PENANGGULANGAN TUBERKULOSIS
PUSKESMAS SIDEMEN KABUPATEN KARANGASEM
Disusun oleh:
dr. I Nyoman Hardana Sasmita Purthana
dr. I Gde Putu Paramartha
dr. I Gusti Ngrah Ade Jaya Permana
Pendamping:
dr. I Made Narka
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkah
dan rahmatNya, penulis bisa menyelesaikan “Evaluasi Program Tuberkulosis di
Puskesmas Sidemen, Kabupaten Karangasem” dengan lancar. Laporan Evaluasi
Program ini disusun sebagai salah satu tugas wajib untuk menyelesaikan Program
Internsip Dokter Indonesia Periode Agustus 2021-2022 di Puskesmas Sidemen,
dengan harapan dapat dijadikan sebagai tambahan ilmu yang bermanfaat bagi
pengetahuan penulis maupun pembaca.
Dalam penulisan dan penyusunan Laporan Evaluasi Program ini tidak lepas
dari bantuan dan dukungan berbagai pihak, untuk itu kami mengucapkan terima kasih
kepada:
1. dr. I Made Narka selaku pendamping yang memberikan kesempatan dan
kemudahan untuk memanfaatkan berbagai fasilitas belajar.
2. Pemegang program TB Puskesmas Sidemen yang telah membantu hingga
terselesaikannya Laporan Evaluasi Program ini.
3. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Laporan
Evaluasi Program ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Kami menyadari bahwa Laporan Evaluasi Program yang penulis susun ini masih
jauh dari kesempurnaan, maka saran dan kritik yang membangun dari semua pihak
sangat diharapkan. Semoga Laporan Evaluasi Program ini dapat memberi manfaat.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...........................................................................................................
LEMBAR PENGESAHAN...............................................................................................
KATA PENGANTAR......................................................................................................
DAFTAR ISI.....................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................
2.1 Tuberkulosis...............................................................................................................
2.1.1 Definisi..............................................................................................................
2.1.2 Etiologi..............................................................................................................
2.1.3 Epidemiologi.....................................................................................................
2.1.4 Patogenesis........................................................................................................
3
2.2.5 Pelaporan.........................................................................................................
4.1.2 Demografi.......................................................................................................
BAB V PROPOSAL........................................................................................................
BAB VI PENUTUP..........................................................................................................
6.1 Kesimpulan..............................................................................................................
6.2 Saran…………………………………………………………………………..40
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................
4
BAB I
PENDAHULUAN
dapat menyerang organ tubuh lainnya (TB ekstrapulmoner) (PDPI, 2011). Penyakit TB
merupakan masalah kesehatan yang utama dan menduduki sepuluh kasus terbanyak
Menurut data WHO, insidensi penyakit tuberkulosis di dunia pada 2019 mencapai
sekitar 10 juta kasus (8,9-11 juta kasus) yang setara dengan ditemukannya kasus TB
sejumlah 132 per 100.000 populasi. India (26%), Indonesia (8,5%), China (8,4%),
Filipina (6%) dan Pakistan (5,7%) merupakan lima Negara dengan insiden kasus TB
tertinggi, dimana Indonesia menduduki posisi kedua. Dari total semua kasus TB, 56%
diderita oleh laki-laki, 32% perempuan dan 12% anak-anak. Pada tahun 2019, WHO
menyebutkan sedikitnya terdapat 1,2 juta kematian pada pasien TB, termasuk 208.000
kematian pada pasien TB dengan HIV positif. Pada tahun 2019, jumlah estimasi kasus
TB di Indonesia sebanyak 845.000 (770.000-923.000) kasus atau 312 kasus per 100.000
populasi dengan 96.700 kematian pertahun (36 per 100.000 populasi). (WHO,2020).
cakupan pengobatan semua kasus TB (case detection rate/CDR) yang diobati, Angka
notifikasi semua kasus TB (case notification rate/CNR) yang diobati per 100.000
1
kasus resisten obat, angka keberhasilan pengobatan pasien TB resisten obat dan
2021.”
Tujuan dari dilakukannya penulisan ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan dan
2021.
