Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit menular ialah penyakit yang disebabkan oleh bibit penyakit tertentu atau oleh
produk toxin yang didapatkan melalui penularan bibit penyakit atau toxin yang diproduksi oleh
bibit penyakit tersebut dari orang yang terinfeksi, dari binatang atau dari reservoir kepada orang
yang rentan; baik secara langsung maupun tidak langsung melalui tumbuh-tumbuhan atau
binatang pejamu, melalui vector atau melalui lingkungan. Contoh penyakit menular yang ada
sangatlah banyak, misalnya shigelosis, ISPA, demam berdarah, dan sebagainya (Chin, 2000)
Pola hidup bersih dan sehat (PHBS) merupakan faktor penting yang mempengaruhi kondisi
kesehatan bagi seseorang, keluarga dan lingkungan kaitannya dengan penyakit menular yang
ditemui di masyarakat. Manusia dengan pola hidup bersih dapat menurunkan jumlah bakteri
yang ada pada tangannya (WHO, 2005). Orang yang terjangkit penyakit tertentu kebanyakan
disebabkan oleh pola hidup yang tidak bersih (Stone, 2005). PHBS dilaksanakan dalam rangka
mencegah timbulnya penyakit, menanggulangi penyakit dan masalah kesehatan lainnya,
memanfaatkan pelayanan kesehatan dan mengembangkan dan menyelenggarakan upaya
kesehatan bersumber masyarakat (Lestari, 2009).
Jawa Tengah memiliki 16 indikator PHBS yang terdiri atas sepuluh indikator nasional dan
enam indikator lokal spesifik (Hanim, 2010). Salah satu indicator sederhana yang bisa dilakukan
ialah kebiasaan mencuci tangan (hand hygiene). Perilaku hygiene seperti mencuci tangan
merupakan salah satu kebiasaan di dalam Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) kebersihan
perorangan yang penting. Tangan merupakan salah satu jalur utama penularan penyakit. Dengan
mencuci tangan diharapkan rantai penularan tersebut dapat dicegah (WHO, 2009)
Meskipun sederhana, masyarakat masih banyak yang belum mengetahui cara melakukan cuci
tangan dengan benar. Untuk itu, perlu dilakukan penggalakan gerakan mencuci tangan dengan
sasaran utama pada anak usia sekolah yang memiliki tingkat penularan penyakit sangat tinggi.
Dengan demikian diharapkan dapat mengurangi prevalensi penyakit yang timbul dari kebiasaan
dan pola hidup yang buruk serta mengendalikan penularannya.

1
B. Pernyataan Masalah
Tingginya prevalensi penyakit yang disebabkan oleh kebiasaan dan pola hidup yang tidak
bersih seperti diare banyak menyerang anak usia dini. Di wilayah Kecamatan Mulyoharjo sejak
bulan Juni-Agustus kunjungan pasien dengan diare selalu masuk sepuluh besar kunnjungan
tertinggi bahkan menjadi kunjungan kedua tertinggi setelah ISPA pada kunjungan di Poli KIA
dan Poli Umum dengan pasien usia anak sekolah.
Sedangkan menurut WHO (2008), terjadinya penyakit diare diakibatkan oleh kebiasan hidup
yang tidak sehat. Kebiasaan PHBS yang dimaksud adalah kebiasan tidak mencuci tangan
sebelum dan sesudah makan, buang air besar atau kecil sembarangan. Tidak mencuci tangan
sebelum menyiapkan makanan, dan tidak cuci tangan sebelum memberi makan anak.
Di sisi lain, ketidaktersediaannya fasilitas cuci tangan yang memadai di tempat tempat
umum seperti toilet umum maupun tempat makan khususnya menjadi masalah tersendiri.

