Anda di halaman 1dari 53

REVISI UKM JULIA

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Tgl pelaksanaan : 16 Maret 2022

Nama pendamping : dr. Budi Suarman

Jenis UKBM : UKBM Baru (1 laporan)

LATAR BELAKANG KEGIATAN

Puskesmas keliling adalah fasilitas penunjang pelayanan kesehatan yang bergerak untuk meningkatkan jangkauan dan kualitas
pelayanan masyarakat terutama yang tinggal di daerah terpencil dan terisolasi. Sebelumnya banyak masyarakat di wilayah Puskesmas
Ciampea yang memilih untuk tidak berobat ke puskesmas karena kendala jarak yang jauh atau tidak ada pendampingan oleh rekan
atau keluarga, sehingga permasalahan kesehatan banyak yang belum terdeteksi secara menyeluruh. Puskesmas keliling ini dijalankan
dengan harapan dapat membantu masyarakat mendapatkan layanan kesehatan baik UKP maupun UKM. Selain itu upaya ini juga turut
menggunakan aspek pemberdayaan masyarakat yang mana pelaksanaannya dibantu oleh kader setempat.

TUJUAN KEGIATAN

- Meningkatkan jangkauan dan mutu pelayanan kesehatan bagi masyarakat terutama di daerah terpencil dan terisolasi baik di
darat maupun di pulau-pulau kecil. Khusus di wilayah kerja Ciampea kabupaten Bogor sasarannya adalah masyarakat yang
rumah nya terpaut jauh jarak nya dari puskesmas atau pasien lansia yang terbilang sulit menjangkau puskesmas karena tidak
ada yang bisa mengantar ke puskesmas.
- Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap kualitas kesehatan dengan menyediakan pelayanan yang lebih dekat.

- Menyediakan sarana untuk melancarkan program UKM lain khususnya yang pelaksanannya diluar gedung seperti promosi
kesehatan, percepatan vaksin covid19.

GAMBARAN PELAKSANAAN KEGIATAN

 Pelaksana kegiatan : Dokter umum/internsip, perawat pendamping, kader kesehata setempat


 Sasaran kegiatan : Masyarakat desa bojong rangkas dan cibanteng semua usia (anak, remaja,
dewasa, lansia) yang mempunyai keluhan terkait kesehatannya atau yang mencari informasi terkait kesehatan
 Waktu/Tempat : Hari Senin-Jumat Pukul 09.00-11.00 / Kantor desa Cibanteng dan Pekarangan
rumah warga desa Bojong Rangkas
 Pendanaan dan sumber dana : JKN/BPJS, pembiayaan mandiri untuk pasien umum
 Hasil kegiatan :

Pelayanan kesehatan yang disediakan berupa pemeriksaan kesehatan dasar (pemeriksaan fisik oleh dokter, tanda vital,
glukosa darah, kolesterol, asam urat) pengobatan dasar untuk pasien segala usia, penapisan penyakit, pembuatan rujukan BPJS,
promosi kesehatan dan bisa berdampingan dengan kegiatan posyandu. Lokasi yang dijadikan tempat kegiatan pusling tersebar
di dua desa yaitu Desa Bojongrangkas dan Desa Cibanteng. Waktu pelaksanaan setiap hari Senin – Jumat mulai pukul 09.00-
11.00 WIB setiap hari bergantian tempat nya mencakup RT dan RW desa setempat. Pelaksanaan kegiatan ini turut
memberdayakan masyarakat setempat yaitu kader kesehatan yang telah dipilih dan dikoordinasi dengan tenaga kesehatan
puskesmas Ciampea. Pemeriksaan pasien dilakukan oleh dokter internsip didampingi oleh perawat atau bidan. Penyediaan
sarana prasarana seperti transportasi pusling, alat pemeriksaan dan obat-obatan telah disediakan dengan koordinasi antara
kader dan petugas puskesmas sehingga jenis obat-obatan antara puskesmas ciampea dan pusling tidak jauh berbeda.
Kegiatan promkes biasanya diselingi dalam kegiatan pusling ini seperti penyuluhan hipertensi pada pasien lansia,
penyuluhan PHBS guna mencegah penyakit infeksi dan menular dan lain sebagainya. Pada saat percepatan vaksinasi covid19
pusling juga membantu agar masyarakat yang belum terjangkau dapat divaksin karena layanan nya menjadi lebih dekat dan
terjangkau. Hasil dari kegiatan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan disini sangat membantu petugas puskesmas untuk
terhubung dengan masyarakat sekitar sehingga peran kader kesehatan sangat banyak peran nya dalam pelaksanaan kegiatan ini.
Alhasil banyak masyarakat yang merasa sangat terbantu dalam mendapatkan pelayanan kesehatan.

 Kesimpulan : Kegiatan pusling yang memberdayakan masyarakat setempat dan bekerjasama dengan tenaga
kesehatan Puskesmas Ciampea membawa dampak positive yang saling menguntungkan antara warga dan puskesmas, terutama
dalam hal pelayanan kesehatan dan lebih terjangkaunya masyarakat untuk mendapat fasilitas kesehatan khususnya di wilayah
Ciampea.
KB SUNTIK

Laporan 1

LATAR BELAKANG KEGIATAN

Pelayanan KB di Puskesmas diberikan secara terpadu dengan pelayanan kesehatan reproduksi lainnya (PKRT), misalnya
seorang klien KB yang datang untuk mendapat pelayanan kontrasepsi juga akan mendapat pelayanan terkait dengan PP – IMS/ HIV,
skrining kanker leher rahim dengan tes IVA dan KIA bila diperlukan. PKRT diterapkan untuk mencapai tujuan “sekali datang semua
pelayanan diperoleh” (One stop service). Untuk terlaksananya pelayanan KB perlu dipastikan ketersediaan sumber daya meliputi
tenaga pelayanan KB, sarana dan prasarana, alokon dan BHP. Sarana dan prasarana, alokon dan BHP dikelola Puskemas seperti
pengelolaan obat lainnya meliputi: a. Penerimaan Pada saat penerimaan, perlu diperhatikan jumlah, kualitas dan persyaratan alokon
dan BHP yang diterima sesuai dengan dokumen penerimaan yang dituangkan dalam berita acara penerimaan alokon. b. Penyimpanan
dilakukan dalam rangka pemeliharaan dan pengaman sehingga dalam pelaksanaannya harus sesuai dengan standar penyimpanan. c.
Penyaluran/distribusi Penyaluran alokon dapat dilakukan dengan system pull distribution system (request system) dan push
distribution system (Dropping) d. Pencatatan dan pelaporan (Pedoman Manajemen Pelayanan Keluarga Berencana, 2014)

TUJUAN KEGIATAN

- Meningkatkan program kerja di UPTD Puskesmas Ciampea terkait Keluarga Berencana sehingga masyarakat mendapatkan
pelayanan dan pembinaan kesehatan yang lebih baik lagi dari Puskesmas.

- Menambah pengetahuan dan informasi yang lebih banyak mengenai pelayanan Keluarga Berencana, salah satunya tahu
metode kontrasepsi yang sesuai digunakan sampai dengan efek samping dan komplikasi yang bisa ditimbulkan
- Bagi dokter internsip agar mempunyai pengalaman dan pengetahuan tentang evaluasi gerakan Keluarga Berencana di
Puskesmas dalam lingkup wilayah kerja puskesmas Ciampea

GAMBARAN PELAKSANAAN KEGIATAN

 Pelaksana kegiatan : Dokter umum/internsip, bidan pendamping

 Sasaran kegiatan : Wanita usia subur

 Waktu/Tempat : 28 Maret 2022 Pukul 10.00 / Poli KIA Puskesmas Ciampea

 Pendanaan dan sumber dana : JKN/BPJS, pembiayaan mandiri untuk pasien umum

 Hasil kegiatan :

KB suntik adalah kontrasepsi berupa cairan yang berisi hormone yang disuntikan ke dalam tubuh wanita melalui metode
intramuscular secara periodik. Injeksi KB Suntik 3 bulan berisi hormone progestin yang secara berkala per 3 bulan dilakuka pada
pasien atau akseptor. Pelayanan KB ini dapat dilakukan di faskes tingkat pertama seperti puskesmas, klinik BPM atau pratama.
Kegiatan KB dalam puskesmas Ciampea terdapat pada pelayanan unit BKIA di gedung PONED Puskesmas Ciampea. Waktu
pelayanan diadaka setiap hari Senin-Sabtu oleh bidan dan dokter yang tersedia. Pelayanan injeksi KB 3 bulan ini telah dilaksanakan
sesuai SOP yang berlaku mulai dari pendataan, pemeriksaan, penapisan masalah kesehatan, pelaksanaan tindakan dan KIE pada
akseptor mengenai KB. Berikut lampiran identitas pasien yang diberikan tindakan suntik KB.

Identitas pasien/Ket pasien :


Nama : Ny. LH

Usia : 30 tahun

Agama : Islam

Alamat : Desa Bojong Rangkas, Kec. Ciampea

Pekerjaan : IRT

Pendidikan : SMK

Nama suami : Tn. JK

Usia : 35 tahun

Agama : Islam

Alamat : Desa Bojong Rangkas, Kec. Ciampea

Pekerjaan : Karyawan swasta

Pendidikan : SMK

 Keluhan Utama

Tidak ada keluhan hanya merasa tidak percaya diri karena sejak satu tahun terakhir menggunakan KB suntik 3 bulan berat badan
bertambah drastis
 Riwayat Perkawinan

Kawin 1 kali usia 21 tahun dengan suami sekarang sudah berjalan 9 tahun

 Riwayat Obstetri

1. 2014 : UK 39 minggu, penyulit (-), persalinan normal di BPM bidan desa, Bayi laki-laki BB 3000gr PB 48cm
keadaan sehat normal, masa nifas tidak ada penyulit ASI eeksklusif s/d 1 tahun

2. 2018 : UK 38 minggu, penyulit (-), persalinan normal di BPM bidan desa, Bayi laki-laki BB 2800gr PB 48 cm
keadaan sehat normal, masa nifas tidak ada penyulit ASI ekslusif s/d 1.5 tahun

 Riwayat KB

Kontrasepsi suntik 3 bulan sejak 2021 di unit BKIA Puskesmas Ciampea, masalah (-) hanya BB bertambah drastic

 Riwayat Kesehatan Keluarga dan Penyakit

Riwayat kesehatan ibu terbilang baik, tidak ada riwayat penyakit turunan, riwayat DM (-) hipertensi (-) jantung (-) kanker (-)

 Data objektif :

- Keadaan Umum : Baik

- Kesadaran : Composmentis

- TD : 130/80 mmHg RR : 18x/m

N : 70x/m Suhu : 36.5 c

- TB : 160 cm
- BB awal : 60 kg BB sekarang : 75kg

 Diagnosa : Ny. LH P2 A0 usia 30tahun akseptor kontrasepsi suntik 3 bulan

 Terapi : Tindakan penyuntikan KB hormone 3 bulan

 Kesimpulan :
Terlaksananya program KB untuk wanita usia subur di puskesmas Ciampea sudah berjalan cukup baik. Prosedur tindakan yang
sudah sesuai SOP yang berlaku membuat pasien menjadi lebih yakin untuk melakukan tindakan KB di puskesmas ciampea.
Selain itu pasien lebih optimal mendapat pelayanan nya karena bisa mendapatkan informasi yang lebih lengkao dan mumpuni
mengenai kesehatannya khususnya terkait program KB yang sedang dijalani.

