STATUS PASIEN
I. Identitas Pasien
a. Nama/Jenis Kelamin/Umur : Ny. Sukarti / Perempuan / 73 tahun
b. Alamat : RT 01 Pall Merah
c. Pekerjaan : Tidak bekerja
d. Pendidikan : Tidak Sekolah
V. Keluhan Utama :
Sulit tidur sejak 1 hari yang lalu
1
biasanya dirasakan setelah beraktifitas. Sakit kepala timbul tidak menentu, dan
terkadang kepala terasa berat lehernya juga terasa tegang dan kaku. Sejak 1 hari
yang lalu pasien sulit untuk tidur. Pasien mengaku tidur + 1 jam karena sakit
kepala yang dirasakan. Makan dan minum seperti biasa. Pusing berputar (-),
demam (-), pandangan kabur (-), muntah (-), nyeri dada (-), sesak nafas (-),
BAK normal, berwarna kuning muda, BAB normal. Pasien sebelumnya tidak
pernah berobat kepuskesmas. Pasien tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan
hipertensi sebelumnya.
3. Kulit
- Turgor : baik
- Lembab / kering : lembab
- Lapisan lemak : ada
Status Generalis
2. Leher : Deviasi trakea (-), pembesaran kelenjar limfe (-). JVP (5-2)
2
3. Thoraks : Bentuk simetris normal, benjolan (-), retraksi (-)
4. Thorax
Pulmo
Jantung
5. Abdomen
Perkusi Timpani
3
6. Ekstremitas :
Superior : Edema (-/-), akral dingin (-/-), kekuatan otot 5-5
Inferior : Edema (-/-), akral dingin (-/-), Kekuatan otot 5-5
X. Diagnosa Banding
- Tension Headache
- Gagal Ginjal Akut
- Peningkatan Tekanan Intraserebral
XI. Manajemen
a. Promotif :
- Mengatur pola makan yang benar, makan makanan yang rendah garam.
- Lakukan olah raga secara teratur.
- Mengkonsumsi obat secara rutin.
- Menerangkan kepada pasien tentang bahayanya penyakit hipertensi dan
komplikasinya.
b. Preventif :
- Menyarankan agar pasien menjaga pola makannya dengan diet rendah
garam, rendah lemak dan tinggi serat
- Menyarankan agar pasien banyak banyak berolahraga.
- Menyarankan agar pasien teratur minum obat dan memeriksakan tekanan
darahnya ke puskesmas secara berkala.
- Menyarankan untuk mengurangi beban pikiran.
c. Kuratif :
Non Farmakologi
Istirahat yang cukup
Diet rendah garam, rendah lemak dan tinggi serat.
Farmakologi
Nifedipine tablet 3 x 10 mg
Furosemid tab 1 x 40 mg
Paracetamol tab 3 x 500 mg (kalau sakit kepala saja)
d. Rehabilitatif
4
Memantau tekanan darah pasien secara rutin. Hal ini dilakukan dengan
kerja sama dari pasien tersebut dengan mengikuti saran dokter untuk datang
secara berkala. Meningingatkan cucu Ny. Sukarti untuk membawa neneknya
kontrol ke puskesmas setelah obat habis
Dinas Kesehatan Kota Jambi
Puskesmas III Pakuan Baru
Dokter : Mudsa Ileto
SIP : No.212/SIK/2014
5
Tanggal : 9 April 2014
R/ Captopril tab 12.5 mg No XXI
3 dd tab I
R/ Hydroclhorthiazide tab 25 mg No VII
1 dd tab ( pagi)
R/ Natrium Diklofenak 50 mg No IX
p.r.n 3 dd tab I
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Hipertensi adalah keadaan tekanan darah yang sama atau melebihi 140 mmHg
sistolik dan sama atau melebihi 90mmHg diastolik pada seseorang yang tidak sedang
mengkomsumsi obat antihipertensi.1 Hipertensi sering disebut sebagai the silent
disease karena penderita umumnya tidak mengetahui dirinya mengidap hipertensi
sebelum memeriksakan tekanan darahnya.1
Hipertensi yang lama atau berat dapat menimbulkan komplikasi berupa
kerusakan organ pada jantung, otak, ginjal, mata dan pembuluh darh perifer.1
Hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya didefinisikan sebagai hipertensi
esensial. Beberapa penulis memilih istilah hipertensi primer, untuk membedakan
dengan hipertensi sekunder (diketahui penyebabnya).1,2
2.2 Epidemiologi
Hipertensi merupakan salah satu penyakit utama didunia, mengenai hamper
50 juta orang di amerika serikat dan hamper 1 miliar orang diseluruh dunia.
