Anda di halaman 1dari 26

1

BAB I
STATUS PASIEN

I. Identitas Pasien
a. Nama/Jenis Kelamin/Umur : Ny. S/Perempuan/62 tahun
b. Pekerjaan : IRT
c. Alamat : Lorong Suka Mulya RT 16 Thehok

II. Latar Belakang Sosio-ekonomi-demografi-lingkungan-keluarga


a. Status Perkawinan : Menikah
b. Jumlah anak : 3 orang
c. Status ekonomi keluarga : Cukup
d. Kondisi Rumah :

Pasien tinggal di lingkungan rumah yang padat penduduk. Rumah


pasien berada di pinggir jalan. Rumah beratapkan seng. Rumah terdiri dari 1
ruang tamu, 5 kamar tidur, 1 ruang tengah, dapur dan 1 kamar mandi
dengan wc jongkok. Seluruh lantai rumah berupa semen dan langit-langit
berupa triplek yang dicat. Langit langit rumah pasien banyak yang
berlubang. Pada ruang tamu tidak terdapat jendela dan ventilasi sehingga
jika tidak menghidupkan lampu ruang tamu sangat gelap. Pada ruang tengah
terdapat jendela dan ventilasi, pencahayaan cukup.
2

Air yang digunakan untuk masak, makan, minum, dan mandi berasal
dari air sumur. Secara keseluruhan rumah terkesan kurang bersih dan rapi,
pencahayaan dan ventilasi yang kurang.

e. Kondisi Lingkungan Sekitar


Sekitar rumah merupakan pemukiman padat penduduk. Kebersihan
lingkungan sekitar cukup.

III. Aspek Perilaku Psikologis dalam Keluarga


Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga. Pasien memiliki 4 orang
anak, 3 laki laki dan 1 perempuan. Keempat anak pasien sudah menikah.
Pasien tinggal hanya bersama suami. Pasien sehari hari melakukan pekerjaan
rumah seperti mencuci dan memasak.

IV. Keluhan Utama


Nyeri kepala sejak ± 5 hari

V. Riwayat Perjalanan Penyakit:


Pasien datang dengan keluhan nyeri kepala ± 5 hari sebelum ke PKM,
nyeri dirasakan hilang timbul. Kepala pasien terasa berat. Selain nyeri kepala,
selama seminggu belakangan ini pasien merasa lehernya sering tegang atau
kaku dan sulit tidur, mual (-), muntah (-), keluhan pandangan kabur (-),
3

telinga berdenging (-), penurunan pendengaran (-), nyeri dada (-), bicara pelo
(-), kelemahan anggota gerak (-).

VI. Riwayat Penyakit Dahulu


 Beberapa bulan yang lalu pasien pernah mengalami hal serupa, dan
sudah pernah berobat dan dikatakan dokter bahwa pasien menderita
darah tinggi, namun pasien tidak rutin minum obat dan tidak pernah
kontrol.
 Riwayat kencing manis (-)

VII. Riwayat Penyakit Keluarga


 Riwayat darah tinggi (+)
Ibu pasien dulu juga menderita darah tinggi
 Riwayat kencing manis (-)

VIII. Riwayat makan, alergi, obat obatan


 Pasien gemar mengkonsumsi makanan berlemak seperti tunjang
 Pasien tidak pernah olahraga
 Alergi obat (-)
 Alergi makanan (-)
 Merokok (-)

IX. Pemeriksaan Fisik


Keadaan Umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
Tekanan Darah : 160/90 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 36,5°C
Berat Badan : 58 kg
Tinggi Badan : 150 cm
Status Gizi : IMT = 58 /(1,50)2 = 25,7
4

Status Generalisata
 Kepala : Normocepal

 Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, RC (+/+)

 Telinga : Nyeri tekan (-), tofus (-)

 Hidung : Simetris, napas cuping hidung (-), lendir -/-

 Mulut : Bibir kering (-), sianosis (-)

 Tenggorok : Tonsil T1/T1, hiperemis(-), faring hiperemis (-)

 Leher : Pembesaran KGB (-)