KB SUNTIK

Laporan 2

LATAR BELAKANG KEGIATAN

Pelayanan KB di Puskesmas diberikan secara terpadu dengan pelayanan kesehatan reproduksi lainnya (PKRT), misalnya
seorang klien KB yang datang untuk mendapat pelayanan kontrasepsi juga akan mendapat pelayanan terkait dengan PP – IMS/ HIV,
skrining kanker leher rahim dengan tes IVA dan KIA bila diperlukan. PKRT diterapkan untuk mencapai tujuan “sekali datang semua
pelayanan diperoleh” (One stop service). Untuk terlaksananya pelayanan KB perlu dipastikan ketersediaan sumber daya meliputi
tenaga pelayanan KB, sarana dan prasarana, alokon dan BHP. Sarana dan prasarana, alokon dan BHP dikelola Puskemas seperti
pengelolaan obat lainnya meliputi: a. Penerimaan Pada saat penerimaan, perlu diperhatikan jumlah, kualitas dan persyaratan alokon
dan BHP yang diterima sesuai dengan dokumen penerimaan yang dituangkan dalam berita acara penerimaan alokon. b. Penyimpanan
dilakukan dalam rangka pemeliharaan dan pengaman sehingga dalam pelaksanaannya harus sesuai dengan standar penyimpanan. c.
Penyaluran/distribusi Penyaluran alokon dapat dilakukan dengan system pull distribution system (request system) dan push
distribution system (Dropping) d. Pencatatan dan pelaporan (Pedoman Manajemen Pelayanan Keluarga Berencana, 2014)

TUJUAN KEGIATAN

- Meningkatkan program kerja di UPTD Puskesmas Ciampea terkait Keluarga Berencana sehingga masyarakat mendapatkan
pelayanan dan pembinaan kesehatan yang lebih baik lagi dari Puskesmas.
- Menambah pengetahuan dan informasi yang lebih banyak mengenai pelayanan Keluarga Berencana, salah satunya tahu
metode kontrasepsi yang sesuai digunakan sampai dengan efek samping dan komplikasi yang bisa ditimbulkan
- Bagi dokter internsip agar mempunyai pengalaman dan pengetahuan tentang evaluasi gerakan Keluarga Berencana di
Puskesmas dalam lingkup wilayah kerja puskesmas Ciampea

GAMBARAN PELAKSANAAN KEGIATAN

 Pelaksana kegiatan : Dokter umum/internsip, bidan pendamping

 Sasaran kegiatan : Wanita usia subur

 Waktu/Tempat : 28 Maret 2022 Pukul 10.00 / Poli KIA Puskesmas Ciampea

 Pendanaan dan sumber dana : JKN/BPJS, pembiayaan mandiri untuk pasien umum

 Hasil kegiatan :
KB suntik adalah kontrasepsi berupa cairan yang berisi hormone yang disuntikan ke dalam tubuh wanita melalui metode
intramuscular secara periodik. Injeksi KB Suntik 3 bulan berisi hormone progestin yang secara berkala per 3 bulan dilakuka pada
pasien atau akseptor. Pelayanan KB ini dapat dilakukan di faskes tingkat pertama seperti puskesmas, klinik BPM atau pratama.
Kegiatan KB dalam puskesmas Ciampea terdapat pada pelayanan unit BKIA di gedung PONED Puskesmas Ciampea. Waktu
pelayanan diadaka setiap hari Senin-Sabtu oleh bidan dan dokter yang tersedia. Pelayanan injeksi KB 3 bulan ini telah dilaksanakan
sesuai SOP yang berlaku mulai dari pendataan, pemeriksaan, penapisan masalah kesehatan, pelaksanaan tindakan dan KIE pada
akseptor mengenai KB. Berikut lampiran identitas pasien yang diberikan tindakan suntik KB.

Identitas pasien/Ket pasien :

Nama : Ny. DS

Usia : 28 tahun

Agama : Islam

Alamat : Desa Banteng, Kec. Ciampea

Pekerjaan : IRT

Pendidikan : SMP

Nama suami : Tn. S

Usia : 31 tahun

Agama : Islam
Alamat : Desa Banteng, Kec. Ciampea

Pekerjaan : Pegawai swasta

Pendidikan : SMK

 Keluhan Utama

Tidak ada keluhan

 Riwayat Perkawinan

Kawin 1 kali usia 19 tahun dengan suami sekarang sudah berjalan 9 tahun

 Riwayat Obstetri

1. 2016 : UK 39 minggu, penyulit (-), persalinan normal di BPM bidan desa, Bayi perempuan BB 2900gr PB
50cm keadaan sehat normal, masa nifas tidak ada penyulit ASI eeksklusif s/d 8bulan

 Riwayat KB

Kontrasepsi suntik 3 bulan sejak 2021 di unit BKIA Puskesmas Ciampea, masalah (-)

 Riwayat Kesehatan Keluarga dan Penyakit

Riwayat kesehatan ibu terbilang baik, tidak ada riwayat penyakit turunan, riwayat DM (-) hipertensi (-) jantung (-) kanker (-)

 Data objektif :
- Keadaan Umum : Baik

- Kesadaran : Composmentis

- TD : 120/70 mmHg RR : 18x/m

N : 80x/m Suhu : 36 c

- TB : 155 cm

- BB awal : 60 kg BB sekarang : 65kg

 Diagnosa : Ny. DS P1 A0 usia 28tahun akseptor kontrasepsi suntik 3 bulan

 Terapi : Tindakan penyuntikan KB hormone 3 bulan

 Kesimpulan :

Terlaksananya program KB untuk wanita usia subur di puskesmas Ciampea sudah berjalan cukup baik. Prosedur tindakan yang sudah
sesuai SOP yang berlaku membuat pasien menjadi lebih yakin untuk melakukan tindakan KB di puskesmas ciampea. Selain itu pasien
lebih optimal mendapat pelayanan nya karena bisa mendapatkan informasi yang lebih lengkao dan mumpuni mengenai kesehatannya
khususnya terkait program KB yang sedang dijalani.
ADVOKASI

Laporan 1

LATAR BELAKANG KEGIATAN

Advokasi adalah suatu kata yang telah digunakan berpuluh-puluh tahun dalam kesehatan dan kedokteran. Manifestasi awal
advokasi digambarkan sebagai langkah yang dilakukan oleh seseorang atau suatu lembaga/organisasi untuk mewakili konsumen
kesehatan dan pelayanan publik yang kurang beruntung. Beberapa rumah sakit misalnya, mempunyai advokat bagi pasien, yang
merupakan cikal bakal pembela hak pasien pada dewasa ini. Sejak 1983, istilah advokasi menjadi salah satu istilah dalam kesehatan
masyarakat, dan merupakan salah satu kunci dari Ottawa.1 Menurut Johns Hopkins Advokasi adalah usaha untuk mempengaruhi
kebijakan publik melalui bermacam-macam bentuk komunikasi persuasif. Istilah advocacy/advokasi di bidang kesehatan mulai
digunakan dalam program kesehatan masyarakat pertama kali oleh WHO pada tahun 1984 sebagai salah satu strategi global
Pendidikan atau Promosi Kesehatan Webster’s New Collegiate Dictionary mengartikan advokasi sebagai tindakan atau proses untuk
membela atau memberi dukungan.

Advokasi dapat pula diterjemahkan sebagai upaya atau proses yang strategis dan terencana untuk mendapatkan komitmen dan
dukungan dari pihak-pihak yang terkait (stakeholders). Pihak-pihak yang terkait ini berupa tokoh-tokoh masyarakat (formal dan
informal) yang umumnya berperan sebagai narasumber (opinion leader), atau penentu kebijakan (norma) atau penyandang dana. Juga
berupa kelompok-kelompok dalam masyarakat dan media massa yang dapat berperan dalam menciptakan suasana kondusif, opini
publik dan dorongan (pressure) bagi masyarakat. Advokasi bidang kesehatan adalah usaha untuk mempengaruhi para penentu
kebijakan atau pengambil keputusan untuk membuat kebijakan publik yang bermanfaat untuk peningkatan kesehatan masyarakat.
Advokasi bidang kesehatan mulai digunakan dalam program kesehatan masyarakat pertama kali oleh WHO pada tahun 1984 sebagai
salah satu strategi global Promosi Kesehatan
Indeks Keluarga Sehat (IKS) adalah perhitungan kedua belas indikator keluarga sehat dari setiap keluarga yang besarnya
berkisar antara 0 sampai dengan 1. Keluarga yang tergolong dalam keluarga sehat adalah keluarga dengan IKS > 0,8 (Kementrian
Kesehatan RI, 2016). Capaian IKS masih tergolong rendah untuk beberapa daerah di Indonesia, hasil perhitungan IKS dari 9 provinsi
sasaran awal yaitu Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten dan
Sulawesi Selatan per 8 Juni 2017 didapatkan keluarga yang memiliki IKS di atas 0,8 sebesar 0,163 dari 570.326 keluarga (Pusdatin,
2018). Yang termasuk ke dalam indicator IKS adalah :

1) Keluarga mengikuti program KB

2) Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan

3) Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap

4) Bayi mendapatkan ASI eksklusif

5) Balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan

6) Penderita tuberculosis paru mendapatkan pengobatan sesuai standar

7) Penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur

8) Penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan

9) Anggota keluarga tidak ada yang merokok

10) Keluarga sudah menjadi peserta JKN

11) Keluarga mempunyai akses ke sarana air bersih

12) Keluarga mempunyai akses atau sarana jamban sehat


Sejak diadakannya Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK) yang telah disampaikan dalam Peraturan
Menteri Kesehatan No. 39 Tahun 2016 peraturan ini menjadi dasar pendekatan baru untuk mewujudkan keluarga Indonesia sehat.
Puskesmas sebagai ujung tombak berjalannya program ini telah merumuskan kegiatan yang terstruktur dalam membina keluarga sehat
di wilayahnya masing-masing. Harapan nya dengan berjalannya program ini masalah kesehatan yang ada pada keluarga tersebut bisa
diberikan intervensi salah satunya dengan dilaksanakan advokasi kepada pihak yang berwenang terkait pemberi kebijakan setempat.

