Disusun Oleh :
dr. Sylvia Ruth Alisa Nababan
Pendamping :
dr. Emy Damayanti
SITUBONDO
2020
HALAMAN PENGESAHAN
Disusun Oleh:
dr. Sylvia Ruth Alisa Nababan
Mengetahui,
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan pertolongan-Nya, penulis dapat menyelesaikan Mini Project berjudul
“Hubungan Riwayat Pemberian Asi Ekslusif Dan Angka Kejadian Stunting Pada
Anak Usia 6 – 60 Bulan Di Desa Semiring, Kecamatan Mangaran, Situbondo
Tahun 2020” dengan tepat waktu. Mini Project ini disusun guna memenuhi tugas
Program Internsip Dokter Indonesia di RS Puskesmas Mangaran.
Dalam penyusunan Mini Project ini, penulis tidak dapat menyelesaikannya
tanpa bantuan pihak lain. Penulis mendapatkan bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak untuk dapat menyelesaikan Mini Project ini. Untuk itu dalam
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. drg. Hj. Dina Fitrya, M.Kes sebagai Kepala Puskesmas Mangaran yang telah
memberikan kesempatan untuk melakukan Mini Project ini di Puskesmas
Mangaran.
2. dr. Emy Damayanti sebagai pembimbing yang telah meluangkan waktunya
untuk membantu menyelesaikan Mini Project ini di Puskesmas Mangaran.
3. Seluruh pegawai Puskesmas Mangaran yang telah membantu kelancaran Mini
Project ini.
4. Para Kader desa Semiring yang telah sukarela meluangkan tenaga dan
waktunya untuk membantu kelancaran Mini Project ini.
Dengan penuh kesadaran, meskipun penulis sudah berupaya semaksimal
mungkin untuk menyelesaikan Mini Project ini, namun masih terdapat beberapa
kesalahan maupun kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca. Akhir kata, penulis berharap semoga Mini
Project ini dapat berguna dan memberikan manfaat bagi pembaca.
PENULIS
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………...… ii
KATA PENGANTAR………………………………………………………….. iii
DAFTAR ISI…………………….......…………………………………….......... iv
DAFTAR TABEL…………………………………………………………...…. vi
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………... vii
BAB I PENDAHULUAN...……………………………………...……………… 1
I.1. Latar Belakang………………………………………………..………….. 1
I.2. Rumusan Masalah…………….……………………………..…………… 2
I.3. Tujuan Penelitian…………….……………………………......…………. 2
I.4. Manfaat Penelitian……….……………………………...……...………... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………….….. 5
II.1. Stunting…………………………………………………....................… 5
II.1.1. Definisi Stunting……………………………………………….. 5
II.1.2. Epidemiologi Stunting…………………………………………. 5
II.1.3. Etiologi Stunting……………………………………………...... 9
II.1.4. Klasifikasi Stunting……………………………………….…... 10
II.1.5. Diagnosis Stunting………………………….………...………. 10
II.1.6. Dampak Stunting…………………………….………………... 12
II.1.7. Upaya Pencegahan Stunting………………………………...… 13
II.2. ASI dan ASI Eksklusif……………………………….……………….. 14
II.3. ASI Eksklusif terhadap Stunting……………………...………………. 17
BAB III METODE PENELITIAN…………………………….……………... 18
III.1. Jenis dan Desain Penelitian……………………………...……………. 18
III.2. Lokasi dan Waktu Penelitian……………………………..…………... 18
III.3. Populasi dan Sampel…………………………………….....…………. 18
III.4. Kriteria Inklusi………………………………………………..………. 18
III.5. Kriteria Eksklusi………………………………...………………..…… 19
III.6. Variabel Penelitian………………………...……………………..…… 19
III.7. Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel………..………. 19
III.8. Instrumen Penelitian…………………………...………………..…….. 20
iv
III.9. Rencana Pengolahan dan Analisis Data………………………………. 20
BAB IV PROFIL PUSKESMAS MANGARAN DAN HASIL
PENELITIAN………………………………………………………………….. 22
IV.1. Profil Puskesmas Mangaran……………………………………...…… 22
IV.1.1. Keadaan Geografis…………………………………….........… 22
