Anda di halaman 1dari 50

F1.

Edukasi Komplikasi DM

1. Latar Belakang
Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit kronis yang paling sering terjadi di Indonesia. Berbagai
penelitian epidemiologi menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan angka insidensi dan
prevalensi DM di berbagai penjuru dunia. Untuk Indonesia, WHO memprediksi kenaikan jumlah
pasien dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030.

DM dapat menimbulkan berbagai macam komplikasi, baik komplikasi akut maupun kronis. Komplikasi
akut meliputi ketoasidosis diabetikum, hiperosmolar non ketotik, dan hipoglikemia. Komplikasi kronis
meliputi komplikasi mikroangiopati (retinopati diabetik, nefropati diabetik), makroangiopati
(gangguan pembuluh darah jantung, pembuluh darah tepi, dan pembuluh darah otak), dan neuropati.

DM juga tidak jarang menyebabkan kematian. Menurut Kemenkes RI, angka kematian yang
disebabkan oleh penyakit tidak menular meningkat pada tahun 2014 dibandingkan dengan angka
kematian akibat penyakit menular. Angka kematian akibat DM meningkat dari 1,1% menjadi 2,1%
pada tahun 2014.

Permasalahan
Kasus DM sederhana tanpa penyulit dapat dikelola dengan tuntas oleh dokter umum di pelayanan
kesehatan primer. Oleh karenanya, banyak dijumpai pasien DM di pelayanan kesehatan primer, tak
terkecuali Puskesmas Langsa Barat. Pada umumnya pasien DM yang dijumpai di puskesmas
mengetahui obat yang tepat digunakan untuk mengontrol kadar gula darah. Namun demikian,
mereka belum terlalu memahami secara holistik intervensi yang perlu dilakukan secara mandiri,
terutama mengenai pola diet sehat untuk penyandang DM.

Perencanaan dan Pemilihan Intervensi


Intervensi disusun bersinergi dengan program BPJS yang yang telah berjalan, yaitu program
pengelolaan penyakit kronis (PROLANIS). Program ini dilaksanakan setiap bulan di puskesmas.
Intervensi yang dipilih berupa penyuluhan dan diskusi interaktif dengan peserta PROLANIS.
Diharapkan setelah mendapatkan penyuluhan, peserta lebih memahami faktor gaya hidup yang dapat
dimodifikasi untuk mengontrol kadar gula darah sehingga dapat menanggulangi kejadian komplikasi
DM.

Pelaksanaan
Edukasi diawali dengan pemberian pengobatan dan dilanjutkan dengan diskusi. Diskusi berlangsung
selama 3-5 menit terhadap setiap pasien dengan DM yang sedang berkunjung kontrol.

Rincian kegiatan sebagai berikut.


Nama Kegiatan : Edukasi Komplikasi Diabetes Melitus
Hari, Tanggal : 17-19 Januari 2022
Waktu : 08.00-12.00 WIB
Tempat : Ruang Poli PRB Puskesmas Langsa Barat

Monitoring dan Evaluasi


Kegiatan pengobatan dan edukasi berjalan dengan lancar. Pasien aktif mendengarkan, memahami,
merespon, dan aktif berdiskusi tentang edukasi yang diberikan. Kekurangan dari edukasi adalah tidak
menyediakan kuesioner sebagai media pre dan post-test sehingga tingkat pengetahuan peserta tidak
dapat dinilai. Sikap dan perilaku peserta membutuhkan penilaian jangka panjang.
F1. Edukasi Penggunaan Masker yang Benar di Era Pandemi COVID-19
LATAR BELAKANG
Penggunaan masker merupakan bagian dari rangkaian komprehensif langkah pencegahan dan
pengendalian yang dapat membatasi penyebaran penyakit-penyakit virus saluran pernapasan tertentu,
termasuk COVID-19. Masker dapat digunakan baik untuk melindungi orang yang sehat (dipakai untuk
melindungi diri sendiri saat berkontak dengan orang yang terinfeksi) atau untuk mengendalikan sumber
(dipakai oleh orang yang terinfeksi untuk mencegah penularan lebih lanjut).

Edukasi ini memberikan informasi dan panduan mengenai penggunaan masker dalam pelayanan
kesehatan, bagi masyarakat umum, dan saat melakukan perawatan di rumah. World Health Organization
(WHO) telah menyusun panduan khusus mengenai strategi-strategi PPI dalam pelayanan kesehatan, fasilitas
perawatan jangka panjang (FPJP), dan perawatan di rumah.

PERMASALAHAN
Masih kurangnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat akan pentingnya menggunakan masker di era
pandemi COVID-19.
PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI
Mempraktikkan cara pemakaian masker yang benar.

PELAKSANAAN
Edukasi dilakukan pada setiap pasien yang sedang berkunjung kontrol pengobatan di puskesmas. Diawali
dengan pengobatan kemudian dilanjutkan dengan diskusi tanya-jawab dan praktik penggunaan masker
yang berlangsung ± 3 menit.

Rincian kegiatan sebagai berikut.


Nama Kegiatan : Edukasi Penggunaan Masker yang Benar
Hari, Tanggal : 19-20 Januari 2022
Waktu : 08.00-12.00 WIB
Tempat : Ruang Poli Lansia Puskesmas Langsa Barat

MONITORING & EVALUASI


1. Pasien yang datang berobat sangat antusias dalam mengikuti kegiatan diskusi penggunaan masker yang benar.
2. Sebagian pasien yang datang berobat tidak dapat memahami tentang pentingnya memakai masker terutama di
era pandemi COVID-19 beserta cara penggunaan masker dengan benar.

F1. Penyuluhan Etika Batuk dan Bersin


LATAR BELAKANG

Etika batuk adalah tata cara batuk yang baik dan benar dengan cara menutup hidung dan mulut dengan tissue atau
lengan baju, sehingga bakteri tidak menyebar ke ke udara dan tidak menular ke orang lain. Etika batuk
diperuntukkan bagi anda yang sedang mengalami batuk atau besin. Seperti yang kita ketahui bahwa saat
batuk atau bersin maka akan menyebarkan kuman dalam jumlah ribuan hingga jutaan ke udara dan disaat
yang sama orang berada di sekitar kita menghirup udara yang sudah mengandung kuman akibat batuk
maupun bersin. Oleh sebab itu untuk menghindari hal ini, etika batuk dan bersin merupakan hal yang harus
di terapkan pada kehidupan sehari-hari

PERMASALAHAN
Sering kali pada saat batuk kita mengabaikan etika batuk, sehingga menyebabkan virus yang di keluarkan saat
batuk dapat menyebar dan terhirup oleh orang lain.
Berikut beberapa batuk yang salah dan sering kita lakukan.
- Tidak menutup mulut saat batuk atau bersin di tempat umum
- Tidak mencuci tangan setelah digunakan untuk menutup mulut atau hidung saat batuk dan bersin
- Membuang ludah atau batuk disembarang tempat
- Membuang atau meletakkan tissue yang sudah dipakai disembarang tempat
- Tidak menggunakan masker saat flu atau bersin.

PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI


Pemaparan materi dan praktek langsung etika batuk dan bersin yang benar

PELAKSANAAN
Penyuluhan diawali dengan pemaparan meteri dan mempraktikkan etika batuk dan bersin yang benar, diikuti oleh
peserta yang datang berkunjung ke puskesmas.

Rincian kegiatan sebagai berikut.


Nama Kegiatan : Penyuluhan Etika Batuk dan Bersin
Hari, Tanggal : Seni, 7 Maret 2022
Waktu : 08.00-10.00 WIB
Tempat : Poli ISPA atau Umum Pkm Langsa Barat

MONITORING & EVALUASI


Kegiatan telah dilaksanakan tanpa kendala apapun. Peserta dapat memahami materi dengan baik dan bisa
langsung mempraktekan di kehidupan sehari-hari.

F1. Penyuluhan dalam Gedung, penyuluhan hipertensi

LATAR BELAKANG
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan penyebab kematian dan kesakitan yang tinggi. Darah
tinggi sering diberi gelar The Silent Killer karena hipertensi merupakan pembunuh tersembunyi
yang penyebab awalnya tidak diketahui atau tanpa gejala sama sekali. Hipertensi bisa
menyebabkan berbagai komplikasi terhadap beberapa penyakit lain, seperti timbulnya penyakit
jantung, stroke dan ginjal. Di seluruh dunia hipertensi merupakan masalah yang besar dan serius,
disamping karena prevalensinya yang tinggi dan cenderung meningkat dimasa yang akan datang,
juga karena tingkat keganasanya yang tinggi berupa kecacatan permanen dan kematian
mendadak.

PERMASALAHAN
pengetahuan peserta prolanis terhadap hipertensi perlu ditingkatkan

PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI


Penyuluhan yang membahas tentang apa itu hipertensi, gejala, pengobatan, dan pencegahannya

PELAKSANAAN
Tanggal: 25 Maret 2022
Lokasi: Puskesmas Langsa Barat
Peserta: target adalah peserta prolanis.

MONITORING & EVALUASI


Kegiatan yang dilaksanakan berupa sesi tanya jawab dan menggunakan flyer tentang hipertensi

Penyuluhan berlangsung aktif, selama 30 menit.


Peserta aktif bertanya dan antusias saat berdiskusi. Peserta menjadi lebih mawas diri terhadap
pentingnya hipertensi

F1. Penyuluhan dalam Gedung, penyuluhan OA


LATAR BELAKANG
Osteoartritis (OA) atau sering disebut dengan penyakit sendi degeneratif merupakan sekelompok
kelainan mekanik degradasi yang melibatkan sendi, termasuk tulang rawan artikular dan tulang
subchondral. Penyakit ini sering terjadi dan menimbulkan gejala tidak hanya pada orang usia
lanjut namun juga pada usia setengah baya. Umumnya menyerang wanita dan merupakan
penyebab tersering pada penyebab disabilitas jangka panjang pada pasien dengan usia lebih
daripada 65 tahun. Selain itu, obesitas menjadi faktor utama lain yang menyebabkan terjadinya
gejala penyakit ini.

PERMASALAHAN
Pengetahuan peserta prolanis terhadap OA perlu ditingkatkan

PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI


Penyuluhan yang membahas tentang apa itu osteoarthritis, gejala, pengobatan, dan pencegahannya

PELAKSANAAN
Tanggal: 25 Maret 2022
Lokasi: Puskesmas Langsa Barat
Peserta: Target adalah peserta prolanis.

MONITORING & EVALUASI


Peserta aktif bertanya dan antusias saat berdiskusi. Peserta menjadi lebih mawas diri terhadap
pentingnya OA.

F1. PENYULUHAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT

LATAR BELAKANG
Kebijakan Indonesia Sehat menetapkan tiga pilar utama yaitu lingkungan sehat, perilaku sehat dan
pelayanan kesehatan bermutu adil dan merata. Untuk mendukung pencapaian visi Indonesia
Sehat telah ditetapkan Sistem Kesehatan Nasional (SKN) dengan Keputusan Menteri Kesehatan
No.131/Menkes/SK/II/2004 dan salah satu subsistem dari SKN adalah subsistem Pemberdayaan
Masyarakat. Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan (Promkes) untuk mendukung upaya
peningkatan perilaku sehat ditetapkan visi nasional Promkes sesuai Keputusan Menteri Kesehatan
RI. No.1193/MENKES/SK/X/2004 yaitu Perilaku Hidup Bersih dan Sehat 2010.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada dasarnya merupakan sebuah upaya untuk menularkan
pengalaman mengenai perilaku hidup sehat melalui individu, kelompok ataupun masyarakat luas
dengan jalur – jalur komunikasi sebagai media berbagi informasi. Ada berbagai informasi yang
dapat dibagikan seperti materi edukasi guna menambah pengetahuan serta meningkatkan sikap
dan perilaku terkait cara hidup yang bersih dan sehat.
Untuk melaksanakan program Promkes di daerah telah ditetapkan Pedoman Pelaksanaan Promkes di
daerah dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI. No.1114/Menkes/SK/VIII/2005. Tujuan Promkes
yaitu mewujudkan derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya yang ditandai oleh penduduk
yang hidup dengan perilaku hidup bersih dan sehat dalam lingkungan yang sehat.
PHBS adalah sebuah rekayasa sosial yang bertujuan menjadikan sebanyak mungkin anggota masyarakat
sebagai agen perubahan agar mampu meningkatkan kualitas perilaku sehari – hari dengan tujuan
hidup bersih dan sehat.

PERMASALAHAN
Persoalan yang mengemuka dari beberapa ruang lingkup kegiatan Promkes yang telah ditetapkan oleh
Depkes. PHBS merupakan salah satu ruang lingkup dari Promkes selalu dilupakan. Akibatnya,
program PHBS tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh pemerintah. Sistem penilaian terhadap
PHBS rumah tangga yang digunakan saat ini adalah rumah tangga yang menerapkan PHBS dan
rumah tangga yang tidak menerapkan PHBS. Suatu rumah tangga sudah dikatakan tidak
menerapkan PHBS jika salah satu indikator PHBS rumah tangga tidak terpenuhi. PHBS tatanan
rumah tangga penting dilakukan untuk meningkatkan kesehatan keluarga. Ini bertujuan agar anak
dapat tumbuh dengan sehat dan cerdas. Di samping itu, kemampuan bekerja setiap anggota
keluarga meningkat, serta pengeluaran biaya rumah tangga dapat digunakan untuk pemenuhan
gizi keluarga,pendidikan, dan peningkatan pendapatan. Bagi masyarakat, akan tercipta lingkungan
yang sehat dan mampu mencegah serta menanggulangi masalah-masalah kesehatan. Rumah
tangga sehat merupakan aset dan modal utama pembangunan di masa depan. Kesakitan dan
kematian karena penyakit infeksi dan non infeksi dapat dicegah dengan berperilaku hidup bersih
dan sehat.

PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI


-Mempersiapkan presentasi materi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
-Mempersiapkan media yang bisa digunakan untuk penyuluhan, seperti gambar, bagan, dan sebagainya.
-Mempersiapkan beberapa kuis interaktif untuk mengetahui pemahaman peserta penyuluhan.

PELAKSANAAN
Petugas kesehatan memberikan pemaparan materi meliputi :
- Pengertian PHBS
- Tujuan PHBS
- 10 indikator PHBS melingkupi :
1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
2. Memberi bayi ASI eksklusif
3. Menimbang bayi dan balita
4. Menggunakan air bersih
5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
6. Menggunakan jamban sehat
7. Memberantas jentik di rumah
8. Makan buah dan sayur setiap hari
9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari
10. Tidak merokok di dalam rumah

MONITORING & EVALUASI


kegiatan dilaksanakan di Desa gamping harapan . Dengan adanya penyuluhan ini, masyarakat
diharapkan semakin sadar untuk mawas diri dalam menjaga pola hidup bersih dan sehat dalam
kehidupan sehari-hari.
F1. Penyuluhan ISPA didesa keude panga

LATAR BELAKANG
ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut. ISPA merupakan infeksi yang berawal dari
saluran pernapasan hidung, tenggorokan, laring, trakea, bronchi dan alveoli. Maka pengertian ISPA dapat dikatakan
sebagai penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran nafas mulai
dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan adneksanya seperti sinus, rongga
telinga tengah dan pleura.
Untuk mendapatkan pengertian ISPA secara menyeluruh dapat dilakukan dengan mengkaitkan hal penting dari
penyakit ini, yaitu infeksi akut dan saluran pernapasan. Infeksi akut yang selama ini kita kenal adalah suatu serangan vector
penyakit (virus, bakteri, parasit, jamur, dll) selama 14 hari lebih dan jika dibiarkan dapat menjadi kronis, sedangkan saluran
pernapasan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya adalah organ-organ yang terlibat dalam pernapasan. Penyakit ISPA
sangat erat kaitannya dengan sistem kekebalan tubuh seseorang. Pada sebagian besar kasus ISPA, mereka yang
terinfeksi adalah anak- anak dikarenakan sistem kekebalan tubuh yang mereka punya menurun atau memang
masih rendah dibandingkan orang dewasa, itulah yang menyebabkan angka prevalensi dan gejala ISPA
sangat tinggi bagi anak-anak dan balita.
Serangan di saluran pernapasan pada masa bayi dan anak bisa menimbulkan kecacatan hingga dewasa.
Kematian dari penyakit ISPA yang dapat ditimbulkan cukup tinggi (20-30%), dan perlu dicatat bahwa penyakit ISPA
merupakan masalah kesehatan tidak boleh diabaikan karena menyebabkan kematian bayi dan balita yang tinggi dengan
rasio 1 diantara 4 bayi. Jadi kita dapat memperkirakan episode ISPA dapat terjadi 3-6 kasus kematian setiap tahun. Angka
tersebut dibuktikan pada kunjungan pasien ke puskesmas yang cukup tinggi untuk penyakit ISPA yaitu rata-rata lebih dari
25% terutama pada usia balita.
Penyakit ini dapat ditularkan melalui udara pernapasan yang mengandung kuman yang dihirup orang sehat lewat
saluran pernapasan. ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan yang mengandung kuman
yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasannya. Infeksi saluran pernapasan bagian atas terutama yang
disebabkan oleh virus, sering terjadi pada semua golongan masyarakat pada bulan-bulan musim dingin. ISPA yang
tidak ditangani secara lanjut apalagi dianggap sepele dapat berkembang menjadi pneumonia (khususnya
menyerang anak kecil dan balita apabila terdapat zat gizi yang kurang dan ditambah dengan keadaan lingkungan yang
tidak bersih

Tujuan penyuluhan mengenai Infeksi Saluran Pernafasan Akut pada anak di


Posyandu adalah:
Tercapainya pemahaman mengenai penyebab, gejala, penatalaksanaan awal, bahaya, komplikasi dan pencegahan ISPA
sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan angka kematian anak yang diakibatkan oleh ISPA
Terbentuknya agen kesehatan oleh para ibu yang telah mendapatkan penyuluhan mengenai ISPA, sehingga
dapat membantu menyebarluaskan informasi mengenai ISPA kepada lingkungan sekitar terutama
keluarga, sehingga membantu upaya promosi kesehatan
Tercapainya lingkungan yang sehat dan tercapainya PHBS sehingga menurunkan penularan dan faktor resiko
ISPA.

PERMASALAHAN
Promosi mengenai Infeksi Saluran Pernafasan Akut pada anak perlu
dilakukan karena :
Semakin tingginya jumlah penderita ISPA pada anak, dibuktikan pada kunjungan pasien ke puskesmas yang
cukup tinggi untuk penyakit ISPA yaitu rata-rata lebih dari 25% terutama pada usia balita.
Semakin tingginya angka kematian anak dan bayi yang disebabkan karena ISPA, dengan rasio 1 diantara 4 anak.
Kurangnya pemahaman orang tua mengenai ISPA, terutama mengenai bahaya dan komplikasinya jika tidak ditatalaksana
dengan baik
Kurangnya pemahaman masyarakat mengenai penularan dan factor resiko penularan ISPA yang berkaitan dengan
kesehatan lingkungan dan kebersihan perseorangan (PHBS).

PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI


Berdasarkan latar belakang dan permasalahan mengenai kasus Infeksi Saluran Pernafasan Akut yang sering diderita
anak-anak, dan dalam upaya mempromosikan mengenai ISPA pada anak termasuk untuk meningkatkan
kewaspadaan para ibu, metode yang dipilih yaitu metode penyuluhan. Termasuk di dalamnya informasi tentang penyebab
ISPA, gejala ISPA, penanganan awal yang bisa dilakukan orang tua jika anak mengalami ISPA dan upaya pencegahan
ISPA. Kegiatan penyuluhan disertai dengan sesi tanya jawab.

PELAKSANAAN
Pelaksanaan penyuluhan Infeksi Saluran Napas Akut Pada Anak dilakukan pada:
Hari/Tanggal: selasa, 14 Mei 2022
Tempat: balai desa keude panga
Waktu: 09.30 – Selesai

MONITORING & EVALUASI


Para ibu dapat mengerti mengenai penyebab ISPA, gejala ISPA, dapat memberikan penatalaksanaan awal jika anak
mengalami ISPA, serta dapat mengerti bahaya dan komplikasinya
Para ibu dapat menjelaskan mengenai penyebab ISPA, gejala ISPA, penatalaksanaan awal ISPA dan bahaya
serta komplikasi ISPA
Para ibu dapat menggalakkan pencegahan ISPA bagi diri sendiri, keluarga terutama anak, maupun di lingkungan
sekitar.
Menurunnya jumlah kasus ISPA pada anak
Para ibu dapat memahami mengenai penyebab, gejala, penatalaksanaan
awal, bahaya, komplikasi, pencegahan ISPA. Sebagian besar ibu yang hadir
dalam penyuluhan ini aktif dalam mengajukan pertanyaan, terutama
mengenai penatalaksanaan ISPA yang dapat dilakukan di rumah sebelum
dibawa ke tenaga kesehatan. Secara keseluruhan kegiatan penyuluhan ini
berjalan dengan lancer. Namun perlu dilakukan evaluasi berkala untuk
menilai ulang pemahaman para ibu mengenai Infeksi Saluran Pernafasan
Akut pada Anak.

F2. Penjaringan Unit Kesehatan Sekolah diwilayah kerja Puskesmas Langsa Barat

LATAR BELAKANG
Penjaringan kesehatan dan pemeriksaan berkala merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan
terhadap kesehatan usia anak sekolah, khususnya kelas 2. Hasil penjaringan kesehatan akan
memberikan data pertumbuhan dan perkembangan kesehatan anak untuk dijadikan
pertimbangan dalam menyusun perencanaa, pemantauan, dan evaluasi kegiatan Pelayanan
Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) dan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Penjaringan kesehatan
merupkan salah satu bentuk dari pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk mendeteksi dini
siswa yang memiliki masalah kesehatan agar segera mendapatkan penanganan sedini mungkin.

PERMASALAHAN
Secara epidemiologi penyebaran penyakit berbasis lingkungan dikalangan anak usia sekolah di Indonesia
masih tinggi. Populasi kelompok anak usia sekolah (7-18 tahun) merupakan komponen yang cukup
penting dalam masyarakat, sepertiga dari total populasi Indonesia, diantaranya +46 jt jiwa
merupakan anak usia sekolah. Oleh sebab itu, upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
yang ditujukan kepada anak usia sekolah merupakan salah satu mata rantai yang penting dalam
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat

PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI


- Melakukan penyuluhan kesehatan pada anak-anak usia sekolah
- Melakukan skrining kesehatan pada anak-anak usia sekolah

PELAKSANAAN
Tanggal: 10 Maret 2022
Lokasi: Min 2 Terpadu Langsa
Peserta: target adalah murid kelas 2 SD
Kegiatan dimulai pukul 09.00- selesai
Pemeriksaan kesehatan dilakukan oleh petugas puskesmas dan peserta PIDI
- Penyuluhan kesehatan untuk menanamkan kebiasaan hidup sehat, kebersihan perorang dan
lingkungan
- Pemeriksaan kesehatan telinga
- Pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut
- Pemeriksaan kesehatan mata
MONITORING & EVALUASI
Kegiatan UKS dilaksanakan oleh 1 orang dokter internship, 1 orang perawat gigi, 2 orang staf puskesmas
langsa barat
- Kegiatan UKS dilaksanakan sesuai waktu dan tempat yang telah ditentukan dengan
perlengkapan/peralatan yang sudah dipersiapkan oleh petugas kesehatan.
- Siswa yang diperiksa adalah siswa kelas 2a dan 2b dengan rincian siswa kelas 2a berjumlah 14 orang
dan siswa kelas 2b berjumlah 13 orang, sebagian besar siswa memiliki kesehatan gigi dan mulut
yang buruk, ditandai dengan banyak gigi siswa yang berlubang, sebagian besar siswa juga memiliki
tingkat kebersihan telinga yang kurang
- Program UKS ini sangat bermanfaat bagi siswa untuk mengetahui kondisi kesehatannya, usaha untuk
meningkatkan kesehatan, meningkatkan kesadaran untuk dapat memeriksakan kesehatan secara
berkala di Puskesmas, mendapatkan pengobatan, serta salah satu wadah untuk dapat
bersosialisasi dengan masyarakat.

F2. Penjaringan Unit Kesehatan Sekolah di Wahyu Rizki, Langsa

LATAR BELAKANG
Penjaringan kesehatan dan pemeriksaan berkala merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan
terhadap kesehatan usia anak sekolah, khususnya kelas 2. Hasil penjaringan kesehatan akan
memberikan data pertumbuhan dan perkembangan kesehatan anak untuk dijadikan
pertimbangan dalam menyusun perencanaa, pemantauan, dan evaluasi kegiatan Pelayanan
Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) dan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Penjaringan kesehatan
merupkan salah satu bentuk dari pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk mendeteksi dini
siswa yang memiliki masalah kesehatan agar segera mendapatkan penanganan sedini mungkin.

PERMASALAHAN
Secara epidemiologi penyebaran penyakit berbasis lingkungan dikalangan anak usia sekolah di Indonesia
masih tinggi. Populasi kelompok anak usia sekolah (7-18 tahun) merupakan komponen yang cukup
penting dalam masyarakat, sepertiga dari total populasi Indonesia, diantaranya +46 jt jiwa
merupakan anak usia sekolah. Oleh sebab itu, upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
yang ditujukan kepada anak usia sekolah merupakan salah satu mata rantai yang penting dalam
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat

PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI


- Melakukan penyuluhan kesehatan pada anak-anak usia sekolah
- Melakukan skrining kesehatan pada anak-anak usia sekolah

PELAKSANAAN
Tanggal: 15 Maret 2022
Lokasi: Dayah Wahyu Rizki
Peserta: target adalah murid kelas 2 SD, dan siswa SMP
Kegiatan dimulai pukul 09.00- selesai
Pemeriksaan kesehatan dilakukan oleh petugas puskesmas dan peserta PIDI
- Penyuluhan kesehatan untuk menanamkan kebiasaan hidup sehat, kebersihan perorang dan
lingkungan
- Pemeriksaan kesehatan telinga
- Pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut
- Pemeriksaan kesehatan mata
- Memberikan edukasi mengenai pola hidup sehat, kesehatan jasmani

MONITORING & EVALUASI


- Kegiatan UKS dilaksanakan oleh 2 orang dokter internship, 1 orang perawat gigi, 2 orang staf
puskesmas langsa barat
- Kegiatan UKS dilaksanakan sesuai waktu dan tempat yang telah ditentukan dengan
perlengkapan/peralatan yang sudah dipersiapkan oleh petugas kesehatan.
- Siswa yang diperiksa adalah siswa kelas 2 dan smp dengan rincian siswa kelas 2 berjumlah 6 orang dan
siswa smp berjumlah 28 orang, sebagian besar siswa memiliki kesehatan gigi dan mulut yang
buruk, ditandai dengan banyak gigi siswa yang berlubang, sebagian besar siswa juga memiliki
tingkat kebersihan kulit yang kurang dengan ditemukannya penderita skabies
- Program UKS ini sangat bermanfaat bagi siswa untuk mengetahui kondisi kesehatannya, usaha untuk
meningkatkan kesehatan, meningkatkan kesadaran untuk dapat memeriksakan kesehatan secara
berkala di Puskesmas, mendapatkan pengobatan, serta salah satu wadah untuk dapat
bersosialisasi dengan masyarakat.

F2.  Budaya Membuang Sampah Pada Tempatnya

LATAR BELAKANG
Sampah adalah sesuatu yang tidak berguna lagi, dibuang oleh pemiliknya atau pemakai semula. Sampah
terdiri dari sampah organik dan non organik.
Indonesia adalah salah satu negara dengan populasi penduduk terbanyak di dunia yang menduduki
peringkat empat. Dengan jumlah populasi yang banyak maka Indonesia juga menghasilkan
sampah yang banyak. Jika pada tahun 2000 mencapai 1 kg sampah per orang per hari, maka
diperkirakan di tahun 2020 meningkat menjadi 2,1 kg per orang per hari. Kementrian Lingkungan
Hidup (KLH) 1995 mencatat rata-rata produksi sampah masyarakat Indonesia per orang yaitu 800
gram per hari. Artinya dengan 220 juta penduduk Indonesia, diperkirakan jumlah timbunan
sampah mencapai 176.000 ton per hari.

PERMASALAHAN
Kurangnya perhatian masyarakat terhadap kebiasaan membuang sampah pada tempatnya
mengakibatkan berbagai masalah seperti timbul aroma tidak sedap dikawasan tempat tinggal,
menyumbat aliran sungai sehingga sering timbul banjir jika curah hujan meningkat dan juga
masalah kesehatan yang ditimbulkan akibat lingkungan yang tidak bersih.

PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI


Memberikan penyuluhan tentang budaya membuang sampah pada tempatnya kepada masyarakat.

PELAKSANAAN
Kegiatan penyuluhan dilaksanakan pada hari Rabu, 23 Maret 2022 di Desa Telaga Tujuh, Pusong pada
pukul 09.00-11.00 WIB. Warga diberikan penjelasan untuk mengetahui budaya membuang
sampah pada tempatnya, dampak negatif dari membuang sampah sembarangan baik bagi
lingkungan maupun kesehatan serta cara penanggulangan sampah. Sehingga warga dapat
mengetahui pentingnya membuang sampah pada tempatnya agar menjaga lingkungan tetap
bersih dan terhindar dari penyakit.

MONITORING & EVALUASI


Kegiatan telah dilaksanakan tanpa kendala apapun. Peserta aktif mendengarkan, memahami, merespon,
dan aktif berdiskusi tentang penyuluhan yang diberikan dan bisa langsung mempraktekan di
kehidupan sehari-hari.

F2.  Bahaya Merokok

LATAR BELAKANG
Berdasarkan data, konsumsi rokok di Indonesia menyebabkan 9,8% kematian karena penyakit paru
kronik dan emfisema pada tahun 2001. Rokok merupakan penyebab stroke sebesar 5% dari
jumlah kasus stroke yang ada. Lebih dari 40,3 juta anak Indonesia berusia 0-14 tahun terpapar
asap rokok di lingkungannya. Akibatnya mereka mengalami pertumbuhan paru yang lambat dan
lebih mudah terkena infeksi saluran pernapasan, infeksi telinga dan asma. Diperkirakan hingga
menjelang 2030 kematian akibat merokok akan mencapai 10 juta pertahunnya dan di negara
berkembang diperkirakan tidak kurang 70% kematian yang disebabkan oleh rokok.

PERMASALAHAN
Warga kecamatan Langsa Barat masih memiliki angka perokok aktif maupun pasif yang tinggi.
Sebahagian hal ini terjadi karna disebabkan oleh pengetahuan yang kurang mengenai dampak
buruk dari merokok itu sendiri.

PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI


Tenaga kesehatan mengunjungi beberapa rumah di Desa Telaga Tujuh, Pusong yang tercatat memiliki
anggota keluarga yang merokok pada indeks keluarga sehat.

PELAKSANAAN
Penyuluhan edukasi diberikan warga Desa Telaga Tujuh

MONITORING & EVALUASI


Dilakukan pemantauan yang melibatkan seluruh anggota keluarga.

F2. Penjaringan Unit Kesehatan Sekolah di SMP Negeri Telaga Tujuh, Pusong
LATAR BELAKANG
Penjaringan kesehatan dan pemeriksaan berkala merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan
terhadap kesehatan usia anak sekolah, khususnya kelas 2 smp. Hasil penjaringan kesehatan akan
memberikan data pertumbuhan dan perkembangan kesehatan anak untuk dijadikan
pertimbangan dalam menyusun perencanaa, pemantauan, dan evaluasi kegiatan Pelayanan
Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) dan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Penjaringan kesehatan
merupkan salah satu bentuk dari pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk mendeteksi dini
siswa yang memiliki masalah kesehatan agar segera mendapatkan penanganan sedini mungkin.

PERMASALAHAN
Secara epidemiologi penyebaran penyakit berbasis lingkungan dikalangan anak usia sekolah di Indonesia
masih tinggi. Populasi kelompok anak usia sekolah (7-18 tahun) merupakan komponen yang cukup
penting dalam masyarakat, sepertiga dari total populasi Indonesia, diantaranya +46 jt jiwa
merupakan anak usia sekolah. Oleh sebab itu, upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
yang ditujukan kepada anak usia sekolah merupakan salah satu mata rantai yang penting dalam
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI
- Melakukan penyuluhan kesehatan pada anak-anak usia sekolah
- Melakukan skrining kesehatan pada anak-anak usia sekolah

PELAKSANAAN
Tanggal: 23 Maret 2022
Lokasi: SMP Negeri Telaga Tujuh
Peserta: target adalah siswa-siswi kelas VIII smp
Kegiatan dimulai pukul 09.00- selesai
Pemeriksaan kesehatan dilakukan oleh petugas puskesmas dan peserta PIDI
- Penyuluhan kesehatan untuk menanamkan kebiasaan hidup sehat, kebersihan perorang dan
lingkungan
- Pemeriksaan kesehatan telinga
- Pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut
- Pemeriksaan kesehatan mata
- Memberikan edukasi mengenai pola hidup sehat, kesehatan jasmani, serta tingginya risiko anemia
pada remaja putri

MONITORING & EVALUASI


- Kegiatan UKS dilaksanakan oleh 2 orang dokter internship, 1 orang perawat gigi, 2 orang staf
puskesmas langsa barat
- Kegiatan UKS dilaksanakan sesuai waktu dan tempat yang telah ditentukan dengan
perlengkapan/peralatan yang sudah dipersiapkan oleh petugas kesehatan.
- Siswa yang diperiksa adalah siswa-siswi kelas 2 smp dengan berjumlah 20 orang
- Sebagian besar siswa memiliki kesehatan gigi dan mulut yang buruk, ditandai dengan banyak gigi siswa
yang berlubang, sebagian besar siswa juga memiliki tingkat kebersihan telinga yang kurang, dan
rambut yang tidak bersih
- Program UKS ini sangat bermanfaat bagi siswa untuk mengetahui kondisi kesehatannya, usaha untuk
meningkatkan kesehatan, meningkatkan kesadaran untuk dapat memeriksakan kesehatan secara
berkala di Puskesmas, mendapatkan pengobatan, serta salah satu wadah untuk dapat
bersosialisasi dengan masyarakat.

F2. Penyuluhan tentang diare

LATAR BELAKANG
Diare didefinisikan sebagai buang air besar dengan konsistensi cair sebanyak 3 kali atau lebih dalah 24
jam. Berdasarkan WHO pada tahun 2013 diare merupakan salah satu penyebab kematian balita
tertinggi kedua di Indonesia setelah ISPA. Prevalensi diare terbesar ada pada kategori usia 1-4
tahun (16.7%) pada tahun 2013. Selain itu, hingga saat ini jumlah kasus diare cenderung
meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan dari Dinkes Provinsi Sumatera selatan pada tahun 2017,
Diare penyakit urutan kedelapan paling banyak untuk Provinsi Sumatera Selatan. Untuk data dari
Puskesmas perawatan kutapanjang dari bulan November 2020 sampai Februari 2021 Diare
merupakan urutan kedua penyakit Paling banyak. Puskesmas sebagai fasilitas kesehatan dasar
perlu melakukan upaya pengendalian penyakit ini salah satunya dengan membantu memberikan
edukasi dan promosi kesehatan kepada masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan
masyarakat akan penyakit Diare dan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mewujudkan
lingkungan yang sehat.
PERMASALAHAN
Hingga saat ini jumlah kasus diare di Indonesia masih sangat tinggi, dan masih menjadi salah satu
penyebab kematian balita terbanyak. Hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan orang
tua mengenai diare sehingga terjadi keterlambatan dalam penanganan diare terutama pada balita
dan anak. Data dari Subdit Diare Kemenkes RI pada tahun 2010 mendapatkan 17,52% balita
dengan diare tidak dibawa beroba, 6,4% diobati dengan membeli obat dari warung, 1% dibawa ke
dukun, 1% dengan membeli obat di toko obat dan 0,85% dengan membeli obat di apotek. Selain
itu, cakupan pemberian oralit dan larutan gula dan garam pada masyarakat juga masih rendah,
hanya 37% yang mendapatkan oralit dan 7,28% yang diberikan larutan gula dan garam. Hal ini
menggambarkan kurangnya kesadaran serta pengetahuan masyarakat, khususnya orang tua
mengenai pencegahan, serta penanganan diare yang optimal. Maka dari itu, puskesmas sebagai
fasilitas kesehatan dasar perlu melakukan promosi kesehatan serta edukasi yang menyeluruh
kepada masyarakat untuk mengurangi jumlah kasus diare dan mencegah terjadinya komplikasi
yang tidak diinginkan.

PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI


Intervensi dilakukan dengan memberikan konseling, informasi, edukasi kepada pasien dan keluarga
pasien dengan diare. Metode dilakukan melalui metode diskusi antar dokter dengan pasien.
Materi yang disampaikan mencakup definisi, penularan/penyebaran, tatalaksana, pencegahan,
tanda bahaya diare. Diare didefinisikan sebagai buang air besar dengan konsistensi cair sebanyak
3 kali atau lebih dalam 24 jam. Faktor risiko yaitu higiene pribadi yang kurang, sanitasi lingkungan
yang kurang memadai, sumber air kurang bersih, konsumsi makanan/minuman terkontaminasi.
Tanda dan gejala diare termasuk BAB cair >3x dalam 24 jam, nyeri perut, dapat disertai
mual/muntah, berat badan turun, tanda kekurangan cairan/dehidrasi, tanda utama dehidrasi:
Keadaan umum lemah, haus, turgor kulit menurun, tanda tambahan: Ubun-ubun cekung, kelopak
mata cekung, air mata cekung, mikosa bibir dan mulut kering. Tanda bahaya diare yaitu diare
lebih sering, muntah berulang, sangat haus, makan/minum sedikit, demam, tinja berdarah, tidak
membaik dalam 3 hari. Tatalaksana Diare adalah menggunakan konsep LINTAS DIARE:
Rehidrasi menggunakan cairan oralit
Berikan zinc 10 hari berturut – turut
Teruskan pemberian ASI dan makanan
Penggunaan antibiotic selektif
Berikat nasihat kepada orangtua/pengasuh mengenai pemberian cairan dan obat, serta tanda bahaya
pada anak agar dapat segera dibawa ke fasilitas kesehatan. Pencegahan diare adalah dengan
pemberian ASI, pemberian makanan pendamping ASI, menggunakan air bersih, mencuci tangan
sebelum menyiapkan makanan dan sebelum makan, menggunakan jamban sehat, pemberian
imunisasi campak

PELAKSANAAN
Pelaksanaan intervensi dilakukan dengan metode edukasi kepada pasien yang dilakukan saat pelayanan
di Poli Umum Puskesmas pana pada 20 Mei 2022 Materi disampaikan oleh dokter internship
Puskesmas panga berupa informasi mengenai diare, bahaya diare dan pencegahan diare dengan
menjaga kebersihan makanan dan menerapkan PHBS secara baik.

MONITORING & EVALUASI


Pelaksanaan intervensi berupa edukasi berlangsung dengan baik tanpa terkendala, pasien sebagian
besar antusias dalam menerima informasi yang diberikan, selain itu banyak pasien yang bertanya
kapan membawa anaknya ke dokter saat mengalami diare. Evaluasi dari pelaksanaan edukasi
adalah karena waktu penyampaian yang sempit dan dilakukan saat jam pelayanan membuat
keterbatasan waktu dalam penyampaian informasi.

F2.  Penyuluhan Demam berdarah dengue

LATAR BELAKANG
Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue melalui perantara
nyamuk Aedes aegypti. Angka kejadian DBD diseluruh dunia masih tinggi setiap tahunnya yaitu
mencapai 390 juta kasus. Di Indonesia, angka kejadian DBD juga masih tinggi dengan angka
kejadian yang terus meningkat setiap tahunnya. Prevalensi DBD diIndonesia mencapai 37.27%,
pada tahun 2013 dan terus meningkat menjadi 78.85% pada tahun 2016. Sedangkan di Sumatera
Selatan pada tahun 2015 terjadi peningkatan cukup besar yakni sebanyak 981 kasus, tahun 2016
sebanyak 932 kasus, tahun 2017 yakni 693 kasus dan tahun 2018 menurun lagi menjadi 642 kasus.
Berdasarkan data yang disebutkan sebelumnya menunjukan DBD menjadi salah satu
permasalahan kesehatan serius, sehingga dibutuhkan berbagai upaya dan kerja sama dari
berbagai pihak untuk menciptakan lingkungan yang dapat mencegah penyebaran DBD.

PERMASALAHAN
Angka kejadian DBD yang masih sangat tinggi ditambah dengan semakin-banyaknya angka kejadian DBD
setiap tahun membuat penyakit DBD merupakan salah satu permasalahan serius di Indonesia.
Penyakit DBD juga dapat berakibat fatal dengan angka kematian yang cukup tinggi yaitu >1%.
Berbagai upaya perlu dilakukan dari segala sektor masyarakat, salah satu indikator yang
menunjukan masih rendahnya pengendalian pencegahan DBD adalah angka bebas jentik (ABJ)
yang masih rendah yaitu hanya mencapai 67,6% pada tahun 2017 dengan target pencapaian ABJ >
95%. Untuk dapat meningkatkan ABJ diperlukan kesadaran dari masyarakat untuk bisa menekan
tingkat penyebaran penyakit DBD. Puskesmas sebagai fasilitas kesehatan dasar perlu melakukan
upaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat salah satunya dengan meningkatkan
pengetahuan masyarakat akan cara penyebaran DBD dan bahaya penyakit DBD untuk bisa
membantu menciptakan lingkungan yang sehat dan bebas dari DBD.

PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI


Intervensi dilakukan dengan cara memberikan konseling, informasi, edukasi (KIE) kepada pasien DBD
dan keluarga pasien saat melakukan kegiatan di rumah bidan desa Benakat Minyak Sungai Baung.
KIE dilakukan antar dokter dengan masyarakat menggunakan metode diskusi. Materi yang
disampaikan pada saat diskusi meliputi definisi, penularan, pencegahan, serta tatalaksana DBD.
DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue yang dibawa oleh vektor
nyamuk Aedes Aegypti. Penyakit ini banyak ditemukan di daerah dengan iklim tropis. Faktor risiko
terjadinya DBD adalah sanitasi lingkungan yang kurang baik, adanya jentik nyamuk Aedes Aegypti
pada genangan air, ada penderita DBD di sekitar pasien. Tanda dan gejala DBD antara lain demam
tinggi mendadak 2-7 hari, nyeri kepala, nyeri di belakang mata, nyeri sendi, tanda perdarahan
seperti mimisan, gusi berdarah, bintik bintik merah di kulit (petechiae). Tanda bahaya pada DBD
meliputi demam turun namun keadaan umum memburuk, nyeri perut, muntah terus menerus,
lemah, gelisah. Pasien dengan tanda-tanda di atas harus segera dibawa ke RS. Tatalaksana DBD
adalah dengan terapi simptomatik untuk mengurangi gejala, dan pemberian cairan yang cukup.
Pencegahan DBD adalah dengan menjaga sanitasi lingkungan, dan menerapkan prinsip 3M plus,
yaitu: Menguras, menutup tempat penampungan air, mengubur/memanfaatkan/mendaur ulang
barang bekas, ditambah dengan mencegah perkembangan nyamuk yaitu dengan memelihara ikan
pemakan jentik, menggunakan obat antinyamuk, memasang kawat kasa pada jendela, tidak
menggantung pakaian, menaburkan bubuk larvasida pada penampungan air

PELAKSANAAN
Pelaksanaan intervensi dilakukan dengan metode edukasi kepada masyarakat yang dilakukan di balai
desa tuwi kayeee pada tanggal 20 Mei 2022. Materi disampaikan oleh dokter internship
Puskesmas panga berupa cara penyebaran penyakit DBD, bahaya DBD dan pencegahan DBD
dengan menjaga kebersihan lingkungan dan menerapkan prinsip 3M (menguras, menutup dan
mengubur).

MONITORING & EVALUASI


Pelaksanaan intervensi berupa edukasi berlangsung dengan baik tanpa terkendala, masyarakat sebagian
besar antusias dalam menerima informasi yang diberikan. Evaluasi dari pelaksanaan edukasi
adalah karena waktu penyampaian yang sempit membuat keterbatasan waktu dalam
penyampaian informasi dan untuk memastikan pasien memahami informasi yang diberikan.

F2. Penyuluhan TIFOID

LATAR BELAKANG
Penyakit Demam tifoid merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Salmonella typhii.
Penyakit ini ini merupakan salah satu masalah kesehatan didunia dengan angka kejadian yang
masih tinggi di dunia, angka kejadian demam tifoid mencapai 22 juta kasus pertahun diseluruh
dunia. Penyakit Demam tifoid juga masih menjadi salah satu penyakit dengan angka kejadian yang
masih sangat tinggi di Indonesia, Pada tahun 2007 angka kejadian demam tifoid mencapai 350-
810 per 100.000 pendududuk. Jumlah penderita penyakit tifus menurut data dinkes kota
Palembang di tahun 2015 sebanyak 3.354 orang dan di tahun 2016 sebanyak 2.806 orang,
sedangkan untuk angka paling banyak yaitu di tahun 2017 yaitu 4.330 orang. Penyakit demam
tifoid juga merupakan penyakit dengan angka kematian yang cukup tinggi, angka kematian yang
disebabkan oleh demam tifoid cenderung meningkat tiap tahunnya dengan angka 0.6-5%
kematian setiap tahunnya.

PERMASALAHAN
Demam tifoid masih menjadi salah satu permasalahan kesehatan yang serius di Indonesia dengan angka
kejadian yang tinggi dan tingkat kematian yang cukup tinggi. Salah satu faktor penyebab tingginya
angka kejadian demam tifoid di Indonesa adalah buruknya kebersihan lingkungan dan kesadaran
masyarakat dalam menerapkan PHBS yang masih rendah. Angka cangkupan PHBS di Indonesia
masih sangat rendah yaitu hanya 37.4%, di bawah target yaitu 38.7%. untuk meningkatkan
kebersihan lingkungan dan meningkatkan angka cakupan PHBS diperlukan kesadaran dari setiap
lini masyarakat untuk mewujudkan lingkungan yang sehat untuk menekan penyebaran demam
tifoid. Puskesmas sebagai fasilitas kesehatan dasar perlu melakukan upaya pengendalian penyakit
ini salah satunya dengan membantu memberikan edukasi dan promosi kesehatan kepada
masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat akan penyakit demam tifoid dan
meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mewujudkan lingkungan yang sehat.

PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI


Intervensi dilakukan dengan memberikan konseling, informasi, serta edukasi kepada pasien tifoid dan
keluarga pasien melalui metode diskusi. Materi yang disampaikan saat diskusi meliputi definisi
penyakit, penularan, gejala, tatalaksana, tanda bahaya, serta pencegahan penyakit. Demam tifoid
adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhii. Bakteri salmonella menular ke
manusia melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi feses atau urin penderita tifoid.
Faktor risiko penularan tifoid adalah kurangnya higiene pribadi (tidak mencuci tangan), sanitasi
lingkungan buruk, pengolahan limbah kurang baik, sumber air tidak bersih, dan tidak
menggunakan jamban sehat. Tanda dan gejala tifoid mencakup demam terutama sore hari, sakit
kepala, muntah, BAB cair, sulit BAB, nyeri perut, nyeri kepala. Tatalaksana demam tifoid adalah
dengan istirahat tirah baring, diet seimbang dengan konsistensi lunak, obat penurun demam, dan
antibiotik sesuai indikasi. Tanda-tanda bahaya yang harus diperhatikan pada pasien adalah
gangguan kesadaran, muntah hebat, nyeri perut hebat, tidak bisa makan dan minum. Pencegahan
demam tifoid dilakukan dengan menerapkan PHBS dengan teratur, biasakan mencuci tangan
sebelum makan, konsumsi makanan bersih, higiene pribadi yang baik, menjaga sanitasi
lingkungan, menggunakan sumber air bersih, serta menggunakan jamban sehat.

PELAKSANAAN
Pelaksanaan intervensi dilakukan dengan metode edukasi kepada pasien yang dilakukan saat kunjungan
rumah pada tanggal 23 Mei 2022. Materi disampaikan oleh dokter internship Puskesmas panga
berupa cara penyebaran penyakit demam tifoid, bahaya penyakit demam tifoid dan pencegahan
penyebaran demam tifoid dengan menjaga kebersihan lingkungan dan menerapkan PHBS secara
baik.

MONITORING & EVALUASI


Pelaksanaan intervensi berupa edukasi berlangsung dengan baik tanpa terkendala, masyarakat sebagian
besar antusias dalam menerima informasi yang diberikan. Evaluasi dari pelaksanaan edukasi
adalah karena waktu penyampaian yang sempit dan dilakukan saat jam kunjungan rumah
membuat keterbatasan waktu dalam penyampaian informasi. Untuk monitoring dapat dilakukan
saat kontrol pengobatan berikutnya pada pasien curiga demam tifoid setelah pemberian obat
dengan melakukan evaluasi mengenai pemahaman pasien terhadap informasi yang diberikan

F3. Penyuluhan mengenai Anemia pada kehamilan

LATAR BELAKANG
Anemia pada kehamilan didefinisikan sebagai konsentrasi hemoglobin <11 g/l, anemia mempengaruhi
lebih dari 56 juta wanita di seluruh dunia, dua pertiga dari mereka berasal dari Asia. Anemia
memberikan kontribusi untuk morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi berat badan lahir rendah
(BBLR), abortus, perdarahan. Hasil RISKESDAS, prevalensi anemia pada ibu hamil yaitu 37%.
Kondisi ini menunjukan bahwa anemia cukup tinggi di Indonesia dan menunjukan angka
mendekati maslaah kesehatan masyarakat berat dengan batas prevalensi lebih dari 40%.
PERMASALAHAN
Permasalahan yang ditemukan di masyarakat yaitu masih kurangnya tingkat pengetahuan masyarakat
mengenai manfaat dan pentingnya deteksi dini anemia pada kehamilan. Pemberian penyuluhan
ini perllua dilakukan secara rutin dan berkala agar menjadi edukasi yang baik bagi masyarkat
khususnya wanita usia subur dan terutama wanita hamil.

PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI


Penyampaian informasi kepada sasaran yang tepat dan dengan metode yang baik dapat meningkatkan
pengetahuan dan pemahaman masyarakat secara umum. Penyuluhan pada masyarakat luas
merupakan salah satu metode yang paling sering digunakan. Penyuluhan kali ini sasarannya
adalah seluruh ibu hamil yang berada di wilayah Posyandu Pustu Kuala Langsa.
PELAKSANAAN
Penyuluhan mengenai anemia pada kehamilan telah dilaksanakan pada tangal 20 Desember 2022 di
Posyandu Pustu Kuala Langsa, pukul 09.00

MONITORING & EVALUASI


Penyuluhan berjalan lancar dan peserta tampak antusias, terbukti dengan adanya pertanyaan-
pertanyaan dari peserta yang berhubungan dengan materi. Kekurangannya yaitu, tempat
dilaksanakannya penyuluhan tidak cukup luas.

F3. Kegiatan Posyandu di Pustu Kuala Langsa


LATAR BELAKANG
Pandemi COVID-19 telah berdampak dalam banyak aspek kehidupan terutama kesehatan. Dalam situasi
normal, kesehatan ibu-anak (KIA), KB, dan gizi di Indonesia masih perlu perhatian dan diperberat
dengan adanya COVID-19 mengingat adanya batasan dalam hal akses dan kualitas layanan.
Sehingga dikhawatirkan, adanya peningkatan morbiditas dan mortalitas Ibu dan anak dan
penurunan cakupan pelayanan KIA, KB, dan gizi.

PERMASALAHAN
Masih banyaknya ibu-ibu yang tidak membawa anak-anak mereka untuk mengikuti kegiatan posyandu
secara rutin tiap bulannya.

PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI


- Sosialisasi pentingnya penimbangan secara berkala dan imunisasi dasar lengkap
- Sosialisasi posyandu berjalan dengan protokol kesehatan
- Pemanfaaatan buku KIA untuk pemantauan ibu hamil dan KMS untuk tumbuh kembang bayi/balita

PELAKSANAAN
Tanggal: 20 Desember 2021
Lokasi: Posyandu Pustu Kuala Langsa
Waktu: 09.30-selesai
Peserta yang hadir sejumlah 10 bayi dan balita. Ibu hamil yang melakukan ANC sejumlah 3 orang.

MONITORING & EVALUASI


- Kegiatan yang dilaksanakan antara lain pengukuran berat dan tinggi badan, pelayanan imunisasi, ANC,
pemberian MTB, konsultasi kesehatan untuk warga yang ingin melakukan pemeriksaan.
- Tidak ditemukan gizi buruk dan kehamilan berisiko.
- Namun masih ada orangtua yang tidak rutin menimbang balitanya, dan tidak mengetahui kenaikan
berat badan balita setiap bulan. Setelah dilakukan konseling, orangtua balita paham pentingnya
mengetahui kenaikan berat badan balita perbulan
- Masih banyaknya ibu yang datang ke posyandu tidak memakai masker.

F3. Edukasi pilihan KB di Puskesmas Langsa Barat

LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan berbagai jenis masalah. Masalah utama
yang dihadapi di Indonesia adalah di bidang kependudukan yang masih tingginya pertumbuhan
penduduk. Keadaan penduduk yang demikian telah mempersulit usaha peningkatan dan
pemerataan kesejahteraan rakyat. Semakin tinggi pertumbuhan penduduk semakin besar usaha
yang dilakukan untuk mempertahankan kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu, Pemerintah terus
berupaya untuk menekan laju pertumbuhan dengan Program Kependudukan dan Keluarga
Berencana (KKB).

PERMASALAHAN
Beberapa ibu-ibu sering lupa mengkonsumsi pil KB atau terlalu takut untuk menggunakan KB, hal ini
dapat mengakibatkan kehamilan yang tidak direncanakan.

PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI


Dilakukan edukasi jenis KB yang di inginkan, pemeriksaan dilakukan lengkap mulai dari anamnesis hingga
pemeriksaan fisik lalu dilakukan pemasangan KB jika memungkinkan.

PELAKSANAAN
Edukasi KB dilakukan di Poli KIA Puskesmas Langsa Barat pada tanggal 2 Maret 2022

MONITORING & EVALUASI


Setelah dilakukan pemasangan, pasien diberi buku KB, dan disarankan kontrol saat ada keluhan untuk
evaluasi.

F3.  Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Pada Ibu Hamil

LATAR BELAKANG
Ibu hamil adalah kelompok yang rentan mengalami masalah kesehatan diantaranya kekurangan gizi. Kekurangan
gizi pada ibu hamil banyak terjadi di negara-negara berkembang yang meliputi kurang energi kronis (KEK)
maupun kekurangan zat gizi mikro. Ibu hamil dengan KEK dapat berpengaruh terhadap proses pertumbuhan
janin serta dapat menyebabkan keguguran, bayi berat lahir rendah (BBLR), kematian neonatal, anemia pada
bayi dan asfiksia intra partum. Bayi yang lahir dalam kondisi BBLR mempunyai risiko gangguan pada
pertumbuhan dan perkembangannya serta mengalami kekurangan gizi.
Untuk mengatasi kekurangan gizi yang terjadi pada ibu hamil, perlu diselenggarakan Pemberian Makanan
Tambahan (PMT) Pemulihan. Upaya untuk meningkatkan status gizi ibu selama hamil dalam menangani
masalah KEK adalah PMT. Pemberian makanan tambahan (PMT) sebagai selingan dengan bentuk kudapan
atau makanan penuh yang memperhatikan keseimbangan kandungan makanan khususnya lokal sangatlah
penting untuk pemulihan gizi bagi ibu hamil.

PERMASALAHAN
Pada wilayah kerja Puskesmas Langsa Barat terdapat beberapa kasus dengan ibu hamil yang mengalami
kekurangan gizi dan masih belum mengetahui mengenai nutrisi selama kehamilan, oleh karena itu ketika
kunjungan Antenatal Care ke Puskesmas akan mendata pasien yang memiliki gizi kurang selama kehamilan.

PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI


Berdasarkan permasalahan di atas, dan untuk mencegah bertambahnya angka kejadian gizi kurang pada ibu
hamil, maka intervensi yang diberikan adalah dengan tetap melaksanakan pemberian makanan tambahan
dan mengedukasi untuk mengkonsumsi nutrisi yang cukup selama masa kehamilan.

PELAKSANAAN
Kegiatan dilakukan pada tanggal 21-25 Maret 2022 di poli KIA dengan sasaran kegiatan adalah Ibu hamil
yang datang berkunjung untuk melakukan antenatal care (ANC).
Ketentuan PMT diberikan pada ibu hamil KEK yaitu ibu hamil yang memiliki ukuran LILA dibawah 23,5 cm.
PMT pada ibu hamil terintegrasi dengan pelayanan Antenatal Care (ANC); tiap bungkus Makanan Tambahan
(MT) ibu hamil berisi 3 keping biskuit lapis (60 gram).
- Pada kehamilan trimester I diberikan 2 keping per hari hingga ibu hamil tidak lagi berada dalam kategori KEK
sesuai dengan pemeriksaan LILA.
- Pada kehamilan trimester II dan III diberikan 3 keping per hari hingga ibu hamil tidak lagi berada dalam kategori
KEK sesuai dengan pemeriksaan LILA

Pemantauan pertambahan berat badan sesuai standar kenaikan berat badan ibu hamil. Apabila berat badan sudah
sesuai standar kenaikan berat badan selanjutnya mengonsumsi makanan bergizi seimbang.

MONITORING & EVALUASI


Pemantauan dan evaluasi dilakukan dengan pencatatan kasus gizi kurang pada ibu hamil.

F3. Penyuluhan Inisiasi Menyusu Dini (IMD), Kehamilan Risiko Tinggi dan Upaya Pencegahan
Komplikasi
LATAR BELAKANG
Pemahaman dan pengetahuan yang baik mengenai kehamilan risiko tinggi dan IMD sangat diperlukan bagi wanita
usia subur mengingat pengetahuan yang baik akan mengarahkan pada tindakan dan kebiasaan-kebiasaan
baik yang secara tidak langsung dapat menurunkan AKI dan AKB. Masyarakat harus memahami pentingnya
merencanakan kehamilan dan persalinan agar ibu selamat dan bayi lahir sehat. Selain itu perlu
ditumbuhkan motivasi untuk melaksanakan berbagai cara untuk merencanakan kehamilan tanpa komplikasi
serta penting bagi masyarakat untuk memahami apa manfaat dari IMD dan memahami cara serta
termotivasi melaksanakan IMD dan ASI Eksklusif untuk bayinya.

PERMASALAHAN
Permasalahan yang ditemukan di masyarakat yaitu masih kurangnya tingkat pengetahuan masyarakat mengenai
manfaat dan petingnya IMD. Selain itu juga masih kurang pemahaman mengenai kehamilan risiko tinggi dan
bagaimana melakukan perencanaan persalinan yang baik sehingga dapat mencegahterjadinya komplikasi
kehamilan dan komplikasi persalinan. Pemberian penyuluhan IMD dan kehamilan risiko tinggi perlu
dilakukan secara rutin dan berkala agar menjadi edukasi yang baik bagi masyarakat khususnya wanita usia
subur dan juga ibu hamil

PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI


Penyampaian informasi kepada sasaran yang tepat dan dengan metode yang baik dapat meningkatkan
pengetahuan dan pemahaman masyarakat secara umum. Penyuluhan pada masyarakat luas merupakan
salah satu metode yang sering digunakan. Penyuluhan kali ini dilakukan pada sasaran seluruh ibu hamil dan
ibu dengan balita di daerah Puskesmas Langsa Barat

PELAKSANAAN
Hari/ Tanggal : 28-31 Maret 2022
Waktu : 09.00 WIB
Tempat : Poli KIA
Kegiatan : Penyuluhan IMD, Kehamilan Risiko Tinggi dan Upaya Pencegahan Komplikasi

MONITORING & EVALUASI


Kegiatan berjalan dengan lancar dan tampak antusiasme dari pasien.

F3. Pelayanan Imunisasi Anak Pada Masa Pandemi Covid 19


LATAR BELAKANG
Imunisasi merupakan upaya kesehatan masyarakat paling efektif dan efisien dalam mencegah beberapa
penyakit berbahaya. Sejarah telah mencatat besarnya peranan imunisasi dalam menyelamatkan
masyarakat dunia dari kesakitan, kecacatan bahkan kematian akibat penyakit-penyakit seperti Cacar,
Polio, Tuberkulosis, Hepatitis B yang dapat berakibat pada kanker hati, Difteri, Campak, Rubela dan
Sindrom Kecacatan Bawaan Akibat Rubela (Congenital Rubella Syndrom/CRS), Tetanus pada ibu hamil
dan bayi baru lahir, Pneumonia.(radang paru), Meningitis (radang selaput otak), hingga Kanker Serviks
yang disebabkan oleh infeksi Human Papilloma Virus. Dalam imunisasi terdapat konsep Herd Immunity
atau Kekebalan Kelompok yaitu suatu bentuk perlindungan tidak langsung dari penyakit menular yang
terjadi ketika sebagian besar populasi menjadi kebal terhadap infeksi yang disebabkan melalui imunisasi
sehingga individu yang tidak kebal ikut terlindungi. Masa pandemi COVID-19 yang telah menjangkiti
sebagian besar negara pun hendaknya tidak menyurutkan semangat tenaga kesehatan untuk tetap
menggaungkan pentingnya imunisasi dan melakukan langkah-langkah penting untuk memastikan setiap
anak yang merupakan kelompok rentan terlindungi dari penyakit-penyakit berbahaya dengan imunisasi.
Dalam masa pandemi COVID-19 ini imunisasi tetap harus diupayakan lengkap sesuai jadwal untuk
melindungi anak dari PD3I. Pelayanan imunisasi pada masa pandemi COVID-19 dilaksanakan sesuai
kebijakan pemerintah daerah setempat, berdasarkan analisis situasi epidemiologi penyebaran COVID-
19, cakupan imunisasi rutin, dan situasi epidemiologi PD3I. Pelayanan imunisasi dilaksanakan sesuai
prinsip Pencegahandan Pengendalian Infeksi (PPI) dan menjaga jarak aman 1 – 2 meter. Selain itu,
petugas kesehatan diharapkan dapat memantau status imunisasi setiap sasaran yang ada di wilayah
kerjanya.

