Disusun oleh:
dr. Nadya Fachfudyana
Pendamping:
dr. Rumintang Margareta
Oleh:
dr. Nadya Fachfudyana
Dokter Internsip Puskesmas Teluk Pucung
Laporan Mini Project ini diajukan dalam rangka memenuhi tugas internship di
Puskesmas
Nadya Fachfudyana1
Latar Belakang: Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan
sensitisasi sarcoptes scabiei varietas hominis dan salah satu faktor penyebab scabies
adalah kurang nya pengetahuan akan penyakit scabies. Kasus : anak laki-laki berusia
13 tahun dibawa ibunya ke puskesmas dengan keluhan gatal pada kedua tangan, sela jari
dan kedua perut yang disertai dengan gejala khas bentol kecil dan gatal di malam hari.
Tujuan: Mengetahui hubungan antara pengetahuan dengan penyakit skbies. Metode:
Laporan ini dibuat dengan metode studi kasus dengan pasien yang dipilih adalah pasien
laki-laki usia 13 tahun yang mengalami keluhan gatal di Kelurahan Teluk Pucung Kota
Bekasi. Pasien diperiksa kondisi fisiknya, ibu diwawancarai terkait penyebaran penyakit
dan Riwayat kebersihan pasien dan keluarga pasien, serta dilakukan evaluasi setelah
mendapat terapi yang sesuai dengan penyakit skabies. Hasil: Dari hasil kuisioner
didapatkan masih kurangnya tingkat pengetahuan akan penyakit scabies. Kesimpulan:
terdapat hubungan antara pengetahuan yang rendah terhadap penyakit scabies. Dengan
tingkat pengetahuan yang rendah akan penyakit scabies mayoritas tidak mengetahui
cara penyebaran penyakit tersebut dan berdampak kurang mengertinya bagaimana
menjaga kebersihan diri sendiri, keluarga dan lingkungan sekitar.
Kata kunci: scabies, bentol kecil pada area tubuh, gatal malam hari, pengetahuan dan
kebersihan diri yang rendah.
1
Dokter internsip di Puskesmas Teluk Pucung, Kota Bekasi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME, karena atas berkat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan Mini Project yang berjudul
“Hubungan Pengetahuan Dengan Penyakit Skabies Di Kelurahan Teluk Pucung
Kota Bekasi”. Laporan ini dibuat dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
menyelesaikan Program Internsip Dokter Indonesia di Puskesmas Teluk Pucung.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membimbing dan
membantu penyelesaian Laporan Mini Project ini, yaitu:
1. dr. Chairul Inda, selaku Kepala Puskesmas Teluk Pucung
2. dr. Rumintang Margareta, selaku pembimbing dokter internsip di Puskesmas
Bojong Rawalumbu
3. dr. Vernia, sebagai dokter pendamping di Puskesmas Telung Pucung
4. Rekan-rekan ahli gizi, perawat, bidan, dan paramedis di Puskesmas Teluk
Pucung
5. Teman-teman dokter internsip di Puskesmas Teluk Pucung
6. Orang tua penulis
7. Keluarga binaan sebagai subjek penelitian untuk laporan Mini Project ini
Penulis berharap laporan ini dapat memberikan pengetahuan tentang perkembangan
anak terutama pada anak dengan gizi buruk sehingga dapat digunakan dalam praktik
sehari-hari di fasilitas pelayanan kesehatan dasar. Akhir kata, penulis mohon maaf bila
ada kesalahan kata dan kekurangan dalam penulisan laporan ini.
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................................2
ABSTRAK................................................................................................................................3
KATA PENGANTAR..............................................................................................................4
DAFTAR ISI.............................................................................................................................5
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................16
BAB IV: PEMBAHASAN.....................................................................................................29
BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................33
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Salah satu masalah Kesehatan di dunia adalah penyakit scabies yang
disebabkan oleh sarcoptes scabeiei. Penyakit ini dapat menyerang semua orang
pada semua umur, ras dan level social ekonomi. Angka kejadian penyakit ini
diseluruh dunia dilaporkan sekitar 300 juta kasus pertahun dan dapat menyerang
negara berkembang maupun negara maju.
Menurut Depkes RI data dari puskesmas tahun 2008, angka kejadian
scabies 5,6-12,95%. Penyakit scabies di Indonesia mendapat urutan ke 3 dari 12
penyakit kulit tersering.
Pada beberapa orang, kelompok atau keluarga yang terkena penyakit ini
akan menimbulkan beberapa hal yang dapat mempengaruhi kenyamanan dalam
menjalani aktivitas kehidupannya. Penderita akan mengeluh gatal yang khas
dimalam hari, gatal yang terjadi teutama dibagian sela-sela jari tangan, dibawah
ketiak, pinggang, alat kelamin, bawah ketiak, sekeliling siku, aerola ( area
sekeliling putting susu) dan permukaan depan pergelangan, sehingga akan timbul
perasaan malu karena sangat mempengaruhi penampilan seseorang.