2
1.4 Manfaat Evaluasi
terutama Ilmu Kesehatan Masyarakat. Selain itu, sebagai sarana pembelajaran mengenai
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tuberkulosis
2.1.1 Definisi
disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis yang dikenal juga sebagai bakteri
tahan asam, dimana dapat menyerang paru-paru dan atau organ lainnya (Infodatin, 2018).
2.1.2 Etiologi
Mycobacterium dikenal sebagai Bakteri Tahan Asam (BTA). Secara umum sifat
2. Bersifat tahan asam dalam pewarnaan dengan metode Ziehl Neelsen, berbentuk batang
3. Memerlukan suatu media khusus yang digunakan untuk biakan, contohnya seperti
4. Tahan terhadap suhu rendah sehingga dapat bertahan hidup dalam jangka waktu lama
5. Bakteri tersebut sangat peka terhadap panas, panas sinar matahari dan sinar ultra
violet. Paparan langsung terhadap panas sinar ultraviolet, menyebabkan sebagian besar
kuman akan mati dalam beberapa menit. Dalam dahak pada suhu antara 30-37oC akan
4
2.1.3 Epidemiologi
umum. Dalam laporan WHO tahun 2020 terdapat 10 juta (8,9-11 juta) kasus TB pada
tahun 2019 atau setara dengan ditemukannya kasus TB sejumlah 132 per 100.000
populasi. Jumlah kasus ini hampir sama jika dibandingkan tahun 2018, yaitu sekitar 9-
11,1 juta kasus. Dari total semua kasus TB, 56% diderita oleh laki-laki, 32% perempuan
dan 12% anak-anak. Lima negara dengan insiden terbanyak antara lain India (26%),
Indonesia (8,5%), China (8,4%), Filipina (6%) dan Pakistan (5,7%). Pada tahun 2019,
WHO menyebutkan sedikitnya terdapat 1,2 juta kematian pada pasien TB, termasuk
208.000 kematian pada pasien TB dengan HIV positif (WHO,2020). Pada tahun 2019
kasus TB di Indonesia sebanyak 845.000 (770.000-923.000) kasus atau 312 kasus per
100.000 populasi dengan 96.700 kematian pertahun (36 per 100.000 populasi).
(WHO,2020).
sebesar 0,4%, dimana angka ini sama dengan prevalensi TB pada Riskesdas 2013.
Selatan menduduki urutan ke-8 dengan prevalensi 0,41% (Kemenkes RI, 2018).
2.1.4 Patogenesis
menghirup droplet yang mengandung basil tuberkulum dari pasien TB paru aktif. Dosis
yang dapat menularkan untuk seseorang dilaporkan antara 1 dan 200 basil. Bakteri yang
terhirup tersebut masuk ke alveolus dan dengan cepat difagositosis oleh makrofag
5
tersebut menndorong lebih banyak leukosit menuju ke tempat infeksi. Neutrofil dan
monosit yang datang juga mengeluarkan lebih banyak sitokin dan kemokin. Sel dendritik
kelenjar getah bening regional untuk menghadirkan antigen mikobakteri pada limfosit.
Granuloma yang terbentuk terdiri dari makrofag epiteloid, sel busa, dan giant sel
Langhans. Struktur merupakan keseimbangan yang baik antara bakteri dan sistem imun
penjamu. Seiring berjalannya waktu, granuloma mengalami nekrosis pada bagian sentral
yang menyebabkan gambaran caseous pada histopatologi akibat makrofag yang mati
Lesi yang terjadi di tempat pertama implantasi bakteri disebut dengan Ghon focus.
Penyebaran secara hematogen di dalam paru-paru atau menuju ke organ lain juga dapat
terjadi selama tahap awal proses penyakit ini. Lobus paru-paru manusia bagian atas
mendukung pertumbuhan bakteri karena tekanan oksigen di tempat tersebut lebih tinggi
(Sakamoto, 2012).
