) SD
6. An. Ma L 1 tahun 7 bulan 8,8 76
(-2) – (-3) SD
(-2) – (-3) SD
7. An. Ke P 2 tahun 7 bulan 9,6 83
(-2) – (-3) SD
< -3 SD
8. An. Wi L 3 tahun 5 bulan 9,1 86
< -3 SD
-2 SD
9. An. Sr P 2 tahun 6 bulan 10 81
(-2) – (-3) SD
< -3 SD < -3 SD
(-2) – (-3) SD (-2) – (-3) SD
4. An. Ab L 9,2 80 9,5 81
(-2) – (-3) SD (-2) – (-3) SD
(-2) – (-3) SD (-2) – (-3) SD
5. An. Ar L 9,4 77 9,2 77
-3 SD -3 SD
(-0) – (-2) SD (-0) – (-2) SD
6. An. Ma L 9,6 76 9,6 77
(-2) – (-3) SD (-2) – (-3) SD
(-2) – (-3) SD (-2) – (-3) SD
7. An. Ke P 10,2 83 10 83
(-2) – (-3) SD (-2) – (-3) SD
< -3 SD < -3 SD
8. An. Wi L 9,2 86 9,5 86
< -3 SD < -3 SD
-2 SD -2 SD
9. An. Sr P 10,5 81 10,1 82
(-2) – (-3) SD (-2) – (-3) SD
Berat Badan
12
10
0
An. Ha An. Mb An. Vm An. Ab An. Ar An. Ma An. Ke An. Wi An. Sr
Tinggi Badan
90
85
80
75
70
65
An. Ha An. Mb An. Vm An. Ab An. Ar An. Ma An. Ke An. Wi An. Sr
Tabel 4.4 Kenaikan Berat Badan Balita di Desa Mendis Sebelum dan Setelah
Intervensi
No. Nama Sebelum Intervensi Setelah Intervensi
1. An. Ha 0,1 0,4
2. An. Mb 0,2 0,3
3. An. Vm 0,2 0,6
4. An. Ab 0,2 0,5
5. An. Ar 0,2 0,2
6. An. Ma 0,3 0,8
7. An. Ke 0,1 0,4
8. An. Wi 0,3 0,4
9. An. Sr 0,1 0,1
23
Tabel 4.5 Kenaikan Tinggi Badan Balita di Desa Mendis Sebelum dan Setelah
Intervensi
No. Nama Sebelum Intervensi Setelah Intervensi
1. An. Ha 1 1
2. An. Mb 0 1
3. An. Vm 0 0
4. An. Ab 0 1
5. An. Ar 1 0
6. An. Ma 0 1
7. An. Ke 1 0
8. An. Wi 1 0
9. An. Sr 0 1
Tabel 4.6 Uji Normalitas data perbedaan rata-rata kenaikan berat badan balita
antara sebelum pemberian ekstrak temulawak dan setelah pemberian ekstrak
temulawak
Shapiro-Wilk
Intervensi
Statistic df Sig.
Sebelum 0,838 9 0,055
Setelah 0,969 9 0,885
Keterangan:
sig < 0,05 data penelitian tidak terdistribusi normal
sig > 0,05 data penelitian terdistribusi normal
24
Hasil Uji Normalitas pada tabel 4.6 diatas menunjukkan bahwa nilai sig.
data sebelum intervensi adalah sebesar 0,055 sedangkan nilai sig. data setelah
intervensi adalah sebesar 0,885. Dapat disimpulkan bahwa data perbedaan rata-
rata kenaikan berat badan balita antara sebelum pemberian ekstrak temulawak
dan setelah pemberian ekstrak temulawak adalah terdistribusi normal (p > 0,05).
Selanjutnya untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan bermakna rata-
rata kenaikan berat badan balita antara sebelum pemberian ekstrak temulawak dan
setelah pemberian ekstrak temulawak secara uji statistik dilakukan Uji Dependent
t test dengan hasil sebagai berikut :
Tabel 4.7 Hasil Uji Dependent t test perbedaan rata-rata kenaikan berat badan
balita antara sebelum pemberian ekstrak temulawak dan setelah pemberian ekstrak
temulawak
Mean t df Sig.