Scabies merupakan penyakit yang berkaitan dengan kebersihan diri,
angka kejadian scabies meningkat pada kelompok masyarakat yang hidup dengan
kondisi kebersihan diri dan lingkungan di bawah standar, hal ini disebabkan oleh
kurangnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit scabies. Kurangnya
pengetahuan tentang factor penyebab dan bahaya penyakit scabies membuat
penyakit ini dianggap sebagai penyakit yang biasa saja karena tidak
membahayakan jiwa. Selain itu rendahnya pengetahuan masyarakat tentang cara
penyebaran dan pencegahan scabies menyebabkan angka kejadian scabies tinggi
di beberapa kelompok masyarakat.
2. Presentasi Kasus
Identitas Pasien
Nama : An. H
Jenis Kelamin : laki-laki
Tanggal lahir : 26 Oktober 2008
Usia : 13 tahun
Alamat : Teluk Pucung RT 01/01, Bekasi Utara, Jawa Barat
Tanggal Pemeriksaan : 27 Februari 2021
Keluhan Utama
Pasien laki-laki berusia 13 Tahun dating ke poli balai pengobatan puskesmas
telukpucung Bekasi dengan keluhan gatal pada kedua tangan, sela jari dan perut
sejak 7 hari yang lalu.
Keluhan Tambahan
Keluhan disertai bentol kecil di tempat yang gatal terutama saat malam hari.
Riwayat Alergi
Makanan : (-)
Rhinitis alergi, konjungtivitis alergi, Dermatitis atopi disangkal pasien.
Riwayat Pekerjaan
Pasien merupakan seorang pelajar.
Riwayat Lingkungan dan Sosial Ekonomi
Pasien dan keluarga tinggal di sebuah rumah dengan luas sekitar 60 m 2 dengan
alas lantai dan dinding tembok namun tidak disertai dengan plafon atap, sehingga
berbatasan langsung dengan atap yang terbuat dari kayu. Sehari-hari ibu pasien
bekerja sebagai cleaning service. Ibu pasien menitipkan keduaa anaknya di rumah
nenek pasien. Keadaan lingkungan disekitar rumah nenek pasien sangat padat
penduduk. Banyak hewan unggas yang berkeliaran seperti ayam, burung merpati.
Keluarga pasien menjemur pakaian dipekarangan rumah yang sempit dan kurang
sinar matahari. Tidak adanya selokan air (GOT). Ibu pasien mengatakan
pendapatan per hari sekitar 100rb. Sedangkan ayah pasien bekerja sebagai buruh
bangunan dengan gaji 1juta /bulan.
Status Dermatologikus
Gambar 1. Regio abdomen dan extremitas superior
IV. Resume
Pasien laki-laki berusia 13 tahun datang ke poli balai pengobatan puskesmas
telukpucung bekasi dengan keluhan gatal pada kedua tangan, sela jari serta perut
sejak 7 hari yang lalu. Keluhan gatal hilang timbul namun lebih terasa pada
malam hari Keluhan disertai bentol kecil ditempat gatal, terlihat jelas pada kedua
tangan dan perut. Pasien mengatakan teman bermainya mengalami penyakit yang
serupa. Gejala tambahan yang pasien alami adalah gatal di malam hari hingga
sulit tidur, hygenitas kebersihan pasien kurang mulai dari sering berganti-ganti
handuk dengan adiknya, mandi hanya 1kali sehari, jarang mencuci tangan setelah
bermain hingga ketika ingin makan. Keluhan demam disangkal pasien. .
Pada pemeriksaan fisik didapati keadaan umum pasien tampak sakit ringan dan
kesadaran compos mentis, nadi 80/menit, suhu 36.5, pernapasan 20x/menit. Pada
status dermatologi. Regio abdomen dan manus bilateral tampak makula
hiperpigmentasi, papul sewarna dengan kulit dan vesikel berisi cairan bening
ukuran miliar, lentikuler diskret multiple , skuama di lesi.
V. Diagnosis Banding
- Prurigo
- Pedikulosis korporis
Skabies
VII. Penatalaksanaan
a. Non-medika mentosa
- Edukasi tentang penyakit pasien
- Edukasi agar minum obat teratur.
- Jaga kebersihan diri
- Mencegah bertambah hebatnya gatal yang ditimbulkan, dengan
menggunakan pakaian yang mudah menyerap keringat. Mengganti
seprai.
b. Medikamentosa
- Scabimite 10 g 1x single dose (permethrin 5 %)
- Cetirizine 1x 10 mg pada malam hari selama 1 minggu
- Multivitamin syrup 1x1 cth
VIII. Prognosis
Follow up 1
S : keluhan gatal pada malam hari berkurang (-).
O : Tampak sakit ringan, CM
BB: 35 kg RR: 24x/menit
TB: 145 cm Suhu: 36,9º C
Status lokalis : Eritema dan papul vesikel sudah mulai mengering dan
berkurang.
A : scabies pengobatan hari pertama
P : Cetirizine 1x 10 mg pada malam hari
Multivitamin syrup 1x1 cth
Follow up 2
S : Saat ini pasien tidak ada keluhan. Keluhan gatal dimalam hari tidak ada.
O : Tampak sakit ringan, CM
BB 35 kg RR 24x/menit
TB 145cm Suhu 36,9º C
Status lokalis : sudah tidak ditemukan lesi seperti papul dan vesikel, lesi
sudah mengering dan hanya terdapat ektima (koreng)
A : scabies dengan penyembuhan
P:-
Lampiran Foto
Scabies memiliki sinonim yaitu itch, sky bees, gudik, budukan gatal dan agogo.