IV.1.2. Wilayah Administrasi………….............................................… 23
IV.1.3. Kependudukan………………………………………………… 23
IV.1.4. Perekonomian…………………………………………………. 24
IV.1.5. Pendidikan…………………………………………………….. 24
IV.1.6. Data Umum Organisasi……………………………………….. 24
IV.2. Hasil Penelitian……………………………………………………….. 27
IV.2.1. Karakteristik Responden…………………………………….... 28
IV.2.2. Analisis Bivariat………………………………………………. 34
BAB V PEMBAHASAN…………………………………………...……...…... 35
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN………………………………………. 37
V.1. Kesimpulan…………………………………………...……………..... 37
V.2. Saran…………………………………………...…………………….... 37
DAFTAR PUSTAKA…………………………………..…………………….... 39
LAMPIRAN……………………………………………...…………………..… 42
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Jumlah total anak – anak stunting di bawah 5 secara global tahun
2000 dan 2019…………………………………………......………. 6
Gambar 2.2. Presentasi anak – anak dibawah 5 tahun yang mengalami stunting
berdasarkan Negara pada tahun 2019…..………………………..... 7
Gambar 2.3. Masalah gizi di Indonesia tahun 2015 – 1017…………………….. 7
Gambar 2.4. Prevalensi balita pendek di Indonesia tahun 2007 – 2013………… 8
Gambar 2.5. Prevalensi balita pendek di Indonesia tahun 2015 – 2017………… 8
Gambar 2.6. Peta prevalensi balita pendek di Indonesia tahun 2017…………… 9
Gambar 2.7. Z-score terhadap usia dan tinggi pada anak laki-laki menurut
standar WHO…………………………………………………….. 12
Gambar 2.8. Z-score terhadap usia dan tinggi pada anak perempuan menurut
standar WHO…………………………………………………….. 12
Gambar 4.1. Peta kecamatan Mangaran……………………………………….. 22
Gambar 4.2. Distribusi Usia Responden………………………………………. 27
Gambar 4.3. Distribusi Jenis Kelamin Responden…………………………….. 28
Gambar 4.4. Distribusi Usia Ibu Responden…………………………………... 29
Gambar 4.5. Distribusi Pendidikan Terakhir Ibu Responden………………….. 30
Gambar 4.6. Distribusi Pekerjaan Ibu Responden……………………………... 30
Gambar 4.7. Distribusi Kejadian Stunting........................................................... 31
Gambar 4.8. Distribusi Riwayat ASI Eksklusif………………………………... 32
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
II.1. Stunting
II.1.1. Definisi Stunting
Stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang dialami
oleh anak – anak dengan gizi yang buruk, infeksi berulang, dan stimulasi
psikososial yang tidak memadai. Anak-anak didefinisikan sebagai stunting jika
tinggi badan mereka untuk usia lebih dari dua standar deviasi di bawah median
Standar Pertumbuhan Anak WHO.1
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi di bawah lima
tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk
usianya. Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal
setelah bayi lahir akan tetapi, kondisi stunting baru nampak setelah bayi berusia 2
tahun. Balita pendek (stunted) dan sangat pendek (severely stunted) adalah balita
dengan panjang badan (PB/U) atau tinggi badan (TB/U) menurut umurnya
dibandingkan dengan standar baku WHO-MGRS (Multicentre Growth Reference
Study) tahun 2006. Sedangkan definisi stunting menurut Kementerian Kesehatan
(Kemenkes) adalah anak balita dengan nilai z-score kurang dari -2SD/standar
deviasi (stunted) dan kurang dari – 3SD (severely stunted).8
5
6
Gambar 2.1.. Jumlah total anak-anak stunting di bawah 5 secara global tahun 2000 dan 2019. 9
Interaksi antara kurang gizi dan infeksi dapat berpotensi membuat siklus
mematikan yang dapat memperparah penyakit dan memperburuk status gizi. Gizi
buruk pada 1000 hari pertama kehidupan dari kehidupan seorang anak dapat juga
mengarah terhadap kejadian stunting. Kondisi ini dapat memengaruhi kemampuan