Pada individu yang tidak mengalami progresifitas penyakit ini, dapat tetap tanpa
gejala selama bertahun-tahun atau puluhan tahun, dengan hasil bakteri dalam keadaan
laten yang dipengaruhi oleh sistem imun penjamu. Segala kondisi yang mempengaruhi
sistem imun tubuh, seperti HIV, usia lanjut, kekurangan gizi, pengobatan imunosupresif,
atau infeksi baru dapat menyebabkan reaktivasi atau penyakit sekunder. Bentuk umum
6
dari reaktivasi atau penyakit TB sekunder terbatas pada paru-paru, dan lesi dimulai
caseous yang diikuti dengan nekrosis massif. Akibat nekrosis tersebut terjadi kerusakan
ekstraseluler secara cepat dan menyebar ke saluran udara. Analisis dahak selama fase TB
imunokompeten TB sekunder ini dapat menyebabkan kematian pada 50% kasus dan
kuman TB dalam dahaknya. Pada saat pasien bersin atau batuk, kuman dapat menyebar
ke udara dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei/percik renik). Infeksi dapat terjadi
bila pasien menghirup udara yang mengandung percikan dahak infeksius (Permenkes No.
67 Tahun 2016).
1. Sumber penularan TB adalah pasien TB BTA positif melalui percik renik dahak yang
pemeriksaan BTA negatif tersebut tidak mengandung kuman didalam dahaknya. Hal
tersebut bisa terjadi oleh karena jumlah kuman yang terkandung dalam contoh uji
kurang dari 5.000 kuman/cc dahak sehingga sulit untuk dideteksi melalui pemeriksaan
mikroskopis langsung.
2. Pasien dengan hasil BTA negatif juga masih memiliki kemungkinan untuk
menularkan penyakit TB. Tingkat penularan dari pasien TB BTA positif adalah 65%,
sedangkan pasien dengan hasil TB BTA negatif yang memiliki hasil kultur positif
7
adalah 26%, sedangkan pasien TB dengan hasil kultur negatif dan foto toraks positif
3. Infeksi akan terjadi apabila orang lain yang menghirup udara yang mengandung percik
4. Pada saat batuk ataupun bersin, pasien dapat menyebarkan kuman melalui udara
dalam bentuk percikan dahak / droplet nuclei/ percik renik. Saat sekali batuk dapat
2.1.6 Diagnosis TB
Tahun 2016).
1. Keluhan dan hasil anamnesis meliputi keluhan yang disampaikan pasien serta
a. Gejala utama TB paru adalah batuk berdahak selama dua minggu atau lebih.
Batuk bias juga diikuti dengan gejala-gejala tambahan seperti dahak yang
bercampur darah, batuk dengan darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan
yang menurun, berat badan yang menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa
disertai kegiatan fisik, demam atau meriang lebih dari satu bulan. Pada pasien
dengan HIV positif, batuk sering kali bukan merupakan gejala TB yang khas,
sehingga gejala batuk tidak harus selalu selama dua minggu atau lebih.
b. Gejala-gejala diatas dapat dijumpai juga pada penyakit paru selain TB, contohnya
8
Mengingat prevalensi TB di Indonesia saat ini masih tinggi, maka setiap orang
dianggap sebagai seorang terduga pasien TB, dan perlu dilakukan pemeriksaan
faktor risiko, antara lain kontak erat dengan pasien TB, tinggal di daerah padat
penduduk, wilayah kumuh, daerah pengungsian, dan orang yang bekerja dengan
2. Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan Bakteriologis
Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis, selain itu juga untuk
menentukan potensi dari penularan dan menilai keberhasilan dari suatu pengobatan.
dua contoh uji dahak yang dikumpulkan berupa dahak Sewaktu-Pagi (SP). Dahak
sewaktu (S) merupakan dahak yang ditampung di fasilitas pelayanan kesehatan. Dahak
pagi (P) merupakan dahak yang ditampung pada pagi segera setelah bangun tidur.
Pengambilan dahak dapat dilakukan dirumah pasien sendiri atau di bangsal rawat inap
untuk penegakkan diagnosis, namun tidak dapat dimanfaatkan untuk evaluasi hasil
pengobatan.