Skabiesa dalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi
terhadap Sarcoptes scabiei var hominis dan produknya.1
II. Epidemiologi
Menurut WHO (World Health Organization) terdapat sekitar 300 juta kasus
skabies di dunia setiap tahunnya.2 Skabies termasuk penyakit kulit yang endemis di
wilayah beriklim tropis dan subtropis, seperti Afrika, Mesir, Amerika tengah,
Amerika selatan, Australia utara, Australia tengah, Kepulauan karabia, India, dan
Asia tenggara.3 Sebuah studi epidemiologi di United Kingdom (UK) menunjukkan
bahwa skabies lebih banyak terdapat di area perkotaan dan lebih sering terjadi pada
musim dingin dibandingkan musim panas.4 Skabies masih menjadi masalah utama
di banyak komunitas Aborigin di Australia, dimana berkaitan dengan tingkat
kemiskinan dan kepadatan penduduk. Hasil survei didapatkan prevalensi skabies
25% pada orang dewasa, sedangkan prevalensi tertinggi terjadi pada anak sekolah
yaitu 30-65%.3
Laporan tahunan Dinas Kesehatan Kota Bekasi tahun 2013 menunjukkan dari
sepuluh penyakit terbanyak yang berkunjung di beberapa puskesmas, penyakit kulit
infeksi menduduki peringkat ketiga, setelah ISPA diurutan pertama dan gastritis
diurutan kedua. Kejadian skabies pada tahun 2013 didapatkan sebanyak 1.926
kasus. Kejadian skabies terbanyak ditemukan di beberapa tempat seperti
puskesmas, tempat bermain dan tempat ibadah anak-anak yang mengaji.4
III. Etiologi1,5
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi
terhadap Sarcoptes scabiei var hominis dan produknya.. Sarcoptes scabiei termasuk
filum Arthropoda, kelas Arachnida, ordo Acarina, super famili Sarcoptes.
Secara morfologik merupakan tungau kecil berbentuk oval, punggungnya
cembung dan bagian perutnya rata. Tungau ini translusen, berwarna putih kotor,
dan tidak bermata. Ukurannya yang betina berkisar antara 330 – 450 mikron x 250
– 350 mikron, sedangkan yang jantan lebih kecil, yakni 200 – 240 mikron x 150 –
200 mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang didepan sebagai
alat untuk melekat dan 2 pasang kaki kedua pada betina berakhir dengan rambut,
sedangkan pada jantan pasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut dan keempat
dengan alat perekat.
1. Faktor Pengetahuan
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan meliputi faktor internal dan
eksternal
a. Faktor Internal: Usia, Pengalaman,
b. Faktor Eksternal: Pendidikan, Informasi, Sosial dan Budaya, Ekonomi,
Lingkungan
2. Faktor Sikap
3. Faktor Perilaku Personal Hygiene
a. Faktor Intern: Pengetahuan, persepsi, emosi, motivasi, dan sebagainya yang
berfungsi untuk mengolah rangsangan dari luar
b. Faktor Ekstern: Lingkungan sekitar, baik fisik maupun non fisik seperti
iklim, manusia, sosial ekonomi, kebudayaan, dan lain sebagainya.
4. Faktor Sanitasi Lingkungan
a. Ketersediaan Air Bersih
b. Kebersihan Kamar Tidur
c. Kelembapan
d. Luas Ventilasi
e. Pencahayaan
f. Kepadatan Hunian Kamar Tidur.
Menurut Pratiwi Aminah dkk berdasarkan hasil analisis data adanya hubungan
yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan kejadian scabies serta tingkat
prevalensi scabies. Tingkat pengetahuan yang rendah cenderung memiliki prevalensi
scabies lebih tinggi secara signifikan dibandingan dengan orang dengan tingkat
pengetahuan yang lebih tinggi.
Peneli lain juga meneliti tentang hubungan tingkat pengetahuan ibu pemulung
dengan personal hygiene pada kejadian scabies balita di tempat pembuangan akhir
kota semarang dengan menunjukan terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat
pengetahuan dengan kejadian scabies. Penelitian ini menjelaskan bahwa tingkat
pengetahuan berpengaruh terhadap sikap dan perilaku sehari-hari, terutama dalam
praktek kebersihan diri sehingga pemulung yang memilikipengetahuan yang rendah
cenderung tidak memperhatikan personal hygiene yang baik. Hal seperti itu semakin
meningkatkan kejadian scabies yang merupakan penyakit yang sangat terkait dengan
kebersihan diri.
VI. Patogenesis8,9
Siklus hidup ini menjelaskan mengapa pasien mengalami gejala selama bulan
pertama setelah kontak dengan individu yang terinfeksi. Setelah sejumlah kutu
(biasanya kurang dari 20) telah dewasa dan telah menyebar dengan cara bermigrasi
atau karena garukan pasien, hal ini akan berkembang dari rasa gatal awal yang
terlokalisir menjadi pruritus generalisata. Selama siklus hidup kutu ini, terowongan
yang terbentuk meluas dari beberapa milimeter menjadi beberapa centimeter.