 Thoraks
Paru-paru :
 Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris,skar (-)
 Palpasi : Nyeri tekan (-)
 Perkusi : Sonor dikedua lapang paru
 Auskultasi : Vesikuler (+),ronkhi (-), wheezing (-)

Jantung
 Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
 Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS V linea midclavicula sinistra
 Perkusi : batas jantung dbn
 Auskultasi : BJ I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)
 Abdomen
 Inspeksi : Datar, skar (-)
 Auskultasi : Peristaltik normal
 Palpasi : Nyeri tekan (-) hepar dan lien tidak teraba
 Perkusi : Timpani

 Ekstremitas Atas : akral hangat, edema (-), CRT < 2 detik


Ekstremitas bawah : akral hangat, edema (-), CRT < 2 detik

X. Pemeriksaan Laboratorium
Darah rutin :
WBC : 9,2 x 103/µL
5

RBC : 4,92 x 106/µL


HGB : 11 g/dL
HCT : 37,2 %
PLT : 412 x 103/µL

XI. Pemeriksaan Penunjang Anjuran


a. EKG
b. Profil Lipid

XII. Diagnosis Kerja


Hipertensi Essensial Stadium II (I10.0 Essential Hypertensive)

XIII. Diagnosis Banding


Hipertensi Sekunder (ICD 10 : I15.0)
Tension headache (G44.209)

XIV. Manajemen
a. Promotif :
 Menjelaskan pada pasien mengenai penyakit hipertensi yang pasien
derita mulai dari penyebab, faktor risiko, pengobatan, pencegahan,
serta komplikasi.
 Menjelaskan kepada pasien bahwa melakukan aktivitas fisik
intensitas sedang dapat menurunkan tekanan darah.
 Menjelaskan kepada pasien agar dapat mengatur pola makan yang
benar dengan cara makan 3 kali sehari dengan menu : Nasi, Lauk
(ikan/ ayam/ telur/ tahu/ tempe), sayur (bayam/ kangkung/ wortel),
dan buah ( jeruk/ apel/ pisang/ pepaya) ditambah dengan susu
minimal satu kali sehari.

b. Preventif :
 Hindari makanan tinggi garam dan kolesterol.
 Lakukan olah raga rutin minimal 30 menit sebanyak 3-5 kali
perminggu.
 Makan makanan yang seimbang, konsumsi buah dan sayur serta
vitamin dan mineral.
6

 Kurangi aktivitas yang terlalu berat, jangan terlalu capek.


 Tidak boleh merokok dan minum alkohol

c. Kuratif :
Non Farmakologi
 Penurunan berat badan dapat mengurangi tekanan darah sistolik 5-20
mmHg/penurunan 10 kg. Rekomendasi ukuran pinggang <94 cm untuk
pria dan <80 cm untuk wanita, indeks massa tubuh <25 kg/m2.
 Adopsi pola makan DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension)
dapat menurunkan tekanan darah sistolik 8-14 mmHg. Lebih banyak
makan buah, sayur- sayuran, dan produk susu rendah lemak dengan
kandungan lemak jenuh dan total lebih sedikit, kaya potassium dan
calcium.
 Restriksi garam harian dapat menurunkan tekanan darah sistolik 2-8
mmHg.
 Aktivitas fisik dapat menurunkan tekanan darah sistolik 4-9 mmHg.
 Pembatasan konsumsi alkohol dapat menurunkan tekanan darah sistolik 2-
4 mmHg.

Farmakologi
 Amlodipin 1x10 mg
 Candesartan 1x8 mg

Obat Tradisional berdasarkan FOHAI


Herbal untuk Hipertensi :
 Mengkudu
2 x 1 kapsul (500mg ekstrak)/hari
 Rosela
3 x 1 tea bag (3g serbuk)/hari, seduh dalam 1 cangkir air 1x1 kapsul (500
mg ekstrak)/hari.
 Seledri
3x 1 tablet (2g serbuk biji)/hari. 3 x 1 kapsul (100 mg ekstrak herba)/hari.
7

d. Rehabilitatif
 Menjelaskan agar pasien teratur minum obat antihipertensi dan
memantau tekanan darah pasien secara rutin. Hal ini dilakukan dengan
kerja sama dari pasien tersebut dengan mengikuti saran dokter untuk
datang secara berkala.
 Memberikan dukungan kepada pasien dan keluarga dan menyarankan
keluarga pasien untuk membantu mengawasi kegiatan pasien agar
jangan beraktivitas terlalu berat.
8