9
- Pemeriksaan biakan
(Lowenstein Jensen) atau media cair (Mycobacteria Growth Indicator Tube) untuk
dicurigai TB ekstraparu
Uji kepekaan obat tersebut bertujuan untuk menentukan ada atau tidaknya
laboratorium yang telah lulus uji pemantapan mutu/quality assurance (QA), dan
Penegakan diagnosis TB laten dapat dilakukan dengan uji kulit tuberkulin atau
melalui kultur. Metode terbaru berupa diagnostic molekurlar yang dapat digunakan
untuk menegakkan diagnosis TB pada fase aktif yaitu Xpert MTB/RIF assay
(Karki, 2018).
10
Gambar 2.1 Alur Diagnosis TB Paru dan TB Resisten Obat di Indonesia (Kemenkes,
2021)
2021).
11
2.1.7 Tatalaksana TB
produktivitas serta kualitas hidup, mencegah terjadinya kematian oleh karena TB atau
TB, dan mencegah terjadinya serta penularan TB resisten obat. Pengobatan TB meliputi
tahap awal dan tahap lanjutan. Pada tahap awal pengobatan diberikan setiap hari yang
bertujuan untuk secara efektif menurunkan jumlah kuman yang ada dalam tubuh pasien
dan meminimalisir pengaruh dari sebagian kecil kuman yang mungkin sudah resisten
sejak sebelum pasien mendapatkan pengobatan. Pada tahap lanjutan merupakan tahap
pengobatan yang penting untuk membunuh sisa-sisa kuman yang masih ada dalam tubuh
khususnya kuman persister sehingga pasien dapat sembuh dan mencegah kekambuhan
(Widaningrum, 2014). Obat Anti Tuberkulosis (OAT) lini pertama terdiri dari isoniazid
(H), rifampisin (R), pirazinamid (Z), etambutol (E), dan streptomisin (S). Panduan
• Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3
• Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3
berikut:
1. Pasien kambuh.
Panduan OAT kategori-1 dan kategori-2 disediakan dalam bentuk paket obat kombinasi
dosis tetap (OAT-KDT). Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 2 dan 4 jenis obat
dalam satu tablet. Dosisnya disesuaikan dengan berat badan pasien. Paduan ini dikemas
dalam 1 (satu) paket untuk 1 (satu) pasien untuk 1 (satu) masa pengobatan. Paket
Kombipak adalah paket obat lepas yang terdiri dari Isoniasid (H), Rifampisin (R),
Pirazinamid (Z) dan Etambutol (E) yang dikemas dalam bentuk blister. Paduan OAT ini
disediakan program untuk pasien yang tidak bisa menggunakan paduan OAT KDT.
OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam jumlah
cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Hal ini untuk menjamin
keptuhan pasien dalam menelan obat, dilakukan pengawasan langsung (DOT = Directly
Permenkes RI No. 67 Tahun 2016, pengobatan yang adekuat harus memenuhi prinsip
sebagai berikut:
1. Pengobatan yang diberikan dalam bentuk panduan OAT yang tepat mengandung
13
3. Ditelan secara teratur dan diawasi secara langsung oleh PMO sampai selesai
pengobatan.
4. Pengobatan diberikan dalam jangka waktu yang cukup, terbagi dalam 2 tahap yaitu
tahap awal dan tahap lanjutan, sebagai pengobatan yang adekuat untuk mencegah
kekambuhan.
dahak (sewaktu dan pagi). Hasil dari pemeriksaan mikroskopis semua pasien sebelum
kemajuan pengobatan. Semua pasien TB baru yang tidak konversi pada akhir 2 bulan
paduan tahap lanjutan. Pemeriksaan ulang dahak selanjutnya dilakukan pada akhir bulan
pengobatan selesai dan dilakukan pemeriksaan ulang dahak kembali pada akhir
pengobatan. Bilamana hasil pemeriksaan mikroskopis nya positif pasien dianggap gagal
14
Hasil Pengobatan Definisi
Pasien TB paru dengan hasil pemeriksaan bakteriologis
ditinggalkan.
