REFRESHING KADER TB Berdasarkan data Profil Kesehatan Berdasarkan RPK Puskesmas Leksono 2 Ketua kader masing – Refreshing kader TB Evaluasi diadakan tiap 1
PUSKESMAS LEKSONO Indonesia pada tahun 2018, pada tahun 2017, data cakupan masing desa memilih 5 Puskesmas Leksono 2 bulan sekali oleh petugas
2 persentase jumlah kasus baru penemuan pasien baru TB paru BTA kader untuk perwakilan dari dilaksanakan pada Puskesmas dan Dokter
26 JUNI 2019 tuberkulosis paru terkonfirmasi positif sebesar 50%, sedangkan cakupan masing – masing desa. 5 tanggal 26 Juni 2019 yang bertugas di masing
bakteriologis di Indonesia banyak kesembuhan pasien TB paru BTA positif kader dari tiap desa ini akan bertempatan di Aula – masing desa bersama
ditemukan pada penduduk usia adalah 100%. Maka diperlukan upaya mengikuti refreshing kader Puskesmas Leksono 2. dengan 5 kader yang
produktif: usia 15-24 tahun (16,41%), untuk menjaring 50% pasien yang belum TB yang dilaksanakan di Tiap desa mengirimkan 5 menjadi perwakilan dari
usia 25-34 tahun (18,29%), usia 35- terdeteksi TB karena dengan kepatuhan Puskesmas Leksono 2. kader perwakilan untuk tiap desa dalam
44 tahun (18,93%), dan usia 45-54 pengobatan yang baik angka Dengan jadwal kegiatan mengikuti Refreshing pertemuan Refreshing
tahun (19,97%). Angka Case kesembuhannya adalah 100%. sebagai berikut : Kader TB. Peserta Kader TB.
Detection Rate (CDR) penyakit TB di 6. Kader datang dan mengikuti kegiatan Hal yang dievaluasi
Indonesia adalah 60,7%, yang berarti Setelah dilakukan analisis penyebab mengisi daftar hadir sebagai berikut : adalah
jumlah pasien baru TB BTA positif masalah, penyebab cakupan temuan yang disediakan oleh 1. Kader datang dan 1. Pengetahuan kader
yang ditemukan dan diobati baru kasus baru TB paru BTA positif antara petugas Puskesmas mengisi daftar hadir lain mengenai materi
sebesar 60,7%. Dari 204.394 kasus lain: kurangnya pemahaman masyarakat 7. Kader menempatkan diri yang disediakan oleh yang sudah diberikan
baru TB paru terkonfirmasi mengenai penyakit TB, kurangnya sesuai tempat yang petugas Puskesmas narasumber
bakteriologis pada tahun 2018, sosialisasi tenaga kesehatan mengenai disiapkan 2. Kader menempatkan 2. Capaian suspek
sebanyak 81,88% dinyatakan penyakit TB, kurangnya penemuan kasus 8. Kader mendapatkan diri sesuai tempat berdasarkan target
pengobatan berhasil (baik sembuh oleh kader kesehatan, pencarian kasus materi dari narasumber yang disiapkan yang sudah ditentukan
maupun pengobatan lengkap). oleh kader kesehatan yang belum 9. Kader mempraktikkan 3. Kader mendapatkan menurut masing –
Angka ini menunjukkan bahwa maksimal, dan tidak ada transpor kader apa yang sudah materi dari masing desa
semakin banyak kasus TB dapat untuk penemuan suspek. Maka, sebagai diberikan narasumber narasumber 3. Cara kader dalam
terdeteksi dan diobati, dengan solusi pemecahan masalah, kami dan menanyakan hal 4. Kader mempraktikkan wawancara terhadap
monitoring yang baik, pengobatan mengusulkan refreshing dan yang belum dipahami apa yang sudah suspek TB
akan berhasil. Oleh karena itu, pendampingan langsung kader kepada narasumber diberikan narasumber 4. Pengetahuan kader
diperlukan suatu upaya untuk kesehatan dalam upaya meningkatkan 10.Kader menularkan ke dan menanyakan hal mengenai kualitas
menjaring tersangka TB sehingga temuan kasus baru TB paru BTA positif. kader lain mengenai apa yang belum dipahami sputum yang dapat
angka penemuan kasus baru TB paru Diharapkan kader TB tersebut dapat yang sudah diberikan di kepada narasumber dikirim ke Puskesmas
BTA positif meningkat dan demikian membuka wawasan masyarakat dengan pertemuan ini 5. Kader menularkan ke 5. Kesulitan kader dalam
dapat segera dilakukan intervensi. memberikan edukasi mengenai penyakit kader lain mengenai mencari suspek
TB kepada masyarakat sekitarnya dan apa yang sudah
Untuk mencapai tujuan dan sasaran sekaligus meningkatkan pengetahuan diberikan di
pembangunan kesehatan, dan ketrampilan kader dalam menjaring pertemuan ini
dibutuhkan peran serta masyarakat suspek TB, yang selanjutnya diharapkan
sebagai salah satu strategi memberikan kontribusi dalam
penyelenggaraan pembangunan memberantas penyakit TB di Indonesia.
kesehatan, meliputi perorangan
misalnya kader kesehatan, tokoh
masyarakat, tokoh agama, politisi,
figur masyarakat, kelompok
masyarakat misalnya posyandu,
organisasi kemasyarakatan ,
organisasi profesi, lembaga sosial
masyarakat dan pemerintah yang
berperan sebagai agen perubahan
untuk penerapan perilaku hidup
sehat.
Kegiatan di Meja 5
Kegiatan pelayanan
kesehatan dan pelayanan
KB, imunisasi, serta
pemberian oralit.
Kegiatan ini dilaksanakan
oleh petugas kesehatan
dari puskesmas.
SAFARI KB Pembangunan kesehatan untuk Menurut World Population Data Sheet Cara melaksanakan Cara melaksanakan 1.Dilakukan pencatatan
PUSKESMAS LEKSONO meningkatkan kesadaran, kemauan, 2013, Indonesia merupakan negara ke-5 kegiatan: kegiatan pelayanan dan pelaporan program
2 dan kemampuan hidup sehat untuk di dunia dengan estimasi jumlah 1.Konseling pemasangan KB implan: KB dari tiap bidan di desa
4 JULI 2019 setiap orang agar terwujud derajat penduduk terbanyak, yaitu 249 juta. Di 2.Mendekatkan pelayanan 1. Tindakan pra 2.Mengevaluasi hasil
kesehatan masyarakat yang setinggi- antara negara ASEAN, Indonesia dengan dan meningkatkan pemasangan: program KB setiap
tinggi, sebagai investasi bagi luas wilayah terbesar tetap menjadi pengayoman kepada menanyakan adakah bulannya
pembangunan sumber daya manusia negara dengan penduduk terbanyak, masyarakat melalui keluhan, informed
yang berproduksi secara sosial dan jauh di atas 9 negara anggota lain. pengembangan dan consent, persiapan
ekonomis. Upaya kesehatan yang Dengan Angka Fertilitas atau Total pemantapan jaringan alat dan bahan
diselenggarakan dalam bentuk Fertility Rate (TFR) 2,6, Indonesia masih pelayanan serta rujukan 2. Pemasangan KB
kegiatan dengan melibatkan berada di atas rata-rata TFR negara 3.Tersedianya pelayanan implan (2 batang)
promotif, preventif, kuratif, dan ASEAN, yaitu 2,4. Pada tahun 2050, kontrasepsi seperti 3. Tindakan pasca
rehabilitasi yang dilaksanakan secara diprediksi jumlah penduduk Indonesia puskesmas bidan praktek pemasangan
terpadu, komprehensif, dan akna terus mengalami peningkatan atau klinik kesehatan. 4. Observasi setelah
berkesinambungan. menjadi sebanyak 309-330 juta, masih 4.Membina jaringan pemasangan KB
Penyelenggaraan upaya kesehatan menjadi negara ke-6 dengan penduduk pelayanan alat kontrasepsi implan
dalam Undang-Undang Nomor 36 terbesar di dunia. sampai ke pos KB kelompok 5. Konseling pasca
Tahun 2009 tentang kesehatan Data SDKI 2012 menunjukkan tren KB pemasangan KB
termasukd idalamnya adalah Prevalensi Penggunaan Kontrasepsi atau 5.Mengembangkan implan
pelayanan Keluarga Berencana (KB) Contraceptive Prevalence Rate (CPR) di memantapkan pola Cara melaksanakan
yang juga memperhatikan fungsi Indonesia sejak 1991-2012 cenderung pemakaian kontrasepsi kegiatan pelayanan
sosial, nilai, norma agama, sosial meningkat, sementara tren Angka rasional yaitu yang pencabutan KB implan:
budaya, moral, dan keadilan profesi. Fertilitas cnderung menurun. Tren ini diarahkan kepada cara-cara 1. Tindakan sebelum
Dalam Undang-Undang Nomor 52 menggambarkan bahwa meningkatnya kontrasepsi yang sesuai usia pencabutan:
Tahun 2009 tentang Pengembangan cakupan wanita usia 15-49 tahun yang PUS dan keinginan PUS menanyakan adakah
Kependudukan dan Pembangunan melakukan KB sejalan dengan keluhan, informed
Keluarga disetujui oleh penduduk menurunnya angka fertilitas nasional. Kegiatan safari KB implan di consent, persiapan
sebagai modal dasar dan faktor Berdasarkan SDKI 2012, AKI melonjak Puskesmas Leksono 2 alat dan bahan
dominan pembangunan harus menjadi 359/100.000 kelahiran meliputi: 2. Pencabutan batang
menjadi titik sentral pembangunan (peringkat 3 di ASEAN) dan AKB naik 1. Pelayanan pemasangan implan
pembangunan. Untuk itu dilakukan menjadi 32/100.000 kelahiran hidup KB implan 3. Menutup luka insisi
peralihan angka kelahiran sehingga (peringkat 4 di ASEAN). Tingginya laju 2. Pelayanan pencabutan
terwujud pertumbuhan populasi pertumbuhan penduduk Indonesia KB implan
yang seimbang melalui perizinan (1,49% per tahun) dan rendahnya 3. Pelayanan pemasangan
untuk membantu pasangan suami- kualitas penduduk akan menjadi beban KB IUD
istri untuk melahirkan pada usia yang pembangunan. RPJMN 2015-2019 4. Pelayanan pencabutan
ideal, jumlah anak, dan jumlah menargetkan tercapainya kondisi KB IUD
kelahiran anak yang ideal dengan penduduk tumbuh seimbang, hal ini 5. Konseling KB
menggunakan cara, alat dan obat menunjukkan pentingnya peran
kontrasepsi. Keluarga Berencana sebagai intervensi
untuk memperbaiki indeks
Dengan telah diterbitkannya pembangunan sumber daya manusia
Undang-Undang Nomor 24 Tahun Indonesia.
