Anda di halaman 1dari 47

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA

F7- MINI PROJECT

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERILAKU IBU TENTANG ASI


EKSKLUSIF SEBELUM DAN SESUDAH PENYULUHAN DI DESA BUKIT RAYA
KECAMATAN TENGGARONG SEBERANG KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

Oleh:
dr. Sinta Angraini

Pendamping:
dr. Ira Karlina

PUSKESMAS TELUK DALAM

DINAS KESEHATAN KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

2020

1
LEMBAR PENGESAHAN

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERILAKU IBU TENTANG


ASI EKSKLUSIF SEBELUM DAN SESUDAH PENYULUHAN DI DESA
BUKIT RAYA KECAMATAN TENGGARONG SEBERANG KABUPATEN
KUTAI KARTANEGARA

Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memenuhi Tugas Dokter Internsip Indonesia


2020

Penyusun :

dr. Sinta Angraini

Telah Disetujui Oleh :

Pendamping

dr. Ira Karlina


DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Komposisi Kolostrum,ASI dan Susu Sapi untuk Setiap 100 ml 26

Tabel 4.2.1 Umur Responden 53

Tabel 4.2.2 Pendidikan Terakhir Responden 54

Tabel 4.2.3 Pekerjaan Responden 54

Tabel 4.2.4 Pengetahuan Responden Mengenai ASI Eksklusif Sebelum

Intervensi 54

Tabel 4.2.5 Pengetahuan Responden Mengenai ASI Eksklusif Setelah

Intervensi 55

Tabel 4.2.6 Distribusi Jawaban Pada Pertanyaan Mengenai Pengetahuan

Tentang ASI Eksklusif 55

Tabel 4.2.7 Perilaku Responden Terkait ASI Eksklusif Sebelum Intervensi 56

Tabel 4.2.8 Perilaku Responden Terkait ASI Eksklusif Sesudah Intervensi 57

Tabel 4.2.9 Distribusi Jawaban Pada Pertanyaan Mengenai Perilaku 57

2
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Posisi Menyusui yang Benar………………………………………..…23


Gambar 2.2 Posisi Perlekatan yang Baik dan Kurang Baik…………………….…24

BAB 1

3
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Kesehatan merupakan investasi dalam mendukung pembangunan


ekonomi serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan.
Pembangunan kesehatan harus dipandang sebagai suatu investasi untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
Sebagaimana diketahui bahwa salah satu masalah gizi yang paling utama
pada saat ini di Indonesia adalah kurang kalori dan protein, hal ini banyak
ditemukan pada bayi dan anak yang masih kecil. Keadaan juga diperparah
karena anak dan bayi merupakan golongan rentan.
Terjadinya kerawanan gizi pada bayi selain disebabkan makanan yang
kurang, Air Susu Ibu (ASI) banyak diganti dengan susu formula dengan cara dan
jumlah yang tidak memenuhi kebutuhan. Hal ini pertanda adanya perubahan
sosial dan budaya yang negatif dipandang dari segi gizi. Pertumbuhan dan
perkembangan bayi sebagian besar ditentukan oleh jumlah ASI yang diperoleh
termasuk energi dan zat gizi lainnya yang terkandung di dalam ASI tersebut. ASI
tanpa bahan makanan lain dapat mencukupi kebutuhan pertumbuhan sampai
usia sekitar enam bulan. Setelah itu, ASI hanya berfungsi sebagai sumber
protein, vitamin, dan mineral utama untuk bayi yang telah mendapat makanan
tambahan yang berupa beras.
Dalam pembangunan bangsa, peningkatan kualitas manusia harus
dimulai sedini mungkin, yaitu sejak masih bayi, salah satu faktor yang memegang
peranan penting dalam peningkatan kualitas manusia adalah pemberian Air Susu
Ibu (ASI). Pemberian ASI semaksimal mungkin merupakan kegiatan penting
dalam pemeliharaan anak dan persiapan generasi penerus di masa depan.
Dukungan politis dari pemerintah terhadap peningkatan penggunaan ASI
termasik ASI EKSKLUSIF telah memadai, hal ini terbukti dengan telah
dicanangkannya Gerakan Nasional Peningkatan Penggunaan Air Susu Ibu
(GNPP-ASI) oleh Bapak Presiden pada hari Ibu tanggal 22 Desember 1990 yang
bertemakan "Dengan ASI, kaum ibu mempelopori peningkatan kualitas manusia
Indonesia". Dalam pidatonya presiden menyatakan juga bahwa ASI sebagai

4
makanan tunggal harus diberikan sampai bayi berusia enam bulan. Pemberian
ASI tanpa pemberian makanan lain ini disebut dengan menyusui secara ekslusif.
Selanjutnya bayi perlu mendapatkan makanan pendamping ASI kemudian
pemberian ASI di teruskan sampai anak berusia dua tahun.
ASI merupakan makanan yang bergizi sehingga tidak memerlukan
tambahan komposisi. Disamping itu ASI mudah dicerna oleh bayi dan langsung
terserap. Diperkirakan 80% dari jumlah ibu yang melahirkan ternyata mampu
menghasilkan air susu dalam jumlah yang cukup untuk keperluan bayinya secara
penuh tanpa makanan tambahan selama enam bulan pertama. Bahkan ibu yang
gizinya kurang baik pun sering dapat menghasilkan ASI cukup tanpa makanan
tambahan selama tiga bulan pertama.
ASI merupakan makanan pertama dan utama bagi bayi yang
bernilai gizi tinggi serta terjangkau. Pola pemberian ASI yang dianjurkan
ialah pemberian ASI segera atau 30 menit hingga satu jam setelah
melahirkan, selanjutnya pemberian ASI saja atau menyusui secara
ekslusif hingga bayi usia enam bulan dan pemberian makanan tambahan
setelah umur enam bulan serta tetap memberian ASI diteruskan sampai
umur dua tahun (UNICEF/WHO/IDAI, 2005;22).

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar ( Rikerdas) bayi yang


mendapatkan asi eksklusif di Kalimantan timur hanya 32,2%. Angka ini
masih jauh di bawah dari angka Asi Eksklusif global yang juga rendah
yaitu sebesar 38% (Rikerdas, 2018). Begitupun juga di kabupaten Kutai
kartanegara itu sendiri presentase bayi umur 0-6 bulan yang diberikan ASI
eksklusif yaitu sekitar 19,2% saja. Pencapaian ini masih rendah bila
dibandingkan dengan target yang diharapkan yaitu 80%. Hal ini memang
sudah menjadi perhatian khusus bagi pemerintah kabupaten kutai
kartanegara.

Salah satu penyebab rendahnya pemberian ASI eksklusif yaitu


kurangnya pengetahuan ibu yang berdampak pada perilaku ibu dalam
menyusui. Untuk mengubah perilaku ibu dalam pemberian ASI tersebut
diperlukan banyak upaya, salah satunya melalui pendidikan kesehatan

5
(Penkes). Pemberian Penkes tentang ASI eksklusif mampu merubah
perilaku, sikap ibu dalam menyusui dan dapat menambah pengetahuan
ibu mengenai ASI eksklusif (Winarsih, Resnayati, & Susanti, 2007,
hlm.50).

1.2 Rumusan Masalah


1. Perilaku dan tingkat pengetahuan masyarakat khususnya ibu yang
memiliki bayi usia 0-6 bulan di Desa Bukit Raya, Kecamatan
Tenggarong Seberang mengenai ASI eksklusif secara umum masih
kurang.
2. Metode yang tepat untuk menyebarkan informasi mengenai ASI
eksklusif kepada masyarakat.

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Untuk meningkatkan pengetahuan dan perilaku para ibu yang memiliki
bayi usia 0-6 bulan di desa Bukit Raya mengenai pemberian ASI eksklusif,
pentingnya dan manfaat menyusui, serta cara menyusui yang benar.

1.3.2 Tujuan Khusus


a. Meningkatkan pengetahuan para ibu yang memiliki bayi usia 0-6
bulan di Desa Bukit Raya mengenai pemberian ASI eksklusif.
b. Menurunkan angka kesakitan, kecacatan dan kematian pada bayi dan
balita.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat bagi Instansi Kesehatan

1) Dapat menjadi masukan bagi puskesmas Teluk Dalam untuk evaluasi


dalam promosi kesehatan mengenai pentingnya pemberian ASI
eksklusif di desa-desa lain sehingga dapat dijadikan sebagai
pemecahan masalah dalam rangka meningkatkan pencapaian
pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Teluk Dalam.

6
2) Sebagai informasi tambahan untuk instansi kesehatan akan
pentingnya pengetahuan para ibu tentang ASI eksklusif terkait
perilaku terhadap pemberian ASI.

1.4.2 Manfaat Akademik

1) Sebagai acuan bagi dokter internship yang akan melakukan penelitian


selanjutnya.

1.4.3 Manfaat bagi Masyarakat

1) Sebagai informasi untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat


tentang pentingnya pemberian ASI secara eksklusif pada ibu
menyusui sebagai upaya menurunkan angka kematian bayi.
2) Dapat memacu masyarakat khususnya keluarga terdekat untuk
berperan serta dalam mendukung pemberian ASI eksklusif kepada
ibu menyusui.

1.4.4. Manfaat bagi Puskesmas

1) Sebagai masukan bagi petugas Puskesmas Teluk Dalam sehingga


dapat dijadikan sebagai pemecahan masalah dalam rangka
meningkatkan pencapaian pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja
Puskesmas Teluk Dalam.

7
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi ASI (Air Susu Ibu)


ASI (Air Susu Ibu) merupakan suatu jenis makanan yang mencukupi
seluruh unsur kebutuhan bayi baik fisik, psikologis, sosial, maupun spiritual.
ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-
garam anorganik yang sekresi oleh kelenjar payudara ibu, yang berguna sebagai
makanan utama bagi bayinya.
ASI dalam jumlah cukup merupakan makanan terbaik pada bayi dan
dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi selama 6 bulan pertama. ASI merupakan
makanan alamiah yang pertama dan utama bagi bayi sehingga dapat mencapai
tumbuh kembang yang optimal.