15
Penanggulangan Tuberkulosis adalah segala upaya kesehatan yang
mengutamakan aspek promotif dan preventif, tanpa mengabaikan aspek kuratif dan
kesehatan dan juga Dokter Praktek Swasta. Program Penanggulangan TB ini diatur dalam
nasional yaitu eleminasi TB dengan tercapainya cakupan kasus TB 1 per 1 juta penduduk
16
pada tahun 2014
promosi kesehatan, surveilans TB, pengendalian faktor risiko, penemuan dan penanganan
Berdasarkan PMK No. 4 Tahun 2019, capaian kinerja program TB yang tertuang
dalam SPM 11, yaitu orang dengan terduga TBC mendapatkan pelayanan sesuai standar
yang dinilai dari persentase jumlah orang terduga TBC yang mendapatkan pelayanan
TBC sesuai standar di wilayah kerjanya dalam kurun waktu satu tahun. Target yang
17
2.2.2 Indikator Program
2. Angka notofikasi semua kasus TB (case notification rate/CNR) yang diobati per
100.000 penduduk.
Kegiatan ini membutuhkan adanya pasien yang memahami dan sadar akan gejala
TB, akses terhadap fasilitas kesehatan dan adanya tenaga kesehatan yang kompeten yang
mampu melakukan pemeriksan terhadap gejala dan keluhan tersebut. Penemuan pasien
merupakan langkah pertama dalam kegiatan tatalaksana pasien TB. Penemuan dan
dan kematian akibat TB, penularan TB di masyarakat dan sekaligus merupakan kegiatan
2016).
Strategi penemuan pasien TB dapat dilakukan secara pasif, intensif, aktif, dan
masif. Upaya penemuan pasien TB harus didukung dengan kegiatan promosi yang aktif
18
baik oleh petugas kesehatan maupun masyarakat, sehingga semua terduga TB dapat
pasien TB secara pasif intensif dan penemuan pasien TB secara aktif dan/atau masif.
jaringan layanan TB melalui Public-Private Mix (PPM), dan kolaborasi berupa kegiatan
TB-HIV, TB-DM (Diabetes Mellitus), TB-Gizi, Pendekatan Praktis Kesehatan paru (PAL
aktif dan/atau masif berbasis keluarga dan masyarakat, dapat dibantu oleh kader dari
posyandu, pos TB desa, tokoh masyarakat, dan tokoh agama. Kegiatan penemuan pasien
TB dengan cara ini dapat berupa: investigasi kontak pada paling sedikit 10 - 15 orang
kontak erat dengan pasien TB, penemuan di tempat khusus (seperti Lapas/Rutan, tempat
kerja, asrama, pondok pesantren, sekolah, panti jompo), dan penemuan di populasi
2016).
2.2.5 Pelaporan
pelaporan TB. Pencatatan menggunakan formulir baku secara manual didukung dengan
19
informasi elektronik. informasi.
yang berbasis web dan diintegrasikan dengan sistem informasi kesehatan secara nasional
dan sistem informasi publik yang lain. Pencatatan dan pelaporan TB diatur berdasarkan
(registry kasus) dengan informasi terkini tentang semua kasus TB di masyarakat. Hal ini
untuk memastikan tindak lanjut dari semua pasien TB dan orang-orang yang dicurigai
tersedia berupa hasil apusan, kultur, klinis, hasil radiografi dada, dan dosis obat yang
diberikan harus diperoleh dan diperbarui secara berkelanjutan (Elsayed, et al., 2015)
20
BAB III
METODE EVALUASI
Data didapatkan dari laporan program di Puskesmas Sidemen tahun 2021 serta
1. Mengidentifikasi masalah
Data yang telah diperoleh dari laporan program dan pemegang program kemudian
diidentifikasi masalah yang terdapat pada program tersebut dengan cara membandingkan
indikator standar program dengan capaian program yang terealisasi. Suatu program yang
tidak mencapai indikator standar program yang telah ditentukan berarti terdapat masalah
menggunakan metode USG. Metode USG (Urgency, Seriousness, Growth) adalah salah
satu alat untuk menyusun urutan prioritas isu yang harus diselesaikan. Caranya dengan
menentukan tingkat urgensi, keseriusan, dan perkembangan isu dengan menentukan skala
1-5 atau 1-10. Isu yang memiliki total skor tertinggi merupakan isu prioritas. Urgency
merupakan pembahasan mengenai seberapa mendesaknya isu tersebut untuk dibahas dan
jika tidak diselesaikan. Growth merupakan seberapa besar kemungkinan akan memburuk
21
3. Membuat kerangka konsep untuk identifikasi penyebab masalah