Meningkatnya populasi usia lanjut, maka jumlah pasien hipertensi juga bertambah.
Lebih dari separuh orang berusia di atas 65 tahun menderita hipertensi. Pengendalian
tekanan darah penderita hipertensi hanya mencapai 34 % dari seluruh penderita
6
hipertensi.2,3
2.3 Etiologi
Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :3
1. Hipertensi essensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya,
disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitr 90% kasus. Banyak faktor
yang mempengaruhinya,seperti genetic, lingkungan, hiperaktivitas susunan
saraf simpatis, system rennin-angiotensin, defek dalam eksresi Na,
peningkatan Na dan Ca intraseluler dan faktor-faktor yang meningkatkan
resiko seperti obesitas, alcohol, merokok serta polisitemia.
7
2.5 Patofisiologi
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II
dari angiotensin I oleh angiotensin I converting enzyme (ACE). ACE memegang
peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung
angiotensinogen yang diproduksi di hati. Selanjutnya oleh hormon, renin (diproduksi
oleh ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di paru-paru,
angiotensin I diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II inilah yang memiliki
peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama.1,3
Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan
rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal
untuk mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH, sangat
sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi pekat
dan tinggi osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan
ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume
darah meningkat yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah.1,3
Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal.
Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal.
Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi
NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi
NaCl akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan
ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah.1,3
Patogenesis dari hipertensi esensial merupakan multifaktorial dan sangat
komplek. Faktor-faktor tersebut merubah fungsi tekanan darah terhadap perfusi
jaringan yang adekuat meliputi mediator hormon, aktivitas vaskuler, volume sirkulasi
darah, kaliber vaskuler, viskositas darah, curah jantung, elastisitas pembuluh darah
dan stimulasi neural. Patogenesis hipertensi esensial dapat dipicu oleh beberapa
faktor meliputi faktor genetik, asupan garam dalam diet, tingkat stress dapat
berinteraksi untuk memunculkan gejala hipertensi.1,3
Perjalanan penyakit hipertensi esensial berkembang dari hipertensi yang
kadang- kadang muncul menjadi hipertensi yang persisten. Setelah periode
asimtomatik yang lama, hipertensi persisten berkembang menjadi hipertensi dengan
komplikasi, dimana kerusakan organ target di aorta dan arteri kecil, jantung, ginjal,
retina dan susunan saraf pusat. Progresifitas hipertensi dimulai dari prehipertensi pada
8
pasien umur 10-30 tahun (dengan meningkatnya curah jantung) kemudian menjadi
hipertensi dini pada pasien umur 20-40 tahun (dimana tahanan perifer meningkat)
kemudian menjadi hipertensi pada umur 30-50 tahun dan akhirnya menjadi hipertensi
dengan komplikasi pada usia 40-60 tahun.1,3
9
dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak).
berikut beberapa gejala hipertensi :
Sakit kepala
Kelelahan
Mual
Muntah
Sesak nafas
Gelisah
Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada
otak,mata, jantung dan ginjal.
Sering buang air kecil terutama di malam hari
Telinga berdenging.
2.7 Diagnosis
Diagnosis krisis hipertensi harus ditegakkan sedini mungkin, karena hasil
terapi tergantung kepada tindakan yang cepat dan tepat. Tidak perlu menunggu hasil
pemeriksaan yang menyeluruh walaupun dengan data-data yang minimal kita sudah
dapat mendiagnosis suatu krisis hipertensi.3,5
Anamnesis
a. Riwayat hipertensi, lama dan beratnya.
b. Obat anti hipertensi yang digunakan dan kepatuhannya.
c. Usia, sering pada usia 30 70 tahun.
d. Gejala sistem syaraf ( sakit kepala, pusing, perubahan mental, ansietas ).
e. Gejala sistem ginjal ( gross hematuri, jumlah urin berkurang )
f. Gejala sistem kardiovascular (adanya payah jantung, kongestif dan oedem paru,
nyeri dada).
g. Riwayat penyakit glomerulonefrosis, pyelonefritis.
h. Riwayat kehamilan, tanda- tanda eklampsi.
Pemeriksaan fisik
10
Pada pemeriksaan fisik dilakukan pengukuran tekanan darah di kedua lengan,
mencari kerusakan organ sasaran (retinopati, gangguan neurologi, payah jantung
kongestif, diseksi aorta). Palpasi denyut nadi di keempat ekstremitas. Auskultasi
untuk mendengar ada atau tidak bruit pembuluh darah besar, bising jantung dan ronki
paru. Perlu dibedakan komplikasi krisis hipertensi dengan kegawatan neurologi
ataupun payah jantung, kongestif dan oedema paru. Perlu dicari penyakit penyerta
lain seperti penyakit jantung koroner.5
Batasan hipertensi ditetapkan dan dikenal dengan ketetapan JNC VII (The
Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention, Detection,
Evaluation and Treatment of Hight Blood Pressure). Ketetapan ini juga telah
disepakati Badan Kesehatan Dunia (WHO), organisasi hipertensi International (ISH),
maupun organisasi hipertensi regional, termasuk Indonesia (InaSH).3
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium awal : urinalisis, Hb, Ht, ureum, kreatinin, gula
darah dan elektrolit.
Pemeriksaan penunjang: elektrokardiografi, foto thoraks.
Pemeriksaan penunjang lain bila memungkinkan: CT scan kepala,
ekokardiogram, ultrasonogram.
2.8 Penatalaksanaan
1. Terapi nonfarmakologi
Menerapkan gaya hidup sehat bagi setiap orang untuk mencegah tekanan
darah tinggi dan merupakan bagian yang penting dalam penanganan hipertensi.
Semua pasien dengan prehipertensi dan hipertensi harus melakukan perubahan gaya
hidup. Modifikasi gaya hidup yang penting yang terlihat menurunkan tekanan darah
adalah:1,3,4,5
11
mengurangi berat badan untuk individu yang obes atau gemuk;
mengadopsi pola makan DASH (Dietary Approach to Stop Hypertension)
yang kaya akan kalium dan kalsium; diet rendah natrium; aktifitas fisik.
Mengurangi rokok
2.Terapi farmakologi
Kebanyakan pasien dengan hipertensi memerlukan dua atau lebih obat
antihipertensi untuk mencapai target tekanan darah yang diinginkan. Penambahan
obat kedua dari kelas yang berbeda dimulai apabila pemakaian obat tunggal dengan
dosis lazim gagal mencapai target tekanan darah. Apabila tekanan darah melebihi
20/10 mm Hg diatas target, dapat dipertimbangkan untuk memulai terapi dengan dua
obat. Yang harus diperhatikan adalah resiko untuk hipotensi ortostatik, terutama pada
pasien-pasien dengan diabetes, disfungsi autonomik,dan lansia.1,2,3,4,5
Diuretik
Diuretik membantu ginjal membuang garam dan air, yang akan
mengurangi volume cairan di seluruh tubuh sehingga menurunkan tekanandarah.
Diuretik juga menyebabkan pelebaran pembuluh darah. Diuretik menyebabkan
hilangnya kalium melalui air kemih, sehingga kadang diberikan tambahan kalium
atau obat penahan kalium.
Penghambat adrenergik
Terdiri dari alfa-blocker, beta-blocker dan alfa-beta-blocker labetalol, yang
menghambat efek sistem saraf simpatis.Sistem saraf simpatis adalah sistem saraf
yang dengan segera akan memberikan respon terhadap stres, dengan cara
meningkatkan tekanan darah.Yang paling sering digunakan adalah beta-blocker,
yang efektif diberikan kepada: - penderita usia muda- penderita yang pernah
mengalami serangan jantung- penderita dengan denyut jantung yang cepat- angina
pektoris (nyeri dada)- sakit kepala migren.
12
penderita dengan protein dalam air kemihnya yang disebabkan oleh penyakit
ginjal menahun atau penyakit ginjal diabetik- pria yang menderita impotensi
sebagai efek samping dari obat yang lain. Angiotensin-II-bloker menyebabkan
penurunan tekanan darah dengan suatu mekanisme yang mirip dengan ACE-
inhibitor.
13
Tabel obat hipertensi parenteral
Obat Dosis Efek/ lama Perhatian Khusus
kerja
14
2.9 Komplikasi
Hipertensi merupakan faktor resiko utama untuk terjadinya penyakit jantung,
gagal jantung kongesif, stroke, gangguan penglihatan dan penyakit ginjal. Tekanan
darah yang tinggi umumnya meningkatkan resiko terjadinya komplikasi tersebut.
Hipertensi yang tidak diobati akan mempengaruhi semua sistem organ dan akhirnya
memperpendek harapan hidup sebesar 10-20 tahun. 3
Komplikasi yang terjadi pada hipertensi ringan dan sedang mengenai mata,
ginjal, jantung dan otak. Pada mata berupa perdarahan retina, gangguan penglihatan
sampai dengan kebutaan. Gagal jantung merupakan kelainan yang sering ditemukan
pada hipertensi berat selain kelainan koroner dan miokard. Pada otak sering terjadi
perdarahan yang disebabkan oleh pecahnya mikroaneurisma yang dapat
mengakibakan kematian.3
Kelainan lain yang dapat terjadi adalah proses tromboemboli dan serangan
iskemia otak sementara (Transient Ischemic Attack/TIA). Gagal ginjal sering
dijumpai sebagai komplikasi hipertensi yang lama dan pada proses akut seperti pada
hipertensi maligna.3
15
Risiko penyakit kardiovaskuler pada pasien hipertensi ditentukan tidak hanya
tingginya tekanan darah tetapi juga telah atau belum adanya kerusakan organ target
serta faktor risiko lain seperti merokok, dislipidemia dan diabetes melitus. Tekanan
darah sistolik melebihi 140 mmHg pada individu berusia lebih dari 50 tahun,
merupakan faktor resiko kardiovaskular yang penting. Selain itu dimulai dari tekanan
darah 115/75 mmHg, kenaikan setiap 20/10 mmHg meningkatkan risiko penyakit
kardiovaskuler sebanyak dua kali.2
16
BAB III
ANALISIS KASUS
PENDEKATAN HOLISTIK
ANALISIS PASIEN SECARA HOLISTIK
a. Hubungan anamnesis, diagnosis dengan keadaan rumah :
Pasien datang kepuskesmas pakuan baru bersama cucunya dengan keluhan
sulit tidur sejak 1 hari yang lalu. Sejak 2 hari yang lalu pasien mengeluh Sakit
kepala dirasakan hilang timbul, sakit kepala biasanya dirasakan setelah
beraktifitas. Sakit kepala timbul tidak menentu, dan terkadang kepala terasa berat
lehernya juga terasa tegang dan kaku. Sejak 1 hari yang lalu pasien sulit untuk
tidur. Pasien mengaku tidur + 1 jam karena sakit kepala yang dirasakan. Makan
dan minum seperti biasa. Pusing berputar (-), demam (-), pandangan kabur (-),
muntah (-), nyeri dada (-), sesak nafas (-), BAK normal, berwarna kuning muda,
BAB normal. Pasien sebelumnya tidak pernah berobat kepuskesmas. Pasien tidak
pernah mengkonsumsi obat-obatan hipertensi sebelumnya.
17
b. Hubungan diagnosis dengan aspek psikologis di keluarga
Suami dan anak Ny. S sudah lama meninggal. Sekarang Ny. S tinggal
bersama cucu dari adik kandungnya. Keharmonisan dalam keluarga baik.
Tidak ada masala dalam hubungan satu sama lainnya.
Tidak terdapat hubungan psikologis di keluarga dengan penyakit
hipertensi yang diderita Ny. S
18
RENCANA EDUKASI PENYAKIT KEPADA PASIEN DAN KEPADA
KELUARGA
Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakit ini tidak diketahui penyebabnya.
Namum ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhinya:
- faktor yang tidak dapat dimodifikasi yaitu faktor umur.
- faktor yang dapat dimodifikasi yaitu gaya hidup
Faktor gaya hidup merupakan faktor yang dapat dimodifikasi seperti
olah raga yang cukup, berfikir positif, hindari stres dan mengatur pola
makanan dengan benar yakni makan makanan yang rendah kolesterol, diet
rendah garam.
19
20
DAFTAR PUSTAKA
21