TUJUAN KEGIATAN

- Mengetahui kegiatan pendataan prokesga dengan penilaian indeks keluarga sehat pada masyarakat wilayah Ciampea
- Mengetahui kegiatan advokasi yang dilaksanakan di tingkat kecamatan oleh puskesmas Ciampea
- Meninjau pelaksanaan advokasi yang termasuk dalam upaya promosi kesehatan di wilayah Puskesmas Ciampea

GAMBARAN PELAKSANAAN KEGIATAN

Judul laporan kegiatan :

Kegiatan Pendataan Indeks Keluarga Sehat Warga Kecamatan Ciampea serta Perumusan Intervensi Berupa Kegiatan
Advokasi

 Pelaksana kegiatan : Dokter umum/internsip, kader kesehatan pendamping

 Sasaran kegiatan : Keluarga dengan IKS prasehat

 Waktu/Tempat : 27 Juni 2022 Pukul 09.00 / Kantor kecamatan ciampea


 Pendanaan dan sumber dana : Dana puskesmas dari pemerintah daerah setempat

 Hasil kegiatan : (Berikut lampiran pelaksanaan kegiata serta nama keluarga terkait)

- Nama Keluarga :

Keluarga Ny. Ratna Wulan (RT 01/RW 01 desa Cibanteng Kecamatan Ciampea) Masalah : Belum terdaftar JKN <IKS awal 0.750
(pra sehat) -> 1.000 (sehat)>

Dalam melaksanakan kegiatan PIS-PK, puskesmas sebagai ujung tombak melakukan kegiatan-kegiatan terstruktur yaitu :

 Melakukan persiapan, antara lain sosialisasi lintas program dan lintas sector, pengorganisasian dan intregitas program

 Melakukan kunjungan rumah untuk pendataan kesehatan keluarga menggunakan profil kesehatan keluarga (prokesga)
dan pemberian intervensi awal melalui paket informasi kesehatan keluarga oleh Pembina keluarga

 Membuat dan mengelola pangkalan data puskesmas oleh tenaga pengelolaan data puskesmas

 Melakukan input data pada form tercetak atau elektronik

 Menganalisis, merumuskan intervensi masalah kesehatan, dan menyusun rencana puskesmas oleh pemimpin
puskesmas

 Melaksanakan penyuluhan kesehatan melalui kunjungan rumah oleh Pembina keluarga

 Melakukan pelayanan professional oleh tenaga teknis/professional puskesmas

 Melaksanakan sistem informasi dan pelaporan puskesmas oleh tenaga pendataan puskesmas
 Kesimpulan :

Dalam kegiatan ini setelah didapatkan data keluarga sehat beserta masalah yang ada didalamnya, rata-rata saat ini masih banyak yang
belum terdaftar sebagai peserta JKN, maka dengan itu kami merumuskan intervensi berupa kegiatan advokasi guna memudahkan
anggota keluarga untuk mendaftar sebagai peserta JKN ke kantor lurah dan kecamatan setempat. Harapannya IKS yang awalnya
masih tergolong prasehat bisa menjadi sehat setelah keluarga tersebut didaftarkan menjadi peserta JKN.

ADVOKASI

Laporan 2

LATAR BELAKANG KEGIATAN

Advokasi adalah suatu kata yang telah digunakan berpuluh-puluh tahun dalam kesehatan dan kedokteran. Manifestasi awal
advokasi digambarkan sebagai langkah yang dilakukan oleh seseorang atau suatu lembaga/organisasi untuk mewakili konsumen
kesehatan dan pelayanan publik yang kurang beruntung. Beberapa rumah sakit misalnya, mempunyai advokat bagi pasien, yang
merupakan cikal bakal pembela hak pasien pada dewasa ini. Sejak 1983, istilah advokasi menjadi salah satu istilah dalam kesehatan
masyarakat, dan merupakan salah satu kunci dari Ottawa.1 Menurut Johns Hopkins Advokasi adalah usaha untuk mempengaruhi
kebijakan publik melalui bermacam-macam bentuk komunikasi persuasif. Istilah advocacy/advokasi di bidang kesehatan mulai
digunakan dalam program kesehatan masyarakat pertama kali oleh WHO pada tahun 1984 sebagai salah satu strategi global
Pendidikan atau Promosi Kesehatan Webster’s New Collegiate Dictionary mengartikan advokasi sebagai tindakan atau proses untuk
membela atau memberi dukungan.
Advokasi dapat pula diterjemahkan sebagai upaya atau proses yang strategis dan terencana untuk mendapatkan komitmen dan
dukungan dari pihak-pihak yang terkait (stakeholders). Pihak-pihak yang terkait ini berupa tokoh-tokoh masyarakat (formal dan
informal) yang umumnya berperan sebagai narasumber (opinion leader), atau penentu kebijakan (norma) atau penyandang dana. Juga
berupa kelompok-kelompok dalam masyarakat dan media massa yang dapat berperan dalam menciptakan suasana kondusif, opini
publik dan dorongan (pressure) bagi masyarakat. Advokasi bidang kesehatan adalah usaha untuk mempengaruhi para penentu
kebijakan atau pengambil keputusan untuk membuat kebijakan publik yang bermanfaat untuk peningkatan kesehatan masyarakat.
Advokasi bidang kesehatan mulai digunakan dalam program kesehatan masyarakat pertama kali oleh WHO pada tahun 1984 sebagai
salah satu strategi global Promosi Kesehatan

Indeks Keluarga Sehat (IKS) adalah perhitungan kedua belas indikator keluarga sehat dari setiap keluarga yang besarnya
berkisar antara 0 sampai dengan 1. Keluarga yang tergolong dalam keluarga sehat adalah keluarga dengan IKS > 0,8 (Kementrian
Kesehatan RI, 2016). Capaian IKS masih tergolong rendah untuk beberapa daerah di Indonesia, hasil perhitungan IKS dari 9 provinsi
sasaran awal yaitu Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten dan
Sulawesi Selatan per 8 Juni 2017 didapatkan keluarga yang memiliki IKS di atas 0,8 sebesar 0,163 dari 570.326 keluarga (Pusdatin,
2018). Yang termasuk ke dalam indicator IKS adalah :

1) Keluarga mengikuti program KB

2) Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan

3) Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap

4) Bayi mendapatkan ASI eksklusif

5) Balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan

6) Penderita tuberculosis paru mendapatkan pengobatan sesuai standar


7) Penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur

8) Penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan

9) Anggota keluarga tidak ada yang merokok

10) Keluarga sudah menjadi peserta JKN

11) Keluarga mempunyai akses ke sarana air bersih

12) Keluarga mempunyai akses atau sarana jamban sehat

Sejak diadakannya Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK) yang telah disampaikan dalam Peraturan
Menteri Kesehatan No. 39 Tahun 2016 peraturan ini menjadi dasar pendekatan baru untuk mewujudkan keluarga Indonesia sehat.
Puskesmas sebagai ujung tombak berjalannya program ini telah merumuskan kegiatan yang terstruktur dalam membina keluarga sehat
di wilayahnya masing-masing. Harapan nya dengan berjalannya program ini masalah kesehatan yang ada pada keluarga tersebut bisa
diberikan intervensi salah satunya dengan dilaksanakan advokasi kepada pihak yang berwenang terkait pemberi kebijakan setempat.

TUJUAN KEGIATAN

- Mengetahui kegiatan pendataan prokesga dengan penilaian indeks keluarga sehat pada masyarakat wilayah Ciampea

- Mengetahui kegiatan advokasi yang dilaksanakan di tingkat kecamatan oleh puskesmas Ciampea

- Meninjau pelaksanaan advokasi yang termasuk dalam upaya promosi kesehatan di wilayah Puskesmas Ciampea
GAMBARAN PELAKSANAAN KEGIATAN

Judul laporan kegiatan :

Kegiatan Pendataan Indeks Keluarga Sehat Warga Kecamatan Ciampea serta Perumusan Intervensi Berupa Kegiatan
Advokasi

 Pelaksana kegiatan : Dokter umum/internsip, kader kesehatan pendamping

 Sasaran kegiatan : Keluarga dengan IKS prasehat

 Waktu/Tempat : 27 Juni 2022 Pukul 09.00 / Kantor kecamatan ciampea

 Pendanaan dan sumber dana : Dana puskesmas dari pemerintah daerah setempat

 Hasil kegiatan : (Berikut lampiran pelaksanaan kegiata serta nama keluarga terkait)

- Nama Keluarga :

Keluarga Tn. Endang Komarudin (RT 02/RW 06 desa Ciampea Kecamatan Ciampea) Masalah : Belum terdaftar JKN <IKS awal
0.667 (pra sehat) -> 1.000 (sehat)>

Dalam melaksanakan kegiatan PIS-PK, puskesmas sebagai ujung tombak melakukan kegiatan-kegiatan terstruktur yaitu :

 Melakukan persiapan, antara lain sosialisasi lintas program dan lintas sector, pengorganisasian dan intregitas program

 Melakukan kunjungan rumah untuk pendataan kesehatan keluarga menggunakan profil kesehatan keluarga (prokesga)
dan pemberian intervensi awal melalui paket informasi kesehatan keluarga oleh Pembina keluarga

 Membuat dan mengelola pangkalan data puskesmas oleh tenaga pengelolaan data puskesmas
 Melakukan input data pada form tercetak atau elektronik

 Menganalisis, merumuskan intervensi masalah kesehatan, dan menyusun rencana puskesmas oleh pemimpin
puskesmas

 Melaksanakan penyuluhan kesehatan melalui kunjungan rumah oleh Pembina keluarga

 Melakukan pelayanan professional oleh tenaga teknis/professional puskesmas

 Melaksanakan sistem informasi dan pelaporan puskesmas oleh tenaga pendataan puskesmas

 Kesimpulan :

Dalam kegiatan ini setelah didapatkan data keluarga sehat beserta masalah yang ada didalamnya, rata-rata saat ini masih banyak yang
belum terdaftar sebagai peserta JKN, maka dengan itu kami merumuskan intervensi berupa kegiatan advokasi guna memudahkan
anggota keluarga untuk mendaftar sebagai peserta JKN ke kantor lurah dan kecamatan setempat. Harapannya IKS yang awalnya
masih tergolong prasehat bisa menjadi sehat setelah keluarga tersebut didaftarkan menjadi peserta JKN.

ADVOKASI

Laporan 3

LATAR BELAKANG KEGIATAN


Advokasi adalah suatu kata yang telah digunakan berpuluh-puluh tahun dalam kesehatan dan kedokteran. Manifestasi awal
advokasi digambarkan sebagai langkah yang dilakukan oleh seseorang atau suatu lembaga/organisasi untuk mewakili konsumen
kesehatan dan pelayanan publik yang kurang beruntung. Beberapa rumah sakit misalnya, mempunyai advokat bagi pasien, yang
merupakan cikal bakal pembela hak pasien pada dewasa ini. Sejak 1983, istilah advokasi menjadi salah satu istilah dalam kesehatan
masyarakat, dan merupakan salah satu kunci dari Ottawa.1 Menurut Johns Hopkins Advokasi adalah usaha untuk mempengaruhi
kebijakan publik melalui bermacam-macam bentuk komunikasi persuasif. Istilah advocacy/advokasi di bidang kesehatan mulai
digunakan dalam program kesehatan masyarakat pertama kali oleh WHO pada tahun 1984 sebagai salah satu strategi global
Pendidikan atau Promosi Kesehatan Webster’s New Collegiate Dictionary mengartikan advokasi sebagai tindakan atau proses untuk
membela atau memberi dukungan.