kognitif dan mengurangi performa di sekolah dan pekerjaan.9
Ukuran kekurangan gizi anak digunakan untuk melacak kemajuan
perkembangan. Dalam Era Pembangunan Pasca-2015, perkiraan kekurangan gizi
anak akan membantu menentukan apakah dunia berada di jalur yang tepat untuk
mencapai Sustainable Development Goals khususnya untuk mengakhiri
kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan peningkatan gizi, dan
mempromosikan pertanian berkelanjutan.9
Pada tahun 2018 tiga wilayah memiliki tingkat stunting yang sangat tinggi,
sekitar 1 dari 3 anak mengalami stunting. Di sisi lain, 4 wilayah memiliki tingkat
stunting yang rendah atau sangat rendah. Namun, perbedaan besar dalam wilayah
prevalensi rendah dapat ada. Di Amerika Latin dan Karibia, misalnya, meskipun
tingkat keseluruhan rendah, beberapa negara individu menghadapi tingkat stunting
yang sangat tinggi, dan dalam beberapa kasus sangat tinggi. Kekurangan gizi
kronis di Amerika Latin dan Karibia dapat sangat bervariasi di antara negara-
negara tetangga. Di satu negara yang terkena dampak kurang dari 1 banding 8,
sementara hampir 1 dari 2 rekan mereka di negara sebelah berada pada posisi
yang kurang menguntungkan karena fisik dan kognitif yang ireversibel, kerusakan
yang bisa menyertai pertumbuhan terhambat.9
7
Gambar 2.2. Presentasi anak – anak di bawah 5 tahun yang mengalami stunting berdasarkan
negara pada tahun 2019.9
Pada tahun 2019 sebanyak 21,3 persen atau satu dari lima anak di bawah 5
tahun di seluruh dunia telah mengalami stunting. Antara tahun 2000 dan 2019,
prevalensi stunting secara global menurun dari 32,4 persen menjadi 21,3 persen.
Jumlah anak-anak yang terkena dampak turun dari 199,5 juta menjadi 144,0 juta.
Pada tahun 2019, hampir dua dari lima anak stunting berada di Asia Selatan
sementara dua dari lima anak lainnya berada di Afrika sub-Sahara.9
Kejadian balita stunting (pendek) merupakan masalah gizi utama yang
dihadapi Indonesia. Berdasarkan data Pemantauan Status Gizi (PSG) selama tiga
tahun terakhir, stunting memiliki prevalensi tertinggi dibandingkan dengan
masalah gizi lainnya seperti gizi kurang, kurus, dan gemuk. Prevalensi balita
pendek mengalami peningkatan dari tahun 2016 yaitu 27,5% menjadi 29,6% pada
tahun 2017.8
Prevalensi balita sangat pendek dan pendek usia 0-59 bulan di Indonesia
tahun 2017 adalah 9,8% dan 19,8%. Kondisi ini meningkat dari tahun sebelumnya
yaitu prevalensi balita sangat pendek sebesar 8,5% dan balita pendek sebesar
19%. Provinsi dengan prevalensi tertinggi balita sangat pendek dan pendek pada
9
usia 0-59 bulan tahun 2017 adalah Nusa Tenggara Timur, sedangkan provinsi
dengan prevalensi terendah adalah Bali.8
Menurut Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 menyatakan bahwa sekitar
37% (hampir 9 Juta) anak balita mengalami stunting di Indonesia.4 Sedangkan
pada tahun 2018 menunjukan 30,8% balita di Indonesia mengalami stunting.5
Indonesia adalah negara dengan prevalensi stunting kelima terbesar di seluruh
dunia. Balita/Baduta yang mengalami stunting akan memiliki tingkat kecerdasan
tidak maksimal. Hal ini menjadikan anak lebih rentan terhadap penyakit dan di
masa depan dapat mengakibatkan menurunnya tingkat produktivitas.8
Gambar 2.7. Z-score terhadap usia dan tinggi pada anak laki-laki, menurut standar WHO
Gambar 2.8. Z-score terhadap usia dan tinggi pada anak perempuan, menurut standar WHO
susu ini keluar setelah foremilk, susu ini juga menyebabkan bayi menjadi
mengantuk dan tenang.18
ASI mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, enzim
pencernaan dan hormon. ASI memiliki komposisi yang rumit, secara umum ASI