PERMASALAHAN
1.Terjadinya penundaan jadwal imunisasi sewaktu-waktu
2.Terjadinya kontak langsung antara petugas faskes dan pasien
3.Kekawhatiran ibu yang ingin mengimunisasikan anaknya untuk datang ke faskes atau berkumpul dikerumunan
4. Kekwhatiran ibu dan anak yang kontak dengan pasien lainnya

PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI


1. Menetukan pilihan tempat melakukan pelayanan (posyandu, puskesmas atau fasilitas kesehatan lainnya) dengan
sirkulasi udara yang baik
2. Jika pelayanan imunisasi ditunda dan mengharuskan petugas dibantu kader untuk mencatat anak-anak yang
belum mendapatkan imunisasi untuk diprioritaskan
3. Pelayanan imunisasi mengikuti protokol kesehatan dengan mengdisinfektan tempat pelayanan terlebih dahulu,
menyiapkan hand sanitizer atau tempat cuci tangan, mengatur jarak antar pengunjung , cek suhu tubuh ,
mengharuskan pengantar dan si anak memakai masker, memastikan ibu dan anak sehat
4.Jika memungkinkan sediakan jalan masuk dan keluar yang terpisah

PELAKSANAAN
Tempat : Di Balai Desa Kuta Tuha
Waktu: 26 Mei 2022 09.30-11.00 wib
Peserta : Masyarakat sekitar
Kegiatan:
Melakukan skrining singkat tentang kondisi kesehatan sebelum imunisasi
Pelaksanaan pelayanan imunisasi tidak perlu lama
Batasi jumlah sasaran dalam 1 kali pelayanan
Memberikan informasi dan jadwal imunisasi yang wajib dilakukan
Pemberian informasi harus jelas dan tepat
Memberikan makanan tambahan dan obat penurun panas untuk pencegahan jika anak demam setelah imunisasi
Memastikan diri dan petugas dalam keadaan sehat

MONITORING & EVALUASI


1.Pencatatan dan pelaporan imunisasi pada buku KIA atau buku pencatatan imunisasi lainnya.
2.Monitoring dan evaluasi untuk menentukan tindak lanjut yang dapat diambil petugas setelah masa pandemi.
3.Para ibu yang ragu melakukan imunisasi memberikan sejumlah pertanyaan kepada petugas sehingga menjadi
tahu betapa pentingnya manfaat imunisasi.
4.Para ibu dan pengantar anak duduk saling berjauhan dan mengikuti protokol kesehatan

F3. Pemasangan Konrasepsi AKBK/ Implan Pada Pasien Poli KIA/KB di Puskesmas panga
LATAR BELAKANG
Indonesia menempati urutan kelima dengan jumlah penduduk terbesar di dunia. Diperkirakan setiap hari terlahir
sepuluh ribu bayi, dengan kata lain penduduk Indonesia bertambah sekitar 3,5 juta jiwa setiap tahunnya.
Indonesia sebagai salah satu negara yang berkembang, tidak luput dari masalah kependudukan yaitu jumlah
penduduk yang besar dengan laju pertambahan penduduk relatif masih sangat tinggi, penyebaran
penduduk tidak merata, struktur usia muda dan kualitas penduduk yang masih harus di tingkatkan. Angka
kesuburan total telah mengalami penurunan secara global, namun di negara berkembang penurunan terjadi
sangat lambat karena masih rendahnya penggunaan kontrasepsi modern.
Keluarga Berencana (KB) merupakan satu program pemerintah yang dirancang untuk menyeimbangkan antara
kebutuhan dan jumlah penduduk. Salah satu metode KB yang efektif adalah KB implan. Implant merupakan
metode kontrasepsi hormonal yang memiliki efektivitas sangat tinggi serta memiliki angka kegagalan yang
rendah. Implant juga merupakan alat kontrasepsi yang sangat sesuai bagi pasangan usia subur yang ingin
memakai kontrasepsi dalam jangka panjang untuk mengatur jarak kehamilan. Menurut BKKBN, program
KB dengan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang masih kurang peminatnya termasuk
implant. Salah satu penyebab adalah kurangnya pengetahuan akseptor tentang implant, takut
melakukan operasi kecil pada daerah yang akan dilakukan pemasangan implant, takut terjadi infeksi pada
daerah insersi, selain itu karena kurang mengetahui efek samping kontrasepsi implant.

PERMASALAHAN
Masih banyak dijumpai wanita yang belum benar-benar siap menjadi peserta KB
Masih banyak peserta KB yang akan memutuskan untuk berhenti menggunakan alat kontrasepsi bila pada saat
memakai KB impan muncul efek samping atau masalah kesehatan yang mereka tidak pahami dengan baik.
Banyaknya calon akseptor yang takut melakukan operasi kecil pemasangan implan
Banyaknya calon akseptor yang takut jika terjadi infeksi pada daerah insersi
Masih kurangnya kesadaran masyarakat tentang betapa pentingnya penggunaan KB

PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI


Memberikan konseling KB untuk menambah pengetahuan akseptor sehingga dapat menentukan pilihan Kb yang
sesuai.
Melakukan inform consent pada pasien yang akan memasang implan
Memberikan edukasi kepada aseptor tentang efek samping pemakaian KB Implan sehingga tidak perlu cemas dan
edukasi langkah apa yang bisa dilakukan jika terjadi efek samping seperti segera kontrol ke puskesmas.
Pencatatan identitas pasien
Menerapkan Protokol kesehatan

PELAKSANAAN
Masih banyak dijumpai wanita yang belum benar-benar siap menjadi peserta KB
Masih banyak peserta KB yang akan memutuskan untuk berhenti menggunakan alat kontrasepsi bila pada saat
memakai KB impan muncul efek samping atau masalah kesehatan yang mereka tidak pahami dengan baik.
Banyaknya calon akseptor yang takut melakukan operasi kecil pemasangan implan
Banyaknya calon akseptor yang takut jika terjadi infeksi pada daerah insersi
Masih kurangnya kesadaran masyarakat tentang betapa pentingnya penggunaan KB

MONITORING & EVALUASI


Melakukan pemasangan Implan
1. Tenaga kesehatan akan melakukan tindakan asepsis area lengan atas pasien untuk mencegah infeksi
2. Tenaga kesehatan memberi tanda di lokasi kulit yang akan dipasangi implan. Biasanya di lengan atas bagian
dalam, di sisi yang jarang digunakan.
3. Pasien diberitahu jika suntik anestesi di lokasi yang akan dipasang implan akan terasa sedikit sakit, namun hal
tersebut berfungsi untuk mematikan rasa saat implan dipasang. Bius bersifat lokal, pasien dalam keadaan
sadar.
4. Tenaga kesehatan menggunakan alat/aplikator khusus untuk membuat sayatan dan memasukkan implan ke
bawah kulit, bukan di dalam otot apalagi pembuluh darah.
5. Setelah implan berada pada posisi yang tepat, luka sayatan ditutup dengan plester khusus dan kasa kering.Tidak
diperlukan jahitan.
6. Pasien harus menjaga agar area ini kering selama empat hari. Bekas sayatan akan mengering dalam waktu 3-5
hari.
7. Nyeri pada lengan beberapa hari setelah pemasangan adalah hal yang wajar, begitu juga dengan memar dan
bengkak di sekitar implan.

F3. Anemia Pada Ibu Hamil


LATAR BELAKANG
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin kurang dari 11 gram pada trimester I dan III
atau kadar hemoglobin kurang dari 10,5 gram% pada trimester II. Nilai batas kadar hemoglobin pada
trimester II tersebut karena merupakan puncak terjadinya hemodilusi. Anemia pada kehamilan dapat
menyebabkan komplikasi yang serius bagi ibu baik dalam kehamilan, persalinan dan nifas.
Di Indonesia berdasarkan Riskesdas (2013) terdapat 37,1% ibu hamil anemia, yaitu ibu hamil dengan kadar
hemoglobin kurang dari 11,0 gram/dl dengan proporsi yang hampir sama antara kawasan perkotaan
( 36,4%) dan perdesaan (37,8%). Anemia dapat mengakibatkan abortus, partus prematurus, pendarahan
post partum, syok, infeksi intra partum maupun post partum, sedangkan komplikasi yang dapat terjadi pada
hasil konsepsi yaitu, kematian perinatal,prematuritas, cacat bawaan dan cadangan zat besi kurang.

PERMASALAHAN
1.Kurangnya pengetahuan ibu hamil tentang bahaya anemia pada ibu hamil
2.Kurangnya kesadaran ibu hamil untuk mengonsumsi makanan tinggi zat besi dan mengonsumsi tablet zat besi
3.Kurangnya kesadaran dan inisiatif ibu hamil untuk mengecek kadar hemoglobin

PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI


1. Sosialisasi mengenai anemia dan dampak anemia pada ibu dan bayi
2. Menerapkan protokol kesehatan sebelum memulai kegiatan
3. Mewajibkan peserta mengikuti protokol kesehatan
4. Memperisapkan alat dan bahan yang diperlukan

PELAKSANAAN
Tempat: Di Poli KIA Puskesmas Panga
Waktu : 25 juni 2022 10.00-10.30 wib
Peserta : Ibu hamil yang berkunjung ke poli KIA
Mencuci tangan terlebih dahulu, pemeriksaan suhu
Skrining singkat mengenai keadaaan kesehatan peserta
Petugas memakai APD dan peserta memakai masker
Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan
Penyampaian informasi mengenai pentingnya kepatuhan konsumsi tablet besi untuk mengurangi anemia
Penyampaian pentingnya pengecekan kadar Hb selama kehamilan
Pemberian vitamin sesuai indikasi
Penutup
MONITORING & EVALUASI
Peserta tampak antusias
Memberikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya jika ada yang tidak dipahami
Kegiatan ini menambah pengetahuan para ibu hamil
Kegiatan meningkatkan mutu pelayanan di puskesmas
Kegiatan ini dievaluasi pada masa selanjutnya

F4. Gizi pada Penderita Hipertensi


LATAR BELAKANG
Penyakit hipertensi merupakan salah satu pembunuh diam-diam (silent killer). Saat ini penyakit hipertensi masih
cukup tinggi dan masih cendurung meningkat, yang disebabkan penderita tidak patuh melaksanakan diet
karena kurangnya pengetahuan tentang diet hipertensi sehingga penyakit hipertensi sering kambuh.

Indonesia termasuk negara yang mengalami banyak masalah kesehatan karena semakin tua umur seseorang maka
masalah kesehatan akan semakin bertambah. Jika penderita yang mengelami hipertensi tidak mengetahui
pola pengaturan diet seharianya dan cara mencegahnya, maka beresiko terhadap komplikasi akibat
hipertensi yang diderita seperti gagal jantung, stroke, dan sebagainya. Diperkirakan dengan penderita yang
umurnya 60 tahun keatas akan mengelami penyakit jantung kognitif, infark miokard, stroke diseksi aorta,
dalam lima tahun jika hipertensi tidak diobati.

PERMASALAHAN
1. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang makanan untuk penderita hipertensi.
2. Penderita hipertensi masih belum patuh menjaga diet rendah garam.

PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI


Kegiatan yang dilakukan adalah berupa edukasi dan diskusi mengenai gizi pada penderita hipertensi yang datang
berobat ke poli lansia

PELAKSANAAN
Edukasi diawali dengan pemberian pengobatan dan dilanjutkan dengan diskusi mengenai gizi. Diskusi berlangsung
selama 3-5 menit terhadap setiap pasien lansia dengan hipertensi yang sedang berkunjung kontrol.

Rincian kegiatan sebagai berikut.


Nama Kegiatan : Gizi pada Penderita Hipertensi
Hari/Tanggal : Senin, 10 Januari 2022
Waktu : 09.00 WIB - selesai
Tempat : Poli Lansia Puskesmas Langsa Barat

MONITORING & EVALUASI


Kegiatan edukasi berjalan dengan lancar. Pasien aktif mendengarkan, memahami, merespon, dan aktif berdiskusi
tentang edukasi yang diberikan. Sikap dan perilaku peserta membutuhkan penilaian jangka panjang.

F4. Upaya Pencegahan Kejadian Stunting Pada Anak


LATAR BELAKANG
Stunting merupakan masalah gizi utama yang masih banyak terjadi di Indonesia. Stunting sangat berdampak pada
kehidupan sosial ekonomi masyarakat karena sagat berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan
kemampuan anak. Masalah gizi yaitu status gizi yang kurang dan buruk, dimana gizi kurang adalah kondisi
kekurangan gizi akibat jumlah makso daan mikro tidak memadai dan dapat menyebabkan prevalensi anak
bertubuh pendek sangat tinggi dan dapat terjadi pada 1 dari 3 anak balita, hal ini merupakan masalah yang
cukup serius menurut World Heath Organization (WHO).

PERMASALAHAN
Kurangnya pengetahuan ibu mengenai stunting, faktor-faktor yang dapat berperan pada kejadian stunting dan
bagaimana cara mencegahnya, serta kurangnya kesadaran akan pentingnya melakukan pengukuran dan
penimbangan secara berkala pada anak guna memantau tumbuh kembang anak.

PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI


Mengadakan kegiatan rembuk stunting dan diisi dengan penyuluhan mengenai stunting pada sekolah smpn 13
Matang Seulimeng, Langsa

PELAKSANAAN
Lokasi : SMPN 13 Matang Seulimeung, Langsa
Waktu : 16 Maret 2022, pukul 09.00 WIB
Pelaksana : Dokter internsip, staff program gizi PKM Langsa Barat
Media : Leaflet

MONITORING & EVALUASI


Para siswa-siswi diberikan informasi mengenai stunting dan mengadakan diskusi mengenai strategi yang tepat
untuk menggalakkan kegiatan pengukuran dan penimbangan balita secara berkala di sekolah serta
informasi mengenai stunting dapat tersampaikan dengan baik ke siswa siswi

F4. Pendidikan Gizi Tentang MP-ASI


LATAR BELAKANG

Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) adalah makanan atau minuman yang mengandung zat gizi yang
diberikan pada bayi atau anak usia 6-24 bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain ASI. Memulai
pemberian MPASI pada saat yang tepat sangat bermanfaat bagi pemenuhan kebutuhan nutrisi dan tumbuh
kembang bayi serta merupakan periode peralihan dari ASI eksklusif ke makanan keluarga. Pada saat bayi
berusia enam bulan, umumnya kebutuhan nutrisi tidak lagi terpenuhi oleh ASI semata khususnya energi,
protein dan beberapa mikronutrien terutama zat besi (Fe), seng (Zn) dan vitamin A. Pemberian MPASI yang
tidak tepat waktu, terlalu dini diberikan (kurang dari empat bulan) ataupun terlambat (sesudah usia tujuh
bulan) dapat mengakibatkan hal-hal yang merugikan.

PERMASALAHAN
Masih banyak didapatkan orangtua yang keliru dalam memberikan MPASI baik pada waktu maupun komposisinya.
MPASI yang diberikan terlalu dini dapat mengakibatkan hal-hal yang merugikan antara lain seperti: diare,
produksi ASI menurun, sensitisasi alergi dan gangguan tumbuh kembang. Padahal pemberian MPASI harus
memenuhi beberapa syarat seperti: tepat waktu, aman dan tepat cara pemberian.

PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI


Intervensi yang diberikan pada kegiatan ini adalah berupa pendidikan kepada para orangtua balita dengan metode
ceramah dan diskusi terbuka antara nakes, dan orangtua. Adapun materi inti yang disampaikan adalah
sebagai berikut:
-Tepat waktu (timely), artinya MPASI harus diberikan saat ASI eksklusif sudah tidak dapat memenuhi kebutuhan
nutrisi bayi
-Adekuat, artinya MPASI memiliki kandungan energi, protein, dan mikronutrien yang dapat memenuhi kebutuhan
makronutrien dan mikronutrien bayi sesuai usianya
-Aman, artinya MPASI disiapkan dan disimpan dengan cara yang higienis, diberikan menggunakan tangan dan
peralatan makan yang bersih
-Diberikan dengan cara yang benar (properly fed), artinya MPASI diberikan dengan memperhatikan sinyal rasa
lapar dan kenyang seorang anak. --Frekuensi makan dan metode pemberian makan harus dapat mendorong
anak untuk mengonsumsi makanan secara aktif dalam jumlah yang cukup menggunakan tangan, sendok,
atau makan sendiri (disesuaikan dengan usia dan tahap perkembangan seorang anak).

PELAKSANAAN
Tempat: Poli KIA Puskesmas Langsa Barat
Waktu: 28 Maret 2022
Metode: Ceramah dan diskusi
Ket: Kegiatan ini dilaksanakan bersamaan dengan Timbang BB dan TB

MONITORING & EVALUASI


Monitoring dan evaluasi dilakukan dengan cara meminta kerja sama kader untuk memantau. Apakah ilmu dan
informasi yang didapat para orangtua dari kegiatan ini dapat mereka aplikasikan dalam kehidupan sehari-
hari, dengan cara menanyakan pada kehamilan berikutnya. Apakah terdapat perubahan ataupun perbaikan
dibandingkan dengan pola asuh mereka sebelumnya.

F4. Sosialiasi Makanan 4 Sehat 5 Sempurna


LATAR BELAKANG
Dalam pemberian nutrisi, Ibu berperan merencanakan variasi makanan, menyediakan daftar menu yang diperlukan
anak dan keluarga, serta mengidentifikasi kebutuhan nutrisi yang diperlukan anak. Kebiasaan pemberian
makanan yang benar sangat penting untuk keberlangsungan kehidupan, pertumbuhan, perkembangan,
serta gizi bayi dan anak. Gizi merupakan salah satu faktor lingkungan dan merupakan penunjang agar proses
tumbuh kembang tersebut dapat berjalan dengan memuaskan. Hal ini berarti pemberian makanan yang
berkualitas dan kuantitasnya baik 2 menunjang tumbuh kembang, sehingga bayi dapat tumbuh normal dan
sehat serta terbebas dari penyakit.

Pengetahuan Ibu tentang kebutuhan gizi, cara pemberian makan, dan jadwal pemberian makan anak balita sangat
berperan dalam menentukan status gizi anak salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan
mencukupi kebutuhan lahir dan batin anak-anaknya.

PERMASALAHAN
Masih kurangnya pengetahuan Ibu tentang makanan 4 sehat 5 sempurna.

PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI


Kegiatan yang akan dilakukan adalah berupa penyuluhan yang akan dilaksanakan di poli KIA Puskesams Langsa
Barat

PELAKSANAAN
Hari/Tanggal: Senin, 28 Maret 2022
Pukul: 09.00 WIB - selesai
Tempat: Puskesmas Langsa Barat
Jumlah Peserta: 6 orang Ibu yang datang berkunjung berobat di poli KIA

MONITORING & EVALUASI


Kegiatan penyuluhan edukasi berjalan dengan lancar. Para Ibu yang datang berkunjung berobat ke poli KIA
antusias mendengarkan, memahami, merespon, dan aktif berdiskusi tentang edukasi yang diberikan.

F4. Diet Rendah Purin


LATAR BELAKANG
Gout Arthritis (GA) merupakan salah satu penyakit inflamasi sendi yang paling sering ditemukan, yang ditandai
dengan adanya penumpukan kristal monosodium urat di dalam atau di sektar persendian.
Gejala yang timbul antara lain peradangan dan nyeri pada sendi, kadar asam urat yang berlebih dalam darah
(hiperuirisemia), terdapat kristal asam urat yang khas didalam cairan sendi, sehingga sendi terlihat
kemerahan, terjadi pembengkakan asimetris pada satu sendi, namun tidak ditemukan bakteri pada saat
serangan atau inflamasi

PERMASALAHAN
- Masih kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pentingnya konsumsi makananan rendah purin
- Angka kejadian GA dimasyarakat masih tinggi

PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI


1. Melakukan penyuluhan dan konseling serta edukasi dengan verbalisasi sehingga dapat memudahkan
masyarakat untuk melakukan tanya jawab
2. Melakukan diskusi tanya jawab sehingga peserta dapat lebih memahami tentang pentingnya diet rendah purin

PELAKSANAAN
Tempat : Poli Umum Puskesmas Langsa Barat
Hari/Tanggal : Selasa/ 12 April 2022
Pukul : 10.00 WIB
Sasaran : Pasien yang datang dengan keluhan GA

MONITORING & EVALUASI


Kegiatan berjalan dengan baik dan lancar. Respon pasien baik

F4. Obesitas
LATAR BELAKANG
Obesitas didefinisikan sebagai akumulasi lemak yang berlebih pada jaringan adiposa di dalam tubuh. Kelebihan
akumulasi lemak ini dapat mengganggu kesehatan. Di Indonesian, obesitas merupakan salah satu
permasalah gizi yang terus meningkat setiap tahun. Berdasarkan Riskesdas penghitungan prevalensi
obesitas dibagi menjadi dua yaitu obesitas berdasarkan IMT dan obesitas berdasarkan lingkar perut.
Prevalensi obesitas berdasarkan IMT terus meningkat hingga mencapai 21,8%, sedangkan pada tahun 2013
hanya 14,8%. Prevalensi obesitas berdasarkan lingkar perut (obesitas sentral) adalah 31%, meningkat dari
tahun 2013 yang hanya 26,6%. Peningkatan prevalensi obesitas per tahun juga berdampak terhadap
peningkatan kejadian penyakit lainnya, seperti hipertensi, diabetes melitus dan penyakit kardiovaskular
lainnya. Oleh karena itu, perlu adanya berbagai upaya yang dilakukan dari berbagai sektor di masyarakat,
terutama sektor kesehatan, untuk mengatasi masalah obesitas yang terus meningkat ini.