Resep Puskesmas Resep Ilmiah 1


DINAS KESEHATAN KOTA JAMBI DINAS KESEHATAN KOTA JAMBI
UPTD PUSKESMAS PAKUAN BARU UPTD PUSKESMAS PAKUAN BARU
Jl. Sudirman No. 75, Tambak Sari, Kec. Jambi Jl. Sudirman No. 75, Tambak Sari, Kec. Jambi
Selatan, Kota Jambi. Selatan, Kota Jambi.
Dokter : dr. Intan Anferta M Dokter : dr. Intan Anferta M

R/ R/

Pro : Pro :
Umur : Umur :

Resep Ilmiah 2 Resep Ilmiah 3


DINAS KESEHATAN KOTA JAMBI DINAS KESEHATAN KOTA JAMBI
UPTD PUSKESMAS PAKUAN BARU UPTD PUSKESMAS PAKUAN BARU
Jl. Sudirman No. 75, Tambak Sari, Kec. Jambi Jl. Sudirman No. 75, Tambak Sari, Kec. Jambi
Selatan, Kota Jambi. Selatan, Kota Jambi.
Dokter : dr. Intan Anferta M Dokter : dr. Intan Anferta M

R/ R/

Pro : Pro :
Umur : Umur :
9

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Hipertensi adalah tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih, pada usia 18
tahun keatas dengan penyebab yang tidak diketahui. Pengukuran dilakukan 2 kali
atau lebih dengan posisi duduk, kemudian diambil reratanya, pada dua kali atau
lebih kunjungan. Hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya didefinisikan
sebagai hipertensi essensial. Beberapa penulis memilih istilah hipertensi primer,
untuk membedakan dengan hipertensi sekunder (diketahui penyebabnya).

Tabel 1. Klasifikasi hipertensi dan terapi inisial pada dewasa

2.2 Faktor Risiko


Faktor risiko hipertensi dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu:
a. Faktor risiko yang tidak dapat diubah
- Usia
Usia mempengaruhi terjadinya hipertensi, dengan bertambahnya usia,
risiko terkena hipertensi menjadi lebih besar. Menurut Riskesdas 2007
pada kelompok usia >55 tahun prevalensi hipertensi mencapai >55%. Pada
usia lanjut, hipertensi terutama ditemukan hanya berupa kenaikan tekanan
darah sistolik. Kejadian ini disebabkan oleh perubahan struktur pembuluh
darah besar.
Jenis Kelamin
- Jenis kelamin
berpengaruh pada terjadinya hipertensi. Pria berisiko sekitar 2.3 kali lebih
banyak mengalami peningkatan tekanan darah sistolik dibandingkan
perempuan, karena pria diduga memiliki gaya hidup yang cenderung
10

meningkatkan tekanan darah. Namun, setelah memasuki menopause,


prevalensi hipertensi pada perempuan meningkat. Bahkan setelah usia 65
tahun, hipertensi pada perempuan lebih tinggi dibandingkan pria, akibat
faktor hormonal. Menurut Riskesdas 2007, prevalensi hipertensi pada
perempuan sedikit lebih tinggi dibanding pria.6

Keturunan
- Riwayat keluarga dekat yang menderita hipertensi (faktor keturunan) juga
meningkatkan risiko hipertensi. Terutama hipertensi primer (esensial).
Tentunya faktor lingkungan lain ikut berperan. Faktor genetik juga
berkaitan dengan metabolisme pengaturan garam dan renin membran sel.
Jika kedua orang tua menderita hipertensi, maka sekitar 45% akan turun ke
anak-anaknya dan bila salah satu orang tuanya yang menderita hipertensi
maka sekitar 30% akan turun ke anak-anaknya.6