Setelah memilih salah satu masalah spesifik yang dianggap paling penting, maka
menggunakan diagram tulang ikan. Struktur diagram ini terdiri atas input, proses dan
lingkungan yang menyebabkan suatu masalah (output). Kategori input terbagi atas Man
(sumber daya manusia), Material (alat dan sarana), Method (proses, SOP), Material
(bahan habis pakai, komoditas), dan Money (biaya atau dana). Proses biasanya di isi
menggunakan matriks IxTxR. Matriks ini terdiri atas pentingnya masalah (Importance),
kelayakan teknologi yang tersedia dan yang dapat dipakai untuk mengatasi masalah
(Technical Feasibility), dan kerersediaan sumber daya yang dapat dipakai (Resources
Availability). Untuk semua variable diberikan nilai antara 1 (tidak penting) sampai
dengan 5 (sangat penting). Nilai akhir adalah perkalian dari ketiga aspek I, T, dan R.
Untuk dapat mencari akar penyebab masalah, maka beberapa alternatif solusi dapat
diajukan. Solusi yang telah diputuskan di atas harus diprioritaskan sesuai dengan
kemampuan laksana dan pengaruh terhadap akar penyebab, jika kondisi membatasi
kemampuan tim untuk melaksanakan semuanya. Metode yang digunakan dalam panduan
22
(M×I×V)/C terdiri atas Magnitude (besarnya kemampuan solusi dalam mengatasi
Vulnerability (seberapa cepat solusi tersebut mampu mempengaruhi masalah), dan Cost
(seberapa besar biaya implementasi masalah tersebut). Keempat komponen diberi skor 1-
bagian dari Effectivity dan dibagi dengan C yang merupakan komponen Efficiency.
23
BAB IV
ANALISIS
A. Visi Puskesmas
Pembangunan kesehatan juga tidak terlepas dari komitmen Indonesia sebagai
warga masyarakat dunia untuk ikut merealisasikan tercapainya Sustainable
Development Goals (SDGs). Di dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
36 Tahun 2009 tentang Kesehatan mengamanatkan bahwa pembangunan kesehatan
harus ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup
sehat masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan
sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Pembangunan
kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat
bagi setiap individu agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Untuk
mencapai tujuan pembangunan kesehatan tersebut diselenggarakan berbagai upaya
kesehatan secara menyeluruh, berjenjang dan terpadu. Puskesmas adalah fasilitas
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya
kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya
promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya di wilayah kerjanya.
Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas bertujuan untuk
mewujudkan masyarakat yang memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat, mampu menjangkau pelayanan kesehatan
bermutu, hidup dalam lingkungan sehat dan memiliki derajat kesehatan yang
optimal, baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
Puskesmas Sidemen merupakan salah satu Puskesmas di Kabupaten
Karangasem, yang bertugas menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan di
wilayah kerjanya dengan berorientasi pada mutu dalam berbagai kegiatan
penyelenggaraan upaya kesehatan. Untuk tujuan meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat maka Puskesmas Sidemen berusaha terus memperbaiki mutu Pelayanan
24
Kepada Masyarakat. Kualitas layanan tersebut juga dituangkan dalam misi
Puskesmas untuk mencapai visi yang telah ditetapkan (Profil Puskesmas, 2020).
Visi Puskesmas Sidemen adalah "Mewujudkan masyarakat yang mandiri
dalam hidup sehat menuju Sidemen Sehat"
B. Misi Puskesmas
Misi adalah upaya yang dilaksanakan untuk mencapai visi yang sudah
ditetapkan. Adapun Misi Puskesmas adalah (Profil Puskesmas, 2020):
1. Menggerakan Pembangunan Kecamatan yang berwawasan Kesehatan
2. Mendorong Kemandirian masyarakat dan keluarga untuk hidup sehat
3. Memelihara dan Meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu
4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, Keluarga dan
Masyarakat.