2011 tentang BPJS maka BPJS
melaksanakan program Jaminan
Kesehatan. Perubahan ini perlu juga
akan berimplikasi terhadap
kebijakan, strategi dan program KB
yang memerlukan kompatibilitas dan
tidak terpenuhi pasangan usia subur
tehadap kebutuhan pelayanan KB.
ANTENATAL CARE Kematian ibu dan anak merupakan Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia Kelas ibu hamil dilakukan Kegiatan kelas ibu hamil Evaluasi kegiatan
CLASS hasil dari interaksi berbagai aspek, saat ini telah berhasil diturunkan dari dengan cara sebagai dilaksanakan dengan dilakukan setelah
DESA SAWANGAN baik aspek klinis, aspek sistem 390 per 100.000 Kelahiran Hidup pada berikut: metode: kegiatan pelaksanaan
18 JULI 2019 pelayanan kesehatan, maupun tahun 1991 menjadi 359 per 100.000 KH 1. Persiapan kegiatan - Ceramah, dengan kelas ibu hamil dilakukan,
faktor-faktor non kesehatan yang pada tahun 2012 (Survei Demografi - Menentukan menggunakan lembar yaitu 6 (enam) kali dalam
mempengaruhi pemberian Kesehatan Indonesia, SDKI). Meskipun sasaran/peserta ibu balik kelas ibu hamil setahun di masing-
pelayanan klinis dan demikian, masih diperlukan upaya keras hamil dan Buku KIA oleh masing desa (5 desa),
terselenggaranya sistem pelayanan untuk memenuhi target MDGs 2015 - Menentukan tempat bidan Desa Sawangan yaitu pada bulan Januari,
kesehatan secara optimal. Oleh yaitu menurunkan angka kematian ibu kegiatan dan Dokter yang Maret, Mei, Juli,
karen itu, diperlukan kesamaan menjadi 102 Kelahiran Hidup, dan target - Persiapan alat, bahan, bertugas September, dan
persepsi dan pengertian dari semua SDGs (Sustainable Development Goals) materi (ruang belajar, - Diskusi interaktif, November. Evaluasi akan
pihak mengenai pentingnya dan yaitu menurunkan Angka Kematian Ibu alat tulis menulis, dengan menggali dilakukan oleh bidan
peran berbagai aspek tersebut dalam menjadi 70/100.000 Kelahiran Hidup buku KIA, lembar pengalaman dan koordinator puskesmas.
penanganan masalah kematian ibu pada akhir tahun 2030. Selama kurun balik, buku pedoman, pengetahuan peserta Hasil dari evalusi dan
dan neonatal sehingga strategi untuk waktu 15 tahun terakhir ini, masyarakat tikar/karpet) - Praktek cara analisa pelaksanaan
mengatasinya harus merupakan telah mengenal Buku KIA sebagai buku - Pemberitahuan menyusui oleh bidan program akan dibuat
integrasi menyeluruh dari berbagai merah muda yang merupakan salah satu pelaksanaan kegiatan Desa Sawangan dan rencana tindak lanjut dan
aspek tersebut. Seperti diketahui instrumen pelayanan kesehatan ibu dan kepada sasaran Dokter yang bertugas disosialisasikan. Laporan
bahwa saat ini angka kematian ibu di anak yang diterima langsung oleh ibu - Penjelasan umum dan - Diawali dengan pre akan disusulkan setelah
Indonesia merupakan yang tertinggi dan keluarga. Dapat dikatakan, perkenalan test, diakhiri dan post kegiatan dan evaluasi
di ASEAN yaitu 359/100.000 penggunaan buku KIA merupakan salah 2. Pelaksanaan kegiatan test dan kesimpulan pelaksanaan program
Kelahiran Hidup. Itu berarti setiap satu langkah strategis dalam - Evaluasi awal/pre oleh Dokter yang dilakukan, yaitu pada
tahunnya di Indonesia lebih dari meningkatkan kemandirian masyarakat test bertugas bulan Januari, Maret,
15.000 ibu meninggal saat hamil, di bidang kesehatan ibu dan anak - Pemberian materi - Senam ibu hamil oleh Mei, Juli, September, dan
melahirkan dan nifas. Masalah termasuk penerapan keluarga dalam kelas ibu hamil bidan Desa Sawangan November.
kesehatan ibu dan anak ini sangat pemenuhan gizi ibu hamil dan anak - Evaluasi akhir/post Setiap hasil kegiatan
dipengaruhi pleh berbagai faktor. serta stimulasi perkembangan anak. test dan kesimpulan kelas ibu hamil akan
Namun yang perlu diperhatikan Buku KIA diberikan kepada setiap ibu 3. Pencatatan dan tindak dicatat ke dalam formulir
bahwa besarnya akses dan kualitas hamil pada saat kunjungan pertama lanjut sesuai standar. Evaluasi
pelayanan kesehatan ibu hamil, pemeriksaan kehamilan di pelayanan - Pencatatan hasil program akan
bersalin, nifas, KB pasca persalinan kesehatan. Hasil pemeriksaan kehamilan pelayanan/kegiatan dilaksanakan setelah
dan anak menjadi hal penting yang tersebut dicatat dalam buku KIA. Sejak - Evaluasi dan kegiatan dilaksanakan,
harus diperhatikan. Oleh karena itu, itu ibu hamil dan keluarganya penyusunan rencana pada forum lokakarya
Kementerian Kesehatan melakukan diharapkan membaca dan memahami isi tindak lanjut mini bulanan dan
berbagai upaya strategis dalam buku KIA yang memuat informasi tribulanan.
meningkatkan kesehatan ibu dan tentang kebutuhan pelayanan
anak melalui peningkatan akses dan kesehatan dan gizi bagi ibu hamil,
kualitas pelayanan kesehatan ibu persiapan kelahiran, perawatan bayi
hamil, bersalin, nifas, KB pasca salin baru lahir dan kebutuhan pelayanan
dan anak. Berbagai upaya strategis kesehatan, gizi, imunisasi serta tumbuh
tersebut dilakukan dengan kembang anak dari bayi hingga anak
melibatkan berbagai pihak (lintas berumur 6 tahun, termasuk juga tentang
program/lintas sektor, organisasi Keluarga Berencana. Kelas ibu hamil
profesi, institusi kesehatan dan pihak adalah sarana untuk belajar kelompok
lain yang terkait), baik di tingkat bagi ibu hamil, yang bertujuan untuk
pusat maupun daerah. Sehingga meningkatkan pengetahuan dan
komitmen bersama menjadi kunci keterampilan ibu-ibu mengenai
utama dalam keberhasilan kehamilan, perawatan kehamilan,
peningkatan kesehatan ibu dan anak. persalinan, perawatan nifas termasuk KB
pasca salin, perawatan bayi baru lahir
dengan menggunakan buku KIA.
Pada tahun 2017, hasil pelayanan KIA di
wilayah kerja Puskesmas Leksono 2
menunjukkan bahwa cakupan K1
sebesar 98 %, K4 88%, persalinan
ditolong tenaga kesehatan sebesar 95%,
komplikasi obstetri ditangani 126%,
cakupan peserta KB aktif 84%, akseptor
KB MJP sebanyak 84%, dan kepatuhan
terhadap standar ANC bernilai 7 (tingkat
kinerja sedang). Dengan adanya
program kelas ibu hamil, diharapkan
angka cakupan indikator yang telah
dicapai dapat dipertahankan sekaligus
memperbaiki angka cakupan indikator
yang masih di bawah target.