C. Tujuan
i. Tujuan Umum
Untuk meningkatkan kesadaran dan pembiasaan pola hidup bersih dan sehat
warga Kecamatan Mulyoharjo sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan.
ii. Tujuan Khusus
1. Untuk meningkatkan pengetahuan warga tentang pentingnya mencuci tangan dengan
benar.
2. Untuk membiasakan warga praktek mencuci tangan dengan benar.
3. Untuk memberikan informasi pentingnya kebiasaan cuci tangan dan contoh cara
mencuci tangan dengan benar melalui demonstrasi pada kegiatan BIAS dan
penjaringan anak sekolah.
4. Untuk menurunkan prevalensi penyakit menular yang disebabkan oleh kebiasaan
hidup yang tidak sehat

D. Manfaat
i. Meningkatnya kesadaran dan pengetahuan warga tentang pentingnya mencuci tangan
dengan benar
ii. Terbiasanya warga praktek mencuci tangan dengan benar

2
iii. Tersampaikannya informasi tentang pentingnya kebiasaan cuci tangan contoh cara
mencuci tangan dengan benar melalui demonstrasi pada acara BIAS dan penjaringan anak
sekolah.
iv. Turunnya prevalensi penyakit menular yang disebabkan oleh kebiasaan hidup yang tidak
sehat

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Penyakit Menular
1. Definisi Penyakit Menular
Penyakit menular ialah penyakit yang disebabkan oleh bibit penyakit tertentu atau oleh
produk toxin yang didapatkan melalui penularan bibit penyakit atau toxin yang
diproduksi oleh bibit penyakit tersebut dari orang yang terinfeksi, dari binatang atau dari
reservoir kepada orang yang rentan; baik secara langsung maupun tidak langsung melalui
tumbuh-tumbuhan atau binatang pejamu, melalui vector atau melalui lingkungan. Contoh
penyakit menular yang ada sangatlah banyak, misalnya shigelosis, influenza, demam
berdarah, dan sebagainya (Chin, 2000)

2. Mekanisme Penularan
- Penularan Langsung
Mekanisme ini menularkan bibit penyakit langsung dari sumbernya kepada orang
atau binatang lain melalui “Port d’entre”. Hal ini bisa melalui kontak langsung seperti
melalui sentuhan, gigitan, ciuman, hubungan seksual, percikan yang mengenai
conjunctiva, selaput lendir dari mata, hidung atau mulut pada waktu orang lain bersin,
batuk, meludah, bernyanyi atau bercakap (biasanya pada jarak yang kurang dari 1
meter)
- Penularan Tidak Langsung
a. Penularan melalui alat – alat yang terkontaminasi seperti mainan anak-anak,
saputangan, kain kotor, tempat tidur, alat masak atau alat makan, instrumen bedah
atau duk; air, makanan, susu, produk biologis seperti darah, serum, plasma,
jaringan organ tubuh, atau segala sesuatu yang berperan sebagai perantara dimana
bibit penyakit di “angkut” dibawa kepada orang/binatang yang rentan dan masuk
melalui “Port d’entre” yang sesuai.
b. Penularan Melalui Vektor – (i) Mekanis : Cara mekanis ini meliputi hal-hal yang
sederhana seperti terbawanya bibit penyakit pada saat serangga merayap ditanah baik

4
terbawa pada kakinya atau pada belalainya, begitu pula bibit penyakit terbawa dalam
saluran pencernaan serangga.
- Penularan Melalui Udara
Penyebaran bibit penyakit melalui “Port d’entre” yang sesuai, biasanya saluran
pernafasan. Aerosol berupa berupa partikel ini sebagian atau keseluruhannya
mengandung mikro organisme. Partikel ini bisa tetap melayang-layang diudara dalam
waktu yang lama sebagian tetap infektif dan sebagian lagi ada yang kehilangan
virulensinya. Partikel yang berukuran 1 – 5 micron dengan mudah masuk kedalam
alveoli dan tertahan disana.
Percikan (droplet) dan partikel besar lainnya tidak dianggap sebagai penularan
melalu udara (airborne) :
a. “Droplet Nuclei” – Biasanya berupa residu ukuran kecil sebagai hasil penguapan
dari cairan percikan yang dikeluarkan oleh inang yang terinfeksi.
“Droplet Nuclei” ini bisa secara sengaja dibuat dengan semacam alat, atau secara
tidak sengaja terjadi di labortorium mikrobiologi dan tempat pemotongan hewan,
di tempat perawatan tanaman atau di kamr otopsi.
Biasanya “Droplet Nuclei” ini bertahan cukup lama di udara.
b. Debu – Partikel dengan ukuran yang berbeda yang muncul dari tanah (misalnya
spora jamur yang dipisahkan dari tanah oleh udara atau secara mekanisme), dari
pakaian, dari tempat tidur atau kutu yang tercemar.

