Anda di halaman 1dari 19

MINI PROJECT

INOVASI DIARY LANSIA UNTUK PEMANTAUAN LANSIA


DENGAN KOMORBID PADA MASA PANDEMI COVID 19 DI
PUSKESMAS KECAMATAN KALIDERES

Pembimbing :
dr. Rina Handayani

Disusun Oleh :
dr. Cipta Mahendra
dr. Giovanni Abrahan Mustopo
dr. Mellisa Noviyanti
dr. Nourma Kusuma Winawan
dr. Theodora Kristoforus

PUSKESMAS KECAMATAN KALIDERES


PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA
PERIODE 4 AGUSTUS 2020 – 5 NOVEMBER 2020
LEMBAR PENGESAHAN
PORTOFOLIO

INOVASI DIARY LANSIA UNTUK PEMANTAUAN LANSIA


DENGAN KOMORBID PADA MASA PANDEMI COVID 19 DI
PUSKESMAS KECAMATAN KALIDERES

Disusun oleh :
dr. Cipta Mahendra
dr. Giovanni Abrahan Mustopo
dr. Mellisa Noviyanti
dr. Nourma Kusuma Winawan
dr. Theodora Kristoforus

Telah disetujui dan disahkan oleh :


Dokter Pendamping

dr. Rina Handayani

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa yang dengan izin
dan berkat-Nya kami dapat menyelesaikan tugas Mini Project untuk memenuhi tugas
dokter internsip mengenai inovasi diary lansia untuk pemantauan pasien lansia
dengan komorbid pada masa pandemi covid 19 di Puskesmas Kecamatan Kalideres .
Kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu
penyususnan mini project ini, yaitu dr. Rinda Handayani selaku dokter pembimbing
yang telah memberikan waktunya untuk memberikan arahan, bimbingan dan
kerjasamanya dalam melancarkan pembuatan mini project ini.

Dengan adanya inovasi yang kami paparkan dalam Mini Project ini,
diharapkan upaya kesehatan terutama pada pasien lansia mengalami peningkatan
terutama dalam masa pandemi ini. Kami sadar bahwa Mini project ini masih banyak
memiliki kekurangan, maka dari itu, kami sebagai penyusun memohon maaf apabi;a
ada kesalahan-keasalaham. Kami kmengharapkan adanya kritik dan saran untuk
memperbaiki kesalahan-kesalagan di Mini Project ini di kesempatan lainnya.

Jakarta , 17 Oktober 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI ii
BAB I. LATAR BELAKANG 1
BAB II. PERMASALAHAN 2
BAB III. PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI 4
BAB IV. MONITORING & EVALUASI 11
DAFTAR PUSTAKA 13
LAMPIRAN 14

3
BAB I
LATAR BELAKANG
Corona Virus Disease-19 (COVID-19) adalah penyakit yang disebabkan oleh
Severe Acute Respiratory Syndrome Corona Virus 2 (SARS-CoV-2). Kasus ini
pertama kali ditemukan di Wuhan, Provinsi Hubei, Cina pada bulan Desember 2019.
Penyakit ini kemudian pandemi secara global beberapa bulan kemudian.
Total penderita COVID 19 hingga akhir bulan September 2020 secara global
adalah 33 juta dengan total kasus meninggal karena COVID 19 sebesar 996.000.
Total kasus terkonfirmasi COVID 19 di Indonesia hingga akhir bulan September
2020 adalah sebesar 275.000 dengan kasus meninggal sebanyak 10.386.
Prognosis dari infeksi virus corona dapat dipengaruhi oleh usia dan penyakit
komorbiditas. Usia lanjut usia dengan penyakit komorbid multipel dapat mengalami
gejala klinis yang berat dan memiliki prognosis yang buruk. Menurut CDC penyakit
bawaan yang sering menjadi masalah penyerta dan meningkatkan kemungkinan
seseorang menderita gejala klinis yang berat antara lain kanker, penyakit ginjal
kronis, penyakit paru obstruktif, kondisi immunokompromais, obesitas, penyakit
jantung, dan diabetes mellitus tipe 2. Prognosis pasien akan semakin buruk apabila
penyakit bawaan ini tidak terkontrol. Di sisi lain, kontrol rutin yang harus dilakukan
oleh lansia di fasilitas kesehatan dapat meningkatkan resiko seorang lansia untuk
mendapatkan infeksi virus corona.
Upaya tatalaksana dan monitoring penyakit tidak menular yang efektif dan
efisien sangat dibutuhkan pada masa pandemi. Upaya tatalaksana dan monitoring
yang efektif dan efisien sangat dibutuhkan agar resiko paparan lansia terhadap
kemungkinan terinfeksi virus SARS-COV2 dapat diperkecil namun disisi lain kontrol
dan monitoring penyakit tidak menular pada lansia tetap dapat dilakukan.
Makalah ini bertujuan untuk melakukan pembahasan upaya tatalaksana dan
monitoring penyakit tidak menular pada lansia pada masa pandemi.