2.2. Komposisi ASI


Kandungan colostrum berbeda dengan air susu yang matur, karena
colostrum lebih banyak mengandung imunoglobin A (IgA), laktoferin dan sel-sel
darah putih, yang sangat penting untuk pertahanan tubuh bayi terhadap
serangan penyakit (Infeksi), lebih sedikit mengandung lemak dan laktosa, lebih
banyak, mengandung vitamin dan lebih banyak mengandung mineral-mineral
natrium (Na) dan seng (Zn).
Berdasarkan sumber dari food and Nutrition Boart, National Research

Council Washington tahun 1980 diperoleh perkiraan komposisi Kolostrum ASI


dan susu sapi untuk setiap 100 ml seperti tertera pada tabel 2.1.
Perbandingan komposisi kolostrum, ASI dan susu sapi dapat dilihat pada
tabel 2.1. Dimana susu sapi mengandung sekitar tiga kali lebih banyak protein
daripada ASI. Sebagian besar dari protein tersebut adalah kasein, dan sisanya
berupa protein whey yang larut. Kandungan kasein yang tinggi akan membentuk
gumpalan yang relatif keras dalam lambung bayi. Bila bayi diberi susu sapi,
sedangkan ASI walaupun mengandung lebih sedikit total protein, namun bagian

8
protein “whey”nya lebih banyak, sehingga akan membetuk gumpalan yang lunak
dan lebih mudah dicerna serta diserapoleh usus bayi.
Sekitar setengah dari energi yang terkandung dalam ASI berasal dari

lemak, yang lebih mudah dicerna dan diserap oleh bayi dibandingkan dengan

lemak susu sapi, sebab ASI mengandung lebih banyak enzim pemecah lemak

(lipase). Kandungan total lemak sangat bervariasi dari satu ibu ke ibu lainnya,

dari satu fase laktasi air susu yang pertama kali keluar hanya mengandung

sekitar 1 – 2% lemak dan terlihat encer. Air susu yang encer ini akan membantu

memuaskan rasa haus bayi waktu mulai menyusui. Air susu berikutnya disebut

“Hand milk”, mengandung sedikitnya tiga sampai empat kali lebih banyak lemak.

Ini akan memberikan sebagian besar energi yang dibutuhkan oleh bayi, sehingga
penting diperhatikan agar bayi, banyak memperoleh air susu ini.

Tabel 2.1Komposisi Kolostrum, ASI dan Susu Sapi untuk Setiap 100 ml
Zat-zat Gizi Kolostrum ASI Susu Sapi
Energi (K Cal) 58 70 65
Protein (g) 2,3 0,9 3,4
- Kasein/whey 140 1 : 1,5 1 : 1,2
- Kasein (mg) 218 187 -
- Laktamil bumil (mg) 330 161 -
- Laktoferin (mg) 364 167 -
- Ig A (mg) 5,3 142 -
Laktosa (g) 2,9 7,3 4,8
Lemak (g) 151 4,2 3,9
Vitamin
- Vit A (mg) 1,9 75 41
- Vit B1 (mg) 30 14 43
- Vit B2 (mg) 75 40 145
- Asam Nikotinmik (mg) - 160 82
- Vit B6 (mg) 183 12-15 64
- Asam pantotenik 0,06 246 340
- Biotin 0,05 0,6 2,8
- Asam folat 0,05 0,1 ,13
- Vit B12 5,9 0,1 0,6

9
- Vit C - 5 1,1
- Vit D (mg) 1,5 0,04 0,02
- Vit Z - 0,25 0,07
- Vit K (mg) 39 1,5 6
Mineral 130
- Kalsium (mg) 85 35 108
- Klorin (mg) 40 40 14
- Tembaga (mg) 70 40 70
- Zat besi (ferrum) (mg) 4 100 12
- Magnesium (mg) 14 4 120
- Fosfor (mg) 74 15 145
- Potassium (mg) 48 57 58
- Sodium (mg) 22 15 30
- Sulfur (mg) 14

Laktosa (gula susu) merupakan satu-satunya karbohidrat yang terdapat


dalam air susu murni. Jumlahnya dalam ASI tak terlalu bervariasi dan terdapat
lebih banyak dibandingkan dengan susu sapi.
Di samping fungsinya sebagai sumber energi, juga di dalam usus
sebagian laktosa akan diubah menjadi asam laktat. Di dalam usus asam laktat
tersebut membantu mencegah pertumbuhan bakteri yang tidak diinginkan dan
juga membantu penyerapan kalsium serta mineral-mineral lain.
ASI mengandung lebih sedikit kalsium daripada susu sapi tetapi lebih
mudah diserap, jumlah ini akan mencukupi kebutuhan untuk bahan-bahan
pertama kehidupannya. ASI juga mengandung lebih sedikit natrium, kalium,
fosfor dan chlor dibandingkan dengan susu sapi, tetapi dalam jumlah yang
mencukupi kebutuhan bayi.
Apabila makanan yang dikonsumsi ibu memadai, semua vitamin yang

diperlukan bayi selama empat sampai enam bulan pertama kehidupannya dapat

diperoleh dari ASI. Hanya sedikit terdapat vitamin D dalam lemak susu, tetapi

penyakit polio jarang terjadi pada anak yang diberi ASI, bila kulitnya sering

terkena sinar matahari. Vitamin D yang terlarut dalam air telah ditemukan

10
terdapat dalam susu, meskipun fungsi vitamin ini merupakan tambahan terhadap

vitamin D yang terlarut lemak.

2.3 Produksi ASI


Proses terjadinya pengeluaran air susu dimulai atau dirangsang oleh
isapan mulut bayi pada puting susu ibu. Gerakan tersebut merangsang kelenjar
Pituitari Anterior untuk memproduksi sejumlah prolaktin, hormon utama yang
mengandalkan pengeluaran ASI. Proses pengeluaran air susu juga tergantung
pada Let Down Reflex, dimana hisapan puting dapat merangsang kelenjar
Pituitary Posterior untuk menghasilkan hormon oksitosin, yang dapat
merangsang serabut otot halus di dalam dinding saluran susu agar membiarkan
susu dapat mengalir secara lancar.
Kegagalan dalam perkembangan payudara secara fisiologis untuk
menampung air susu sangat jarang terjadi. Payudara secara fisiologis
merupakan tenunan aktif yang tersusun seperti pohon tumbuh di dalam puting
dengan cabang yang menjadi ranting semakin mengecil.
Susu diproduksi pada akhir ranting dan mengalir kedalam cabang-cabang
besar menuju saluran ke dalam puting. Secara visual payudara dapat
digambarkan sebagai setangkai buah anggur, mewakili tenunan kelenjar yang
mengsekresi dimana setiap selnya mampu memproduksi susu, bila sel-sel
Myoepithelial di dalam dinding alveoli berkontraksi, anggur tersebut terpencet
dan mengeluarkan susu ke dalam ranting yang mengalir ke cabang-cabang lebih
besar, yang secara perlahan-lahan bertemu di dalam areola dan membentuk
sinus lactiferous. Pusat dari areola (bagan yang berpigmen) adalah putingnya,
yang tidak kaku letaknya dan dengan mudah dihisap (masuk kedalam) mulut
bayi.
Berdasarkan waktu diproduksi, ASI dapat dibagi menjadi 3 yaitu:
A. Kolostrum merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar
mamae yang mengandung tissue debris dan redual material yang
terdapat dalam alveoli dan ductus dari kelenjar mamae sebelum dan
segera sesudah melahirkan anak.

11
 Disekresi oleh kelenjar mamae dari hari pertama sampai hari ketiga
atau keempat, dari masa laktasi.
 Komposisi kolostrum dari hari ke hari berubah.
 Merupakan cairan kental yang ideal yang berwarna kekuning-
kuningan, lebih kuning dibandingkan ASI Matur.
 Merupakan suatu laksatif yang ideal untuk membersihkan
mekonium usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran
pencernaan bayi untuk menerima makanan selanjutnya.
 Lebih banyak mengandung protein dibandingkan ASI Matur, tetapi
berlainan dengan ASI Matur dimana protein yang utama adalah
casein sedangkan pada kolostrum protein yang utama adalah
globulin, sehingga dapat memberikan daya perlindungan tubuh
terhadap infeksi.
 Lebih banyak mengandung antibodi dibandingkan ASI Matur yang
dapat memberikan perlindungan bagi bayi sampai 6 bulan pertama.
 Lebih rendah kadar karbohidrat dan lemaknya dibandingkan
dengan ASI Matur.
 Total energi lebih rendah dibandingkan ASI Maturyaitu 58
kalori/100 ml kolostrum.
 Vitamin larut lemak lebih tinggi. Sedangkan vitamin larut dalam air
dapat lebih tinggi atau lebih rendah.
 Bila dipanaskan menggumpal, ASI Matur tidak.
 PH lebih alkalis dibandingkan ASI Matur.
 Lemaknya lebih banyak mengandung kolesterol dan lecitin di
bandingkan ASI Matur.
 Terdapat trypsin inhibitor, sehingga hidrolisa protein di dalam usus
bayi menjadi kurang sempurna, yangakan menambah kadar
antobodi pada bayi.
 Volumenya berkisar 150-300 ml/24 jam.

B. Air Susu Masa Peralihan (Masa Transisi)


 Merupakan ASI peralihan dari colostrum menjadi ASI Matur.

12
 Disekresi dari hari ke 4 – hari ke 10 dari masa laktasi, tetapi ada
pula yang berpendapat bahwa ASI Matur baru akan terjadi pada
minggu ke 3 – ke 5.
 Kadar protein semakin rendah, sedangkan kadar lemak dan
karbohidrat semakin tinggi.
 Volume semakin meningkat.

C. Air Susu Matur


 ASI yang disekresi pada hari ke 10 dan seterusnya, yang
dikatakan komposisinya relatif konstan, tetapi ada juga yang
mengatakan bahwa minggu ke 3 sampai ke 5 ASI komposisinya
baru konstan.
 Merupakan makanan yang dianggap aman bagi bayi, bahkan ada
yang mengatakan pada ibu yangs sehat ASI merupakan makanan
satu-satunya yang diberikan selama 6 bulan pertama bagi bayi.
 ASI merupakan makanan yang mudah didapat, selalu tersedia,
siap diberikan pada bayi tanpa persiapan yang khusus dengan
temperatur yang sesuai untuk bayi.
 Merupakan cairan putih kekuning-kuningan, karena mengandung
casienat, riboflavum dan karoten.
 Tidak menggumpal bila dipanaskan.
 Volume: 300 – 850 ml/24 jam
 Terdapat anti microbaterial faktor, yaitu:
Antibodi terhadap bakteri dan virus.
Cell (phagocyle, granulocyle, macrophag, lymhocycle type T)
Enzim (lysozime, lactoperoxidese)
Protein (lactoferrin, B12 Ginding Protein)

Faktor resisten terhadap staphylococcus.


Complement ( C3 dan C4)

2.3.1 Volume Produksi ASI


Pada minggu bulan terakhir kehamilan, kelenjar-kelenjar pembuat ASI
mulai menghasilkan ASI. Apabila tidak ada kelainan, pada hari pertama sejak

13
bayi lahir akan dapat menghasilkan 50-100 ml sehari dari jumlah ini akan terus
bertambah sehingga mencapai sekitar 400-450 ml pada waktu bayi mencapai
usia minggu kedua.Jumlah tersebut dapat dicapai dengan menyusui bayinya
selama 4–6 bulan pertama. Karena itu selama kurun waktu tersebut ASI mampu
memenuhi kebutuhan gizinya. Setelah 6 bulan volume pengeluaran air susu
menjadi menurun dan sejak saat itu kebutuhan gizi tidak lagi dapat dipenuhi oleh
ASI saja dan harus mendapat makanan tambahan.
Dalam keadaan produksi ASI telah normal, volume susu terbanyak yang
dapat diperoleh adalah 5 menit pertama. Penyedotan/penghisapan oleh bayi
biasanya berlangsung selama 15-25 menit.
Selama beberapa bulan berikutnya bayi yang sehat akan mengkonsumsi
sekitar 700-800 ml ASI setiap hari.Akan tetapi penelitian yang dilakukan pada
beberapa kelompok ibu dan bayi menunjukkan terdapatnya variasi dimana
seseorang bayi dapat mengkonsumsi sampai 1 liter selama 24 jam, meskipun
kedua anak tersebut tumbuh dengan kecepatan yang sama.
Konsumsi ASI selama satu kali menyusui atau jumlahnya selama sehari
penuh sangat bervariasi. Ukuran payudara tidak ada hubungannya dengan
volume air susu yang diproduksi, meskipun umumnya payudara yang berukuran
sangat kecil, terutama yang ukurannya tidak berubah selama masa kehamilan
hanya memproduksi sejumlah kecil ASI.
Pada ibu-ibu yang mengalami kekurangan gizi, jumlah air susunya dalam
sehari sekitar 500-700 ml selama 6 bulan pertama, 400-600 ml dalam 6 bulan
kedua, dan 300-500 ml dalamtahun kedua kehidupan bayi. Penyebabnya
mungkin dapat ditelusuri pada masa kehamilan dimana jumlah pangan yang
dikonsumsi ibu tidak memungkinkan untuk menyimpan cadangan lemak dalam
tubuhnya, yang kelak akan digunakan sebagai salah satu komponen ASI dan
sebagai sumber energi selama menyusui. Akan tetapi kadang-kadang terjadi
bahwa peningkatan jumlah produksi konsumsi pangan ibu tidak selalu dapat
meningkatkan produksi air susunya. Produksi ASI dari ibu yang kekurangan gizi
seringkali menurun jumlahnya dan akhirnya berhenti, dengan akibat yang fatal
bagi bayi yang masih sangat muda. Di daerah-daerah dimana ibu-ibu sangat
kekurangan gizi seringkali ditemukan “marasmus” pada bayi-bayi berumur
sampai enam bulan yang hanya diberi ASI.

14
2.3.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi ASI
Adapun hal-hal yang mempengaruhi produksi ASI antara lain adalah:
a. Makanan Ibu
Makanan yang dimakan seorang ibu yang sedang dalam masa
menyusui tidak secara langsung mempengaruhi mutu ataupun jumlah
air susu yang dihasilkan. Dalam tubuh terdapat cadangan berbagai
zat gizi yang dapat digunakan bila sewaktu-waktu diperlukan. Akan
tetapi, jika makanan ibu terus menerus tidak mengandung cukup zat
gizi yang diperlukan tentu pada akhirnya kelenjar-kelenjar pembuat
air susu dalam buah dada ibu tidak akan dapat bekerja dengan
sempurna, dan akhirnya akan berpengaruh terhadap produksi ASI.
Unsur gizi dalam 1 liter ASI setara dengan unsur gizi yang terdapat
dalam 2 piring nasi ditambah 1 butir telur. Jadi diperlukan kalori yang
setara dengan jumlah kalori yang diberikan 1 piring nasi untuk
membuat 1 liter ASI. Agar Ibu menghasilkan 1 liter ASI diperlukan
makanan tamabahan disamping untuk keperluan dirinya sendiri, yaitu
setara dengan 3 piring nasi dan 1 butir telur.
Apabila ibu yang sedang menyusui bayinya tidak mendapat
tambahan makanan, maka akan terjadi kemunduran dalam
pembuatan ASI. Terlebih jika pada masa kehamilan ibu juga
mengalami kekurangan gizi. Karena itu tambahan makanan bagi
seorang ibu yang sedang menyusui anaknya mutlak diperlukan. Dan
walaupun tidak jelas pengaruh jumlah air minum dalam jumlah yang
cukup. Dianjurkan disamping bahan makanan sumber protein seperti
ikan, telur dan kacang-kacangan, bahan makanan sumber vitamin
juga diperlukan untuk menjamin kadar berbagai vitamin dalam ASI.

b. Ketentraman Jiwa dan Pikiran


Pembuahan air susu ibu sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan. Ibu
yang selalu dalam keadaan gelisah, kurang percaya diri, rasa tertekan

15
dan berbagai bentuk ketegangan emosional, mungkin akan gagal
dalam menyusui bayinya.
Pada ibu ada 2 macam, reflek yang menentukan keberhasilan dalam
menyusui bayinya, reflek tersebut adalah:
 Reflek Prolaktin
Reflek ini secara hormonal untuk memproduksi ASI. Waktu bayi
menghisap payudara ibu, terjadi rangsangan neurohormonal pada
puting susu dan aerola ibu. Rangsangan ini diteruskan ke
hypophyse melalui nervus vagus, terus ke lobus anterior. Dari
lobus ini akan mengeluarkan hormon prolaktin, masuk ke
peredaran darah dan sampai pada kelenjar–kelenjar pembuat ASI.
Kelenjar ini akan terangsang untuk menghasilkan ASI.
 Let-down Reflex (Refleks Milk Ejection)
Refleks ini membuantu melancarkan keluarnya ASI. Bila bayi
didekatkan pada payudara ibu, maka bayi akan memutar
kepalanya kearah payudara ibu. Refleks memutarnya kepala bayi
ke payudara ibu disebut: ”rooting reflex” (refleks menoleh). Bayi
secara otomatis menghisap puting susu ibu dengan bantuan
lidahnya. Let-down reflex mudah sekali terganggu, misalnya pada
ibu yang mengalami goncangan emosi, tekanan jiwa, dan
gangguan pikiran. Gangguan terhadap let down reflex
mengakibatkan ASI tidak keluar. Bayi tidak cukup mendapat ASI
dan akan menangis. Tangisan bayi ini justru membuat ibu lebih
gelisah dan semakin mengganggu let down reflex.

c. Pengaruh persalinan dan klinik bersalin


Banyak ahli mengemukakan adanya pengaruh yang kurang baik
terhadap kebiasaan memberikan ASI pada ibu-ibu yang melahirkan di
rumah sakit atau klinik bersalin lebih menitikberatkan upaya agar
persalinan dapat berlangsung dengan baik, ibu dan anak berada
dalam keadaan selamat dan sehat. Masalah pemberian ASI kurang
mendapat perhatian. Sering makanan pertama yang diberikan justru
susu buatan atau susu sapi. Hal ini memberikan kesan yang tidak
mendidik pada ibu, dan ibu selalu beranggapan bahwa susu sapi lebih

16
dari ASI. Pengaruh itu akan semakin buruk apabila disekitar kamar
bersalin dipasang gambar-gambar atau poster yang memuji
penggunaan susu buatan.

d. Penggunaan alat kontrasepsi yang mengandung estrogen dan


progesteron.
Bagi ibu yang dalam masa menyusui tidak dianjurkan menggunakan
kontrasepsi pil yang mengandung hormon estrogen, karena hal ini
dapat mengurangi jumlah produksi ASI bahkan dapat menghentikan
produksi ASI secara keseluruhan. Oleh karena itu, alat kontrasepsi
yang paling tepat digunakan adalah alat kontrasepsi dalam rahim
(AKDR), yaitu IUD atau spiral. Karena AKDR dapat merangsang
uterus ibu sehingga secara tidak langsung dapat meningkatkan kadar
hormon oksitosin, yaitu hormon yang dapat merangsang produksi
ASI.

e. Perawatan Payudara
Perawatan fisik payudara menjelang masa laktasi perlu dilakukan,
yaitu dengan mengurut payudara selama 6 minggu terakhir masa
kehamilan. Pengurutan tersebut diharapkan apablia terdapat
penyumbatan pada duktus laktiferus dapat dihindarkan sehingga pada
waktunya ASI akan keluar dengan lancar.

2.4 ManfaatPemberian ASI


ASI sebagai makanan bayi mempunyai manfaat sebagai berikut:
a. ASI merupakan makanan alamiah yang baik untuk bayi, praktis,
ekonomis, mudah dicerna dan memiliki komposisi zat gizi yang ideal
sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan pencernaan bayi.
b. ASI mengandung laktosa yang lebih tinggi dibandingkan dengan susu
buatan. Di dalam usus laktosa akan difermentasi menjadi asam laktat
yang bermanfaat untuk:
 Menghambat pertumbuhan bakteri yang bersifat patogen.