Terowongan ini tidak meluas kelapisan bawah epidermis, kecuali pada kasus
hiperkeratosis scabies Norwegia, kondisi dimana terdapat kulit yang bersisik,
menebal, terjadi imunosupresan, atau pada orang-orang tua dengan jumlah ribuan
kutu yang menginfeksi. Telur-telur kutu ini akan dikeluarkan dengan kecepatan 2-3
telur perharinya dan massa feses(skibala) terdeposit pada terowongan. Skibala ini
dapat menjadi iritan dan menimbulkan rasa gatal. Reaksi hipersensitivitas akibat
adanya benda asing mungkin menjadi penyebab lesi. peningkatan titer IgE dapat
terjadi pada beberapa pasien scabies, bersama dengan eosinofilia, dan reaksi
hipersensitivitas tipe langsung akibat reaksi dari kutu betina ini. Kadar IgE
menurun dalam satu tahun setelah terinfeksi. Eosinofil kembali normal segera
setelah dilakukannya perawatan. Fakta bahwa gejala yang timbul jauh lebih cepat
ketika terjadi reinfeksi mendukung pendapat bahwa gejala dan lesi scabies adalah
hasil dari reaksi hipersensitivitas.
Selain bentuk skabies yang klasik, terdapat pula bentuk-bentuk yang tidak
khas, meskipun jarang ditemukan. Kelainan ini dapat menimbulkan kesalahan
diagnostik yang dapat berakibat gagalnya pengobatan. Bentuk-bentuk
skabiesantara lain :
1. Skabies pada orang bersih
Klinis ditandai dengan lesi berupa papula dan kanalikuli dengan jumlah
yang sangat sedikit, kutu biasanya hilang akibat mandi secara teratur.
2. Skabies nodular
Lesi berupa nodul kecoklatan yang gatal, nodul terjadi akibat
reaksi hipersensitivitas terhadap Sarcoptes scabiei. Umumnya terdapat pada
daerah yang tertutup terutama pada genitalia, inguinal dan axila. Pada
nodul yang lama tungau sukar ditemukan, dan dapat menetap selama beberapa
minggu hingga beberapa bulan walaupun telah mendapat pengobatan anti
skabies.
3. Skabies incognito
Penggunaan obat steroid topikal atau sistemik dapat menyamarkan gejala
dan tanda pada penderita apabila penderita mengalami skabies. Akan
tetapi dengan penggunaan steroid, keluhan gatal tidak hilang dan dalam waktu
singkat setelah penghentian penggunaan steroid lesi dapat kambuh kembali
bahkan lebih buruk. Hal ini mungkin disebabkan oleh karena penurunan respon
imun seluler.
5. Uji tetrasiklin
Pada lesi dioleskan salep tetrasiklin yang akan masuk ke dalam
kanalikuli. Setelah dibersihkan, dengan menggunakan sinar ultraviolet dari
lampu Wood, tetrasiklin tersebut akan memberikan efluoresensi kuning
keemasan pada kanalikuli.
X. Diagnosis Banding
Skabies merupakan the great immitator karena menyerupai banyak penyakit kulit
dengan keluhan gatal seperti :
a. Prurigo nodularis 11,12
Merupakan tanda klinik yang kronis yaitu nodul yang gatal dan secara
histologi ditandai adanya hiperkeratosis dan akantosis hingga ke bawah
epidermis. Sedangkan pada skabies ditemukan Sarcoptes scabiei di bagian
teratas epidermis yang mengalami akantosis. Pada prurigo, penyebabnya belum
diketahui. Namun dalam beberapa kasus,faktor stress emosional menjadi salah
satu pemicu sehingga sulit untuk ditentukan apakah ini adalah penyebab atau
akibat dari prurigo sedangkan pada skabies disebabkan oleh adanya tungau
Sarcoptes scabiei melalui pewarnaan Hematoksilin-Eosin (H.E).
b. Pedikulosis korporis
d. Folikulitis11
XI. Penatalaksanaan17,18,19,20,21
Bila kontak dengan jaringan hidup, preparat ini akan membentuk hidrogen
sulfida dan pentathionic acid (CH2S5O6) yang bersifat germisid dan
fungisid. Secara umum sulfur bersifat aman bila digunakan oleh anak-anak,
wanita hamil dan menyusui serta efektif dalam konsentrasi 2,5% pada bayi.
Kerugian pemakaian obat ini adalah bau tidak enak, mewarnai pakaian dan
kadang-kadang menimbulkan iritasi.
c. Benzyl benzoate
Benzyl benzoate adalah ester asam benzoat dan alkohol benzyl yang
merupakan bahan sintesis balsam peru. Benzyl benzoate bersifat neurotoksik
pada tungau skabies. Digunakan sebagai 25% emulsi dengan periode kontak
24 jam dan pada usia dewasa muda atau anak-anak, dosis dapat dikurangi
menjadi 12,5%. Benzyl benzoate sangatefektif bila digunakan dengan baik
dan teratur dan secara kosmetik bisa diterima. Efek samping dari benzyl
benzoate dapat menyebabkan dermatitis iritan pada wajah dan skrotum,
karena itu penderita harus diingatkan untuk tidak menggunakan secara
berlebihan. Penggunaan berulang dapat menyebabkan dermatitis alergi.