1
BAB II
PERMASALAHAN
Oleh karena COVID-19 merupakan sebuah penyakit yang relatif baru dan
masih banyak yang belum dapat dipelajari, maka data dan penelitian mengenai
COVID 19 pun masih terbatas dan masih banyak berkembang. Meskipun demikian,
berdasarkan penelitian dan laporan yang telah ada, penuaan serta adanya
komorbiditas dapat meningkatkan terjadinya infeksi SARS-CoV-2 pada seseorang. 
Imunosenesens dikenal sebagai salah satu tanda penuaan, yakni penurunan
sistem kekebalan tubuh yang berlangsung secara perlahan akibat penuaan. Seiring
bertambahnya usia seseorang, gangguan pada sistem kekebalan tubuh baik yang
banyak dilaporkan terjadi. Dimana, pada saat merespon antigen, Toll-like Receptors
(TLRs) dan Antigen Representing Cells (APC)  nantinya akan mengingkatkan sekresi
dari berbagai macam sitokin dan sel efektor dari sistem kekebalan tubuh, namun pada
orang dengan usia tua ekspresi dan persinyalan TLR ini terganggu sehingga
menghasilkan sistem kekebalan yang tidak tepat.
Selain itu, orang dengan usia tua juga menunjukan produksi terus-menerus
dari mediator inflamasi dan sitokin atau banyak disebut dengan “Inflammaging”.
Adanya sistem kekebalan tubuh yang berlebih ini dapat menjelaskan bagaimana
hipertensi yang merupakan salah satu komorbid dapat memberikan efek yang buruk
terhadap infeksi dari SARS-CoV-2.
Orang tua yang memiliki kondisi kesehatan yang kronik seperti diabetes,
penyakit kardiovaskular serta penyakit paru lainnya tidak hanya lebih rentan
terinfeksi SARS-CoV-2, namun juga lebih berisiko mengalami kondisi atau gejala
yang lebih berat serta  meningkatan risiko kematian.
Beberapa komorbiditas dikaitkan dengan keparahan dari penyakit COVID-19.
Dimana prognosis yang buruk didapatkan pada pasien-pasien COVID 19 dengan
komorbid penyakit kardiovaskular. Beberapa penelitian juga melaporkan bahwa

2
pasien dengan diabetes mellitus tipe 2 juga lebih memungkinkan mengalami gejala
COVID-19 yang lebih parah.
Oleh karena itu, pasien dengan peyakit penyerta harus melakukan semua
tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menghindari infeksi SARS-CoV-2.
Tindakan pencegahan itu termaasuk mencuci tangan secara teratur dengan sabun,
mambatasi kontak dengan orang lain, mempraktikkan Social Distancing,
menggunakan masker di tempat umum, dan membatasi berpergian keluar rumah
terutama tempat umum termasuk datang ke fasilitas kesehatan. 

3
BAB III
PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI
Secara garis besar, pencegahan penyakit covid 19 dapat dibagi menjadi tiga
kategori diataranya adalah : pencegahan tingkat individu, pelayanan kesehatan jangka
panjang dan pencegahan pada  fasilitas kesehatan rawat jalan.

1. Individual level
Rekomendasi pada masyarakat untuk mencegah penyebaran virus covid yang
sangat cepat adalah sering mencuci tangan,hindari menyentuh bagian wajah
seperti mata hidung dan mulut, dan menjaga jarak minimal 2 meter (lebih baik
bila dapat lebih dari 4 meter) , tetap dirumah dan menggunakan penutup wajah
bila pergi keluar. Penggunaan masker dan menjaga jarak yang dilakukan oleh
bayak masyarakat akan menurunkan kecepatan penyebaran dari virus.