STIMULASI DETEKSI Pembangunan kesehatan sebagai Salah satu upaya untuk mendapatkan Ada 3 jenis deteksi dini Cara melaksanakan Pencatatan dilakukan
INTERVENSI DINI bagian dari upaya membangun anak yang sehat tumbuh kembangnya tumbuh kembang yang kegiatan stimulasi deteksi dalam format pelaporan
TUMBUH KEMBANG manusia seutuhnya antara lain adalah dengan melakukan upaya dapat dikerjakan oleh intervensi dini tumbuh yang biasa dilakukan
ANAK diselenggarakan melalui upaya pemantauan pertumbuhan dan tenaga kesehatan di tingkat kembang anak adalah setiap akhir bulan dan
DESA JLAMPRANG kesehatan anak yang dilakukan perkembangan anak atau yang dikenal puskesmas dan jaringannya, sebagai berikut: akan dilaporkan ke Dinas
23 JULI 2019 sedini mungkin sejak anak masih di dengan Stimulasi Deteksi Intervensi Dini yaitu : 1.Melaksanakan Kesehatan. Evaluasi
dalam kandungan. Upaya Tumbuh Kembang (SDIDTK). Stimulasi 1.Deteksi dini koodinasi dan komunikasi kegiatan SDIDTK anak
kesehatan ibu yang dilakukan adalah kegitan merangsang penyimpangan dengan lintas sektor dan dilaksanakan secara
sebelum dan semasa hamil hingga kemampuan dasar anak umur 0-6 pertumbuhan, bertujuan lintas program secara berjenjang di semua
melahirkan, ditujukan untuk tahun agar anak tumbuh dan untuk mengetahui dan terpadu. tingkatan oleh karena
menghasilkan keturunan yang berkembang secara optimal. Stimulasi menemukan status gizi 2.Melaksanakan SDIDTK kegiatan ini merupakan
sehat dan lahir dengan selamat. ini dapat dilakukan oleh ibu, ayah, kurang/buruk. Dilakukan di posyandu atau bagian yang tidak
Upaya kesehatan yang dilakukan pengganti orang tua (pengasuh), dengan cara PAUD/TK terpisahkan dari
sejak anak masih di dalam anggota keluarga lain, atau jika anak menggunakan pengukuran 3. Mencatat nama dan pelayanan kesehatan
kandungan sampai lima tahun telah masuk PAUD maka menjadi berat badan terhadap usia anak yang menjadi masyarakat.
pertama kehidupannya, ditujukan tanggung jawab lembaga untuk tinggi badan (BB/TB) dan sasaran SDIDTK
untuk mempertahankan membantu stimulasinya. Deteksi pengukuran lingkar kepala 4. Melakukan pengukuran
kelangsungan hidupnya sekaligus adalah kegiatan/pemeriksaan untuk anak. berat badan terhadap
meningkatkan kualitas hidup menemukan secara dini adanya 2.Deteksi dini tinggi badan (BB/TB)
anak agarmencapai tumbuh penyimpangan tumbuh kembang pada penyimpanan untuk menentukan status
kembang optimal baik fisik, mental, balita dan anak pra sekolah. Intervensi perkembangan, bertujuan gizi anak
emosional maupun sosial serta adalah suatu tindakan tertentu pada untuk mengetahui 5. Melakukan pengukuran
memiliki intelegensi majemuk sesuai anak yang mempunyai gangguan perkembangan lingkar kepala anak
dengan potensi genenetiknya. perkembangan dan kemampuan anak (keterlambatan), 6. Melakukan deteksi dini
Adapun dasar hukum diantaranya, menyimpang karena tidak sesuai gangguan daya lihat, perkembangan dengan
yaitu: dengan umurnya. Penyimpangan gangguan daya dengar. menggunakan KPSP,
a.UUD 1945 Pasal 28B Ayat 2 perkembangan biasa terjadi pada salah Dilakukan dengan cara TDD, dan TDL.
menyatakan bahwa “setiap anak satu atau lebih kemampuan anak skrining atau pemeriksaan
berhak ataskelangsungan hidup, yaitu kemampuan gerak kasar, gerak perkembangan anak
tumbuh dan berkembang serta halus, bicara dan bahasa, serta menggunakan kuesioner pra
berhak atasperlindungan dari sosialisasi dan kemandirian anak. skrining (KPSP), Tes Daya
kekerasan dan diskriminasi”. Masa 5 tahun pertama kehidupan Dengar (TTD) dan Tes Daya
Selanjutnya Pasal 28H Ayat 1 merupakan masa yang sangat peka Lihat (TDL).
menegaskan bahwa “setiap orang terhadap lingkungan dan masa ini 3.Deteksi dini penyimpanan
berhak untuk memperoleh berlangsung sangat pendek serta tidak mental emosional,
pelayanan kesehatan”; dapat diulang kembali, maka masa bertujuan untuk
b.Undang-undang RI Nomor 36 balita disebut sebagai “masa mengetahui adanya
tahun 2009 tentang Kesehatan; keemasan”(golden period), ”jendela masalah mental emosional,
c.Undang-undang RI Nomor 35 tahun kesempatan (window of opportunity) autisme, dan gangguan
2014 tentang Perubahan atas UU RI dan “masa kritis”(critical period). pemusatan perhatian dan
Nomor 23 tahun 2002 tentang Pembinaan tumbuh kembang anak hiperaktivitas. Dilakukan
Perlindungan Anak (UUPA) secara komprehensif dan berkualitas dengan cara deteksi dini
diselenggarakan melalui kegiatan masalah mental emosional
stimulasi, deteksi dan intervensi dini pada anak pra sekolah
penyimpangan tumbuh kembang dengan menggunakan
balita dilakukan pada “masa kritis” Kuesioner Masalah Mental
tersebut di atas. Dengan ditemukannya Emosional (KMME), Deteksi
secara dini penyimpangan atau masalah Dini Autis pada anak
tumbuh kembang pada anak, maka prasekolah (menggunakan
intervensi yang akan dilakukan checklist for autism toddlers
tentunya akan lebih mudah dan fokus pada anak umur 18-36
dilaksanakan dan selain itu tenaga bulan), deteksi dini
kesehatan juga mempunyai “waktu” gangguan pemusatan
yang cukup dalam membuat rencana perhatian dan
tindakan/intervensi yang sesuai. hiperkaktivitas (GPPH)
pada anak pra sekolah
(menggunakan formulir
deteksi dini GPPH).
F4 – GIZI POS PEMULIHAN GIZI Pos gizi atau PPG (Pos Pemulihan Riskesdas 2018 menunjukkan adanya Kegiatan ini dilakukan Pos Pemulihan Gizi Setelah pelaksanaan pos
DESA SAWANGAN Gizi) atau disebut juga CFC perbaikan status gizi pada balita di dengan tujuan untuk dilaksanakan dengan : gizi dilakukan pencatatan
20 JUNI 2019 (Community Feeding Center) Indonesia. Proporsi status gizi sangat meningkatkan status gizi 1. Menyusun menu dan evaluasi. Evaluasi
didirikan berdasarkan pedoman pendek dan pendek turun dari 37,2% balita dan menurunkan 2. Melakukan advokasi kegiatan berupa :
pelayanan bersama DITA (Dini, (Riskesdas 2013) menjadi 30,8%. jumlah balita gizi buruk, gizi pada calon sasaran, a. Adanya peningkatan
Tanggap dan Asuh) sebagai tindak Demikian juga proporsi status gizi buruk kurang dan balita 2T yaitu balita dan ibu – berat badan dari
lanjut dari Desa siaga melalui pokja dan gizi kurang turun dari 19,6% terutama pada balita di ibu di Desa Sawangan peserta pos
Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi). (Riskesdas 2013) menjadi 17,7%. Desa Sawangan. Tujuan 3. Menentukan jadwal pemulihan gizi Desa
Pos Gizi merupakan suatu wadah khusus dari tersusunnya pos gizi Desa Sawangan
atau sarana untuk meningkatkan Menurut hasil SPM Puskesmas Leksono kegiatan ini adalah Sawangan b. Adanya partisipasi dari
pengetahuan ibu balita dan 2 tahun 2017 didapatkan hasil cakupa a. Untuk meningkatkan 4. Menentukan tempat desa dan masyarakat
masyarakat agar mampu berperilaku upaya perbaikan gizi masyarakat adalah berat badan balita gizi pos gizi Desa Desa Sawangan
kadarzi dengan baik dan mampu sebesar 92% yang menunjukkan bahwa buruk, gizi kurang, balita Sawangan
mengatasi masalah gizi dan upaya kesehatan masyarakat di bidang 2T di Desa Sawangan 5. Menentukan sarana
kesehatan pada umumnya. Pos gizi gizi sudah baik. b. Untuk meningkatkan kebutuhan pos gizi
adalah tempat pemulihan balita gizi pengetahuan ibu balita 6. Pelaksanaan pos gizi
buruk atau gizi kurang agar menjadi Namun menurut hasil SMD dan MMD gizi buruk, gizi kurang, 7. Balita datang dan
gizi baik oleh ibu balita didampingi tahun 2017 gizi seimbang masih menjadi balita 2T di Desa melakukan absen
kader dan merupakan tempat masalah urutan ke 14 dengan presentasi Sawangan kehadiran oleh
mempraktekkan perilaku positif sebesar 97,2%. c. Untuk meningkatkan petugas Puskesmas
(perilaku yang dilakukan oleh pemberdayaan Leksono 2
keluarga kurang mampu tetapi Berdasarkan hasil identifikasi masalah masyarakat Desa 8. Ibu balita didampingi
anaknya gizi baik/ keluarga positive SPM Puskesmas Leksono 2 ada Sawangan oleh kader pos gizi,
deviance(PD). beberapa cakupan kegiatan gizi yang d. Sebagai sarana dalam petugas Puskesmas
Kegiatan pos gizi merupakan masih tidak mencapai target, yaitu pendidikan dan Leksono 2 serta
kegiatan swadaya masyarakat yang sebagai berikut : penyuluhan gizi dan Dokter yang bertugas
memerlukan dukungan dari desa 1. Cakupan balita ditimbang 76% kesehatan masyarakat memasak hidangan
dan lintas program serta lintas (kurang 24%) Desa Sawangan pos gizi
sector terkait. Tim dari tenaga 2. Cakupan balitan naik berat badan 9. Pemberian
kesehatan meliputi pelaksana gizi, 85% (kurang 15%) Kegiatan Pos Pemulihan Gizi penyuluhan oleh
dokter umum/perawat, dokter gigi/ Cakupan keluarga sadar gizi dan ini terdiri dari rincian Dokter yang bertugas
perawat gigi, petugas promosi cakupan balita BGM sudah mencapai kegiatan seperti berikut : 10.Balita makan bersama
kesehatan, petugas sanitasi dan target, yaitu 100%. 1. Penyuluhan 11.Kesepakatan untuk
bidan desa setempat. Disamping itu 2. Pemeriksaan kesehatan kegiatan berikutnya
juga memerlukan dukungan dari Guna terus memperbaiki dan 3. Praktik pembuatan 12.Evaluasi
tokoh masyarakat serta kader pos mempertahankan status gizi yang baik menu sehat dan (penimbangan berat
gizi yang biasanya diambil dari kader pada masyarakat, maka disusunlah seimbang badan, perubahan
kesehatan. Dimana kegiatannya kegiatan Pos Pemulihan Gizi Puskesmas perilaku/pola asuh)
meliputi penyuluhan Leksono 2. oleh kader Desa
gizi/PHBS/penyakit menular dan Sawangan dan
tidak menular/ kesehatan gigi dan petugas Puskesmas
mulut/ sanitasi; pemeriksaan Leksono 2
kesehatan; pemeriksaan gigi;
praktek pembuatan menu sehat dan
seimbang; PAUD; praktek
pembuatan kerajinan tangan;
asuhan gizi untuk bayi dan anak
balita.