b. Faktor risiko yang dapat diubah


Faktor risiko yang diakibatkan perilaku tidak sehat dari penderita
hipertensi antara lain merokok, diet rendah serat, konsumsi garam berlebih,
kurang aktifitas fisik, berat badan berlebih/kegemukan, konsumsi alkohol,
dislipidemia dan stress:
Obesitas
- Kegemukan (obesitas) adalah persentase abnormalitas lemak yang
dinyatakan dalam Indeks Massa Tubuh (Body Mass Index) yaitu
perbandingan antara berat badan dengan tinggi badan kuadrat dalam
meter. Berat badan dan Indeks Massa Tubuh (IMT) berkorelasi langsung
dengan tekanan darah, terutama tekanan darah sistolik. Obesitas bukanlah
penyebab hipertensi akan tetapi prevalensi hipertensi pada obesitas jauh
lebih besar. Risiko relatif untuk menderita hipertensi pada orang-orang
gemuk 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan penderita seseorang yang
berbadan normal. Sedangkan, pada penderita hipertensi ditemukan sekitar
20-33% memiliki berat badan lebih (overweight) 6

Dislipidemia
11

- Kelainan metabolism lipid ditandai dengan peningkatan kadar kolesterol


total, trigliserida, kolesterol LDL dan atau penurunan kadar kolesterol
HDL dalam darah. Kolesterol merupakan faktor penting dalam terjadinya
aterosklerosis yang kemudan mengakibatkan peningkatan tekanan tahanan
perifer pembuluh darah sehingga tekanan meningkat.6 Batasan kadar lipid
dalam darah dapat dilihat pada Tabel 2.3 sebagai berikut:
Merokok
- Zat kimia beracun seperti nikotin dan karbon monoksida yang dihisap
melalui rokok akan memasuki sirkulasi darah dan merusak lapisan endotel
pembuluh darah arteri, zat tersebut mengakibatkan proses artereosklerosis
dan tekanan darah tinggi. pada studi autopsy, dibuktikan adanya kaitan
erat antara kebiasaan merokok dengan proses artereosklerosis pada selurh
pembuluh darah. Merokok juga meningkatkan denyut jantung, sehingga
kebutuhan oksigen otot-otot jantung bertambah. Merokok pada penderita
tekanan darah tinggi akan semakin meningkakan risiko kerusakan
pembuluh darah arteri.6

Kurang aktivitas fisik


- Olah raga yang teratur dapat membantu menurunkan tekanan darah dan
bermanfaat bagi penderita hipertensi ringan. Dengan melakukan olah raga
aerobik teratur tekanan darah dapat turun, meskipun berat badan belum
turun.6
Konsumsi Garam berlebihan
- Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh karena menarik
cairan di luar sel agar tidak dikeluarkan, sehingga akan meningkatkan
volume dan tekanan darah. Pada sekitar 60% kasus hipertensi primer
(esensial) terjadi respon penurunan tekanan darah dengan mengurangi
asupan garam. Pada masyarakat yang mengkonsumsi garam 3 gram atau
kurang, ditemukan tekanan darah rerata yang rendah, sedangkan pada
masyarakat asupan garam sekitar 7-8 gram tekanan darah rerata lebih
tinggi.6

Konsumsi alkohol
12

- Pengaruh alcohol terhadap kenaikan tekanan darah telah dibuktikan,


namun mekanismenya masih belum jelas. Diduga peningkatan kadar
kortisol, peningkatan sel darah merah dan peningkatan kekentalan darah
berperan dalam menaikkan tekanan darah. Beberapa studi menunjukkan
hubungan langsung antara tekanan darah dan asupan alcohol. Dikatakan
bahwa, efek terhadap tekanan darah baru Nampak apabila mengkonsumsi
alcohol sekitar 2-3 gelas ukuran standar setiap harinya.6
2.3 Diagnosis
Evaluasi pada penderita hipertensi bertujuan untuk: 1) menilai pola hidup
dan identifikasi faktor risiko kardiovaskular lainnya atau menilai adanya penyakit
penyerta yang mempengaruhi prognosis dan menentukan pengobatan, 2) mencari
penyebab kenaikan tekanan darah, 3) menentukan ada tidaknya kerusakan organ
target dan penyakit kardiovaskular. Evaluasi pasien hipertensi adalah dengan
melakukan anamnesis tentang keluhan pasien, riwayat penyakit dahulu, penyakit
keluarga, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang.6,7
Anamnesis
1. Keluhan. Mulai dari tidak bergejala sampai dengan bergejala. Keluhan
hipertensi antara lain:
 Sakit atau nyeri kepala
 Gelisah
 Jantung berdebar-debar
 Pusing
 Leher kaku
 Penglihatan kabur
 Rasa sakit di dada
 Keluhan tidak spesifik antara lain tidak nyaman kepala, mudah lelah
dan impotensi.
2. Lama menderita hipertensi dan derajat tekanan darah
3. Indikasi adanya hipertensi sekunder
 Keluarga dengan riwayat penyakit ginjal (polikistik ginjal)
 Adanya penyakit ginjal, infeksi saluran kemih, hematuria, pemakaian
obat-obatan analgesik dan obat lain
13

 Episode berkeringat, sakit kepala, kecemasan, palpitasi


(feokromositoma)
 Episode lemah otot dan tetani (aldosteronisme)
4. Faktor-faktor risiko
 Riwayat hipertensi atau kardiovaskular pada pasien atau keluarga
pasien
 Riwayat hyperlipidemia pada pasien atau keluarganya
 Kebiasaan merokok
 Pola makan
 Kegemukan, intensitas olah raga
 Kepribadian.
5. Gejala kerusakan organ
 Otot dan mata: sakit kepala, vertigo, gangguan pengelihatan, transient
ischemic attack, deficit sensoris atau mototoris.
 Jantung palpitasi, nyeri dada (-), sesak, bengkak kaki,
 Ginjal; haus, polyuria,
 Arteri perifer : ekstrimitas dingin, klaudikasi intermitten
6. Pengobatan hipertensi sebelumnya
7. Faktor pribadi, keluarga dan lingkungan6,7

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik selain untuk memeriksa tekanan darah, juga untuk
mengevaluasi adanya penyakit penyerta, kerusakan organ target serta
kemungkinan adanya hipertensi sekunder.
Pengukuran Tekanan Darah
 Pengukuran rutin di kamar periksa dokter
 Pengukuran 24 jam (Ambulatory Blood Pressure Monitoring-ABPM)
 Pengukuran sendiri oleh penderita di rumah
Penderita harus bebas dari minuman mengandung alkohol, kafein dan
merokok paling tidak 30 menit sebelum pemeriksaan tekanan darah. Pengukuran
di kamar periksa dilakukan pada posisi duduk dikursi setelah penderita istirahat
14

selama 5 menit, kaki di lantai dan lengan pada posisi setinggi jantung. Ukuran dan
peletakkan manset menutup 80% dari lingkar lengan, dengan sisi terendah 2.5 cm
dari fossa antecubiti (panjang 12-13 cm, lebar 35 cm untuk standar orang
dewasa). Letakkan Stetoskop di atas A. Brachialis dengan tekanan ringan di atas
kulit. Pompa Cuff hingga tekanan di atas 20 mmHg dari menghilangnya nadi pada
perabaan a. radialis. Penurunan air raksa pada tabung sebaiknya 2-3 mmHg/detik.
Pengukuran dilakukan dua kali dengan sela antara 1 sampai 5 menit, pengukuran
tambahan dilakukan jika hasil kedua pengukuran sebelumnya sangat berbeda.
Pengukuran dilakukan pada kedua lengan, dan bila ada perbedaan 10/5 mmHg,
maka dilakukan pemeriksaan tambahan pada lengan dengan tekanan yang lebih
tinggi.
Konfirmasi pengukuran pada lengan kontralateral dilakukan pada
kunjungan pertama dan jika didapatkan kenaikan tekanan darah. Pengukuran
denyut jantung dengan menghitung nadi (30s) dilakukan saat duduk segera setelah
pengukuran tekanan darah. Untuk penderita usia lanjut, diabetes dan kondisi lain
dimana diperkirakan ada hipotensi ortostatik, perlu dilakukan juga pengukuran
tekanan darah pada posisi berdiri.6,7

2.4 Tatalaksana
Non Farmakologi
- Penurunan berat badan dapat mengurangi tekanan darah sistolik 5-20
mmHg/penurunan 10 kg. Rekomendasi ukuran pinggang <94 cm untuk
pria dan <80 cm untuk wanita, indeks massa tubuh <25 kg/m2.
Rekomendasi penurunan berat badan meliputi nasihat mengurangi asupan
kalori dan juga meningkatkan aktivitas fisik.
- Adopsi pola makan DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension)
dapat menurunkan tekanan darah sistolik 8-14 mmHg. Lebih banyak
makan buah, sayur-sayuran, dan produk susu rendah lemak dengan
kandungan lemak jenuh dan total lebih sedikit, kaya potassium dan
calcium.
- Restriksi garam harian dapat menurunkan tekanan darah sistolik2-8 mmH
Konsumsi sodium chloride s6 g/hari (100 mmol sodium/hari).
15

- Rekomendasikan makanan rendah garam sebagai bagian pola makan sehat.


Aktivitas fisik dapat menurunkan tekanan darah sistolik 4-9 mmHg.
Lakukan aktivitas fisik intensitas sedang pada kebanyakan, atau setiap hari
pada 1 minggu (total harian dapat diakumulasikan, misalnya 3 sesi @10
menit.
- Pembatasan konsumsi alkohol dapat menurunkan tekanan darah sistolik 2-
4 mmHg. Maksimum 2 minuman standar/hari.
- Berhenti merokok untuk mengurangi risiko kardiovaskular secara
keseluruhan.

Tabel 2. Intervensi non-farmakologis dalam tatalaksana hipertensi

Farmakologi
Secara umum, terapi farmakologi pada hipertensi dimulai bila pada pasien
hipertensi derajat 1 yang tidak mengalami penurunan tekanan darah setelah > 6
bulan menjalani pola hidup sehat dan pada pasien dengan hipertensi derajat ≥ 2.
Beberapa prinsip dasar terapi farmakologi yang perlu diperhatikan untuk menjaga
kepatuhan dan meminimalisasi efek samping, yaitu :
- Bila memungkinkan, berikan obat dosis tunggal
- Berikan obat generic (non-paten) bila sesuai dan dapat mengurangi biaya
- Berikan obat pada pasien usia lanjut ( diatas usia 80 tahun ) seperti pada
usia 55 – 80 tahun, dengan memperhatikan faktor komorbid.
- Jangan mengkombinasikan angiotensin converting enzyme inhibitor
(ACE-i) dengan angiotensin II receptor blockers (ARBs)
16

- Berikan edukasi yang menyeluruh kepada pasien mengenai terapi


farmakologi
- Lakukan pemantauan efek samping obat secara teratur.

Gambar 1. Ambang Batas Tekanan Darah dan Rekomendasi Untuk Tatalaksana dan
Tindak Lanjut
Berdasarkan algoritma (Gambar 1), penderita hipertensi stadium 1 atau
peningkatan tekanan darah yang memiliki risiko 10 tahun ASCVD < 10%
17

mendapat tatalaksana nonfarmakologis dan evaluasi tekanan darah setelah 3-6


bulan. Penderita hipertensi stadium 1 dengan risiko 10 tahun ASCVD ≥ 10%
akan ditatalaksana menggunakan obat anti-hipertensi dan tatalaksana
nonfarmakologis, tekanan darah dievaluasi setelah 1 bulan.
Penderita hipertensi stadium 2 harus dievaluasi atau dirujuk ke layanan
kesehatan primer dalam 1 bulan setelah diagnosis, mendapat terapi non-
farmakologis dan obat anti-hipertensi (dengan 2 obat berbeda jenis), dan evaluasi
tekanan darah setelah 1 bulan. Penderita hipertensi dengan tekanan darah sistolik
≥ 180 mmHg atau diastolik ≥ 110 mmHg perlu dievaluasi dan ditatalaksana
segera dengan obat anti-hipertensi (paling lambat dalam 1 minggu). Pada dewasa
dengan tekanan darah normal, evaluasi dapat diulang setiap tahun.

Prinsip Umum Terapi Antihipertensi


Tatalaksana dasar adalah kombinasi obat antihipertensi dengan modifikasi
gaya hidup. Terapi farmaka tidak hanya menurunkan tekanan darah namun
sekaligus mengurangi risiko stroke dan kematian. Beberapa jenis obat dapat
menurunkan tekanan darah. Jenis obat untuk terapi awal didasarkan pada
efektivitasnya dalam mengurangi kejadian klinis serta ditoleransi dengan baik,
antara lain: diuretik tiazid, penghambat ACE, ARBs, dan CCBs. Terapi awal
hipertensi umumnya menggunakan satu jenis obat; kombinasi dengan jenis obat
lain direkomendasikan pada hipertensi stadium 2 atau rerata tekanan darah >
20/10 mmHg melebihi tekanan darah target.
Beberapa hal lain yang perlu diperhatikan dalam penentuan jenis obat
antara lain usia, interaksi obat, komorbiditas, dan keadaan sosioekonomi.
Kombinasi obat dengan mekanisme kerja sama perlu dihindari; misalnya
kombinasi obat penghambat ACE dengan ARBs, karena efektivitas masing-
masing obat akan berkurang dan risiko efek samping meningkat.

Target tekanan darah pada Hipertensi Esensial


18

Penurunan tekanan darah penderita hipertensi dapat menurunkan risiko


penyakit lain. Penderita hipertensi dengan komorbid penyakit lain seperti stroke
direkomendasikan mencapai tekanan darah < 130/80 mmHg. Target penurunan
tekanan darah pada hipertensi esensial masih diperdebatkan karena memerlukan
pengawasan luaran jangka panjang; dapat dipertimbangkan target tekanan darah <
130/80 mmHg.

Gambar 2. Algoritme Penatalaksanaan Hipertensi Berdasarkan JNC VIII


19

Gambar 2. Algoritme Tatalaksana Hipertensi


20
21

Tabel 3. Obat Antihipertensi

Tabel 4. Pengobatan Hipertensi Berdasarkan JNC VIII

BAB III
22

ANALISIS KASUS

Hubungan diagnosis dengan keadaan rumah dan lingkungan sekitar :


Diagnosis penyakit pada pasien ini tidak ada hubungan dengan lingkungan
disekitarnya, karena penyakit pasien ini bukan merupakan penyakit berbasis
lingkungan.

Hubungan diagnosis dengan keadaan keluarga dan hubungan dalam


keluarga :
Di dalam hubungan diagnosis dan aspek psikologis di keluarga tidak ada
hubungannya dengan penyakit pasien, karena didalam keluarga pasien hubungan
pasien dengan keluarga baik. Sehingga tidak ada hubungan diagnosis dengan
aspek psikologis dalam keluarga.

Hubungan diagnosis dengan perilaku kesehatan dalam keluarga, lingkungan


sekitar :
Keluarga pasien memiliki riwayat hipertensi yaitu Ibu kandung pasien,
sehingga terdapat hubungan antara diagnose dengan perilaku kesehatan dalam
keluaga. Salah satu faktor risiko hipertensi yang tidak dapat dimodifikasi adalah
herediter. Secara teori faktor herediter merupakan salah satu faktor risiko pada
penyakit ini. Terbukti bahwa terdapat riwayat ayah pasien juga mengalami
hipertensi. Meskipun secara teori, belum ada penjelasan yang tepat mengenai
keterlibatan faktor hereditas pada patogenesis hipertensi.
Lingkungan rumah dan lingkungan disekitar rumah pasien tidak
memberikan pengaruh terhadap terjadinya penyakit pada pasien. Hal tersebut
menunjukkan lingkungan rumah dan sekitarnya tidak memiliki peranan terhadap
perkembangan penyakit yang diderita oleh pasien.

Analisis kemungkinan berbagai faktor risiko atau etiologi penyakit pada


pasien ini :
Pada pasien ini diduga menderita hipertensi akibat proses degeneratif yang
berkaitan dengan usia, dari pemeriksaan fisik didapatkan IMT pasien 25,7
(Obesitas). Obesitas bukanlah penyebab hipertensi akan tetapi prevalensi
23

hipertensi pada obesitas jauh lebih besar. Risiko relatif untuk menderita hipertensi
pada orang-orang gemuk 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan penderita
seseorang yang berbadan normal.
Dari riwayat pasien diketahui bahwa pasien sering mengkonsumsi
makanan berlemak seperti tunjang. Hal ini juga meningkatkan faktor resiko
terjadinya hipertensi. Pasien juga tidak pernah berolah raga, tidak ada riwayat
merokok dan konsumsi alkohol.

Analisis untuk mengurangi paparan atau memutus rantai penularan dengan


faktor resiko atau etiologi pada pasien ini :
Pada pasien ini dimana hipertensi yang terjadi diduga akibat proses
degeneratif, maka tidak ada yang dapat diubah terhadap fakrot resiko usia
tersebut, yang dapat dilakukan adalah memberi edukasi kepada pasien bahwa
pasien dengan hipertensi diwajibkan untuk mengkonsumsi antihipertensi setiap
hari agar senantiasa dapat mengontrol tekanan darah dalam batas normal.
Pada pasien ini faktor yang dapat meningkatkan terjadi hipertensi diduga
akibat kebiasaan makan pasien yang sering mengkonsumsi makanan berlemak dan
obesitas, untuk itu pasien juga harus menjaga pola makan, olahraga teratur, dan
menurunkan berat badan, dimana target IMT <25. Pada pasien juga dianjuran
untuk melakukan evaluasi terhadap komplikasi yang dapat muncul akibat penyakit
ini.

Edukasi yang diberikan pada pasien atau keluarga :


 Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakit ini tidak diketahui penyebabnya.
 Namum ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhinya:
- Faktor yang tidak dapat dimodifikasi yaitu faktor genetik dan umur.
- Faktor yang dapat dimodifikasi yaitu gaya hidup.
- Faktor gaya hidup merupakan faktor yang dapat dimodifikasi seperti
olahraga yang cukup, berfikir positif, hindari stress dan mengatur pola
akanan dengan benar yakni makan makanan yang rendah kolesterol, diet
rendah garam.
24
25

DOKUMENTASI
26

DAFTAR PUSTAKA

1. Longo DL, Fauci AS, Kasper DL, Hauser SL, Jameson JL, Loscalzo J, et al.
Hypertension treatment. Harrison’s Principles of Internal Medicine. 19th ed.
McGraw-Hill Co,Inc.; 2015 .p. 1622-7
2. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Hipertensi membunuh diam-diam,
ketahui tekanan darah anda [Internet]. [cited 2018 Sep 4]. Available from:
http://www.depkes.go.id/article/view/18051600004/hipertensi-membunuh
diam-diam-ketahui-tekanan-darah-anda.html.
3. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.
Riskesdas 2013.pdf [Internet]. [cited 2018 Sep 3]. Available from:
http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas
%202013.
4. Carey RM, Whelton PK, for the 2017ACC/AHA Hypertension guideline
writing committee. Prevention, detection, evaluation, and management of high
blood pressure in adults: Synopsis of the 2017 American College of
Cardiology/American Heart Association hypertension guideline. Ann Intern
Med. 2018;168(5):351
5. Nerenberg AK, Zarnke BK, Leung AA, Dasgupta K, Butalia S, McBrien K, et
al. Hypertension Canada’s 2018 guidelines for diagnosis, risk assessment,
prevention, and treatment of hypertension in adults and children. Can J Cardiol.
2018;34(5):506-25.
6. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia nomor 5 tahun 2014 tentang panduan praktik klinis bagi
dokter di fasilitas pelayanan kesehatan primer [Internet]. 2014: 202-8.
Available from:
https://peraturan.bkpm.go.id/jdih/userfiles/batang/Permenkes_5_2014.pdf
7. Williams B, Mancia G, Spiering W, Agabiti Rosei E, Azizi M, Burnier M, et
al. 2018 ESC/ESH Guidelines for the management of arterial hypertension. Eur
Heart J.2018;39(33):3021–104
8. Green LA. JNC 7 Express: New thinking in hypertension treatment. Am Fam
Physician. 2003;68(2):228.
9. JNC 8 2014.

Anda mungkin juga menyukai