Advokasi dapat pula diterjemahkan sebagai upaya atau proses yang strategis dan terencana untuk mendapatkan komitmen dan
dukungan dari pihak-pihak yang terkait (stakeholders). Pihak-pihak yang terkait ini berupa tokoh-tokoh masyarakat (formal dan
informal) yang umumnya berperan sebagai narasumber (opinion leader), atau penentu kebijakan (norma) atau penyandang dana. Juga
berupa kelompok-kelompok dalam masyarakat dan media massa yang dapat berperan dalam menciptakan suasana kondusif, opini
publik dan dorongan (pressure) bagi masyarakat. Advokasi bidang kesehatan adalah usaha untuk mempengaruhi para penentu
kebijakan atau pengambil keputusan untuk membuat kebijakan publik yang bermanfaat untuk peningkatan kesehatan masyarakat.
Advokasi bidang kesehatan mulai digunakan dalam program kesehatan masyarakat pertama kali oleh WHO pada tahun 1984 sebagai
salah satu strategi global Promosi Kesehatan

Indeks Keluarga Sehat (IKS) adalah perhitungan kedua belas indikator keluarga sehat dari setiap keluarga yang besarnya
berkisar antara 0 sampai dengan 1. Keluarga yang tergolong dalam keluarga sehat adalah keluarga dengan IKS > 0,8 (Kementrian
Kesehatan RI, 2016). Capaian IKS masih tergolong rendah untuk beberapa daerah di Indonesia, hasil perhitungan IKS dari 9 provinsi
sasaran awal yaitu Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten dan
Sulawesi Selatan per 8 Juni 2017 didapatkan keluarga yang memiliki IKS di atas 0,8 sebesar 0,163 dari 570.326 keluarga (Pusdatin,
2018). Yang termasuk ke dalam indicator IKS adalah :

1) Keluarga mengikuti program KB

2) Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan

3) Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap

4) Bayi mendapatkan ASI eksklusif

5) Balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan

6) Penderita tuberculosis paru mendapatkan pengobatan sesuai standar

7) Penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur

8) Penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan

9) Anggota keluarga tidak ada yang merokok

10) Keluarga sudah menjadi peserta JKN

11) Keluarga mempunyai akses ke sarana air bersih

12) Keluarga mempunyai akses atau sarana jamban sehat

Sejak diadakannya Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK) yang telah disampaikan dalam Peraturan
Menteri Kesehatan No. 39 Tahun 2016 peraturan ini menjadi dasar pendekatan baru untuk mewujudkan keluarga Indonesia sehat.
Puskesmas sebagai ujung tombak berjalannya program ini telah merumuskan kegiatan yang terstruktur dalam membina keluarga sehat
di wilayahnya masing-masing. Harapan nya dengan berjalannya program ini masalah kesehatan yang ada pada keluarga tersebut bisa
diberikan intervensi salah satunya dengan dilaksanakan advokasi kepada pihak yang berwenang terkait pemberi kebijakan setempat.

TUJUAN KEGIATAN

- Mengetahui kegiatan pendataan prokesga dengan penilaian indeks keluarga sehat pada masyarakat wilayah Ciampea

- Mengetahui kegiatan advokasi yang dilaksanakan di tingkat kecamatan oleh puskesmas Ciampea

- Meninjau pelaksanaan advokasi yang termasuk dalam upaya promosi kesehatan di wilayah Puskesmas Ciampea

GAMBARAN PELAKSANAAN KEGIATAN

Judul laporan kegiatan :

Kegiatan Pendataan Indeks Keluarga Sehat Warga Kecamatan Ciampea serta Perumusan Intervensi Berupa Kegiatan
Advokasi

 Pelaksana kegiatan : Dokter umum/internsip, kader kesehatan pendamping

 Sasaran kegiatan : Keluarga dengan IKS prasehat

 Waktu/Tempat : 27 Juni 2022 Pukul 09.00 / Kantor kecamatan ciampea

 Pendanaan dan sumber dana : Dana puskesmas dari pemerintah daerah setempat

 Hasil kegiatan : (Berikut lampiran pelaksanaan kegiata serta nama keluarga terkait)
- Nama Keluarga :

Keluarga Tn. Paat Saputra (RT 02/RW 03 desa Ciampea Kecamatan Ciampea) Masalah : Belum terdaftar JKN <IKS awal
0.750 (pra sehat) -> 1.000 (sehat)>

Dalam melaksanakan kegiatan PIS-PK, puskesmas sebagai ujung tombak melakukan kegiatan-kegiatan terstruktur yaitu :

 Melakukan persiapan, antara lain sosialisasi lintas program dan lintas sector, pengorganisasian dan intregitas program

 Melakukan kunjungan rumah untuk pendataan kesehatan keluarga menggunakan profil kesehatan keluarga (prokesga)
dan pemberian intervensi awal melalui paket informasi kesehatan keluarga oleh Pembina keluarga

 Membuat dan mengelola pangkalan data puskesmas oleh tenaga pengelolaan data puskesmas

 Melakukan input data pada form tercetak atau elektronik

 Menganalisis, merumuskan intervensi masalah kesehatan, dan menyusun rencana puskesmas oleh pemimpin
puskesmas

 Melaksanakan penyuluhan kesehatan melalui kunjungan rumah oleh Pembina keluarga

 Melakukan pelayanan professional oleh tenaga teknis/professional puskesmas

 Melaksanakan sistem informasi dan pelaporan puskesmas oleh tenaga pendataan puskesmas

 Kesimpulan :
Dalam kegiatan ini setelah didapatkan data keluarga sehat beserta masalah yang ada didalamnya, rata-rata saat ini masih banyak yang
belum terdaftar sebagai peserta JKN, maka dengan itu kami merumuskan intervensi berupa kegiatan advokasi guna memudahkan
anggota keluarga untuk mendaftar sebagai peserta JKN ke kantor lurah dan kecamatan setempat. Harapannya IKS yang awalnya
masih tergolong prasehat bisa menjadi sehat setelah keluarga tersebut didaftarkan menjadi peserta JKN.

KESLING

Laporan 1

LATAR BELAKANG

Menurut World Health Organization (WHO), kesehatan lingkungan adalah suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara
manusia dan lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia.Himunan Ahli Kesehatan Lingkungan (HAKLI)
mendefinisikan kesehatan lingkungan sebagai suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan ekologi yang dinamis
antara manusia dan lingkungannya untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan bahagia (Mundiatum dan
Daryanto, 2015). Kesehatan lingkungan merupakan kesehatan yang sangat penting bagi kelancaran kehidupan pribumi, karena
lingkungan adalah tempat dimana pribadi tinggal. Lingkungan dapat dikatakan sehat apabila sudah memenuhi syarat-syarat
lingkungan yang sehat. Kesehatan lingkungan yaitu bagian integral ilmu kesehatan masyarakat yang khusus menangani dan
mempelajari hubungan manusia dengan lingkungan dalam keseimbangan ekologi.

Jadi kesehatan lingkungan merupakan bagian dari ilmu kesehatan masyarakat. Terdapat 17 ruang lingkup kesehatan
lingkungan menurut WHO, yaitu : a. Penyediaan air minum, khususnya yang menyangkut persediaan jumlah air b. Pengelolaan air
buangan dan pengendalian pencemaran, termasuk masalah pengumpulan, pembersihan dan pembuangan c. Pembuangan sampah padat
d. Pengendalian vektor, termasuk anthropoda, binatang mengerat e. Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh perbuatan
manusia f. Higiene makanan, termasuk hygiene susu g. Pengendalian pencemaran udara h. Pengendalian radiasi i. Kesehatan Kerja,
terutama pengaruh buruk dari faktor fisik, kimia dan biologis j. Pengendalian kebisingan k. Perumahan dan pemukiman l. Aspek
kesehatan lingkungan dan transportasi udara 8 m. Perencanaan daerah dan perkotaan n. Pencegahan kecelakaan o. Rekreasi umum dan
pariwisata p. Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan epidemik/wabah, bencana alam dan perpindahan
penduduk q. Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin.

Rumah sehat merupakan salah satu sarana untuk mencapai derajat kesehatan yang optimum. Salah satu komponen utama untuk
memperoleh rumah yang sehat ditentukan oleh tersedianya sarana sanitasi perumahan. Sanitasi adalah upaya pencegahan penyakit
melalui pengendalian faktor lingkungan yang menjadi mata rantai penularan penyakit. Adanya pembinaan kepada keluarga binaan
terkait rumah sehat merupakan salah satu program dokter internsip guna menunjang pelayanan kesehatan yang bersifat holistik yang
diharapkan memberikan dampak baik terhadap kesehatan lingkungan khususnya pada keluarga binaan tersebut dan umumnya untuk
wilayah kerja Ciampea.

TUJUAN KEGIATAN

- Mengetahui kelompok masyarakat yang masuk dalam kategori rumah sehat


- Melakukan pembinaan terhadap keluarga yang belum memenuhi kategori rumah sehat agar dapat menjadikan rumah tersebut
masuk ke kategori rumah sehat
- Meninjau pelayanan kesehatan lingkungan di wilayah kerja puskesmas Ciampea

GAMBARAN PELAKSANAAN KEGIATAN

Judul laporan kegiatan :


IDENTIFIKASI RUMAH SEHAT PADA KELUARGA BINAAN

 Pelaksana kegiatan : Dokter umum/internsip, petugas kesehatan lingkungan Puskesmas Ciampea

 Sasaran kegiatan : Keluarga binaan

 Waktu/Tempat : 14 Maret 2022 Pukul 10.00 / Rumah keluarga binaan

 Pendanaan dan sumber dana : Dana puskesmas

 Hasil kegiatan : (Lampiran identitas keluarga binaan)

Identitas keluarga binaan :

Keluarga Tn. Ujang tinggal di Desa Bojong Rangkas RT 01/RW 04 Kecamatan Ciampea. Di rumah ini Tn. U tinggal dengan istri dan
anaknya, namun hanya anak terakhir saja yang tinggal serumah dengan orangtuanya sementara dua yang lain sudah tinggal bersama
suami nya di rumah masing-masing. Tn U memiliki istri yaitu Ny. R sebagai ibu rumah tangga dan memiliki 3 orang anak yaitu Ny.
N, Ny. R yang mana keduanya sudah menikah dan Nn. K yang saat ini sekolah kelas 1 SMK. Tn. U yang saat ini berusia 57 tahun
bekerja sebagai buruh harian dengan penghasilan 300.000-500.000 setiap bulan dengan latar belakang pendidikan SD.

 Bangunan Tempat Tinggal

Keluarga Tn. Utinggal di sebuah bangunan rumah diatas tanah seluas 12 x 7 m2. Tidak terdapat ventilasi, namun terdapat jendela
tetapi jendela tersebut tidak pernah dibuka, sehingga udara dan cahaya matahari tidak dapat masuk kerumah tersebut. Di rumah
tersebut memiliki 1 pintu depan dan 2 jendela di ruang tamu. Pencahayaan di rumah harus menggunakan lampu karena cahaya dari
luar tidak bisa masuk ke dalam. Terdapat 5 ruangan di rumah tersebut. Saat pintu masuk terdapat ruang tamu, disebelahnya terdapat
kamar anaknya, di belakang ruang tamu terdapat kamar Tn. U dan Istrinya, di seberang nya terdapat ruang shalat. Di belakang kamar
nya terdapat dapur dan sebelah nya yaitu kamar mandi. Seluruh ruang di rumah ini beralaskan keramik kecuali dapur dan kamar
mandi yang beralaskan semen. Dinding rumah sebagian besar terbuat dari bilik bambu, kemudian atap rumah ditutupi oleh atap
bambu. Keluarga Tn. U sering menggunakan air pompa jetpam sebagai sumber untuk keperluan MCK dan konsumsi sehari-hari.
Keluarga Tn. U mengaku mencuci tangan sebelum makan dengan air mengalir dan sabun.