PERMASALAHAN
Perkembangan zaman juga menyebabkan terjadinya perubahan pola hidup di masyarakat yang berdampak pada
pergeseran kepada pola hidup yang kurang sehat, seperti konsumsi junk food dan pola hidup yang sedenter.
Hal ini menyebabkan peningkatan angka kejadian obesitas pada masyarakat global, tidak terkecuali di
Indonesia. Peningkatan prevalensi ini tentu berdampak terhadap peningkatan angka kejadian bebagai
penyakit tidak menular atau penyakit metabolik seperti hipertensi, diabetes melitus, hingga penyakit
kardiovaskular. Peningkatan angka kejadian penyakit tersebut juga meningkatkan kemungkinan komplikasi
dan mengurangi kualitas hidup masyarakat yang mengalaminya dikemudian hari. Obesitas merupakan suatu
hal yang bersifat kompleks karena dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti asupan makanan yang
berlebihan, asupan gizi yang tidak seimbang dan aktivitas fisik yang rendah. Pada prinsipnya, faktor-faktor
tersebut menyebabkan ketidakseimbangan antara jumlah asupan energi dan energi yang dikeluarkan. Dari
berbagai hal tersebut, kesadaran dari masyarakat dan tiap individulah yang memegang perananan penting
untuk mencegah terjadinya obesitas. Puskesmas sebagai salah satu pelayanan kesehatan yang berhadapan
langsung dengan masyarakat memiliki peranan penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan
bahaya obesitas dan bagaimana cara mencegahnya

PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI


Kunci dari penanganan obesitas di masyarakat adalah kesadaran dari tiap-tiap individu untuk mencegah obesitas.
Kesadaran masyarakat akan tumbuh ketika masyarakat paham tentang bahaya obesitas dan mengerti cara
untuk mencegahnya. Oleh sebab itu, puskesmas memiliki peran yang sangat penting untuk memberikan
berbagai upaya dan pemahaman terhadap masyarakat mengenai obesitas dan bagaimana cara
mencegahnya. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah edukasi kepada masyarakat terutama yang
masuk dalam kriteria obesitas. Selain itu, edukasi tentang cara mencegah dan bahaya obesitas juga perlu
diberikan pada kelompok masyarakat yang memiliki hipertensi, diabetes melitus dan penyakit
kardiovaskular lainnya, serta masyarakat yang berisiko mengalami obesitas. Edukasi dapat dilakukan secara
interpersonal saat tatap muka di poliklinik atau pengobatan massal di desa.

PELAKSANAAN
Pelaksanaan intervensi berupa edukasi dilakukan di poliklinik secara langsung terhadap pasien, terutama pasien
dengan penyakit hipertensi, diabetes melitus atau penyakit kardiovaskular yang tidak terkontrol. Pasien ini
dapat dipertimbangkan untuk dikonsulkan ke poli gizi atau kesling untuk mendapatkan informasi dan
rekomendasi pola makan dan jumlah asupan nutrisi sehari-hari. Untuk pasien yang sudah masuk ke dalam
kriteria obesitas, berisiko untuk mengalami obesitas, atau memiliki penyakit kronik (hipertensi, sindrom
metabolik, penyakit kardiovaskular) dapat diedukasi dengan materi:
Edukasi bahaya obesitas
Edukasi penyebab obesitas
Edukasi asupan gizi yang cukup
Edukasi pola makan dengan gizi seimbang (¼ porsi makanan pokok/karbohidrat, ¼ porsi lauk/protein, dan ½ lagi
diisi oleh sayur serta buah)
Edukasi untuk olahraga rutin (3-5 kali dalam seminggu, durasi 150 menit per minggu)
Edukasi untuk kontrol dan konsumsi obat rutin bagi pasien dengan penyakit penyerta

MONITORING & EVALUASI


Pelaksanaan edukasi dilakukan secara berkala ketika pasien mendapatkan pelayanan kesehatan di poliklinik
terutama pasien dengan obesitas dan pasien dengan penyakit penyerta. Edukasi dapat dilakukan setiap
pasien datang untuk kontrol dan mengambil obat rutin. Secara umum, masyarakat cukup antusias dalam
mendengarkan edukasi mengenai pola hidup sehat terutama mengenai asupan gizi seimbang untuk
mencegah obesitas. Monitoring dilakukan dengan menjadwalkan pasien kembali untuk kontrol, terutama
pada pasien dengan riwayat penyakit penyerta yang bersifat kronik. Untuk pasien yang memiliki hipertensi
atau diabetes melitus yang tidak terkontrol, dipertimbangkan untuk dikonsulkan ke poliklinik gizi.

F4. Gizi kurang


LATAR BELAKANG
Gizi kurang dan gizi buruk masih menjadi salah satu masalah kesehatan serius di Indonesia. Berdasarkan hasil
Riskesdas 2018, didapatkan prevalensi balita yang mengalami gizi kurang sekitar 13,8% dan gizi buruk
sebanyak 3,9%. Pada balita, status gizi sangat penting dan dibutuhkan untuk pertumbungan dan
perkembangan terutama pada 1000 hari pertama kehidupan (golden period). Tidak tercukupinya status gizi
berdasarkan umur dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak, menghambat
kemampuan belajar dan meningkatkan risiko infeksi. Permasalahan gizi kurang ini merupakan suatu siklus
yang harus diakhiri karena dampaknya berupa terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan
menyebabkan penurunan produktivitas dan kemiskinan pada generasi penerus. Oleh karena itu, diperlukan
peran serta masyarakat dan juga unit kesehatan untuk memutus siklus tersebut.

PERMASALAHAN
Status gizi merupakan salah satu komponen penting dalam indeksi pembangunan manusia di suatu negara.
Baiknya status indeks pembangunan manusia ditentukan oleh seberapa baik status gizi masyarakatnya.
Optimalisasi tumbuk kembang anak didapatkan dari pemenuhan status gizi dan stimulus sesuai dengan
rentang usianya. Sementara proses belajar dari pemberian stimulus juga dibantu oleh kapasitas belajar
(otak) yang ditentukan oleh status gizi anak. Status gizi yang baik di awal kehidupan juga meningkatkan
produktivitas di usia produktif dan juga meningkatkan usia harapan hidup dikemudian hari. Di Indonesia,
status gizi yang masih rendah disebabkan oleh berbagai hal seperti masalah ketersediaan pangan, masalah
kemiskinan, masalah saran prasarana, hinggat tingkat pengetahuan orang tua dan anak yang masih rendah.
Berbagai akar permasalahan ini harus ditindaklanjuti oleh berbagai sektor, baik dari sektor pemerintah,
pelayanan kesehatan dan juga masyarakat. Seluruh sektor harus bersinergi untuk menyelesaikan
permasalahan ini dan memutus siklus gizi kurang yang disebabkan oleh kemiskinan.

Puskesmas sebagai sektor pelayanan kesehatan memiliki peran penting untuk mencegah dan mengatasi gizi kurang
maupun gizi buruk. Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh puskesmas adalah dengan meningkatkan
pengetahuan masyarakat terutama orang tua atau pengasuh balita tentang status gizi anak dan bagaimana
cara memenuhinya. Balita terutama anak hingga usia dua tahun merupakan periode emas bagi
pertumbuhan dan perkembangan yang sangat membutuhkan kecukupan nutrisi. Orang tua atau pengasuh
balita tentunya perlu memiliki pengetahuan yang baik mengenai gizi pada anak untuk mencegah terjadinya
gizi kurang pada balita.

PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI


Salah satu faktor penyebab utama masalah gizi kurang adalah rendahnya tingkat pengetahuan orang tua atau
pengasuh balita yang dapat berdampak terhadap terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan anak
pada usia emas. Gangguan pada usia emas akan memiliki dampak jangka panjang terhadap tumbuh
kembang serta produktivitas anak di masa yang akan datang. Sehingga perlu dilakukan intervensi secara
spesifik untuk mengatasi penyebab masalah ini, salah satu caranya adalah dengan melakukan edukasi, baik
di puskesmas atau posyandu, kepada orang tua atau pengasuh balita tentang pentingnya status gizi pada
anak. Metode edukasi yang dilakukan dengan cara penyampaian langsung dalam pertemuan tatap muka
dengan orang tua atau pengasuh balita saat di puskesmas atau posyandu. Selain itu, penjelasan mengenai
konten materi yang ada di buku KIA juga dapat membantu orang tua atau pengasuh balita dalam
merencanakan pemberian jenis makanan serta komposisinya untuk memenuhi status gizi sesuai dengan
rentang usia.

PELAKSANAAN
Edukasi dilakukan di puskesmas atau posyandu bulanan dengan penjelasan langsung kepada orang tua atau
pengasuh balita. Materi yang disampaikan berupa:
Edukasi pentingnya nutrisi pada 1000 hari pertama kehidupan (periode emas)
Edukasi pentingnya pemberian ASI eksklusif
Edukasi pemberian MPASI ketika anak berusia > 6 bulan
Edukasi mengenai pentingnya imunisasi
Edukasi pentingnya monitoring tumbuh kembang anak setiap bulan di faskes/posyandu
Edukasi mengenai pentingnya membaca materi di buku KIA untuk membantu orang tua atau pengasuh dalam
memantau tumbuh kembang anak di rumah

MONITORING & EVALUASI


Pelaksanaan edukasi yang dilakukan di poliklinik maupun posyandu umumnya berjalan lancar. Orang tua maupun
pengasuh balita cenderung antusias dalam mendengarkan edukasi dan memberikan beberapa pertanyaan
terkait nutrisi pada anak. Proses monitoring diperlukan untuk melihat efektivitas intervensi yang telah
dilakukan ini. Monitoring dilakukan setiap bulan dengan cara melihat tumbuh kembang anak dan dievaluasi
menggunakan kurva tumbuh kembang WHO. Hal ini dilakukan secara berkesinambungan.

F4. ANEMIA PADA KEHAMILAN


LATAR BELAKANG
Anemia pada kehamilan merupakan salah satu masalah nasional karena mencerminkan nilai kesejahteraan sosial
ekonomi masyarakat dan pengaruhnya sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Anemia pada
ibu hamil disebut “potensial danger to mother and child” (potensial membahayakan ibu dan anak). Oleh
karena itulah anemia memerlukan perhatian serius dari semua pihak yang terkait dalam pelayanan
kesehatan.
Data World Health Organization (WHO) 2010, 40% kematian ibu di negara berkembang berkaitan dengan anemia
dalam kehamilan. Kebanyakan anemia dalam kehamilan di sebabkan oleh defisiensi besi dan pendarahan
akut, bahkan jarak keduanya saling berinteraksi. Tingginya prevalensi anemia pada ibu hamil sebagian besar
penyebabnya adalah kekurangan zat besi yang diperlukan untuk pembentukan hemoglobin. Ibu hamil
aterm cenderung menderita anemia karena pada masa tersebut janin menimbun cadangan besi untuk
dirinya dalam rangka persediaan segera setelah lahir. Pada ibu hamil dengan anemia terjadi gangguan
penyaluran oksigen dan zat makanan dari ibu ke plasenta dan janin, yang mempengaruhi fungsi plasenta.
Faktor yang berpengaruh terhadap kejadian anemia diantaranya kurang gizi, selain itu anemia pada ibu hamil
disebabkan karena kehamilan berulang dalam waktu singkat, cadangan zat besi ibu sebenarnya belum pulih,
terkuras oleh keperluan janin yang di kandung berikutnya, keterbatasan ekonomi, kebiasaan makanan yang
dikonsumsi, pengetahuan gizi, pendidikan keluarga, faktor budaya, faktor fasilitas kesehatan dan asupan gizi
ibu hamil. Faktor predisposisi pada anemia diantaranya diet rendah zat besi, B12, asam folat, kelainan
gastrointestinal, penyakit kronis dan riwayat keluarga. Oleh karena itu penyuluhan dan edukasi tentang
anemia pada kehamilan sangat penting untuk dilakukan.

PERMASALAHAN
Masalah yang dihadapi pemerintah Indonesia adalah masih tingginya prevalensi anemia pada ibu hamil dan
sebagian besar penyebabnya adalah kekurangan zat besi untuk pembentukan hemoglobin. Anemia dalam
kehamilan memberi pengaruh kurang baik bagi ibu, baik dalam kehamilan, persalinan, maupun nifas dan
masa selanjutnya. Penyulit-penyulit yang dapat timbul akibat anemia antara lain keguguran (abortus),
kelahiran prematurs, persalinan yang lama akibat kelelahan otot rahim di dalam berkontraksi (inersia uteri),
perdarahan pasca melahirkan karena tidak adanya kontraksi otot rahim (atonia uteri), syok, infeksi baik saat
bersalin maupun pasca bersalin, serta anemia yang berat (<4 gr%) dapat menyebabkan dekompensasi
kordis. Hipoksia akibat anemia dapat menyebabkan syok dan kematian ibu pada persalinan.
Anemia pada ibu hamil merupakan masalah kesehatan terkait dengan insidennya yang tinggi dan komplikasi yang
dapat timbul baik pada ibu maupun pada janin. Dibutuhkan upaya yang optimal dalam mencegah terjadinya
anemia khususnya pada kehamilan agar tidak terjadi penyulit dan masalah kesehatan lain yang
mempengaruhi kehamilan dan janin.

PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI


Intervensi yang dilakukan adalah dengan penyuluhan yang dilakukan dengan metode cermah dan pembagian
leaflet yang berisi materi mengenai definisi anemia, gejala anemia, pencegahan anemia, cara-cara
penanggulangan anemia dan resiko anemia yang dapat terjadi pada ibu hamil yang dilaksanakan di PKM
Panga . Intervensi di lapangan dilakukan saat kegiatan posyandu dengan memberikan edukasi kepada ibu
hamil yang mengalami anemia.

PELAKSANAAN
Setiap ibu hamil yang datang ke puskesmas dilakukan pemeriksaan laboratorium salah satunya pemeriksaan Hb
untuk melihat apakah ibu mengalami anemia atau tidak. Apabila pada saat pemeriksaan ditemukan ibu
hamil dengan anemia maka akan di lakukn penatalaksanaan untuk mengatasi anemia tersebut. Kemudian
ibu hamil juga akan di edukasi mengenai bahaya dan cara pencegahan anemia pada kehamilan secara
signifikan.

MONITORING & EVALUASI


Ibu hamil disarankan tetap melakukan pemeriksaan secara rutin baik itu ke puskesmas atau kebidan agar dapat
menghindari hal hal yang dapat membahayakan pada saat kehamilan atau pun pada saat melahirkan yang
diakibatkan oleh anemia pada ibu hamil.
F4.  GIZI SEIMBANG PADA IBU HAMIL
LATAR BELAKANG
Gizi dan Nutrisi ibu hamil merupakan hal penting yang harus dipenuhi selama kehamilan berlangsung. Nutrisi dan
gizi yang baik ketika kehamilan sangat membantu ibu hamil dan janin tetap sehat. Status gizi merupakan
status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara hubungan dan masukan nutrisi. Gizi ibu hamil
adalah makanan sehat dan seimbang yang harus dikonsumsi selama kehamilan yaitu dengan porsi dua kali
makan orang yang tidak hamil.
Kebutuhan gizi pada masa kehamilan akan meningkat sebesar 15% dibandingkan dengan kebutuhan wanita
normal. Peningkatan gizi ini dibutuhkan untuk pertumbuhan rahim (uterus), payudara (mammae), volume
darah, plasenta, air ketuban dan pertumbuhan janin. Makanan yang dikonsumsi oleh ibu hamil akan
digunakan untuk pertumbuhan janin sebesar 40% dan sisanya 60% digunakan untuk pertumbuhan ibunya.
Untuk memperoleh anak yang sehat, ibu hamil perlu memperhatikan makanan yang dikonsumsi selama
kehamilannya. Makanan yang dikonsumsi disesuaikan dengan kebutuhan tubuh dan janin yang
dikandungnya. Dalam keadaan hamil, makanan yang dikonsumsi bukan untuk dirinya sendiri tetapi ada
individu lain yang ikut mengkonsumsi makanan yang dimakan.
Pengaruh gizi pada kehamilan mencakup:
1. Gizi pra hamil (Prenatal): Gizi yang baik akan membuat kehamilan minim komplikasi dan sedikit bayi prematur.
2. Gizi Pranatal: Kurangnya gizi mempengaruhi terjadinya bayi premature, gangguan kongenital, bayi lahir mati.

PERMASALAHAN
Banyaknya ibu hamil yang belum mengetahui mengenai gizi seimbang sehingga diperlukan edukasi lebih lanjut
mengenai gizi seimbang bagi ibu hamil. Dan masih banyaknya ibu hamil yang belum mengetahui manfaat
yang dihasilkan dari gizi seimbang pada ibu hamil, baik itu manfaat pada ibu maupun pada janin yang di
kandung, dan makanan makanan apa yang baik ataupun yang tidak boleh dikonsumsi oleh ibu hamil.
Diperlukan Diperlukan sosialisasi tentang gizi seimbang pada ibu hamil untuk mengetahui manfaat, tujuan,
jenis makanan, serta bahan yang dihindari pada saat hamil.

PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI


Dari permasalahan diatas maka di perlukan edukasi kepada ibu hamil mengenai gizi seimbang pada ibu hamil agar
mengetahui apa saja jenis makanan yang tersusun dalam 1 hidangan pada ibu hamil, penambahan zat gizi
seperti vitamin dan mineral pada ibu hamil, serta bahan makanan apa saja yang dibatasi atau dihindari pada
ibu hamil.

PELAKSANAAN
Setiap ibu hamil yang datang ke Puskesmas Panga di lakukan pemeriksaan status gizi selama hamil dan diedukasi
mengenai apa itu gizi seimbang pada ibu hamil. Apabila pada saat pemeriksaan ditemukan ibu hamil yang
mengalami malnutrisi energi kronik yang di tandai dengan LILA kurang dari 23,5 Cm maka di berikan
makanan tambahan untuk ibu hamil

MONITORING & EVALUASI


Ibu hamil yang datang ke puskesmas disarankan untuk tetap menjaga status gizi mereka agar lebih baik dan
seimbang. Dan kemudian agar tetap memlaulakn peneriksaan secara berkala ke puskesmas dan untuk ibu
hamil yg mengalami malnutrisi energi kronik maka lebih sering untuk melalukan pemeriksaan

F5. Program Pengelolaan Penyakit Kronis (PROLANIS)


LATAR BELAKANG
Pengelolaan penyakit kronis (Prolanis) merupakan bagian dari kegiatan BPJS di mana dalam upaya
penanganan masyarakat dengan penyakit kronis seperti hipertensi dan diabetes melitus (DM) tipe 2.
Penderita yang telah didiagnosis dengan hipertensi dan DM tipe 2 dapat mendaftarkan dirinya ke
kantor BPJS untuk bergabung dalam Prolanis. Dari tahun ke tahun jumlah anggota Prolanis semakin
meningkat.
Hipertensi dan DM tipe 2 merupakan 2 penyakit kronis dengan penderita terbanyak di dunia. Pola hidup
sedentary menjadi salah satu penyebab meningkatnya penyakit kronis ini.

PERMASALAHAN
Penyakit kronis merupakan permasalahan kesehatan serius dan penyebeb kematian terbesar di Indonesia.
Jika Hipertensi dan Diabetes Melitus tidak dikelola dengan baik maka akan menimbulkan PTM lanjutan
seperti Jantung, Stroke, Gagal Ginjal, dsb. Pengendalian PTM dapat dilakukan dengan intervensi yang
tepat pada setiap sasaran/kelompok populasi tertentu sehingga peningkatan kasus baru PTM dapat
ditekan.

PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI


Angka kejadian hipertensi dan diabetes melitus masih tinggi dan pengetahuan penderita hipertensi dan diabetes
mellitus masih rendah, maka dilakukan pemeriksaan dan penyuluhan mengenai kaki diabetikum.
Tujuanya agar pengetahuan pasien mengenai komplikasi diabetes dan hipertensi bertambah.

PELAKSANAAN
Kegiatan: Prolanis
Peserta: Semua peserta Prolanis UPT Puskesmas Langsa Barat
Waktu: Jumat, 04 Maret 2022
Metode: Pemeriksaan gula darah

MONITORING & EVALUASI


Kegiatan Prolanis berjalan dengan sangat lancar

F5. Penyuluhan scabies


LATAR BELAKANG
Skabies merupakan salah satu infeksi parasit yang cukup banyak kejadiannya dan menjadi isu penting terutama di
daerah padat penduduk. Penyakit ini dapat menyerang segala usia dan berbagai kalangan sosial. Beberapa
penyebab tingginya angka kejadian skabies adalah penularan yang cepat, siklus hidup Sarcoptes scabiei
yang pendek, dan ketidakpatuhan pasien pada terapi.