2. Pelayanan kesehatan jangka panjang


Rekomendasi ini dapat dibagi lagi menjadi 3 garis besar: organisasi, petugas
kesehatan, pengguna fasilitas kesehatan.
- Organisasi kesehatan : tugas dari organisasi yang paling penting adalah
melatih petugas kesehatan dari penggunaan alat pelindung diri (APD)
terutama prosedur pemakaian dan pelepasan APD. Organisasi haruslah
memastikan ketersediaan dan melacak pemberian APD . APD yang dimaksud
adalah masker bedah dan N95, gaun bedah, face shield , goggles dan sarung
tangan tidak steril. Selain itu juga harus ada dorongan dari organisasi untuk
penggunaan telemedicine sebagai salah satu solusi mengurangi penyebaran
virus baik untuk petugas kesehatan, staff dan dokter. Begitu juga dengan
pengunjung fasilitas kesehatan , harus dikurangi jumlah kunjungan dari
seseorang yang ingin menemani ataupun menjenguk bila memungkinkan. 
Para pekerja yang bekerja pada bidang yang berhubungan dibidang kesehatan
seperti  koki , petugas kebersihan admin dan lain-lainnya harus dilakukan

4
skrining suhu, dan juga harus ditanyakan apakah ada riwayat kontak dengan
kasus COVID-19 baik yang positif ataupun masih suspect.  Selain itu
organisasi kesehatan juga harus memiliki data yang lengkap tentang perkerja
dan bagian mereka  karena bisa terjadi outbreak mendadak. Organisasi juga
harus mencoba membatasi staff untuk bekerja dilantai yang sama atau
pengunjung yang sama setiap harinya. Semua obat harus ditinjau ulang,
penggunaan obat-obat yang tidak perlu seperti vitamin bisa dihentikan untuk
mengurangi jumlah kontak antara staf perawat dan pengunjung . (dalam
kasus ini maksudnya adalah pengunjung yang terus menerus datang hanya
untuk mengambil vitamin.) penggunaan nebulizer dan alat-alat yang dapat
menyebabkan penyebaran aerosol juga dibatasi ataupun diberhentikan.

- Pekerja kesehatan : rekomendasi untuk petugas kesehatan adalah


menghindari datang kefasilitas kesehatan begitu memiliki gejala infeksi
pernafasan atau demam. Melakukan hand hygine dengan baik baik
menggunakan alcohol ataupun mencuci tangandengan sabun. Hindari
berjabat tangan, menyentuh atau merangkul sesama petugas kesehatan. Ikuti
petunjuk penggunaan APD sesuai dengan guideline terbaru.

- Pengguna fasilitas kesehatan : rekomendasi untuk tidak makan bersama-


sama, terapi bersama-sama (seperti pijat , karoke dll) dan juga rekreasi harus
dihindari. Batasi tamu yang datang kerumah, termasuk keluarga dekat. Tunda
pengobatan yang tidak mendesak. Penggunaan masker harus dibatasi saat
meninggalkan ruangan. Bila ada seseorang yang dicuriagi mengarah ke
infeksi COVID, baik dengan gejala ataupun tidak sebaiknya dilakukan isolasi
dengan kontak minimal. Petugas kesehatan yang mau datang harus
menggunakan APD dan diperhatikan penggunaan dan pelepasan dari APD
tersebut.

5
3. Pelayanan Rawat Jalan, dilakukan dengan memperhatikan poin poin diatas,
dengan mengedukasi pasien untuk melakukan pengobatan dengan
menggunakan telemedicine kecuali terdapat tanda untuk gawat darurat.
Penggunaan masker juga diwajibkan agar tidak terjadi penyebaran kesesama
pekerja kesehatan.