 Lingkungan Pemukiman

Rumah Tn. U terletak di pemukiman yang padat penduduk. Di bagian depan terdapat jalanan kecil dan rumah dari anak pertamanya
Ny. N, bagian kanan, kiri dan belakang berbatasan langsung dengan rumah tetangga. Terdapat selokan untuk mengalirkan limbah cair
persis disamping jalan rumahnya, pembuangan sampah biasanya dibuang ke tempat sampah yang ada di belakang rumah anak
pertamanya.

Tabel 1. Faktor Internal Keluarga Tn. U

No Faktor Internal Permasalahan

Kebiasaan Merokok Tn. U merokok 1 bungkus/hari dan merokok

1 didalam rumah

Semua anggota keluarga tidak memiliki kebiasaan


2 Olah raga berolahraga.

Ny. R memasak makanan sendiri untuk keluarganya. Ia sering


memasak makanan dengan menu seperti nasi putih dan ikan
3 Pola Makan
asin. Sehari- harinya mereka makan besar 2 kali.

Pola Pencarian Apabila sakit, merekamembeli obat di


warung,
4 Pengobatan
jarang pergi ke fasilitas kesehatan manapun.

a. Tn. U bekerja sebagai buruh harian, namun kalau


sedang tidak ada panggilan maka ia mencari belut di rawa
untuk kemudian dijual. Setiap hari biasanya mulai dari
6 Aktivitas sehari- jam 7 pagi sampai 4 sore. Tn. U sebagai kepala keluarga
hari
b. Ny. R berativitas sebagai ibu rumah tangga

c. Anak pertama dan kedua Tn. U telah menikah yang


pertama sebagai ibu rumah tangga dan yang kedua
sebagai karyawan pabrik. Sementara anak ketiga masih
bersekolah di SMK
Tabel 2. Faktor Eksternal Keluarga Tn. Jamsari

No Kriteria Permasalahan

1. Luas Bangunan Luas rumah 12 x 7 m2

Terdapat 5 ruangan di dalam rumah yaitu


ruang tamu, kamar orangtua, kamar anak,
2. Ruangan di rumah
kamar shalat, dapur, dan kamar mandi

3. Jamban Tidak terdapat jamban di dalam rumah

4. Ventilasi Tidak terdapat di dalam rumah namun ada


2 jendela yang jarang di buka

a. Terdapat 1 lampu di kamar orangtua

b. Terdapat 1 lampu di kamar anak

5. Pencahayaan c. Terdapat 1 lampu di ruang tamu

d. Terdapat 1 lampu di dapur

6. Hanya memiliki fasilitas untuk mandi dan


MCK cuci namun tidak ada untuk kakus

Dalam kesehariannya Tn. Jamsari


menggunakan air pompa jetpam yang
7. Sumber Air
digunakan untuk mandi, dan mencuci baju.
Serta membeli air bersih untuk memasak
dan minum di kampong sebrang untuk
kebutuhan air minum sehari- hari.

Saluran pembuangan limbah Terdapat saluran pembuangan limbah di


samping rumah
8.

Tempat pembuangan sampah Keluarga Ny. Rijah tidak memiliki tempat


pembuangan sampah dirumahnya,
9
kemudian mereka membuang sampahnya di
belakang rumah anak pertamanya

Di depan, samping kanan, kiri dan belakang


terdapat rumah tetangga yang berbatasan
10 Lingkungan sekitar rumah
langsung dengan dinding rumah hanya
beberapa yang dibatasi oleh jalanan kecil.
 Kesimpulan :

Kegiatan ini dilakukan oleh dokter internsip dan petugas kesehatan lingkungan puskesmas Ciampea. Sebelum
kunjungan kami melakukan koordinasi antara petugas kesling dan kader wilayah setempat untuk diadakannya kunjungan oleh
tim dokter internsip. Lalu kami mendatangi rumah keluarga binaan dan mulai melakukan pendekatan serta melakukan inspeksi
terkait rumah sehat dari keluarga tersebut. Identifikasi masalah pun mulai dijabarkan dan kami buat jadwal kunjungan guna
memberikan pembinaan kepada keluarga tersebut. Adapun rencana pembinaan yang akan kami berikan meliputi pembinaan
jamban sehat, sumber air bersih, perilaku hidup bersih dan sehat, ventilasi dan pencahayaan penunjang rumah sehat seta
terakhir evaluasi.

KESLING

Laporan 2

LATAR BELAKANG

Menurut World Health Organization (WHO), kesehatan lingkungan adalah suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara
manusia dan lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia.Himunan Ahli Kesehatan Lingkungan (HAKLI)
mendefinisikan kesehatan lingkungan sebagai suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan ekologi yang dinamis
antara manusia dan lingkungannya untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan bahagia (Mundiatum dan
Daryanto, 2015). Kesehatan lingkungan merupakan kesehatan yang sangat penting bagi kelancaran kehidupan pribumi, karena
lingkungan adalah tempat dimana pribadi tinggal. Lingkungan dapat dikatakan sehat apabila sudah memenuhi syarat-syarat
lingkungan yang sehat. Kesehatan lingkungan yaitu bagian integral ilmu kesehatan masyarakat yang khusus menangani dan
mempelajari hubungan manusia dengan lingkungan dalam keseimbangan ekologi.

Jadi kesehatan lingkungan merupakan bagian dari ilmu kesehatan masyarakat. Terdapat 17 ruang lingkup kesehatan
lingkungan menurut WHO, yaitu : a. Penyediaan air minum, khususnya yang menyangkut persediaan jumlah air b. Pengelolaan air
buangan dan pengendalian pencemaran, termasuk masalah pengumpulan, pembersihan dan pembuangan c. Pembuangan sampah padat
d. Pengendalian vektor, termasuk anthropoda, binatang mengerat e. Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh perbuatan
manusia f. Higiene makanan, termasuk hygiene susu g. Pengendalian pencemaran udara h. Pengendalian radiasi i. Kesehatan Kerja,
terutama pengaruh buruk dari faktor fisik, kimia dan biologis j. Pengendalian kebisingan k. Perumahan dan pemukiman l. Aspek
kesehatan lingkungan dan transportasi udara 8 m. Perencanaan daerah dan perkotaan n. Pencegahan kecelakaan o. Rekreasi umum dan
pariwisata p. Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan epidemik/wabah, bencana alam dan perpindahan
penduduk q. Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin.

Rumah sehat merupakan salah satu sarana untuk mencapai derajat kesehatan yang optimum. Salah satu komponen utama untuk
memperoleh rumah yang sehat ditentukan oleh tersedianya sarana sanitasi perumahan. Sanitasi adalah upaya pencegahan penyakit
melalui pengendalian faktor lingkungan yang menjadi mata rantai penularan penyakit. Adanya pembinaan kepada keluarga binaan
terkait rumah sehat merupakan salah satu program dokter internsip guna menunjang pelayanan kesehatan yang bersifat holistik yang
diharapkan memberikan dampak baik terhadap kesehatan lingkungan khususnya pada keluarga binaan tersebut dan umumnya untuk
wilayah kerja Ciampea..

TUJUAN KEGIATAN

- Mengetahui kelompok masyarakat yang masuk dalam kategori rumah sehat


- Melakukan pembinaan terhadap keluarga yang belum memenuhi kategori rumah sehat agar dapat menjadikan rumah tersebut
masuk ke kategori rumah sehat
- Meninjau pelayanan kesehatan lingkungan di wilayah kerja puskesmas Ciampea

GAMBARAN PELAKSANAAN KEGIATAN

Judul laporan kegiatan :

PEMBINAAN PERMASALAHAN SUMBER AIR BERSIH

 Pelaksana kegiatan : Dokter umum/internsip, petugas kesehatan lingkungan Puskesmas Ciampea

 Sasaran kegiatan : Keluarga binaan

 Waktu/Tempat : 30 Maret 2022 Pukul 10.00 / Rumah keluarga binaan

 Pendanaan dan sumber dana : Dana puskesmas

 Hasil kegiatan :

Memberikan pembinaan kepada keluarga binaan mengenai permasalahan air bersih yang ada di keluarga tersebut. setelah itu
memberikn edukasi mengenai pengelolaan air minum dan dan makanan rumah tangga sesuai pedoman pembinaan krida
lingkungan sehat kemenkes, 2018 yang lampirannya sebagai berikut.

A. Pengelolaan Air Minum di Rumah Tangga, dilakukan dengan cara : 1. Pengelolaan air baku, dilakukan apabila air baku
keruh dengan cara pengolahan awal : a.Pengendapan dengan gravitasi alami b.Penyaringan dengan kain c. Penjernihan
dengan bahan kimia/tawas
B. Pengolahan air minum di rumah tangga, dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan kualitas air yang layak untuk
dikonsumsi dengan menghilangkan bakteri dan kuman penyebab penyakit melalui : a. Filtrasi (penyaringan), contoh :
biosand filter, keramik filter b. Klorinasi, contoh : klorin cair, klorin tablet c. Koagulasi dan flokulasi (penggumpalan)
contoh : pemberian bubuk koagulan pada air baku d. Desinfeksi, contoh : merebus air, Sodis (Solar Water Disinfection)
C. Wadah penyimpanan air minum. Setelah pengolahan air, tahapan selanjutnya menyimpan air minum dengan aman untuk
keperluan sehari- hari, dengan cara : 11 a. Wadah penyimpanan : tertutup, berleher sempit atau lebih baik dilengkapi
dengan kran. Wadah penyimpanan dicuci setelah tiga hari atau saat air habis, gunakan air yang sudah diolah sebagai air
bilasan terakhir. b. Penyimpanan air yang sudah diolah; disimpan dalam tempat yang bersih dan selalu tertutup c. Tempat
minum dengan menggunakan gelas yang bersih dan kering dan dilakukan dengan tidak berperilaku meminum air langsung
mengenai mulut/ wadah kran. d. Meletakkan wadah penyimpanan air minum di tempat yang bersih dan sulit terjangkau
oleh binatang
D. Hal penting dalam Pengelolaan air minum dan makanan di rumah tangga : 1. Cuci tangan sebelum menangani air minum
dan mengolah makanan siap santap. 15 2. Mengolah air minum secukupnya sesuai dengan kebutuhan rumah tangga 3.
Gunakan air yang sudah diolah untuk mencuci sayur dan buah siap santap serta untuk mengolah makanan siap santap 4.
Tidak mencelupkan tangan ke dalam air yang sudah diolah menjadi air minum 5. Secara periodik meminta petugas
kesehatan untuk melakukan pemeriksaan air guna pengujian laboratorium.
 Kesimpulan : :
Kegiatan ini dilakukan oleh dokter internsip dan petugas kesehatan lingkungan puskesmas Ciampea. Sebelum kunjungan kami
melakukan koordinasi antara petugas kesling dan kader wilayah setempat untuk diadakannya kunjungan oleh tim dokter
internsip. Setelah pembinaan dan edukasi kami berikan kepada keluarga tersebut mereka paham dan mendapatkan pengetahuan
baru dan mulai membiasakan untuk menerapkan nya dikehidupan sehari-hari. Hal ini menunjukan bahwa ada dampak baik
pada perubahan perilaku keluarga tersebut.
KESLING

Laporan 3

LATAR BELAKANG

Menurut World Health Organization (WHO), kesehatan lingkungan adalah suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara
manusia dan lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia.Himunan Ahli Kesehatan Lingkungan (HAKLI)
mendefinisikan kesehatan lingkungan sebagai suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan ekologi yang dinamis
antara manusia dan lingkungannya untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan bahagia (Mundiatum dan
Daryanto, 2015). Kesehatan lingkungan merupakan kesehatan yang sangat penting bagi kelancaran kehidupan pribumi, karena
lingkungan adalah tempat dimana pribadi tinggal. Lingkungan dapat dikatakan sehat apabila sudah memenuhi syarat-syarat
lingkungan yang sehat. Kesehatan lingkungan yaitu bagian integral ilmu kesehatan masyarakat yang khusus menangani dan
mempelajari hubungan manusia dengan lingkungan dalam keseimbangan ekologi.