Terapi ini dikontraindikasikan pada wanita hamil dan menyusui, bayi, dan
anak-anak kurang dari 2 tahun. Tapi benzyl benzoate lebih efektif dalam
pengelolaan
resistant crusted scabies. Di negara-negara berkembang dimana sumber daya
yang terbatas, benzyl benzoate digunakan dalam pengelolaan skabies sebagai
alternatif yang lebih murah.
d. Lindane (Gamma benzene heksaklorida)
XII. Prognosis
Dengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakain obat, serta syarat
pengobatan dan menghilangkan faktor predisposisi antara lain hiegene, serta orang
yang berkontak erat dengan pasien harus diobati, maka penyakit ini dapat
diberantas dan prognosis baik
BAB III METODOLOGI
Laporan ini dibuat dengan menggunakan metode studi kasus di mana subjek
penelitian adalah salah seorang pasien di Puskesmas Teluk Pucung. Pasien yang terpilih
kemudian diwawancara dan di ikuti perkembangannya selama 1 bulan. Metode pengambilan
data-data didapatkan melalui pemeriksaan langsung di Puskesmas dan tempat tinggal pasien
dan menggunakan recall dari orang tua pasien. Sehingga sangat mungkin adanya bias recall
pada data-data yang didapatkan pada laporan ini.
Penulis melakukan dua kali pertemuan tatap muka dengan follow up sebanyak dua
kali selama bulan maret – April 2021. Pertemuan pertama dilakukan di Puskesmas saat pasien
pertama kali teridentifikasi pada tanggal 27 Februari 2021. Follow up pertama dilakukan di
rumah pasien 1 hari setelah pemberian tatalaksana. Selanjutnya follow up kedua dilakukan di
tempat tinggal pasien dengan hasil keluhan sudah membaik. Penulis mengidentifikasi
lingkungan tempat tinggal pasien, interaksi keluarga pasien, sanitasi, dan penerapan edukasi
yang telah diberikan. Selain itu penulis juga memberikan edukasi lanjutan untuk
memperbaiki kondisi pasien pada setiap pertemuan.
BAB IV: PEMBAHASAN
Pada kasus ini, pasien anak laki-laki (An. SP) berusia 1 tahun 6 bulan datang dibawa
ibunya dengan keluhan BAB cair sejak 5 hari yang lalu dengan ampas yang sangat sedikit
disertai dengan bau busuk, demam, dan tanda-tanda dehidrasi berupa mata cekung, bibir
kering, turgor kulit melambat, dan air mata kering. Selain itu, ibu pasien juga mengatakan
berat badan pasien tidak bertambah dan pasien belum mampu untuk duduk dan berdiri.
Pasien selalu ingin duduk di pangkuan orang tua dan sangat rewel bila dicoba didudukan
sendiri. Pasien juga tampak sangat lemah dan selalu bersandar pada orang tua.
Berdasarkan kondisi umum terkait BAB cair, pasien dikategorikan mengalami
dehidrasi ringan sedang dengan kecurigaan penyebab diare adalah infeksi bakteri karena
disertai bau busuk dan demam. Terkait pertumbuhan, berdasarkan perhitungan berat badan
menurut umur sesuai kurva WHO, pasien termasuk gizi buruk, sementara berdasarkan
perhitungan tinggi badan menurut umur sesuai kurva WHO, pasien termasuk berperawakan
sangat pendek.
Untuk perkembangan saat ini, berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan sesuai dengan
kuesione pra skrining perkembangan (KPSP) untuk anak usia 15 bulan, tampak pasien
mengalami keterlambatan perkembangan. Berdasarkan KPSP untuk anak usia 15 bulan,
untuk motorik halus, seharusnya pasien mampu untuk mempertemukan 2 kubus kecil yang
sedang dipegang dan mampu untuk memungut benda-benda kecil seperti kacang, kismis atau
biskuit namun pasien hanya mampu untuk memungut benda kecil dan tampak kesulitan saat
mempertemukan 2 kubus kecil yang dipegangnya. Untuk motorik kasar, pasien seharusnya
mampu untuk berdiri dan berjalan dengan seimbang, namun pasien sama sekali belum dapat
berdiri dan berjalan. Saat ini pasien hanya mampu duduk dengan bantuan. Untuk sosialisasi
dan kemandirian, seharusnya pasien mampu bertepuk tangan dan melambai tanpa bantuan
serta menunjuk sesuatu yang diinginkannya tanpa menangis dan merengek. Saat ini pasie
mampu untuk bertepuk tangan tanpa bantuan namun terkadang masih menunjuk sesuatu yang
diinginkannya dengan menangis atau merengek. Sementara untuk perkembangan bahasa, di
usia 15 bulan, seharusnya pasien mampu untuk mengatakan papa saat memanggil atau
melihat ayahnya dan mengatakan mama saat memanggil atau melihat mamanya. Namun
pasien masih bergumam dan belum dapat dengan jelas mengucapkan papa dan mama.