Visi, Misi dan Kebijakan Mutu yang telah ditetapkan diharapkan mampu
untuk memenuhi tujuan dari pelayanan yang dilaksanakan di Puskesmas, seperti
motto yang ditetapkan sebagai berikut :
MOTTO ” SEHAT UNTUK SEMUA ”
25
E mpati : Pemberi Pelayanan Bisa Merasakan Apa yg Dirasakan Oleh
Pasien
R amah : Pelayanan Menerapkan Sistem 3S (Senyum, Salam, Sapa).
M udah : Pelayanan yg Mudah Dimengerti.
A dil : Pelayanan yg Tidak Membeda-bedakan Orang.
T erjangkau : Pelayanan Dengan Biaya Terjangkau.
26
4.1.2 Geografi
27
SANGKAN GUNUNG
SINDU WATI
SIDEMEN
TELAGA TAWANG
TANGKUP
PUSKESMAS SIDEMEN
WISMA KERTA
TALIBENG
LOKA SARI
LOKASARI
KERTABUANA
KERTA BUANA
28
Tabel 4.1 Luas Wilayah, Jarak dan Waktu Tempuh dari Puskesmas Sidemen
Menurut Desa Wilayah Kerja Puskesmas Sidemen Kabupaten Karangasem Tahun
2020
Waktu
Luas Wilayah Jarak
No. Desa Tempuh
(Km2) (Km)
(menit)
1 Desa Wisma Kerta 2,79 13 50
2 Desa Telaga Tawang 2,97 0 0
3 Desa Sidemen 3,86 2 15
4 Desa Talibeng 4,70 3 18
5 Desa Tri Eka Buana 3,365 3 25
6 Desa Kerta Buana 3,03 5 30
7 Desa Loka Sari 3,30 3 20
8 Desa Tangkup 2,80 12 45
9 Desa Sangkan Gunung 5,85 5 30
10 Desa Sindu Wati 3,02 3 15
4.1.2 Demografi
a. Jumlah Penduduk
29
di Desa Tangkup sebanyak 272 orang, sedangkan data Desa Loka Sari, Desa
Sangkan Gunung, dan Desa Wisma Kerta juga tidak tersedia. Data penduduk yang
tamat SLTA terbanyak di Desa Tangkup sebanyak 510 orang, sedangkan data Desa
Loka Sari, Desa Sangkan Gunung, dan Desa Wisma Kerta tidak tersedia. (Profil
Puskesmas, 2020). Tingkat pendidikan penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas
Sidemen dapat dilihat pada tabel 5 adalah sebagai berikut:
- 27 391 45 15 4076 62 -
3 Desa Talibeng
30
c. Keadaan Ekonomi
31
32
4.3 Analisis
sebagai pemegang program lain. Di Kecamatan Sidemen belum terbentuk kader TB,
Bali.
2. Money
2020 semua anggaran kegiatan program yang tertuang dalam RUK 2020 telah
disetujui dan sudah memadai. Dana BOK digunakan untuk penjaringan kasus TB
mencukupi, mencakup reagen labor, obat anti tuberkulosis, blanko pencatatan dan
pelaporan, pot sputum, buku pedoman, serta media promosi. Pada pandemi COVID-
19, pemeriksaan dahak tidak lagi dilakukan di Puskesmas Sidemen karena resiko
penularan yang bertambah dan ruangan pengambilan sudah ada namun yang belum
memenuhi standar.
33
4.Methods
dengan pedoman yaitu pasive case finding dan active case finding. Passive case
finding dilakukan pada saat pasien berobat ke puskesmas. Active case finding yang
PROSES
1. Planning
dilakukan oleh pemegang program sesuai dengan kebutuhan lapangan yang kemudian
dituangkan dalam RUK Puskesmas Sidemen tahun 2021, dimana tiap jenis program
2. Organizing
yang ada di desa juga belum adanya bantuan oleh bidan desa atau perawat yang
bertugas di tiap desa. Kendala pada proses ini adalah petugas program TB masih
memiliki tugas ganda sebagai pemegang program lain sehingga tidak fokus pada satu
program saja.