17
 Merangsang pertumbuhan mikroorganisme yang dapat
menghasilkan asam organik dan mensintesa beberapa jenis
vitamin.
 Memudahkan terjadinya pengendapan calsium-cassienat.
 Memudahkan penyerahan berbagai jenis mineral, seperti calsium,
magnesium.
c. ASI mengandung zat pelindung (antibodi) yang dapat melindungi bayi
selama 5-6 bulan pertama, seperti: Immunoglobin, Lysozyme,
Complemen C3 dan C4, Antistapiloccocus, lactobacillus, Bifidus,

Lactoferrin.
d. ASI tidak mengandung beta-lactoglobulin yang dapat menyebabkan
alergi pada bayi.
e. Proses pemberian ASI dapat menjalin hubungan psikologis antara ibu
dan bayi.
Selain memberikan manfaat bagi bayi, menyusui dengan bayi juga dapat
memberikan keuntungan bagi ibu, yaitu:
a. Suatu rasa kebanggaan dari ibu, bahwa ia dapat memberikan
“kehidupan” kepada bayinya.
b. Hubungan yang lebih erat karena secara alamiah terjadi kontak kulit yang
erat, bagi perkembangan psikis dan emosional antara ibu dan anak.
c. Dengan menyusui, bagi rahim ibu akan berkontraksi yang dapat
menyebabkan pengembalian keukuran sebelum hamil.
d. Mempercepat berhentinya pendarahan post partum.
e. Dengan menyusui maka kesuburan ibu menjadi berkurang untuk
beberapa bulan sehingga dapat menjarangkan kehamilan.
f. Mengurangi kemungkinan kanker payudara pada masa yang akan
datang.
g. Menambah panjang kembalinya kesuburan pasca melahirkan.
h. Memberi jarak antar anak yang lebih panjang alias menunda kehamilan
berikutnya.
i. Karena kembalinya menstruasi tertunda, ibu menyusui tidak
membutuhkan zat besisebanyak ketika mengalami menstruasi.

18
j. Ibu lebih cepat langsing. Penelitian membuktikan bahwa ibu menyusui
enam bulan lebih langsing setengah kilogram dibanding ibu yang
menyusui empat bulan.
Selain itu, pemberian ASI juga bermanfaat bagi keluarga, yaitu :
a. Tidak perlu uang untuk membeli susu formula, botol susu kayu bakar
atau minyak untuk merebus air, susu atau peralatan.
b. Bayi sehat berarti keluarga mengeluarkan biaya lebih sedikit (hemat)
dalam perawatan kesehatan dan berkurangnya kekhawatiran bayi
akan sakit.
c. Penjarangan kelahiran karena efek kontrasepsi MAL dari ASI
eksklusif.
d. Menghemat waktu keluarga bila bayi lebih sehat.
e. Memberikan ASI pada bayi (meneteki) berarti hemat tenaga bagi
keluarga sebab ASI selalu siap tersedia.
f. Lebih praktis saat akan bepergian, tidak perlu membawa botol, susu,
air panas, dll.

2.5 Manajemen Laktasi


Manajemen laktasi adalah upaya yang dilakukan untuk menunjang
keberhasilan menyusui. Dalam pelaksanaannya terutama dimulai pada masa
kehamilan, segera setelah persalinan dan pada masa menyusui selanjutnya.
Adapun upaya yang dilakukan adalah sebagai berikutpada masa

kehamilan (antenatal):
 Memberikan penerangan dan penyuluhan tentang manfaat dan
keunggulan ASI, manfaat menyusui baik bagi ibu maupun
bayinya, di samping bahaya pemberian susu botol.
 Pemeriksaan kesehatan, kehamilan dan payudara/keadaan puting
susu, apakah ada kelainan atau tidak. Di samping itu, perlu
dipantau kenaikan berat badan ibu hamil.
 Perawatan payudara mulai kehamilan umur enam bulan agar ibu
mampu memproduksi dan memberikan ASI yang cukup.
 Memperhatikan gizi/makanan ditambah mulai dari kehamilan
trimester kedua sebanyak 1 1/3 kali dari makanan pada saat
belum hamil.

19
Pada masa segera setelah persalinan (prenatal)
a. Ibu dibantu menyusui 30 menit setelah kelahiran dan ditunjukkan cara
menyusui yang baik dan benar, yakni: tentang posisi dan cara
melekatkan bayi pada payudara ibu.
b. Membantu terjadinya kontak langsung antara bayi-ibu selama 24 jam
sehari agar menyusui dapat dilakukan tanpa jadwal.
c. Ibu nifas diberikan kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000 IU) dalam
waktu dua minggu setelah melahirkan.
Pada masa menyusui selanjutnya (post-natal)
a. Menyusui dilanjutkan secara ekslusif selama 6 bulan pertama usia
bayi, yaitu hanya memberikan ASI saja tanpa makanan/minuman
lainnya.
b. Perhatikan gizi/makanan ibu menyusui, perlu makanan 1 ½ kali lebih
banyak dari biasa dan minum minimal 8 gelas sehari.
c. Ibu menyusui harus cukup istirahat dan menjaga ketenangan pikiran
dan menghindarkan kelelahan yang berlebihan agar produksi ASI
tidak terhambat.
d. Pengertian dan dukungan keluarga terutama suami penting untuk
menunjang keberhasilan menyusui.
e. Rujuk ke Posyandu atau Puskesmas atau petugas kesehatan apabila
ada permasalahan menysusui seperti payudara banyak disertai
demam.
f. Menghubungi kelompok pendukung ASI terdekat untuk meminta
pengalaman dari ibu-ibu lain yang sukses menyusui bagi mereka.
g. Memperhatikan gizi/makanan anak, terutama mulai bayi 4 bulan,
berikan MP ASI yang cukup baik kuantitas maupun kualitas.
Betapapun tingginya dan baiknya mutu ASI sebagai makanan bayi,
manfaatnya bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi sangat ditentukan oleh
jumlah ASI yang dapat diberikan oleh ibu. Kebaikan dan mutu ASI yang dapat
dihasilkan oleh ibu tidak sesuai dengan kebutuhan bayi, dan akibatnya bayi akan
menderita gangguan gizi.
ASI sebagai makanan tunggal harus diberikan sampai bayi berumur 6
bulan. Hal ini sesuai dengan kebijaksanaan PP-ASI yaitu ASI diberikan selama 2
tahun dan baru pada usia 4 bulan bayi mulai di beri makanan pendamping ASI,

20
paling lambat usia 6 bulan karena ASI dapat memenuhi kebutuhan bayi pada 6
bulan pertama.
Adapun makanan bayi umur 0-6 bulan adalah sebagai berikut:
 Susui bayi segera dalam 30 menit setelah lahir (Inisiasi Menyusu Dini)
Kontak fisik dan hisapan bayi akan merangsang produksi ASI. Pada
periode ini, ASI saja sudah dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi, karena
ASI adalah makanan terbaik untuk bayi. Menyusui sangat baik untuk
bayi dan ibu. Dengan menyusui akan terjalin hubungan kasih sayang
antara ibu dan anak.
 Berikan Kolostrum
 Berikan ASI dari kedua payudara, kiri dan kanan secara bergantian, tiap
kali sampai payudara terasa kosong. Payudara yang dihisap sampai
kosong merangsang produksi ASI yang cukup.
o Berikan ASI setiap kali meminta/menangis tanpa jadwal.
o Berikan ASI 8-12 kali setiap hari, termasuk pada malam hari.

2.6 Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Menyusui


Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan menyusui antara lain
posisi badan ibu dan bayi, perlekatan mulut bayi pada payudara dan kasih. Salah
satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam menyusui adalah cara
menyusui yang benar. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses
menyusui yang baik dan benar sebagai berikut.
1. Posisi badan ibu dan badan bayi
 Ibu harus duduk atau berbaring dengan posisi santai.
 Pegang bayi pada belakang bahunya, tidak pada dasar kepala.
 Putar seluruh badan bayi sehingga menghadap ke ibu.
 Rapatkan dada bayi dengan dada ibu atau bagian bawah
payudara ibu.
 Tempelkan dagu bayi pada payudara ibu.
 Dengan posisi seperti ini maka telinga bayi akan beradadalam
satu garis dengan leher dan lengan bayi.
 Jauhkan hidung bayi dari payudara ibu dengan cara
menekanpantat bayi dengan lengan ibu bagian dalam.

21
Gambar 2.1 Posisi Menyusui yang Benar

2. Perlekatan Mulut bayi dan payudara


 Payudara dipegang dengan ibu jari diatas jari yang lain
menopang dibawah (bentuk C) atau dengan menjepit payudara
dengan jari telunjuk dan jari tengah (bentuk gunting), dibelakang
areola.
 Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (rooting reflex)
dengan cara :
- Menyentuh pipi dengan puting susu
- Menyentuh sisi mulut puting susu
 Tunggu sampai bayi bereaksi dengan membuka mulutnya lebar
dan lidah kebawah.
 Dengan cepat dekatkan bayi ke payudara ibu dengan cara
menekan bahu betakang bayi bukan bagian belakang kepala.
 Posisikan puting susu diatas bibir atas bayi dan berhadap-
hadapan dengan hidung bayi.
 Kemudian masukkan puting susu ibu menelusuri langit-langit
mulut bayi.
 Usahakan sebagian besar areola masuk kemulut bayi, sehingga
puting susu berada diantara pertemuan langit-langit yang keras
(palatum durum) dan langit-langit yang lunak (palatum molle.)

22
 Lidah bayi akan menekan dinding bawah payudara dengan
gerakan memerah sehingga ASI akan keluar dari sinus
lactiferous yang terletak dibawah areola.
 Setelah bayi menyusu atau menghisap payudara dengan baik,
payudara tidak perlu dipegang atau disangga lagi.
 Beberapa ibu sering meletakkan jarinya pada payudara dengan
hidung bayi dengan maksud untuk memudahkan bayi bernafas.
Hal ini tidak perlu karena hidung bayi telah dijauhkan dari
payudara dengan cara menekan pantat bayidengan lengan ibu.
 Dianjurkan tangan ibu yang bebas digunakan untukmengelus-
elus bayi.