Jadi kesehatan lingkungan merupakan bagian dari ilmu kesehatan masyarakat. Terdapat 17 ruang lingkup kesehatan
lingkungan menurut WHO, yaitu : a. Penyediaan air minum, khususnya yang menyangkut persediaan jumlah air b. Pengelolaan air
buangan dan pengendalian pencemaran, termasuk masalah pengumpulan, pembersihan dan pembuangan c. Pembuangan sampah padat
d. Pengendalian vektor, termasuk anthropoda, binatang mengerat e. Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh perbuatan
manusia f. Higiene makanan, termasuk hygiene susu g. Pengendalian pencemaran udara h. Pengendalian radiasi i. Kesehatan Kerja,
terutama pengaruh buruk dari faktor fisik, kimia dan biologis j. Pengendalian kebisingan k. Perumahan dan pemukiman l. Aspek
kesehatan lingkungan dan transportasi udara 8 m. Perencanaan daerah dan perkotaan n. Pencegahan kecelakaan o. Rekreasi umum dan
pariwisata p. Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan epidemik/wabah, bencana alam dan perpindahan
penduduk q. Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin.
Rumah sehat merupakan salah satu sarana untuk mencapai derajat kesehatan yang optimum. Salah satu komponen utama untuk
memperoleh rumah yang sehat ditentukan oleh tersedianya sarana sanitasi perumahan. Sanitasi adalah upaya pencegahan penyakit
melalui pengendalian faktor lingkungan yang menjadi mata rantai penularan penyakit. Adanya pembinaan kepada keluarga binaan
terkait rumah sehat merupakan salah satu program dokter internsip guna menunjang pelayanan kesehatan yang bersifat holistik yang
diharapkan memberikan dampak baik terhadap kesehatan lingkungan khususnya pada keluarga binaan tersebut dan umumnya untuk
wilayah kerja Ciampea.

TUJUAN KEGIATAN

- Mengetahui kelompok masyarakat yang masuk dalam kategori rumah sehat

- Melakukan pembinaan terhadap keluarga yang belum memenuhi kategori rumah sehat agar dapat menjadikan rumah tersebut
masuk ke kategori rumah sehat

- Meninjau pelayanan kesehatan lingkungan di wilayah kerja puskesmas Ciampea

GAMBARAN PELAKSANAAN KEGIATAN

Judul laporan kegiatan :

PEMBINAAN JAMBAN SEHAT

 Pelaksana kegiatan : Dokter umum/internsip, petugas kesehatan lingkungan Puskesmas Ciampea

 Sasaran kegiatan : Keluarga binaan


 Waktu/Tempat : 20 April 2022 Pukul 10.00 / Rumah keluarga binaan

 Pendanaan dan sumber dana : Dana puskesmas

 Hasil kegiatan :

Memberikan pembinaan dan edukasi kepada keluarga binaan mengenai jamba sehat sesuai pedoman pembinaan krida lingkungan
sehat kemenkes, 2018 yang lampirannya sebagai berikut.

Standar dan persyaratan kesehatan bangunan jamban terdiri dari :

a. Bangunan atas jamban (dinding dan atau atap). Bangunan atas jamban harus berfungsi untuk melindungi
pemakai dari gangguan cuaca dan gangguan lainnya.
b. Bangunan tengah jamban. Terdapat dua bagian bangunan tengah jamban, yaitu: 1. Lubang tempat pembuangan
kotoran (tinja dan urine) yang saniter dilengkapi oleh konstruksi leher angsa sebagai penahan bau. 2. Lubang
dapat dibuat tanpa leher angsa akan tetapi diberi tutup pada lubang buangan feses. Lantai jamban terbuat dari
bahan kedap air, tidak licin, dan mempunyai saluran untuk pembuangan air ke sistem pembuangan air limbah
(SPAL) 7
c. Bangunan bawah. Merupakan bangunan penampungan, pengolah, dan pengurai kotoran/tinja yang berfungsi
mencegah terjadinya pencemaran atau kontaminasi dari tinja melalui vektor pembawa penyakit, baik secara
langsung maupun tidak langsung.

Terdapat 2 (dua) macam bentuk bangunan bawah jamban, yaitu : 1. Tangki Septik, adalah suatu bak kedap air yang berfungsi
sebagai penampungan limbah kotoran manusia (tinja dan urine). Bagian padat dari kotoran manusia akan tertinggal dalam tangki
septik, sedangkan bagian cairnya akan keluar dari tangki septik dan diresapkan melalui bidang/sumur resapan. Jika tidak
memungkinkan dibuat resapan maka dibuat suatu filter untuk mengelola cairan tersebut. 2. Cubluk, merupakan lubang galian yang
akan menampung limbah padat dan cair dari kotoran manusia yang masuk setiap harinya dan akan meresapkan cairan limbah tersebut
ke dalam tanah dengan syarat tidak mencemari air tanah. Bagian padat dari limbah tersebut akan diuraikan secara biologis. Bentuk
cubluk dapat dibuat bundar atau segi empat, aman bagi pengguna dan dinding cubluk dapat diperkuat dengan pasangan bata, batu kali,
buis beton, anyaman bambu, penguat kayu.

 Kesimpulan :

Kegiatan ini dilakukan oleh dokter internsip dan petugas kesehatan lingkungan puskesmas Ciampea. Sebelum kunjungan kami
melakukan koordinasi antara petugas kesling dan kader wilayah setempat untuk diadakannya kunjungan oleh tim dokter internsip.
Setelah pembinaan dan edukasi kami berikan kepada keluarga tersebut mereka paham dan mendapatkan pengetahuan baru mengenai
jamban sehat dan memperbaiki fasilitas jamban yang ada di rumah tersebut. Hal ini menunjukan bahwa ada ilmu yang diserap dan
kelarga berusaha menerapkan hal tersebut di kehidupannya.

KESLING

Laporan 4

LATAR BELAKANG

Menurut World Health Organization (WHO), kesehatan lingkungan adalah suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara
manusia dan lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia.Himunan Ahli Kesehatan Lingkungan (HAKLI)
mendefinisikan kesehatan lingkungan sebagai suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan ekologi yang dinamis
antara manusia dan lingkungannya untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan bahagia (Mundiatum dan
Daryanto, 2015). Kesehatan lingkungan merupakan kesehatan yang sangat penting bagi kelancaran kehidupan pribumi, karena
lingkungan adalah tempat dimana pribadi tinggal. Lingkungan dapat dikatakan sehat apabila sudah memenuhi syarat-syarat
lingkungan yang sehat. Kesehatan lingkungan yaitu bagian integral ilmu kesehatan masyarakat yang khusus menangani dan
mempelajari hubungan manusia dengan lingkungan dalam keseimbangan ekologi.

Jadi kesehatan lingkungan merupakan bagian dari ilmu kesehatan masyarakat. Terdapat 17 ruang lingkup kesehatan
lingkungan menurut WHO, yaitu : a. Penyediaan air minum, khususnya yang menyangkut persediaan jumlah air b. Pengelolaan air
buangan dan pengendalian pencemaran, termasuk masalah pengumpulan, pembersihan dan pembuangan c. Pembuangan sampah padat
d. Pengendalian vektor, termasuk anthropoda, binatang mengerat e. Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh perbuatan
manusia f. Higiene makanan, termasuk hygiene susu g. Pengendalian pencemaran udara h. Pengendalian radiasi i. Kesehatan Kerja,
terutama pengaruh buruk dari faktor fisik, kimia dan biologis j. Pengendalian kebisingan k. Perumahan dan pemukiman l. Aspek
kesehatan lingkungan dan transportasi udara 8 m. Perencanaan daerah dan perkotaan n. Pencegahan kecelakaan o. Rekreasi umum dan
pariwisata p. Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan epidemik/wabah, bencana alam dan perpindahan
penduduk q. Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin.

Rumah sehat merupakan salah satu sarana untuk mencapai derajat kesehatan yang optimum. Salah satu komponen utama untuk
memperoleh rumah yang sehat ditentukan oleh tersedianya sarana sanitasi perumahan. Sanitasi adalah upaya pencegahan penyakit
melalui pengendalian faktor lingkungan yang menjadi mata rantai penularan penyakit. Adanya pembinaan kepada keluarga binaan
terkait rumah sehat merupakan salah satu program dokter internsip guna menunjang pelayanan kesehatan yang bersifat holistik yang
diharapkan memberikan dampak baik terhadap kesehatan lingkungan khususnya pada keluarga binaan tersebut dan umumnya untuk
wilayah kerja Ciampea.

TUJUAN KEGIATAN
- Mengetahui kelompok masyarakat yang masuk dalam kategori rumah sehat

- Melakukan pembinaan terhadap keluarga yang belum memenuhi kategori rumah sehat agar dapat menjadikan rumah tersebut
masuk ke kategori rumah sehat

- Meninjau pelayanan kesehatan lingkungan di wilayah kerja puskesmas Ciampea

GAMBARAN PELAKSANAAN KEGIATAN

Judul laporan kegiatan :

PEMBINAAN PENGOLAHAN MAKANAN SKALA RUMAH TANGGA

 Pelaksana kegiatan : Dokter umum/internsip, petugas kesehatan lingkungan Puskesmas Ciampea

 Sasaran kegiatan : Keluarga binaan

 Waktu/Tempat : 13 Mei 2022 Pukul 10.00 / Rumah keluarga binaan

 Pendanaan dan sumber dana : Dana puskesmas

 Hasil kegiatan :

Memberikan pembinaan dan edukasi kepada keluarga binaan mengenai pengolahan makanan di rumah tangga sesuai pedoman
pembinaan krida lingkungan sehat kemenkes, 2018 yang lampirannya sebagai berikut

Pengelolaan Makanan di Rumah Tangga


Perilaku masyarakat pada tingkat rumah tangga untuk melakukan pengelolaan makanan dengan baik dan benar agar tidak
menyebabkan gangguan kesehatan dan bermanfaat bagi tubuh. Cara pengelolaan makanan yang baik dilakukan dengan menerapkan
prinsip higiene dan sanitasi makanan. Prinsip higiene dan sanitasi makanan tersebut adalah:

i. Pemilihan bahan makanan. Pemilihan bahan makanan harus memperhatikan mutu dan kualitas serta
memenuhi persyaratan yaitu : a. Untuk bahan makanan tidak dikemas harus dalam keadaan segar, tidak
busuk, tidak rusak,/berjamur, tidak mengandung bahan kimia berbahaya dan beracun serta berasal dari
sumber yang resmi atau jelas b. Untuk bahan makanan dalam kemasan atau hasil pabrikan, mempunyai
label dan merek, komposisi jelas, terdaftar dan tidak kadaluwarsa.
ii. Penyimpanan bahan makanan. Menyimpan bahan makanan baik bahan makanan tidak dikemas maupun
dalam kemasan harus memperhatikan tempat penyimpanan, cara penyimpanan, waktu/lama penyimpanan
dan suhu penyimpanan. Selama berada dalam penyimpanan harus terhindar dari kemungkinan terjadinya
kontaminasi oleh bakteri, serangga, tikus dan hewan lainnya serta bahan kimia berbahaya dan beracun.
Bahan makanan yang disimpan lebih dulu atau masa kadaluwarsanya lebih awal dimanfaatkan terlebih
dahulu.
iii. Pengolahan makanan. Terdapat empat aspek higiene sanitasi makanan yang harus dipenuhi agar makanan
tersebut memenuhi persyaratan layak konsumsi yaitu : a. Dapur harus memenuhi persyaratan teknis higiene
sanitasi untuk mencegah risiko pencemaran terhadap makanan dan dapat mencegah masuknya serangga,
binatang pengerat, vektor dan hewan lainnya. b. Peralatan yang digunakan harus aman dan tidak berbahaya
bagi kesehatan (lapisan permukaan peralatan tidak larut dalam suasana asam/basa dan tidak mengeluarkan
bahan berbahaya dan beracun) serta peralatan harus utuh, tidak cacat, tidak retak, tidak gompel, dan mudah
dibersihkan. c. Bahan makanan memenuhi persyaratan dan diolah sesuai urutan prioritas. Perlakukan
makanan hasil olahan sesuai persyaratan higiene sanitasi makanan, yaitu : bebas cemaran fisik, kimia dan
bakteriologis. d. Penjamah makanan dan pengolah makanan berbadan sehat, tidak menderita penyakit
menular dan berperilaku hidup bersih dan sehat.
iv. Penyimpanan makanan matang. Penyimpanan makanan yang telah di olah harus memperhatikan suhu,
pewadahan, tempat penyimpanan dan lama penyimpanan. Penyimpanan pada suhu yang tepat baik suhu
dingin, sangat dingin, beku maupun suhu hangat serta lama penyimpanan sangat mempengaruhi kondisi dan
cita rasa makanan matang.
v. Penyajian makanan. Makanan yang dinyatakan laik santap dapat dilakukan uji organoleptik atau uji biologis
atau uji laboratorium, hal ini dilakukan bila ada kecurigaan terhadap makanan tersebut. Adapun yang
dimaksud dengan : a. Uji organoleptik yaitu memeriksa makanan dengan cara menggunakan 5 (lima) indera
manusia yaitu dengan melihat penampilan, meraba (tekstur, keempukan), mencium (aroma), mendengar
(bunyi misal telur), menjilat (rasa). Apabila secara organoleptik baik, maka makanan dinyatakan laik santap.
b. Uji biologis yaitu dengan memakan makanan secara sempurna dan apabila dalam waktu 2 (dua) jam tidak
terjadi 14 tanda-tanda kesakitan, makanan tersebut dinyatakan aman. c. Uji laboratorium dilakukan untuk
mengetahui tingkat cemaran makanan baik kimia maupun mikroba. Untuk pemeriksaan ini diperlukan
sampel makanan yang diambil mengikuti standar/prosedur yang benar dan hasilnya dibandingkan dengan
standar yang telah baku. Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada penyajian makanan yaitu : a. Tempat
penyajian, waktu penyajian, cara penyajian dan prinsip penyajian. b. Lamanya waktu tunggu makanan mulai
dari selesai proses pengolahan dan menjadi makanan matang sampai dengan disajikan dan dikonsumsi tidak
boleh lebih dari 4 (empat) jam dan harus segera dihangatkan kembali terutama makanan yang mengandung
protein tinggi, kecuali makanan yang disajikan tetap dalam keadaan suhu hangat. Hal ini untuk menghindari
tumbuh dan berkembang biaknya bakteri pada makanan yang dapat menyebabkan gangguan pada
kesehatan.
 Kesimpulan :

Kegiatan ini dilakukan oleh dokter internsip dan petugas kesehatan lingkungan puskesmas Ciampea. Sebelum kunjungan kami
melakukan koordinasi antara petugas kesling dan kader wilayah setempat untuk diadakannya kunjungan oleh tim dokter internsip.
Setelah pembinaan dan edukasi kami berikan kepada keluarga tersebut mereka paham dan mendapatkan pengetahuan baru mengenai
cara pengolahan makanan yang baik di skala rumah tangga dan mulai memperbaiki kebiasaan yang salah atau belum diterapkan
seelumnya. Hal ini menunjukan bahwa ada ilmu yang diserap dan kelarga berusaha menerapkan hal tersebut di kehidupannya

KESLING

Laporan 5

LATAR BELAKANG

Menurut World Health Organization (WHO), kesehatan lingkungan adalah suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara
manusia dan lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia.Himunan Ahli Kesehatan Lingkungan (HAKLI)
mendefinisikan kesehatan lingkungan sebagai suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan ekologi yang dinamis
antara manusia dan lingkungannya untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan bahagia (Mundiatum dan
Daryanto, 2015). Kesehatan lingkungan merupakan kesehatan yang sangat penting bagi kelancaran kehidupan pribumi, karena
lingkungan adalah tempat dimana pribadi tinggal. Lingkungan dapat dikatakan sehat apabila sudah memenuhi syarat-syarat
lingkungan yang sehat. Kesehatan lingkungan yaitu bagian integral ilmu kesehatan masyarakat yang khusus menangani dan
mempelajari hubungan manusia dengan lingkungan dalam keseimbangan ekologi.

Jadi kesehatan lingkungan merupakan bagian dari ilmu kesehatan masyarakat. Terdapat 17 ruang lingkup kesehatan
lingkungan menurut WHO, yaitu : a. Penyediaan air minum, khususnya yang menyangkut persediaan jumlah air b. Pengelolaan air
buangan dan pengendalian pencemaran, termasuk masalah pengumpulan, pembersihan dan pembuangan c. Pembuangan sampah padat
d. Pengendalian vektor, termasuk anthropoda, binatang mengerat e. Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh perbuatan
manusia f. Higiene makanan, termasuk hygiene susu g. Pengendalian pencemaran udara h. Pengendalian radiasi i. Kesehatan Kerja,
terutama pengaruh buruk dari faktor fisik, kimia dan biologis j. Pengendalian kebisingan k. Perumahan dan pemukiman l. Aspek
kesehatan lingkungan dan transportasi udara 8 m. Perencanaan daerah dan perkotaan n. Pencegahan kecelakaan o. Rekreasi umum dan
pariwisata p. Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan epidemik/wabah, bencana alam dan perpindahan
penduduk q. Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin.

Rumah sehat merupakan salah satu sarana untuk mencapai derajat kesehatan yang optimum. Salah satu komponen utama untuk
memperoleh rumah yang sehat ditentukan oleh tersedianya sarana sanitasi perumahan. Sanitasi adalah upaya pencegahan penyakit
melalui pengendalian faktor lingkungan yang menjadi mata rantai penularan penyakit. Adanya pembinaan kepada keluarga binaan
terkait rumah sehat merupakan salah satu program dokter internsip guna menunjang pelayanan kesehatan yang bersifat holistik yang
diharapkan memberikan dampak baik terhadap kesehatan lingkungan khususnya pada keluarga binaan tersebut dan umumnya untuk
wilayah kerja Ciampea.

TUJUAN KEGIATAN

- Mengetahui kelompok masyarakat yang masuk dalam kategori rumah sehat

- Melakukan pembinaan terhadap keluarga yang belum memenuhi kategori rumah sehat agar dapat menjadikan rumah tersebut
masuk ke kategori rumah sehat

- Meninjau pelayanan kesehatan lingkungan di wilayah kerja puskesmas Ciampea


GAMBARAN PELAKSANAAN KEGIATAN

Judul laporan kegiatan :

PEMBINAAN PENGOLAHAN SAMPAH RUMAH TANGGA DAN LIMBAH BERACUN

 Pelaksana kegiatan : Dokter umum/internsip, petugas kesehatan lingkungan Puskesmas Ciampea

 Sasaran kegiatan : Keluarga binaan

 Waktu/Tempat : 30 Mei 2022 Pukul 10.00 / Rumah keluarga binaan

 Pendanaan dan sumber dana : Dana puskesmas

 Hasil kegiatan :

Memberikan pembinaan dan edukasi kepada keluarga binaan mengenai pengolahan makanan di rumah tangga sesuai pedoman
pembinaan krida lingkungan sehat kemenkes, 2018 yang lampirannya sebagai berikut

Pengelolaan Sampah di Rumah Tangga

Pengelolaan sampah rumah tangga adalah perilaku pengolahan sampah dalam tingkat rumah tangga dengan segera. Perilaku
terhadap sampah rumah tangga yang aman dilakukan dengan pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan, pendaur-ulangan
atau pembuangan dari material sampah dengan cara yang tidak membahayakan kesehatan masyarakat dan lingkungan. Penerapan
sistem 3R (Reuse, Reduce, dan Recycle) menjadi salah satu solusi dalam menjaga lingkungan di sekitar kita yang murah, mudah dan
dapat dilakukan oleh semua orang. Dari sampah yang tidak berguna dapat diolah menjadi kompos, sumber listrik (Pembangkit Listrik
Tenaga Sampah) dan dapat dijadikan sumber keuangan. A. Reduce yaitu mengurangi sampah dengan mengurangi pemakaian barang
atau benda yang tidak terlalu dibutuhkan. Contoh :
1. Mengurangi pemakaian kantong plastic 2. Mengatur dan merencanakan pembelian kebutuhan rumah tangga secara rutin
misalnya sekali sebulan atau sekali seminggu. 3. Mengutamakan membeli produk berwadah sehingga dapat diisi ulang. 4.
Memperbaiki barang-barang yang rusak (jika masih dapat diperbaiki). 5. Membeli produk atau barang yang tahan lama. 6. Hindari
memakai dan membeli produk yang menghasilkan sampah dalam jumlah besar. 7. Menggunakan produk yang dapat diisi ulang
(refill). Misalnya alat tulis yang bisa diisi ulang kembali). 8. Mengurangi penggunaan bahan sekali pakai. 9. Menggunakan email
(surat elektronik) untuk berkirim surat

B. Reuse yaitu memanfaatkan barang yang sudah tidak terpakai tanpa mengubah bentuk. Contoh : 1. Sampah rumah tangga yang
dapat dimanfaatkan seperti koran bekas, kardus bekas, kaleng susu, wadah sabun lulur, dan sebagainya. Barang-barang tersebut dapat
dimanfaatkan sebaik mungkin misalnya diolah menjadi tempat untuk menyimpan tusuk gigi, perhiasan, dan sebagainya. 2.
Memanfaatkan lembaran yang kosong pada kertas yang sudah digunakan, memanfaatkan buku cetakan bekas untuk perpustakaan mini
di rumah dan untuk umum. 3. Menggunakan kembali kantong belanja untuk belanja berikutnya. 4. Memilih wadah, kantong atau
benda yang dapat digunakan beberapa kali atau berulang-ulang. Misalnya, menggunakan sapu tangan dari pada menggunakan tissu,
menggunakan tas belanja dari kain dari pada menggunakan kantong plastic. 5. Menggunakan alat-alat penyimpan elektronik yang
dapat dihapus dan ditulis kembali. 6. Menggunakan sisi kertas yang masih kosong untuk menulis.