Pada pasien keterlambatan perkembangan pasien sangat dipengaruhi oleh banyak
faktor. Faktor risiko paling awal yang dimiliki adalah terkait masa kehamilan, dimana ibu
baru menyadari kehamilan di usia 6 bulan. Padahal pada usia kehamilan 22 hari, janin
didalam kandungan sudah memasuki tahap perkembangan neural tube yang akan menjadi
saraf pusat dan perifer. Terlambat menyadari kehamilan, dapat berkontribusi pada tidak
optimalnya nutrisi ibu selama masa kehamilan awal yang akhirnya berpengaruh pada kurang
optimalnya perkembangan saraf termasuk otak anak. Selain itu, terlambat menyadari
kehamilan akan berpengaruh pada kurangnya stimulasi yang diberikan ibu bagi janin selama
kehamilan, padahal stimulasi ini sangat penting dalam perkembangan janin di dalam
kandungan.
Pasien yang terlahir prematur dengan berat badan lahir rendah juga berpengaruh pada
perkembangan di masa selanjutnya. Bayi premature dengan berat lahir rendah sangat
membutuhkan perhatian dan penanganan khusus agar mampu mengejar pertumbuhan dan
perkembangan yang optimal. Selain itu bayi premature dengan berat lahir rendah juga lebih
rentan mengalami infeksi karena sistem imun tubuh yang belum optimal. Bila infeksi yang
dialami berulang, maka nutrisi yang diperoleh anak hanya digunakan tubuh untuk melawan
proses infeksi sehingga anak akan kekurangan nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan
dan perkembangannya.
Nutrisi yang kurang merupakan faktor lain yang juga sangat berpengaruh pada
terlambatnya perkembangan pasien. Hingga usia 4 bulan, pasien masih mendapatkan ASI
eksklusif. Namun setelahnya, pasien tidak lagi mendapat ASI karena menurut ibu pasien, ASI
nya sudah tidak lagi keluar sehingga pasien diberikan susu formula tanpa berkonsultasi
dengan dokter atau tenaga kesehatan lainnya. Penggantian ASI ke susu formula di usia yang
sangat dini akan sangat berpengaruh pada sistem pencernaan dan imunitas bayi. Bayi yang
diberikan susu formula terlalu dini akan mudah mengalami diare sehingga nutrisi yang
diperolehnya lebih mudah terbuang dan tidak dapat digunakan untuk tumbuh dan
berkembang. Selain itu, penggantian susu dari susu formula ke kental manis juga sangat
mempengaruhi status nutrisi pasien. Hal ini disebabkan karena kandungan dalam kental
manis tidak mencukupi untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan anak. Selain
kental manis, pasien juga hanya mendapatkan tambahan makanan pendamping yang kurang
bergizi seperti jajanan di warung. Hal ini semakin memperparah status nutrisi pasien. Nutrisi
pasien yang sangat kurang, membuat pasien sangat lemah sehingga pasien tidak mampu
menggerakan tubuhnya dengan leluasa yang akhirnya berpengaruh pada keterlambatan
perkembangan pasien.
Faktor ekonomi juga menjadi faktor yang tidak kalah penting dalam keterlambatan
perkembangan pasien. Status sosio ekonomi yang rendah berpengaruh pada kemampuan
keluarga untuk menyediakan nutrisi yang sesuai untuk kebutuhan dan perkembangan anak.
Selain itu, status ekonomi juga berhubungan dengan rendahnya edukasi orang tua.
Rendahnya edukasi pada orang tua sangat berpengaruh pada stimulasi yang diberikan untuk
pasien. Walaupun keluarga sangat menyayangi pasien, namun orang tua tidak mampu
memberikan stimulus yang tepat sesuai usia anak sehingga perkembangan yang dimiliki anak
pada tiap tahapan umur tidak maksimal. Selain itu, edukasi yang rendah juga membuat
kondisi orang tua tidak paham dengan kondisi anak, baik secara medis, pertumbuhan maupun
perkembangannya. Hal ini terbukti dimana saat pasien dibawa untuk diperiksakan karena
BAB cairnya, orang tua tidak menyadari bahwa anaknya mengalami keterlambatan
pertumbuhan dan perkembangan. Faktor sosio ekonomi juga berpengaruh pada lingkungan
tempat tinggal pasien. Kebersihan dan sanitasi yang buruk berpengaruh pada imunitas pasien.
Imunitas yang rendah disertai dengan kebersihan dan sanitasi yang buruk sangat
memudahkan pasien mengalami infeksi. Bila infeksi terus berulang, maka nutrisi yang
diperoleh hanya dihabiskan untuk pemulihan diri dari proses infeksi dan tidak ada lagi nutrisi
yang cukup untuk pertumbuhan dan perkembangan yang optimal.
Penanganan kondisi dehidrasi dan gizi buruk untuk pasien sudah tepat melalui
pemberian mineral mix dan susu F75 untuk 3 hari pertama dan F100 untuk 7 hari selanjutnya.