Dengan masih ditemukannya
balita gizi buruk atau gizi kurang
serta balita 2T (dua bulan berturut-
turut tidak naik berat badannya)
maka perlu didirikannya pos gizi.
Dengan adanya wadah pos gizi
diharapkan dapat memperbaiki dan
meningkatkan berat badan balita
sehingga dapat meningkatkan status
gizi balita; dapat meningkatkan
pengetahuan ibu balita mengenai
masalah gizi dan kesehatan pada
umumnya; dapat meningkatkan
partisipasi dan pemberdayaan
masyarakat; serta sebagai sarana
dalam pendidikan dan penyuluhan
gizi dan kesehatan.
POS PEMULIHAN GIZI Pos gizi atau Pos Pemulihan Usia balita merupakan periode Kegiatan pos . Langkah-langkah Setelah pelaksanaan
DESA JLAMPRANG Gizi (PPG) atau disebut juga CFC pertumbuhan dan perkembangan pemuihan gizi dilakukan pelaksanaan pos pos gizi dilakukan
29 JUNI 2019 (Community Feeding Center) yang sangat pesat dan rawan terhadap dengan sasaran Balita gizi pemulihan gizi adalah pencatatan dan
didirikan berdasarkan pedoman kekurangan gizi. Hasil Riskesdas 2018 buruk tanpa komplikasi, sebagai berikut: evaluasi. Evaluasi
pelayanan bersama DITA (Dini, menunjukkan prevalensi balita dengan balita gizi kurang, dan 1. Menyusun menu kegiatan berupa :
Tanggap, dan Asuh) sebagai tindak gizi kurang dan gizi buruk sebesar balita 2T di wilayah kerja 2. Melakukan a. Adanya
lanjut dari desa siaga melalui pokja 17,7%, dengan prevalensi balita gizi Puskesmas Leksono 2. advokasi pada peningkatan
Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi). kurang dan gizi buruk masing-masing Metode yang digunakan calon sasaran berat badan
PPG merupakan suat wadah sebesar 13,8% dan 3,9%. Sedangkan ialah penyuluhan, 3. Menentukan jadwal b. Adanya
atau sarana untuk meningkatkan prevalensi balita sangat pendek pemeriksaan dan pos pemulihan gizi partisipasi dari
pengetahuan ibu balita dan sebesar 11,5%; balita pendek 19,3%. konsultasi kesehatan, 4. Menentukan desa dan
masyarakat agar mampu berperilaku RPJMN (Rencana Pembangunan praktek pembuatan menu tempat pos masyarakat
sadar gizi dengan baik dan mampu Jangka Menengah Nasional) sehat dan seimbang, pemulihan gizi
mengatasi masalah gizi dan menargetkan pada tahun 2019 konsultasi pembuatan 5. Menentukan sarana
kesehatan pada umumnya. PPG prevalensi balita gizi kurang dan gizi menu makan sehat dan kebutuhan pos
adalah tempat pemulihan balita gizi buruk sebesar 17%, serta prevalensi seimbang serta pemulihan gizi
buruk atau gizi kurang agar menjadi balita sangat pendek dan pendek kandungan gizi pada 6. Pelaksanaan pos
gizi baik oleh ibu balita didampingi menjadi 28%. makanan. pemulihan gizi
kader serta petugas kesehatan dan Puskesmas sebagai unit pelayanan 7. Ibu dan balita
merupakan tempat mempraktikkan kesehatan terdepan dan terdekat datang dan
perilaku positif (perilaku yang dengan masyarakat. Puskesmas melakukan absen
dilakukan oleh keluarga kurang merupakan penanggung jawab kehadiran
mampu tetapi anaknya memiliki penyelenggara upaya kesehatan 8. Ibu balita
status gizi baik/keluarga positive tingkat pertama. Puskesmas dan didampingi oleh
deviance (PD). jejaringnya harus membina Upaya kader pos
Kegiatan PPG merupakan Kesehatan Berbasis Masyarakat. pemulihan gizi gizi
keguatan swadaya masyarakat yang Puskesmas adalah sarana kesehatan memasak hidangan
memerlukan dukungn dar desa dan terdepan yang memberikan pelayanan sesuai dengan
lintas program serta lintas sektor kesehatan termasuk gizi kepada menu yang telah
terkait. Tim dari tenaga kesehatan masyarakat guna mempersiapkan, ditentukan
meliputi pelaksana gizi, dokter memelihara dan mempertahankan 9. Penyuluhan dan
umum/perawat, dokter gigi/perawat agar setiap orang mempunyai status pemeriksaan
gigi, petugas promosi kesehatan, gizi baik, dapat hidup sehat dan kesehatan oleh
petuga sanitasi, dan bidan desa produktif. petugas kesehatan
setempat. Disamping itu, juga 10. Konsultasi menu
memerlukan dukungan dari tokh makan sehat dan
masyarakat serta kader pos gizi yang seimbang serta
biasanya diambil dari kader kandungan gizi di
kesehatan. Kegiatan PPG meliputi dalamnya, edukasi
penyuluhan gizi/PHBS/penyakit mengenai pola
menular dan tidak menular / makan anak dan
kesehatan gIgi dan mulut / sanitasi; etika makan anak
pemeriksaan kesehatan; 11. Balita makan
pemeriksaan gigi; praktik pembuatan bersama
menu sehat dan seimbang; dan 12. Kesepakatan untuk
PAUD. kegiatan esok hari
Dengan adanya wadah pos 13. Evaluasi
pemulihan gizi diharapkan dapat (penimbangan
memperbaii dan meningkatkan berat berat badan,
badan balita sehingga dapat pengukuran tinggi
meningkatkan status gizi balita, badan, perubahan
dapat meningkatkan pengetahuan perilaku/pola asuh)
ibu balita mengenai masalah gizi dan
kesehatan pada umumnya, dapat
meningkatkan partisipasi dan
pemberdayaan masyarakat, serta
sebagai sarana dalam pendidikan
dan penyuluhan gizi dan kesehatan.
KELAS BALITA
DESA SAWANGAN
20 JUNI 2019
PEMBAGIAN TABLET Program perbaikan gizi Dalam undang-undang nomor 36 tahun Kegiatan pokok dari Pembagian Tablet Kegiatan pemberian
TAMBAH DARAH pada masyarakat merupakan program 2009 tentang kesehatan, khususnya pemberian tablet tambah Tambah Darah (TTD) TTD remaja
REMAJA PUTRI pokok untuk mewujudkan derajat pada Bab VIII tentang Gizi, pada pasal darah remaja ini adalah dilaksanakan di seluruh dilaksanakan pada bulan
PUSKESMAS LEKSONO kesehatan masyarakat yang optimal. 141 ayat I menyatakan bahwa upaya distribusi tablet tambah SMP/MTS dan Januari s.d Desember
2 Masalah gizi merupakan masalah perbaikan gizi masyarakat ditujukan darah. SMA/SMK/MA di wilayah 2019.
17 JUNI 2019 yang penanganannya harus untuk meningkatkan mutu gizi Kegiatan pemberian TTD kerja Puskesmas Leksono Petugas Gizi
dilaksanakan secara terpadu dengan perorangan dan masyarakat, antara lain remaja dilakukan dengan 2. Melaporkan hasil
berbagai sektor, bukan hanya melalui perbaikan pola konsumsi cara sebagai berikut : 1. Setelah melakukan distribusi dan
dengan pendekatan medis. Masalah makanan, perbaikan perilaku sadar gizi 1. Persiapan persiapan, petugas gizi pemberian TTD setiap
gizi berkaitan erat dengan masalah dan peningkatan akses mutu pelayanan a. Menyiapkan data Puskesmas Leksono 2 bulan ke DKK.