2. Actuating
penentuan klasifikasi penyakit dan tipe pasien. Penemuan kasus terduga dilakukan
baik secara aktif dan pasif. Penemuan kasus terduga TB secara pasif dilakukan
34
melalui pelayanan di puskesmas. Pasien yang datang ke puskesmas Sidemen dengan
Active case finding yang dilakukan adalah investigasi kontak erat pasien.
Kendala penemuan kasus terduga ini yaitu pasien sulit mengeluarkan dahak. Pada
pasien yang masih tidak bisa mengeluarkan dahak diberikan mukolitik atau
akhirnya pasien tidak mengumpulkan spesimen dahak di pot dahak yang sudah
adanya stigma negatif di masyarakat mengenai TB dan mereka juga yang takut “di-
COVID-kan”.
3. Controlling
Puskesmas Sidemen dilakukan oleh pemegang program secara online melalui Sistem
Informasi TB (SITB), mulai berlaku sejak tahun 2020. SITB merupakan aplikasi
yang digunakan oleh semua pemangku kepentingan mulai dari Fasilitas Pelayanan
Resistan Obat, laboratorium dan logistik dalam satu platform yang terintegrasi.
Monitoring dan evaluasi untuk saat ini belum dilakukan secara maksimal,
35
ENVIRONMENT
kesadaran untuk memeriksakan dirinya ke faskes saat memiliki gejala TB. Wilayah
kerja yang luas, jauh dari puskesmas juga mempersulit penjaringan terduga TB.
Selain itu, pandemi COVID-19 juga mempersulit penemuan kasus terduga TB karena
OUTPUT
paru dalam penemuan kasus terduga TB di Puskesmas Sidemen tahun 2021 tidak
mencapai target yang sudah ditetapkan. Capaian penemuan kasus TBC hanya
36
37
38
4.3.5 Prioritas Alternatif solusi
Effectivity
No. Alternatif Penyelesaian Masalah C MxIxV/ C
M I V
1 Pengoptimalan kader TB 5 4 3 2 30
39
BAB V
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
berpedoman pada PMK No. 67 tahun 2016 tentang Pedoman Penanggulangan TB dan
PMK No. 4 tahun 2019 pada Standar Pelayanan Minimal Program TB (SPM 11).
Salah satu indikator yang belum mencapai target adalah penemuan kasus terduga TB.
Penemuan kasus terduga TB belum berjalan baik dari segi input dan proses. Dari
input terdapat beberapa masalah antara lain sumber daya manusia belum mencukupi,
dan sarana dan prasarana dalam penemuan kasus TB masih belum mencukupi secara
pedoman. Masalah pada proses organisasi adalah petugas memiliki peran ganda
sebagai pemegang program lain dan belum ada kader TB. Hal ini mempengaruhi
terlaksana optimal karena selama pandemi ini sudah tidak dilakukan pemeriksaan
dahak di laboratorium puskesmas. Monitoring dan evaluasi saat ini masih belum
terlaksana dikarenakan jumlah sumber daya manusia yang belum mencukupi. Faktor
6.2 Saran
40
1. Perlunya peran serta masyarakat dalam program penemuan kasus terduga dan
TB desa.
petugas TB yang belum pernah menerima pelatihan. Selain itu perlunya juga
dan pelayanan.
3. Perlunya pemenuhan sarana dan prasarana laboratorium dan pojok dahak yang
dilakukan secara rutin kembali, namun dengan merekrut dan melibatkan lebih
41
DAFTAR PUSTAKA
Elsayed, D., Salahy, M., Hibah, N. A., Mehy, G. F., Essawy, T. S., & Eldesouky,R.
S. (2015). Evaluation of Primary Health Care Service Participation in the
National Tuberculosis Control Program in Qalyubia Governorate, Egypt.
Egyptian Journal of Chest Diseases and Tuberculosis, 64, 921-928.
Permenkes RI No. 4. 2019. Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar Pada
Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan. Kementrian Kesehatan RI.
World Health Organization (WHO). 2020. Global tuberculosis report 2020. Geneva:
World Health Organization.
42