PERMASALAHAN
Skabies seringkali diabaikan karena tidak mengancam jiwa, sehingga prioritas penanganannya rendah. Akan tetapi,
penyakit ini dapat menjadi kronis dan berat serta menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Banyak faktor
yang menunjang perkembangan penyakit ini, antara lain keadaan sosial ekonomi yang rendah, kebersihan
yang buruk, kesalahan diagnosis, dan perkembangan demografik seperti keadaan penduduk dan ekologi.
Keadaan tersebut memudahkan transmisi dan infestasi Sarcoptes scabiei.

PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI


Penyuluhan tentang penyakit skabies pada warga yang berobat ke puskesmas sehingga dapat dilakukan
pencegahan penularan dan penatalaksaan sedini mungkin sehingga masyarakat dapat mengenal gejala dan
tanda penyakit skabies lebih dini.

Penyuluhan dengan pemaparan materi tentang pengertian skabies, penyebab skabies, gejala dan tanda manusia
yang tertular skabies, cara penularan skabies, serta pencegahan dan pengobatan skabies. Pada edukasi,
disampaikan cara pencegahan dengan merendam semua pakaian dan seprei dengan menggunakan air
bersuhu tinggi atau hangat agar kutu penyebab skabies langsung mati dan jangan lupa mandi 2x sehari
dengan menggunakan sabun antiseptik. Pasien disarankan untuk menjemur kasur tepat di bawah sinar
matahari, serta membersihkan seluruh bagian rumah, mulai dari lantai, karpet, lemari, dan lain-lain dengan
menggunakan cairan pembersih yang mengandung desinfektan.

PELAKSANAAN
Hari / Tanggal: 15 Maret 2022
Pukul: 09.00 WIB - selesai
Tempat: Puskesmas
Peserta: Pasien yang berobat ke puskemas
Petugas: 1 dokter internship
Acara: Penyuluhan

MONITORING & EVALUASI


Kegiatan berjalan dengan baik, warga menyimak materi dengan baik selama kegiatan berlangsung. Setelah
kegiatan penyuluhan berlangsung, warga aktif bertanya. Penyuluhan ini diharapkan dapat memperluas
pengetahuan mengenai pentingnya mengenali gejala penyakit skabies sehingga dapat dilakukan
pencegahan penyebaran penyakit tersebut.

Masih banyaknya paradigma warga yang berasumsi bahwa infeksi kutu hanya terbatas terjadi pada daerah
berambut saja dan masih sulit untuk menerima informasi baru tentang penyakit skabies. Diharapkan
kedepannya, setelah diadakannya penyuluhan penyakit skabies ini, pandangan warga terhadap infeksi
parasit pada tubuh, terutama skabies dapat menjadi lebih terbuka.

F5. Upaya Skrining Penyakit Tidak Menular


LATAR BELAKANG
Penyakit tidak menular (PTM) merupakan penyakit kronis yang sifatnya tidak ditularkan dari orang ke orang.
Prevalensi PTM di Indonesia semakin meningkat. Hal ini dipicu karena terjadinya transisi epidemiologi yaitu
terjadinya perubahan pola kesakitan berupa penurunan prevalensi penyakit infeksi, sedangkan penyakit
non infeksi meningkat akibat perubahan pola fertilitas, gaya hidup, dan sosial ekonomi.
Di Indonesia, dalam upaya menurunkan kejadian PTM, pemerintah Indonesia sudah mencanangkan program Pos
Binaan Terpadu (Posbindu) PTM melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat. Kegiatan Posbindu PTM
terbukti mampu meningkatkan pengetahuan, sikap mawas diri, dan status kesehatan masyarakat terhadap
factor risiko PTM. Selain itu, program ini juga menjadi kegiatan deteksi dini dan monitoring tindak lanjut dini
factor resiko PTM secara mandiri sehingga peningkatan kasus PTM dapat dicegah.

PERMASALAHAN
PTM merupakan penyebab kematian tersering di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Dalam upaya menjalankan
program pemerintah untuk deteksi dini dan monitoring faktor resiko PTM dilakukan kegiatan Posbindu PTM
di Desa Seuriget dengan harapan peningkatan kejadian PTM dapat dicegah.

PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI


Dilakukan kegiatan Posbindu PTM di Desa Seuriget, meliputi pemeriksaan kesehatan berupa tekanan darah, kadar
asam urat, kolestrol, dan gula darah sewaktu. Kemudian dilakukan wawancara singkat untuk deteksi dini
faktor resiko dan edukasi untuk monitoring lanjutan.

PELAKSANAAN
Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan dengan rincian sebagai berikut:
Kegiatan : Skirining PTM
Hari/Tanggal : Selasa/ 22 Maret 2022
Pukul : 09.00 WIB s.d selesai
Tempat : Desa Seuriget

MONITORING & EVALUASI


Kegiatan skrining PTM dilakukan Desa Seuriget oleh tenaga kesehatan UPT PKM Langsa Barat. Setelah dilakukan
pemeriksaan, jika didapatkan hasil diluar batas normal dari salah satu item pemeriksaan akan dilakukan
wawancara lanjutan untuk penelusuran factor resiko dan pemberian terapi yang tepat. Namun, jika hasil
yang diperoleh dalam batas normal akan diberi edukasi mengenai pola hidup bersih dan sehat dalam upaya
pencegahan penyakit.

F5. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Tuberkulosis (TB)


LATAR BELAKANG
Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri
ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya.
Insidensi TB dilaporkan meningkat secara drastis pada dekade terakhir ini di seluruh dunia. Demikian pula di
Indonesia, Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan, baik dari sisi angka kematian (mortalitas), angka
kejadian penyakit (morbiditas), maupun diagnosis dan terapinya.

PERMASALAHAN
1. Masih terdapat penderita TB di wilayah Puskesmas Langsa Barat.
2. Cara pencegahan dan pemberantasan penyakit TB di wilayah Puskesmas Langsa Barat.

PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI


Memberikan pengetahuan kepada pasien agar:
- Mengubah pola hidup sehat baik dari segi olahraga dan makanan
- Berhenti merokok
- Mengajarkan cara batuk yang benar
- Jangan sampai putus obat baik itu dalam satu hari
- Rutin kontrol kesehatan

PELAKSANAAN
Hari / Tanggal: 23 Maret 2029
Pukul: 08.00 WIB - selesai
Tempat: Desa Telaga Tujuh, Pusong
Petugas: dokter internship dan petugas poli TB

MONITORING & EVALUASI


Mengevaluasi perkembangan kasus TB di wilayah Puskesmas Langsa Barat dengan memonitoring pasien selama
pengobatan dan rutinitas minum obat.

F5. Pemberian Obat Cacing Pada Usia Dini


LATAR BELAKANG
Kecacingan merupakan penyakit endemik dan kronik yang diakibatkan oleh cacing parasit dengan prevalensi tinggi,
tidak mematikan, tetapi menggerogoti kesehatan tubuh manusia sehingga berakibat menurunnya kondisi
gizi dan kesehatan masyarakat. Kecacingan sebagai salah satu penyebab anemia gizi merupakan masalah
sangat penting karena dampak yang ditimbulkan mempengaruhi tingkat kecerdasan dan produktivitas.
Meskipun jarang menyebabkan kematian secara langsung, namun kecacingan yang berat dan menahun
terbukti sangat mempengaruhi pel-tumbuhan dan perkembangan fisik dan mental anak-anak. Kecacingan
pada anak-anak akan berdampak pada gangguan kemampuan belajar, dan pada orang dewasa akan
menurunkan produktivitas kerja.

PERMASALAHAN
Infeksi kecacingan merupakan salah satu penyakit yang masih banyak terjadi di masyarakat namun kurang
mendapatkan perhatian (neglected diseases). Penyakit yang termasuk dalam kelompok neglected diseases
memang tidak menyebabkan wabah yang muncul dengan tiba-tiba ataupun menyebabkan banyak korban,
tetapi merupakan penyakit yang secara perlahan mempengaruhi kesehatan manusia, menimbulkan gejala
yang mengganggu aktivitas, menyebabkan gangguan pertumbuhan. Pada tahap lanjut, adanya parasit
didalam tubuh dapat menyebabkan penurunan prestasi anak akibat kecacingan dan dapat memperparah
kondisi kesehatan mereka

PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI


Obat cacing diberikan oleh petugas puskesmas bersama dengan dokter internsip, sebelumnya akan dilakukan
penyuluhan mengenai penyakit yang diakibatkan cacing. Hal yang akan disampaikan yaitu cara
penularannya, gejala yang timbul serta penanganan dan pencegahan yang bisa dilakukan.

PELAKSANAAN
Tempat : Poli KIA Puskesmas Langsa Barat
Hari/Tanggal : Senin, 04 April 2022
Jam : 10.00
Sasaran : Pasien yang datang berobat dengan diagnosis kecacingan

MONITORING & EVALUASI


Pemberian obat cacing dilaksanakan setiap 6 bulan sekali.

F5. Penyuluhan Penyakit Infeksi Cacing di Puskesmas panga


LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan Negara berkembang. Salah satu masalah kesehatan di Indonesia adalah menghadapi
penyakit cacingan. Penyakit kecacingan adalah salah satu penyakit endemik yang disebabkan oleh infeksi
satu atau lebih jenis cacing. Data dari World Health Organization (WHO) pada tahun 2016, lebih dari 1,5
milyar orang atau sekitar 24% penduduk dunia terinfeksi STH. Angka kejadian terbesar berada di sub-Sahara
Afrika, Amerika, China dan Asia Timur. Salah satu penyakit yang disebabkan oleh cacing adalah filariasis.
Lima provinsi dengan kasus kronis filariasis terbanyak pada tahun 2018 adalah Papua (3.615 kasus), Nusa
Tenggara Timur (1.542 kasus), Jawa Barat (781 kasus), Papua Barat (622 kasus) dan Aceh (578 kasus). (Profil
Kesehatan Indonesia tahun 2018)
Diantara nematoda usus ada sejumlah spesies yang penularannya melalui tanah atau biasa disebut dengan cacing
jenis STH yaitu Ascaris lumbricoides, Necator americanus, Trichuris trichuira dan Ancylostoma duodenale
(Margono et al., 2006). Kecacingan ini umumnya ditemukan di daerah tropis dan subtropis dan beriklim
basah dimana hygiene dan sanitasinya buruk. Penyakit ini merupakan penyakit infeksi paling umum
menyerang kelompok masyarakat ekonomi lemah dan ditemukan pada berbagai golongan usia (WHO,
2011).
Melihat kasus cacingan di Indonesia, pemerintah melakukan upaya pemberantasan penyakit ini dengan cara
pembuatan program pemberian cacing dengan usia prasekolah yaitu usia 5-6 tahun. Karena anak usia
prasekolah merupakan kelompok yang beresiko.

PERMASALAHAN
1. Kurangnya pengetahuan orang tua tentang pemberian obat cacing
2. Kurangnya kesadaran orang tua untuk memberikan anaknya obat cacing setiap 6 bulan sekali.
3. Kelompok usia pra sekolah (5-6 tahun) merupakan kelompok yang beresiko
4. Hobi anak-anak yang main di tanah bisa menyebabkan anak terkena obat cacing.

PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI


1. Menentukan target responden yang merupakan anak-anak usia sekolah dan pra sekolah yang berkunjung ke
Puskesmas Sungai Baung
2. Menyiapkan obat cacing yaitu albendazole 400 mg
3. Menyiapkan alat dan bahan lain yang diperlukan

PELAKSANAAN
Pelaksanaan dilakukan dengan metode konseling, informasi, edukasi (KIE) kepada orang tua yang membawa
anaknya berobat ke Puskesmas panga Konseling dilakukan secara tatap muka menggunakan metode diskusi
antar dokter dan pasien, dimulai dengan menjelaskan penyakit infeksi cara penularannya serta cara
pencegahan agar terhidar dari penyakit kecacingan dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh orang tua
pasien dan pasien.

MONITORING & EVALUASI


Pelaksanaan edukasi berjalan dengan baik tanpa kendala, pasien yang diberikan edukasi umumnya antuasias dan
mau mendengarkan edukasi. Evaluasi Anak-anak harus diajarkan tentang cara mencuci tangan dengan baik
dan benar sebelum maupun setelah melakukan aktivitas fisik.

F5. Penyuluhan Penyakit Covid-19 di Desa Tuwi kayee


LATAR BELAKANG
Corona virus adalah keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit mulai dari gejala ringan sampai berat. Ada
setidaknya dua jenis coronavirus yang diketahui menyebabkan penyakit yang dapat menimbulkan gejala
berat seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit jenis baru yang belum pernah diidentifikasi
sebelumnya pada manusia. Virus penyebab COVID-19 ini dinamakan Sars-CoV-2. Virus corona adalah
zoonosis (ditularkan antara hewan dan manusia). Penelitian menyebutkan bahwa SARS ditransmisikan dari
kucing luwak (civet cats) ke manusia dan MERS dari unta ke manusia. Adapun, hewan yang menjadi sumber
penularan COVID-19 ini masih belum diketahui (Kemenkes, 2020)Tanda dan gejala umum infeksi COVID-19
antara lain gejala gangguan pernapasan akut seperti demam, batuk dan sesak napas. Masa inkubasi rata-
rata 5-6 hari dengan masa inkubasi terpanjang 14 hari. Pada kasus COVID-19 yang berat dapat
menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, dan bahkan kematian. Tanda-tanda dan
gejala klinis yang dilaporkan pada sebagian besar kasus adalah demam, dengan beberapa kasus mengalami
kesulitan bernapas, dan hasil rontgen menunjukkan infiltrat pneumonia luas di kedua paru (Kemenkes,
2020).

PERMASALAHAN
Pada 31 Desember 2019, WHO China Country Office melaporkan kasus pneumonia yang tidak diketahui etiologinya
di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Cina. Pada tanggal 7 Januari 2020, Cina mengidentifikasi pneumonia yang
tidak diketahui etiologinya tersebut sebagai jenis baru coronavirus (coronavirus disease, COVID-19).
Pada tanggal 30 Januari 2020 WHO telah menetapkan sebagai Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Yang
Meresahkan Dunia/ Public Health Emergency of International Concern (KKMMD/PHEI).
Meningkatnya angka penularan COVID-19 di Kabupaten Serdang Bedagai khususnya wilayah kerja puskesmas plus
perbaungan
Kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya penerapan protokol kesehatan dalam pencegahan COVID-19 di
Wilayah Kerja Puskesmas panga

PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI


1. Menentukan target responden yang merupakan pasien yang akan berobat saat Posyandu Lansia di Desa
Benakat Minyak
2. Menyiapkan materi dan peralatan peraga
3. Menyiapkan ruangan yang menerapkan protocol pencegahan COVID-19

PELAKSANAAN
Tempat : Ruangan Balai Desa Tuwi kayee
Hari, tanggal : Rabu, 2 juni 2022
Waktu : Pukul 09.15 – selesai
Peserta : Pasien yang akan berobat ke Posyandu Lansia
Kegiatan
Pembukaan : Memberi salam, perkenalan dan menyampaikan tujuan penyuluhan
Penyajian : Menjelaskan secara ringkas tentang penyakit Corona virus, mengedukasi pola hidup bersih dan sehat
termasuk cara cuci tangan 6 langkah
Penutupan : Mengakhiri dengan salam
Melakukan kegiatan menggunakan prinsip pencegahan penularan covid-19
1. Pemaparan tentang penyakit COVID-19 dengan bahasa yang mudah dipahami
2. Pemaparan tentang factor resiko dan cara mencegah penyakit COVID-19
3. Memberikan arahan cara mencuci tangan, social distancing (menjaga jarak) serta kebersihan diri dan
lingkungan.
4. Memberikan arahan selalu menggunakan masker dimanapun dan kapanpun untuk pencegahan penyakit Covid-
19

MONITORING & EVALUASI


Faktor Penghambat
Penerapan social distancing dan protocol pencegahan penularan COVID-19 Posyandu Lansia Desa Tuwi kayee
masih kurang, masyarakat tidak menjaga jarak .
Masih adanya pasien Posyandu Lansia yang tidak menggunakan masker

Faktor Pendukung
Masyarakat terlihat aktif, gembira, dan antusias mengikuti kegiatan penyuluhan dari awal sampai akhir.
Masyarakat mampu memahami materi dengan baik.

F5. Penyuluhan Hipertensi di puskesmas panga


LATAR BELAKANG
Hipertensi merupakan salah satu penyakit dari penyakit tidak menular ( noncommunicable disease = NCD ).
Umumnya penyakit hipertensi terjadi pada orang yang sudah berusia lebih dari 40 tahun. Penyakit ini
biasanya tidak menunjukkan gejala yang nyata dan pada stadium awal belum menimbulkan gangguan yang
serius pada kesehatan penderitanya. Hal ini serupa seperti yang dikemukakan oleh, hipertensi tidak
mempunyai gejala khusus sehingga sering tidak disadari oleh penderitanya. Di dunia diperkirakan 7,5 juta
kematian disebabkan oleh tekanan darah tinggi. Pada tahun 1980 jumlah orang dengan hipertensi
ditemukan sebanyak 600 juta dan mengalami peningkatan menjadi hampir 1 milyar pada tahun 2008 (WHO,
2013). Hasil riset WHO pada tahun 2007 menetapkan hipertensi pada peringkat tiga sebagai faktor resiko
penyebab kematian dunia. Hipertensi telah menyebabkan 62% kasus stroke, 49% serangan jantung setiap
tahunnya (Corwin, 2007).

PERMASALAHAN
Di Indonesia sendiri, berdasarkan hasil riset kesehatan tahun 2007 diketahui bahwa prevalensi hipertensi di
Indonesia sangat tinggi, yaitu rata-rata 3,17% dari total penduduk dewasa. Hal ini berarti dari 3 orang
dewasa, terdapat 1 orang yang menderita hipertensi (Riskesdas, 2008). Hipertensi merupakan penyakit
tidak menular yang menduduki peringkat pertama terbanyak di Propinsi Sumatera Utara. Prevalensi
penyakit hipertensi di kota medan pada tahun 2012 sebanyak 62,07 per 10.000 penduduk (6.856 kasus),
tahun 2013 sebesar 49,61 per 10.000 penduduk (5.534 kasus), dan tahun 2014 sebesar 39,17 per 10.000
penduduk (4.552 kasus) hipertensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi di Medan
pada tahun 2013 adalah 14,4%. Tingginya Prevalensi penyakit Hipertensi tentunya perlu mendapatkan
perhatian khusus dan perlu kerjasama berbagai sektor serta pengobatan yang tepat agar dapat mengurangi
kejadian penyakit Hipertensi di Indonesia khususnya daerah Kab.serdang bedagai

PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI


Memberikan penyuluhan tentang hipertensi atau darah tinggi kepada masyarakat dengan menggunakan protokol
kesehatan pencegahan penularan COVID-19

PELAKSANAAN
- Kegiatan menggunakan protokol kesehatan pencegahan penularan COVID-19
- Menentukan tempat sasaran dan materi penyuluhan dari hasil evaluasi tersebut
- Menyiapkan bahan dan media penyuluhan
- Melakukan penyuluhan mulai dari definisi hingga penatalaksanaan
- Membuka sesi tanya jawab serta sharing

MONITORING & EVALUASI


Warga diminta rutin kontrol cek tekanan darah dalam meyukseskan program PIS-PK salah satunya rutin kontrol
untuk penyakit darah tinggi. Evaluasi akan dilakukan tahun selanjutnya dengan mendata masalah2 yang
berhubungan dengan PIS-PK

F6. Melakukan pelayanan di Pustu Kuala Langsa pada penderita dermatitis kontak iritan
LATAR BELAKANG
Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respon terhadap pengaruh faktor eksogen
dan/atau faktor endogen yang menyebabkan kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema,
papul, vesikel, skuama, likenifikasi) dan keluhan gatal. Tanda polimorfik tidak selalu terjadi bersamaan,
dapat hanya beberapa jenis (oligomorfik). Dermatitis cenderung kronik dan residif.

Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar tubuh (eksogen), misalnya bahan kimia (deterjen, asam, basa, oli,
semen), mikroorganisme (bakteri, jamur); dan dapat pula dari dalam tubuh (endogen), misalnya dermatitis
atopi. Sebagian lagi etiologinya tidak diketahui dengan pasti.

Seiring dengan banyaknya jumlah produk yang mengandung bahan kimia yang dipakai oleh masyarakat, penderita
DKI semakin meningkat. Data terbaru dari Amerika menunjukkan bahwa dermatitis kontak akibat kerja
cukup tinggi yaitu berkisar antara 50 - 60%.

PERMASALAHAN
Ny. N; 45 tahun; Perempuan; Tukang Cuci Baju

S/ Pasien datang dengan keluhan bintil merah yang terasa perih disertai dengan luka lecet di kedua telapak tangan.
Keluhan ini dialami sejak ± 5 bulan yang lalu, kadang sembuh sendiri. Namun saat ini keluhan semakin
terasa nyeri, pedih, dan terbakar di kedua telapak tangan. Bengkak dan keluar nanah tidak ada. Tidak ada
keluhan kulit dengan bercak kemerahan dan terasa gatal pada bagian tubuh yang lain. OS mengaku setiap
kena deterjen selalu muncul keluhan seperti ini dan tidak pernah menggunakan sarung tangan ketika
mencuci. BAB dan BAK tidak ada keluhan.

RPD: Riwayat bersin-bersin lebih dari 6 kali pada pagi hari (-), alergi makanan (-), alergi obat (-), asma (-), eksim (-).
RPK: Tidak ada anggota keluarga yang menderita keluhan seperti pasien. Riwayat atopi keluarga tidak diketahui.
RKS: Tidak ada kebiasaan memakai kaos kaki basah dan sepatu lembab sebelumnya. Tidak ada riwayat kebiasaan
berkebun tidak memakai alas kaki.

O/
A.Vital Sign
Tekanan Darah : 120/70 mmHg
Nadi : 80 kali/menit
RR : 19 kali/mneit
Suhu : 36,5oC

B.Pemeriksaan Fisik
Kepala: Normocephali
Mata: Anemis(-/-), ikterik (-/-)
Leher: simestris, pembesaran KGB (-)
Thoraks: Simetris (+/+), vesikuler (+/+), wheezing (-/-), rhonki (-/-)
Cor: BJ I-II regular, tidak ada murmur, tidak ada gallop
Abdomen: Soepel (+), distensi (-), peristaltik (+) kesan normal
Ekstremitas: Akral hangat (+/+), CRT <2 detik, edema (-/-)

S/L a.r plantar manus dextra et sinistra


Tampak papul eritematous, multiple, tersebar diskret, sebagian membentuk plak, sebagian dengan erosi dan
ekskoriasi, serta tampak kulit yang xerotik dengan skuama putih diatasnya.

A/ DKI ec deterjen

PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI


Nonfarmakologi
- Edukasi mengenai penyakit, perjalanan penyakit, jenis pengobatan, dan prognosis penyakit
- Edukasi bahwa ini merupakan kelainan alergi dan dapat hilang jika faktor pencetus dihindari
- Penyuluhan higiene personal dan lingkungan untuk mencegah infeksi sekunder
- Edukasi pasien untuk tidak menggaruk lesi karena akan memperparah peradangan yang terjadi dan
memperlambat penyembuhan

Farmakologi
- Steroid, merupakan obat yang berguna untuk menambah hormon steroid dalam tubuh, meredakan inflamasi, dan
menekan kerja sistem kekebalan tubuh yang berlebihan. Sementara itu, kortikosteroid dalam bentuk obat
disebut kortikosteroid sintetis memiliki cara kerja dan manfaat yang sama dengan kortikosteroid alami.
Obat ini bekerja dengan cara masuk ke dinding sistem sel imun untuk mematikan zat yang bisa melepaskan
senyawa-senyawa yang menjadi pemicu peradangan.
- Pelembab kulit

PELAKSANAAN
Non farmakologi
- Edukasi mengenai penyakit, perjalanan penyakit, jenis pengobatan, dan prognosis penyakit
- Edukasi bahwa ini merupakan kelainan alergi dan dapat hilang jika faktor pencetus dihindari
- Penyuluhan higiene personal dan lingkungan untuk mencegah infeksi sekunder
- Menggunakan alat pelindung seperti sarung tangan sebelum bersentuhan dengan alergen
- Edukasi pasien untuk tidak menggaruk lesi karena akan memperparah peradangan yang terjadi dan
memperlambat penyembuhan

Farmakologi
- Cetirizine 1 x 10 mg PO
- Vitamin C 2 x 50 mg PO
- Bethamethasone zalf 2 x 1 ue

MONITORING & EVALUASI


Pasien perlu melakukan kunjungan ulang jika obat habis ataupun tidak ada perbaikan setelah pemakaian obat yang
telah diberikan. Jika belum ada perbaikan, maka perlu ditelusuri kepatuhan pasien.

F6.  Melakukan Pelayanan Home Visit


LATAR BELAKANG
Home visit merupakan salah satu upaya menjangkau masyarakat di wilayah cakupan kerja Puskesmas Langsa Barat
yang terhalang oleh akses atau fasilitas kendaraan. Home visiti melayani pemeriksaan umum oleh dokter,
yang meliputi observasi, diagnose, pengobatan, rehabilitas medik tanpa tinggal diruangan inap pada sarana
kesehatan puskesmas. Balai pengobatan umum melayani pengobatan perorangan, jamkesmas, dan askes
yang diberikan oleh dokter dan perawat yang memiliki kompetensi pelayanan kesehatan guna melakukan
usaha pencegahan penyakit, penyuluhan, dan pengobatan.

PERMASALAHAN
Pelayanan kesehatan dilakukan oleh dokter dan perawat yang memiliki sertifikat dan kompetensi yang dibutuhkan
untuk pelayanan kesehatan primer dan terus dilakukan upaya pengembangan kemampuan dari masing-
masing personel dalam bentuk keikutsertaan dalam berbagai seminar dan pelatihan demi meningkatkan
kerjasama tim

PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI


Direncanakan pelayanan kesehatan terutama pengobatan dan penyuluhan kepada pasien agar tidak terjadi
penularan dan komplikasi penyakit serta meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat dalam
bidang kesehatan.

PELAKSANAAN
Tanggal: 22 Maret 2022
Waktu: 09.00 - selesai
Lokasi: Seuriget
Sasaran: Masyarakat di wilayah cakupan kerja Puskesmas Langsa Barat
Kegiatan yang dilakukan adalah pemeriksaan dan pengobatan pada pasien. Pada pelayanan terdapat sebanyak 2
pasien.

MONITORING & EVALUASI


Pasien mendapatkan terapi sesuai dengan apa yang dikeluhkan

F6.  Home visite Pasien Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Langsa Barat
LATAR BELAKANG
Peningkatan peran keluarga pada pelayanan terapi rehabilitasi klien hipertensi dapat ditingkatkan oleh petugas
kesehatan yang bersangkutan salah satunya melalui “home visit”. Home Visite atau kunjungan rumah
berarti mengunjungi tempat tinggal klien dan bertemu dengan keluarga untuk mendapatkan berbagai
informasi penting yang diperlukan dalam rangka membantu klien dalam proses terapi maupun untuk
melakukan pendidikan kesehatan terkait dengan kebutuhan pasien selama dirawat.

PERMASALAHAN
Masih adanya pasien dengan hipertensi yang tidak datang tepat waktu untuk kontrol kembali ke Puskesmas

PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI


- Keliling ke rumah warga yang terdata sebagai pasien hipertensi
- Anamnesa singkat mengenai perkembangan gejala klinis dan pemberian obat pada pasien yang kehabisan obat

PELAKSANAAN
Tanggal: 22 Maret 2022
Waktu: 10.00 - selesai
Lokasi: rumah warga di wilayah kerja Puskesmas Langsa Barat
Sasaran: warga Desa di wilayah kerja Puskesmas Langsa Barat yang terdiagnosa sebagai pasien hipertensi.
Kegiatan yang dilakukan adalah mendatangi rumah pasien, melakukan anamnesa singkat mengenai gejala klinis
yang dialami saat ini serta perkembangan terapi, menanyakan ketersediaan obat di rumah, dan
mengingatkan waktu untuk kontrol kembali ke Puskesmas.

MONITORING & EVALUASI


Sebanyak 2 pasien hipertensi berhasil ditemui di rumah masing-masing dan dilakukan home visite.
F6. Penanganan Holistik Pasien dengan Diabetes Mellitus (DM)
LATAR BELAKANG
Di Indonesia, prevalensi DM mencapai 15,9-32,73%, dimana diperkirakan sekitar 5 juta lebih penduduk Indonesia
menderita DM.
Penanganan yang terbaik dari penyakit DM adalah pencegahan. Pencegahan terdiri dari pencegahan primer,
sekunder, dan tersier. Pencegahan primer yaitu mencegah terjadinya penyakit DM dengan gaya hidup yang
sehat dan aktifitas fisik secara rutin. Pencegahan sekunder adalah suatu upaya skrining kesehatan sehingga
dapat dilakukan penegakan diagnosis sejak dini dan pemberian terapi yang tepat dan adekuat. Mengingat
penyakit DM adalah penyakit yang dapat menyebabkan komplikasi dan kemungkinan kecacatan yang besar,
maka juga perlu dilakukan pencegahan tersier yaitu berupa pencegahan terjadinya kecacatan dan upaya
rehabilitasi guna mengembalikan kondisi fisik/medis, mental, dan sosial.
PERMASALAHAN
Tn. A; 64 tahun; Laki-Laki; Pensiun

S/ Pasien datang dengan keluhan sering kencing pada malam hari dan badan terasa lemas sejak 3 bulan terakhir.
Rasa haus terus menerus juga dirasakan dan nafsu makan meningkat namun berat badan dirasakan turun.
Keluhan demam, penurunan penglihatan, gatal-gatal dan pingsan disangkal. Ini adalah kunjungan pertama
pasien memeriksakan diri ke dokter karena merasa keluhannya tidak berkurang. BAB dan BAK dalam batas
normal.

RPD: Riwayat hipertensi, penyakit jantung, penyakit ginjal, dan alergi disangkal
RPK: Ibu pasien menderita DM

O/
A.Vital Sign
TD: 120/80 mmHg
Nadi : 84 kali/menit
RR : 18 kali/mneit
Suhu : 36,5oC

B.Pemeriksaan Fisik
Kepala: Normocephali
Mata: Anemis(-/-), ikterik (-/-)
Leher: simestris, pembesaran KGB (-)
Thoraks: Simetris (+/+), vesikuler (+/+), wheezing (-/-), rhonki (-/-)
Cor: BJ I-II regular, tidak ada murmur, tidak ada gallop
Abdomen: Soepel (+), distensi (-), peristaltik (+) kesan normal
Ekstremitas: Akral hangat (+/+), CRT <2 detik, edema (-/-)

C.Pemeriksaan Penunjang
GDS: 320 mg/dL

A/ Diabetes mellitus tipe II

PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI


Intervensi medikamentosa dan non medikamentosa diperlukan bagi penderita DM untuk mencegah timbulnya
komplikasi yang memperburuk prognosis. Selain itu, pasien juga perlu dikonsultasikan dengan bagian gizi
Puskesmas Langsa Barat untuk edukasi mengenai menu diet bagi penderita DM.

Hal-hal yang perlu diketahui pasien mengenai penyakit DM antara lain:


1. Apa penyebab dan faktor risiko penyakit DM
2. Penyakit DM tidak dapat disembuhkan namun dapat dikontrol dengan gaya hidup sehat dan minum obat teratur
3. Pengaturan makanan (Diet)
4. Olahraga yang baik bagi penderita DM
5. Komplikasi pada penyakit DM
6. Perawatan diri dan higien tubuh.

PELAKSANAAN
Tatalaksana medikamentosa
- Metformin 2x850 mg
- Vitamin B kompleks 1x1 tablet

Tatalaksana non medikamentosa


- Rutin mengontrolkan gula darah maupun tekanan darahnya. Pemeriksaan gula darah setiap 3 bulan sekali dan
HbA1c setiap 6 bulan sekali untuk monitoring pengobatan.
- Minum obat teratur dan jangan putus obat.
- Menjaga pola hidup maupun pola makan. Olahraga ringan minimal 2 kali dalam satu minggu. Makan sedikit-
sedikit tapi sering lebih baik daripada makan banyak dalam sekali tempo. Sebaiknya hindari konsumsi
makanan berkalori dan kolesterol tinggi.

MONITORING & EVALUASI


Pasien diminta rutin melakukan pemeriksaan tekanan darah dan gula darah di fasilitas kesehatan. Hal ini
diperlukan supaya tidak terjadi overdose ataupun lowerdose, sehingga tujuan pengobatan tercapai, yaitu
untuk mencegah terjadinya komplikasi.

F6. Penanganan pada pasien furunkel


LATAR BELAKANG
Furunkel merupakan salah satu bentuk dari pioderma yang sering dijumpai, dan penyakit ini sangat erat
hubungannya dengan keadaan sosial-ekonomi. Secara umum penyebab furunkel adalah kuman gram
positif, yaitu Staphylococcus dan Streptococcus.

Penatalaksanaan furunkel meliputi pengobatan topikal, sistemik, dan pengobatan penyakit yang mendasari.
Umumnya penderita sembuh dengan terapi adekuat tersebut, namun ada beberapa penderita yang
mengalami rekurensi yang membutuhkan evaluasi dan penanganan lebih lanjut.

PERMASALAHAN
An. R; 5 tahun; Laki-Laki; Belum bekerja

S/ Pasien datang bersama Ibunya dengan keluhan terdapat benjolan berupa bisul di dagu kanan sejak 3 hari yang
lalu. Benjolan berisi cairan dan nanah yang terasa gatal. Nyeri juga dikeluhkan oleh pasien pada bagian bisul
yang bernanah. Ibu pasien mengaku anaknya sering menggaruk pada bagian yang gatal. Demam tidak ada.

RPD: Riwayat penyakit yang sama 1 bulan yang lalu. Alergi makanan (-), alergi obat (-), asma (-), eksim (-).
RPK: Tidak ada anggota keluarga yang menderita keluhan seperti pasien. Riwayat atopi keluarga tidak diketahui.

O/
A.Vital Sign
Nadi : 80 kali/menit
RR : 18 kali/mneit
Suhu : 36,5oC
BB: 19 kg
B.Pemeriksaan Fisik
Kepala: Normocephali
Mata: Anemis(-/-), ikterik (-/-)
Leher: simestris, pembesaran KGB (-)
Thoraks: Simetris (+/+), vesikuler (+/+), wheezing (-/-), rhonki (-/-)
Cor: BJ I-II regular, tidak ada murmur, tidak ada gallop
Abdomen: Soepel (+), distensi (-), peristaltik (+) kesan normal
Ekstremitas: Akral hangat (+/+), CRT <2 detik, edema (-/-)

S/L a.r mandibular dextra


Tampak nodul eritematous dengan pustule di tengahnya, distribusi solite, bentuk bulat, batas tegas, ukuran
lenticular hingga gutata.

A/ Furunkel dd/ Folikulitis

PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI


Manajemen furunkulosis
• Evaluasi penyebab yang mendasari dengan teliti
- Proses sistemik
- Faktor-faktor predisposisi yang terlokalisasi spesifik: paparan zat industri (zat kimia, minyak).
- Hygiene yang buruk.
- Sumber kontak Staphylococcus: infeksi piogenik dalam keluarga, olahraga kontak seperti gulat,
autoinokulasi.
- Perawatan kulit secara umum: tujuannya adalah mengurangi jumlah S.aureus pada kulit. Perawatan kulit
pada kedua tangan dan tubuh dengan air dan sabun adalah penting. Sabun antimikrobial yang mengandung
providone iodine atau benzoyl peroxide atau klorheksidin 4% dapat digunakan untuk mengurangi kolonisasi
stafilokokus pada kulit. Handuk yang terpisah harus digunakan dan secara hati-hari dicuci dengan air panas
sebelum digunakan.
• Jenis Pakaian: pakaian yang menyerap keringat, ringan dan longgar harus digunakan sesering mungkin.
Sejumlah besar stafilokokus sering berada pada seprai dan pakaian dalam pasien dengan furunkulosis atau
karbunkel dan dapat menyebabkan reinfeksi pada pasien dan infeksi pada anggota keluarganya. Pakaian
secara terpisah dicuci dalam air hangat dan diganti tiap hari.
• Pertimbangan umum: beberapa pasien tetap memiliki siklus lesi rekuren. Kadang-kadang, masalah dapat
diperbaiki atau dihilangkan dengan menyuruh pasien agar tidak melakukan pekerjaan rutin regular.
Terutama pada individu dengan stres emosional dan kelelahan fisik. Liburan selama beberapa minggu,
idealnya pada iklim sejuk atau kering akan membantu dengan cara menyediakan istirahat dan juga
menyisihkan waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan program perawatan kulit.
• Pertimbangkan hal yang bertujuan eliminasi S.aureus (yang peka methicillin maupun yang resisten
methicillin) dari hidung (dan kulit):
- Penggunaan salep lokal pada vestibulum nasalis mengurangi S.aureus pada hidung dan secara sekunder
mengurangi sekelompok organisme pada kulit, sebuah proses yang menyebabkan furunkulosis rekuren.
- Antibiotik oral efektif dalam mengeradikasi S.aureus untuk kebanyakan nasal carrier selama periode lebih
dari 12 minggu.

PELAKSANAAN
Promotif:
- Menjelaskan kepada orang tua pasien mengenai definsi, etiologi, patofisiologi, tata laksana, dan komplikasi
furunkel.
- Menghindari faktor risiko furunkel berupa hygiene yang kurang baik dan defisiensi gizi.
Preventif:
- Menjaga kebersihan pasien dengan mandi dua kali sehari, menghindari tempat yang kotor, mencuci tangan
setelah bermain dan sebelum makan, dan lain sebagainya.
- Menjaga kebersihan lingkungan dengan menyapu dan mengepel lantai, membersihkan pekarangan rumah, dan
lain sebagainya.
- Makan makanan bergizi.
Kuratif:
Pengobatan yang diberikan kepada pasien adalah pemberian kloramfenikol salap 3x1 ue, antibiotik berupa
amoxicillin syr 3 x cth II dan vitamin C 1 x 50 mg.

Rehabilitatif:
Menindaklanjuti pengobatan kepada orang tua pasien agar pasien dapat sembuh dan penyakitnya tidak berulang.

MONITORING & EVALUASI


Pasien perlu melakukan kunjungan ulang jika obat habis ataupun tidak ada perbaikan setelah pemakaian obat yang
telah diberikan. Jika belum ada perbaikan, maka perlu ditelusuri kepatuhan pasien.

F6. Hipertensi
LATAR BELAKANG
Hipertensi adalah salah satu penyebab utama mortalitas dan morbiditas di Indonesia, sehingga tatalaksana
penyakit ini merupakan intervensi yang sangat umum dilakukan di berbagai tingkat fasilitas kesehatan.
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2018, prevalensi hipertensi pada penduduk berusia
>18 tahun di Indonesia adalah sebesar 8,8%, sedangkan prevalensi hipertensi Berdasarkan Profil Dinas
Kesehatan Sumatera Selatan (2017), didapatkan jumlah penderita hipertensi tahun 2013 sebesar 183.048
jiwa, pada tahun 2014 sebesar 186.116 jiwa, pada tahun 2015 sebesar 204.213 jiwa, pada tahun 2016
sebesar 225.305 jiwa dan bulan Januari sampai November tahun 2017 sebanyak 229.365 jiwa. Data-data
tersebut menunjukkan bahwa jumlah penyandang hipertensi di Indonesia sangat besar dan merupakan
beban berat yang harus ditangani oleh semua tenaga kesehatan.
Peran serta pasien dan keluarga pada pengelolaan penyakit hipertensi juga sangat penting karena hipertensi
merupakan penyakit menahun yang akan diderita seumur hidup. Oleh karena itu, diperlukan edukasi
kepada pasien dan keluarganya untuk memberikan pemahaman mengenai perjalanan penyakit,
pencegahan, penyulit dan penatalaksanaan hipertensi, sehingga dapat memberikan manfaat yang sebesar-
besarnya bagi penyandang hipertensi.