ekonomi dan perilaku serta gizi dan kesehatan sesuai dengan jumlah sasaran dan Dokter yang Pencatatan dan
pengetahuan masyarakat. kemajuan ilmu serta teknologi. Upaya b. Mengecek bertugas datang ke pelaporan program gizi
Kurangnya kesadaran masyarakat pembinaan dan intervensi gizi yang ketersediaan Tablet lokasi yang menjadi Puskesmas Leksono 2
tentang kesehatan dipengaruhi oleh dilakukan oleh pernerintah secara Tambah Darah (TTD) sasaran pembagian dilaporkan ke Dinas
rendahnya tingkat pengetahuan bertahap dan berkesinambungan yaitu c. Menghitung Tablet Tambah Darah Kesehatan Kabupaten
masyarakat akan pentingnya dengan pemberian tablet tambah darah kebutuhan Tablet (TTD) Wonosobo.
kesehatan dan dampak kedepan jika bagi remaja putri. Tambah Darah (TTD) 2. Puskesmas Leksono 2
kesehatan terabaikan. Keadaan gizi Pemberian tablet tambah darah tidak d. Mengajukan dan Dokter yang
masyarakat yang optimal, dapat hanya diberikan pada ibu hamil, tapi kebutuhan Tablet bertugas menemui
meningkatkan produktifitas dan penting pula diberikan pada remaja Tambah Darah (TTD) Tim UKS sekolah yang
angka harapan hidup masyarakat. putri. Pemberian tablet tambah darah e. Membuat rencana bersangkutan untuk
Masa remaja adalah masa pada remaja putri sendiri memiliki distribusi mengumpulkan
dimana manusia mengalami tujuan untuk : 2. Pelaksanaan remaja putri pada
pertumbuhan yang pesatsehingga 1. Meningkatkan status gizi remaja a. Petugas Gizi sekolah tersebut.
memerlukan asupan zat gizi yang putri melakukan distribusi 3. Setelah remaja putri
seimbang. Selama ini,yang 2. Meningkatkan pengetahuan remaja Tablet Tambah berkumpul, maka
diperhatikan hanyalahasupan zat putri tentang anemia pada remaja Darah (TTD) ke dilakukan penyuluhan
gizi makro dan tidak memperhatikan 3. Mencegah anemia pada remaja putri sekolah melalui mengenai anemia dan
zat gizi mikro, padahal pada 4. Meningkatkan cadangan zat besi kegiatan UKS sesuai pentingnya konsumsi
kenyataannya banyak anak pada dalam tubuh sebagai bekal dalam dengan kebutuhan Tablet Tambah Darah
masa remaja mengalami mempersiapkan generasi yang sehat setiap bulan (TTD) bagi remaja
anemia yaitu kekurangan zat gizi berkualitas dan produktif b. Mencatat hasil putri.
mikro berupa zat besi. Bila keadaan Pembagian tablet tambah darah sendiri distribusi Tablet 4. Dilaksanakan
ini terus berlanjut akan membuat masuk dalam upaya perbaikan gizi Tambah Darah (TTD) pembagian Tablet
remaja mengalami masalah yang masyarakat, dimana pada tahun 2017 bersama Tim UKS Tambah Darah (TTD)
berakibat penurunan produktivitas cakupan kinerjanya sudah mencapai setiap bulan dan cara konsumsinya
remaja. Produktivitas remaja yang 92% yang berarti baik. Guna c. Tim UKS melakukan oleh Dokter yang
terus menurun ini akan mempertahankan pelayanan yang baik pemantauan bertugas.
menyebabkan kualitas SDM yang dalam upaya perbaikan gizi masyarakat, kepatuhan ratri 5. Puskesmas Leksono 2
ada ikut menurun. Secara umum dibutuhkan pelaksanaan program ini mengkonsumsi dan Dokter yang
juga akan mempengaruhi kualitas dengan konsisten dan rutin. Tablet Tambah bertugas meminta
penerus bangsa ini. Darah (TTD) bantuan tim UKS
Untuk mengatasi permasalahan d. Petugas Gizi sekolah yang
tersebut tidak bisa dikerjakan oleh Melaporkan hasil bersangkutan untuk
sektor kesehatan sendiri akan tetapi distribusi dan memantau kepatuhan
memerlukan kerja sama lintas pemberian Tablet remaja putri
sektor untuk meningkatkan derajat Tambah Darah (TTD) mengkonsumsi Tablet
kesehatan masyarakat. Sebagai setiap bulan ke DKK Tambah Darah (TTD).
tindak lanjut maka puskesmas
sebagai lini terdepan dari struktur
jajaran kementrian kesehatan
menjadi penggerak utama di
masyarakat dalam penanggulangan
masalah gizi yaitu dengan
pemberian Tablet Tambah Darah
(TTD) pada remaja putri. Sekolah
yang berisikan siswa/remaja
merupakan ujung tombak dalam
pembangunan bangsa ini yang
memiliki karakteristik berjiwa muda,
semangat tinggi, loyalitas tinggi dan
intelektual tinggi sehingga para
remaja harus dalam keadaan sehat
untuk meraih cita-citanya.
PEMBAGIAN TABLET Dalam undang-undang Program perbaikan gizi Kegiatan pemberian TTD Pelaksanaan pembagian Pemantauan
TAMBAH DARAH PADA nomor 36 tahun 2009 tentang masyarakat merupakan program remaja dilakukan dengan tablet tambah darah berupa umpan balik dari
REMAJA PUTRI kesehatan, khususnya pada Bab pokok untuk mewujudkan derajat cara sebagai berikut : (TTD) pada remaja putri tim UKS sekolah
DESA SAWANGAN VIII tentang Gizi, pada pasal 141 kesehatan masyarakat yang 1. Persiapan adalah sebagai berikut: mengenai kepatuhan
24 JUNI 2019 ayat I menyatakan bahwa upaya optimal. Masalah gizi merupakan a. Menyiapkan data a. Dokter dan petugas remaja putri dalam
perbaikan gizi masyarakat masalah yang penanganannya jumlah sasaran gizi menyampaikan mengonsumsi TTD.
ditujukan untuk meningkatkan harus dilaksanakan secara terpadu b. Mengecek edukasi mengenai Pencatatan dan
mutu gizi perorangan dan dengan berbagai sektor, bukan ketersediaan Tablet anemia dan pelaporan program gizi
masyarakat, antara lain melalui hanya dengan pendekatan medis. Tambah Darah pentingnya konsumsi Puskesmas Leksono 2
perbaikan pola konsumsi Masalah gizi berkaitan erat dengan (TTD) serta cara dilaporkan ke Dinas
makanan, perbaikan perilaku masalah ekonomi dan perilaku c. Menghitung mengonsumsi TTD Kesehatan Kabupaten
sadar gizi dan peningkatan serta pengetahuan masyarakat. kebutuhan TTD secara mandiri Wonosobo.
akses mutu pelayanan gizi dan Kurangnya kesadaran masyarakat d. Mengajukan b. Melakukan distribusi
kesehatan sesuai dengan tentang kesehatan dipengaruhi kebutuhan TTD TTD ke remaja putri
kemajuan ilmu serta teknologi. oleh rendahnya tingkat e. Membuat rencana yang menjadi sasaran
Upaya pembinaan dan pengetahuan masyarakat akan distribusi c. Mencatat hasil
intervensi gizi yang dilakukan pentingnya kesehatan dan dampak 2. Pelaksanaan distribusi TTD bersama
oleh pernerintah secara kedepan jika kesehatan terabaikan. a. Petugas Gizi tim UKS sekolah
bertahap dan Keadaan gizi masyarakat yang melakukan d. Menyusun laporan
berkesinambungan yaitu optimal, dapat meningkatkan distribusi TTD ke pelaksanaan distribusi
dengan pemberian tablet produktifitas dan angka harapan sekolah melalui TTD di wilayah kerja
tambah darah bagi remaja putri. hidup masyarakat. kegiatan UKS sesuai Puskesmas Leksono 2
Masa remaja adalah masa dengan kebutuhan e. Tim UKS melakukan
dimana manusia mengalami setiap bulan pemantauan
pertumbuhan yang pesatsehingga b. Mencatat hasil kepatuhan remaja
memerlukan asupan zat gizi yang distribusi TTD putri dalam
seimbang.Selama ini,yang bersama Tim UKS mengonsumsi TTD
diperhatikan hanyalahasupan zat setiap bulan f. Petugas gizi
gizi makro dan tidak c. Tim UKS melakukan melaporkan hasil
memperhatikan zat gizi mikro, pemantauan distribusi dan
padahal pada kenyataannya banyak kepatuhan ratri pemberian TTD setiap
anak pada masa remaja mengalami mengkonsumsi TTD bulan ke DKK
anemia yaitu d. Petugas Gizi
kekurangan zat gizi mikro berupazat Melaporkan hasil
besi.Bila keadaan ini terus berlanjut distribusi dan
akan membuat remaja mengalami pemberian TTD
masalah yang berakibat setiap bulan ke DKK
penurunan produktivitas
remaja.Produktivitas remaja yang
terus menurun
ini akanmenyebabkan kualitas SDM
yang ada ikut menurun.Secara
umum juga akan mempengaruhi
kualitas penerus bangsa ini.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut
tidak bisa dikerjakan oleh sektor
kesehatan sendiri akan tetapi
memerlukan kerja sama lintas sektor
untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat. Sebagai tindak lanjut maka
puskesmas sebagai lini terdepan dari
struktur jajaran kementrian kesehatan
menjadi penggerak utama di masyarakat
dalam penanggulangan masalah gizi
yaitu dengan pemberian Tablet Tambah
Darah (TTD) pada remaja putri. Sekolah
yang berisikan siswa/remaja merupakan
ujung tombak dalam pembangunan
bangsa ini yang memiliki karakteristik
berjiwa muda, semangat tinggi, loyalitas
tinggi dan intelektual tinggi sehingga
para remaja harus dalam keadaan sehat
untuk meraih cita-citanya.