mengandung air (87%), lemak (3.8%), protein (1%) dan laktosa (7%). Lemak dan
laktosa menyediakan hampir 90% dari total energi. Komposisi ASI manusia
bersifat dinamis dan berubah seiring waktu, menyesuaikan dengan perubahan
kebutuhan bayi yang sedang tumbuh. ASI yang dikeluarkan pertama kali
(foremilk) lebih cair dengan kandungan laktosa yang lebih tinggi, yang
memuaskan rasa haus bayi, dan mengikuti foremilk yakni hindmilk, ASI yang
lebih kental seperti berkrim dengan kandungan lemak yang jauh lebih tinggi untuk
bayi. kebutuhan bayi. Selama menyusui awal, kandungan protein dalam ASI
berkisar 1,4 – 1,6g/ 100mL, hingga 0,8 – 1,0g/ 100mL setelah tiga hingga empat
bulan menyusui, hingga 0,7 – 0,8g/ 100mL setelah enam bulan. Ada dua kelas
protein dalam ASI: Casein dan whey. Casein menjadi gumpalan atau dadih di
perut; sedangkan whey tetap sebagai cairan dan lebih mudah dicerna. Persentase
kandungan protein tersebut berubah-ubah, persentase protein whey dalam ASI
berkisar 80% hingga 50%, semakin tinggi kandungan whey dalam susu akan
mempermudah penyerapan nya bagi bayi. Protein dalam ASI membantu tubuh
untuk membuat system pertahanan (IgA).19
Lemak dalam ASI berperan penting, dimana lemak menyediakan energi
untuk perkembangan system saraf pusat. Umumnya, kandungan lemak dalam ASI
berkisar antara 3,5% hingga 4,5%. lemak utama yang tersedia dalam ASI adalah
trigliserida (95%). ASI juga mengandung asam lemak essensial, yakni oleic (15%)
dan alpha-linoleic (0.35%). ASI mengandung banyak vitamin untuk mendukung
pertumbuhan bayi, kecuali vitamin D dan K. Bayi yang menyusui secara eksklusif
menerima asupan vitamin D di bawah batas minimum yang disarankan. Namun,
risiko defisiensi vitamin D secara keseluruhan pada bayi yang disusui juga
berkorelasi dengan paparan sinar matahari. Cadangan vitamin D normal yang ada
saat lahir habis dalam waktu delapan minggu. Paparan sinar matahari dan
suplemen vitamin D direkomendasikan untuk bayi yang disusui. Vitamin K sangat
penting untuk protein yang terlibat dalam pembekuan darah. Namun, hanya dalam
16
18
19
Alur Penelitian
Penentuan populasi
Penentuan sampel
Input Data
Analisis Data
Luas Kecamatan Mangaran adalah 35,70 Km2 atau 3.570 Ha. Kecamatan
Mangaran terbagi menjadi 6 desa, yakni Desa Trebungan, Mangaran, Tanjung
Kamal, Tanjung Glugur, Tanjung Pecinan dan Semiring.
22
23
Luas wilayah menurut desa, terluas adalah desa Tanjung Pecinan dengan
luas 11,71 km2.Sedangkan luas desa yang terkecil adalah desa Mangaran yaitu
3,40 Km2
Desa Mangaran merupakan ibukota kecamatan yang berjarak 7 km ke kabupaten
Situbondo. Sedangkan jarak desa terjauh dari ibukota kecamatan adalah desa
Tanjung Glugur yaitu 9,5 km. (Sumber : Kecamatan Mangaran Dalam Angka
Tahun 2019).
IV.1.3. Kependudukan
Data kependudukan merupakan salah satu data pokok yang sangat
diperlukan dalam perencanaan dan evaluasi pembangunan karena penduduk selain
merupakan obyek juga merupakan subyek pembangunan.
Jumlah penduduk Kecamatan Mangaran pada tahun 2019 mencapai 33.959
jiwa yang terdiri dari 16.391 penduduk laki–laki dan 17.568 penduduk perempuan
dengan sex ratio sebesar 93,3. Dengan luas wilayah 35,70 Km² Angka Kepadatan
penduduk Kecamatan Mangaran pada tahun 2019 adalah 951.2 jiwa/km².
Sedangkan jumlah rumah tangga di Kecamatan Mangaran adalah 11.797 Ruta,
sehingga rata-rata penduduk per rumah tangga adalah 2,9.
Dari jumlah penduduk yang tersebar di 6 desa di Kecamatan Mangaran,
jumlah penduduk terbanyak adalah Desa Trebungan (7.448 jiwa), sedangkan desa
dengan jumlah penduduk terkecil adalah Desa Semiring (4.018 jiwa).
