Anda di halaman 1dari 39

F1

UPAYA PROMOSI KESEHATAN DAN PEMBERDAYAAN


MASYARAKAT
1. Promosi Kesehatan Tentang Waspadai Hipertensi dan Kendalikan
Tekanan Darah

Latar belakang
Tekanan Darah Tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan darah di
dalam arteri. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala,
dimana tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan
meningkatnya resiko terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan
jantung dan kerusakan ginjal.
Jumlah mereka yang menderita hipertensi terus bertambah, terdapat
sekitar 50 juta (21,7%) orang dewasa Amerika yang menderita hipertensi,
Thailand 17%, Vietnam 34,6%, Singapura 24,9%, dan Malaysia 29,9%. Di
Indonesia, prevalensi hipertensi berkisar 6-15%. Menurut perkiraan, sekitar
30% penduduk dunia tidak terdiagnosis adanya hipertensi (underdiagnosed
condition). Hal ini disebabkan tidak adanya gejala atau dengan gejala ringan
bagi mereka yang menderita hipertensi. Hipertensi yang tidak terkontrol akan
menimbulkan berbagai komplikasi, bila mengenai jantung kemungkinan dapat
terjadi infark miokard, jantung koroner, gagal jantung kongestif, bila mengenai
otak terjadi stroke, ensevalopati hipertensif, dan bila mengenai ginjal terjadi
gagal ginjal kronis, sedangkan bila mengenai mata akan terjadi retinopati
hipertensif.

Permasalahan
1. Meningkatnya jumlah penderita Hipertensi
2. Kurangnya pemahaman dan pengetahuan warga mengenai Hipetensi
3. Kurangnya minat pasien hipertensi untuk berobat ke faskes.

Perencanaan dan Pemilihan Intervensi


Intervensi dilakukan dalam metode penyuluhan, Untuk memberikan
pengertian mengenai Hipertensi salah satunya dengan cara penyuluhan. Materi
penyuluhan berisi tentang Hipetensi dan cara mewaspadai serta mengendalian
tekanan darah. Penyuluhan diberikan secara langsung. Kegiatan penyuluhan
disertai dengan sesi tanya jawab.

Pelaksanaan
Tempat : Ruang tunggu Lantai 1 Puskesmas Putri Ayu
Waktu : 10.00-selesai Tgl 24 Juli 2021

1
Peserta : sasaran peserta vaksinasi
Monitoring dan Evaluasi
Diharapkan Rata-rata peserta vaksinasi sudah mengerti mewaspadai
Hipertensi dan cara mengendalikan tekanan darah. Setelah penyuluhan peserta
diperiksa tekanan darah dan diberi pertanyaan mengenai hipertensi untuk
mengetaui tingkat pengetahuan setalah penyulahan. Penyuluhan berjalan
kondusif dan perserta aktif bertanya mengenai penyakit hipertensi.
2. Promosi Kesehatan Tentang Protokol Kesehatan dalam Normal Baru
Era Pandemi COVID-19

Latar belakang
COVID-19 merupakan sebuat penyakit yang disebabkan oleh novel
coronavirus yang pertama kali diidentifikasi di Wuhan, China pada akhir tahun
2019. Virus tersebut berhubungan dengan family virus yang sama dengan virus
yang menyebabkan penyakit SARS (Severe Acute Respiratory Virus). Virus ini
ditransmisikan melalui kontak langsung dengan droplet saluran pernapasan dari
orang yang terinfeksi. Droplet-droplet itu diproduksikan ketika seorang yang
terjangkit batuk, bersin, atau berbicara dan ketika seseorang menyentuh
permukaan benda yang telah terkontaminasi oleh virus tersebut. Novel
coronavirus ini dapat bertahan pada permukaan benda selama berjam-jam.
Adapun gejala dari COVID-19 ialah demam, batuk, sesak napas. Pada
kasus-kasus berat, infeksi dapat menimbulkan pneumonia yang dapat berakibat
fatal. Gejala-gejala tersebut mirip dengan gejala flu biasa yang menyebabkan
kerancuan dalam identifikasi orang yang terjangkit coronavirus. Namun
belakangan ini, ditemukan banyak kasus COVID-19 yang ketika dilakukan
pemeriksaan laboratorium seperti rapid test ataupun swab PCR, dinyatakan
positif, walaupun pasien tidak menunjukkan gejala apapun. Kasus-kasus seperti
inilah yang membuat perlu ditingkatkannya kewaspadaan terhadap OTG (Orang
tanpa Gejala) yang berpotensi menularkan virus tanpa disadari.
Menurut data pada tanggal 1 Juli 2020, pembaharuan jumlah kasus baru yang
terdapat di seluruh dunia ialah 10,5 juta orang. Sedangkan di Indonesia,
ditemukan 57.790 kasus (dengan penambahan 1.293 kasus), kasus sembuh
25.595, kasus meninggal 2.934. Provinsi Jawa Barat mencatat cukup banyak
kasus COVID-19, yaitu sebanyak 3.276 kasus, kasus sembuh 1.622, kasus
meninggal 177.
Seiring berjalannya waktu, penyebaran dari COVID-19 begitu meningkat
sehingga dalam 2 minggu terakhir terdapat penambahan kasus baru hingga di
atas 1000 kasus per hari. Meskipun demikian, kebijakan pemerintah telah
perlahan-lahan mulai membuka kembali dan memberikan ijin terhadap
kegiatan-kegiatan yang sebelumnya dihindari, namun dengan batasan-batasan

2
tertentu. Hal itu diketahui sebagai era normal baru atau new normal. Mengingat
banyaknya jumlah kasus total dan kasus baru yang ditemukan di Indonesia,
terutama di Jawa Barat, perlu ditingkatkan kewaspadaan dan pengenalan akan
protocol Kesehatan di era normal baru yang saat ini sudah mulai digagas dan
dilaksanakan menurut kebijakan pemerintah.

Permasalahan
 Minimnya pengetahuan masyarakat sekitar akan protokol kesehatan di era
normal baru.
 Minimnya kepatuhan masyarakat untuk tertib melakukan protokol
kesehatan di era normal baru, terutama dalam penggunaan masker, cuci
tangan dan menjaga jarak fisik

Perencanaan dan Pemilihan Intervensi


 Melakukan penyuluhan mengenai definisi, dan protokol kesehatan era
normal baru, khususnya di tempat umum, tempat bekerja dan transportasi
umum.
 Melakukan pemeragaan pemakaian masker dengan benar, mencuci tangan
dengan benar dan ketertiban dalam menjaga jarak fisik.

Pelaksanaan
Tempat: Ruang Ruang tunggu Lantai 2 Puskesmas Putri Ayu
Waktu: 08.15 WIB – selesai Tgl 13 Juli 2021
Peserta: sasaran peserta vaksin

Monitoring dan Evaluasi


kegiatan tersebut berlangsung selama kurang lebih 15 menit. Materi
yang disampaikan ialah protokol-protokol Kesehatan di era normal baru yaitu
pemakaian masker, mencuci tangan lebih sering, serta menjaga jarak di tempat
umum, tempat bekerja dan transportasi umum. Setelah pemaparan materi
mengenai normal baru, dilaksanakan peragaan dalam pemakaian masker dengan
baik dan benar yang menutupi hidung mulut serta dagu, serta terus mengajak
pengunjung untuk selalu mengenakan masker setiap kali pergi ke luar rumah.
Setelah penyuluhan peserta senantiasa menggunakan masker dengan benar,
rutin mencuci tangan serta menjaga jarak fisik dengan orang lain minimal 1,5
meter.
 Promosi kesehatan mengenai Diare dengan Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat
Latar belakang
Gastroenteritis Akut (GEA) ialah penyakit yang terjadi akibat peradangan

3
pada mukosa dinding lambung yang ditandai dengan keluhan mual, muntah-
muntah, diare, dan demam. Penyakit ini banyak disebabkan oleh infeksi dari
bakteri campylobacter, yang dapat menimbulkan dehidrasi, kehilangan
elektrolit, dan jika pada kondisi yang berat maka dapat menimbulkan kematian.
GEA seringkali terjadi baik pada anak-anak maupun orang dewasa, bahkan
dapat menyebabkan
malnutrisi.
Data epidemiologis pada beberapa literatur menyatakan sekitar 1,7 miliar
orang di dunia mengalami diare setiap tahunnya. Menurut Riskerdas tahun
2007, diare menjadi penyebab kematian nomor satu pada balita. Pada tahun
2013, sebanyak 3,5 % penduduk di Indonesia mengalami diare dan sebagian
besar pada kelompok balita. Gastroenteritis Akut (GEA) menduduki posisi ke- 4
setelah Hipertensi, ISPA dan Myalgia di Puskesmas Cigudeg pada tahun 2018.
Timbulnya GEA erat hubungannya dengan sanitasi yang dijaga. Seringkali diare
terjadi akibat hygiene yang buruk, seperti makan atau mengolah makanan
sebelum mencuci tangan dengan benar, tidak memerhatikan kebersihan tangan,
merebus air tidak sampai matang atau mengolah makanan yang tidak matang
dengan sempurna.
Oleh karena itu, diperlukan peningkatan kesadaran masyarakat untuk lebih
memperhatikan perilaku hidup yang bersih dan sehat.

Permasalahan
1. Banyaknya pasien yang datang dengan keluhan muntah dan diare.
2. Kurangnya perhatian masyarakat akan perilaku hidup bersih dan sehat.

Perencanaan dan Pemilihan Intervensi


Intervensi dilakukan dalam metode penyuluhan dengan topik 10 indikator
perilaku hidup bersih dan sehat di rumah tangga. Kegiatan penyuluhan disertai
dengan sesi tanya jawab.

Pelaksanaan
Tempat: Ruang tunggu pasien lantai 2 Puskesmas Putri Ayu
Waktu: 11.30-selesai 7 Juli 2021
Peserta: pengunjung puskesmas

Monitoring dan Evaluasi


1. Diharapkan Masyarakat memahami dan mulai membiasakan perilaku
hidup bersih dan sehat, kasus gastroenteritis berkurang.
2. Dapat menggalakkan pola hidup sehat bagi diri sendiri, keluarga

4
maupun lingkungan sekitar

 Promosi kesehatan tentang edukasi dan Penyuluhan Mengenai Diabetes


Mellitus pada Lansia

Latar belakang
Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit tidak menular yang
dapat ditimbulkan akibat pola gaya hidup atau perilaku yang tidak sehat.
Adapun faktor risiko yang dapat memberikan pengaruh akan timbulnya diabetes
mellitus ialah kebiasan makan makanan manis dan minuman manis, banyak
mengonsumsi karbohidrat yang melebihi anjuran, kurangnya konsumsi serat
dari sayur atau buah-buahan dan kurangnya aktifitas fisik.
Banyak dari lansia yang datang kurang mengerti dan menyadari apabila
penyakit tersebut dapat diakibatkan oleh factor makanan yang sebenarnya
mudah untuk dimodifikasi. Untuk mencegah timbulnya diabetes mellitus
ataupun untuk mengontrolnya dan mencegah agar kadar gula dalam darah tidak
semakin meningkat maka diperlukan penyampaian informasi berupa edukasi
dan penyuluhan mengenai cara-cara mencegah dan mengotrol diabetes mellitus.