Gambar 2.2 Posisi Perlekatan yang Baik dan Kurang Baik

3. Kasih
Ibu memeluk dan memandang bayi saat menyusui.

2.7 Cara Pengeluaran ASI


Ada 2 cara untuk mengeluarkan ASI yang ada di dalam kelenjar
payudara, yaitu:
1) Memerah dengan menggunakan Tangan
a) Massage

23
Pijatlah sel-sel produksi ASI dan saluran ASI mulai dari bagian
atas payudara dengan gerakan memutar dan pijatan payudara
dengan dengan menekan ke arah dada.
b) Stroke
Tekanlah daerah payudara dari bagian atas hingga sekitar
putting dan tekan dengan lembut, dengan jari seperti
menggelitik.
c) Shake
Gunjang payudara dengan arah memutar, gerakan seperti ini
dapat membantu pengeluaran ASI.
2) Memerah dengan menggunakan pompa
Pemerahan ASI denga pompa lebih mudah dan cepat dilakukan.
Kendurkan otot dan saluran ASI dalam payudara dengan menaruh
handuk hangat di atas payudara ibu atau diurut sebelumnya dan
pastikan pompa telah steril sebelum dipakai. Lamanya pemerahan
ASI dengan pompa bisa sampai 15-45 menit dan tidak bisa
menimbulkan rasa sakit tergantung jenis pompa yang digunakan.

2.8 Cara Menyimpan Perahan ASI


Penyimpanan ASI diperlukan dalam berbagai alasan antara lain pada ibu
yang bekerja yang tidak memungkinkan membawa anaknya ke tempat bekerja,
bayi yang tidak bisa mampu menghisap puting, ibu sakit dan tidak bisa memberi
ASI secara mandiri.
ASI dapat disimpan di tempat seperti kantung plastic polietilen, wadah
plastic untuk makanan atau yang bisa dimasukkan ke microwave, gelas, atau
cangkir keramik. Beri tanggal dan jam setelah ASI diperah pada masing-masing
wadah.
Lama penyimpanan ASI tergantung pada tempat penyimpanan sebagai
berikut.
a. Jika ASI disimpan di dalam ruangan tidak ber-AC/suhu ruangan, lama
penyimpanan tidak lebih dari 4 jam. Jika di dalam ruangan ber-AC bisa
disimpan sampai 6 jam. Suhu ruangan ber-AC harus stabil (tidak
dimatikan selama botol ASI ada di dalamanya).

24
b. jika ASI disimpan di dalam lemari es 2 pintu, dimana ASI diletakkan
terpisah dari bahan makanan lain yang ada di dalam lemari es, maka ASI
bisa bertahan sampai 8 hari. Jika lemari es tidak memiliki ruangan
terpisah, maka ASI jangan disimpan lebih dari 72 jam.

c. jika ASI disimpan di dalam lemari es dengan suhu 4 oc, dapat disimpan
selama 72 jam jika disimpan pada freezerdengan suhu -20oc, maka ASI
dapat disimpan selama3-6 bulan.

2.9 Definisi ASI Eksklusif


ASI eksklusif adalahpemberian ASI tanpa makanan dan minuman
tambahan lain pada bayi berusia 0 – 6 bulan. Makanan lain termasuk pisang,
pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, tim. Minuman lain termasuk susu
formula, madu, air putih, air jeruk kecuali obat.
ASI eksklusif diberikan kepada bayi sesering mungkin minimal 8 kali
dalam 24 jam. Apabila bayi telah tertidur selama 2-3 jam, maka ibu harus
membangunkan bayi untuk disusui.

2.10 Keuntungan ASI Eksklusif

Berikut ini adalah beberapa keuntungan pemberian ASI secara eksklusif


yaitu:

1) ASI eksklusif meningkatkan kecerdasan


Faktor yang meningkatkan kecerdasan anak antara lain genetik dan
lingkungan. Faktor genetik atau keturunan ini diturunkan oleh orang
tua dan tidak dapat di manipulasi maupun rekayasa. Faktor
lingkungan merupakan faktor yang menentukan apakah faktorgenetik
tercapai secara optimal. Faktor ini mempunyai banyak aspek dan
dapat di manipulasi maupun rekayasa.
Secara garis besar ada 3 jenis kebutuhan dalam faktor lingkungan,
antara lain:
 Kebutuhan untuk pertumbuhan fisik otak (ASUH),
 Kebutuhan untuk perkembangan emosional dan spiritual
(ASIH),

25
 Kebutuhan untuk perkembangan intelektual dan sosialisasi
(ASAH).
2) ASI eksklusif dapat meningkatkan jalinan kasih sayang
Bayi yang sering berada dalam dekapan ibu akan merasa aman dan
nyaman dikarenakan bayi akan mendengar detak jantung sang ibu
yang telah dikenalnya selama di dalam kandungan.

2.11 Faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan ASI Eksklusif

Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan ASI eksklusif antara lain:

a) Persiapan psikologis Ibu


Persiapan psikologis ibu sangat penting dalam hal menyusui karena
keputusan dan sikap ibu yang positif tentang menyusui harus sudah
tertanam pada saat kehamilan.
b) Upaya meningkatkan produksi ASI

Dianjurkan untuk meningkatkan asupan gizi dan kesehatan ibu


selama hamil. Setelah melahirkan ibu segera melakukan inisiasi
menyusu dini yang dilakukan dalam 30 menit-1 jam pertama setelah
bayi lahir.

c) Perawatan puting payudara


Keberhasilan menyusui diperlukan perawatan puting susu dan
payudara sejak awal secara teratur. Perawatan ini bertujuan agar
produksi ASI cukup selama menyusui dan tidak terjadi masalah pada
putting dan payudara.

BAB 3
PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI

3.1 Metode Pengumpulan Data


3.1.1 Rancangan Pengumpulan Data
Pengumpulan data digunakan untuk mengetahui gambaran pengetahuan
dan perilaku ibu yang memiliki bayi usia 0-6 bulan mengenai ASI eksklusif
khususnya di desa Bukit Raya. Pengumpulan data dilakukan dengan

26
menggunakan data primer berupa wawancara langsung dengan responden
dengan menggunakan kuisioner yang diberikan kepada responden sebelum dan
sesudah penyuluhan. Evaluasi dilakukan saat posyandu selanjutnya yaitu pada
minggu pertama bulan November.

Data sekunder yang didapat dari laporan POA Puskesmas Teluk Dalam
memuat profil Puskesmas Teluk Dalam, serta identifikasi berbagai masalah
berdasarkan program seperti program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), gizi,
imunisasi, kesehatan lingkungan. Data ini diolah untuk mendapatkan satu dari
program yang paling sesuai dan mudah untuk dilakukan intervensi. Selain itu,
berdasar laporan tahunan pemegang program gizi memuat pemberian ASI
eksklusif, pemberian Vitamin A, pemberian Fe pada ibu hamil, anak dengan berat
badan kurang dan lebih, dan gizi buruk. Dengan capaian ASI eksklusif yang
hanya 7,95 % , maka diputuskan untuk memilih target masalah ASI Eksklusif.

3.1.2 Populasi dan Sampel


a. Populasi target adalah ibu yang memiliki bayi usia 0-6 bulan
b. Sampel
Kriteria sampel yang memenuhi syarat yaitu :
1. Kriteria inklusi
Sampel merupakan seluruh ibu yang memiliki bayi usia 0-6 bulan
yang datang ke posyandu di desa Bukit Raya, kecamatan
Tenggarong Seberang, Kutai Kartanegara.
2. Kriteria eksklusi
- Sampel yang tidak datang ke Posyandu
- Sampel yang memiliki anak di atas 6 bulan
- Sampel yang tidak bersedia diberikan penyuluhan

3.1.3 Waktu dan Tempat Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 3 November 2020 di
Puskesmas Teluk Dalam.

3.1.4 Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data pada mini project ini adalah data laporan
program tahunan Plan of Action Puskesmas Teluk Dalam tahun 2020 serta

27
laporan tahunan dari bidang gizi perihal pencapaian ASI eksklusif di tiap-tiap
desa di wilayah kerja Puskesmas Teluk Dalam.

3.1.5 Cara Pengumpulan Data

Semua jenis data yang dikumpulkan pada mini project ini adalah data
primer dan data sekunder. Data primer berupa profil responden dan hasil
intervensi. Sedangkan data sekunder berupa profil Desa Bukit Raya, Kecamatan
Tenggarong Seberang, Kabupaten Kutai Kartanegara.
3.2. Perencanaan dan Pemilihan Intervensi
3.2.1 Metode Intervensi
Metode intervensi yang digunakan dalam mini project ini adalah penyuluhan
dengan alat bantu leaflet. Sebagai evaluasi terhadap penyuluhan ini,
dilakukan pretest dan posttest. Pretest dan posttest akan diberikan dalam
bentuk pernyataan benar/salah.

3.2.2 Aspek Pengukuran


1. Pengetahuan

Kuesioner pengetahuan ibu terdiri atas 15 pertanyaan. Pemberian skor


dilakukan berdasarkan ketentuan, jawaban benar diberi skor 1, dan jawaban
salah diberi skor 0. Sehingga skor total yang tertinggi adalah 15. Skor yang
diperoleh masing-masing responden dijumlahkan, dibandingkan dengan skor
maksimal kemudian dikalikan 100.

Dengan memakai skala pengukuran menurut Hadi Pratomo dan Sudarti


(1986), yaitu:

1. Baik, bila jawaban responden benar >75% dari total nilai angket pengetahuan.

2. Sedang, bila jawaban responden benar 40%-75% dari total nilai angket
pengetahuan.

3. Kurang, bila jawaban responden benar <40% dari total nilai angket
pengetahuan.

Maka penilaian terhadap pengetahuan responden, yaitu:

28
1. Skor 12-15 = baik.