3. Upaya penanggulangan penyakit menular


 Upaya pencegahan : untuk individu dan kelompok salah satunya dengan PHBS
 Perawatan penderita, kontak, dan lingkungan sekitarnya
 Penanggulangan KLB
 Implikasi bencana
 Tindakan internasional
 Tindakan terhadap bioterorisme
(Chin, 2000)

B. Pola Hidup Bersih dan Sehat

5
1. Pengertian PHBS
PHBS adalah suatu upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu
kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur
komunikasi, memberikan informasi, dan melakukan edukasi, untuk meningkatkan
pengetahuan, sikap, perilaku dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
(Hanim, 2010)

2. Indikator PHBS
Jawa Tengah memiliki 16 indikator PHBS yang terdiri atas sepuluh indikator nasional dan
enam indikator lokal spesifik (Hanim, 2010). Indikator nasional terdiri atas :
6 indikator perilaku :
1. Persalinan
2. ASI eksklusif
3. Gizi seimbang
4. Olahraga
5. Tidak merokok
6. penggunaan air bersih
Empat indikator lingkungan :
1. Jamban sehat
2. Lantai kedap air
3. Kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni
4. Pemanfaatan jaminan pemeliharaan kesehatan.
Indikator lokal spesifik terdiri atas :
1. Penimbangan balita
2. Buang sampah pada tempatnya
3. Cuci tangan
4. Gosok gigi
5. Tidak minum minuman keras dan Narkoba
6. Pemberantasan sarang nyamuk (PSN).
(Hanim, 2010)

6
3. Cuci Tangan (Hand Hygiene)
Perilaku hygiene seperti mencuci tangan merupakan salah satu kebiasaan di dalam
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) kebersihan perorangan yang penting. Tangan
merupakan salah satu jalur utama penularan penyakit. Dengan mencuci tangan diharapkan
rantai penularan tersebut dapat dicegah (WHO, 2009).
Salah satu studi Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan praktik cuci tangan
pakai sabun pada lima waktu tertentu, yaitu sebelum makan, setelah buang air besar,
sebelum memegang bayi, setelah menceboki pantat anak, dan sebelum menyiapkan
makanan bisa mengurangi prevalensi diare sampai 40%.
Cara menncuci tangan yang benar :

(WHO, 2009)

7
BAB III
METODE

Metode yang digunakan dalam mini projek ini adalah metode pemecahan masalah
kesehatan masyarakat. Pemecahan masalah kesehatan masyarakat dilakukan dengan langkah-
langkah sebagai berikut :
1. Identifikasi masalah kesehatan masyarakat
2. Analisis faktor-faktor yang menyebabkan masalah
3. Penentuan faktor penyebab yang paling mungkin
4. Perencanaan intervensi masalah
5. Pelaksanaan intervensi masalah
6. Monitoring dan evaluasi

1. Identifikasi masalah kesehatan masyarakat


Dari data yang disunting melalui laporan bulanan kunjungan di Puskesmas Mulyoharjo
sejak bulan Juni sampai Agustus 2015, sepuluh kunjungan tertinggi masih diduduki oleh
penyakit menular seperti ISPA, konjungtivitis, penyakit kulit, dan diare. Bahkan ISPA dan
DIare selalu menempati dua besar kunjungan tertinggi di poli KIA dan Poli Umum untuk
pasien anak usia sekolah.

2. Analisis faktor-faktor yang menyebabkan masalah


Banyak faktor yang kemungkinan menyebabkan masih tingginya prevalensi dan insidensi
penyakit menular umumnya dan diare khususnya di Puskesmas Mulyoharjo :
a. Ketidaktahuan masyarakat mengenai pentingnya kebiasan mencuci tangan sebelum
dan sesudah makan termasuk sebelum menyiapkan makanan sebelum memberi
makan anak .
b. Kebiasaan buang air besar atau kecil sembarangan
c. Kebiasaan jajan sembarangan yang diragukan kebersihannya
d. Ketidaktahuan cara mencuci tangan yang baik dan benar
e. Ketidaktersediaannya fasilitas cuci tangan yang memadai di tempat tempat umum
seperti toilet umum maupun tempat makan khususnya menjadi masalah tersendiri

8
3. Penentuan faktor penyebab yang paling mungkin
Faktor penyebab yang paling mungkin dalam masalah ini adalah ketidaktahuan
masyarakat mengenai pentingnya kebiasaan mencuci tangan dan ketidaktahuan mengenai
cara cuci tangan yang baik dan benar.