C. Recycle yaitu mendaur ulang kembali barang lama menjadi barang baru. Contoh : 1. Sampah organik dapat dimanfaatkan
sebagai pupuk dengan cara pembuatan kompos atau dengan pembuatan lubang biopori. 2. Sampah anorganik dapat di daur ulang
menjadi sesuatu yang dapat digunakan kembali, contohnya mendaur ulang kertas yang tidak digunakan menjadi kertas kembali, botol
plastik dapat menjadi tempat alat tulis, bungkus plastik detergen atau susu dapat dijadikan tas, dompet, dan sebagainya. 3. Sampah
yang sudah dipilah dapat disetorkan ke bank sampah terdekat. 4. Memilih produk dan kemasan yang dapat didaur ulang dan mudah
terurai.
Pengelolaan bahan berbahaya dan beracun

Sampah atau bahan berbahaya dan beracun disini adalah setiap limbah atau buangan yang mengandung bahan berbahaya dan atau
beracun yang karena sifat atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak atau
mencemarkan lingkungan hidup dan atau membahayakan kesehatan manusia dan mahluk hidup lainnya. Contoh sampah ini antara lain
adalah batu baterai bekas, neon dan bohlam bekas, kemasan cat, kosmetik, pembersih porselen, spray rambut, atau pelumas kendaraan
dan masih banyak lagi bahan yang dipakai di rumah tangga yang umumnya mengandung bahan- bahan yang menyebabkan iritasi atau
gangguan kesehatan lainnya seperti logam merkuri yang terkandung didalam batu baterai pada umumnya. Penanganan bahan
berbahaya dan beracun di rumah tangga dimulai dari pemilahan di rumah, sebaiknya dilakukan secara terkoordinasi dengan warga
masyarakat di perumahan, selanjutnya pengumpulan sampah berbahaya ini mengikuti aturan pemerintah untuk pengelolaan sampah
beracun dan berbahaya. Dalam menyikapi bahan berbahaya dan beracun, usahakan mengurangi konsumsi produk yang mengandung
bahan berbahaya beracun, dan lebih memilih produk ramah lingkungan. Disamping itu dapat juga memperpanjang umur pakai suatu
produk dengan pemakaian yang bijak. Misalnya dengan merawat baterai alat elektronik agar awet atau menghemat penggunaan bahan
pembersih. 7.

Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga Jenis limbah cair rumah tangga berupa : A. Black Water : Limbah cair rumah tangga
berupa tinja dan urine disalurkan ke tangki septik yang dilengkapi dengan sumur resapan B. Green Water : Limbah cair rumah tangga
yang berupa air bekas yang dihasilkan dari buangan dapur, kamar mandi, dan sarana cuci tangan disalurkan ke saluran pembuangan
air limbah. Prinsip pengamanan limbah cair rumah tangga : a. Air limbah kamar mandi dan dapur tidak boleh tercampur dengan air
limbah dari jamban. b. Tidak boleh menjadi tempat perindukan vektor. c. Tidak boleh menimbulkan bau. d. Tidak boleh ada genangan
yang menyebabkan lantai licin dan rawan kecelakaan. e. Terhubung dengan saluran limbah umum/got atau sumur resapan.

 Kesimpulan :
Kegiatan ini dilakukan oleh dokter internsip dan petugas kesehatan lingkungan puskesmas Ciampea. Sebelum kunjungan kami
melakukan koordinasi antara petugas kesling dan kader wilayah setempat untuk diadakannya kunjungan oleh tim dokter internsip.
Setelah pembinaan dan edukasi kami berikan kepada keluarga tersebut mereka paham dan mendapatkan pengetahuan baru mengenai
cara pengolahan sampah rumah tangga dan limbah beracun. Keluarga pun mulai memperbaiki kebiasaan yang salah atau belum
diterapkan seelumnya. Hal ini menunjukan bahwa ada ilmu yang diserap dan kelarga berusaha menerapkan hal tersebut di
kehidupannya

KESLING

Laporan 6

LATAR BELAKANG

Menurut World Health Organization (WHO), kesehatan lingkungan adalah suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara
manusia dan lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia.Himunan Ahli Kesehatan Lingkungan (HAKLI)
mendefinisikan kesehatan lingkungan sebagai suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan ekologi yang dinamis
antara manusia dan lingkungannya untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan bahagia (Mundiatum dan
Daryanto, 2015). Kesehatan lingkungan merupakan kesehatan yang sangat penting bagi kelancaran kehidupan pribumi, karena
lingkungan adalah tempat dimana pribadi tinggal. Lingkungan dapat dikatakan sehat apabila sudah memenuhi syarat-syarat
lingkungan yang sehat. Kesehatan lingkungan yaitu bagian integral ilmu kesehatan masyarakat yang khusus menangani dan
mempelajari hubungan manusia dengan lingkungan dalam keseimbangan ekologi.

Jadi kesehatan lingkungan merupakan bagian dari ilmu kesehatan masyarakat. Terdapat 17 ruang lingkup kesehatan
lingkungan menurut WHO, yaitu : a. Penyediaan air minum, khususnya yang menyangkut persediaan jumlah air b. Pengelolaan air
buangan dan pengendalian pencemaran, termasuk masalah pengumpulan, pembersihan dan pembuangan c. Pembuangan sampah padat
d. Pengendalian vektor, termasuk anthropoda, binatang mengerat e. Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh perbuatan
manusia f. Higiene makanan, termasuk hygiene susu g. Pengendalian pencemaran udara h. Pengendalian radiasi i. Kesehatan Kerja,
terutama pengaruh buruk dari faktor fisik, kimia dan biologis j. Pengendalian kebisingan k. Perumahan dan pemukiman l. Aspek
kesehatan lingkungan dan transportasi udara 8 m. Perencanaan daerah dan perkotaan n. Pencegahan kecelakaan o. Rekreasi umum dan
pariwisata p. Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan epidemik/wabah, bencana alam dan perpindahan
penduduk q. Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin.

Rumah sehat merupakan salah satu sarana untuk mencapai derajat kesehatan yang optimum. Salah satu komponen utama untuk
memperoleh rumah yang sehat ditentukan oleh tersedianya sarana sanitasi perumahan. Sanitasi adalah upaya pencegahan penyakit
melalui pengendalian faktor lingkungan yang menjadi mata rantai penularan penyakit. Adanya pembinaan kepada keluarga binaan
terkait rumah sehat merupakan salah satu program dokter internsip guna menunjang pelayanan kesehatan yang bersifat holistik yang
diharapkan memberikan dampak baik terhadap kesehatan lingkungan khususnya pada keluarga binaan tersebut dan umumnya untuk
wilayah kerja Ciampea.

TUJUAN KEGIATAN

- Mengetahui kelompok masyarakat yang masuk dalam kategori rumah sehat

- Melakukan pembinaan terhadap keluarga yang belum memenuhi kategori rumah sehat agar dapat menjadikan rumah tersebut
masuk ke kategori rumah sehat

- Meninjau pelayanan kesehatan lingkungan di wilayah kerja puskesmas Ciampea


GAMBARAN PELAKSANAAN KEGIATAN

Judul laporan kegiatan :

EVALUASI KELUARGA BINAAN RUMAH SEHAT

 Pelaksana kegiatan : Dokter umum/internsip, petugas kesehatan lingkungan Puskesmas Ciampea

 Sasaran kegiatan : Keluarga binaan

 Waktu/Tempat : 20 Juni 2022 Pukul 10.00 / Rumah keluarga binaan

 Pendanaan dan sumber dana : Dana puskesmas

 Hasil kegiatan :

Evaluasi hasil binaan dalam peninjauan terhadap indkator kriteria rumah sehat (yang diberi tanda ceklist artinya sudah
terepnuhi)

KRITERIA RUMAH SEHAT KELUARGA BINAAN TN. U

 Bahan bangunan terbuat dari bahan yang tidak membahayakan kesehatan, seperti cat yang mengandung timah hitam,
Timbal/Pb, debu, atau lembaran asbes
 Memiliki sirkulasi udara yang lancar. Luas total ventilasi ideal setidaknya 10 persen dari total luas lantai pada masing-
masing ruangan. Baik kamar tidur, ruang keluarga, dapur, ruang keluarga, kamar tidur, bahkan gudang harus memiliki
ventilasi.
 Langit-langit kuat, tidak menjadi sarang tikus, mudah dibersihkan dan tinggi minimal 2,5 meter dari lantai
 Pencahayaan alam atau buatan harus cukup dan dapat menerangi seluruh ruangan, tidak menyilaukan dan pada pagi
hari sinar matahari dapat masuk ke dalam ruangan rumah.
 Rumah tidak penuh sesak dengan barang, karena dapat menjadi tempat berkembangbiaknya serangga penular penyakit
bila tidak rutin dibersihkan.
 Luas ruang tidur minimal 8m2 dan tidak dianjurkan digunakan lebih dari dua orang tidur dalam satu ruang tidur,
kecuali anak dibawah umur 5 tahun.
 Tersedia sarana air minum dan air bersih yang memenuhi syarat kesehatan dan cukup untuk keperluan sehari-hari.
 Pengolahan makanan dan minuman yang baik dalam rumah
 Tersedia sarana jamban sehat yang dilengkapi dengan septik tank.
 Lantai kedap air dan mudah dibersihkan
 Pengelolaan sampah dalam rumah
 Pengelolaan bahan berbahaya dan beracun dalam rumah m) Mempunyai saluran pembuangan air limbah yang tertutup,
tidak mencemari air tanah dan tidak menjadi tempat berkembang biaknya vektor pembawa penyakit.
 Bila memiliki kandang ternak tempatnya dipisah dan harus berada minimal 10 meter dari rumah.

 Kesimpulan :

Keluarga binaan yang telah diberikan pembinaan, edukasi, penijauan selama 6 bulan telah menunjukan perubahan yang cukup
berarti terutama dalam cakupan indicator rumah sehat pada keluarga tersebut. Pembinaan oleh dokter internsip ini bisa
dikatakan cukup efektif guna mengoptimalkan pelayanan kesehatan lingkungan pada warga cakupan wilayah Puskesmas
Ciampea.

Anda mungkin juga menyukai