24
IV.1.4. Perekonomian
Sektor pertanian menyangga perekonomian masyarakat di Kecamatan
Mangaran. Hal ini terbukti dengan tingginya minat masyarakat yang bekerja di
sektor ini sebanyak 8.088 penduduk yang terbagi 3.412 tani dan 4.676 buruh tani.
Kemudian di posisi kedua adalah sektor peternakan sebanyak 4.246 penduduk.
Namun demikian masih ada penduduk yang mencari lapangan pekerjaan sebanyak
1.240 orang.
IV.1.5. Pendidikan
Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita, ini
berarti bahwa setiap manusia berhak mendapat dan berharap untuk selalu
berkembang dalam pendidikan. Pendidikan secara umum mempunyai arti suatu
proses kehidupan dalam mengembangkan diri tiap individu untuk dapat hidup dan
melangsungkan kehidupan sehingga menjadi seorang yang terdidik itu sangat
penting.
3. Kepegawaian
4. Keuangan
h. Upaya Kesehatan Masyarakat membawahi:
1. Program Essensial:
a) Promosi Kesehatan & Upaya Kesehatan Sekolah
b) Kesehatan Lingkungan
c) Kesehatan Ibu , Anak & Keluarga Berencana Yang bersifat UKM
d) Gizi
e) Pencegahan dan pengendalian Penyakit
f) Keperawatan
2. Program Pengembangan:
a) Kesehatan Jiwa
b) Kesehatan Gigi Masyarakat
c) Kesehatan Tradisional Komplementer
d) Kesehatan Olahraga
e) Kesehatan Indera
f) Kesehatan Lansia
g) Kesehatan Kerja
i. Jaringan dan Jejaring Fasilitaas Pelayanan Kesehatan:
1. Puskesmas Pembantu
Pustu Tanjung Kamal
Pustu Semiring
Pustu Trebungan
2. Ponkesdes
Poskesdes Tanjung Kamal
Poskesdes Tanjung Glugur
Poskesdes Tanjung Pecinan
Poskedes Mangaran
Poskesdes Semiring
Poskesdes Trebungan
3. Puskesmas keliling
4. Bidan Desa
26
19%
6 - 24 Bulan
42%
49 - 60 Bulan
15% 37 - 48 Bulan
25 - 36 Bulan
24%
Berdasarkan tabel IV.1. dan gambar 4.2 diatas, didapatkan distribusi usia
responden rentang usia 6 – 24 bulan sebanyak 36 orang (42,4%), rentang usia 25 –
36 bulan sebanyak 16 orang (18,8%), rentang usia 37 – 48 bulan sebanyak 13
orang (15,3%), dan rentang usia 49 – 60 bulan sebanyak 20 orang (23,5%).
28
Berdasarkan tabel IV.2. dan gambar 4.3. diatas, didapatkan distribusi jenis
kelamin responden jenis kelamin laki – laki sebanyak 43 orang (50,6%) dan jenis
kelamin perempuan sebanyak 42 orang (49,4%).
19%
< 16 Tahun
≥ 35 Tahun
16 - 34 Tahun
81%
Berdasarkan tabel IV.3. dan gambar 4.4. diatas, didapatkan distribusi usia
ibu responden rentang usia 16 – 24 tahun sebanyak 69 orang (81,2%), dan rentang
usia ≥ 35 tahun sebanyak 16 orang (18,8%).
SD 41 48.2
SMP 27 31.8
SMA 12 14.1
Perguruan Tinggi 5 5.9
Total 85 100
30
Perguruan Tinggi
32%
SD
48% SMA
14% SMP
95% Wiraswasta/
Pedagang
40% Tidak
60% Ya
41% Tidak
Ya
59%
Stunting Total
Ya Tidak
Persentase Persentase
Frekuensi Frekuensi
(%) (%)
ASI Eksklusif Ya 15 44.1 35 68.6 50
Tidak 19 55.9 16 31.4 35
Total 34 100 51 100 85
stunting. Tabel IV.11. menunjukkan hasil dari uji chi-square antara variabel
indipenden dan kejadian stunting.
Tabel IV.11. Hubungan Stunting dengan ASI Eksklusif
Variabel Stunting
OR 95% CI P Value
Ya Tidak
ASI Eksklusif
Ya 15 35
0.361 0.147 - 0.887 0.024
Tidak 19 16
Berdasarkan tabel IV.11 diatas, dapat dilihat bahwa riwayat ASI eksklusif
memiliki hubungan dengan kejadian stunting dengan nilai p value 0,024 (< 0.05).