2. Skor 7-11 = sedang.

3. Skor <7 = kurang.

2. Perilaku

Perilaku ibu diukur dengan memberikan 10 buah pertanyaan


menggunakan kuesioner, dengan ketentuan :

- jawaban melakukan diberi nilai 2

- jawaban tidak melakukan diberi nilai 1

Maka penilaian terhadap perilaku responden, yaitu:

1. Skor 14-20 = baik.

3. Skor <14 = kurang baik

29
3.2.3 Petugas Penyuluhan
Petugas penyuluhan dari kegiatan mini project ini adalah :

1. Dokter Internship Puskesmas Teluk Dalam periode September 2020 - Desember


2020, dalam hal ini dr. Sinta Angraini selaku narasumber.
2. Petugas kesehatan lain dari Puskesmas Teluk Dalam.

3.2.4 Lokasi dan Waktu Penyuluhan

Kegiatan mini project ini bertempat di posyandu desa Bukit Raya . Pelaksanaannya
untuk pretest adalah pada tanggal 03 November 2020, pukul 09.00 WITA. Sedangkan untuk
pelaksanaan posttes yaitu pada tanggal 3 November 2020, pukul 11.00 WITA.

3.2.5 Sasaran Penyuluhan

Sasaran kegiatan mini project ini adalah seluruh ibu yang memiliki bayi dengan usia 0-6
bulan yang berkunjung ke posyandu di desa Bukit Raya.

3.2.6 Kerangka Konsep

PENYULUHAN ASI
EKSKLUSIF

- Leaflet
- Pemaparan materi
Edukasi

SEBELUM SESUDAH

Pengetahuan Ibu Pengetahuan Ibu

Perilaku Ibu Perilaku Ibu

30
BAB 4
HASIL INTERVENSI

4.1 Hasil Pengumpulan Data


4.1.1 Keadaan Geografis
Letak puskesmas Teluk Dalam sangat strategis, ditengah-tengah pemukiman padat
penduduk di desa Manunggal Jaya dekat dengan berbagai fasilitas umum dan perkantoran
kecamatan Tenggarong Seberang, tepatnya di jalan Kuini No.05, Desa Manunggak Jaya,
Kecamatan Tenggarong Seberang, Kabupaten Kutai Kartanegara
Berdasarkan posisinya, puskesmas Teluk Dalam berada di kacamatan Tenggarong
Seberang. Semua wilayah bisa ditempuh dengan jalur darat berdekatan dengan
perkantoran seperti kantor Camat Tenggarong Seberang, Kantor KUA, Kantor Polsek
Tenggarong Seberang , SMP Negeri 1, Pertanian, Dinas Perkebunan dan fasilitas-fasilitas
perkantoran lainya.
Letak Puskesmas Teluk Dalam yang berada kira-kira 500 m dari tepi jalan raya
Samarinda- Sebulu dan dilewati oleh jalur kendaraan umum, pengunjung Puskesmas bias
menggunakan kendaraan pribadi atau ojek maupun kendaraan angkutan darat yang
lainya.
Puskesmas teluk dalam adalah salah satu puskesmas induk dari 2 unit Puskesmas
yang ada di wilayah Kecamatan Tenggarong Seberang. Luas wilayah kerja Puskesmas
Teluk Dalam adalah 20.012 km2. Letak geografisnya secara umum berada di dataran
rendah dan perbukitan juga terletak ditepi sungai Mahakam. Batas wilayahnya adalah
sebagai berikut :
1. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Tenggarong Kota
2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Sempaja
3. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Kertabuana
4. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Loa Kulu dan Kelurahan Bukit
Pinang Kota Samarinda
Puskesmas Teluk Dalam saat ini Status Kepemilikin Tanah adalah Tanah milik
Negara, dengan luas tanah 5.000 m2 dan Sertifikat belum ada. Sedangkan luas bangunan

31
Puskesmas 324 m2 dibangun sejak tahun 1980 dan perbaikan terakhir Tahun 2019,
kondisi sekarang dalam keadaan baik.

Gambar 1.1 Peta Wilayah Puskesmas Teluk Dalam

1.1 Topografi dan Iklim


Topografi wilayah kerja Puskesmas Teluk Dalam sebagian desa berada pada
dataran rendah , perbukitan yang terbentang dari Selatan ke Utara, dan sebagian berada
pada tepi Mahakam.Sebagai daerah yang beriklim tropis memiliki musim kemarau dan
musim hujan yang diselingi oleh musim panca roba.

1.2 Wilayah Administrasi


Wilayah kerja Puskesmas Teluk Dalam terdiri dari 12 desa yaitu : Desa Loa Lepu,
Desa Teluk Dalam, Desa Perjiwa, Desa Loa Raya, Desa Loa Ulung, Desa Embalut, Desa
Bukit Raya, Desa Manunggal Jaya, Desa Bangunrejo , Desa Loa Pari, Desa Tanjung Batu
dan Desa Karang Tunggal.Semua wilayah kerja Puskesmas Teluk dalam dapat dijangkau
dengan kendaraan roda dua dan roda empat dengan waktu tempuh dari desa ke
puskesmas rata-rata 30 menit. Kecuali Desa Bangunrejo RT.34 kurang lebih 1,5 jam. Dan
semua desa di wilayah kerja Puskesmas Teluk dalam sudah memiliki fasilitas pelayanan
kesehatan Puskesmas Pembantu (Pusban), Polindes dan Poskesdes.

32
1.3 Kependudukan
Berdasarkan data dari profil kecamatan Tenggarong seberang jumlah penduduk di
wilayah kerja Puskesmas Teluk Dalam Tahun 2019 adalah jiwa dengan jumlah
penduduk laki-laki jiwa dan perempuan adalah jiwa. Jumlah Kepala Keluarga KK. Dan
jumlah KK miskin sebanyak KK.

Tabe1.1 Jumlah Penduduk, Jumlah Rumah Tangga, Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk di
Wilayah Kerja Puskesmas Teluk Dalam tahun 2019
Jumlah Rata-Rata
Luas Jumlah Kepadatan
Jumlah Jiwa
No Desa Wilayah Desa+ Rumah Penduduk
Desa Kelurahan Penduduk /Rumah
(km2) Kelurahan Tangga per km2
Tangga
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Loa Lepu 10,000 1 0 1 1.571 6 261,8 0,2
2 Teluk Dalam 24,380 1 0 1 1.974 4 493,5 0,1
3 Perjiwa 8,000 1 0 1 1.912 5 382,4 0,2
4 Loa Raya 22,000 1 0 1 1.386 5 277,2 0,1
5 Loa Ulung 12,000 1 0 1 2.204 10 220,4 0,2
6 Embalut 43,680 1 0 1 2.713 8 339,1 0,1
7 Bukit Raya 18,430 1 0 1 5.577 20 278,9 0,3
8 Manunggal 23,720 1 0 1 8.071 23 350,9 0,3
jaya
9 Bangun Rejo 21,960 1 0 1 11.986 34 352,5 0,5
10 Loa Pari 12,000 1 0 1 2.049 7 292,7 0,2
11 Tanjung Batu 3,215 1 0 1 1.274 6 212,3 0,4
12 Karang 1,300 1 0 1 4.563 17 268,4 3,5
Tunggal
JUMLAH 200,685 12 0 12 45.280 145 312,3 0,2

Tabel 1.2 Penduduk Wilayah Kerja Puskesmas Teluk Dalam Menurut Kelompok Umur dan
Jenis Kelamin di Puskesmas Teluk Dalam
Jumlah Penduduk
No
Kelompok Umur (tahun) Laki-Laki + Rasio Jenis
. Laki-Laki Perempuan
Perempuan Kelamin
1 2 3 4 5 6
1 0-4 2197 2135 4332 102,90
2 5-9 2076 1966 4042 105,60
3 10-14 2059 1965 4024 104,78
4 15-19 2012 1944 2956 103,50
5 20-24 2010 1812 3822 110,93
6 25-29 1990 1886 3876 105,51
7 30-34 2071 1878 3949 110,28
8 35-39 1958 1882 3840 104,04
9 40-44 1955 1688 3643 115,82
10 45-49 1396 1277 3673 109,32
11 50-54 1082 993 2075 108,96
12 55-59 939 839 1778 111,92
13 60-64 691 576 1267 119,97
14 65-69 472 399 871 118,30
15 70-74 342 257 599 133,07

33
16 >75 240 293 533 81,91
JUMLAH 23490 21790 45280 107,8
ANGKA BEBAN TANGGUNGAN (DEPENDENCY RATIO) 47

Tabel 1.3 Jumlah Penduduk dan Penduduk Sasaran di Wilayah Kerja Puskesmas Teluk Dalam
tahun 2019
PUSKESMAS TELUK DALAM JUMLAH
PENDUDUK Jumlah Penduduk 45.280
Laki-Laki 23.650
Perempuan 21.630
Penduduk Miskin 5.017

SASARAN PROGRAM Bayi 747


Anak Balita 2.354
PUS 8.150
WUS 12.578
Ibu Hamil 822
Ibu Bersalin 784
Ibu Nifas 784
Neonatal 68
Remaja 7.270
Lansia 3.108

ANAK USIA SEKOLAH SD 889


SLTP 1.006
SLTA 793

USIA PRODUKTIF 31.458

Tabel 1.4 Data Jumlah Penduduk Perdesa menurut Jenis Kelamin di Wilayah Kerja Puskesmas
Teluk Dalam tahun 2019
JUMLAH PENDUDUK MENURUT
N
NAMA DESA JUMLAH PENDUDUK JENIS KELAMIN
o
LAKI-LAKI PEREMPUAN
1 2 3 4 5
1 Loa Lepu 1571 825 746
2 Teluk Dalam 1974 1020 954
3 Perjiwa 1912 990 922
4 Loa Raya 1386 751 635
5 Loa Ulung 2204 1178 1026
6 Embalut 2713 1430 1283
7 Bukit Raya 5577 2893 2684
8 Manunggal jaya 8071 4146 3925
9 Bangun Rejo 11986 6285 5701
10 Loa Pari 2049 1044 1005
11 Tanjung Batu 1274 684 590
12 Karang Tunggal 4563 2404 2159
JUMLAH 45280 23650 21630

34
A. Sarana dan Prasarana
Upaya pembangunan kesehatan dapat berdaya guna dan berhasil guna bila kebutuhan
sumber daya kesehatan terpenuhi. Gambaran mengenai situasi sumber daya kesehatan di
Wilayah Kerja Puskesmas Teluk Dalam dikelompokan kedalam sajian data dan informasi
mengenai tenaga kesehatan.
Tenaga kesehatan di Puskesmas Teluk Dalam sebanyak 77 orang dengan rincian 53
berada di puskesmas dan 24 berada di Puskesmas Pembantu. Tenaga kesehatan tersebut
terdiri dari berbagai profesi seperti : dokter umum, dokter gigi, perawat, bidan, kesehatan
masyarakat, farmasi , analis, gizi, sanitasi dan sebagainya.