Ibu pasien juga sudah lebih memperhatikan pemberian nutrisi untuk pasien sesuai anjuran
dokter. Berdasarkan follow up yang dilakukan, pasien juga tampak sudah lebih baik dari
kondisi sebelumnya. Pasien sudah alami kenaikan berat badan serta sudah lebih bertenaga
dan tampak lebih ceria. Keluaraga pasien juga sudah mengupayakan mengejar keterlambatan
perkembangan dengan memberikan stimulus seperti membantu mengajarkan duduk, berdiri
dan berbicara. Karena tubuh yang lebih kuat, pasien sudah tampak lebih mudah belajar untuk
mengejar perkembangannya. Orang tua juga disarankan untuk melihat buku KIA yang sudah
dimiliki untuk membantu menentukan stimulasi apa harus diberikan untuk anak sesuai
tahapan umur.
BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Perkembangan pada anak dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berhubungan,
yaitu faktor internal seperti ras, genetik, usia dan jenis kelamin serta faktor eksternal
seperti kondisi saat dalam kehamilan (nutrisi, pertumbuhan perkembangan janin, ada
tidaknya penyakit, infeksi atau kelainan bawaan), kondisi saat persalinan (ada
tidaknya trauma atau penyulit persalinan), serta kondisi pasca persalinan (nutrisi,
lingkungan, stimulasi).
2. Perkembangan anak dipantau dalam 4 aspek utama yaitu motorik kasar, motorik
halus, bicara dan bahasa, serta sosialisai dan kemandirian.
3. Tiap tahapan umur memiliki milestone perkembangan yang harus dicapai agar anak
dapat memiliki perkembangan yang optimal.
4. Status nutrisi yang rendah akan berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan
anak. Namun, keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan dapat dikejar bila anak
masih berada dalam usia perkembangan serta terus diberikan nutrisi serta stimulasi
yang tepat.
Saran
1. Tenaga kesehatan harus mampu dan selalu mengingat untuk mengevaluasi
pertumbuhan dan perkembangan untuk setiap pasien anak yang datang ke fasilitas
kesehatan agar intervensi lebih awal dapat diberikan bila ditemukan adanya
keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan pada anak.
2. Tenaga kesehatan dapat berkoordinasi dengan kader di wilayah kerjanya untuk
memantau tumbuh kembang anak melalui posyandu dan membantu mengedukasi ibu
terkait pertumbuhan dan perkembangan anak dengan memanfaatkan buku KIA yang
didapat ibu sejak awal kehamilan
DAFTAR PUSTAKA
1. Handayani, D., Sulastri, A., Mariha, T. and Nurhaeni, N., 2017. Penyimpangan
Tumbuh Kembang Anak dengan Orang Tua Bekerja. Jurnal Keperawatan Indonesia,
20(1), pp.48-55.
2. Hockenberry, M & Wilson, D. 2012. Wong’s Essentials of Pediatric Nursing (9th Ed.).
St Louis: Elsevier Inc
3. Kementrian Kesehatan RI. 2016. Buku Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi, dan
Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar.
4. Kementrian Kesehatan RI. 2019. Hasil Utama Riskesdas 2018. Jakarta ; Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
5. Lantz SE, Ray S. Freud Developmental Theory. [Updated 2020 May 10]. In: StatPearls
[Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK557526/
6. Nguyen PH, DiGirolamo AM, Gonzalez‐Casanova I, et al. Influences of early child
nutritional status and home learning environment on child development in Vietnam.
Matern Child Nutr. 2018;14:e12468. https://doi.org/10.1111/mcn.12468
7. Prado, E. and Dewey, K., 2014. Nutrition and brain development in early life.
Nutrition Reviews, 72(4), pp.267-284.
8. Sally Grantham-McGregor, Patrice Engle, Maureen Black, et al. Developmental
potential in the fi rst 5 years for children in developing countries. Lancet 2007; 369:
60–70
9. UNICEF. Malnutrition prevalence remains alarming: stunting is declining too slowly
while wasting still impacts the lives of far too many young children. Dapat diakses di
https://data.unicef.org/topic/nutrition/malnutrition/
10. Tasnim, T., 2018. Determinants of Malnutrition in Children Under Five Years in
Developing Countries: A Systematic Review. Indian Journal of Public Health Research
& Development, 9(6), p.333.
11. Beer, S., Juarez, M., Vega, M. and Canada, N., 2015. Pediatric Malnutrition. Nutrition
in Clinical Practice, 30(5), pp.609-624.
Lampiran Kuesioner
B. Karakteristik Responden
1. Nama Responden :
2. Umur :
3. Jenis Kelamin :
4. Pendidikan :
C. Penyakit Skabies
No Pernyataan Ya Tidak
1 Apabila anda pernah mengalami penyakit
gatal dengan gejala gatal terutama di
malam hari
2 Apakah anda mengetahui tentang
penyakit kudis ?
