Anda di halaman 1dari 3

F3.

Upaya Kesehatan Ibu dan Anak

“PEMASANGAN KB IUD DI PKM BIROBULI”

LATAR BELAKANG
Pertumbuhan penduduk Indonesia mengalami peningkatan dari waktu ke
waktu. Untuk mengendalikan jumlah penduduk, pemerintah Republik Indonesia
mencanangkan Program Keluarga Berencana (KB). Menurut World Health
Organisation (WHO) tahun 1970, Keluarga Berencana merupakan suatu tindakan
yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari kehamilan yang tidak
diinginkan, mendapatkan kelahiran yang sangat diinginkan, mengatur interval di
antara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur
suami istri serta menentukan jumlah anak dan keluarga. Dalam mewujudkan
Program KB, pemerintah menganjurkan masyarakat, khususnya para ibu, untuk
menggunakan alat kontrasepsi yang tepat sehingga dapat memiliki kontribusi
dalam meningkatkan kualitas penduduk.
Kontrasepsi merupakan suatu alat yang digunakan untuk mencegah
pertemuan antara sel telur (sel wanita) yang matang dengan sel sperma (sel pria)
yang dapat menyebabkan kehamilan. Kontrasepsi umumnya dibagi menjadi dua
macam, yaitu Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) dan Non Metode
Kontrasepsi Jangka Panjang (Non MKJP).
MKJP meliputi jenis kontrasepsi implan, intra uterine devices (IUD) atau
alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR), metode operatif pria (MOP) seperti
vasektomi, dan metode operatif wanita (MOW) seperti tubektomi. Sedangkan
Non MKJP meliputi kondom, pil KB, suntik, dan metode lainnya selain dalam
MKJP.
IUD merupakan kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam rahim yang
terbuat dari bahan polietilen dengan atau tanpa metal atau steroid. IUD sangat
efektif untuk menjarangkan kehamilan dibandingkan dengan metode kontrasepsi
jangka panjang lainnya seperti implan, tubektomi, dan vasektomi. IUD merupakan
metode kontrasepsi jangka panjang yang paling banyak digunakan dalam Program
KB di Indonesia. Pengguna IUD di Indonesia mencapai 22,6% dari semua
pengguna metode kontrasepsi.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa terdapat keuntungan dari
penggunaan kontrasepsi ini, antara lain: efektifitasnya tinggi sekitar 0,6 sampai
0,8 kehamilan per 100 perempuan, kegagalan dalam 125 sampai 170 kehamilan;
segera efektif saat terpasang di Rahim; tidak memerlukan kunjungan ulang; tidak
mempengaruhi hubungan seksual; tidak memiliki efek samping hormonal; tidak
mempengaruhi kualitas dan volume ASI; dapat dipasang segera setelah
melahirkan atau sesudah abortus dengan catatan tidak terjadi infeksi; membantu
mencegah kehamilan ektopik; tidak ada interaksi dengan obatobatan; dapat
digunakan hingga menopause. Sedangkan kekurangan dari penggunaan IUD
antara lain: perubahan siklus haid, periode haid lebih lama, perdarahan atau
spotting antar menstruasi, nyeri saat haid.

PERMASALAHAN DI MASYARAKAT
Ibu perlu ikut KB setelah persalinan agar ibu tidak cepat hamil lagi
(minimal 3-5 tahun) dan punya waktu merawat kesehatan diri sendiri, anak dan
keluarga. Kontrasepsi yang dapat digunakan pada pasca persalinan dan paling
potensi untuk mencegah mis opportunity berKB adalah Alat Kontrasepsi Dalam
rahim (AKDR) atau IUD pasca plasenta, yakni pemasangan dalam 10 menit
pertama sampai 48 jam setelah plasenta lahir (atau sebelum penjahitan
uterus/rahim pada pasca persalinan dan pasca keguguran di fasilitas kesehatan,
dari ANC sampai dengan persalinan terus diberikan penyuluhan pemilihan
metode kontrasepsi. Sehingga ibu yang setelah bersalin atau keguguran, pulang ke
rumah sudah menggunakan salah satu kontrasepsi.
Salah satu pasien yang merupakan calon akseptor IUD adalah Ny. Sari,
38 tahun. Pasien baru saja melahirkan 1 bulan yang lalu, datang ke PM Birobuli
untuk pemasangan IUD. Melalui anamnesa singkat, pasien tida langsung
melakukan pemasangan IUD pasca melahirkkan karena masih belum memutuskan
jenis B apa yang akan di lakukan. Saat ini pasien sedang menyusui esklusif
sehingga memutuskan setelah mengetahui jenis KB apa yang cocok dengannya.
PEMILIHAN INTERVENSI
Oleh karena permasalahan yang terjadi di masyarakat adalah berkaitan
dengan pertumbuhan ekonomi yang pesat dan peningkatan jenjang, adanya
beberapa kemungkinan kurang berhasilnya program KB diantaranya dipengaruhi
oleh tingkat pengetahuan ibu dan faktor pendukung lainnya. Maka perlu kegiatan
yang dilakukan oleh tenaga medis secara langsung atau kader yang telah
mendapatkan pelatihan mengenai KB.

PELAKSANAAN
Kegiatan pemasangan IUD ini dilakukan di PKM Birobuli di Poli KIA oleh
dokter Intership dr. Nurjaya Martasari pada hari senin tanggal 30 desember 2019.
Sebelum melakukan pemasangan, terlebih dahulu melauka peemeriksaan meliputi
anamnesis hingga pemeriksaan fisik untuk menentukan layak tidakknya untuk
dilakukan pemsanagan IUD, kemudian dilanjutkan dengan intervensi farmaoterapi
dan edukasi mengenai manfaat, dampak positif, dampak negatif dan sampai kapan
IUD ini bisa di cabut dan dilaukan pemsangan kembali serta waktu dan kondisi
perlu dilaukan kontrol IUD.

EVALUASI
Berdasarkan masalah dari pasien, sangat nampak bahwa kurangnya pengetahuan
pasien akan manfaat KB terutama IUD sangat kurang. Sehingga perlunya untuk
meningkatkan pengetahuan masyarakat khususnya para Ibu akan pentingnya
penggunaan KB. Penyuluhan perlu dilakukan pada ibu ibu hamil yang akan
melahirkan agar mereka telah mempersiapan rencana penggunaan KB apa yang
akan dipilih.

Anda mungkin juga menyukai