Anda di halaman 1dari 22

BAB I

STATUS PASIEN

I. Identitas Pasien
a. Nama/Jenis Kelamin/Umur : Ny. M / Perempuan / 46 tahun
b. Pekerjaan : IRT
c. Alamat : RT 17kel. Selamat

II. Latar Belakang Sosio-ekonomi-demografi-lingkungan-keluarga


a. Status Perkawinan : menikah
b. Jumlah anak/saudara : 1 orang anak
c. Status ekonomi keluarga
1) Mampu : +
2) Miskin : -

III. Aspek Psikologis di Keluarga : baik

IV. Riwayat Penyakit Dahulu/keluarga :


- Riwayat hipertensi disangkal.
- Riwayat stroke disangkal.
- Riwayat diabetes melitus disangkal.
- Riwayat mengalami serangan sakit seperti ini sebelumnya disangkal.
- Riwayat keluarga hipertensi disangkal.
- Riwayat trauma kepala disangkal.
- Riwayat Maag (+)
V. Keluhan Utama :
Os mengeluh pusing berputar disertai mual sejak ±4 jam sebelum datang ke
puskesmas.

VI. Riwayat Penyakit Sekarang : (autoanamnesa)

1
± 4 jam sebelum os berobat ke puskesmas, saat pasien baru selesai solat
subuh dan akan kembali tidur, pasien tiba-tiba merasa pusing yang berputar-
putar, pasien merasakan benda di sekitarnya seolah-olah bergerak. Akibat
pusing tersebut pasien tidak sanggup membuka matanya, tidak beberapa
lama kemudian os merasa mual, muntah (-). Pasien mencoba untuk berjalan
dan karena pusing pasien sempoyongan dan hampir terjatuh. Pasien tidak
mengalami keluhan telinga berdenging ataupun pendengaran berkurang.
Pasien mengaku suka mengkonsumsi makanan bersantan, os tidak merokok.
Demam (-), Nyeri ulu hati disangkal. BAK dan BAB tidak ada keluhan.

VII. Pemeriksaan Fisik :


Keadaan Umum
1. Keadaan sakit : tampak sakit sedang
2. Kesadaran : compos mentis
3. Suhu : 36,2°C
4. Tekanan darah : 110/60 mmHg
5. Nadi : 78 x/menit
6. Pernafasan
- Frekuensi : 20 x/menit
- Irama : reguler
- Tipe : thorakoabdominal
7. Kulit
- Turgor : baik
- Lembab / kering : lembab
- Lapisan lemak : ada
Pemeriksaan Organ
1. Kepala Bentuk : normocephal
Simetri : simetris
2. Mata Exopthalmus/enophtal : (-)
Kelopak : normal
Conjungtiva : anemis (-)

2
Sklera : ikterik (-)
Kornea : normal
Pupil : bulat, isokor, reflex cahaya
+
/+
Lensa : normal, keruh (-)
Gerakan bola mata : baik
3. Hidung : tak ada kelainan
4. Telinga : tak ada kelainan
5. Mulut Bibir : lembab
Bau pernafasan : normal
Gigi geligi : lengkap
Palatum : deviasi (-)
Gusi : warna merah muda,
perdarahan (-)
Selaput Lendir : normal
Lidah : putih kotor, ulkus (-)
6. Leher KGB : tak ada pembengkakan
Kel.tiroid : tak ada pembesaran
JVP : 5 - 2 cmH2O
7. Thorax Bentuk : simetris
Pergerakan dinding dada : tidak ada yang
tertinggal
Pulmo

Pemeriksaan Kanan Kiri

Inspeksi Statis & dinamis: Statis & dinamis :


simetris simetris
Palpasi Stem fremitus normal Stem fremitus normal

3
Perkusi Sonor Sonor
Batas paru-hepar :ICS
VI kanan

Auskultasi Wheezing (-), rhonki Wheezing (-), rhonki


(-) (-)

Jantung

Inspeksi Ictus cordis terlihat di ICS V linea midclavicula


kiri

Palpasi Ictus cordis teraba di ICS V linea midclavicula


kiri

Perkusi Batas-batas jantung :


Atas : ICS II kiri
Kanan : linea sternalis kanan
Kiri : ICS VI linea midclavicula kiri
Auskultasi BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-)

8. Abdomen

Inspeksi Datar, skar (-), venektasi (-), spidernevi (-)

Palpasi Nyeri tekan regio epigastrium (+), defans musculer (-), ,


hepatomegali (-), splenomegali (-), nyeri ketok
costovertebra (-/-)

4
Perkusi Timpani

Auskultasi Bising usus (+) normal

9. Ekstremitas Atas
Edema (-), akral hangat, kekuatan otot 5 - 5
10. Ekstremitas bawah
Edema (-), akral hangat., kekuatan otot 5 - 5
Pemeriksaan Khusus : Romberg tes (+)

VIII. Diagnosis : Vertigo

IX. Diagnosis banding : Penyakit Meniere


VPPJ (Vertigo Posisi Paroksismal Jinak)

X. Pemeriksaan Anjuran
Kimia darah lengkap

XI. Manajemen
a. Preventif :
- Menghindari makanan yang dapat mengiritasi terutama makanan yang
pedas, asam, gorengan atau berlemak.

b. Promotif :
- Mengatur pola makan yang benar, makan makanan yang rendah
kolesterol.
- Lakukan olah raga ringan secara teratur.
c. Kuratif :
Non Medikamentosa
 Istirahat

5
 Diet tinggi serat
 Minum banyak air putih
Medikamentosa
 Betahistin tablet 3 x 1
 Antasida tablet 3 x 1

d. Rehabilitatif
 Meningkatkan daya tahan tubuh dengan mengatur pola makan
yang bergizi untuk pemulihan kesehatan tubuh pasien.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi Alat Keseimbangan Tubuh


Terdapat tiga sistem yang mengelola pengaturan keseimbangan tubuh
yaitu : sistemvestibular, sistem proprioseptik, dan sistem optik. Sistem vestibular
meliputi labirin (aparatusvestibularis), nervus vestibularis dan vestibular sentral.
Labirin terletak dalam pars petrosa ostemporalis dan dibagi atas koklea (alat
pendengaran) dan aparatus vestibularis (alatkeseimbangan). Labirin yang
merupakan seri saluran, terdiri atas labirin membran yang berisiendolimfe dan
labirin tulang berisi perilimfe, dimana kedua cairan ini mempunyai
komposisikimia berbeda dan tidak saling berhubungan.1
Aparatus vestibularis terdiri atas satu pasang organ otolith dan tiga pasang
kanalissemisirkularis. Otolith terbagi atas sepasang kantong yang disebut sakulus
dan utrikulus.Sakulus dan utrikulus masing-masing mempunyai suatu penebalan
atau makula sebagaimekanoreseptor khusus. Makula terdiri dari sel-sel rambut
dan sel penyokong. Kanalissemisirkularis adalah saluran labirin tulang yang berisi
perilimfe, sedang duktussemisirkularis adalah saluran labirin selaput berisi
endolimfe. Ketiga duktus semisirkularisterletak saling tegak lurus.1
Sistem vestibular terdiri dari labirin, bagian vestibular nervus kranialis
kedelapan(yaitu nervus vestibularis, bagian nervus vestibulokokhlearis), dan nuklei
vestibularis dibagian otak, dengan koneksi sentralnya. Labirin terletak di dalam
bagian petrosus ostempolaris dan terdiri dari utrikulus, sakulus, dan tigan kanalis
semisirkularis. Labirinmembranosa terpisah dari labirin tulang oleh rongga kecil
yang terisi dengan perilimf; organmembranosa itu sendiri berisi endolimf.
Urtikulus, sakulus, dan bagian kanalis semisirkularisyang melebar (ampula)
mengandung organ reseptor yang berfungsi untuk mempertahankankeseimbangan.1

7
Gambar 1. Organ pendengaran dan keseimbangan1

Tiga kanalis semisirkularis terletak di bidang yang berbeda. Kanalis


semisirkularislateral terletak di bidang horizontal, dan dua kanalis semisirkularis
lainnya tegak lurusdengannya dan satu sama lain. Kanalis semisirkularis posterior
sejajar dengan aksis ospetrosus, sedangkan kanalis semisirkularis anterior tegak
lurus dengannya. Karena aksis ospetrosus terletak pada sudut 45 0 terhadap garis
tengah, kanalis semisirkularis anterior satutelinga pararel dengan kanalis
semisirkularis posterior telinga sisi lainnya, dan kebalikannya.Kedua kanalis
semisirkularis lateralis terletak di bidang yang sama (bidang horizontal).
Masing-masing dari ketiga kanalis semisirkularis berhubungan dengan
utrikulus.Setiap kanalis semisirkularis melebar pada salah satu ujungnya untuk
membentuk ampula,yang berisi organ reseptor sistem vestibular, krista ampularis.
Rambut-rambut sensorik kristatertanam pada salah satu ujung massa gelatinosa
yangmemanjang yang disebut kupula, yangtidak mengandung otolit. Pergerakan

8
endolimf di kanalis semisirkularis menstimulasi rambut-rambut sensorik krista,
yang dengan demikian, merupakan reseptor kinetik (reseptorpergerakan).1

Gambar 2. Krista ampularis

Utrikulus dan sakulus mengandung organ resptor lainnya, makula


utrikularis danmakula sakularis. Makula utrikulus terletak di dasar utrikulus
paralel dengan dasar tengkorak,dan makula sakularis terletak secara vertikal di
dinding medial sakulus. Sel-sel rambutmakula tertanam di membrana gelatinosa
yang mengandung kristal kalsium karbonat, disebutstatolit. Kristal tersebut
ditopang oleh sel-sel penunjang.1

Reseptor ini menghantarkan implus statik, yang menunjukkan posisi


kepala terhadapruangan, ke batang otak. Struktur ini juga memberikan pengaruh
pada tonus otot. Implusyang berasal dari reseptor labirin membentuk bagian
aferen lengkung refleks yang berfungsiuntuk mengkoordinasikan otot
ekstraokular, leher, dan tubuh sehingga keseimbangan tetapterjaga pada setiap
posisi dan setiap jenis pergerakan kepala.1

Stasiun berikutnya untuk transmisi implus di sistem vestibular adalah


nervusvestibulokokhlearis. Ganglion vestibulare terletak di kanalis auditorius

9
internus; mengandungsel-sel bipolar yang prosesus perifernya menerima input
dari sel resptor di organ vestibular,dan yang proseus sentral membentuk nervus
vestibularis. Nervus ini bergabung dengannervus kokhlearis, yang kemudian
melintasi kanalis auditorius internus, menmbus ruangsubarakhnoid di cerebellopontine
angle, dan masuk ke batang otak di taut pontomedularis.Serabut-serabutnya
kemudian melanjutkan ke nukleus vestibularis, yang terletak di dasarventrikel
keempat.1

2.2 Vertigo
2.2.1. Definisi
Vertigo adalah perasaan seolah-olah penderita bergerak atau berputar, atau
seolah-olah benda di sekitar penderita bergerak atau berputar, yang biasanya
disertai dengan mual dan kehilangan keseimbangan. Vertigo bisa berlangsung
hanya beberapa saat atau bisa berlanjut sampai beberapa jam bahkan hari.
Penderita kadang merasa lebih baik jika berbaring diam, tetapi vertigo bisa terus
berlanjut meskipun penderita tidak bergerak sama sekali.2
Vertigo diklasifikasikan menjadi dua kategori berdasarkan saluran
vestibular yang mengalami kerusakan, yaitu vertigo periferal dan vertigo sentral.
Saluran vestibular adalah salah satu organ bagian dalam telinga yang senantiasa
mengirimkan informasi tentang posisi tubuh ke otak untuk menjaga
keseimbangan. Vertigo periferal terjadi jika terdapat gangguan di saluran yang
disebut kanalissemisirkularis, yaitu telinga bagian tengah yang bertugas
mengontrol keseimbangan.2
Gangguan kesehatan yang berhubungan dengan vertigo periferal antara
lain penyakit-penyakit seperti benign parozysmal positional vertigo (gangguan
akibat kesalahan pengiriman pesan), penyakit meniere (gangguan keseimbangan
yang sering kali menyebabkan hilang pendengaran), vestibular neuritis
(peradangan pada sel-sel saraf keseimbangan), dan labyrinthitis (radang di bagian
dalam pendengaran). Sedangkan vertigo sentral terjadi jika ada sesuatu yang tidak

10
normal di dalam otak,khususnya di bagian saraf keseimbangan, yaitu daerah
percabangan otak dan serebelum (otak kecil).2

2.2.2 Etiologi
Penyebab umum dari vertigo:
1. Keadaan lingkungan 
 Motion sickness (mabuk darat, mabuk laut)
2. Obat-obatan
 Alkohol
 Gentamisin
3. Kelainan sirkulasi
 Transient ischemic attack (gangguan fungsi otak sementara karena
berkurangnya aliran darah ke salah satu bagian otak) pada arteri
vertebral dan arteri basiler.
4. Kelainan di telinga
 Endapan kalsium pada salah satu kanalis semisirkularis di dalam
telinga bagian dalam (menyebabkan benign paroxysmal positional
vertigo)
 Infeksi telinga bagian dalam karena bakteri
 Herpes zoster
 Labirintitis (infeksi labirin di dalam telinga)
 Peradangan saraf vestibuler
 Penyakit Meniere
5. Kelainan neurologis
 Sklerosis multipel
 Patah tulang tengkorak yang disertai cedera pada labirin,
persarafannya atau keduanya
 Tumor otak 
 Tumor yang menekan saraf vestibularis.3
2.2.3 Anamnesis4

11
Pertama-tama ditanyakan bentuk vertigonya: melayang, goyang, berputar,
tujuh keliling, rasa naik perahu dan sebagainya.
Perlu diketahui juga keadaan yang memprovokasi timbulnya vertigo:
perubahan posisi kepala dan tubuh, keletihan, ketegangan.
Profil waktu: apakah timbulnya akut atau perlahan-lahan, hilang timbul,
paroksimal, kronik, progresif atau membaik. Beberapa penyakit tertentu
mempunyai profil waktu yang karakteristik (Gambar 3)
Apakah juga ada gangguan pendengaran yang biasanya menyertai/ditemukan pada
lesi alat vestibuler atau n. vestibularis.
Penggunaan obat-obatan seperti streptomisin, kanamisin, salisilat, antimalaria dan
lain-lain yang diketahui ototoksik/vestibulotoksik dan adanya penyakit sistemik
seperti anemi, penyakit jantung, hipertensi, hipotensi, penyakit paru juga perlu
ditanyakan. Juga kemungkinan trauma akustik.

Gambar 3. Profil waktu serangan Vertigo pada beberapa penyakit


2.2.4 Pemeriksaan Fisik4

12
Ditujukan untuk meneliti faktor-faktor penyebab, baik kelainan sistemik,
otologik atau neurologik – vestibuler atau serebeler; dapat berupa pemeriksaan
fungsi pendengaran dan keseimbangan, gerak bola mata/nistagmus dan fungsi
serebelum.
Pendekatan klinis terhadap keluhan vertigo adalah untuk menentukan
penyebab; apakah akibat kelainan sentral – yang berkaitan dengan kelainan
susunan saraf pusat – korteks serebri, serebelum,batang otak, atau berkaitan
dengan sistim vestibuler/otologik; selain itu harus dipertimbangkan pula faktor
psikologik/psikiatrik yang dapat mendasari keluhan vertigo tersebut.
Faktor sistemik yang juga harus dipikirkan/dicari antara lain aritmi jantung,
hipertensi, hipotensi, gagal jantung kongestif, anemi, hipoglikemi.
Dalam menghadapi kasus vertigo, pertama-tama harus ditentukan bentuk
vertigonya, lalu letak lesi dan kemudian penyebabnya, agar dapat diberikan terapi
kausal yang tepat dan terapi simtomatik yang sesuai.

2.2.4.1 Pemeriksaan Fisik Umum


Pemeriksaan fisik diarahkan ke kemungkinan penyebab sistemik; tekanan
darah diukur dalam posisi berbaring,duduk dan berdiri; bising karotis, irama
(denyut jantung) dan pulsasi nadi perifer juga perlu diperiksa.
2..2.4.2 Pemeriksaan Neurologis
Pemeriksaan neurologis dilakukan dengan perhatian khusus pada:
1. Fungsi vestibuler/serebeler
a. Uji Romberg (Gb. 4) : penderita berdiri dengan kedua kaki dirapatkan,
mula-mula dengan kedua mata terbuka kemudian tertutup. Biarkan pada posisi
demikian selama 20-30 detik. Harus dipastikan bahwa penderita tidak dapat
menentukan posisinya (misalnya dengan bantuan titik cahaya atau suara tertentu).
Pada kelainan vestibuler hanya pada mata tertutup badan penderita akan
bergoyang menjauhi garis tengah kemudian kembali lagi, pada mata terbuka
badan penderita tetap tegak. Sedangkan pada kelainan serebeler badan penderita
akan bergoyang baik pada mata terbuka maupun pada mata tertutup.

13
Gambar 4. Uji Romberg
b. Tandem Gait: penderita berjalan lurus dengan tumit kaki kiri/kanan diletakkan
pada ujung jari kaki kanan/kiri ganti berganti.
Pada kelainan vestibuler perjalanannya akan menyimpang, dan pada kelainan
serebeler penderita akan cenderung jatuh.
c. Uji Unterberger.
Berdiri dengan kedua lengan lurus horisontal ke depan dan jalan di tempat dengan
mengangkat lutut setinggi mungkin selama satu menit. Pada kelainan vestibuler
posisi penderita akan menyimpang/berputar ke arah lesi dengan gerakan seperti
orang melempar cakram; kepala dan badan berputar ke arah lesi, kedua lengan
bergerak ke arah lesi dengan lengan pada sisi lesi turun dan yang lainnya naik.
Keadaan ini disertai nistagmus dengan fase lambat ke arah lesi.

14
Gambar 5. Uji Unterberger

d. Past-pointing test (Uji Tunjuk Barany)(Gb. 6)

Dengan jari telunjuk ekstensi dan lengan lurus ke depan, penderita disuruh
mengangkat lengannya ke atas, kemudian diturunkan sampai menyentuh telunjuk
tangan pemeriksa. Hal ini dilakukan berulang-ulang dengan mata terbuka dan
tertutup.
Pada kelainan vestibuler akan terlihat penyimpangan lengan penderita ke arah lesi.

Gambar 6. Uji Tunjuk Barany

15
e. Uji Babinsky-Weil (Gb. 7)
Pasien dengan mata tertutup berulang kali berjalan lima langkah ke depan dan
lima langkah ke belakang seama setengah menit; jika ada gangguan vestibuler
unilateral, pasien akan berjalan dengan arah berbentuk bintang.

Gambar 7. Uji Babinsky Weil

2.2.5 Diagnosis
Sebelum memulai pengobatan, harus ditentukan sifat dan penyebab dari
vertigo. Gerakan mata yang abnormal menunjukkan adanya kelainan fungsi
telinga bagian dalam atau saraf yang menghubungkannya dengan otak. Nistagmus
adalah gerakan mata yang cepat dari kiri ke kanan atau dari atas ke bawah. Arah
dari gerakan tersebut bisa membantu dalam menegakkan diagnosa. Nistagmus
bisa dirangsang dengan menggerakkan kepala penderita secara tiba-tiba atau
meneteskan air dingin ke dalam telinga. Untuk menguji keseimbangan, penderita
diminta berdiri dan kemudian berjalan dalam satu garis lurus, awalnya dengan
mata terbuka, kemudian dengan mata tertutup. Tes pendengaran seringkali bisa
menentukan adanya kelainan telinga yang mempengaruhi keseimbangan dan
pendengaran. Pemeriksaan lainnya adalah CT scan atau MRI kepala, yang bisa
menunjukkan kelainan tulang atau tumor yang menekan saraf. Jika diduga suatu
infeksi, bisa diambil contoh cairan dari telinga atau sinus atau dari tulang
belakang. Jika di duga terdapat penurunan aliran darah ke otak, maka dilakukan

16
pemeriksaan angiogram, untuk melihat adanya sumbatan pada pembuluh darah
yang menuju ke otak.3

2.2.6 Diagnosis Banding


 Penyakit Meniere
 VPPJ (Vertigo Posisi Paroksismal Jinak)3,5

2.2.7 Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan vertigo, selain kausal (jika ditemukan penyebabnya),
ialah untuk memperbaiki ketidak seimbangan vestibuler melalui modulasi
transmisi saraf; umumnya digunakan obat yang bersifat antikolinergik.5

17
BAB III
ANALISA KASUS

± 4 jam sebelum os berobat ke puskesmas, saat pasien baru selesai solat


subuh dan akan kembali tidur, pasien tiba-tiba merasa pusing yang berputar-putar,
pasien merasakan benda di sekitarnya seolah-olah bergerak. Akibat pusing
tersebut pasien tidak sanggup membuka matanya, tidak beberapa lama kemudian
os merasa mual, muntah (-). Pasien mencoba untuk berjalan dan karena pusing
pasien sempoyongan dan hampir terjatuh. Pasien tidak mengalami keluhan
telinga berdenging ataupun pendengaran berkurang. Pasien mengaku suka
mengkonsumsi makanan bersantan, os tidak merokok. Demam (-), Nyeri ulu hati
disangkal. Pada pemeriksaan neurologis ditemukan pemeriksaan romberg test
positif.

3.1 Hubungan diagnosis dengan keadaan rumah dan lingkungan sekitar


Berdasarkan hasil pengamatan mengenai keadaan rumah Os, dapat
disimpulkan bahwa keadaan/ kondisi rumah Os tidak mempengaruhi atau
memperberat penyakit yang diderita oleh Os saat ini.
Hubungan diagnosis dengan lingkungan sekitar pada kasus ini, diagnosis
penyakit pada Os ini tidak ada pengaruhnya terhadap lingkungan disekitarnya,
karena penyakit Os ini bukan merupakan penyakit berbasis lingkungan. Tetapi
penyakit Os ini ada hubugannya dengan pengaruh lingkungan seperti apabila os
berpergian dengan menggunakan kendaraan daratan maupun laut hal ini dapat
menyebabkan terjadinya vertigo.

3.2 Hubungan diagnosis dengan keadaan lingkungan keluarga dan hubungan


keluarga
Diagnosis penyakit Os saat ini tidak berhubungannya dengan keadaan
lingkungan keluarga dan hubungan dalam keluarga Os.

18
3.3 Hubungan diagnosis dengan perilaku kesehatan dalam keluarga dan
lingkungan sekitar
Derajat kesehatan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya
perilaku kesehatan dan lingkungan di sekitar tempat tinggal kita. Diantara faktor –
faktor tersebut pengaruh perilaku terhadap status kesehatan, baik kesehatan
individu maupun keluarga sangatlah besar.
Lingkungan rumah dan lingkungan disekitar rumah Os tidak memberikan
pengaruh terhadap terjadinya penyakit pada Os. Hal tersebut menunjukkan
lingkungan rumah dan sekitarnya tidak memiliki peranan terhadap perkembangan
penyakit yang di derita oleh pasien.

3.4 Analisis kemungkinan berbagai factor risiko atau etiologi penyakit pada
pasien ini
Beberapa etiologi dan factor predisposisi vertigo adalah
Pada pasien ini, kemungkinan yang menjadi etiologi dan faktor
predisposisinya adalah riwayat memiliki penyakit gastritis yang dapat
menimbulkan terjadinya vertigo terhadap pasien.

3.5 Analisis untuk mengurangi paparan/memutuskan rantai penularan


dengan faktor risiko atau etiologi pada pasien ini
Disarankan kepada Os untuk mencari posisi yang dapat mengurangi atau
menghilangkan gejala dari vertigo itu sendiri. Terapi vertigo diberikan
antikolinergik (betahistin mesilat) dan tetap dilakukan evaluasi untuk mengetahui
penyebab dari vertigonya tersebut. Pasien juga mengeluhkan mual dan muntah
maka diberikan antasida untuk menetralkan asam lambung.

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Syukri Fahreza. 2012. Vertigo. Diunduh dari :


http://www.scribd.com/doc/100309323/ Vertigo
2. Irawati, N, dkk. 2008. Vertigo, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, &
Tenggorokan Hal.98. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
3. Israr, Y. 2008. Vertigo. Diunduh dari :
http://www.scribd.com/doc/59228643/VERTIGO-referat
4. Wreksoatmodjo Riyanto Budi. 2004. Vertigo : Aspek Neurologi. Bogor :
Cermin Dunia Kedokteran. Diunduh dari : http://xa.yimg.com/kq/groups/
13379503/986519774 /name /Vertigo+144_14+Aspek+Neurologi.pdf
5. Kartika, H. 2009. Penatalaksanaan Vertigo. Diunduh dari :
http://www.scribd.com/doc/82830077/77511156-Referat-Benign-Paroksismal-
Positional-Vertigo

20
LAMPIRAN

21
22

Anda mungkin juga menyukai