D. Pengetahuan
1. Apakah anda tahu apa itu penyakit skabies (gudikan)?
a. Tahu b. Tidak tahu
2. Apakah anda tahu penyebab dari penyakit skabies (gudikan)?
a. Tahu b. Tidak tahu
3. Menurut anda apakah penyakit skabies (gudikan) itu menular?
a. Menular b. Tidak menular
4. Berapa kali anda biasanya menjemur kasur dalam 1 bulan?
a. 1 kali b. 2 kali c. 3 kali
5. Berapa lama anda biasanya menjemur kasur?
a. < 6 jam b. > 6 jam
No Pernyataan Benar Salah
1 Penyakit scabies (gudikan) adalah
penyakit kulit seperti gatal-gatal
yang disebabkan kutu tungau
2 Bintik-bintik kecil sampai besar
berwarna kemerahan dan bernanah
adalah tanda terjadi scabies (gudikan)
3 Bagian tubuh yang sering terkena
scabies (gudikan) adalah ketiak, alat
kelamin, siku dan bagian depan
pergelangan tangan
4 Cara penularan scabies (gudikan) dapat
melalui kontak langsung dengan kulit
penderita
5 Siapa saja dapat menderita penyakit
Scabies (gudikan)
6 Saling menukar pakaian dengan teman
dapat beresiko terkena scabies (gudikan)
7 Mandi dua kali sehari dapat mencegah
Scabies (gudikan)
8 Kutu tungau penyebab scabies
(gudikan) dapat berkembang biak di air
yang kotor
9 Gatal-gatal pada malam hari dengan
suhu panas dan lembab adalah gejala
scabies
10 Berjabat tangan dengan penderita
Scabies (gudikan) dapat menularkan
scabies
12 Baju dan handuk yang lembab harus
dijemur di matahari untuk mencegah
kutu tungau penyebab scabies (gudikan)
13 Cara penularan scabies (gudikan) dapat
melalui kontak tidak langsung dengan
kulit penderita seperti pakaian,
handuk, dan sprei yang digunakan
penderita
14 tidak tukar menukar handuk dan pakaian
dengan teman atau anggota keluarga
E. dapat mencegah scabies (gudikan)
15 Kutu tungau penyebab scabies (gudikan)
bisa mati jika terkena sinar matahari
Sanitasi Lingkungan
No Pernyataan Memenuhi Tdk
Syarat Memenuhi
Syarat
1 Penyediaan air bersih
a. Air tidak berasa
b. Air tidak berbau
c. Air tidak berwarna
d. Air tidak keruh
2 Pembuangan air limbah
a. Tidak menimbulkan genangan air
yang menjadi sarang nyamuk
b. Tidak menimbulkan bau
c. Tidak becek
3 Penyediaan tempat sampah
a. Mudah dibersihkan
b. Kedap air
c. Mempunyai tutup
4 Jamban Keluarga
a. Tinja tidak dapat dijamah oleh
serangga atau tikus
b. Lantai kedap air
c. Jamban mudah dibersihkan
d. Tersedia air bersih dan alat
pembersih
5 Ventilasi dan Pencahayaan
a. Terdapat ventilasi
F. b. Luas ventilasi 10% dari lantai
c. Cahaya dapat masuk ke dalam
ruangan
6 Kondisi Kamar Tidur
a. Luas kamar 8 m 2 untuk 2 orang
b. Terdapat ventilasi
c. Kamar rapi
Personal Hygiene
No Pernyataan Selalu Kadang- Tidak
Kadang Pernah
1 Apakah keluarga Bapak/Ibu mandi
minimal 2 kali sehari
2 Apakah keluarga Bapak/Ibu mandi
menggunakan sabun
3 Apakah keluarga Bapak/Ibu ketika mandi
memakai sabun masing-masing
4 Apakah keluarga Bapak/Ibu mengganti
pakaian minimal 1 kali dalam sehari
5 Apakah keluarga Bapak/Ibu menggunakan
handuk masing-masing saat mandi
6 Apakah keluarga Bapak/Ibu mencuci
rambut minimal 2 kali sehari
7 Apakah keluarga Bapak/Ibu menggunakan
shampoo saat mencuci rambut
G. 8 Apakah keluarga Bapak/Ibu menggunakan
air bersih saat mencuci
9 Apakah keluarga Bapak/Ibu menggunakan
handuk yang kering dan bersih setelah
mencuci rambut
10 Apakah keluarga Bapak/Ibu mengganti
handuk satu minggu sekali
11 Apakah keluarga bapak/ibu memiliki
tempat meletakkan jemuran handuk yang
habis dipakai stelah mandi
12 Apakah keluarga bapak/ibu mencuci
sprey menggunakan deterjen
13 Apakah keluarga bapak/ibu mengganti
sprey 1 kali dalam seminggu?
14 Apakah keluarga bapak/ibu menggunakan
sprey yang sudah di setrika?
15 Apakah keluarga bapak/ibu menggunakan
baju yang sudah di setrika?
16 Apakah keluarga bapak/ibu menjemur
kasur dibawah terik matahari?
Sosial Ekonomi
1. Berapa pendapatan keluarga dalam sebulan rata-rata?
a. < 1jt/bln b. 1-3 jt/bln c. > 3jt/bln
2. Berapa pengeluaran keluarga dalam sebulan rata-rata?
a. < 1jt/bln b. 1-3 jt/bln c. > 3jt/bln
3. Pendidikan terakhir Kepala Keluarga?
a. SD b. SMP c. SMA d. S1
4. Berapakah jumlah tanggungan dalam keluarga?
a. 3 b. 4 c. > 4
5. Berapakah jumlah anggota keluarga yang bekerja?
a. 1 b. 2 c. 3
6. Apakah jenis pekerjaan Kepala Keluarga?
.......................................................................
7. Apakah keluarga anda pergi ke puskesmas jika ada salah satu keluarga yang sakit?
a. Ya b. Tidak c. Jarang d. Sering