Selain langkah-langkah tersebut, terdapat petunjuk yang direkomendasikan pada


lansia oleh International Association for Gerontology and Geriatrics (IAGG) untuk
regio benua asia dan osean. Berupa COVID-IAGG-AO yang merupakan singkatan
dari

C     Catnap ( cukup tidur )

O     Optimistic ( hindari emosi yang dapat menyebabkan depresi)

V     Vigor ( lakukan aktifitas diruangan tertutup)

I       Intake  ( nutrisi yang adekuat dan jaga kebersihan mulut)

D     Distancing ( menjaga jarak)

I       Increase social support (meningkatkan komunikasi dengan


menggunakan teknologi)

A     Administer routine medicine (penggunaan obat-obat secara rutin)

G     Get enough sunlight (berjemur dipagi hari)

G     Go to emergency room ( bila terdapat tanda bahaya seperti nafas


menjadi pendek, nyeri dada, demam terus menerus, asupan makanan
yang berkurang, merasa lemas sepanjang hari ataupun penurunan
kesadaran segera bawa ke IGD rumah sakit)

6
A     Actively wash your hand ( Rajin mencuci tangan )

O     Order your food and medical supplies through family (pasien lansia tidak
disarankan membeli makanan dan obat sendiri) 

Dari adanya kejadian Pandemi yang berlangsung selama tahun 2020 ini,
dibutuhkan suatu terobosan dalam melakukan pelayanan kesehatan terutama pada
golingan yang rentan seperti pada Lansia ini, apalagi para pasien Lansia bisa
memiliki penyakit komorbid sehingga memiliki resiko yang sangat tinggi terkena
COVID 19 dan juga memiliki prognosis yang kurang baik dibandingkan golongan
umur yang muda. Terdapat beberapa rekomendasi kesehatan dari organisasi
kesehatan yang dapat dilakukan untuk mengurangi kejadian COVID 19 pada lansia
dapat dikurangi dengan melakukan pencegahan melalui beberapa tingkatan
diantaranya individu lansia, tenaga kesehatan , program pelayanan lansia, organisasi
kesehatan.

1. Individu
Lakukan lebih sering mencuci tangan,hindari menyentuh bagian wajah seperti
mata hidung dan mulut, dan menjaga jarak minimal 2 meter (lebih baik bila
dapat lebih dari 4 meter) , tetap dirumah dan menggunakan penutup wajah
bila pergi keluar. Selain itu juga Pasien Lansia harus memiliki tidur yang
cukup (rekomendasi tidur yang cukup adalah tidak kurang dari 7 jam) .
Dukungan dari keluarga untuk selalu bersama pasien agar pasien tidak merasa
depresi sangatlah penting, Makanan yang sehat dan bergizi dengan intake
yang cukup dan obat yang di konsumsi Lansia juga harus diperhatikan oleh
keluarga. Paparan matahari yang cukup dan juga olahraga didalam ruangan
oleh lansia juga harus tetap dilakukan.

2. Tenaga kesehatan

7
Tenaga kesehatan harus menggunakan APD secara lengkap dan
memperhatikan pemasangan dan pelepasan APD tersebut. hindari kontak erat
sesama tenaga kesehatan diantaranya merangkul menjabat tangan dan
tindakan serupa. Tenaga kesehatan juga harus memperhatikan hand hygine, 
dengan melakukan cuci tangan dengan hand sanitizer ataupun sabun secara
rutin. Selain itu tenaga kesehatanyang memiliki tanda gejala seperti demam
ataupun infeksi saluran pernafasan segera melapor dan tidak datang kefasilitas
kesehatan.

3. Pelayanan kesehatan Lansia


Pelayanan kesehatan harus dilakukan seminimal mungkin yang berkontak
langsung terhadap pasien, bila memungkinkan dilakukan telemedicine pada
pasien Lansia karena mereka sangat rentan terhadap Covid-19 ini. pelayanan
juga harus mengurangi tindakan yang bersifat aerosol. Bila memang
telemedicine tidak memungkinkan , pasien harus wajib menggunakan masker,
rutin mencuci tangan, dan harus diperiksa apakah ada demam, dan ditanyakan
apakah ada gejala yang mengarah ke infeksi saluran pernafasan.