Permasalahan
 Banyak lansia di Desa Banyuwangi, Kecamatan Cigudeg yang memiliki
riwayat dan terdeteksi memiliki diabetes mellitus tipe 2.
 Banyak dari lansia tersebut yang kurang memahami cara-cara untuk
mencegah dan mengontrol gula darah, terutama dalam pengobatan non-
medikamentosa.

Perencanaan dan Pemilihan Intervensi


Intervensi dilakukan dalam metode penyuluhan, menyiapkan materi
penyuluhan, melakukan pendekatan dengan cara sharing dan menekankan ke
arah bahaya merokok.

Pelaksanaan
Tempat: Ruang tunggu poli lansia
Waktu: 11.15-selesai Tgl 14 Juli 2021
Peserta: sasaran peserta vaksinasi yang sedang menunggu observasi

Monitoring dan Evaluasi


Diharapkan Lansia dengan diabetes mellitus tipe 2 memahami dan mulai
mengubah kebiasaannya terutama dalam hal pola makan dan aktifitas fisik.
Lansia dengan diabetes mellitus tipe 2 melakukan pemeriksaan secara rutin di

5
Puskesmas dan mengonsumsi obat secara teratur.
 Promosi Kesehatan Mengegai Upaya Peningkatan Angka Bebas Jentik
Untuk Pencegahan Demam Berdarah

Latar belakang
Juru Pemantau Jentik (jumantik) merupakan warga masyarakat setempat
yang dilatih untuk memeriksa keberadaan jentik di tempat-tempat penampungan
air. Jumantik merupakan salah satu bentuk gerakan atau partisipasi aktif dari
masyarakat dalam menanggulangi penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)
yang sampai saat ini masih belum dapat diberantas tuntas. Dengan adanya
jumantik yang aktif diharapkan dapat menurunkan angka kasus DBD melalui
kegiatan pemeriksaan jentik yang berulang-ulang, pelaksanaan Pemberantasan
Sarang Nyamuk (PSN), serta penyuluhan kepada masyarakat. Dengan adanya
pemberdayaan masyarakat melalui jumantik, diharapkan masyarakat dapat
secara bersama-sama mencegah dan menanggulangi penyakit DBD secara
mandiri yakni dari, oleh, dan untuk masyarakat (Depkes RI, 2010: 3).
Jumlah penderita penyakit DBD dari tahun ke tahun cenderung meningkat dan
penyebarannya semakin luas. Berdasarkan data Pengendalian Penyakit
Bersumber Binatang (P2B2), jumlah kasus DBD di Indonesia tahun 2010 ada
150.000 kasus. Pada tahun 2010 jumlah kematian akibat DBD di Indonesia
sekitar 1.317 orang. Indonesia menduduki urutan tertinggi kasus DBD di
Association of South East Asian Nations (ASEAN). Potensi penyebaran DBD
di antara negara- 2 negara anggota ASEAN cukup tinggi karena banyak
wisatawan keluar masuk dari satu negara ke negara lain (Kompas, 19 Februaru
2011)

Permasalahan
Masih banyak orang masih belum memahami bahwa hal terpenting
dalam pencegahan demam berdarah adalah memperhatikan kesehatan
lingkungan sekitar yang ada, misalnya dengan mengendalikan
pertumbuhan jentik sampai ke nilai nol.

Perencanaan dan Pemilihan Intervensi


Cara yang paling mudah untuk mensosialisakan gerakan bebas jentik
adalah evalusi seecara langsung dari rumah ke rumah dan mengajarkan
masyarakat cara untuk menghitung jentik.

Pelaksanaan

6
Tempat: kantor lurah Legok
Waktu: 11.30-selesai 21 Juli 2021
Peserta: Masyarakat legok

Monitoring dan Evaluasi


Setelah dilakukan pelatihan maka warga masyarakat diberikan stiker untuk
mengontrol jumlah jentik yang ada di rumah dan dilakukan evaluasi tiap bulan
secara berkala oleh kader jumantik yang sudah dilatih oleh petugas puskesmas
guna menanggulangi dan mencegah terjadinya penyakit demam berdarah dan
meningkatkan adanya kesadaran terhadap kesehatan lingkungan sekitar.

F2
UPAYA KESEHATAN LINGKUNGAN
1. Penyuluhan mengenai cara mencuci tangan dengan baik dan benar di
SD Kartika Sungai Putri Kota Jambi

Latar belakang
Masa sekolah dasar adalah masa keemasan untuk menanamkan nilai-
nilai PHBS dan berpotensi sebagai agen of change untuk mempromosikan
PHBS baik di lingkungan sekolah, keluarga maupun masyarakat.
WHO menyatakan sehat adalah salah satu hak dari individu untuk dapat
melaksanakan segala bentuk kegiatan atau rutinitas sehari-hari. Agar hidup
sehat dapat terlaksana, maka setiap orang harus mampu memiliki perilaku yang
baik, yaitu Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.
PHBS merupakan strategi yang digunakan untuk menciptakan
kemandirian dalam menciptakan dan meraih kesehatan dan merupakan suatu
prilaku yang diterapkan berdasarkan kesadaran yang merupakan hasil dari
pebelajaran yang dapat membuat individu atau anggota keluarga bisa
meningkatkan taraf kesehatannya dibidang kesehtana masyarakat.

Permasalahan
- Belum adanya edukasi kepada masyarakat mengenai perilaku hidup bersih
dan sehat.
- Kurangnya kesadaran mengenai kebersihan lingkungan yang menimbulkan
berbagai penyakit seperti ISPA, TB Paru, sakit kulit, alergi, dll
Perencanaan dan Pemilihan Intervensi

7
- Memberikan pengetahuan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat secara
lisan
- Memberikan pengetahuan manfaat PHBS
- Memberikan pengetahuan tentang hasil yang ditimbulkan apabila tidak
menjalankan PHBS
Pelaksanaan
Hari/Tanggal        :   Kamis, 9 September 2021
Tempat                 : SD Kartika Sungai Putri Kota Jambi.
Waktu                   :   08.30 s/d Selesai
Monitoring dan Evaluasi
- Kegiatan berjalan secara kondusif, dan anak-anak antusias mendengarkan
materi dan mempraktikkan cara mencuci tangan.
- Sebagian peserta sudah dapat memahami tentang Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat.

2. Edukasi tentang pentingnya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Latar belakang
Gastroenteritis Akut (GEA) ialah penyakit yang terjadi akibat
peradangan pada mukosa dinding lambung yang ditandai dengan keluhan mual,
muntah-muntah, diare, dan demam. Penyakit ini banyak disebabkan oleh infeksi
dari bakteri campylobacter, yang dapat menimbulkan dehidrasi, kehilangan
elektrolit, dan jika pada kondisi yang berat maka dapat menimbulkan kematian.
GEA seringkali terjadi baik pada anak-anak maupun orang dewasa, bahkan
dapat menyebabkan malnutrisi.

Data epidemiologis pada beberapa literatur menyatakan sekitar 1,7 miliar orang
di dunia mengalami diare setiap tahunnya. Menurut Riskerdas tahun 2007, diare
menjadi penyebab kematian nomor satu pada balita. Pada tahun 2013, sebanyak
3,5 % penduduk di Indonesia mengalami diare dan sebagian besar pada
kelompok balita. Gastroenteritis Akut (GEA) menduduki posisi ke- 4 setelah
Hipertensi, ISPA dan Myalgia di Puskesmas Cigudeg pada tahun 2018.
Timbulnya GEA erat hubungannya dengan sanitasi yang dijaga. Seringkali
diare terjadi akibat hygiene yang buruk, seperti makan atau mengolah makanan
sebelum mencuci tangan dengan benar, tidak memerhatikan kebersihan tangan,
merebus air tidak sampai matang atau mengolah makanan yang tidak matang
dengan sempurna. PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) di rumah
tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu,
mau dan mampu melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan
aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. Tujuan dari upaya tersebut ialah

8
agar tercapainya lingkungan yang sehat, tidak mudah sakit, anak tumbuh sehat
dan cerdas, masyarakat dapat lebih mengupayakan pemenuhan gizi keluarga.
Oleh karena itu, diperlukan peningkatan kesadaran masyarakat untuk lebih
memperhatikan perilaku hidup yang bersih dan sehat dan memperhatikan
sanitasi yang lebih baik.

Permasalahan
 Masih kurangnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya perilaku hidup
bersih dan sehat.

Perencanaan dan Pemilihan Intervensi


Intervensi dilakukan dalam metode penyuluhan dengan topik 10
indikator perilaku hidup bersih dan sehat di rumah tangga. Kegiatan penyuluhan
disertai dengan sesi tanya jawab.

Pelaksanaan
Tempat : Ruang tunggu pasien lantai 2Putri Ayu
Waktu : 28 Juli 2021, saat jam pelayanan
Sasaran : Pengunjung puskesmas

Monitoring dan Evaluasi


 Diharapkan Masyarakat memahami dan mulai membiasakan perilaku hidup
bersih dan sehat, kasus gastroenteritis berkurang.
 Dapat menggalakkan pola hidup sehat bagi diri sendiri, keluarga maupun
lingkungan sekitar

3. Edukasi Eradikasi Sarcoptes Scabiei kepada Keluarga yang


Menderita Scabies
Latar belakang
Scabies merupakan penyakit kulit yang terjadi akibat infeksi dan
sensitisasi Sarcoptes scabiei yang dapat ditularkan melalui kontak langsung
dengan kulit penderita maupun kontak tidak langsung (melalui benda seperti
handuk, sprei dan sebagainya). Kelainan yang terjadi pada kulit disebabkan
oleh garukan akibat gatal dan aktifitas tungau scabies. Gatal yang terjadi dapat
terjadi akibat sensitisasi terhadap sekreta dan ekskreta tungau.
Pada tanggal 27 Juli 2021 di poli umum Puskesmas Putri terdapat satu keluarga
yang beranggotakan lima orang dengan keluhan yang sama, yaitu gatal-gatal
terutama pada sela-sela jari tangan dan kaki yang semakin hebat dirasakan
menjelang malam dan pada malam hari. Kelainan kulit yang ditemukan pada
kelima anggota keluarga tersebut ialah berupa papul, vesikel dan terdapat lesi

9
berupa erosi, ekskoriasi dan krusta. Pada dua orang anggota keluarga tersebut
ditemukan terdapat infeksi sekunder sehingga ditemukan pus. Melalui hasil
anamnesis dan pemeriksaan fisik maka dapat ditegakkan diagnosis kerja
Skabies pada kelima anggota keluarga tersebut.

Permasalahan
 Kurangnya pemahaman akan penyakit scabies, cara penularan , pengobatan
dan pencegahannya.

Perencanaan dan Pemilihan Intervensi


 Pengobatan medikamentosa yang sesuai
 Edukasi mengenai definisi penyakit Skabies, cara penularan, pengobatan
serta eradikasi tungai scabies.

Pelaksanaan
Tempat : Di Poli Umum Puskesmas Putri Ayu
Waktu : 10.30- selesai Tgl 27 Juli 2021
Sasaran: Pasien

Penyampaian materi dilakukan secara lisan. Menjelaskan Menjelaskan cara


penularannya yaitu dapat melalui kontak langsung dengan kulit penderita
maupun secara tidak langsung seperti melalui handuk yang dipakai bersama,
sprei tempat tidur, pakaian, dan sebagainya. Cara untuk membasmi atau
eradikasi tungau scabies ialah dengan merendam baju, handuk, sprei yang telah
digunakan ke dalam air panas, menjemur tempat tidur, bantal dan guling di
bawah sinar matahari serta menjaga kebersihan diri, mengusahakan untuk tidak
semakin menggaruk area yang terinfeksi agar tidak timbul infeksi sekunder.
Kepada pasien juga telah diberikan penatalaksanaan medikamentosa yang
sesuai dan tersedia di Puskesmas.

Monitoring dan Evaluasi


Diharapkan keluarga tersebut kontrol ke Puskesmas untuk mengevaluasi
keberhasilan terapi medikamentosa maupun non-medikamentosa, terutama
apabila keluhan masih berlanjut..
4. Edukasi Pemakaian Masker dan Etika Batuk terhadap Pasien dengan
Tuberkulosis Paru.

Latar belakang
Tuberculosis paru (TB paru) adalah suatu penyakit infeksius yang terutama
menyerang penyakit parenkim paru. Merupakan penyakit menular langsung

10
yang disebabkan kuman Mycobacterium Tuberculosis yang ditularkan melalui
dahak (droplet) dari penderita TBC kepada individu lain yang rentan.
Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang yang memiliki angka
prevalensi kasus TB paru yang cukup tinggi, khususnya pada masyarakat
dengan golongan ekonomi menengah kebawah.
Sebagian besar dari kasus TB ini (95%) dan kematiannya (98%) terjadi di
negara-negara yang sedang berkembang. Indonesia adalah negara dengan
prevalensi TB ke-3 tertinggi di dunia setelah China dan India, sedangkan
berdasarkan Survei Kesehatan Nasional tahun 2001, TB menempati ranking
nomor 3 sebagai penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Hal ini disebabkan
kurangnya kesadaran masyarakat dan terbatasnya tenaga kesehatan yang
memegang program TB baik secara kualitas maupun kuantitas.

Permasalahan
 Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang cara penularan TB Paru
 Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pemakaian masker yang benar
dan etika batuk
 Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang penyebab dan gejala penyakit
TB Paru
 Lingkungan fisik yang kurang memadai seperti perumahan yang terlampau
padat, keadaan rumah yang kurang sesuai dengan kaidah kesehatan serya
keadaan sanitasi yang masih belum sempurna.

Perencanaan dan Pemilihan Intervensi


 Dilakukan edukasi keseluruhan mencakup tentang bagaimana keadaan
lingkungan yang sehat agar sirkulasi dirumah selalu bertukar, kebiasaan
sanitasi diri dan keluarga sekitar, dan hal-hal lainnya.
Pelaksanaan
Tempat: Puskesmas Putri Ayu
Waktu: 11.15-selesai Tgl 7 Agustus 2021
Sasaran: pengunjung puskesmas
Dilakukan edukasi secara detail oleh dokter mengenai penyakit TB Paru,
pencegahan, serta penanganan non-medikamentosa dalam hal ini adalah
kesehatan bagi pasien dan lingkungan sekitar rumah.

Monitoring dan Evaluasi


 Diharapkan pasien juga peduli terhadap kebersihan dan sanitasi lingkungan
rumah sendiri seperti selalu buka jendela saat pagi hari agar sinar matahari
masuk kerumah dan sirkulasi udara berganti. selalu usahakan berjemur
setiap pagi dan bersihkan bagian-bagian rumah yang kumuh agar ruangan

11
tidak lembab.
 Diharapkan pasien lebih sadar diri akan penyakit yang ia derita, sehingga
ia dapat melakukan penanganan agar tidak menularkan ke keluarga/orang
sekitar.

5. Edukasi mengenai pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue


(DBD)

Latar belakang
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi yang
disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes
aegepty dan Aedes albopictus yang tersebar luas di rumah-rumah dan tempat
umum diseluruh wilayah Indonesia, kecuali yang ketinggiannya lebih 1000
meter di atas permukan laut . Penyakit ini terutama menyerang anak yang
ditandai dengan panas tinggi, perdarahan dan dapt mengakibatkan kematian
serta menimbulkan wabah (Djunaedi, 2006).
Daerah yang banyak terjangkit demam dengue adalah daerah tropis dan
subtropis seperti Asia. Hal ini dikarenakan adanya curah hujan yang tinggi dan
lingkungan yang kurang baik, sehingga menjadi tempat yang sangat cocok
untuk perkembangan nyamuk aedes aegypti yang menjadi media utama
penularan demam dengue. Nyamuk ini membawa dan menularkan virus dengue
lewat gigitannya dari orang yang sebelumnya sudah terinfeksi dengue. Karena
penularan virus dengue dibawa oleh nyamuk.

Permasalahan
1. Menignkatnya jumlah penderita demam berdarah dengue
2. Kurangnya pemahaman dan pengetahuan warga mengenai DBD
3. Belum mengerti secara menyeluruh mengenai tanda dan gejala dari
DBD.
4. kurangnya tempat pembuangan sampah umum
5. Sering kali sampan dibuang dan dibiarkan begitu saja di lingkungan
6. Sampah-sampah ini kemudian menjadi tempat perkembangbiakan
nyamuk aedes aegypti yang menjadi vektor penularan satu-satunya dari
demam dengue. Akibatnya adalah hingga saat ini selalu terjadi lonjakan
kasus dengue setiap tahunnya.
Intervensi dilakukan dalam metode penyuluhan, Untuk memberikan
pengertian mengenai DBD salah satunya dengan cara penyuluhan DBD. Materi
penyuluhan berisi tentang definisi DBD, gejala dan tanda DBD, penyembuhan
dan pencegahan DBD. Penyuluhan dibeikan secara langsung. Kegiatan
penyuluhan disertai dengan sesi tanya jawab.

12
Pelaksanaan
Tempat : kantor lurah legok
Waktu : 10.00-selesai Tgl 21 Juli 2021
Peserta : masyarakat legok

Monitoring dan Evaluasi


Diharapkan Rata-rata peserta vaksinasi sudah mengerti mengenai DBD
namun belum mengerti benar perihal 3M plus. Rata-rata dari peserta vaksinasi
langsung memilih untuk di fogging jika terjadi DBD. Hal ini harus diluruskan
dikarenakan fogging bukan hal pertama yang harus dilakukan unntuk mencegah
DBD namun dengan cara 3 M plus.

F3
UPAYA KESEHATAN IBU DAN ANAK (KIA) SERT KELUARGA
BERENCANA (KB)
1. Edukasi Pelayanan Antenatal Care di Puskesmas Putri Ayu

Latar Belakang
Antenatal Care atau asuhan prenatal ialah pemeriksaan kehamilan yang
dilakukan oleh dokter atau bidan untuk mengoptimalkan kesehatan mental dan
fisik pada ibu hamil sehingga mampu menghadapi persalinan, masa nifas,
persiapan memberikan ASI dan kembalinya Kesehatan reproduksi secara wajar.
Salah satu tujuan lain dari dilakukannya pemeriksaan Kesehatan kehamilan
secara rutin ialah untuk mendeteksi secara dini adanya ketidaknormalan atau
komplikasi yang mungkin terjadi selama ibu hamil, termasuk riwayat penyakit
secara umum, riwayat kebidanan dan riwayat pembedahan. Jadwal pemeriksaan
Antenatal Care menurut Depkes ialah sebanyak 4 kali. Kunjungan pertama ialah
sebanyak 1 kali pada trimester 1 sebelum minggu ke 16. Kunjungan kedua pada
trimester 2 di antara minggu ke-24 sampai dengan ke-28. Kunjungan ke-3 dan
ke-4 dilakukan pada trimester 3 antara minggu ke -30 sampai dengan ke-32 dan
antara minggu ke-36 sampai dengan minggu ke-38. Adapun pemeriksaan yang
dilakukan antara lain menimbang berat badan dan tinggi badan ibu hamil,
melakukan pemeriksaan tekanan darah, pemeriksaan tinggi fundus uteri,

13
skrining status imunisasi dan pemberian imunisasi TT (tetanus toksoid),
pemberian tablet zat besi, tetapkan status gizi, tes laboratorium, menentukan
presentasi janin dan denyut jantung janin, penatalaksanaan kasus serta temu
wicara persiapan dalam merencanakan kelahiran atau rujukan jika diperlukan.

Permasalahan
Diperlukan asuhan prenatal bagi ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Putri
Ayu
Perencanaaan Dan Pemilihan Intervensi
Menyiapakan alat-alat yang akan digunakan untuk pemeriksaan antenatal
care
Pelaksanaan
Tempat : Di Poli KIA Puskesmas Putri Ayu
Waktu : 31 Agustus 2021 pada jam pelayanan
Peserta : Ibu hamil yang Melakukan ANC
sejumlah 4 ibu hamil datang memeriksakan kehamilannya. Dari hasil
pemeriksaan, didapatkan 1 ibu hamil memiliki pre-eklamsia berat pada usia
kehamilan 40 minggu, ibu kemudian dikonsultasikan ke spesialis obgyn untuk
dilakukan pemantauan lebih lanjut. Sebanyak tiga ibu hamil lainnya tidak
mengalami komplikasi atau keluhan apapun dan baik ibu maupun janin
dinyatakan sehat sehingga dianjurkan untuk kembali kontrol memeriksakan
kehamilannya sesuai jadwal dan diberikan tablet zat besi.

Monitoring Dan Evaluasi


Ibu hamil datang kembali untuk kontrol pemeriksaan kehamilan sesuai jadwal
yang telah ditetapkan.
2. Edukasi tentang Pelayanan Keluarga Berencana di Poli KB

Latar Belakang
Keluarga berencana atau KB adalah sebuah usaha untuk mengukur jumlah anak
dan jarak kelahiran anak yang diinginkan. Program KB yang dijalankan oleh
pemerintah melalui organisasi BKKBN adalah salah satu upaya yang dilakukan
untuk membentuk keluarga kecil yang sesuai dengan kemampuan sosial
ekonomi dari satu keluarga dengan cara mengatur kelahiran anak agar
tercapainya sebuah
keluarga bahagia dan sejahtera, dan kebutuhan hidupnya terpenuhi. Program
KB melingkupi keluarga berencana, kesehatan reproduksi remaja, ketahanan
dan pemberdayaan keluarga, penguatan pelembagaan keluarga kecil berkualitas,
keserasian kebijakan kependudukan, pengelolaan sumber daya manusia dan
penyelenggaraan pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan.

14
Salah satu kegiatan yang dilakukan oleh puskesmas Cigudeg dalam
mendukung program tersebut ialah dengan dibukanya poli Keluarga Berencana
yang melayani wanita-wanita usia subur yang ingin menggunakan alat
kontrasepsi. Kontrasepsi merupakan usaha untuk mencegah terjadinya
pembuahan sehingga mencegah kehamilan. Usaha-usaha tersebut dapat bersifat
sementara atau permanen.Jenis-jenis alat kontrasepsi yang dilayankan di poli
ini, salah satunya ialah kontrasepsi hormonal seperti implan, pil KB dan
kontrasepsi hormonal injeksi.

Permasalahan
Kemampuan masyarakat sekitar akan sosial dan ekonomi cenderung rendah,
dapat mengakibatkanya kurangnya kesejahteraan keluarga apabila jumlah dan
jarak kelahiran anak tidak disesuaikan.
Perencanaaan Dan Pemilihan Intervensi
Pelayanan edukasi dan pemberian alat kontrasepsi kepada wanita usia subur
yang ingin mengikuti program KB.
Pelaksanaan
Tempat : Di Poli KIA Puskesmas Putri Ayu
Waktu : 10 September 2021
Peserta : Pengunjung Poli KB
Memberikan edukasi dan pemberian alat kontrasepsi kepada wanita usia
subur, diantaranya adalah pil KB dan KB Suntik setiap 3 bulan sekali.

Monitoring Dan Evaluasi


Kartu kontrol KB, memuat nama, jenis alat kontrasepsi ,TTV, tanggal tindakan
dan tanggal kontrol kembali.
3. Edukasi Pemberian ASI Ekslusif

Latar Belakang
ASI Eksklusif adalah pemberian ASI saja selama enam bulan pertama
tanpa minuman atau makanan tambahan lain. Setelah 6 bulan, pemberian ASI
dengan makanan pendamping ASI, lalu ASI dilanjutkan sampai dengan dua
tahun atau lebih. Asi memiliki manfaat yang banyak sekali untuk kekebalan
tubuh pada anak.
Menurut WHO, cara pemberian makanan pada bayi dan anak yang baik
dan benar adalah menyusui bayi secara eksklusif sejak lahir sampai usia0 -6
bulan dan meneruskan menyusui anak sampai usia 2 tahun. Mulai usia 6 bulan,
bayi mendapat makanan pendamping ASI yang bergizi sesuai dengan
kebutuhan tumbuhkembangnya.
Salah satu penyebab utama dari gizi buruk yang terjadi pada bayi adalah

15
kurangnya asupan nutrisi. Nutrisi yang lengkap untuk bayi berusia 0 - 6 bulan
dapat diperoleh dari ASI. Sehingga bayi sebaiknya diberikan ASI eksklusif.

Permasalahan
 ada beberapa anak yang diberikan tambahan susu formula sebelum usia 6
Bulan,
 beberapa penyebabnya yaitu kurangnya ASI ibu atau ASI tidak memancar
dengan lancar, dan anak yang minumny abanyak sehingga ditambhkan
susu formula, dari semua ibu, hampir semua ibu mengerti dan tau
mengenai ASI ekslusif.

Perencanaaan Dan Pemilihan Intervensi


 Menyiapakan alat-alat yang akan digunakan untuk memeriksa berupa
timbangan, midline, pengukur tinggi badan , buku catatan dan alat tulis,
jika diperlukan stetoskop dari bidan atau petugas puskesmas.
 Menyiapkan materi mengenai ASI Ekslusif.

Pelaksanaan
Tempat : Di Poli KIA Puskesmas Putri Ayu
Waktu : 2 september 2021 pada jam pelayanan
Peserta : Ibu hamil yang Melakukan ANC
perlaksanaan berjalan dengan baik, hasil dari pengukuran BB, TB, LILA rata-
rata hasilnya mencapai garis hijau atau melewati garis hijau. Ibu-bu antusias
menengarkan Penyuluhan mengenai ASI Ekslusif, ada beberapa yang bertanya
diluar ASI ekslusif

Monitoring Dan Evaluasi


lebih menegaskan mengenai pentingnya ASI Ekslusif. Memberikan semangat
dan selalu memberikan pengertian betapa pentingnya anak mengikuti
posyandu..

4. Edukasi mengenai ibu hamil dengan Resiko Tinggi Pre-eklamsia dan


Eklamsia

Latar Belakang
Preeklamsia adalah sebuah kondisi yang dapat terjadi setelah kehamilan
20 minggu. Kriteria minimum preeklamsia adalah ditemukannya hipertensi
serta proteinuria. Hipertensi dalam kehamilan ditemukan pada 10% ibu hamil di
seluruh dunia, termasuk di dalamnya preeklamsia dan eklamsia, hipertensi
gestasional, dan hipertensi kronis. Preeklamsia dapat menimbulkan masalah

16
saat kehamilan dan pasca persalinan. Masalah yang timbul saat kehamilan dapat
menimbulkan gangguan kardiovaskuler, paru, ginjal, darah, mata, hepar, hingga
menyebabkan kematian. Masalah yang dapat timbul pada ibu setelah kehamilan
dengan preeklamsia juga berbahaya, seperti penyakit kardiometabolik (seperti
hipertensi, penyakit jantung iskemik, stroke, dan tromboemboli vena).
Terminasi kehamilan yang harus dilakukan pada ibu hamil dengan preeklamsia
menyebabkan bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) akibat persalinan
prematur. Hal tersebut akan menyebabkan pertumbuhan bayi terhambat. Ibu
hamil yang mengalami komplikasi kehamilan diperkirakan sebanyak 8 juta
wanita per tahun di seluruh dunia. Sebagian diantaranya yaitu lebih dari
setengah juta ibu hamil meninggal dunia. Sebanyak 99% kematian ibu hamil
berasal dari negara-negara berkembang. Target Millenium Development Goals
(MDGs) untuk tahun 2015 perihal Angka Kematian Ibu (AKI) adalah 102 per
100.000 kelahiran hidup, sedangkan AKI di Indonesia adalah yang tertinggi di
Asia Tenggara, yaitu 359 per 100.000 kelahiran hidup. Keadaan tersebut
menyebabkan tidak tercapainya target yang telah ditetapkan, yang kemungkinan
dikarenakan meningkatnya jumlah penduduk dan jumlah kehamilan berisiko.
Menurut World Health Organization (WHO), penyebab kematian ibu
terbanyak di dunia adalah perdarahan, sekitar 30% dari total jumlah kematian
ibu. Dilanjutkan dengan hipertensi dalam kehamilan, yaitu sebesar 25% dari
total jumlah kematian ibu yang kemudian diikuti oleh infeksi yang menempati
12% dari total jumlah kematian ibu. Kasus preeklamsia, yang banyak
menyebabkan kematian ibu, tercatat 7 kali lebih tinggi terjadi di negara-negara
berkembang dibandingkan dengan negara-negara maju. Sekitar 1 per 10
kematian ibu di Asia dan Afrika berhubungan dengan adanya hipertensi dalam
kehamilan. Insidens preeklamsia di Indonesia berkisar antara 3 – 10%.
Diantaranya yang menyebabkan kematian ibu adalah sebanyak 39,5% pada
tahun 2001 dan 55,56% pada tahun 2002. Pada tahun 2019 di wilayah kerja
Puskesmas Cigudeg tercatat sebanyak 4 ibu mengalami pre-eklamsia, 54 ibu
mengalami Pre-eklamsia Berat dan 7 ibu mengalami Eklamsia. Hal tersebut
menjadi perhatian mengingat tingginya risiko bagi ibu dan janin. Diharapkan
dengan terdeteksinya ibu dengan risiko tinggi pre-eklamsia dan eklamsia dapat
memberikan tatalaksana sejak dini sehingga ibu dan janin selamat dalam proses
kehamilan dan persalinan.

Permasalahan
Tinginya kasus hipertensi pada ibu hamil di wilayah kerja puskesmas
putri ayu dan kurang pengetahuan ibu hamil dengan resiko tinggi apa saja yang
dapat tejadi pada kehamilan

17
Perencanaaan Dan Pemilihan Intervensi
 Skrining Faktor Risiko dan Pengukuran tekanan darah secara rutin bagi ibu
hamil yang berkunjung memeriksakan kehamilannya di Puskesmas putri
ayu
 Melakukan pemeriksaan laboratorium protein dalam urin bagi ibu hamil
yang terdeteksi memiliki tekanan darah diatas nilai normal.

Pelaksanaan
Tempat : Di Poli KIA Puskesmas Putri Ayu
Waktu : 2 september 2021
Peserta : Ibu hamil yang datang ke Poli KIA

Monitoring Dan Evaluasi


Kontrol ibu yang memiliki faktor risiko dan yang terdeteksi mengalami pre-
eklamsia ringan secara rutin dengan memantau tekanan darah dan proteinuria.
5. Edukasi status gizi pada ibu hamil

Latar Belakang
Masalah gizi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang perlu
dilakukan penanganan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan.
Untuk mengatasi masalah gizi diperlukan pengetahuan dan keterampilan yang
cukup bagi ahli gizi dalam pelayanan gizi untuk masyarakat.
Peningkatan gizi di masyarakat memerlukan kebijakan dari setiap anggota
masyarakat untuk memperoleh makanan dalam jumlah yang cukup dan terjamin
mutunya. Ibu hamil merupakan salah satu kelompok yang rawan akan masalah
masalah gizi.
Status gizi ibu hamil merupakan salah satu indikator dalam mengukur status
gizi masyarakat. Jika status gizi ibu hamil kurang maka akan terjadi ketidak
seimbangan zat gizi yang dapat menyebabkan masalah gizi pada ibu hamil
seperti Kurang Energi Kronis (KEK) dan anemia (Moehji,2003)

Permasalahan
masih banyaknya ibu hamil yang mengalami kurang gizi pada masa
kehamilan.

Perencanaaan Dan Pemilihan Intervensi


menyiapakn penyuluhan pentingnya gizi pada masa kehamilan

Pelaksanaan
Tempat : Di Poli KIA Puskesmas Putri Ayu

18
Waktu : 5 Agustus 2021
Peserta : Ibu hamil yang datang ke Poli KIA
pemaparan presentasi pentingnya gizi pada masa kehamilan dan dilannjutkan
dengan tanya jawab.

Monitoring Dan Evaluasi


hampir keseluruhan ibu hamil sudah mengerti mengenai gizi yang baik untuk
asa kehamilan.

19
F4
UPAYA PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT
1. Penyuluhan Pemberian ASI Eksklusif dan Tahapan Pemberian
Makanan Pendamping ASI

 Latar Belakang
Gizi pada balita dipengaruhi oleh faktor social ekonomi dan latar
belakang sosial budaya yang berhubungan dengan pola makan dan nutrisi.
Nutrisi yang tidak adekuat dalam lima tahun pertama kehidupan berakibat pada
gangguan pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental dan otak yang bersifat
irreversible. Ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi adalah status gizi.
Status gizi balita mencerminkan tingkat perkembangan dan kesejahteraan
masyarakat dalam suatu negara serta berhubungan dengan status kesehatan anak
di masa depan (Bhandari, et al., 2013)
Menurut WHO (2012) jumlah penderita gizi kurang di dunia mencapai
104 juta anak dan keadaan gizi kurang masih menjadi penyebab sepertiga dari
seluruh penyebab kematian anak di seluruh dunia. Asia Selatan merupakan
wilayah dengan prevalensi gizi kurang terbesar di dunia, yaitu sebesar 46%
kemudian wilayah sub-Sahara Afrika 28%, Amerika Latin 7% dan yang paling
rendah terdapat di Eropa Tengah, Timur, dan Commonwealth of Independent
States (CEE/CIS) sebesar 5% (Sigit, 2012).

 Permasalahan
Masih banyak orang tua yang tidak memperhatikan gizi anaknya karena
dipengaruhi oleh status pekerjaan keluarga, tingkat pendapatan keluarga,
tingkat pengetahuan ibu tentang gizi dan pemberian ASI eksklusif terhadap
status gizi balita,

Perencanaan dan Pemilihan Intervensi


Menggunakan metode penyuluhan untuk penyampaian materi mengenai
gizi pada balita, pemberian ASI Eksklusif serta tahapan pemberian makanan
pendamping ASI hingga anak berusia 2 tahun, dan memotivasi ibu untuk
memberikan nutrisi pada anaknya yang dilaksanakan didepan poli Imunisasi
anak sambil menunggu giliran.

 Pelaksanaan
Tempat : Ruang Imunisasi puskesmas Putri Ayu
Hari, tanggal : Kamis, 16 Agustus 2021
Waktu : Pukul 12.00 – Selesai WIB
Peserta : Semua Balita yang datang di Puskesmas Putri Ayu untuk

20
imunisasi
Monitoring dan Evaluasi
Dengan adanya penyuluhan yang dilakukan, diharapkan pengetahuan
masyarakat akan meningkat mengenai gizi seimbang untuk bayi dan anak.

2. Penyuluhan Tentang Mencegah Dislipidemia dengan Mengatur Pola


Makan

Latar belakang
menurut data yang dihimpun oleh Badan Kesehatan Dunia atau World
Health Organisation (WHO) pada tahun 2018, sebanyak 37 % laki-laki dan 40
% perempuan di dunia memiliki kadar kolesterol yang tidak normal. Sebanyak
2,6 juta penduduk di antaranya meninggal dunia. Berdasarkan penelitian yang
telah dilakukan oleh Badan Riset Kesehatan Dasar Nasional (Riskesdas) tahun
2013, sebanyak 35,5 % penduduk yang berusia diatas atau sama dengan 15
tahun terdeteksi memiliki kadar kolesterol diatas nilai normal, yang menurut
NCEP ATP III, yaitu kolesterol total > 200 mg/dL. Hanya sejumlah 31,3 %
penduduk yang memiliki hiperkolesterolemia tersebut yang menjalankan
pengobatan hingga mencapai target terapi. Padahal, menurut The CEPHEUS
Pan-Asian Survey tahun 2011, dislipidemia turut mengambil peran dalam
perjalanan penyakit aterosklerosis yang dapat bermanifestasi dalam penyakit
jantung coroner (PJK) dan Stroke. Kedua penyakit tersebut merupakan dua
penyakit yang paling banyak menimbulkan kematian.
Dislipidemia juga merupakan salah satu faktor risiko utama dalam
penyakit Hipertensi. Dicantumkan dalam laporan yang dibuat oleh Riskesdas
2018, jumlah penduduk berusia ≥ 18 tahun yang terdiagnosis memiliki tekanan
darah tinggi atau hipertensi ialah sebanyak 8,8 %. Dimana dalam data tersebut,
provinsi Jawa Barat menempati posisi ke-8 dari 35 provinsi. Tercantum dalam
Resume Profil Kesehatan Kabupaten Bogor pada tahun 2015, Kecamatan
Cigudeg memiliki jumlah penduduk 23,417 penduduk. Hanya sebanyak 189
orang dari total jumlah penduduk yang dilakukan pengukuran tekanan darah,
yaitu sebesar 0,81 % dari total jumlah penduduk.
Kadar kolesterol yang tinggi atau dislipidemia merupakan salah satu
penyakit tidak menular yang dapat dicegah. Upaya pencegahan dari penyakit
tersebut salah satunya ialah menjaga kebiasaan atau pola hidup yang baik,
terutama dalam mengatur pola makan. Dengan mengurangi makanan yang
berlemak dan melakukan aktivitas fisik secara rutin maka akan berdampak pula
pada kadar kolesterol dalam darah. Oleh karena itu perlu dilakukan penyuluhan
mengenai pola makan yang baik untuk mencegah dislipidemia

21
Permasalahan
 Banyaknya masyarakat di wilayah kerja Puskesmas putri ayu yang
berkunjung memiliki tekanan darah tinggi dan tidak sedikit pula yang
setelah dilakukan pemeriksaan laboratorium dan ternyata memiliki kadar
kolesterol yang abnormal.
 Kebiasan atau pola makan masyarakat yang banyak mengonsumsi lemak
dan gorengan akibat ketidaktahuan akan faktor risiko terjadinya dislipidemia
yang diakibatkan oleh pola makan yang salah.

Perencanaan dan Pemilihan Intervensi


Melakukan penyuluhan mengenai dislipidemia dan cara mencegahnya
dengan mengubah pola makan dan melakukan aktivitas fisik secara teratur..

Pelaksanaan
Tempat : Ruang tunggu pasien lantai 2 puskesmas Putri Ayu
Hari, tanggal :senin, 2 Agustus 2021
Waktu : Pukul 10.00 – Selesai WIB
Peserta : Pengunjung Puskesmas Putri Ayu

Monitoring dan Evaluasi


Masyarakat memahami dan menerapkan pola makan yang sehat untuk
mencegah dislipidemia, khususnya bagi pasien-pasien yang sudah memiliki
riwayat dislupidemia, agar kadar kolesterol dalam darah dan tekanan
darahnya terkontrol.

22
3. Edukasi Mengenai Pola Makan pada Lansia yang memiliki Riwayat
Diabetes Mellitus

Latar Belakang
Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit tidak menular yang
dapat ditimbulkan akibat pola gaya hidup atau perilaku yang tidak sehat.
Adapun faktor risiko yang dapat memberikan pengaruh akan timbulnya diabetes
mellitus ialah kebiasan makan makanan manis dan minuman manis, banyak
mengonsumsi karbohidrat yang melebihi anjuran, kurangnya konsumsi serat
dari sayur atau buah-buahan dan kurangnya aktifitas fisik.
Banyak dari lansia yang datang kurang mengerti dan menyadari apabila
penyakit tersebut dapat diakibatkan oleh factor makanan yang sebenarnya
mudah untuk dimodifikasi. Untuk mencegah timbulnya diabetes mellitus
ataupun untuk mengontrolnya dan mencegah agar kadar gula dalam darah tidak
semakin meningkat maka diperlukan penyampaian informasi berupa edukasi
dan penyuluhan mengenai cara-cara mencegah dan mengotrol diabetes mellitus.

Permasalahan:
 Banyak lansia di Puskesmas Putri ayu yang memiliki riwayat dan terdeteksi
memiliki diabetes mellitus tipe 2.
 Banyak dari lansia tersebut yang kurang memahami cara-cara untuk
mencegah dan mengontrol gula darah, terutama dalam pengobatan non-
medikamentosa.

Perencanaan dan Pemilihan Intervensi


Edukasi dan penyuluhan kepada setiap lansia yang memiliki riwayat atau
yang baru terdiagnosa memiliki diabetes mellitus tipe 2 akan pola hidup yang
sehat dengan mengatur pola makan dan melakukan aktifitas fisik secara
teratur.

Pelaksanaan
Tempat : Ruang tunggu pasien lantai 1 Putri Ayu
Hari, tanggal : Kamis, 13 Agustus 2021
Waktu : Pukul 08.00 – Selesai WIB
Peserta : pengunjung puskesmas

Monitoring dan Evaluasi


Lansia dengan diabetes mellitus tipe 2 memahami dan mulai mengubah
kebiasaannya terutama dalam hal pola makan dan aktifitas fisik.

Lansia dengan diabetes mellitus tipe 2 melakukan pemeriksaan secara rutin di

23
Puskesmas dan mengonsumsi obat secara teratur.

4. Penyuluhan Tentang Diet Lambung Pada anak Diare

Latar belakang
Diare dalam gastroenteritis adalah buang air besar (defekasi) dengan
tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja
lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 g atau 200 ml/24 jam (Ciesla 2003).
Diare dianggap sebagai mekanisme pertahanan tubuh untuk mengekskresikan
mikroorganisme keluar tubuh. Diare akut yang menimbulkan dehidrasi sedang
sampai berat. Terapi simptomatik juga diperlukan untuk menghentikan diare
atau mengurangi volume feses, karena diare dengan buang air besar berulang
kali merupakan suatu keadaan yang mengganggu aktifitas sehari hari.
Berdasarkan data Word Health Organization (WHO) ada 2 milyar kasus
diare infeksi pada orang dewasa diseluruh dunia setiap tahun. Di Amerika
Serikat, insiden kasus gastroenteritis akut mencapai 200 juta hingga 300 juta
kasus per tahun. Satu studi data mortalitas nasional melaporkan lebih dari
28.000 kematian akibat diare karena infeksi atau gastroenteritis dalam waktu 9
tahun, 51% kematian terjadi pada lanjut usia. Selain itu gastroenteritis masih
merupakan penyebab kematian anak diseluruh dunia, meskipun tatalaksana
sudah maju.

Permasalahan
Tak jarang anak-anak yang mengalami diare tidak menunjukkan gejala
sakit dan tetap aktif. Penyebab diare pada anak-anak bisa karena infeksi virus,
bakteri di saluran cerna, keracunan makanan, atau akibat alergi makanan. Dan
masih banyak orangtua yang belum tau bagaimana penanganan pertama dan
utama apabila anaknya terserang diare.

Perencanaan dan Pemilihan Intervensi


Memberikan penyuluhan serta edukasi mengenai asupan makanan yang
harus diperhatikan saat anak mengalami diare.

Pelaksanaan
Tempat : Ruang Imunisasi puskesmas Putri Ayu
Hari, tanggal :senin, 23 Agustus 2021
Waktu : Pukul 12.00 – Selesai WIB
Peserta : Semua Balita yang datang di Puskesmas Putri Ayu

Monitoring dan Evaluasi

24
Kegiatan berjalan lancar namun kurang kondusif, dikarenakan beberapa
orangtua lebih fokus untuk mengurus anaknya. Dengan adanya penyuluhan
yang dilakukan, diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan orangtua
tentang pemberian asupan makanan pada diare anak.
5. Penyuluhan Tentang Gizi Pada Ibu yang menyusui dipuskesmas Putri
Ayu

Latar Belakang
Untuk mengatasi masalah gizi diperlukan pengetahuan dan keterampilan
yang cukup bagi ahli gizi dalam pelayanan gizi untuk masyarakat.
Peningkatan gizi di masyarakat memerlukan kebijakan dari setiap anggota
masyarakat untuk memperoleh makanan dalam jumlah yang cukup dan terjamin
mutunya. Ibu hamil merupakan salah satu kelompok yang rawan akan
masalahmasalah gizi.
Status gizi ibu hamil merupakan salah satu indikator dalam mengukur
status gizi masyarakat. Jika status gizi ibu hamil kurang maka akan terjadi
ketidak seimbangan zat gizi yang dapat menyebabkan masalah gizi pada ibu
hamil seperti Kurang Energi Kronis (KEK) dan anemia (Moehji,2003)

Permasalahan:
Masih banyaknya ibu hamil yang mengalami kurang gizi pada masa
kehamilan.

Perencanaan dan Pemilihan Intervensi


 Memberikan penyuluhan serta edukasi mengenai factor-faktor yang
mempengaruhi Gizi pada ibu hamil dan bagaimana cara mengatasinya.
 menyiapakn penyuluhan pentingnya gizi pada masa kehamilan

Pelaksanaan
Tempat : Ruang Imunisasi puskesmas Putri Ayu
Hari, tanggal : Kamis, 5 Agustus 2021
Waktu : Pukul 12.00 – Selesai WIB
Peserta : orangtua beserta balita/anak yang datang di Puskesmas
Putri Ayu untuk imunisasi.

Monitoring dan Evaluasi


pemaparan presentasi pentingnya gizi pada masa kehamilan dan
dilannjutkan dengan tanya jawab.

F5

25
PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR
DAN TIDAK MENULAR
1. Skrining Preeklamsia pada ibu Hamil di Puskesmas Putri Ayu

Latar Belakang
Preeklamsia adalah sebuah kondisi yang dapat terjadi setelah kehamilan
20 minggu. Kriteria minimum preeklamsia adalah ditemukannya hipertensi
serta proteinuria. Hipertensi dalam kehamilan ditemukan pada 10% ibu hamil di
seluruh dunia, termasuk di dalamnya preeklamsia dan eklamsia, hipertensi
gestasional, dan hipertensi kronis. Preeklamsia dapat menimbulkan masalah
saat kehamilan dan pasca persalinan. Masalah yang timbul saat kehamilan dapat
menimbulkan gangguan kardiovaskuler, paru, ginjal, darah, mata, hepar, hingga
menyebabkan kematian. Masalah yang dapat timbul pada ibu setelah kehamilan
dengan preeklamsia juga berbahaya, seperti penyakit kardiometabolik (seperti
hipertensi, penyakit jantung iskemik, stroke, dan tromboemboli vena).
Terminasi kehamilan yang harus dilakukan pada ibu hamil dengan
preeklamsia menyebabkan bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) akibat
persalinan prematur. Hal tersebut akan menyebabkan pertumbuhan bayi
terhambat. Ibu hamil yang mengalami komplikasi kehamilan diperkirakan
sebanyak 8 juta wanita per tahun di seluruh dunia. Sebagian diantaranya yaitu
lebih dari setengah juta ibu hamil meninggal dunia. Sebanyak 99% kematian
ibu hamil berasal dari negara-negara berkembang. Target Millenium
Development Goals (MDGs) untuk tahun 2015 perihal Angka Kematian Ibu
(AKI) adalah 102 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan AKI di Indonesia
adalah yang tertinggi di Asia Tenggara, yaitu 359 per 100.000 kelahiran hidup.
Keadaan tersebut menyebabkan tidak tercapainya target yang telah ditetapkan,
yang kemungkinan dikarenakan meningkatnya jumlah penduduk dan jumlah
kehamilan berisiko.
Menurut World Health Organization (WHO), penyebab kematian ibu
terbanyak di dunia adalah perdarahan, sekitar 30% dari total jumlah kematian
ibu. Dilanjutkan dengan hipertensi dalam kehamilan, yaitu sebesar 25% dari
total jumlah kematian ibu yang kemudian diikuti oleh infeksi yang menempati
12% dari total jumlah kematian ibu. Kasus preeklamsia, yang banyak
menyebabkan kematian ibu, tercatat 7 kali lebih tinggi terjadi di negara-negara
berkembang dibandingkan dengan negara-negara maju. Sekitar 1 per 10
kematian ibu di Asia dan Afrika berhubungan dengan adanya hipertensi dalam
kehamilan.

Permasalahan
Tingginya jumlah pasien hipertensi pada kehamilan di wilayah kerja

26
puskesmas putri ayu
Perencanaan Dan Pemilihan Intervensi
 Skrining Faktor Risiko dan Pengukuran tekanan darah secara rutin bagi
ibu hamil yang berkunjung memeriksakan kehamilannya di Puskesmas
Cigudeg
 Melakukan pemeriksaan laboratorium protein dalam urin bagi ibu hamil
yang terdeteksi memiliki tekanan darah diatas nilai normal.

Pelaksanaan
Tempat : Poli KIA Puskesmas Putri Ayu
Hari, tanggal : Kamis, 6 September 2021
Waktu : Pukul 12.00 – Selesai WIB
Peserta : ibu hamil yang berkunjung ke Poli KIA

Monitoring Dan Evaluasi


ontrol ibu yang memiliki faktor risiko dan yang terdeteksi mengalami
pre-eklamsia ringan secara rutin dengan memantau tekanan darah dan
proteinuria.
2. Edukasi dan Pemberian Vaksin Covid 19 Di Kelurahan Legok

Latar Belakang
Vaksinasi COVID-19 bertujuan untuk mengurangi transmisi/penularan
COVID-19, menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat COVID-19,
mencapai kekebalan kelompok di masyarakat (herd immunity) dan melindungi
masyarakat dari COVID-19 agar tetap produktif secara sosial dan ekonomi.
Kekebalan kelompok hanya dapat terbentuk apabila cakupan vaksinasi tinggi
dan merata di seluruh wilayah. Upaya pencegahan melalui pemberian program
vaksinasi jika dinilai dari sisi ekonomi, akan jauh lebih hemat biaya, apabila
dibandingkan dengan upaya pengobatan. Pelayanan vaksinasi COVID-19
dilaksanakan dengan tetap menerapkan protokol kesehatan yaitu dengan
menerapkan upaya Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) dan menjaga
jarak aman 1 – 2 meter, sesuai dengan Petunjuk Teknis Pelayanan Vaksinasi
Pada Masa Pandemi COVID-19. Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dan puskesmas harus melakukan advokasi kepada pemangku
kebijakan setempat, serta berkoordinasi dengan lintas program, dan lintas sektor
terkait, termasuk organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan, organisasi
keagamaan, tokoh masyarakat dan seluruh komponen masyarakat dalam
pelaksanaan kegiatan pelayanan vaksinasi COVID-19.

27
Permasalahan
Tingkat kerentanan masyarakat semakin meningkat yang disebabkan
kurangnya kesadaran masyarakat terhadap penerapan protokol kesehatan seperti
memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak minimal 1 – 2 meter.
Tanpa intervensi kesehatan masyarakat yang cepat dan tepat, diperkirakan
sebanyak 2,5 juta kasus COVID-19 akan memerlukan perawatan di rumah sakit
di Indonesia dengan angka kematian yang diperkirakan mencapai 250.000
kematian.

Perencanaan & Pemilihan Intervensi


Pasien yang datang diharapkan membawa kartu identitas diri berupa
KTP, kemudian mendaftarkan diri di meja 1 (registrasi dan verifikasi). Pasien
lalu ke meja 2 (screening) untuk diketahui suhu dan tekanan darah, serta sesi
konsultasi mengenai keluhan/penyakit yang pernah atau sedang dialami pasien,
serta pengobatan yang sedang dijalani. Apabila tidak terdapat kontraindikasi
untuk vaksinasi, pasien dipersilahkan ke meja 3. Namun apabila ada
kontraindikasi, vaksinasi dapat ditunda/dibatalkan. Di meja 3 dilakukan
penyuntikan vaksin Sinovac 0,5ml di lengan kiri/kanan (tergantung), lalu pasien
menunggu 30 menit.Setelah 30 menit apabila tidak ada keluhan, pasien akan
dipanggil di meja 4 guna memberikan bukti dan kartu vaksinasi covid 19.

Pelaksanaan
Tempat: kantor lurah legok
Waktu : 08.00-selesai 11 agustus 2021
Peserta: masayarakat legok

Monitoring Dan Evaluasi


Vaksinasi berjalan dengan lancar, tidak terdapat KIPI setelah
vaksinasi.Terdapat beberapa pasien yang ditunda karena memiliki tekanan
darah yang tinggi sehingga dianjurkan untuk konsultasi ke dokter terlebih
dahulu.
3. Skrining covid-19 dengan Swab Antigen di Kelurahan Murni

Latar Belakang
Penyebaran penyakit COVID 19 di dunia meningkat sangat cepat,
sehingga oleh WHO dinyatakan sebagai suatu pandemic global. Pemeriksaan
laboratorium memegang perana penting untuk menentukan status seseorang
terkait dengan infeksi COVID 19. Saat ini tes standar untuk deteksi SARS-
CoV-2 adalah SARS-CoV-2 real time reverse transcription quantification
polymerase chain reaction (RT-PCR) menggunakan sampel bahan swab

28
nasofaring atau orofaring, sputum atau cairan bilas bronkial (bronkial lavage).
Penggunaan RT-PCR memerlukan protokol standar antara lain ribo nucleid acid
(RNA) harus diekstraksi dan adanya virus RNA dikonfirmasi dengan RT-PCR.

Permasalahan
Terkait dengan banyaknya pasien yang menderita covid 19 di
lingkungan kerja Puskesmas Putri Ayu, maka dilakukan swab RT-PCR guna
menegakkan diagnosis pasti COVID 19.

Perencanaan Dan Pemilihan Intervensi


 Pasien yang datang ke Puskesmas Pelita diharapkan membawa identitas
diri.
 Setelah mendapat antrian, maka dipersilahkan mengantri untuk dilakukan
swab RT-PCR.
 Setelah itu pasien boleh dipersilahkan untuk kembali ke rumah masing-
masing.
 Hasil akan diberitahukan poleh pihak tracing puskesmas.

Pelaksanaan
Tempat : Balai kesehatan
Waktu : 3 Agustus 2021, 08.00 WIB - selesai
Sasaran : masyarakat kelurahan murni

Monitoring Dan Evaluasi


 Kegiatan swab berjalan dengan baik, semua sesuai prokotol kesehatan
yang telah dianjurkan.
 Dari hasil swab RT-PCR tidak didapatkan warga yang positif CoV-19 di
wilayah kerja Puskesmas Putri Ayu
4. Penyuluhan tentang Imunisasi Lengkap Di Puskesmas Putri Ayu

Latar Belakang
Imunisasi dalam sistem kesehatan nasional adalah salah satu bentuk
intervensi kesehatan yang sangat efektif dalam upaya menurunkan angka
kematian bayi dan balita. Dasar utama pelayanan kesehatan, bidang preventif
merupakan prioritas utama, dengan melakukan imunisasi terhadap seorang anak
atau balita, tidak hanya memberikan perlindungan pada anak lainnya, karena
terjadi tingkat imunitas umum yang meningkat dan mengurangi penyebaran
infeksi. Di negara berpenghasilan rendah hingga menengah terjadi peningkatan
cakupan imunisasi dasar selama 3 dekade terakhir, namun persentase anak
melaksanakan jadwal imunisasi yang disarankan masih dibawah target yang

29
diharapkan. Sehingga peran pengetahuan tentang imunisasi sangat penting
untuk ibu, terutama ibu yang baru saja melahirkan bayinya.

Permasalahan
Banyak ibu yang membawa anaknya untuk imunisasi namun masih
tidak memahami jenis dan kegunaan dari setiap vaksin yang diberikan.

Perencanaan Dan Pemilihan Intervensi


- Melakukan Pendataan bayi dan balita, mengisi buku KIA
- Melakukan skrinning berupa mengidentifikasi usia bayi, vaksin yang
telah diterima bayi, adanya riwayat kejang demam, kontraindikasi
terhadap imunisasi
- mempersiapkan vaksin yang dibutuhkan, melakukan tindakan aseptik,
menyuntikkan vaksin sesuai yang diterima
- Edukasi

Pelaksanaan
Tempat : ruang Imunisasi Puskesmas Putri Ayu Lantai 2
Waktu : Setiap hari Senin dan Rabu
Waktu : Pukul 11.00 – Selesai
Peserta : bayi dan balita yang telah memasuki jadwal imunisasi

- Melakukan Pendataan bayi dan balita, mengisi buku KIA


- Melakukan skrinning berupa mengidentifikasi usia bayi, vaksin yang
telah diterima bayi, adanya riwayat kejang demam, kontraindikasi
terhadap imunisasi
- Mempersiapkan vaksin yang dibutuhkan (BCG, DPT, POLIO, Campak,
dan DPT Booster), melakukan tindakan aseptik, menyuntikkan vaksin
- Edukasi

Monitoring Dan Evaluasi


- Kegiatan berjalan dengan lancar dan kondusif

5. Edukasi tentang penyakit COVID-19 dan Protokol Kesehatan

Latar belakang
COVID-19 merupakan sebuat penyakit yang disebabkan oleh novel
coronavirus yang pertama kali diidentifikasi di Wuhan, China pada akhir tahun
2019. Virus tersebut berhubungan dengan family virus yang sama dengan virus
yang menyebabkan penyakit SARS (Severe Acute Respiratory Virus). Virus ini
ditransmisikan melalui kontak langsung dengan droplet saluran pernapasan dari

30
orang yang terinfeksi. Droplet-droplet itu diproduksikan ketika seorang yang
terjangkit batuk, bersin, atau berbicara dan ketika seseorang menyentuh
permukaan benda yang telah terkontaminasi oleh virus tersebut. Novel
coronavirus ini dapat bertahan pada permukaan benda selama berjam-jam.

Adapun gejala dari COVID-19 ialah demam, batuk, sesak napas. Pada kasus-
kasus berat, infeksi dapat menimbulkan pneumonia yang dapat berakibat fatal.
Gejala-gejala tersebut mirip dengan gejala flu biasa yang menyebabkan
kerancuan dalam identifikasi orang yang terjangkit coronavirus. Namun
belakangan ini, ditemukan banyak kasus COVID-19 yang ketika dilakukan
pemeriksaan laboratorium seperti rapid test ataupun swab PCR, dinyatakan
positif, walaupun pasien tidak menunjukkan gejala apapun. Kasus-kasus seperti
inilah yang membuat perlu ditingkatkannya kewaspadaan terhadap OTG (Orang
tanpa Gejala) yang berpotensi menularkan virus tanpa disadari.
Menurut data pada tanggal 1 Juli 2020, pembaharuan jumlah kasus baru yang
terdapat di seluruh dunia ialah 10,5 juta orang. Sedangkan di Indonesia,
ditemukan 57.790 kasus (dengan penambahan 1.293 kasus), kasus sembuh
25.595, kasus meninggal 2.934. Provinsi Jawa Barat mencatat cukup banyak
kasus COVID-19, yaitu sebanyak 3.276 kasus, kasus sembuh 1.622, kasus
meninggal 177.
Seiring berjalannya waktu, penyebaran dari COVID-19 begitu meningkat
sehingga dalam 2 minggu terakhir terdapat penambahan kasus baru hingga di
atas 1000 kasus per hari. Meskipun demikian, kebijakan pemerintah telah
perlahan-lahan mulai membuka kembali dan memberikan ijin terhadap
kegiatan-kegiatan yang sebelumnya dihindari, namun dengan batasan-batasan
tertentu. Hal itu diketahui sebagai era normal baru atau new normal. Mengingat
banyaknya jumlah kasus total dan kasus baru yang ditemukan di Indonesia,
terutama di Jawa Barat, perlu ditingkatkan kewaspadaan dan pengenalan akan
protocol Kesehatan di era normal baru yang saat ini sudah mulai digagas dan
dilaksanakan menurut kebijakan pemerintah.

Permasalahan
 Minimnya pengetahuan masyarakat sekitar akan protokol kesehatan di era
normal baru.
 Minimnya kepatuhan masyarakat untuk tertib melakukan protokol
kesehatan di era normal baru, terutama dalam penggunaan masker, cuci
tangan dan menjaga jarak fisik

Perencanaan dan Pemilihan Intervensi


 Melakukan penyuluhan mengenai definisi, dan protokol kesehatan era

31
normal baru, khususnya di tempat umum, tempat bekerja dan transportasi
umum.
 Melakukan pemeragaan pemakaian masker dengan benar, mencuci tangan
dengan benar dan ketertiban dalam menjaga jarak fisik.

Pelaksanaan
Tempat: Ruang Ruang tunggu Lantai 2 Puskesmas Putri Ayu
Waktu: 08.15 WIB – selesai Tgl 13 Juli 2021
Peserta: sasaran peserta vaksin

Monitoring dan Evaluasi


kegiatan tersebut berlangsung selama kurang lebih 15 menit. Materi yang
disampaikan ialah protokol-protokol Kesehatan di era normal baru yaitu
pemakaian masker, mencuci tangan lebih sering, serta menjaga jarak di
tempat umum, tempat bekerja dan transportasi umum. Setelah pemaparan
materi mengenai normal baru, dilaksanakan peragaan dalam pemakaian
masker dengan baik dan benar yang menutupi hidung mulut serta dagu,
serta terus mengajak pengunjung untuk selalu mengenakan masker setiap
kali pergi ke luar rumah. Setelah penyuluhan peserta senantiasa
menggunakan masker dengan benar, rutin mencuci tangan serta menjaga
jarak fisik dengan orang lain minimal 1,5 meter.

32
F6
UPAYA PENGOBATAN DASAR
1. Upaya Pengobatan Dasar Unit Gawat Darurat Puskesmas Putri
AYu

Latar Belakang
Pengobatan adalah sebuah proses ilmiah yang dilaksanakan oleh seorang
dokter berdasarkan temuan yang diperoleh melalui anamnesis dan pemeriksaan.
Pengobatan ialah membuat keputusan secara ilmuah yang dilandaskan oleh
pengetahuan dan keterampilan untuk melakukan intervensi pengobatan
sehingga dapat memberikan manfaat yang maksimal dan resiko sekecil
mungkin bagi pasien. Pengobatan yang rasional menurut World Health
Organisation (WHO) ialah pengobatan yang sesuai indikasi, tepat dosis obat,
cara, waktu pemberian, tersedia setiap saat serta harga yang terjangkau.
Puskesmas Putri Ayu melaksanakan beberapa upaya pengobatan dasar,
salah satunya ialah pengobatan kegawatdaruratan yang dilakukan di Unit Gawat
Darurat Puskesmas Putri Ayu. Dengan dilakukannya upaya pengobatan dasar di
UGD tersebut diharapkan dapat memberikan pelayanan Kesehatan serta
intervensi yang tepat dan cepat dalam menangani kasus-kasus kegawatdaruratan
yang ditemukan di wilayah kerja Puskesmas putri ayu

Permasalahan
Perlunya upaya pengobatan dasar dalam menangani kasus-kasus
kegawatdaruratan di Unit Gawat Darurat Puskesmas Putri Ayu

Perencanaan Dan Pemilihan Intervensi


Melakukan triase, anamnesis terarah, pemeriksaan fisik terarah, mengajukan
pemeriksaan laboratorium jika diperlukan dan memberikan intervensi secara
cepat dan tepat.
Pelaksanaan
Pada tangal 8 Juli 2021 dilakukan pelayanan Kesehatan atau upaya
pengobatan dasar terhadap pasien-pasien yang berkunjung ke Unit Gawat
Darurat (UGD) Puskesmas Putri Ayu. Didapatkan 3 pasien dengan diagnosa: 1
pasien dengan gastroenteritis akut dengan dehidrasi sedang, 1 pasien dengan
serangan asma akut ringan, dan 1 pasien dengan vulnus scissum. Kepada ketiga
pasien tersebut telah diberikan penatalaksanaan yang sesuai dengan diagnosis
masing-masing. Pasien dengan gastroenteritis akut dirawat inap. Dua pasien
lainnya diberikan edukasi mengenai penyakitnya, pemakaian obat, dan
penjelasan akan jadwal kontrol.

33
Monitoring Dan Evaluasi
Pasien diberikan edukasi mengenai penyakitnya dan dianjurkan kontrol
jika kaluhan tidak kunjung membaik, atau jika bertambah parah. Pasien yang
dirawat inap di Puskesmas kemudian di follow up oleh dokter umum di
Puskesmas.
2. Penanganan pada pasien Dislipidemia Di Poli Lansia

Latar Belakang
Menurut data yang dihimpun oleh Badan Kesehatan Dunia atau World
Health Organisation (WHO) pada tahun 2018, sebanyak 37 % laki-laki dan 40
% perempuan di dunia memiliki kadar kolesterol yang tidak normal. Sebanyak
2,6 juta penduduk di antaranya meninggal dunia. Berdasarkan penelitian yang
telah dilakukan oleh Badan Riset Kesehatan Dasar Nasional (Riskesdas) tahun
2013, sebanyak 35,5 % penduduk yang berusia diatas atau sama dengan 15
tahun terdeteksi memiliki kadar kolesterol diatas nilai normal, yang menurut
NCEP ATP III, yaitu kolesterol total > 200 mg/dL. Hanya sejumlah 31,3 %
penduduk yang memiliki hiperkolesterolemia tersebut yang menjalankan
pengobatan hingga mencapai target terapi. Padahal, menurut The CEPHEUS
Pan-Asian Survey tahun 2011, dislipidemia turut mengambil peran dalam
perjalanan penyakit aterosklerosis yang dapat bermanifestasi dalam penyakit
jantung coroner (PJK) dan Stroke. Kedua penyakit tersebut merupakan dua
penyakit yang paling banyak menimbulkan kematian.
Dislipidemia juga merupakan salah satu faktor risiko utama dalam
penyakit Hipertensi. Dicantumkan dalam laporan yang dibuat oleh Riskesdas
2018, jumlah penduduk berusia ≥ 18 tahun yang terdiagnosis memiliki tekanan
darah tinggi atau hipertensi ialah sebanyak 8,8 %. Dimana dalam data tersebut,
provinsi Jawa Barat menempati posisi ke-8 dari 35 provinsi.

Permasalahan
Perubahan gaya hidup tradisional ke gaya hidup modern merupakan
pemicu utama dislipidemia. Sebagian besar kasus dislipidemia mempunyai latar
belakang penyebab primer, sehingga memerlukan pengendalian kadar
kolesterol jangka panjang. Perlu komuniksi yang baik dengan penderita untuk
mencapai tujuan terapi.

Perencanaan Dan Pemilihan Intervensi


 Konsultasi medis: dokter melakukan anamnesa mendalam kepada pasien
dislipdemia
 Edukasi pasien agar dapat memahami penyakit ini, pengobatannya dan

34
pencegahan terhadap makanan yang bisa meningkatkan kadar kolesterol
Pelaksanaan
Setelah tegak diagnosis, dilakukan edukasi mengenai penyakit
komplikasi dan bagaimana cara pengendaliannya.

Monitoring Dan Evaluasi


Pasien diberikan edukasi mengenai penyakitnya dan dianjurkan kontrol
jika keluhan tidak kunjung membaik, atau jika bertambah parah.
3. Upaya Pengobatan Dasar Poli Umum Puskesmas Putri AYu

Latar Belakang
Pengobatan adalah sebuah proses ilmiah yang dilaksanakan oleh
seorang dokter berdasarkan temuan yang diperoleh melalui anamnesis dan
pemeriksaan. Pengobatan ialah membuat keputusan secara ilmuah yang
dilandaskan oleh pengetahuan dan keterampilan untuk melakukan intervensi
pengobatan sehingga dapat memberikan manfaat yang maksimal dan resiko
sekecil mungkin bagi pasien. Pengobatan yang rasional menurut World Health
Organisation (WHO) ialah pengobatan yang sesuai indikasi, tepat dosis obat,
cara, waktu pemberian, tersedia setiap saat serta harga yang terjangkau.
Puskesmas Putri Ayu melaksanakan beberapa upaya pengobatan dasar,
salah satunya ialah pengobatan non-kegawatdaruratan yang dilakukan di Poli
Umum Puskesmas Putri Ayu. Dengan dilakukannya upaya pengobatan dasar di
poli tersebut tersebut diharapkan dapat memberikan pelayanan kesehatan serta
intervensi yang tepat dalam menangani kasus-kasus yang ditemukan di wilayah
kerja Puskesmas Putri Ayu.

Permasalahan
Perlunya upaya pengobatan dasar dalam menangani kasus-kasus non-
kegawatdaruratan di wilayah kerja Puskesmas Putri Ayu

Perencanaan Dan Pemilihan Intervensi


Melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, mengajukan pemeriksaan
laboratorium jika diperlukan, interpretasi hasil pemeriksaan penunjang,
memberikan intervensi secara tepat dan memberikan edukasi kepada pasien

Pelaksanaan
Pada tangal 28 Juli 2021 dilakukan pelayanan pengobatan dasar di poli umum
Puskesmas Putri Ayu yang dimulai dari pukul 08.00 hingga 12.00 WIB. Dalam
pelayanan tersebut tercatat terdapat 37 pasien dengan diagnose sebagai berikut:
5 orang dengan dyspepsia, 1 orang dengan gingivitis, 1 orang dengan BPPV, 12
orang dengan hipertensi, 3 orang dengan low back pain , 6 orang dengan

35
myalgia, 2 orang dengan TB paru, 4 orang dengan gastroenteritis akut, 1 orang
dengan ISPA, 2 orang dengan anemia defisiensi besi, 1 orang dengan hemoroid
interna grade 1, 1 orang dengan tinnitus, 1 orang dengan gastritis, 1 orang
dengan perdarahan subkonjungtiva mata, 2 orang dengan common cold, 1 orang
dengan scabies, 1 orang dengan ektima, 1 orang dengan acne, 1 orang dengan
dislipidemia, 1 orang dengan suspek apendisitis akut, 1 orang dengan diabetes
mellitus tipe 2, 1 orang dengan infeksi saluran kemih.
Kepada pasien-pasien tersebut telah diberikan penatalaksanaan yang sesuai
dengan diagnosis masing-masing dan diberikan edukasi mengenai penyakitnya,
pemakaian obat, dan penjelasan mengenai jadwal kontrol

Monitoring Dan Evaluasi


Pasien diberikan edukasi mengenai penyakitnya dan dianjurkan kontrol
jika keluhan tidak kunjung membaik, atau jika bertambah parah..

4. Upaya Pelayanan Dasar Poli KIA-KB Di Puskesmas Putri Ayu

Latar Belakang
Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merupakan salah satu prioritas
utama pembangunan kesehatan di Indonesia. Program ini bertanggung jawab
terhadap pelayanan kesehatan bagi ibu hamil, ibu bersalin dan bayi neonatal.
Salah satu tujuan program ini adalah menurunkan kematian dan kejadian sakit
pada ibu dan anak melalui peningkatan mutu pelayanan dan menjaga
kesinambungan pelayanan kesehatan ibu dan prenatal di tingkat pelayanan
dasar dan pelayanan rujukan primer.
Pelayanan KIA-KB adalah Upaya kesehatan ibu dan anak adalah upaya di
bidang kesehatan yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu
bersalin, ibu menyusui, bayi dan anak balita serta anak prasekolah.

Jenis di poli KIA


1. ANC : Pemeriksaan fisik, meliputi 10 T ( Timbang Berat Badan, Tinggi
Badan, Lingkar Lengan, Tekanan darah, Tinggi fundus Uteri, Tentukan
letak Janin, Imunisasi TT, Pemberian tablet tambah darah, Tes
laboratorium: Haemoglobin, Tes Malaria, Test HIV, Test sifilis, Test
hepatitis /HbsAG, protein urin, golongan darah)
2. Pemeriksaan dan konseling Calon pengantin
3. Kelas ibu hamil

Jenis di poli KB
1. Pelayanan KB

36
- Konseling KB
- Kb suntik 1 bulan dan Kb suntik 3 bulanan
- KB PIL
- KB IUD
- KB Implan

Permasalahan
- Masih kurangnya kepedulian ibu untuk melakukan ANC
- Masih kurangnya angka pengggunaan KB jangka panjang

Perencanaan Dan Pemilihan Intervensi


- Pasien melakukan pendaftaran
- Petugas mendata pasien dan menuliskan direkam medis
- Pasien masuk ke Poli KIA
- Dilakukan anamnesa
- Dilakukan pemeriksaan fisik
- Dilakukan tatalaksana
- Pemberian Konseling, informasi dan edukasi

Pelaksanaan
Kegiatan pelayanan di Poli KIA-KB dilaksanakan selama masa
internsip Juli- September 2021. Pelayanan di KIA-KB meliputi pemeriksaan
ibu hamil, konseling dan pemberian KB, pemeriksaan dan konseling calon
pengantin, serta kegiatan lain seperti kelas ibu hamil.

Monitoring Dan Evaluasi


Kegiatan pelayanan berjalan lancar dan kondusif. Petugas di poli KIA-
KB memberikan kesempatan pada dokter internsip untuk melakukan pelayanan,
pemeriksaan, serta tindakan medis.

5. Penanganan pada pasien Hipertensi Di Poli Lansia

Pada saat ini hipertensi adalah faktor risiko ketiga terbesar yang
menyebabkan kematian dini, hipertensi berakibat terjadinya gagal jantung
kongestif serta penyakit cerebrovaskuler. Penyakit ini dipengaruhi oleh cara dan
kebiasaan hidup seseorang, sering disebut sebagai the killer disease karena
penderita tidak mengetahui kalau dirinya mengidap hipertensi. Penderita datang
berobat setelah timbul kelainan organ akibat Hipertensi. Hipertensi juga dikenal
sebagai heterogeneouse group of disease karena dapat menyerang siapa saja
dari berbagai kelompok umur, sosial dan ekonomi. Kecenderungan berubahnya
gaya hidup akibat urbanisasi, modernisasi dan globalisasi memunculkan

37
sejumlah faktor risiko yang dapat meningkatkan angka kesakitan hipertensi.

Permasalahan
1. Jenis kelamin
Tekanan darah pada laki-laki umumnya lebih tinggi dibanding perempuan.
2. Riwayat keluarga dan faktor genetik
Jika kamu memiliki ayah atau ibu yang menderita hipertensi, sebaiknya kamu
juga harus waspada sedari dini.
Karena berdasarkan beberapa penelitian menyebutkan, seseorang yang berasal
dari keluarga dengan riwayat hipertensi, mempunyai risiko yang lebih besar
untuk memiliki tekanan darah tinggi dibandingkan dengan keluarga tanpa
adanya riwayat.
3. Obesitas
Obesitas atau kegendutan juga dapat berpengaruh terhadap aliran pembuluh
darah. Ketika kita memiliki kelebihan berat badan, hambatan pada pembuluh
darah akan meningkat dan menyebabkan tekanan darah tinggi. 
4. Konsumsi garam berlebih
Bagi kamu yang suka makanan asin, mungkin harus menguranginya dari
sekarang. Ini karena konsumsi garam berlebih dapat menyebabkan hipertensi
primer. 
Beberapa hasil penelitian membuktikan, pengurangan konsumsi garam dapat
menurunkan tekanan darah sistolik rata-rata 3-5 mmHg..
5. Merokok dan konsumsi alkohol
Sudah bukan rahasia umum lagi kalau rokok dapat menyebabkan hipertensi,
seperti yang tertulis dalam setiap bungkusnya. Ini karena kandungan nikotin
yang ada pada rokok. Selain rokok kandungan alkohol dalam jumlah besar juga
dapat memicu kenaikan tekanan darah.

Perencanaan Dan Pemilihan Intervensi


- Melakukan wawancara faktor risiko
- Melakukan konseling mengenai penyakit pasien

Permasalahan:
Tn.T, Laki-laki, 65 th deangan bb; 90kg tb; 160cm IMT; 35 kesan obesitas 2
S: os datang ke poli dengan keluhan sakit kepala dan kuduk terasa berat. Sakit
kepala berputar (-). Riwajat sakit jantung disangkal, DM disangkal, konsumsi
rokok (+) sejak muda. BAK dan BAB dalam batas normal.
RPT: hipertensi sejak 5 tahun lalu.
RPO: obat anti hipertensi tetapi tidak teratur
O: CM, 180/110mmHg, 82x/i 18x/i, 36 C

38
A: Hipertensi Grade II
P: Tatalaksana pengendalian hipertensi dilakukan dengan pendekatan:
a. Promosi kesehatan diharapkan dapat memelihara, meningkatkan dan
melindungi kesehatan diri serta kondisi lingkungan sosial, diintervensi dengan
kebijakan publik, serta dengan meningkatkan pengetahuan dan kesadaran
masyarakat mengenai prilaku hidup sehat dalam pengendalian hipertensi.
b. Preventif dengan cara larangan merokok, peningkatan gizi seimbang dan
aktifitas fisik untuk mencegah timbulnya faktor risiko menjadi lebih buruk dan
menghindari terjadi rekurensi faktor risiko.
c. Kuratif dilakukan melalui pengobatan farmakologis dan tindakan yang
diperlukan. Kematian mendadak yang menjadi kasus utama diharapkan
berkurang dengan dilakukannya pengembangan manajemen kasus dan
penanganan kegawatdaruratan disemua tingkat pelayanan dengan melibatkan
organisasi profesi, pengelola program dan pelaksana pelayanan yang
dibutuhkan dalam pengendalian hipertensi.
d. Rehabilitatif dilakukan agar penderita tidak jatuh pada keadaan yang lebih
buruk dengan melakukan kontrol teratur dan fisioterapi Komplikasi serangan
hipertensi yang fatal dapat diturunkan dengan mengembangkan manajemen
rehabilitasi kasus kronis dengan melibatkan unsur organisasi profesi, pengelola
program dan pelaksana pelayanan di berbagai tingkatan.

Pelaksanaan
Medikamentosa Amlodipin 1x10mg
Non-Medikamentosa Pengendalian faktor risiko yang dapat saling
berpengaruh terhadap terjadinya hipertensi, hanya terbatas pada faktor risiko
yang dapat diubah, dengan usaha-usaha sebagai berikut :
a. Mengatasi obesitas/menurunkan kelebihan berat badan
b. Mengurangi asupan garam didalam tubuh
c. Ciptakan keadaan rileks dan melakukan olah raga teratur
d. Berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alcohol\

Monitoring Dan Evaluasi


Apabila pasien datang lagi untuk kontrol, dilakukan evaluasi apakah
keluhan yang dialami sudah berkurang atau belum. Memeriksa tekanan darah
pasien. Ditanyakan apakah obat masih ada atau tidak. Jika tekanan darah masih
belum memenuhi sasaran setelah beberapa kali pengobatan dan modifikasi gaya
hidup yang tepat atau ditemukan komplikasi dari hipertensi, maka pasien perlu
dirujuk ke dokter spesialis.

39

Anda mungkin juga menyukai