Anda di halaman 1dari 21

BAB I

STATUS PASIEN

I. Identitas Pasien
a. Nama/Jenis Kelamin/Umur : Ny. Sukarti / Perempuan / 73 tahun
b. Alamat : RT 01 Pall Merah
c. Pekerjaan : Tidak bekerja
d. Pendidikan : Tidak Sekolah

II. Latar Belakang Sosio-ekonomi-demografi-lingkungan-keluarga


a. Status Perkawinan : menikah
b. Jumlah anak/saudara : 1 orang anak
c. Status ekonomi keluarga : cukup
d. Kondisi Rumah dan keseharian pasien :
.pasien tinggal di Rumah berlantai keramik dan beratap seng. Memiliki
1 ruang tamu yang menyatu dengan ruang keluarga, 1 kamar tidur, dan 1
dapur dan 1 kamar mandi. Sumber air dari PDAM. Kamar mandi
menggunakan wc jongkok. Kondisi rumah lembab dan kurang pencahayaan
karena ventilasi yang kurang disebabkan rumah berdekatan dengan rumah
yang lain.
e. Kondisi Lingkungan Keluarga:
Suami dan anaknya telah meninggal. Kini ia tinggal bersama cucu dari
adiknya. Keluarganya sangat harmonis. Tidak ada masalah dalam hubungan
satu sama lain.

III. Aspek Psikologis di Keluarga : baik


IV. Riwayat Penyakit Dahulu/keluarga :
- Riwayat hipertensi tidak diketahui, Pasien tidak pernah berobat sebelumnya.
- Riwayat diabetes melitus disangkal.
- Riwayat stroke disangkal.
- Riwayat keluarga hipertensi ada.

V. Keluhan Utama :
Sulit tidur sejak 1 hari yang lalu

VI. Riwayat Penyakit Sekarang : (autoanamnesa)


Tanggal 09-04-2014 Pasien datang kepuskesmas pakuan baru bersama
cucunya dengan keluhan sulit tidur sejak 1 hari yang lalu. Sejak 2 hari yang
lalu pasien mengeluh Sakit kepala dirasakan hilang timbul, sakit kepala

1
biasanya dirasakan setelah beraktifitas. Sakit kepala timbul tidak menentu, dan
terkadang kepala terasa berat lehernya juga terasa tegang dan kaku. Sejak 1 hari
yang lalu pasien sulit untuk tidur. Pasien mengaku tidur + 1 jam karena sakit
kepala yang dirasakan. Makan dan minum seperti biasa. Pusing berputar (-),
demam (-), pandangan kabur (-), muntah (-), nyeri dada (-), sesak nafas (-),
BAK normal, berwarna kuning muda, BAB normal. Pasien sebelumnya tidak
pernah berobat kepuskesmas. Pasien tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan
hipertensi sebelumnya.

Pasien mengaku 3 hari sebelumnya tanggal 06-04-2014 ada makan gulai


kambing di acara sunatan di sebelah rumahnya. Sebelumnya pasien juga pernah
mengalami sakit kepala jika telah makan gulai kambing namun tidak sampai
sulit tidur.

VII. Pemeriksaan Fisik :


Keadaan Umum
1. Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
2. Tanda vital
Suhu : 36,8C
Tekanan darah : 180/100 mmHg
Nadi : 83 x/menit
Pernafasan
- Frekuensi : 18 x/menit
- Irama : reguler
- Tipe : thorakoabdominal

3. Kulit
- Turgor : baik
- Lembab / kering : lembab
- Lapisan lemak : ada

Status Generalis

1. Kepala : Normocephale, rambut hitam keputihan


Mata : Edema palpebra (-/-), ca (-/-), sklera ikterik (-/-). Pupil isokor.
Telinga : Bentuk normal, sekret (-/-)
Hidung : Napas cuping hidung (-), sekret (-/-)
Mulut : Mukosa lembab, bibir sianosis (-), Lidah kotor (-)
Tenggorokan: hiperemis (-)

2. Leher : Deviasi trakea (-), pembesaran kelenjar limfe (-). JVP (5-2)

2
3. Thoraks : Bentuk simetris normal, benjolan (-), retraksi (-)
4. Thorax

Pulmo

Pemeriksaan Kanan Kiri


Inspeksi Simetris, retraksi dinding dada (+)
Palpasi Stem fremitus Stem fremitus normal
menurun pada lobus Krepitasi (-)
superior
Krepitasi (-)
Perkusi Sonor Sonor
Batas paru-hepar :ICS
VI kanan
Auskultasi Wheezing (-), rhonki Wheezing (-), rhonki
basah halus (+) pada (-)
lobus superior

Jantung

Inspeksi Ictus cordis terlihat di ICS V linea midclavicula


kiri

Palpasi Ictus cordis teraba di ICS V 1 jari lateral linea


midclavicula kiri

Perkusi Batas-batas jantung :


Atas : ICS II kiri
Kanan : linea sternalis kanan
Kiri : ICS VI 2 jari lateral linea midclavicula
kiri
Auskultasi BJ I dan II regular, murmur (-), gallop (-)

5. Abdomen

Inspeksi Datar, skar (-), venektasi (-), spidernevi (-)

Palpasi NT (-) epigastrium, Hepar dan lien tak teraba

Perkusi Timpani

Auskultasi Bising usus (+) Normal

3
6. Ekstremitas :
Superior : Edema (-/-), akral dingin (-/-), kekuatan otot 5-5
Inferior : Edema (-/-), akral dingin (-/-), Kekuatan otot 5-5

VIII. Pemeriksaan Anjuran


Darah Rutin
Kolesterol
Asam Urat
GDS
Fungsi Ginjal
Rontgen torax

IX. Diagnosis Kerja


Hipertensi Grade II

X. Diagnosa Banding
- Tension Headache
- Gagal Ginjal Akut
- Peningkatan Tekanan Intraserebral

XI. Manajemen
a. Promotif :
- Mengatur pola makan yang benar, makan makanan yang rendah garam.
- Lakukan olah raga secara teratur.
- Mengkonsumsi obat secara rutin.
- Menerangkan kepada pasien tentang bahayanya penyakit hipertensi dan
komplikasinya.
b. Preventif :
- Menyarankan agar pasien menjaga pola makannya dengan diet rendah
garam, rendah lemak dan tinggi serat
- Menyarankan agar pasien banyak banyak berolahraga.
- Menyarankan agar pasien teratur minum obat dan memeriksakan tekanan
darahnya ke puskesmas secara berkala.
- Menyarankan untuk mengurangi beban pikiran.
c. Kuratif :
Non Farmakologi
Istirahat yang cukup
Diet rendah garam, rendah lemak dan tinggi serat.
Farmakologi
Nifedipine tablet 3 x 10 mg
Furosemid tab 1 x 40 mg
Paracetamol tab 3 x 500 mg (kalau sakit kepala saja)
d. Rehabilitatif

4
Memantau tekanan darah pasien secara rutin. Hal ini dilakukan dengan
kerja sama dari pasien tersebut dengan mengikuti saran dokter untuk datang
secara berkala. Meningingatkan cucu Ny. Sukarti untuk membawa neneknya
kontrol ke puskesmas setelah obat habis
Dinas Kesehatan Kota Jambi
Puskesmas III Pakuan Baru
Dokter : Mudsa Ileto
SIP : No.212/SIK/2014

Tanggal : 9 April 2014


R/ Nifedipine 10 mg No XXI
3 dd tab I
R/ Furosemid tab 40 mg No VII
1 dd tab I ( pagi)
R/ Paracetamol tab 500 mg No IX
p.r.n t dd tab I

Pro : Ny. Sukarti / 73 tahun


Alamat : RT 01 Pall Merah
Resep Tidak Boleh Ditukar Tanpa Sepengetahuan Dokter

Dinas Kesehatan Kota Jambi


Puskesmas III Pakuan Baru
Dokter : Mudsa Ileto
SIP : No.212/SIK/2014

5
Tanggal : 9 April 2014
R/ Captopril tab 12.5 mg No XXI
3 dd tab I
R/ Hydroclhorthiazide tab 25 mg No VII
1 dd tab ( pagi)
R/ Natrium Diklofenak 50 mg No IX
p.r.n 3 dd tab I

Pro : Ny. Sukarti / 73 tahun


Alamat : RT 01 Pall Merah
Resep Tidak Boleh Ditukar Tanpa Sepengetahuan Dokter
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Hipertensi adalah keadaan tekanan darah yang sama atau melebihi 140 mmHg
sistolik dan sama atau melebihi 90mmHg diastolik pada seseorang yang tidak sedang
mengkomsumsi obat antihipertensi.1 Hipertensi sering disebut sebagai the silent
disease karena penderita umumnya tidak mengetahui dirinya mengidap hipertensi
sebelum memeriksakan tekanan darahnya.1
Hipertensi yang lama atau berat dapat menimbulkan komplikasi berupa
kerusakan organ pada jantung, otak, ginjal, mata dan pembuluh darh perifer.1
Hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya didefinisikan sebagai hipertensi
esensial. Beberapa penulis memilih istilah hipertensi primer, untuk membedakan
dengan hipertensi sekunder (diketahui penyebabnya).1,2

2.2 Epidemiologi
Hipertensi merupakan salah satu penyakit utama didunia, mengenai hamper
50 juta orang di amerika serikat dan hamper 1 miliar orang diseluruh dunia.
Meningkatnya populasi usia lanjut, maka jumlah pasien hipertensi juga bertambah.
Lebih dari separuh orang berusia di atas 65 tahun menderita hipertensi. Pengendalian
tekanan darah penderita hipertensi hanya mencapai 34 % dari seluruh penderita

6
hipertensi.2,3
2.3 Etiologi
Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :3
1. Hipertensi essensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya,
disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitr 90% kasus. Banyak faktor
yang mempengaruhinya,seperti genetic, lingkungan, hiperaktivitas susunan
saraf simpatis, system rennin-angiotensin, defek dalam eksresi Na,
peningkatan Na dan Ca intraseluler dan faktor-faktor yang meningkatkan
resiko seperti obesitas, alcohol, merokok serta polisitemia.

2. Hipertensi sekunder. Terdapat sekitar 5 % kasus. Penyebab spesifiknya


diketahui, seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vascular
renal, hiperaldosteronisme primer, sindroma cushing, feokromasitoma,
koarktasio aorta, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan, pemakaian
obat-obatan seperti pil KB, kortikosteroid, simpatomimetik amin (efedrin,
fenilefrin, fenilpropanolamin, amfetamin), siklosporin dan eritropoitin dan
lain-lain.

2.4 Faktor Faktor Risiko


Hipertensi disebabkan oleh faktor-faktor yang dapat dimodifikasi atau
dikendalikan serta faktor yang tidak dapat dimodifikasi.1,2,3
a. Faktor yang tidak dapat dimodifikasi atau dikendalikan
1. Genetik.
2. Umur
3. Jenis Kelamin
4. Etnis
5. Penyakit Ginjal
6. Obat-obataan
7. Preeklampsi pada kehamilan
8. Keracunan timbal akut
b. Faktor yang dapat dimodifikasi atau dikendalikan
1. Stress
2. Obesitas
3. Nutrisi
4. Merokok
5. Kurang olahraga

7
2.5 Patofisiologi
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II
dari angiotensin I oleh angiotensin I converting enzyme (ACE). ACE memegang
peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung
angiotensinogen yang diproduksi di hati. Selanjutnya oleh hormon, renin (diproduksi
oleh ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di paru-paru,
angiotensin I diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II inilah yang memiliki
peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama.1,3
Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan
rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal
untuk mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH, sangat
sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi pekat
dan tinggi osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan
ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume
darah meningkat yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah.1,3
Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal.
Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal.
Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi
NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi
NaCl akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan
ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah.1,3
Patogenesis dari hipertensi esensial merupakan multifaktorial dan sangat
komplek. Faktor-faktor tersebut merubah fungsi tekanan darah terhadap perfusi
jaringan yang adekuat meliputi mediator hormon, aktivitas vaskuler, volume sirkulasi
darah, kaliber vaskuler, viskositas darah, curah jantung, elastisitas pembuluh darah
dan stimulasi neural. Patogenesis hipertensi esensial dapat dipicu oleh beberapa
faktor meliputi faktor genetik, asupan garam dalam diet, tingkat stress dapat
berinteraksi untuk memunculkan gejala hipertensi.1,3
Perjalanan penyakit hipertensi esensial berkembang dari hipertensi yang
kadang- kadang muncul menjadi hipertensi yang persisten. Setelah periode
asimtomatik yang lama, hipertensi persisten berkembang menjadi hipertensi dengan
komplikasi, dimana kerusakan organ target di aorta dan arteri kecil, jantung, ginjal,
retina dan susunan saraf pusat. Progresifitas hipertensi dimulai dari prehipertensi pada

8
pasien umur 10-30 tahun (dengan meningkatnya curah jantung) kemudian menjadi
hipertensi dini pada pasien umur 20-40 tahun (dimana tahanan perifer meningkat)
kemudian menjadi hipertensi pada umur 30-50 tahun dan akhirnya menjadi hipertensi
dengan komplikasi pada usia 40-60 tahun.1,3

2.6 Gejala Klinis


Hipertensi diduga dapat berkembang menjadi masalah kesehatan yang lebih
serius dan bahkan dapat menyebabkan kematian. Seringkali hipertensi disebut sebagai
silent killer karena dua hal, yaitu:1,2,3,4,5
Hipertensi sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak memilikigejala
khusus. Gejala ringan seperti pusing, gelisah, mimisan, dan sakit
kepala biasanya jarang berhubungan langsung dengan hipertensi. Hipertensi
dapat diketahui dengan mengukur tekanan darah secara teratur.
Penderita hipertensi, apabila tidak ditangani dengan baik, akan
mempunyairisiko besar untuk meninggal karena komplikasi kardiovaskular
seperti stroke,serangan jantung, gagal jantung, dan gagal ginjal

Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala;


meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan

9
dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak).
berikut beberapa gejala hipertensi :
Sakit kepala
Kelelahan
Mual
Muntah
Sesak nafas
Gelisah
Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada
otak,mata, jantung dan ginjal.
Sering buang air kecil terutama di malam hari
Telinga berdenging.

Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan


bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati
hipertensif, yang memerlukan penanganan segera.

2.7 Diagnosis
Diagnosis krisis hipertensi harus ditegakkan sedini mungkin, karena hasil
terapi tergantung kepada tindakan yang cepat dan tepat. Tidak perlu menunggu hasil
pemeriksaan yang menyeluruh walaupun dengan data-data yang minimal kita sudah
dapat mendiagnosis suatu krisis hipertensi.3,5
Anamnesis
a. Riwayat hipertensi, lama dan beratnya.
b. Obat anti hipertensi yang digunakan dan kepatuhannya.
c. Usia, sering pada usia 30 70 tahun.
d. Gejala sistem syaraf ( sakit kepala, pusing, perubahan mental, ansietas ).
e. Gejala sistem ginjal ( gross hematuri, jumlah urin berkurang )
f. Gejala sistem kardiovascular (adanya payah jantung, kongestif dan oedem paru,
nyeri dada).
g. Riwayat penyakit glomerulonefrosis, pyelonefritis.
h. Riwayat kehamilan, tanda- tanda eklampsi.

Pemeriksaan fisik

10
Pada pemeriksaan fisik dilakukan pengukuran tekanan darah di kedua lengan,
mencari kerusakan organ sasaran (retinopati, gangguan neurologi, payah jantung
kongestif, diseksi aorta). Palpasi denyut nadi di keempat ekstremitas. Auskultasi
untuk mendengar ada atau tidak bruit pembuluh darah besar, bising jantung dan ronki
paru. Perlu dibedakan komplikasi krisis hipertensi dengan kegawatan neurologi
ataupun payah jantung, kongestif dan oedema paru. Perlu dicari penyakit penyerta
lain seperti penyakit jantung koroner.5
Batasan hipertensi ditetapkan dan dikenal dengan ketetapan JNC VII (The
Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention, Detection,
Evaluation and Treatment of Hight Blood Pressure). Ketetapan ini juga telah
disepakati Badan Kesehatan Dunia (WHO), organisasi hipertensi International (ISH),
maupun organisasi hipertensi regional, termasuk Indonesia (InaSH).3

Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah Pada Dewasa menurut JNC VII


Kategori Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Diastolik

Normal < 120 mmHg (dan) < 80 mmHg

Pre-hipertensi 120-139 mmHg (atau) 80-89 mmHg

Stadium 1 140-159 mmHg (atau) 90-99 mmHg

Stadium 2 >= 160 mmHg (atau) >= 100 mmHg

Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium awal : urinalisis, Hb, Ht, ureum, kreatinin, gula
darah dan elektrolit.
Pemeriksaan penunjang: elektrokardiografi, foto thoraks.
Pemeriksaan penunjang lain bila memungkinkan: CT scan kepala,
ekokardiogram, ultrasonogram.

2.8 Penatalaksanaan
1. Terapi nonfarmakologi
Menerapkan gaya hidup sehat bagi setiap orang untuk mencegah tekanan
darah tinggi dan merupakan bagian yang penting dalam penanganan hipertensi.
Semua pasien dengan prehipertensi dan hipertensi harus melakukan perubahan gaya
hidup. Modifikasi gaya hidup yang penting yang terlihat menurunkan tekanan darah
adalah:1,3,4,5

11
mengurangi berat badan untuk individu yang obes atau gemuk;
mengadopsi pola makan DASH (Dietary Approach to Stop Hypertension)
yang kaya akan kalium dan kalsium; diet rendah natrium; aktifitas fisik.
Mengurangi rokok

2.Terapi farmakologi
Kebanyakan pasien dengan hipertensi memerlukan dua atau lebih obat
antihipertensi untuk mencapai target tekanan darah yang diinginkan. Penambahan
obat kedua dari kelas yang berbeda dimulai apabila pemakaian obat tunggal dengan
dosis lazim gagal mencapai target tekanan darah. Apabila tekanan darah melebihi
20/10 mm Hg diatas target, dapat dipertimbangkan untuk memulai terapi dengan dua
obat. Yang harus diperhatikan adalah resiko untuk hipotensi ortostatik, terutama pada
pasien-pasien dengan diabetes, disfungsi autonomik,dan lansia.1,2,3,4,5

Diuretik
Diuretik membantu ginjal membuang garam dan air, yang akan
mengurangi volume cairan di seluruh tubuh sehingga menurunkan tekanandarah.
Diuretik juga menyebabkan pelebaran pembuluh darah. Diuretik menyebabkan
hilangnya kalium melalui air kemih, sehingga kadang diberikan tambahan kalium
atau obat penahan kalium.

Penghambat adrenergik
Terdiri dari alfa-blocker, beta-blocker dan alfa-beta-blocker labetalol, yang
menghambat efek sistem saraf simpatis.Sistem saraf simpatis adalah sistem saraf
yang dengan segera akan memberikan respon terhadap stres, dengan cara
meningkatkan tekanan darah.Yang paling sering digunakan adalah beta-blocker,
yang efektif diberikan kepada: - penderita usia muda- penderita yang pernah
mengalami serangan jantung- penderita dengan denyut jantung yang cepat- angina
pektoris (nyeri dada)- sakit kepala migren.

Angiotensin converting enzyme inhibitor


Menyebabkan penurunan tekanan darah dengan cara melebarkan arteri. Obat ini
efektif diberikan kepada:- orang kulit putih- usia muda- penderita gagal jantung -

12
penderita dengan protein dalam air kemihnya yang disebabkan oleh penyakit
ginjal menahun atau penyakit ginjal diabetik- pria yang menderita impotensi
sebagai efek samping dari obat yang lain. Angiotensin-II-bloker menyebabkan
penurunan tekanan darah dengan suatu mekanisme yang mirip dengan ACE-
inhibitor.

Algoritma untuk evaluasi Krisis Hipertensi


parameter Hipertensi urgency Hipertensi
emergency
Biasa Mendesak
Tekanan darah >180/110 >180/110 >220/140
Gejala Sakit kepala, Sakit kepala hebat, Sesak nafas, nyeri
kecemasan, sering sesak nafas dada, nokturia,
kali tanpa gejala disarthria,
kelemahan,
kesadaran menurun
Pemeriksaan Tidak ada Kerusakan organ Enselopati, edema
kerusakan organ target, muncul paru, insufisiensi
target, tidak ada klinis penyakit ginjal, iskemia
penyakit kardiovaskuler, jantung
kardiovaskuler stabil
Terapi Awasi 1-3 jam, Awasi 3-6 jam, Pasang jalur IV,
memulai atau obat oral berjangka periksa
teruskan obat oral, kerja pendek laboratorium
naikkan dosis standar, terapi obat
IV
Rencana Periksa ulang Periksa ulang Rawat ruangan
dalam 3 hari dalam 24 jam ICU

13
Tabel obat hipertensi parenteral
Obat Dosis Efek/ lama Perhatian Khusus
kerja

Sodium 0,25-10mg /kg/ Langsung/2-3 Mula, muntah, penggunaan


nittroprusside menit sebagai menit setelah jangka panjang dapat
infuse IV infus menyebabkan keracunan
tiosianat,methemoglobinemia,
asidosis, keracunan sianida
Nitrogliserin 500-1000mg 2-5 menit/5-10 Sakit kepala,takikardi,
sebagai infuse menit muntah, methemoglobinuria,
IV membutuhkan system
pengiriman khusus karena
obat mengikat pipa PVS
Nicardipine 5-15mg/jam 1-5 menit/15- Takikardi, mual, muntah,
sebagai infuse 30 menit sakit kepala, peningkatan
iV tekanan intra cranial,
hipotensi
Klonidin 150ug, 6 amp 30-60 min/24 Enselopati dengan gangguan
per 250 cc jam koroner
glukosa 5 %
mikrodrip
Diltiazem 5-15ug/kg/menit 1-5 min/15-30 Takikardi, mula, mntah, sakit
sebagai infuse min kepala, peningkatan tekanan
IV intracranial, hipotensi

14
2.9 Komplikasi
Hipertensi merupakan faktor resiko utama untuk terjadinya penyakit jantung,
gagal jantung kongesif, stroke, gangguan penglihatan dan penyakit ginjal. Tekanan
darah yang tinggi umumnya meningkatkan resiko terjadinya komplikasi tersebut.
Hipertensi yang tidak diobati akan mempengaruhi semua sistem organ dan akhirnya
memperpendek harapan hidup sebesar 10-20 tahun. 3

Mortalitas pada pasien hipertensi lebih cepat apabila penyakitnya tidak


terkontrol dan telah menimbulkan komplikasi ke beberapa organ vital. Sebab
kematian yang sering terjadi adalah penyakit jantung dengan atau tanpa disertai
stroke dan gagal ginjal. Dengan pendekatan sistem organ dapat diketahui komplikasi
yang mungkin terjadi akibat hipertensi, yaitu:3

No Sistem organ Komplikasi


.
1. Jantung Infark miokard, Angina pectoris, Gagal jantung
kongestif
2. System saraf pusat Stroke, Ensefalopati hipertensif

3. Ginjal Gagal ginjal kronis

4. Mata Retinopati hipertensif

5. Pembuluh darah perifer Penyakit pembuluh darah perifer

Komplikasi yang terjadi pada hipertensi ringan dan sedang mengenai mata,
ginjal, jantung dan otak. Pada mata berupa perdarahan retina, gangguan penglihatan
sampai dengan kebutaan. Gagal jantung merupakan kelainan yang sering ditemukan
pada hipertensi berat selain kelainan koroner dan miokard. Pada otak sering terjadi
perdarahan yang disebabkan oleh pecahnya mikroaneurisma yang dapat
mengakibakan kematian.3

Kelainan lain yang dapat terjadi adalah proses tromboemboli dan serangan
iskemia otak sementara (Transient Ischemic Attack/TIA). Gagal ginjal sering
dijumpai sebagai komplikasi hipertensi yang lama dan pada proses akut seperti pada
hipertensi maligna.3

15
Risiko penyakit kardiovaskuler pada pasien hipertensi ditentukan tidak hanya
tingginya tekanan darah tetapi juga telah atau belum adanya kerusakan organ target
serta faktor risiko lain seperti merokok, dislipidemia dan diabetes melitus. Tekanan
darah sistolik melebihi 140 mmHg pada individu berusia lebih dari 50 tahun,
merupakan faktor resiko kardiovaskular yang penting. Selain itu dimulai dari tekanan
darah 115/75 mmHg, kenaikan setiap 20/10 mmHg meningkatkan risiko penyakit
kardiovaskuler sebanyak dua kali.2

16
BAB III
ANALISIS KASUS

PENDEKATAN HOLISTIK
ANALISIS PASIEN SECARA HOLISTIK
a. Hubungan anamnesis, diagnosis dengan keadaan rumah :
Pasien datang kepuskesmas pakuan baru bersama cucunya dengan keluhan
sulit tidur sejak 1 hari yang lalu. Sejak 2 hari yang lalu pasien mengeluh Sakit
kepala dirasakan hilang timbul, sakit kepala biasanya dirasakan setelah
beraktifitas. Sakit kepala timbul tidak menentu, dan terkadang kepala terasa berat
lehernya juga terasa tegang dan kaku. Sejak 1 hari yang lalu pasien sulit untuk
tidur. Pasien mengaku tidur + 1 jam karena sakit kepala yang dirasakan. Makan
dan minum seperti biasa. Pusing berputar (-), demam (-), pandangan kabur (-),
muntah (-), nyeri dada (-), sesak nafas (-), BAK normal, berwarna kuning muda,
BAB normal. Pasien sebelumnya tidak pernah berobat kepuskesmas. Pasien tidak
pernah mengkonsumsi obat-obatan hipertensi sebelumnya.

Pasien mengaku 3 hari sebelumnya ada makan gulai kambing di acara


sunatan di sebelah rumahnya. Sebelumnya pasien juga pernah mengalami sakit
kepala jika sehabis makan gulai kambing, dan dari pemeriksaan fisik didapatkan
TD : 180/100 mmHg,

Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik ditegakkan diagnosis pasien


mengalami hipertensi grade II berdasarkan klasifikasi JNC VII

Pasien tinggal di Rumah berlantai keramik dan beratap seng. Memiliki 1


ruang tamu yang menyatu dengan ruang keluarga, 1 kamar tidur, dan 1 dapur dan 1
kamar mandi. Sumber air dari PDAM. Kamar mandi menggunakan wc jongkok.
Kondisi rumah lembab dan kurang pencahayaan karena ventilasi yang kurang
disebabkan rumah berdekatan dengan rumah yang lain.

17
b. Hubungan diagnosis dengan aspek psikologis di keluarga
Suami dan anak Ny. S sudah lama meninggal. Sekarang Ny. S tinggal
bersama cucu dari adik kandungnya. Keharmonisan dalam keluarga baik.
Tidak ada masala dalam hubungan satu sama lainnya.
Tidak terdapat hubungan psikologis di keluarga dengan penyakit
hipertensi yang diderita Ny. S

c. Hubungan kausal antara beberapa masalah dengan diagnosis


Penyebab hipertensi terbagi 2 yaitu hipertensi esensial dan hipertensi sekunder.
Pada pasien ini penyebab hipertensi tidak diketahui atau sering disebut
hipertensi esensial. Dimana hipertensi ini dialami sekitar 90% kasus...

d. Analisis kemungkinan berbagai faktor risiko atau etiologi penyakit :


Adapun faktor yang menimbulkan penyakit hipertensi pada pasien ini terdiri
dari 2 faktor yakni faktor yang dapat dimodifikasi dan faktor yang tidak dapat
dimodifikasi. Dimana faktor yang tidak dapat dimodifikasi adalah faktor
umur, sedangkan faktor yang dapat dimodifikasi adalah gaya hidup yang
kurang sehat. Seperti tidak mengatur pola makan dengan benar serta
kurangnya berolahraga.

e. Analisis untuk menghindari faktor memperberat dan penularan penyakit :


Untuk menghindari faktor yang memperberat yaitu dengan memodifikasi gaya
hidup yang sehat seperti mengatur pola makan dengan benar, hindari makan
yang mengandung kolesterol seperti makanan bersantan, hindari stres, olah
raga yang teratur. Selain itu pasien juga kontrol teratur, periksa tekanan darah
secara rutin serta mengkonsumsi obat yang teratur.

RENCANA PROMOSI DAN PENDIDIKAN KESEHATAN KEPADA PASIEN


DAN KEPADA KELUARGA
Menjelaskan kepada pasien tentang penyakitnya, faktor risiko, dan bagaimana
mengatasinya.

18
RENCANA EDUKASI PENYAKIT KEPADA PASIEN DAN KEPADA
KELUARGA
Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakit ini tidak diketahui penyebabnya.
Namum ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhinya:
- faktor yang tidak dapat dimodifikasi yaitu faktor umur.
- faktor yang dapat dimodifikasi yaitu gaya hidup
Faktor gaya hidup merupakan faktor yang dapat dimodifikasi seperti
olah raga yang cukup, berfikir positif, hindari stres dan mengatur pola
makanan dengan benar yakni makan makanan yang rendah kolesterol, diet
rendah garam.

ANJURAN-ANJURAN PROMOSI KESEHATAN PENTING YANG DAPAT


MEMBERI SEMANGAT/MEMPERCEPAT PENYEMBUHAN PADA PASIEN
Pasien diberi nasehat bahwa hipertensi itu merupakan penyakit yang
berbahaya bila dibiarkan. Hipertensi bila dibiarkan dapat menyebabkan pembuluh
darah menjadi kaku dan bisa tersumbat bahkan bisa pecah sehingga dapat
menyebabkan komplikasi seperti stroke bahkan kematian.
Oleh karena itu pasien dianjurkan :
Mengatur pola makan yang benar, makan makanan yang rendah kolesterol,
diet rendah garam atau menggunakan garam untuk hipertensi.
Lakukan olah raga secara teratur.
Tidak merokok dan jauhkan diri dari asap rokok
Mengkonsumsi obat secara rutin.
Jika klinis memberat, segera di bawa ke Rumah Sakit untuk pemeriksaan
lebih lanjut.

19
20
DAFTAR PUSTAKA

1. Djuanda A, dkk. Dermatofitosis. Dalam : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin


Edisi Kelima.Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2007. Hal 176-177
2. Harahap M, dkk. Dermatofitosis. Dalam: Ilmu Penyakit
Kulit.Jakarta:Hipokrates 2000.Hal: 245-247
3. Sjamsoe S, Emmy. Penyakit Kulit yang Umum di Indonesia, Sebuah Panduan
Bergambar. Jakarta: PT Medical Multimedia Indonesia. 2005. Hal 103
4. Mansjoer A, Suprohaita. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 2.
Jakarta: Media Aesculapius. 2009. Hal 132
5. Siregar R.S. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit Edisi 2. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.2005. Hal 247-249
6. Mallory S.B. Bree, A. Illustrated Manual of Pediatric Dermatology. London &
New York: Taylor & Francis Group. 2005. Hal 78-79
7. Wolff K. Goldsmith A.L. Fitpatricks. Dermatology In General Medicine
Seventh Edition Volumes 1 & 2. New York: Mc Graw Hill Medical. 2008. Hal
768

21

Anda mungkin juga menyukai