4. Organisasi kesehatan
Organisasi kesehatan memiliki peran penting dalam mencegah kejadian
COVID-19 pada Lansia. Organisasi kesehatan harus mengedukasi masyrakat
untuk mengurangi kunjungan ke fasilitas kesehatan bila bukan sesautu yang
gawat darurat. Selain itu juga harus memperhatikan pendataan yang lengkap
mengenai pasien yang sakit, dan juga data tenaga kesehatan yang lengkap
sehingga tidak diinginkan ketika terjadi outbreak. Organisasi kesehatan juga
harus menyediakan APD yang cukup disertai dengan supply yang baik ke
setiap fasilitas kesehatan.

Karena pelayanan telemedicine tidak memungkinkan pada semua pelayanan


Lansia difisilitas kesehatan karena membutuhkan internet yang baik dari pelayanan

8
kesehatan dan juga pasien Lansia , semua pasien Lansia harus memiliki alat
komunkasi seperti smartphone dan juga sistem pelayanan yang memadai. Sehingga
bila dilakukan pelayanan dengan telemedicine dapat menyebabkan angka kepatuhan
pengobatan pasien lansia menjadi menurun. Selain itu pemberian informasi mengenai
apakah yang harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan kepada lansia sangat minimal
karena hanya menggunakan edukasi lisan, dan juga tidak ada alat ukur yang dapat
mengukur kepatuhan pasien, sehingga kami menyarankan untuk dibuatnya sebuah
“Diarybook lansia” yang dapat digunakan untuk mengedukasi pasien secara terus
menerus tentang apa yang harus rutin mereka lakukan selama pandemic ini masih
ada.

Diary book Lansia ini akan memiliki beberapa bagian diantaranya adalah:

1. Edukasi terhadap pasien


Edukasi yang diberikan dengan bentuk diary ini akan mengingatkan pasien
terhadap apakah yang harus dilakukan, disertai dengan keterangan yang jelas
sehingga tidak membuat pasien bingung apakah yang harus dilakukan disertai
dengan gambar juga sebagai ilustrasi, sebagai contoh: berapa lama mereka
harus berjemur dibawah sinar matahari dan sebaiknya jam berapa, berapa
lama mereka harus melakukan olahraga didalam ruangan, makanan apa saja
yang sebaiknya mereka konsumsi, menggunakan masker yang baik dan benar
dan jenis masker apa saja yang sebaiknya mereka gunakan, cara mencuci
tangan yang baik dan benar dan edukasi jumlah tidur yang cukup untuk pasien
Lansia. dengan edukasi yang baik disertai dengan tampilan yang menarik
diharapkan angka kepatuhan pasien Lansia dapat meningkat.

2. Logbook pasien
Logbook ini berisi hal-hal seperti nutrisi pasien , apa saja jenis makanan yang
pasien makan , porsi dan juga jam mereka makan. Selain itu kepatuhan
meminum obat juga dicatat. Dengan adanya logbook ini kita dapat memantau

9
kepatuhan pasien, dan juga angka kepatuhan pasien menjadi lebih tinggi
karena dapat menjadi alat alarm bila pasien lupa mengkonsumsi obat. Peran
dari keluarga pasien juga sangat penting dalam mengisi logbook ini, sehingga
keluarga dapat memantau apakah Lansia sudah makan dan mengkonsumsi
obat dengan baik. selain itu dengan memberikan aktivitas pengisian logbook
ini diharapkan juga pasien menjadi aktif,  aktifitas mencatat dapat menjadi
stimulasi kognitif sehingga dapat menurunkan kejadian penyakit Alzaimer. 4

3. Family’s report (laporan dari pihak keluarga)


Laporan dari pihak keluarga bertujuan untuk keluarga dapat membantu
memantau kondisi pasien lansia, pencatatan nya juga hanya membutuhkan
waktu yang singkat. Tujuan dari bagian ini juga adalah menjaga kedekatan
pihak keluarga dan memberi perhatian yang lebih terhadap lansia. Terdapat
beberapa part seperti jam berapa lansia tidur, apakah ada gejala pada pasien
selama sebelum kontrol ( karena kunjungan ke fasilitas kesehatan dibatasi
selama pandemic bila tidak gawat dan darurat) disertai dengan tanggal gejala
tersebut. sehingga saat kontrol dokter dapat mengetahui dan memantau
apakah kondisi pasien baik-baik saja. Terdapat juga tempat untuk mencatat
tekanan darah dan temperature suhu pasien setiap harinya.