F5 – P2 POS BINAAN TERPADU Saat ini Indonesia menghadapi tiga Riskesdas 2018 menunjukkan prevalensi Penyelenggaraan Posbindu Pelaksanaan intervensi Posbindu kadang hanya
PENYAKIT TIDAK beban penyakit dalam pembangunan Penyakit Tidak Menular mengalami PTM meliputi kegiatan adalah dengan melakukan di hadiri oleh lansia-
MENULAR kesehatan, yaitu disatu pihak masih kenaikan jika dibandingkan dengan wawancara, pengukuran, pemeriksaan satu persatu lansia, dikarenakan
DESA JLAMPRANG banyaknya penyakit infeksi yang Riskesdas 2013, antara lain kanker, pemeriksaan dan tindak terhadap peserta yang penduduk usia 15-59
29 MEI 2019 harus ditangani, penyakit menular stroke, penyakit ginjal kronis, diabetes lanjut. Wawancara datang. tahun pergi bekerja /
baru dan penyakit menular yang melitus, dan hipertensi. Prevalensi dilakukan untuk menelusuri Registrasi, Pemberian keladang. Laporan hasil
sudah lama hilang muncul kembali, kanker naik dari 1,4% (Riskesdas 2013) faktor risiko perilaku seperti nomor urut / kode kegiatan Posbindu dibuat
sementara itu penyakit tidak menjadi 1,8%; prevalensi stroke naik merokok, konsumsi sayur yang sama serta saat itu juga dan di kirim
menular (PTM) semakin meningkat. dari 7% menjadi 10,9%; dan penyakit dan buah, aktivitas fisik, pencatatan ulang hasil sebagai laporan ke Dinas
PTM merupakan penyakit yang ginjal kronik naik dari 2% menjadi 3,8%. konsumsi alkohol, dan pengisian Buku Kesehatan Kabupaten
sering tidak terdeteksi karena tidak Berdasarkan pemeriksaan gula darah, stress. Pengukuran berat monitoring FR PTM ke melalui Email.
bergejala dan tidak ada keluhan. diabetes melitus naik dari 6,9% menjadi badan, tinggi badan, Indeks Buku Pencatatan oleh
Biasanya ditemukan dalam tahap 8,5%; dan hasil pengukuran tekanan Massa Tubuh (IMT), lingkar Petugas Pelaksana
lanjut sehingga sulit disembuhkan darah, hipertensi naik dari 25,8% perut, dan tekanan darah. Posbindu PTM yaitu
dan berakhir dengan kecacatan atau menjadi 34,1%. Kenaikan prevalensi Pemeriksaan faktor risiko Kader Desa Jlamprang
kematian dini. Keadaan ini penyakit tidak menular ini berhubungan PTM seperti gula darah dan juga petugas
menimbulkan beban pembiayaan dengan pola hidup, antara lain merokok, sewaktu, kolesterol total, Puskesmas Leksono 2
yang besar bagi penderita, keluarga konsumsi minuman beralkohol, aktivitas trigliserida, pemeriksaan yang bertugas.
dan negara. fisik, serta konsumsi buah dan sayur. klinik payudara, arus puncak Wawancara oleh
PTM ini dapat dicegah melalui ekspirasi, lesi pra kanker Petugas Pelaksana
pengendalian faktor resiko yaitu Hasil capaian SPM Puskesmas Leksono 2 (Inspeksi Visual asam asetat Posbindu PTM yaitu
merokok, kurang aktifitas fisik, diet tahun 2017 /IVA positif), kadar alkohol Kader Desa Jlamprang
yang tidak sehat, dan konsumsi 1. Pelayanan kesehatan penderita dalam darah, tes amfetamin dan juga petugas
alkohol. Peningkatan kesadaran dan hipertensi sebesar 5% (kurang) urin. Berdasarkan hasil Puskesmas Leksono 2
kepedulian masyarakat terhadap 2. Pelayanan kesehatan penderita wawancara, pengukuran yang bertugas.
faktor resiko PTM sangat penting diabetes melitus sebesar 50% dan pemeriksaan dilakukan Pengukuran TB,BB,
dalam pengendalian PTM. Untuk itu (kurang) tindak lanjut berupa IMT Lingkar perut,
diperlukan pemberdayaan dan peran 3. Upaya P2 sebesar 54% (kurang) pembinaan secara terpadu Analisa Lemak Tubuh
serta masyarakat yang dikenal 4. Hipertensi masuk dalam 10 besar dengan peningkatan oleh Kader Desa
dengan kegiatan pembinaan terpadu penyakit di rawat jalan (peringkat ke pengetahuan dan Jlamprang.
(POSBINDU). 4) dengan jumlah 92 kasus kemampuan masyarakat Pemeriksaan Tekanan
tentang cara mengendalikan darah dan Gula darah
PTM dapat dicegah dengan faktor risiko PTM melalui oleh Petugas
mengendalikan faktor resikonya, penyuluhan / dialog Puskesmas Leksono 2.
pengendalian faktor resiko PTM interaktif secara masal dan Identifikasi faktor
merupakan upaya untuk mencegah atau konseling faktor risiko risiko PTM,
PTM. Salah satu strategi secara terintegrasi pada Konseling/Edukasi,
pengendalian PTM yang efektif dan individu dengan faktor serta tindak lanjut
efisien adalah pemberdayaan dan risiko, sesuai dengan lainnya seperti
peningkatan peran serta masyarakat. kebutuhan masyarakat pemberian obat oleh
Kegiatan ini disebut dengan pos termasuk rujukan sistematis Dokter yang bertugas.
pembinaan terpadu (POSBINDU) dalam sistem pelayanan
PTM. Posbindu PTM merupakan kesehatan paripurna.
wujudperan serta masyarakat dalam Rujukan dilakukan dalam
melakukan kegiatan deteksi dini, rangka pelayanan kesehatan
pemantauan faktor resiko PTM serta berkelajutan (Continuum of
tindak lanjut dini yang dilaksanakan Care) dari masyarakat
secara terpadu, rutin, dan periodik. hingga kefasilitas pelayanan
kesehatan dasar termasuk
rujuk balik ke masyarakat
untuk pemantauannya.
POS BINAAN TERPADU Saat ini Indonesia menghadapi tiga Riskesdas 2018 menunjukkan prevalensi Penyelenggaraan Posbindu Pelaksanaan intervensi Posbindu kadang hanya
PENYAKIT TIDAK beban penyakit dalam Penyakit Tidak Menular mengalami PTM meliputi kegiatan adalah dengan melakukan di hadiri oleh lansia-
MENULAR pembangunan kesehatan, yaitu kenaikan jika dibandingkan dengan wawancara, pengukuran, pemeriksaan satu persatu lansia, dikarenakan
DESA SAWANGAN disatu pihak masih banyaknya Riskesdas 2013, antara lain kanker, pemeriksaan dan tindak terhadap peserta yang penduduk usia 15-59
25 JUNI 2019 penyakit infeksi yang harus stroke, penyakit ginjal kronis, diabetes lanjut. Wawancara datang. tahun pergi bekerja /
ditangani, penyakit menular baru melitus, dan hipertensi. Prevalensi dilakukan untuk menelusuri Registrasi, Pemberian keladang. Laporan hasil
dan penyakit menular yang sudah kanker naik dari 1,4% (Riskesdas 2013) faktor risiko perilaku seperti nomor urut / kode kegiatan Posbindu dibuat
lama hilang muncul kembali, menjadi 1,8%; prevalensi stroke naik merokok, konsumsi sayur yang sama serta saat itu juga dan di kirim
sementara itu penyakit tidak dari 7% menjadi 10,9%; dan penyakit dan buah, aktivitas fisik, pencatatan ulang hasil sebagai laporan ke Dinas
menular (PTM) semakin meningkat. ginjal kronik naik dari 2% menjadi 3,8%. konsumsi alkohol, dan pengisian Buku Kesehatan Kabupaten
PTM merupakan penyakit yang Berdasarkan pemeriksaan gula darah, stress. Pengukuran berat monitoring FR PTM ke melalui Email.
sering tidak terdeteksi karena tidak diabetes melitus naik dari 6,9% menjadi badan, tinggi badan, Indeks Buku Pencatatan oleh
bergejala dan tidak ada keluhan. 8,5%; dan hasil pengukuran tekanan Massa Tubuh (IMT), lingkar Petugas Pelaksana
Biasanya ditemukan dalam tahap darah, hipertensi naik dari 25,8% perut, dan tekanan darah. Posbindu PTM yaitu
lanjut sehingga sulit disembuhkan menjadi 34,1%. Kenaikan prevalensi Pemeriksaan faktor risiko Kader dan juga
dan berakhir dengan kecacatan atau penyakit tidak menular ini berhubungan PTM seperti gula darah petugas Puskesmas
kematian dini. Keadaan ini dengan pola hidup, antara lain merokok, sewaktu, kolesterol total, Leksono 2 yang
menimbulkan beban pembiayaan konsumsi minuman beralkohol, aktivitas trigliserida, pemeriksaan bertugas.
yang besar bagi penderita, keluarga fisik, serta konsumsi buah dan sayur. klinik payudara, arus puncak Wawancara oleh
dan negara. ekspirasi, lesi pra kanker Petugas Pelaksana
PTM ini dapat dicegah melalui Hasil capaian SPM Puskesmas Leksono 2 (Inspeksi Visual asam asetat Posbindu PTM yaitu
pengendalian faktor resiko yaitu tahun 2017 /IVA positif), kadar alkohol Kader Desa Sawangan
merokok, kurang aktifitas fisik, diet 1. Pelayanan kesehatan penderita dalam darah, tes amfetamin dan juga petugas
yang tidak sehat, dan konsumsi hipertensi sebesar 5% (kurang) urin. Berdasarkan hasil Puskesmas Leksono 2
alkohol. Peningkatan kesadaran dan 2. Pelayanan kesehatan penderita wawancara, pengukuran yang bertugas.
kepedulian masyarakat terhadap diabetes melitus sebesar 50% dan pemeriksaan dilakukan Pengukuran TB,BB,
faktor resiko PTM sangat penting (kurang) tindak lanjut berupa IMT Lingkar perut,
dalam pengendalian PTM. Untuk itu 3. Upaya P2 sebesar 54% (kurang) pembinaan secara terpadu Analisa Lemak Tubuh
diperlukan pemberdayaan dan peran Hipertensi masuk dalam 10 besar dengan peningkatan oleh Kader Desa
serta masyarakat yang dikenal penyakit di rawat jalan (peringkat ke 4) pengetahuan dan Sawangan.
dengan kegiatan pembinaan terpadu dengan jumlah 92 kasus kemampuan masyarakat Pemeriksaan Tekanan
(POSBINDU). tentang cara mengendalikan darah dan Gula darah
faktor risiko PTM melalui oleh Petugas
PTM dapat dicegah dengan penyuluhan / dialog Puskesmas Leksono 2.
mengendalikan faktor resikonya, interaktif secara masal dan Identifikasi faktor
pengendalian faktor resiko PTM atau konseling faktor risiko risiko PTM,
merupakan upaya untuk mencegah
PTM. Salah satu strategi secara terintegrasi pada Konseling/Edukasi,
pengendalian PTM yang efektif dan individu dengan faktor serta tindak lanjut
efisien adalah pemberdayaan dan risiko, sesuai dengan lainnya seperti
peningkatan peran serta masyarakat. kebutuhan masyarakat pemberian obat oleh
Kegiatan ini disebut dengan pos termasuk rujukan sistematis Dokter yang bertugas.
pembinaan terpadu (POSBINDU) dalam sistem pelayanan
PTM. Posbindu PTM merupakan kesehatan paripurna.
wujudperan serta masyarakat dalam Rujukan dilakukan dalam
melakukan kegiatan deteksi dini, rangka pelayanan kesehatan
pemantauan faktor resiko PTM serta berkelajutan (Continuum of
tindak lanjut dini yang dilaksanakan Care) dari masyarakat
secara terpadu, rutin, dan periodik. hingga kefasilitas pelayanan
kesehatan dasar termasuk
rujuk balik ke masyarakat
untuk pemantauannya.
POS BINAAN TERPADU Saat ini Indonesia menghadapi tiga Riskesdas 2018 menunjukkan prevalensi Penyelenggaraan Posbindu Pelaksanaan intervensi Posbindu kadang hanya
PENYAKIT TIDAK beban penyakit dalam Penyakit Tidak Menular mengalami PTM meliputi kegiatan adalah dengan melakukan di hadiri oleh lansia-
MENULAR pembangunan kesehatan, yaitu kenaikan jika dibandingkan dengan wawancara, pengukuran, pemeriksaan satu persatu lansia, dikarenakan
DESA LIPURSARI disatu pihak masih banyaknya Riskesdas 2013, antara lain kanker, pemeriksaan dan tindak terhadap peserta yang penduduk usia 15-59
29 JUNI 2019 penyakit infeksi yang harus stroke, penyakit ginjal kronis, diabetes lanjut. Wawancara datang. tahun pergi bekerja /
ditangani, penyakit menular baru melitus, dan hipertensi. Prevalensi dilakukan untuk menelusuri Registrasi, Pemberian keladang. Laporan hasil
dan penyakit menular yang sudah kanker naik dari 1,4% (Riskesdas 2013) faktor risiko perilaku seperti nomor urut / kode kegiatan Posbindu dibuat
lama hilang muncul kembali, menjadi 1,8%; prevalensi stroke naik merokok, konsumsi sayur yang sama serta saat itu juga dan di kirim
sementara itu penyakit tidak dari 7% menjadi 10,9%; dan penyakit dan buah, aktivitas fisik, pencatatan ulang hasil sebagai laporan ke Dinas
menular (PTM) semakin meningkat. ginjal kronik naik dari 2% menjadi 3,8%. konsumsi alkohol, dan pengisian Buku Kesehatan Kabupaten
PTM merupakan penyakit yang Berdasarkan pemeriksaan gula darah, stress. Pengukuran berat monitoring FR PTM ke melalui Email.
sering tidak terdeteksi karena tidak diabetes melitus naik dari 6,9% menjadi badan, tinggi badan, Indeks Buku Pencatatan oleh
bergejala dan tidak ada keluhan. 8,5%; dan hasil pengukuran tekanan Massa Tubuh (IMT), lingkar Petugas Pelaksana
Biasanya ditemukan dalam tahap darah, hipertensi naik dari 25,8% perut, dan tekanan darah. Posbindu PTM yaitu
lanjut sehingga sulit disembuhkan menjadi 34,1%. Kenaikan prevalensi Pemeriksaan faktor risiko Kader Desa Lipursari
dan berakhir dengan kecacatan atau penyakit tidak menular ini berhubungan PTM seperti gula darah dan juga petugas
kematian dini. Keadaan ini dengan pola hidup, antara lain merokok, sewaktu, kolesterol total, Puskesmas Leksono 2
menimbulkan beban pembiayaan konsumsi minuman beralkohol, aktivitas trigliserida, pemeriksaan yang bertugas.
yang besar bagi penderita, keluarga fisik, serta konsumsi buah dan sayur. klinik payudara, arus puncak Wawancara oleh
dan negara. ekspirasi, lesi pra kanker Petugas Pelaksana
PTM ini dapat dicegah melalui Hasil capaian SPM Puskesmas Leksono 2 (Inspeksi Visual asam asetat Posbindu PTM yaitu
pengendalian faktor resiko yaitu tahun 2017 /IVA positif), kadar alkohol Kader Desa Lipursari
merokok, kurang aktifitas fisik, diet 1. Pelayanan kesehatan penderita dalam darah, tes amfetamin dan juga petugas
yang tidak sehat, dan konsumsi hipertensi sebesar 5% (kurang) urin. Berdasarkan hasil Puskesmas Leksono 2
alkohol. Peningkatan kesadaran dan 2. Pelayanan kesehatan penderita wawancara, pengukuran yang bertugas.
kepedulian masyarakat terhadap
faktor resiko PTM sangat penting diabetes melitus sebesar 50% dan pemeriksaan dilakukan Pengukuran TB,BB,
dalam pengendalian PTM. Untuk itu (kurang) tindak lanjut berupa IMT Lingkar perut,
diperlukan pemberdayaan dan peran 3. Upaya P2 sebesar 54% (kurang) pembinaan secara terpadu Analisa Lemak Tubuh
serta masyarakat yang dikenal Hipertensi masuk dalam 10 besar dengan peningkatan oleh Kader Desa
dengan kegiatan pembinaan terpadu penyakit di rawat jalan (peringkat ke 4) pengetahuan dan Lipursari.
(POSBINDU). dengan jumlah 92 kasus kemampuan masyarakat Pemeriksaan Tekanan
tentang cara mengendalikan darah dan Gula darah
PTM dapat dicegah dengan faktor risiko PTM melalui oleh Petugas
mengendalikan faktor resikonya, penyuluhan / dialog Puskesmas Leksono 2.
pengendalian faktor resiko PTM interaktif secara masal dan Identifikasi faktor
merupakan upaya untuk mencegah atau konseling faktor risiko risiko PTM,
PTM. Salah satu strategi secara terintegrasi pada Konseling/Edukasi,
pengendalian PTM yang efektif dan individu dengan faktor serta tindak lanjut
efisien adalah pemberdayaan dan risiko, sesuai dengan lainnya seperti
peningkatan peran serta masyarakat. kebutuhan masyarakat pemberian obat oleh
Kegiatan ini disebut dengan pos termasuk rujukan sistematis Dokter yang bertugas.
pembinaan terpadu (POSBINDU) dalam sistem pelayanan
PTM. Posbindu PTM merupakan kesehatan paripurna.
wujudperan serta masyarakat dalam Rujukan dilakukan dalam
melakukan kegiatan deteksi dini, rangka pelayanan kesehatan
pemantauan faktor resiko PTM serta berkelajutan (Continuum of
tindak lanjut dini yang dilaksanakan Care) dari masyarakat
secara terpadu, rutin, dan periodik. hingga kefasilitas pelayanan
kesehatan dasar termasuk
rujuk balik ke masyarakat
untuk pemantauannya.
F6 – UPAYA *judul kasusnya* *latar belakang terkait kasus yg *identitas, anamnesis, PF* *dx, tatalaksana farmako *pelaksanaannya* Pada saat pasien datang
PENGOBATAN dibahas* dan non, edukasi* kembali untuk kontrol,
DASAR maka dilakukan evaluasi
apakah keluhan yang
dialami sebelumnya
sudah berkurang atau
belum. Memeriksa *apa
yg jadi keluhannya dulu*
Menanyakan pada pasien
apakah obat yang
diberikan sebelumnya
masih ada atau tidak,
bagaimana cara
mengkonsumsinya. Jika
keluhan tidak membaik
walaupun sudah
mengkonsumsi obat
dengan benar dan
menerapkan modifikasi
gaya hidup yang tepat
atau ditemukan
komplikasi dari penyakit
sebelumnya, maka pasien
perlu dirujuk ke dokter
spesialis.
LAPORAN KASUS Penyakit gudik atau kudis, Identitas Diagnosis : Skabies Anamnesis, pemeriksaan Pada saat pasien datang
POLIKLINIK UMUM merupakan penyakit kulit yang dapat Nama : Ny M 1. Tatalaksana fisik dan upaya kembali untuk kontrol,
PUSKESMAS LEKSONO ditemui hampir di setiap pemukiman Usia : 73 tahun farmakologis : pengobatan dasar maka dilakukan evaluasi
2 padat penduduk dan dianggap Alamat : Sawangan - Permetrin 5% krim dilaksanakan di apakah keluhan yang
SKABIES sebagai penyakit yang tidak Pekerjaan : Pensiunan digunakan minimal 8 Puskesmas Leksono 2 dialami sebelumnya
berbahaya sehingga kurang Tanggal pemeriksaan : 12 Juni 2019 jam pada seluruh pada tanggal 12 Juni sudah berkurang atau
mendapat perhatian baik dari tubuh (kecuali wajah) 2019. Sebelum memulai belum. Memeriksa
penderita maupun orang-orang yang Anamnesis dan jangan sampai kegiatan, terlebih dahulu apakah lesi masih sama
berada di sekitarnya. Penyakit gudik Anamnesis dilakukan secara terkena air selama meminta persetujuan dan seperti sebelumnya.
dapat menjangkit semua orang pada autoanamnesis pada tanggal 12 Juni memakai krim kesediaan pasien untuk Menanyakan pada pasien
semua umur, ras dan level sosial 2019 di Poliklinik Umum Puskesmas tersebut. Setelah mengikuti alur upaya apakah obat yang
ekonomi. Banyak orang masih belum Leksono 2 minimal 8 jam pengobatan dari diberikan sebelumnya
mengetahui bahwa penyebab 1. Keluhan Utama pemakaian boleh anamnesis, pemeriksaan masih ada atau tidak,
gudikan adalah spesies tungau yang Gatal dibilas. fisik dan pengobatan. bagaimana cara
tidak dapat dilihat oleh mata 2. Riwayat Penyakit Sekarang - Klorfeniramin Maleat mengkonsumsinya. Jika
telanjang. Spesies ini Seorang wanita usia 73 tahun datang (CTM) tab 4 mg 1x1 Upaya pengobatan keluhan tidak membaik
disebut sebagai Sarcoptes scabiei dengan keluhan gatal pada tangan malam hari Setelah dilakukan walaupun sudah
dan penyakitnya disebut scabies. dan pantat sejak 5 hari lalu. Gatal 2. Tatalaksana non anamnesis, didapatkan mengkonsumsi obat
Scabies memberikan masalah dirasakan terutama pada malam farmakologis : hal – hal yang dengan benar dan
kesehatan secara global, karena 300 hari. Pasien mengeluh gatal sudah - Pengobatan harus mendukung penegakan menerapkan modifikasi
juta kasus terjadi setiap tahunnya di lama namun memberat 5 hari ini. dilakukan secara diagnosis diantaranya ; gaya hidup yang tepat
dunia. World Health Organization Suami pasien juga sudah mengalami bersamaan pada keluhan utama yaitu gatal atau ditemukan
(WHO) menyatakan scabies gatal seperti ini selama beberapa seluruh orang yang pada tangan dan pantat komplikasi dari penyakit
merupakan salah satu dari enam tahun namun belum berobat. Pasien tinggal dalam rumah sejak 5 hari lalu, selain itu sebelumnya, maka pasien
penyakit parasit epidermal kulit yang menggaruk bagian yang gatal dan - Persiapan untuk pasien juga mengeluh perlu dirujuk ke dokter
terbesar angka kejadiannya di dunia. berbekas. pengobatan : gatal terutama pada spesialis.
Prevalensi scabies di Indonesia 3. Riwayat Penyakit Dahulu a. Seluruh pakaian malam hari. Pasien juga
menurut Departemen Kesehatan a. Riwayat DM disangkal yang dipakai sehari mengaku bahwa suami
Republik Indonesia pada tahun 2000 b. Riwayat Hipertensi disangkal – hari dicuci pasien mengalami hal
sebesar 4,60-12,95% dan penyakit c. Riwayat Alergi disangkal dengan air panas yang sama.
scabies menduduki urutan ketiga d. Riwayat Penyakit Kulit b. Mandi dahulu
dari 12 penyakit kulit tersering. sebelumnya – sebelum Diagnosis Banding :
Sampai saat ini scabies masih 4. Riwayat Penyakit Keluarga mengoleskan salep - Prurigo
terabaikan sehingga menjadi a. Riwayat DM disangkal c. Oleskan salep - Insect bite
masalah kesehatan yang umum di b. Riwayat Hipertensi disangkal secara merata - Folikulitis
seluruh dunia. Cepatnya proses c. Riwayat Alergi disangkal pada seluruh
penularan dan ketidakpahaman 5. Riwayat Sosial Ekonomi badan, baik yang Pemeriksaan Fisik :
masyarakat akan penyakit ini Pasien adalah seorang pensiunan gatal maupun yang UKK pada kedua tangan
menimbulkan sulitnya yang tinggal bersama suami yang tidak gatal, kecuali dan pantat
pemberantasan scabies. juga merupakan seorang pensiunan muka. Diamkan Tampak papula dan
serta anak dan cucunya yang masih selama 10 jam. vesikel disertai ekskoriasi
sekolah. d. Mandi hingga (bekas garukan). Tampak
Suami pasien juga mengalami bersih setelah pustula lentikular akibat
keluhan serupa yaitu gatal pada pemakaian salep. infeksi sekunder.
seluruh tubuh namun sudah rutin - Tidak menggunakan
berobat ke Dokter Spesialis Kulit. peralatan pribadi Diagnosis sementara :
Suami menyatakan bahwa setelah secara bersama – sama Skabies
lama berobat ke Dokter Spesialis dan alas tidur diganti
Kulit pun keluhan tidak berkurang bila ternyata pernah Pengobatan dasar yang
dan dikatakan bahwa suami pasien digunakan oleh diberikan :
menderita penyakit gatal orang tua. penderita skabies. - Permetrin 5% krim
Pasien tidak tidur satu ranjang - Alat tidur seperti kasur, digunakan minimal 8
dengan suami. Anak dan cucu tidak bantal dan guling harus jam pada seluruh tubuh
mengalami keluhan yang sama. dijemur di bawah terik (kecuali wajah) dan
Kasur dan alat tidur jarang dijemur. matahari untuk jangan sampai terkena
Saat ini biaya perawatan menghilangkan tungau air selama memakai
menggunakan BPJS. yang menempel. krim tersebut. Setelah
- Menghindari kontak minimal 8 jam
Pemeriksaan Fisik langsung dengan pemakaian boleh
Pemeriksaan Fisik dilakukan pada penderita skabies. dibilas.
tanggal 12 Juni 2019 - Klorfeniramin Maleat
1. Keadaan Umum : sakit ringan, (CTM) tab 4 mg 1x1
compos mentis malam hari
2. Tanda Vital
a. Tekanan darah : 134/80 mmHg
b. Nadi : 80 x / menit
c. Laju Napas : 18 x / menit
d. Suhu : 36,8⁰C
e. Berat Badan : 46 kg
f. Tinggi Badan : 145 cm
g. Status Gizi : 21,9 (Normal
Weight)
3. Kulit
Ikterik (-), turgor kulit menurun (-),
kulit kering (-)
UKK pada kedua tangan dan pantat
Tampak papula dan vesikel disertai
ekskoriasi (bekas garukan). Tampak
pustula lentikular akibat infeksi
sekunder.
4. Kepala
Mesocephal, rambut warna hitam
dan putih
5. Mata
Konjungtiva pucat (-/-), sklera
ikterik (-/-), pupil isokor diameter
3mm/3mm, refleks cahaya (+/+)
normal
6. Telinga
Discharge (-), nyeri tekan (-)
7. Hidung
Deviasi septum (-), sekret (-),
kelainan kulit (-)
8. Mulut
Pucat (-), kering (-), stomatitis (-)
9. Leher
JVP tidak meningkat, trakhea di
tengah, pembesaran tiroid (-),
pembesaran KGB (-)
10. Thoraks
Normochest, simetris, retraksi
intercostal (-), sela iga melebar (-)
Jantung
a. Inspeksi : ictus cordis tidak
tampak
b. Palpasi : ictus cordis tidak kuat
angkat
c. Perkusi : konfigurasi jantung
dalam batas normal
d. Auskultasi : denyut jantung
80x/menit, bunyi jantung I-II
murni, bising (-), gallop (-)
Pulmo
a. Inspeksi : simetris saat statis
dan dinamis, retraksi dinding
dada (-)
b. Palpasi : stem fremitus
hemithoraks dextra = stem
fremitus hemithoraks sinistra
c. Perkusi : sonor seluruh
lapangan paru, konfigurasi
paru dalam batas normal
d. Auskultasi : suara dasar
vesikuler (+/+), suara
tambahan (-/-)
11. Abdomen
a. Inspeksi : datar, distensi (-),
spider navy (-)
b. Auskultasi : bising usus (+)
normal
c. Perkusi : timpani, pekak alih (-),
pekak sisi (+) normal
d. Palpasi : super, nyeri tekan (-),
hepar lien tidak teraba
12. Ekstremitas
a. Ekstremitas superior tampak
papula dan vesikel disertai
ekskoriasi (bekas garukan).
Tampak pustula lentikular
akibat infeksi sekunder.
b. Ekstremitas inferior dalam batas
normal.