4. Perencanaan intervensi masalah


Intervensi terhadap pengetahuan masyarakat dapat dilakukan dalam bentuk demonstrasi
cara cuci tangan yang baik dan benar khususnya pada anak usia sekolah serta penjelasan
mengnai pentingnya hal tersebut.

5. Pelaksanaan intervensi masalah


Demonstrasi contoh cara cuci tangan yang baik dan benar serta penjelasan mengenai
pentingnya kebiasaan mencuci tangan dilakukan bersamaan dengan kegiatan BIAS dan
penjaringan anak sekolah pada bulan agustus-september 2015 sesuai jadwal penulis bertugas
dengan target utama anak kelas 1 SD, guru wali kelas, dan orang tua pengantar.

6. Monitoring dan evaluasi


Monitoring dan evaluasi kepada masyarakat dapat dilakukan setelah pemberian
demonstrasi dan penjelasan mengenai cara cuci tangan dan pentingnya kebiasaan cuci
tangan melalui tanya jawab untuk mengetahui tingkat kepahaman.

9
BAB IV
HASIL YANG DIHARAPKAN

A. Profil Komunitas Umum


Dalam upaya mewujudkan wilayah kerja Puskesmas Mulyoharjo Sehat 2010,
pembangunan kesehatan tidak dapat dilakukan sendiri oleh aparat pemerintah di sektor
kesehatan, tetapi harus dilakukan secara bersama-sama melibatkan peran serta swasta dan
masyarakat. Segala upaya kesehatan yang dilakukan baik oleh sektor kesehatan dan non
kesehatan dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan dan upaya mengatasi masalah
kesehatan perlu dicatat dan dikelola dengan baik dalam suatu informasi kesehatan. Hal ini
menjadikan peran data dan informasi kesehatan menjadi sangat penting dan terasa makin
diperlukan dalam manajemen kesehatan yaitu sebagai dasar pengambilan keputusan disemua
program, tahapan dan jenjang administrasi. Selain itu juga diperlukan guna mengevaluasi
keberhasilan program-program pembangunan kesehatan yang telah dilaksanakan di
Puskesmas Mulyoharjo.

B. Data Geografis
Puskesmas Mulyoharjo terletak di Jalan Veteran No. 277 Mulyoharjo, Kecamatan
Pemalang Kabupaten Pemalang Telp. (0284) 326033 Kode pos 52313. Batas-batas wilayah
kerja Puskesmas Mulyoharjo meliputi :
- Sebelah barat berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Kebondalem Kecamatan
Pemalang,
- Sebelah Timur berbatasan dengan wilayah Puskesmas Kabunan Kecamatan Taman,
- Sebelah Selatan berbatasan dengan wilayah Puskesmas Paduraksa Kecamatan Pemalang,
- Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa
Wilayah kerja Puskesmas Mulyoharjo meliputi kelurahan dan satu desa yang ada di
Kecamatan Pemalang, yaitu Kelurahan Mulyoharjo, Kelurahan Pelutan, Kelurahan
Sugihwaras, Kelurahan Widuri dan Desa Danasari.

10
C. Data Demografik
a. Pertumbuhan dan Kepadatan Penduduk
Berdasarkan data Statistik Kecamatan Pemalang, Jumlah penduduk di wilayah kerja
Puskesmas Mulyoharjo tahun 2013adalah sebanyak 77,520 jiwa dengan18,142 KK.
Dengan luas wilayah sebesar 15,9 km², maka rata-rata kepadatan penduduk yang berada
diwilayah kerja puskesmas mulyoharjo tahun 2013 tercatat sebesar 4,875 jiwa setiap
kilometer persegi, dimana wilayah terpadat adalah kelurahan Pelutan dengan tingkat
kepadatan sekitar 5963,8 jiwa setiap kilometer persegi. Sedangkan rata-rata penduduk
per- rumah tangga di wilayah kerja puskesmas mulyoharjo tahun 2013 tercatat sebesar
4,27 jiwa. Untuk wilayah dengan penduduk tertinggi ada di wilayah pelutan sebanyak
24,209 jiwa dan terendah dikelurahan widuri sebanyak 3,329 jiwa.
b. Rasio Jenis Kelamin Penduduk
Komposisi penduduk menurut jenis kelamin dapat dilihat dari rasio jenis kelamin,
yaitu perbandingan penduduk laki-laki dengan penduduk perempuan per 100 penduduk
perempuan. Berdasarkan data statistik jumlah penduduk laki-laki dan perempuan relatif
seimbang, yaitu sebesar 38,643 jiwa penduduk laki-laki dan 38,877 penduduk
perempuan. Sehingga rasio jenis kelamin penduduk wilayah kerja puskesmas
mulyoharjo tahun 2013 sebesar 99,39. Dengan demikian di wilayah kerja Puskesmas
Mulyoharjo, tiap 100 penduduk perempuan ada sekitar 99 atau 100 penduduk laki-laki.
c. Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur
Jumlah penduduk wilayah kerja puskesmas mulyoharjo tahun 2013 menurut
kelompok umur dan jenis kelamin menunjukkan bahwa penduduk laki-laki maupun
perempuan mempunyai proporsi terbesar pada kelompok umur 5-9 tahun dan 10-14
tahun.

D. Sumber Daya Kesehatan


Upaya sumber daya yang ada di Puskesmas Mulyoharjo meliputi :
a. Man : Tenaga Kesehatan yang ada berjumlah 32 orang meliputi, dokter umum 3 orang,
dokter gigi 1 orang, perawat 7 orang, bidan 8 orang, apoteker 1 orang, nutrisionis 1
orang, penyuluh kesehatan masyarakat 1 orang, sanitarian 1 orang, rekam medis 1 orang,
petugas laboratorium 1 orang, administrasi 6 orang, juru mudi 1 orang

11
b. Money : Sumber anggaran puskesmas berasal dari pengembalian income, dan askes,
dana jamkesmas dan bantuan operasional kesehatan.
c. Material : Berjumlah 73 yang terdiri dari 5 desa siaga, 68 posyandu balita.
d. Method : Lokakarya mini bulanan, lokakarya lintas sektor tribulanan, akreditasi
puskesmas dan pelatihan-pelatihan petugas puskesmas.
e. Machine : 2 mobil puskesmas keliling, 3 kendaraan motor, 9 buah komputer.

E. Sarana Pelayanan Kesehatan Yang Ada


Pusat Kesahatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan sarana pelayanan kesehatan di
tingkat dasar yang menyelenggarakan kegiatan Promosi Kesehatan, Kesehatan Lingkungan,
Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) termasuk Keluarga Berencana, Perbaikan Gizi,
Pemberantasan Penyakit Menular dan Pengobatan.
Puskesmas Mulyoharjo merupakan puskesmas non perawatan, dan untuk meningkatkan
pelayanannya, Puskesmas Mulyoharjo dilengkapi dengan adanya dua Puskesmas Pembantu,
yaitu Puskesmas Pembantu Pelutan dan Puskesmas Pembantu Sugihwaras dan 362 Kader
kesehatan.
Selain itu saranan pelayanan kesehatan diwilayah kerja puskesmas mulyoharjo yang
ikut serta meningkatkan kesehatan masyarakat terdiri dari 4 RS Swasta dan 2 Rumah
Bersalin.

F. Data Kesehatan Primer


Pre-intervensi :
Data prevalensi diare sebagai salah satu sampel penyakit menular secara umum yang
diambil sebelum intervensi di wilayah Mulyoharjo selalu masuk sepuluh besar kunjungan
pasien bahkan menduduki peringkat kedua kunjungan pada Poli KIA dan Poli Umum
pada pasien usia anak sekolah.
Pasca-intervensi :
Data prevalensi penyakit menular pada umumnya, termasuk diare diharapkan dapat
menurun setelah dilakukannya intervensi melalui mini project ini. Dan diharapkan diare
tidak masuk sepuluh besar kunjungan di Puskesmas Mulyoharjo