4. Catatan kontrol
Terdapat tanggal kontrol, keterangan obat yang diberikan kepada pasien dan
juga catatan dokter setelah membaca Diary logbook pasien, dengan catatan
tersebut dapat menjadi input bagi pasien dan keluarga pasien.

Untuk program jangka panjang , setelah program diary book lansia ini
berjalan beberapa bulan, dapat dilakukan motivasi kepada pihak keluarga dan lansia
juga dengan memberikan penghargaan kepada Lansia yang memiliki kepatuhan yang
baik dan rutin mengisi logbook. Penghargaan dapat berupa piagam/ sertifikat yang
diberikan kepada keluarga pasien, dan juga figure foto yang ditempel pada ruang

10
lansia yang akan berganti setiap bulan, dengan harapan bahwa dengan penghargaan
keluarga pasien dan pasien menjadi bangga dan meningkatkan kepatuhan pasien
tersebut, dan kepada lansia lain juga dapat menjadi dorongan untuk lebih patuh dalam
mengisi logbook

11
BAB IV
MONITORING & EVALUASI

Penelitian yang melihat infeksi COVID-19 pada lansia menunjukkan bahwa


perjalan klinis COVID-19 pada lansia serupa dengan subyek dengan usia yang lebih
muda. Gejala dimulai 2 - 7 hari sebelum pasien masuk rumah sakit, kebanyakan
demam, batuk serta sesak napas. Dalam kurun 3 - 7 hari setelah masuk rumah sakit,
banyak pasien mengalami gagal napas yang berlanjut menjadi acute respiratory
distress syndrome (ARDS) serta kematian. Mortalitas pasien berusia 60 - 69 tahun
sebesar 11%, diikuti dengan usia 50 - 59 tahun (3,8%), usia 40 - 49 tahun (1,5%), dan
di bawah 40 tahun (0,5%). Mortalitas pada lansia yang relationships tinggi dibanding
kelompok usia lainnya dapat dijelaskan melalui komorbiditas yang dimiliki lansia.
Komorbiditas yang dimaksud meliputi PPOK, hipertensi, penyakit kardiovaskular,
gagal jantung kongestif, aritmia, serta daibetes. Selain itu, pasien lansia dengan
komorbiditas juga memiliki kontak yang lebih banyak dengan sistem kesehatan
sehingga meningkatkan risiko paparan infeksi COVID-19. Studi juga menunjukkan
wanita mempunyai mortalitas lebih rendah daripada pria meskipun belum dapat
dijelaskan secara lengkap. Faktor lain yang memengaruhi prognosis pasien meliputi
onset gejala. Pada pasien yang inisiasi gejalanya berlangsung akut, dengan demam,
dispnea, saturasi oksigen yang lebih rendah, reaksi inflamasi yang tinggi serta jumlah
trombosit yang rendah, prognosisnya lebih buruk. 
Dengan adanya komorbiditas usia lanjut, infeksi COVID-19 pada populasi
lansia mempunyai prognosis yang lebih buruk. Efek potensial dari sitokin yang
berlebihan pada infeksi COVID-19 pada lansia dapat menyebabkan frailty, penurunan
kognitif, dan penyakit kardiovaskular. Di tengah pandemi COVID-19, rutinitas harian
serta fungsi fisik dari lansia perlu dipertahankan. Tiga aspek penting yang perlu
diperhatikan pada lansia adalah: (i) olahraga dan nutrisi, (ii) fungsi oral, serta (iii)
dukungan sosial. Bagi lansia yang mobilitasnya masih memungkinkan, sebisa

11
mungkin untuk mengurangi waktu duduk dan memperbanyak aktivitas berdiri dan
berjalan supaya menjadi otot tidak atrofi. Lebih lanjut lagi, nutrisi lansia juga penting
untuk diperhatikan karena berhubungan dengan sistem imun yang baik. Fungsi oral
dipertahankan dengan menjaga oral hygiene yang baik. Dukungan sosial juga sangat
penting dalam menjaga kesehatan mental.

12
DAFTAR PUSTAKA

13
LAMPIRAN

14

Anda mungkin juga menyukai