Tabel 3.1 Jenis Ketenagaan di Puskesmas Teluk Dalam tahun 2019


Lokasi Kerja Status Kepegawaian
TKN-
Jumlah Pusban,
No Profesi PNS Honor
Tenaga Induk Polindes. PNS
Poskesdes dan Puskesmas
THL
1 Dokter 2 1 0 1
2 Dokter Gigi 1 1 1
3 Apoteker 1 1 1
4 Kesehatan Masyarakat 7 7 5 1 1
5 S1 Administrasi Negara
6 S1 Manajemen 2 1 1 2 1
7 D IV Kebidanan 1 1 1
8 D IV Keperawatan 1 1 1
9 Bidan 25 11 14 17 8
10 Perawat 23 15 8 17 6
11 Ass. Apoteker 3 3 2 1
12 Analis Kesehatan 3 3 2 1
13 Gizi 1 1 1
14 Sanitarian 0
15 SLTA 4 4 4
16 Cleaning Service 3 3 3
17 Keamanan 1 1 1
JUMLAH 78 53 24 49 19 10
B. Sumber: Tata Usaha Puskesmas Teluk Dalam tahun 2019

35
4.2 Hasil Intervensi
Untuk mengetahui perbedaan sebelum dan sesudah dilakukannya intervensi terhadap
para ibu yang memiliki bayi usia 0-6 bulan, penyuluh melakukan evaluasi terhadap ibu
ibu tersebut dengan meminta ibu menjawab soal pretest dan posttest. Pretest dan
posttest yang diberikan dalam bentuk pernyataan benar/salah yang terdiri dari lima
belas pernyataan ringkas seputar ASI eksklusif dan sepuluh soal tentang perilaku ASI
Eksklusif.

4.2.1 Karakteristik Demografi Sampel


Berdasarkan hasil terhadap 38 sampel, didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 4.2.1 Umur Responden

Umur Jumlah Persentase


< 25 Tahun 7 18,4
25 Tahun 8 21,1
> 25 Tahun 23 60,5
Dari penelitian di dapatkan responden yang berumur < 25 tahun sebanyak 7 orang (18,4%), yang
berumur 25 tahun sebanyak 8 orang (21,1%) dan yang berumur >25 tahun sebanyak 23 orang (60,5%)

Tabel 4.2.2 Pendidikan Terakhir Responden

Pendidikan Terakhir Jumlah Persentase


Tidak Sekolah 0 0
SD 4 10,5
SMP 11 28,9
SMA/Sederajat 19 50,1
Perguruan Tinggi 4 10,5
Pendidikan terakhir responden bervariasi dari 4 orang memiliki pendidikan terakhir SD, 11 orang
tamat SMP, 19 orang tamat SMA/Sederajat dan 4 orang yang tamat Perguruan Tinggi.

Tabel 4.2.3 Pekerjaan Responden

Pekerjaan Jumlah Persentase


Peg. Swasta 0 0
Guru 3 7,89
Wiraswasta 1 2,63
IRT 34 89,5

36
Pekerjaan responden bervariasi dari 0 orang pegawai swasta, 3 orang sebagai guru, 1 orang
sebagai wiraswasta dan IRT sebanyak 34 orang.

Tabel 4.2.4 Pengetahuan Responden Mengenai ASI Eksklusif Sebelum Intervensi

Status Pengetahuan Jumlah Persentase


Baik 15 39,5
Cukup 23 60,5
Kurang 0 0

Tabel diatas memperlihatkan bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan baik
sejumlah 15 responden (39,5 %), cukup sejumlah 23 responden (60,5 %), dan sisanya berpengetahuan
kurang sejumlah 0 orang (0%).

Tabel 4.2.5 Pengetahuan Responden Mengenai ASI Eksklusif Setelah Intervensi

Status Pengetahuan Jumlah Persentase


Baik 32 84,2
Cukup 6 15,8
Kurang 0 0

Tabel diatas memperlihatkan bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan baik
sejumlah 32 responden (84,2 %), cukup sejumlah 6 resposnden (15,8 %), dan sisanya berpengetahuan
kurang sejumlah 0 orang (0%).

Tabel 4.2.6 Distribusi Jawaban Pada Pertanyaan Mengenai Pengetahuan


Tentang ASI Eksklusif
Pre Test Pos Test
No. Pertanyaan
B S B S
1. Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan 100% 0% 100% 0%
terbaik bagi bayi (38) (0) (38) (0)
2. ASI eksklusif adalah pemberian ASI sampai 84,2% 15,8% 89.5% 10,5%
bayi usia enam bulan tanpa tambahan (32) (6) (34) (4)
makanan lain dan dilanjutkan sampai usia 2
tahun

37
3. ASI dapat menurunkan angka kematian bayi 71% 29% 78,9% 21,1%
(27) (11) (30) (8)
4. ASI jarang mengakibatkan alergi pada bayi. 97,3% 2,7% 89,5% 10,5%
(37) (1) (34) (4)
5. Dengan ASI, bayi sudah mendapatkan 84,2% 15,8% 86,8% 13,2%
nutrisi yang cukup (32) (6) (33) (5)
6. ASI mengandung zat pelindung (antibody) 92,1% 7,9 71,1% 28,9%
yang dapat melindungi bayi selama 0-6 (35) (3) (27) (11)
bulan pertama

7. ASI juga dapat mengembangkan kecerdasan 86,8% 13,2% 94,7% 5,3%


bayi (33) (5) (36) (2)
8. ASI dapat menjalin kasih sayang antara ibu 97,4% 2,6% 100% 0%
dan bayi (37) (1) (38) (0)
9. ASI pertama kali yang keluar berwarna 15,8% 84,2% 2,7% 97,3%
kekuningan harus dibuang karena ASI kotor (6) (32) (1) (37)
10. ASI dapat diganti dengan Makanan 71,1% 28,9% 81,6% 18,4%
Pengganti Asi ( MPASI ) (27) (11) (31) (7)
11. Posisi bayi yang benar saat menyusu adalah 55,3% 44,7% 78,9% 21,1
perut bayi menempel pada perut ibu (21) (17) (30) (8)
12. Sebaiknya saat menyusui sebagian besar 92,1% 7,9% 92,1% 7,9%
lingkaran hitam pada puting susu masuk (35) (3) (35) (3)
kedalam mulut bayi

13. Madu dapat melembabkan dan 94,7% 5,3% 76,3% 23,7


menyembuhkan putting payudara dari (36) (2) (29) (9)
pecah-pecah dan lecetnya putting

14. ASI dapat melindungi bayi dari suatu 65,8% 34,2% 81,6% 18,4%
penyakit (25) (13) (31) (7)
15. ASI diberikan kepada bayi 3-4 kali sehari 92,1% 7,9% 100% 0
(35) (3) (38) (0)

Dari tabel diatas didapatkan hampir semua responden, yaitu sebanyak 36 orang
yang salah menjawab di nomor 13 yaitu mengenai madu yang dapat melembabkan
dan menyembuhkan putting yang lecet dan sebanyak 35 orang yang salah menjawab di
nomor 15 yaitu ASI diberikan pada bayi 3-4 kali sehari. Selain itu didapatkan 17

38
responden yang menjawab salah pada pertanyaan nomor 11 tentang posisi menyusui
yang benar dan 13 responden yang menjawab salah pada pertanyaan nomor 14 tentang
ASI yang dapat melindungi bayi dari suatu penyakit.

Tabel 4.2.7 Perilaku Responden Terkait ASI Eksklusif Sebelum Intervensi

Nilai Jumlah Persentase


Baik 22 57,9
Kurang Baik 16 42,1

Tabel diatas memperlihatkan bahwa sebagian responden memiliki perilaku baik sejumlah 22
responden (57,9 %), dan sisanya kurang baik sejumlah 16 orang (42,1,7%).

Tabel 4.2.8 Perilaku Responden Terkait ASI Eksklusif Sesudah Intervensi

Nilai Jumlah Persentase


Baik 29 76,3
Kurang Baik 9 23,7

Tabel diatas memperlihatkan bahwa sebagian besar responden memiliki perilaku baik sejumlah
29 responden (76,3 %), dan sisanya kurang baik sejumlah 9 orang (23,7%).

Tabel 4.2.9 Distribusi Jawaban Pada Pertanyaan Mengenai Perilaku


Pre Post
No. Pertanyaan
M TM M TM
1. Saya menyusui anak saya sampai 6 bulan 81,6% 18,4% 92,1% 7,9%
(31) (7) (35) (3)
2. Saya memberikan ASI yang pertama kali 73,7% 26,3% 92,1% 7,9%

39
keluar yang berwarna kekuningan (28) (10) (35) (3)

3. Saya menyusui dari mulai anak pertama 92,1% 7,9% 94,7% 5,3%
sampai anak terakhir (35) (3) (36) (2)

4. Saya memberi susu formula pada anak bayi 63,2% 36,8% 52,6% 47,4
saya (24) (14) (20) (18)

5. Saya tidak menyusui karena ASI saya 81,6% 18,4% 81,6% 18,4%
tidak/belum keluar (31) (7) (31) (7)

6. Saya akan mencuci tangan terlebih dahulu 100% 0% 100% 0%


dengan menggunakan sabun sebelum (38) (0) (38) (0)
menyusui bayinya

7. Meskipun saya bekerja saya tetap 52,6% 47,4% 71,1 28,9


memberikan ASI pada bayi saya dengan (20) (18) (27) (11)
cara pumping dan menyimpan cadangan
ASI

8. Saya menyusui hanya menggunakan ASI 84,2% 15,8% 84,2% 15,8%


saja, tidak ada tambahan susu formula (32) (6) (32) (6)
selama 6 bulan
9. Saya tidak memberikan makanan tambahan 100% 0% 100% 0%
sebelum usia bayi di atas 6 bulan (38) (0) (38) (0)
10. Saya melakukan perawatan payudara 50% 50% 50% 50%
selama kehamilan (19) (19) (19) (19)

Dari tabel distribusi jawaban sebelum penyuluhan dilakukan didapatkan


sebanyak 14 orang masih memberikan bayinya susu formula, sebanyak 31 orang tidak
menyusui bayinya karena ASI yang tidak/belum keluar, sebanyak 18 orang tidak melakukan
pumping ASI saat mereka bekerja dan tidak menyimpan cadangan ASI-nya dan sebanyak 19
orang tidak melakukan perawatan payudara selama kehamilan.