12
BAB V
DISKUSI

Perilaku hygiene seperti mencuci tangan merupakan salah satu kebiasaan di dalam
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) kebersihan perorangan yang penting. Tangan
merupakan salah satu jalur utama penularan penyakit. Dengan mencuci tangan diharapkan rantai
penularan tersebut dapat dicegah (WHO, 2009). Karena itulah program mini project ini terfokus
pada intervensi langsung di masyarakat tentang hand hygiene.
Pemilihan focus utama mini project ini dirasa cukup tepat mengingat latar belakang yang
telah dipaparkan sebelumnya. Penekanan tentang sesuatu yang sederhana bukan berarti sedikit
membawa manfaat. Pembiasaan pola hidup bersih dan sehat dengan mencuci tangan secara benar
akan membawa pengaruh besar terhadap derajat kesehatan masyarakat. Hal tersebut telah
mendapat pengakuan, dan dengannya, cuci tangan dijadikan salah satu indikator local spesifik
PHBS.
Pengetahuan yang begitu minimal dari warga msyarakat mengenai cara cuci tangan yang
benar menjadi permasalahan tersendiri. Banyak dari warga yang merasa cukup mencuci tangan
hanya dengan air saja. Bahkan tak sedikit yang beranggapan bahwa mencuci tangan cukup
dengan air kobokan yang bisa digunakan bersama - sama. Dengan itulah perlu upaya untuk
memberikan edukasi kepada warga. Sedangkan, di sisi lain, tingkat pendidikan warga desa sesuai
data yang telah didapatkan masih sangat kurang. Hal tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi
para praktisi kesehatan setempat, karena jika hanya dengan metode demonstrasi dan penjelasan
langsung saja dirasa kurang efektif. Untuk mengoptimalkan upaya perubahan pola hidup, perlu
dilakukan penyuluhan maupun monitoring berkala terhadap warga. Di samping itu, intervensi
massif juga harus dilakukan dalam kasus ini guna mendapatkan hasil yang signifikan. Salah
satunya dengan melibatkan seluruh elemen masyarakat mulai dari warga pada umumnya, kader,
hingga perangkat desa melalui kegiatan yang telah dijabarkan pada rencana kegiatan bab
sebelumnya.
Selain komitmen dari para pelaksana program, hal lain yang memerlukan perhatian ialah
dana. Untuk itu, rapat koordinasi antara pelaksana dan pembuat kebijakan daerah setempat perlu
dilakukan untuk mencapai kesepakatan perihal sumber dana maupun pelaksanaan di lapangan.

13
Dengan persiapan dan perencanaan yang matang, diharapkan mini project ini dapat berjalan
dengan lancer sehingga dapat memberikan manfaat pada masyarakat setempat.

14
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Salah satu cara pengendalian penyakit menular ialah dengan penerapan PHBS
2. Hand hygiene merupakan salah satu indicator PHBS
3. Pendidikan PHBS hand hygiene pada masyarakat dengan tingkat pendidikan yang kurang
diperlukan metode dan intervensi yang berbeda
4. Pelaksanaan mini project perlu melibatkan berbagai pihak untuk memperoleh hasil yang
optimal

B. Saran
1. Perlunya membangun komitmen bersama antara pelaksana dan warga untuk mewujudkan
keberlangsungan program
2. Perlunya kerjasama antara Puskesmas dengan DKK setempat untuk mendukung kegiatan
3. Perlu dilakukan evaluasi program tentang pelaksanaan, dan kendala selama
berlangsungnya kegiatan
4. Perlu dilakukan monitoring berkala terhadap kebiasaan PHBS hand hygiene warga
dengan pemantauan di lapangan secara langsung
5. Perlu dilakukan evaluasi hasil jangka panjang program ini melalui pendataan dan
pembuatan kurva prevalensi penyakit menular yang terkait dengan PHBS hand
hygiene.

15
DAFTAR PUSTAKA

Chin, James MD. MPH. 2000. Pengaturan dan Isi dari MPPM, Definisi Definisi. Manual
Pemberantasan Penyakit Menular edisi 17. Hal: xxii-xlix.

Hanim, Diffah. 2010. Manual Field lab : Komunikasi, Informasi, Edukasi (KIE) Pola Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS). Surakarta : Field lab Fakultas Kedokteran UNS.

Lestari, Anik. 2009. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Disampaikan pada Kuliah PHBS
Semester V Field lab FK UNS Surakarta.

Stone SP. 2001. Hand Hygiene: The Case for Evidence-Based Education. Journal of The Royal
of Medicine. 94:278-81.

WHO. 2005. WHO Guidelines on Hand Hygiene in Health Care (Advanced): A Summary.
http://www.who.int .

WHO. 2009. Hand Hygiene: Why, How, & When?


Wwww.who.int/gpsc/5may/Hand_Hygiene_Why_How_and_When_Brochure.pdf .

16

Anda mungkin juga menyukai