Sebelum
Intervensi –
-2,22222 -3,730 8 0,006
Setelah
Intervensi
Keterangan:
sig < 0,05 terdapat perbedaan signifikan
sig > 0,05 tidak terdapat perbedaan signifikan
Nilai p value ditunjukkan oleh nilai Sig. pada tabel 4.7 Nilai p value <
0,05 maka keputusan hipotesis adalah menerima H 1 dan menolak H0 atau yang
berarti terdapat perbedaan signifikan kenaikan berat badan sebelum dan setelah
pemberian ekstrak temulawak.
Berikut hasil Uji Normalitas data perbedaan rata-rata kenaikan tinggi
badan balita antara sebelum pemberian ekstrak temulawak dan setelah pemberian
ekstrak temulawak :
Tabel 4.8 Uji Normalitas data perbedaan rata-rata kenaikan tinggi badan balita
antara sebelum pemberian ekstrak temulawak dan setelah pemberian ekstrak
temulawak
Shapiro-Wilk
Intervensi
Statistic df Sig.
Sebelum 0,655 9 0,000
Setelah 0,655 9 0,000
25
Keterangan:
sig < 0,05 data penelitian tidak terdistribusi normal
sig > 0,05 data penelitian terdistribusi normal
Hasil Uji Normalitas pada tabel 4.8 diatas menunjukkan bahwa nilai sig.
data sebelum intervensi adalah sebesar 0,000 sedangkan nilai sig. data setelah
intervensi adalah sebesar 0,000. Dapat disimpulkan bahwa data perbedaan rata-
rata kenaikan tinggi badan balita antara sebelum pemberian ekstrak temulawak
dan setelah pemberian ekstrak temulawak adalah tidak terdistribusi normal (p >
0,05).
Oleh karena data tidak terdistribusi normal, maka untuk mengetahui
apakah terdapat perbedaan bermakna rata-rata kenaikan tinggi badan balita antara
sebelum pemberian ekstrak temulawak dan setelah pemberian ekstrak temulawak
secara uji statistik dilakukan uji alternatif lain, yaitu Uji Wilcoxon dengan hasil
sebagai berikut :
Tabel 4.9 Hasil Uji Wilcoxon perbedaan rata-rata kenaikan tinggi badan balita
antara sebelum pemberian ekstrak temulawak dan setelah pemberian ekstrak
temulawak
Keterangan:
sig < 0,05 terdapat perbedaan signifikan
sig > 0,05 tidak terdapat perbedaan signifikan
Nilai p value ditunjukkan oleh nilai Sig. pada tabel 4.9 Nilai p value >
0,05 maka keputusan hipotesis adalah menerima H 0 dan menolak H1 atau yang
berarti tidak terdapat perbedaan signifikan kenaikan tinggi badan sebelum dan
setelah pemberian ekstrak temulawak.
4.4 Pembahasan
Seluruh balita stunting yang terjaring rutin datang ke Posyandu untuk
mengikuti kegiatan rutin yang diadakan oleh petugas di desa tiap bulannya.
Peneliti melakukan pencatatan pengukuran 1 bulan sebelum intervensi yaitu
26
5.1 Kesimpulan
1. Dari 9 balita stunting yang diberikan ekstrak temulawak, terdapat 9
balita yang mengalami peningkatan pertumbuhan berat badan yang
signifikan dalam 1 bulan pengukuran.
2. Ekstrak temulawak dapat membantu meningkatkan pertumbuhan berat
badan pada balita.
5.2 Saran
1. Program ini baik untuk dilanjutkan akan tetapi dengan masa
pengamatan yang lebih panjang agar peningkatan pertumbuhan berat
badan dan tinggi badannya lebih berarti.
2. Pemberian ekstrak temulawak disertai pemberian makanan tambahan
makanan pada balita stunting akan jauh lebih efektif meningkatkan
pertumbuhan berat badan dan tinggi badan balita.
3. Dilakukan modifikasi terhadap ekstrak temulawak menjadi makanan
yang memiliki rasa dan bentuk yang jauh lebih menarik untuk anak,
agar anak mau mengkonsumsi ekstrak temulawak ini.
DAFTAR PUSTAKA
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Sebelum Intervensi .223 9 .200
*
.838 9 .055
Setelah Intervensi .188 9 .200
*
.969 9 .885
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Sebelum Intervensi .356 9 .002 .655 9 .000
Setelah Intervensi .356 9 .002 .655 9 .000
a. Lilliefors Significance Correction
Test Statisticsa
Setelah
Intervensi -
Sebelum
Intervensi
Z -.378b
Asymp. Sig. (2-tailed) .705
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on negative ranks.
52
53