Dari tabel distribusi jawaban sesudah penyuluhan dilakukan didapatkan


peningkatan responden yang tidak memberikan bayinya susu formula kembali yaitu sebanyak
18 orang, tidak ada peningkatan pada jumlah orang yang tidak menyusui bayinya karena ASI
belum/tidak keluar, sebanyak 27 orang sudah melakukan pumping ASI dan menyimpan
cadangannya saat bekerja serta tidak ada peningkatan pada responden yang melakukan
perawatan payudara selama kehamilan.

40
BAB 5
PEMBAHASAN

5.1 Pengetahuan Ibu tentang ASI Eksklusif Sebelum Diberikan Penyuluhan

Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pemberian ASI eksklusif adalah
pengetahuan gizi. Seseorang yang mempunyai pengetahuan gizi yang baik, diharapkan akan
memilliki perilaku pemberian ASI eksklusif yang baik. Salah satu strategi untuk memperoleh
perubahan perilaku menurut WHO.

Notoatmodjo (2003) adalah dengan pemberian informasi untuk meningkatkan


pengetahuan adalah dengan pemberian informasi sehingga menimbulkan kesadaran dan
dapat dilakukan adalah dengan penyuluhan.

Karakteristik ibu yang mencakup umur, pendidikan, pekerjaan bisa mempengaruhi


proses perubahan perilaku. Umur responden rata-rata masih dalam kategori usia produktif

41
memungkinkan mereka masih mampu untuk menangkap informasi yang diberikan dan bisa
mengingatnya kembali. Begitu juga dengan karakteristik pekerjaan. Responden yang mayoritas
sebagai ibu rumah tangga 100% sangat mendukung dalam menyediakan waktu untuk
mendengarkan penyuluhan, membaca leaflet, dan mencoba melakukan tindakan penyuluhan
yang dianjurkan.

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa pengetahuan ibu hamil sebelum diberikan
penyuluhan ASI eksklusif mayoritas nilainya cukup (60,5 %), dengan pengetahuan baik adalah
39,5% dan tidak ada yang memiliki nilai kurang. Jika dilihat dari tingginya persentase ibu yang
mempunyai tingkat pengetahuan tentang ASI eksklusif cukup baik, hal ini mungkin disebabkan
karena aktifnya responden dalam mengikuti posyandu dan aktifnya kader dan tenaga
kesehatan dalam promosi kesehatan.

5.2 Pengetahuan Ibu tentang ASI Eksklusif Sesudah diberikan Penyuluhan

Berbagai keunggulan mengenai manfaat pemberian ASI eksklusif selama enam bulan,
mulai dari pertumbuhan fisik yang sempurna, perkembangan kecerdasan yang pesat, hingga
kematangan emosional seorang anak, terpacu berkat ASI eksklusif selama enam bulan.

Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh penyuluhan ASI eksklusif terhadap


pengetahuan para ibu. Setelah dilakukukan posttest didapatkan hasil bahwa tingkat
pengetahuan responden setelah diberikan penyuluhan adalah baik sebanyak 32 orang (84,2
%), bernilai cukup sebanyak 6 orang (15,8) % dan tidak ada yang bernilai kurang.

Setelah diberikan penyuluhan pengetahuan pada ibu terhadap indikator ASI eksklusif
sudah baik dibandingkan sebelum diberikan penyuluhan. Disamping itu identitas ibu yang
mencakup umur dapat mempengaruhi peroses perubahan perilaku. Umur ibu yang rata-rata
masih dalam usia produktif memungkinkan mereka masih mampu untuk menerima informasi
yang diberikan dan bisa mengingatnya kembali.

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Astuti dkk (2002), bahwa metode pendidikan
kesehatan dengan penyuluhan (ceramah) dapat meningkatkan pengetahuan setelah dilakukan
post-test dibandingkan dengan pengetahuan pretest. Dalam penelitian Bart (1994), mengatakan

42
bahwa perilaku yang dilakukan atas dasar pengetahuan akan lebih bertahan lama dari pada
perlaku yang tidak didasari dengan pengetahuan. Jadi pengetahuan yang memadai sangat
dibutuhkan ibu hamil terutama dalam hal pemberian ASI eksklusif sampai usia 6 bulan.

5.3. Perilaku Ibu tentang ASI Eksklusif Sebelum Diberikan Penyuluhan

Perilaku merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap
stimulus atau objek. Manifestasi perilaku tidak dapat terlihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan
terlebih dahulu dari perilaku tertutup.

Pendidikan kesehatan adalah peroses belajar. Pendidikan kesehatan membantu agar


orang mengambil sikap yang bijaksana terhadap kesehatan dan kualitas hidup. Penyuluhan
merupakan suatu metode dalam pendidikan kesehatan yang dapat mengubah perilaku
seseorang menjadi lebih baik. Hal ini terbukti dari perilaku respoden setelah diberikan
penyuluhan memberikan perubahan yang berarti dari perilaku negatif menjadi lebih positif
bahkan sangat positf.

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa perilaku para ibu sebelum diberikan penyuluhan
ASI eksklusif mayoritas memiliki perilaku baik sejumlah 22 orang (57,9 %), dan sisanya kurang
baik sejumlah 16 orang (42,1%).

Perilaku yang kurang pada ibu hamil sebelum (pre-test) diberikan penyuluhan antara
lain: perilaku ibu terhadap pemberian ASI eksklusif sampai usia 6 bulan, bayi yang diberikan
ASI eksklusif jarang sakit jika dibandingkan dengan bayi yang diberi susu formula, waktu
pemberian makanan tambahan pada saat bayi berusia diatas 6 bulan.

5.4. Perilaku Ibu tentang ASI Eksklusif Sesudah Diberikan Penyuluhan

Pada tabel 4.2.7 dan tabel 4.2.8 dapat dilihat bahwa perilaku responden
terbanyak sebelum diberikan penyuluhan adalah 22 orang (57,9 %) masuk dalam kategori
perilaku baik dan sebanyak 16 orang (42,1%) masuk dalam kategori kurang baik.

Kemudian setelah diberikan penyuluhan adalah sebanyak 29 orang (76,3 %)


berkategori baik, sebanyak 9 orang (23,7%) berada pada kategori kurang baik. Artinya ada
pengaruh penyuluhan terhadap perilaku responden setelah di lakukan penyuluhan yang
ditandai dengan meningkatkannya responden yang memiliki perilaku baik berdasarkan hasil

43
post-test, serta ada kemungkinan juga perilaku yang sudah ada terbentuk karena faktor sosial
budaya di lingkungan tempat tinggal.

Menurut Purwanto (1993) perilaku bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk dan
dipelajari sepanjang perkembangan orang tersebut dalam hubungan dengan objeknya. Dalam
hal ini pengetahuan yang diberikan melalui penyuluhan kepada para ibu membantu
pembentukan perilaku para ibu tersebut.

BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari mini project adalah sebagai berikut.


1. Terdapat peningkatan yang cukup signifikan pada pengetahuan para ibu sebelum dan
setelah dilakukan penyuluhan mengenai ASI eksklusif.
2. Terdapat perubahan perilaku ibu sebelum dan setelah dilakukan penyuluhan mengenai ASI
eksklusif meskipun tidak cukup signifikan.

7.1 Saran

Perlu digunakan metode yang berbeda agar lebih valid dalam mengumpulkan data
terkait dengan masalah pemberian ASI eksklusif khususnya di desa Bukit Raya. Pengumpulan

44
berdasarkan laporan data yang ada mungkin masih belum bisa mencakup masalah tentang
pemberian ASI eksklusif terutama di wilayah kerja Puskesmas Teluk Dalam sehingga saya
menyarankan agar menggunakan metode pengumpulan data menggunakan kuesioner maupun
pendekatan personal (konseling) pada ibu – ibu yang memiliki bayi usia 0-6 bulan. Diperlukan
juga sosialisasi yang berkelanjutan dan berkesinambungan tentang ASI eksklusif baik kepada
ibu hamil dan ibu menyusui pada kelas ibu hamil dan balita serta pembentukan Kelompok
Pendukung ASI di tiap desa. Dengan menggunakan metode ini diharapkan dapat meningkatkan
pengetahuan dan perubahan perilaku ibu mengenai ASI eksklusif.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI.2007. Pelatihan Konseling Menyusui : Panduan Peserta. Katalog


Dalam Terbitan, Departemen Kesehatan RI. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Emilia, Rika Candra. 2009. Pengaruh Penyuluhan Asi Eksklusif Terhadap Pengetahuan dan
Sikap Ibu Hamil di Mukim Laure-E Kecamatan Simeulue Tengah Kabupaten
Simeulue (NAD) Tahun 2008 (Skripsi). Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara.Medan.

Puskesmas Teluk Dalam. 2019. Profil Kesehatan Puskesmas Teluk Dalam Tahun 2019.

45
Yuliarti, Iin Dwi. 2008. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu dengan Perilaku Pemberian Asi
Eksklusif (Tesis). Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

46

Anda mungkin juga menyukai