Nilai Odds Ratio (OR) sebesar 0,361 (<1) yang berarti ASI eksklusif sebagai
faktor protektif terhadap kejadian stunting.
BAB V
PEMBAHASAN
35
36
VI.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian “Hubungan Riwayat Asi Eksklusif Dan Angka
Kejadian Stunting Di Desa Semiring, Kecamatan Mangaran, Situbondo Tahun
2020” yang dilakukan pada 85 responden, didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
1. Angka kejadian stunting di Desa Semiring 1 sebanyak 34 balita (40%).
2. Berdasarkan data demografi usia balita dengan stunting paling banyak adalah
dalam rentang 6 – 24 bulan, sebanyak 13 orang balita (38,2%) dengan jenis
kelamin terbanyak adalah laki-laki, sebanyak 25 orang balita (52,9%).
3. Jumlah anak stunting yang mendapatkan ASI eksklusif sebanyak 15 orang
balita (44,1%).
4. Berdasarkan hasil penelitian terdapat hubungan antara ASI eksklusif dengan
kejadian stunting (nilai p value 0,024).
VI.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian diatas, saran yang dapat diberikan
adalah sebagai berikut:
1. Bagi masyarakat terutama ibu yang memiliki anak dengan tinggi normal
disarankan untuk mempertahankan kondisi tubuh anak dengan cara selalu
memperhatikan asupan makanan bagi anak. Sedangkan bagi ibu yang
memiliki balita dengan tubuh pendek/ stunting, dianjurkan untuk menerapkan
pola hidup sehat, dan segera dirujuk ke unit pelayanan kesehatan apabila
tumbuh dan kembang anak terhambat. Bagi ibu yang berencana hamil
dianjurkan untuk memperhatikan gizi yang diberikan dan pola asuh nantinya
sehingga dapat mencegah terjadinya stunting pada anak setelah lahir.
2. Bagi Puskesmas Mangaran, disarankan untuk (1) memberikan penyuluhan
kepada ibu hamil dan ibu menyusui mengenai pentingnya pemberian ASI
Eksklusif bagi pertumbuhan anak. (2) Membuat sesi/ kelas ASI Eksklusif
untuk ibu-ibu yang memiliki balita yang masih menyusui agar dapat saling
berbagi informasi dan saling memotivasi satu dengan yang lain supaya
37
38
39
40
19. Martin CR, Ling PR, Blackburn GL. Review of infant feeding: Key
features of breast milk and infant formula. Nutrients. 2016;8(5):1–11.
20. Victora CG, Bahl R, Barros AJD, França GVA, Horton S, Krasevec J, et
al. Breastfeeding in the 21st century: Epidemiology, mechanisms, and
lifelong effect. Lancet. 2016;387(10017):475–90.
23. Pediatrics TAA of. Policy Statement: Breastfeeding and the Use of Human
Milk. Pediatrics [Internet]. 2012;129(3):e827-41. [diakses 30 September
2020]. Diunduh dari: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/22371471
41
29. Paramashanti BA, Hadi H, Gunawan IMA. Pemberian ASI eksklusif tidak
berhubungan dengan stunting pada anak usia 6 – 23 bulan di Indonesia.
Jurnal Gizi dan Dietetik Indonesia. September 2015;3(3):162-74.
31. Anugraheni HS, Kartasurya M. Faktor risiko kejadian stuting pada anak
usia 12 – 36 bulan di kecamatan pati, kabupaten pati. Journal of Nutrition
College. 2012;1(1):30-7.
LAMPIRAN
Lampiran 1
Lembar Informed Consent
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
(INFORMED CONSENT)
Peneliti Responden
42
43
Lampiran 2
Kuesioner Penelitian
KUESIONER PENELITIAN
A. Identitas Responden
1. Identitas Balita
Nama Balita :
Tanggal Lahir :
Umur :
Jenis Kelamin : Laki – Laki/ Perempuan*)
Tinggi/ Panjang Badan :
2. Identitas Ibu
Nama Ibu :
Umur Ibu :
Alamat :
Pendidikan Terakhir Ibu : Tidak Sekolah/ SD/ SMP/ SMA/ Diploma / S1/ S2/
S3*)
Pekerjaan Ibu :
Lampiran 3
Foto Kegiatan Penelitian