PERMASALAHAN
Nama: Ny TS
Usia: 62 tahun
Tanggal pemeriksaan: 07 juni 2022

Anamnesis :
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 7 juni 2022 Poliklinik Lansia Puskesmas panga
Keluhan utama
Datang untuk kontrol tekanan darah, sudah mengonsumsi obat hipertensi sejak 5 tahun yang lalu.
Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang untuk kontrol tekanan darah, sudah rutin konsumsi obat hipertensi sejak 5 tahun yang lalu, namun
sudah 2 minggu ini tidak minum obat karena habis.Saat ini tidak ada keluhan, tanda-tanda komplikasi belum
ditemukan, seperti nyeri dada, kelemahan satu sisi, penglihatan buram, ataupun BAK berbusa.
Keluhan penyerta berupa nyeri dan ngilu pada jempol kanan menjalar hingga kesiku, Kesemutan (-),baal (-). Pasien
memiliki riwayat kencing manis
Riwayat penyakit dahulu
Riwayat DM (+) dengan metformin 2x500 mg, riwayat alergi (-), riwayat penyakit jantung (-), riwayat stroke (-),
Riwayat penyakit keluarga
Riwayat HT (+) pada ibu pasien, riwayat DM (-), riwayat alergi (-)

Pemeriksaan fisik:
Tampak sakit ringan, compos mentis
TD: 170/90 mmHg
HR: 80x/m
RR: 18x/m
S: 36 C

Mata: konjungtiva pucat -/-, sklera ikterik -/-


Toraks : vesikuler, Wh -/- Rh -/-
Abdomen: supel, nyeri tekan epigastrium +
Ekstremitas: Akral hangat, CRT < 2 detik
Lokalis : Atrofi otot tangan kanan (-), bengkak (-), sensorik baik, ROM baik

PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI


Diagnosis: Hipertensi tanpa komplikasi + DM Tipe 2 dan Myalgia ec susp CTS dd Neuropati
Tatalaksana farmakologis
Amlodipin 1x10 mg sebelum tidur
Metformin 2x500 mg 1-0-1 saat makan,
Asam Mefenamat 3x500 mg setelah makan
Vit B6 3x10 mg
Omeprazole 1 x 20 mg setelah makan
Tatalaksana non farmakologis
Edukasi untuk kontrol rutin sebelum obat habis
Edukasi cara konsumsi obat yang benar, yaitu sebelum tidur untuk obat hipertensi
Edukasi tanda-tanda komplikasi seperti nyeri dada, kelemahan satu sisi, penglihatan buram, ataupun BAK berbusa.
Edukasi diet yang benar, yaitu rendah garam, rendah karbohirdat serta memperbanyak konsumsi buah dan sayur

PELAKSANAAN
Diagnosis: Hipertensi tanpa komplikasi + DM Tipe 2 dan Myalgia ec susp CTS dd Neuropati
Tatalaksana farmakologis
Amlodipin 1x10 mg sebelum tidur
Metformin 2x500 mg 1-0-1 saat makan,
Asam Mefenamat 3x500 mg setelah makan
Vit B6 3x10 mg
Omeprazole 1 x 20 mg setelah makan
Tatalaksana non farmakologis
Edukasi untuk kontrol rutin sebelum obat habis
Edukasi cara konsumsi obat yang benar, yaitu sebelum tidur untuk obat hipertensi
Edukasi tanda-tanda komplikasi seperti nyeri dada, kelemahan satu sisi, penglihatan buram, ataupun BAK berbusa.
Edukasi diet yang benar, yaitu rendah garam, rendah karbohirdat serta memperbanyak konsumsi buah dan sayur

MONITORING & EVALUASI


Saat pasien datang kembali untuk kontrol, dilakukan evaluasi terkait keluhan yang mungkin muncul, terutama
terkait tanda-tanda komplikasi serta keluhan nyeri pada jempol kanan apakah sudah berkurang. Selain itu,
harus dievaluasi juga mengenai pengobatan yang sudah diberikan, seperti cara minum obat dan
pelaksanaan edukasi-edukasi terkait gaya hidup dan lingkungan yang sudah diberikan sebelumnya.

F6. Diare
LATAR BELAKANG
Penyakit Diare merupakan salah satu dari 10 penyakit yang sering menimbulkan kejadian luar biasa. Berdasarkan
laporan Surveilans Terpadu Penyakit bersumber data KLB (STP KLB) yang dilakukan di tahun 2010, penyakit
diare menempati urutan ke 6 penyebab KLB terbanyak setelah DBD, Chikungunya, Keracunan makanan,
Difteri dan Campak. Selain itu diare juga masih menempati peringkat pertama pasien dirawat inap di
Rumah Sakit berdasarkan riskesdas pada tahun 2008. Sedangkan untuk Puskesmas Perawatan Kutapanjang
Diare menempati urutan pertama penyakit terbanyak. Masih rendahnya pengetahuan masyarakat akan
diare masih menjadi faktor resiko utama terjadinya diare hingga KLB Diare

Nama: Ny. L
Usia: 36 tahun
Tanggal pemeriksaan: 7 juni 2022

Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 7 juni 2022 di Poliklinik Umum Puskesmas panga.
Keluhan utama
BAB cair sebanyak 7 kali sehari sejak 1 hari yang lalu
Riwayat penyakit sekarang
BAB cair sejak 1 hari SMRS sebanyak 7 kali/hari, tanpa ampas, lendir (-), darah (-), volume
1/2 gelas aqua. Demam (-), mual (+), muntah (-), nyeri perut + mulas, nafsu makan dan
minum baik.
Riwayat penyakit dahulu
Riwayat keluhan serupa sebelumnya (-), riwayat alergi (-), riwayat DM (-), riwayat HT (-)
Riwayat penyakit keluarga
Riwayat keluhan di keluarga (-), riwayat DM (-), riwayat HT (-), riwayat alergi (-)

Pemeriksaan fisik:
Tampak sakit ringan, compos mentis
TD: 96/73 mmHg
HR: 76x/m
RR: 18x/m
S : 36

Mata: konjungtiva pucat -/-, sklera ikterik -/-


Thoraks: BN ves +/+, wh -/-, rk -/-, BJ I-II reguler
Abdomen: supel, BU meningkat, nyeri tekan epigastrium +, turgor kulit baik
Ekstremitas: Akral hangat, CRT < 2 detik

PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI


Diagnosis: Diare akut tanpa dehidrasi
1.Tatalaksana farmakologis
- Attapulgite 4 kali sehari, diminum sebanyak 2 tablet setiap selesai BAB
- Domperidone 3x10 mg sebelum makan, antasida 3x1 tablet sebelum makan
2.Tatalaksana non farmakologis
- Edukasi PHBS
Edukasi tanda bahaya seperti diare tidak kunjung reda, muntah-muntah, hingga tanda-tanda dehidrasi seperti
mulut kering, BAK lebih sedikit dan lebih pekat, hingga pusing dan penurunan kesadaran
Edukasi perbanyak konsumsi air putih, makanan lunak dan kandungan air tinggi
Edukasi kurangi konsumsi makanan berserat

PELAKSANAAN
Anamnesis:
pemeriksaan fisik dan upaya pengobatan dasar dilaksanakan di Puskesmas panga 7 juni 2022. Sebelum memulai
kegiatan, terlebih dahulu meminta persetujuan dan kesediaan pasien untuk mengikuti alur upaya
pengobatan dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pengobatan.

Upaya Pengobatan :
Setelah dilakukan anamnesis, didapatkan hal-hal yang mendukung penegakan diagnosis di antaranya: keluhan
utama berupa BAB cair dengan frekuensi 7x kali sehari, tanpa ampas, disertai dengan mual dan nyeri perut.

Pemeriksaan Fisik:
TD 96/73, HR 76x/m
Bising usus meningkat,nyeri tekan epigastrium +, turgor kulit baik

Diagnosis sementara:
Diare akut tanpa dehidrasi

Pengobatan dasar yang diberikan:


Attapulgite 4 kali sehari, 2 tablet setiap BAB
Domperidone 3x10 mg sebelum makan dan antasida 3x1 tablet sebelum makan

MONITORING & EVALUASI


Apabila pasien datang kembali untuk kontrol, dilakukan evaluasi terkait keluhan sebelumnya sudah berkurang atau
belum, memeriksa kembali apakah terdapat tanda-tanda dehidrasi. Selain itu, harus dievaluasi juga
mengenai pengobatan yang sudah diberikan, seperti cara minum obat dan pelaksanaan edukasi-edukasi
terkait gaya hidup dan lingkungan yang sudah diberikan sebelumnya.

F6. Dermatitis
LATAR BELAKANG
Dermatitis kontak merupakan istilah umum pada reaksi inflamasi akut atau kronis dari suatu zat yang bersentuhan
dengan kulit. Ada dua jenis dermatitis kontak. Pertama, dermatitis kontak iritan (DKI) disebabkan oleh iritasi
kimia, dermatitis kontak alergi (DKA) disebabkan oleh antigen (alergen) dimana memunculkan reaksi
hipersensitivitas tipe IV (cell-mediated atau tipe lambat). Karena DKI bersifat toksik, maka reaksi inflamasi
hanya terbatas pada daerah paparan, batasnya tegas dan tidak pernah menyebar. Sedangkan DKA adalah
reaksi imun yang cenderung melibatkan kulit di sekitarnya (spreading phenomenon) dan bahkan dapat
menyebar di luar area yang terkena. Pada DKA dapat terjadi penyebaran yang menyeluruh.1 Dalam praktek
klinis, kedua respon ini (antara iritan dan alergi) mungkin sulit untuk membedakan. Banyak bahan kimia
dapat bertindak baik sebagai iritan maupun alergen.
DKA adalah salah satu masalah dermatologi yang cukup sering, menjengkelkan, dan menghabiskan biaya. Perlu
dicatat bahwa 80% dari dermatitis kontak akibat kerja (Occupational Contact Dermatitis) adalah iritan dan
20% alergi. Namun, data terakhir dari Inggris dan Amerika Serikat menunjukkan bahwa persentase
dermatitis kontak akibat kerja karena alergi mungkin jauh lebih tinggi, berkisar antara 50 dan 60 persen,
sehingga meningkatkan dampak ekonomi dari kerja DKA.

PERMASALAHAN
Identitas
Nama: Ny. M
Usia: 34 tahun
Tanggal pemeriksaan: 8 juni 2022

Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 8 juni 2022di Poliklinik Umum Puskesmas panga .
Keluhan utama
Gatal pada tangan, kaki dan badan 2 minggu yang lalu.
Riwayat penyakit sekarang
Gatal pada tangan, kaki dan badan sejak 2 minggu yang lalu. Gatal dirasakan terus- menerus. Pada daerah kulit
yang gatal muncul bercak merah yang makin lama menghitam, Nyeri (-), panas (-), riwayat mengoleskan
sesuatu pada kulit sebelum timbul gatal (-), pelihara binatang (-), aktivitas berkebun (-), pasien bekerja
sebagai IRT dan sering berkeringat namun jarang ganti baju, Pasien mengatakan mandi di sungai sehari-hari.
Riwayat penyakit keluarga
Riwayat alergi (-), konsumsi obat rutin (-), riwayat DM (-), riwayat HT (-), riwayat penyakit jantung (-), riwayat
stroke (-)

Pemeriksaan fisik:
Tampak sakit ringan, compos mentis
TD: 120/80 mmHg
HR: 82x/m
RR: 20x/m
S: 36,5

Mata: konjungtiva pucat -/-, sklera ikterik -/-


Thoraks: BN ves +/+, wh -/-, rk -/-, BJ I-II reguler
Abdomen: supel, nyeri tekan abdomen (-) ruam (+)
Ekstremitas: Akral hangat, CRT < 2 detik, ruam (+)

Status dermatologi:
Pada daerah punggung, perut, kaki dan tangan terdapat ruam (+), batas tegas (+), gatal (+), nyeri (-)

PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI


Diagnosis: Dermatitis Kontak Alergi
Tatalaksana farmakologis
Salep Hidrokortison 3 x 1 oles tipis-tipis setelah mandi
Kortikosteroid 3 x 0.5 mg diminum selesai makan
Citirizin 1 x 10 mg diminum sebelum tidur.
Tatalaksana non farmakologis
Edukasi cara penggunaan dan konsumsi obat yang benar
Edukasi kebersihan diri, segera mengganti baju jika berkeringat, rendam pakaian dan linen selama 15 menit dalam
air hangat sebelum dicuci.
Mandi menggunakan air bersih.

PELAKSANAAN
Anamnesis:
pemeriksaan fisik dan upaya pengobatan dasar dilaksanakan di Puskesmas panga pada tanggal 8 juni 2022
Sebelum memulai kegiatan, terlebih dahulu meminta persetujuan dan kesediaan pasien untuk mengikuti
alur upaya pengobatan dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pengobatan.

Upaya Pengobatan:
Setelah dilakukan anamnesis, didapatkan hal-hal yang mendukung penegakan diagnosis di antaranya: keluhan
utama berupa gatal sejak 2 minggu yang semakin parah saat berkeringat.

MONITORING & EVALUASI


Pada saat pasien datang kembali untuk kontrol, dilakukan evaluasi terkait keluhan sebelumnya sudah berkurang
atau belum, memeriksa kembali apakah ruam masih sama seperti sebelumnya atau sudah ada perbaikan.
Selain itu, harus dievaluasi juga mengenai pengobatan yang sudah diberikan, seperti cara penggunaan dan
cara minum obat, serta edukasi-edukasi terkait gaya hidup dan lingkungan yang sudah diberikan
sebelumnya.

F6. Diabetes mellitus


LATAR BELAKANG
Berbagai penelitian epidemiologi menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan angka insidensi dan prevalensi
diabetes melitus tipe 2 di berbagai penjuru dunia. Organisasi WHO memprediksi adanya peningkatan
jumlah penyandang DM tipe 2 di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada
tahun 2030. Prediksi dari International Diabetes Federation (IDF) juga menjelaskan bahwa pada tahun 2013-
2017 terdapat kenaikan jumlah penyandang DM dari 10,3 juta menjadi 16,7 juta pada tahun 2045.
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2018, prevalensi DM pada penduduk berusia >15
tahun di Indonesia adalah sebesar 2,0%, mengalami peningkatan dari tahun 2013 yaitu sebesar 1,5%. Dari
data Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan menyatakan, jumlah penderita diabetes di Sumut tahun
2013 mencapai 21.418 orang dan terus meningkat dimana tahun 2018 mencapai 49.432 orang. Data-data
tersebut menunjukkan bahwa jumlah penyandang DM di Indonesia sangat besar dan merupakan beban
berat yang harus ditangani oleh semua tenaga kesehatan.
Peran serta pasien dan keluarga pada pengelolaan penyakit DM juga sangat penting karena DM merupakan
penyakit menahun yang akan diderita seumur hidup. Oleh karena itu, diperlukan edukasi kepada pasien dan
keluarganya untuk memberikan pemahaman mengenai perjalanan penyakit, pencegahan, penyulit dan
penatalaksanaan DM, sehingga dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi penyandang DM.

PERMASALAHAN
Nama: Tn MH
Usia: 51 tahun
Tanggal pemeriksaan: 8 juni 2022

Anamnesis :
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 8 juni 2022di Poliklinik Puskesmas panga .
Keluhan utama
Datang untuk kontrol gula darah, sudah mengonsumsi obat DM sejak 5 tahun yang lalu. Biasa cek GDS dirumah
sekitar 130-140an tanpa puasa
Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang untuk kontrol gula darah, sudah rutin konsumsi obat DM sejak 5 tahun yang lalu. Saat ini tidak ada
keluhan, tanda-tanda komplikasi belum ditemukan, seperti nyeri dada, kelemahan satu sisi, nyeri pada kaki
saat berjalan, ujung-ujung jari kesemutan ataupun terasa baal, penglihatan buram, ataupun BAK berbusa.
Pasien memiliki keluhan kadang mengalami nyeri ulu hati dan memiliki riwayat maag
Riwayat penyakit dahulu
Riwayat HT (+), riwayat alergi (-), riwayat penyakit jantung (-), riwayat stroke (-)
Riwayat penyakit keluarga
Riwayat DM (-) riwayat HT (-), riwayat alergi (-)

Pemeriksaan fisik:
Tampak sakit ringan, compos mentis
TD: 157/85 mmHg
HR: 95x/m
RR: 20x/m
S: 36

Mata: konjungtiva pucat -/-, sklera ikterik -/-


Thoraks : BN ves +/+, rk -/-, wh -/-, BJ I-II reguler
Abdomen: supel, nyeri tekan abdomen (-)
Ekstremitas: Akral hangat, CRT < 2 detik

PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI


Diagnosis : Diabetes mellitus terkontrol tanpa komplikasi
Tatalaksana farmakologis
Metformin 2x500 mg 1-0-1 dan glimepiride 1x2 mg 1-0-0

Tatalaksana non farmakologis


Edukasi untuk kontrol rutin sebelum obat habis
Edukasi pemeriksaan Gula darah rutin
Edukasi cara konsumsi obat yang benar, yaitu metformin bersamaan dengan makan suapan pertama
Edukasi tanda hipoglikemia yang ditandai penurunan kesadaran
Edukasi tanda-tanda komplikasi, seperti nyeri dada, kelemahan satu sisi, nyeri pada kaki saat berjalan, ujung-ujung
jari kesemutan ataupun terasa baal, penglihatan buram, ataupun BAK berbusa.
Edukasi diet yang benar, yaitu rendah gula, rendah karbohidrat dan rendah lemak

PELAKSANAAN
Anamnesis:
pemeriksaan fisik dan upaya pengobatan dasar dilaksanakan di Poliklinik Lansia Puskesmas panga 8 juni 2022 .
Sebelum memulai kegiatan, terlebih dahulu meminta persetujuan dan kesediaan pasien untuk mengikuti
alur upaya pengobatan dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pengobatan.

Upaya Pengobatan
Setelah dilakukan anamnesis, didapatkan hal-hal yang mendukung penegakan diagnosis di antaranya: riwayat
konsumsi obat DM sejak 5 tahun yang lalu, serta belum ditemukan tanda-tanda komplikasi.

Pemeriksaan Fisik:
Pemeriksaan fisik secara generalis dalam batas normal

Diagnosis sementara:
Diabetes melitus tanpa komplikasi

Pengobatan dasar yang diberikan:


Metformin 2x500 mg 1-0-1 saat makan
glimepiride 1x2 mg 1-0-0

MONITORING & EVALUASI


Saat pasien datang kembali untuk kontrol, dilakukan evaluasi terkait keluhan yang mungkin muncul, terutama
terkait tanda-tanda komplikasi. Selain itu, harus dievaluasi juga mengenai pengobatan yang sudah
diberikan, seperti cara minum obat dan pelaksanaan edukasi-edukasi terkait gaya hidup dan lingkungan
yang sudah diberikan sebelumnya.

F6. Tinea
LATAR BELAKANG
Dermatofitosis ialah penyakit yang disebabkan oleh kolonisasi jamur dermatofit yang menyerang jaringan kulit,
rambut dan kuku pada manusia. Indonesia merupakan salah satu negara beriklim tropis yang memiliki suhu
dan kelembaban tinggi, merupakan suasana yang baik bagi pertumbuhan jamur, sehingga jamur dapat
ditemukan hampir di semua tempat. Prevalensi dermatofitosis di Indonesia cenderung meningkat setiap
tahunnya. Untuk di Puskesmas plus perbaungan sendiri tinea penyakit terbanyak nomor dua, setelah diare.

PERMASALAHAN
Identitas
Nama: Tn. OG
Usia: 43 tahun
Tanggal pemeriksaan: 10 juni 2022

Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal10 juni 2022 di Poliklinik Umum Puskesmas panga
Keluhan utama
Gatal pada lipatan kedua paha sejak 3 minggu yang lalu.
Riwayat penyakit sekarang
Gatal pada lipatan kedua paha sejak 3 minggu yang lalu. Gatal dirasakan hilang timbul, terutama dirasakan jika
berkeringat. Pada daerah kulit yang gatal muncul bercak merah yang makin lama menghitam, semakin lama
bercak dirasa semakin lebar. Nyeri (-), panas (-), riwayat mengoleskan sesuatu pada kulit sebelum timbul
gatal (-), pelihara binatang (-), aktivitas berkebun (-), pasien bekerja sebagai buruh cuci dan sering
berkeringat namun jarang ganti baju.
Riwayat penyakit keluarga
Riwayat alergi (-), konsumsi obat rutin (-), riwayat DM (-), riwayat HT (-), riwayat penyakit jantung (-), riwayat
stroke (-)

Pemeriksaan fisik:
Tampak sakit ringan, compos mentis
TD: 118/78 mmHg
HR: 82x/m
RR: 18x/m
S: 36,5

Mata: konjungtiva pucat -/-, sklera ikterik -/-


Thoraks: BN ves +/+, wh -/-, rk -/-, BJ I-II reguler
Abdomen: supel, nyeri tekan abdomen (-)
Ekstremitas: Akral hangat, CRT < 2 detik
Status dermatologi:
Pada lipatan paha kanan dan kiri terdapat plak multiple eritematosa, batas tegas, pinggir meninggi, sebagian
hiperpigmentasi, sebagian disertai krusta, nyeri (-)

PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI


Diagnosis: Tinea cruris
Tatalaksana farmakologis
Ketoconazole 1x200 mg, diminum sesudah makan selama 14 hari
Ketoconazole krim 2%, diberikan sebanyak 2 kali sehari setelah mandi
Cetirizine 1x10 mg sebelum tidur

Tatalaksana non farmakologis


Edukasi cara penggunaan dan konsumsi obat yang benar
Edukasi kebersihan diri, segera mengganti baju jika berkeringat, rendam pakaian dan linen selama 15 menit dalam
air hangat sebelum dicuci

PELAKSANAAN
Anamnesis:
pemeriksaan fisik dan upaya pengobatan dasar dilaksanakan di Puskesmas panga pada tanggal 10 juni 2022
Sebelum memulai kegiatan, terlebih dahulu meminta persetujuan dan kesediaan pasien untuk mengikuti
alur upaya pengobatan dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pengobatan.
Upaya Pengobatan:
Setelah dilakukan anamnesis, didapatkan hal-hal yang mendukung penegakan diagnosis di antaranya: keluhan
utama berupa gatal pada lipatan kedua paha sejak 3 minggu yang semakin parah saat berkeringat.

MONITORING & EVALUASI


Pada saat pasien datang kembali untuk kontrol, dilakukan evaluasi terkait keluhan sebelumnya sudah berkurang
atau belum, memeriksa kembali apakah lesi masih sama seperti sebelumnya atau sudah ada perbaikan.
Selain itu, harus dievaluasi juga mengenai pengobatan yang sudah diberikan, seperti cara penggunaan dan
cara minum obat, serta edukasi-edukasi terkait gaya hidup dan lingkungan yang sudah diberikan
sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai