Anda di halaman 1dari 57

LAPORAN KASUS

SCABIES

Pembimbing:
dr. Dwi Rahayu Utami

Presentator:
dr. Siti Arah
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Penyakit kulit menular yang disebabkan oleh
sensitisasi dan infestasi Sarcoptes scabiei var. hominis
dan produknya.
Nama Sarcoptes Scabiei  bahasa Yunani dan bahasa
Latin
“sarx”  daging
“koptein”  irisan/potongan
Scabiei  “scabere” garukan
Epidemiologi
Daerah endemis wilayah tropis dan subtropis:
Afrika, Amerika Selatan, Karibia, Australia Tengah,

Australia Selatan dan Asia
Departemen Kesehatan RI tahun 1986 
Prevalensi skabies di Puskesmas seluruh Indonesia :

4,6%-12,95%
Frekuensi laki-laki & perempuan  sama
Sering terjadi  anak-anak dan dewasa muda
migrasi, higienitas yang buruk, status gizi buruk,
tunawisma, demensia dan kontak seksual  faktor
predisposisi
Etiologi
Sarcoptes scabiei var. hominis
Filum : Arthropoda
Kelas : Arachnida
Ordo : Ackarina
Superfamili : Sarcoptes

Ukuran betinanya  330-450 μ x 250-350 μ


Ukuran jantan 200-240 μ x 150-200 μ
Stadium dewasa 4 pasang kaki
2 pasang kaki depan
2 pasang kaki belakang.
 Tungau betina berakhir dengan rambut
 Tungau jantan 
 Kaki ketiga berakhir dengan rambut
 Kaki keempat berakhir dengan alat perekat.
Siklus hidup
tungau

Tungau jantan
& betina
kopulasi

Tungau jantan Tungau betina


mati / hidup menggali
bbrp hari saja terowongan

Tungau betina
menaruh telur-
telurnya

3-5 hari  telur


menetas

(+) Larva 3 psg


kaki
8-12 hari
2-3hari 
nimfa

Nimfa jantan &


betina
Manifestasi klinis (4 tanda kardinal)
Prurigo nokturnal
• Gatal pada malam hari
• Tungau  aktivitasnya >>  suhu tinggi &
lingkungan lembap
Menyerang berkelompok
• Contoh  salah 1 anggota keluarga terkena
skabies  dapat mengenai anggota keluarga
lain
• Carrier  terinfestasi tungau namun tidak
ada gejala klinis
Menemukan
terowongan
(kunikulus)
• Berwarna putih keabu-abuan
• Panjang  1 cm
• Ujungnya  papul atau
vesikel
• (+) infeksi sekunder  erosi,
Tempat predileksi 
• Sela-sela jari tangan,
pergelangan tangan bagian
volar, siku bagian luar,
lipat ketiak bagian depan,
aerola mamme (wanita)
• Umbilikus, bokong,
genitalia eksterna (pria)
dan perut bagian bawah
• Pada bayi dapat
menyerang telapak tangan
dan kaki
Menemukan tungau
• Hal yang paling
diagnostik.
• Dapat ditemukan satu
atau lebih stadium hidup
tungau ini.
Klasifikasi
scabies of
Skabies incognito Skabies Nodular
cultivated
• Papul dan • Sudah diobati • Nodus coklat
terowongan kortikosteroid. kemerahan 
sedikit • Gejala klinis gatal
jumlahnya penderita • Di daerah
sehingga sukar membaik tertutup
ditemukan • Tungau tetap ada genitalia laki-
 penularan laki, inguinal dan
dapat terjadi aksila
• Distribusi atipik • Nodus dapat
• Meluasnya lesi menetap 
• Kemiripan beberapa bulan
dengan penyakit sampai 1 tahun
lain meskipun telah
diberi
pengobatan
Skabies yang Skabies padan bayi &
Skabies Norwegia
ditularkan hewan anak
• Penularan melalui • Berkrusta • Mengenai seluruh
anjing • Lesi yang luas, tubuh
• Letak Lesi  skuama generalisata, • kepala, leher
daerah sering kontak hiperkeratosis yang • telapak tangan,
atau memeluk tebal telapak kaki
binatang  paha, • Tempat • Sering terjadi
perut, dada dan predileksinya  infeksi sekunder 
lengan. kulit kepala yang impetigo
• Masa inkubasi lebih berambut, bokong, ektimaterowonga
pendek siku, lutut, telapak n sulit ditemukan
• Lama penyakit : kaki dan telapak
sekitar 4-8 minggu tangan + distrofi
• Dapat sembuh kuku
sendiri  Sarcoptes • Tidak terlalu gatal
scabiei var. binatang  namun sangat
tidak dapat menular
melanjutkan siklus • Penderita yang
hidupnya pada memiliki defisiensi
Skabies nodular Skabies Norwegia
Diagnosis
Ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang

Anamnesis  keluhan utama dan apakah keluhan


penderita sesuai dengan tanda kardinal skabies

Pemeriksaan fisik mengamati lesi pada kulit penderita


Terdapat papul atau vesikel ?
Terowongan berwarna putih keabu-abuan berukuran 1
cm ?
Infeksi sekunder akibat garukan penderita
Diagnosis penunjang
Mencari terowongan pada kulit penderitalihat pada ujung
terowongan apakah terdapat papul atau vesikel congkel dengan
jarum dan letakkan di atas kaca objekTutup dengan kaca
penutuplihat dengan mikroskop cahaya identifikasi tungau.

Menyikat lesitampung di atas selembar kertas putih lihat


dengan kaca pembesar.

Biopsi irisanmenjepit lesi dengan dua jari iris tipis dengan


pisau periksa irisan dengan mikroskop cahaya.

Biopsi eksisionalPemeriksaan dilakukan dengan pewarnaan


Hematoksilin-eosin (HE).
Diagnosis banding

• Erupsi papular kronik dan rekurens.


• Terjadi sejak bayi dan anak-anak
• Efloresensi papul-papul miliar tidak berwarna
• Tempat predileksi: ekstremitas ekstensor
simetris  meluas ke bokong dan perut; distal

Prurig lengan dan tungkai  manifestasi lebih berat


• Persamaan prurigo dengan skabies 
papul-papul yang terasa gatal
o • Perbedaannya 
• Skabies: gatal pada skabies lebih parah pada
malam hari
• Prurigo setiap waktu dan bersifat kronik
(dari bayi atau anak-anak).
• Disebabkan infestasi kutu Pediculus
humanus var. corporis
• Cara penularannya 
• Pakaian
• Kontak langsung.
Pedikulo • Pediculus humanus tidak melekat pada
kulitberada di lipatan-lipatan pakaian &
sis transien ke kulit untuk menghisap darah
• Lokasi predileksinya  pinggang, ketiak
Korporis dan inguinal
• Persamaan dengan skabies  adanya
papul-papul yang gatal
• Perbedaannya
• Gatal pada skabies lebih parah pada
malam hari
• Peradangan pada folikel
rambut.
• Persamaan folikulitis
Folikuli dengan skabies  papula
eritematosa
tis • Perbedaannya  folikulitis
juga terdapat pustul
eritematosa miliar yang
nyeri.
folikulitis

Pedikulosis
korporis
Tatalaksana

Permethrine 5 % cream
• Obat pilihan tingkat keamanannya yang
tinggi, mudah pemakaiannya dan tidak
mengiritasi kulit.
• Cara pemakaiannyadioleskan pada lesi
sebanyak satu kali saat malam haridibilas
setelah 10 jam
• Jika belum membaik maka ulangi
pemakaian pada minggu depan.
Gama Benzena Heksa Klorida
(Gameksan) 1% cream atau losio
• Salah satu obat pilihan efektif terhadap semua
stadium skabies
• Jarang menimbulkan iritasi
• Efek samping  toksik pada sistem saraf pusat
• Kontraindikasi  anak-anak berumur kurang
dari 6 tahun & ibu hamil
• Pemakaian dioleskan pada lesi dan jika masih
ada gejalaulangi pemakaian satu minggu
kemudian
Belerang endap (sulfur
presipitatum) 4-20%, salep atau
cream
• Jangan diberikan >3 hari  terbukti
tidak efektif pada stadium telur skabies.
• Kerugian 
• Mengotori pakaian
• Terkadang menimbulkan iritasi
• Dapat dipakai untuk bayi berumur <2
Emulsi Benzil-benzoas (20-
25%)
• Efektif untuk semua stadium tungau.
• Pemberian  setiap malam selama 3
hari.
• Kerugian 
• Sulit diperoleh
• Sering menimbulkan iritasi
• Terkadang makin gatal setelah
dipakai
Krotamiton 10% losio atau
cream
• Salah satu obat pilihan
• Memiliki 2 efekantiskabies dan
anti gatal
• Tidak boleh mengenai mata, mulut
dan uretra.
Prognosis
Dengan memperhatikan pemilihan & pemakaian obat
serta dengan menghilangkan faktor predisposisi,
penyakit skabies  dapat diberantas  menghasilkan
prognosis yang baik
Laporan Kasus
Identitas Pasien
Nama : Sdr. MR
TTL : 30 November 1999
Umur : 17 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SMA
Alamat : tebet timur dalam
Agama : Islam
Berat Badan : 58 kg
Poliklinik : Umum Puskesmas kecamatan tebet
Tanggal Pemeriksaan : 3 Januari 2020
Anamnesis
Alloanamnesis dengan pasien pada tanggal 3 Januari 2020
Pukul 10.00 WIB di Poliklinik Umum Puskesmas Kecamatan
Tebet
Keluhan Utama:
Pasien mengeluhakan gatal-gatal di, siku kedua
tangan, lutut kanan-kiri dan lipatan paha kanan-kiri

Riwayat Penyakit Sekarang:


Pasien datang ke poliklinik Umum Puskesmas
Kecamatan Tebet diantar oleh Ibunya dengan keluhan
gatal-gatal di siku kedua tangan, lutut kanan-kiri dan
lipatan paha sejak 1 bulan SMRS (sebelum masuk
rumah sakit). Gatal-gatal yang dirasakan bersamaan
dengan timbulnya bintil-bintil. Awalnya gatal-gatal dan
bintil muncul di tangan, kemudian digaruk oleh pasien
dan menyebar ke siku, lutut dan lipatan paha kanan-kiri.
Gatal-gatal lebih terasa saat malam hari daripada
siang hari.
Riwayat Pengobatan:
Dua minggu SMRS (sebelum masuk rumah sakit)
Ibu pasien membeli obat salep di apotek. Setelah
memakai obat salep tersebut keluhan gatal
berkurang namun akan timbul lagi pada malam hari.

Riwayat Penyakit Dahulu:


Pasien tidak memiliki riwayat alergi dan tidak
pernah mengalami sakit seperti ini sebelumnya.

Riwayat Penyakit Keluarga:


adik pasien mengeluhkan hal yang sama.
Pemeriksaan Fisik
Status generalis
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis/ GCS E3V5M6
Vital sign :
 Tekanan darah : 120/80
 Nadi : 80x/mnt
 RR : 20x/mnt
 SpO2 : 98%
 Suhu : 36 ºC
TB: 167 cm
BB: 58 kg
BMI: 20,86 (Normoweight)
Kepala : Normocephal, distribusi rambut normal
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),
refleks cahaya (+/+), pupil isokor
Hidung : bentuk normal, jejas (-), sekret (-)
Telinga : normotia, jejas (-), sekret (-)
Mulut: Jejas (-), bibir sianosis (-), mukosa lembab (-),mukosa
hiperemis (-), karies gigi (-)
Tenggorokan: Hiperemis (-), Tonsil (T1-T1)
Leher : Trakea di tengah, pembesaran kelenjar getah
bening (-)
Thorax
Paru
Inspeksi: Simetris, retraksi dada (-), jejas (-)
Palpasi: Pengembangan paru yang tertinggal (-),
taktil fremitus (n/n)
Perkusi: Sonor
Auskultasi: Vesikuler (+/+), ronkhi (-/-),
wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi: Ictus cordis tidak tampak
Palpasi: Ictus cordis tidak kuat angkat, terdapat di
ICS 5 linea midclavicularis sinistra
Perkusi: tidak ada pelebaran batas jantung
Auskultasi: BJ1- BJ2 reguler, murmur (-), gallop
(-)
Abdomen
Inspeksi : Tidak ada jejas, sikatrik (-), massa(-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-)
Perkusi : Timpani (+)
Ekstremitas : Akral hangat, capillary refill time <
2
detik,sianosis (-)
Status dermatologis:
Lokasi : Siku kanan-kiri, lipat paha kanan-kiri, lutut kanan-
kiri
Efloresensi : Tampak papul-papul eritema ukuran miliar dan
lentikular, skuama, erosi dan terlihat terowongan
berukuran ±1 cm.
Resume
Pasien laki-laki berumur 17 tahun datang ke Poliklinik Umum
PKC dengan keluhan gatal-gatal pada siku tangan kanan dan
kiri, lutut kanan dan kiri dan lipat paha sejak 1 bulan SMRS
(sebelum masuk rumah sakit). Gatal-gatal lebih terasa saat
malam hari dibandingkan siang hari. Sempat memakai salep,
namun gatal timbul lagi. Adik pasien mengeluhkan hal yang
sama
Status dermatologis:
Lokasi : Siku kanan dan kiri, lutut kanan dan kiri, lipat paha kanan

dan kiri.
Efloresensi : Tampak papul-papul eritema ukuran miliar dan
lentikular, skuama, erosi dan terlihat terowongan
berukuran ±1 cm.
Diagnosis Kerja
Skabies

Diagnosis Banding
Prurigo
Pediculosis Corporis
Pemeriksaan penunjang anjuran
Mencari terowongan pada kulit penderitalihat pada ujung
terowongan apakah terdapat papul atau vesikel congkel dengan
jarum dan letakkan di atas kaca objekTutup dengan kaca
penutuplihat dengan mikroskop cahaya identifikasi tungau.

Menyikat lesitampung di atas selembar kertas putih lihat


dengan kaca pembesar.

Biopsi irisanmenjepit lesi dengan dua jari iris tipis dengan


pisau periksa irisan dengan mikroskop cahaya.

Biopsi eksisionalPemeriksaan dilakukan dengan pewarnaan


Hematoksilin-eosin (HE).
Tatalaksana
Medikamentosa
Permethrin 5% cream Krim dioleskan satu kali ke
seluruh tubuh pada malam hari sebelum tidur.
KIE:
Krim dioleskan ke lesi pada malam hari sebelum tidur.
Pada daerah yang berbenjol (papul) ditekan lebih lama.
Setelah memakai krim, pasien mengganti baju tidur
beserta perlengkapan tidurnya.
Krim digunakan selama 8-12 jam bilas saat pagi
dengan menggunakan air bersih.
Satu minggu kemudian bila belum sembuh, pengobatan
diulangi dengan cara yang sama.
Loratadine tablet 10 mg, 1 x 1 hari selama 7 hari
KIE:
Loratadine diminum pada sore hari
Non Medikamentosa
Tidak boleh menggaruk kulit.
Pasien harus menjaga kebersihan dengan mengganti
pakaian setiap hari dan jangan pinjam meminjam
handuk dengan teman.
Semua selimut, kasur, karpet dijemur dibawah sinar
matahari
Semua pakaian 3 hari terakhir dicuci bersih dengan
menggunakan air panas.
Prognosis
Quo Ad Vitam : Bonam
Quo Ad Fungsionam : Bonam
Quo Ad Kosmetik : Bonam
Quo Ad Sanationam : Dubio ad bonam
Pembahasan
Pasien laki-laki berusia 17 tahun
didiagnosis skabies. Diagnosis ini
ditegakkan berdasarkan hasil anamnesis
dan pemeriksaan fisik. Dari hasil
alloanamnesis, didapatkan bahwa pasien
mengeluhkan gatal-gatal pada siku Mencoret prurigo
kedua tangan, lutut kanan dan kiri
serta lipat paha kanan dan kiri sejak 1 Tanda kardinal ke 1
bulan yang lalu. Gatal dirasakan lebih • Mencoret prurigo
parah saat malam hari dibandingkan • Mencoret pedikulosis
pada siang hari. Gatal-gatal yang korporis
dirasakan bersamaan dengan timbulnya
bintil-bintil. Gatal dimulai pada tangan,
kemudian digaruk oleh pasien dan
menyebar ke siku, lutut dan lipatan Tanda kardinal ke
paha. Pasien mengaku adik pasien 2
juga mengeluhkan hal yang sama
Pemeriksaan fisik : papul
eritema berukuran
Mencoret prurigo  di
miliar dan lentikular
ekstremitas bagian distal
pada siku tangan kanan
dan kiri, lutut kanan
dan kiri serta lipatan
paha pasien. Selain itu
juga ditemukan Tanda kardinal ke 3
terowongan (kunikulus) • Mencoret prurigo
berwarna putih keabuan •Mencoret pedikulosis
pada pasien korporis
Penatalaksanaan skabies:
Pemethrine 5% cream :
 Merupakan obat pilihan untuk skabies
 Tingkat keamanan yang cukup tinggi
 Pemakaian yang mudah
 Tidak mengiritasi kulit dan mudah didapatkan
 Dioleskan satu kali pada malam hari sebelum tidur  8-12 jam
tubuh dibilas dengan air bersih
Loratadine tablet 10 mg 1x1
 Mengurangi keluhan gatalnya
 Obat antihistamin dimana memiliki mekanisme sebagai antagonis
reseptor histamin H-1 perifer
Prognosis
Prognosis pasien ini baik, namun kepatuhan dalam
pemakaian obat, menjaga kebersihan serta usaha pasien
untuk menghentikan penularan merupakan hal yang
berpengaruh terhadap kesembuhan pasien.
Daftar pustaka
Handoko RP. Skabies. In: Djuanda A, Hamzah M, Aisyah S, editors. Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2011. p. 122-125. 
Hengge UR, Currie BJ, Jager G, Lupi O, Schwartz RA. Scabies: a
Ubiquitos Neglected Skin Disease. The Lancet Infectious Disease, 2006;
6(12): 769-779. Diakses Tanggal 15 Januari 2017. Tersedia pada:

http://middleeast.thelancet.com/journals/laninf/article/PIIS1473-3099(06)
70654-5/fulltext

Siregar RS. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit, edisi 2. Jakarta:


Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2012. p. 164-165.  
Baker F. Scabies Management. Journal of The Canadian Paediatric
Society, 2001 Desember; 6(10): 775-778. 
Ratnasari AF, Sungkar S. Prevalensi Skabies dan Faktor-Faktor yang
Berhubungan di Pesantren X Jakarta Timur. Jurnal UI, 2014 April;
2(1).p. 7-12. Diakses Tanggal 15 Januari 2017. Tersedia pada:
http://journal.ui.ac.id/index.php/eJKI/article/view/3177/3401
Introduction Scabies. 2006. [Internet]. Diakses Tanggal 15 Januari 2017.
Tersedia pada:
http://web.stanford.edu/group/parasites/ParaSites2006/Scabies/Introduction.html

DPDx Laboratory Identification of Parasitic Diseases of Public Health


Concern. Scabies. 2013. Diakses Tanggal 15 Januari 2017. Tersedia pada:
https://www.cdc.gov/dpdx/scabies/  
Scabies. 2013. [Internet]. Diakses Tanggal 15 Januari 2017. Tersedia pada:
https://web.stanford.edu/group/parasites/ParaSites2005/Scabies/SCABIES.html
American Academy of Dermatology. Scabies. 2016. Diakses Tanggal 16
Januari 2017. Tersedia pada:
https://www.aad.org/public/diseases/contagious-skin-diseases/scabies
Barry M. 2016.Scabies.[Internet]. Diakses Tanggal 15 Januari 2017. Tersedia
pada:
http://emedicine.medscape.com/article/1109204-overview
Arivananthan V. Mengenali Patogenesis dan Penyebaran Skabies di Daerah
Beriklim Tropis dan Subtropis. ISM, 2014 April; 5(1): 1-6. Diunduh Tanggal
16 Januari 2017. Tersedia pada:
https://wisuda.unud.ac.id/pdf/1002006212-1-Jurnal%20Vaneetha%20new.pd
Mittal A, Garg A, Agarwal N, Gupta L, Khare AK. Treatment of Nodular Scabies
with Topical Tacrolimus. Indian Dermatol Online J ,2013;4:52-3. Diakses Tanggal 16
Januari 2017. Tersedia pada:
http://www.idoj.in/text.asp?2013/4/1/52/105486  
Primary Care Dermatology Society. Prurigo.2016 Desember. Diakses Tanggal 16
Januari 2017. Tersedia pada:
http://www.pcds.org.uk/clinical-guidance/nodular-prurigo
Wiryadi BE. Prurigo. In: Djuanda A, Hamzah M, Aisyah S, editors. Ilmu Penyakit
Kulit dan Kelamin. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 2011. p. 272-275. 
Pediculosis Corporis.2015.[Internet].Diakses Tanggal 16 Januari 2017. Tersedia pada:
http://www.tti.library.tcu.edu.tw/DERMATOLOGY/in/in0020f.htm  
Satter EK.2016.Folliculitis [Internet]. Medscape. Diakses Tanggal 16 Januari 2017.
Tersedia pada:
http://emedicine.medscape.com/article/1070456-overview
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai