Anda di halaman 1dari 74

Seorang Anak Laki-laki Usia 1 Tahun 4 Bulan dengan

Kejang Demam Sederhana, GEA Dehidrasi Ringan Sedang,


Infeksi Saluran Kemih Simpleks, dan Gizi Lebih

Oleh:
Jemmy Haryadi Sima — G991903025
Steven Irving — G991903056

Pembimbing:
dr. Maria Galuh Kamenyangan Sari, Sp.A, M.Kes
01 STATUS
PASIEN

1
Identitas Pasien
Nama : An. APP
Umur : 1 tahun 4 bulan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Windan, Gumpang, Kartasura
No RM : 073***
Suku : Jawa
Status : Belum Menikah
Tanggal Masuk : 14 Februari 2021

2
Anamnesis
Keluhan utama: Kejang

Riwayat Penyakit Sekarang:


Pasien datang dibawa orang tuanya ke IGD RS UNS dengan keluhan
kejang yang terjadi 30 menit SMRS. Kejang terjadi sebanyak 1 kali dan berlangsung
selama 1 menit. Kejang terjadi seluruh tubuh, anak terlihat kelojotan selama kejang,
dan mata melirik ke atas. Kejang berhenti sendiri tanpa pemberian obat sebelumnya.
Setelah kejang berhenti, anak lemas namun masih bisa diajak bicara.
Sebelumnya, pasien mengalami demam sejak 1 hari SMRS. Ibu pasien
sempat mengukur suhunya yaitu 39 derajat celcius, dan demam dirasakan tinggi
terus-menerus. Pasien sudah diperiksakan ke dokter dan minum obat penurun panas
namun demam kembali tinggi. Pasien juga mengalami diare 1 hari SMRS. BAB
frekuensi 3x/hari. BAB berwarna kekuningan, konsistensi cair dengan sedikit ampas.
Ibu pasien mengatakan BAB pasien berlendir namun tidak terdapat darah. Keluhan
disertai muntah, muntah sebanyak 1x dan berisi makanan.
3
Anamnesis
Riwayat Penyakit Sekarang:

Sejak sakit, pasien masih mau makan sebanyak 3 kali sehari namun
dengan porsi yang sedikit-sedikit. Pasien terlihat rewel daripada biasanya dan sering
merasa kehausan. Di rumah, pasien masih bisa beraktivitas seperti biasa, masih mau
bermain dan berinteraksi dengan keluarga. Menurut ibu pasien, pasien semakin
jarang buang air kecil dan jumlah urinnya pun sedikit berkurang daripada biasanya.

3
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Penyakit Serupa Diakui. Kejang 1 kali pada usia 7 bulan yang didahului dengan demam.

Riwayat mondok Disangkal

Riwayat keganasan Disangkal

Riawayat Alergi Disangkal

Riwayat sakit liver Disangkal

Riwayat sakit ginjal Disangkal

Riwayat darah tinggi Disangkal

Riwayat kencing manis Disangkal

Riwayat obat-obatan Disangkal


4
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat Penyakit Serupa Disangkal

Riwayat mondok Disangkal

Riwayat keganasan Disangkal

Riawayat Alergi Diakui, ibu pasien alergi udang

Riwayat sakit liver Disangkal

Riwayat sakit ginjal Disangkal

Riwayat darah tinggi Disangkal

Riwayat kencing manis Disangkal

5
Riwayat Kehamilan & Persalinan

Ibu rutin kontrol selama kehamilannya.


Selama kehamilan ibu pasien tidak merasakan adanya keluhan.
Kesan kehamilan normal.

Pasien lahir spontan dengan usia kehamilan saat lahir 36 minggu.


BB lahir 2700 gram, namun keluarga lupa PB lahir pasien.
Saat lahir langsung menangis kuat, bergerak aktif, tidak sianosis.
Kesan kelahiran normal.

6
Riwayat Sosial Ekonomi

Pasien berobat dengan menggunakan BPJS.


Bapak bekerja sebagai buruh, ibu bekerja ibu rumah tangga.
Kesan riwayat sosial ekonomi cukup.

7
Pohon Keluarga

An. APP (1 tahun 4 bulan , BB : 14 kg)


Riwayat Imunisasi

Imunisasi lengkap
0 bulan : HB0
1 bulan : BCG, Polio 1
2 bulan : DPT-HB 1 , Polio 2
4 bulan : DPT-HB 2 , Polio 3
6 bulan : DPT-HB 3 , Polio 4
9 bulan : Campak

Kesan: Imunisasi dasar lengkap sesuai jadwal Kemenkes 2017

7
Kebutuhan Kalori

Kebutuhan kalori = 11x102 = 1.112 kkal/hari


Kebutuhan protein = 11x1 = 11 gram/hari
Kebutuhan cairan = (10x100)+(1x50) = 1050 ml/hari
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum
Tampak gelisah, compos mentis, GCS E4V5M6
Tanda vital
Nadi : 178 kali /menit
Frekuensi nafas : 30 kali /menit
Suhu : 39 C
Saturasi : 93% O2

Status gizi
Berat badan : 14 kg
Tinggi badan : 84 cm

8
Interpretasi:

2 < BB/TB < 3


(Overweight/Gizi Lebih)
Interpretasi:

2 < BB/U < 3


(Overweight)
Interpretasi:

-2 < TB/U < 2


(Normal)
Interpretasi:

2 > IMT/U > 3


(Overweight/Gizi lebih)
Kulit
pucat (-), ikterik (-),
petechie (-), hematom (-),
turgor kulit kembali normal
Pemeriksaan Fisik
Kepala
Bentuk mesocephal,
Telinga rambut mudah rontok (-),
Deformitas (-/-), darah (-/-), luka (-), atrofi m.
sekret (-/-) Temporalis (-)

Hidung Mata
Nafas cuping hidung (-/-), Mata cekung (+/+), konjungtiva pucat
deformitas (-), darah (-/-), (-/-), sklera ikterik (-/-), konjunctiva
sekret (-/-) hiperemis (-), refleks cahaya (+/+),
pupil isokor (3mm/3mm), oedem
Mulut palpebra (-/-), sekret (-/-)
Chvostek sign (-), bibir kering (-),
lidah kotor tepi hiperemis (-), tremor
bila lidah dijulurkan (-), sianosis (-),
lidah simetris, tonsil T1-T1, faring Leher
hiperemis (-), stomatitis (-), mukosa pembesaran kelenjar getah
pucat (-), gusi berdarah (-), gusi bening (-), nyeri tekan (-), benjolan
bengkak (-), papil lidah atrofi (-), (-), kaku kuduk (-)
mukosa mulut kering 9
Abdomen Pemeriksaan Fisik Jantung
Inspeksi : dinding perut sejajar Inspeksi : iktus kordis tidak tampak
dinding dada, distended (-) Palpasi : iktus kordis tidak kuat angkat
Auskultasi : bising usus (+), 15x per Perkusi : Batas jantung kesan tidak
menit melebar
Perkusi : timpani Auskultasi : terdengar bunyi jantung I
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), hepar dan II reguler, intensitas normal, bising (-)
dan lien tidak teraba
Thorax
Ekstremitas Inspeksi
dinding
: Pengembangan
dada kanan dan kiri
simetris, retraksi dinding dada (-)
- - - - Palpasi : fremitus teraba kanan
dan kiri sama,
- - - - Perkusi : sonor/sonor
Auskultasi : suara dasar vesikuler
AD Oed normal, RBK (-/-)
ADP kuat angkat , CRT <2 detik RBH (-/-), wheezing (-/-)
10
Pemeriksaan
Hemoglobin
Hasil
10.5
Satuan
g/dl
Rujukan
11.5 – 13.5
Pemeriksaan
Eritrosit 4.54 Juta/ul 3.90 – 5.90 Penunjang
Leukosit 24.56 ribu/ul 5.5 – 17
Hematokrit 31.3 % 34 – 40
Hasil Pemeriksaan Lab
MCV 68.9 fL 79.0 – 99.0
MCH 23.1 pg 27.0 – 31.0
Darah Lengkap
MCHC 33.5 % 33.0 – 37.0 (14 Februari 2021)
Trombosit 408 Ribu/ul 150 – 450
RDW-CV 14.4 % 11.5 – 14.5
PDW 8.7 fL 9.0 – 13.0
MPV 8.9 fL 7.2 – 11.1

11
Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan Pemeriksaan
Limfosit 9.6 % 60 – 66
Monosit 8.0 % 0–6 Penunjang
Neutrofil 82.3 % 29 – 72
0–2
Eosinofil 0.0 %
Hasil Pemeriksaan Lab
Basofil 0.1 % 0–1
Darah Lengkap
NLR 9.11
ALC 2190 /uL >1500
(14 Februari 2021)
HFLC 0.7 % 0 – 1.4
Anti SARS- Non Non Reaktif
CoV (IgG) Reaktif
Anti SARS- Non Non Reaktif
CoV (IgM) Reaktif

11
Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan
Makroskopis Pemeriksaan
Penunjang
Warna Kuning muda Kuning muda -
kuning
Kejernihan Agak keruh Jernih
Kimia Urine
pH 6.0 4.8 – 7.8 Hasil Pemeriksaan Lab
Berat Jenis 1.010 1.005 – 1.03 Urin Lengkap
Protein urin Negatif Negatif
Nitrit Negatif Negatif
(14 Februari 2021)
Keton urin Negatif Negatif
Urobilinogen Normal Normal
Bilirubin urin Negatif Negatif
Darah Negatif Negatif
Leukosit ++ Negatif

11
Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan
Mikroskopis Urin Pemeriksaan
0–2 /LPB 0–1
Penunjang
Eritrosit
Leukosit 10 – 15 /LPB 0 – 12
Sel Epitel
Squamous 0–2 /LPB Negatif
Transisional Negatif /LPB Negatif
Hasil Pemeriksaan Lab
Bulat Negatif /LPB Negatif Urin Lengkap
Silinder (14 Februari 2021)
Hyalin Negatif /LPK 0–3
Granuler Negatif /LPK Negatif
Leukosit Negatif /LPK Negatif
Eritrosit Negatif /LPK Negatif
Kristal Negatif Negatif
Bakteri 1+ Negatif
11
Pemeriksaan
Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan
Makroskopis Penunjang
Warna Kuning Kuning kecoklatan
kecoklatan
Konsistensi Lembek Lunak Hasil Pemeriksaan Lab
Darah Negatif Negatif
Feses Lengkap
Lendir Positif Negatif
Lemak Negatif Negatif
(14 Februari 2021)
Pus Negatif Negatif
Makanan tidak Positif Negatif/sedikit
tercerna
Parasit Negatif Negatif

11
Pemeriksaan
Pemeriksaan
Mikroskopis
Hasil Satuan Rujukan Penunjang
Epitel Negatif Negatif / sedikit
Leukosit 4–6 Negatif / sedikit Hasil Pemeriksaan Lab
Eritrosit 1–3 Negatif Feses Lengkap
Makanan tidak
tercerna
Positif Negatif / sedikit
(14 Februari 2021)
Kista Negatif Negatif
Telur cacing Negatif Negatif
Bakteri Positif Negatif

11
Pemeriksaan
Penunjang
Hasil Pemeriksaan
Radiologi Foto Thoraks AP
(14 Februari 2021)

Ekspertise:
Cor tidak membesar
Gambaran bronkopneumonia
Tak tampak limfadenopati hilus
kanan kiri 11
Assesment

1. Kejang demam simpleks


2. GEA dengan dehidrasi ringan sedang
3. ISK simpleks

16
Tatalaksana

o Infus RL loading 280 cc


o Inj. Antrain 150 mg
o Inj. Ondancentron 1 mg

17
Tatalaksana

Advis dr. Galuh Sp. A:


o Infus RL sisa digrojok
o Infus Asering 60 cc/jam
o Ceftriaxon 350 mg/12 jam
o Metronidazole 250 mg/8 jam
o Methylprednisolone 25 mg/8 jam
o Bila kejang → diazepam supp 10 mg
o Paracetamol 150 mg k/p demam t> 37.5
o Antrain 150 mg k/p demam t>38.5
o Lacto B 2x1
o Zinc drop 2x1 ml

17
02 FOLLOW UP

19
Follow Up DPH-1 (15 Februari 2021)
S O A P
Muntah 1x berisi KU: Compos mentis - Diare akut - Inf. Asering 50 cc/jam
makanan. HR: 84 x/menit dehidrasi ringan - Inj. Ceftriaxon 350 mg/12
BAB 4x sehari, RR: 24 x/menit, sedang jam
konsistensi cair dengan SpO2: 98% O2 ruang (terehidrasi) - Inj. Metronidazole 250
sedikit ampas. T: 36,7◦C - Riwayat kejang mg/8 jam
Demam dan kejang Kepala: Mesocephal, kaku kuduk (-) demam sederhana - Inj. MP 25 mg/ 8 jam
disangkal. Mata: Konjungtiva anemis (-/-), sklera - ISK simpleks - Inj. Paracetamol 150 mg
ikterik (-/-), mata cekung (-/-) - Anemia mikrositik (k/p T>37.5)
Hidung: napas cuping hidung (-) hipokromik ec susp - Inj. Antrain 150 mg (k/p
Mulut: mukosa mulut basah ADB T>38.5)
Leher: Tidak ada pembesaran KGB - Gizi kurang - Lacto B 2x1 sach
Toraks: simetris, retraksi (-/-) - Zinc Drop 2x1 ml
Pulmo: SDV (+/+), wheezing (-/-),
RBH (-/-), RBK (-/-)
Abdomen: Supel, BU (+) 16x/menit,
Nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak
teraba
Kulit: turgot kulit kembali cepat
Ekstremitas: Akral dingin (-), ADP
teraba kuat, CRT <2 detik 20
Follow Up DPH-2 (16 Februari 2021)
S O A P
BAB 1x konsistensi KU: Compos mentis - Diare akut - Cefixime syr 2x4 ml
lembek dengan ampas HR: 90 x/menit dehidrasi ringan - Lacto B 2x1 sach
yang lebih banyak. RR: 23 x/menit, sedang - Zinc drop 2x1 ml
SpO2: 99% O2 ruang (perbaikan) - Diazepam supp 10 mg
Muntah, demam, dan T: 36,6◦C - Riwayat kejang (k/p kejang)
kejang disangkal. Kepala: Mesocephal, kaku kuduk (-) demam sederhana - Diet rendah serat, susu
Mata: Konjungtiva anemis (-/-), sklera - ISK simpleks formula diencerkan
ikterik (-/-), mata cekung (-/-) - Anemia mikrositik
Hidung: napas cuping hidung (-) hipokromik ec susp
Mulut: mukosa mulut basah ADB
Leher: Tidak ada pembesaran KGB - Gizi kurang
Toraks: simetris, retraksi (-/-)
Pulmo: SDV (+/+), wheezing (-/-),
RBH (-/-), RBK (-/-)
Abdomen: Supel, BU (+) 16x/menit,
Nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak
teraba
Kulit: turgot kulit kembali cepat
Ekstremitas: Akral dingin (-), ADP
teraba kuat, CRT <2 detik 20
03 TINJAUAN
PUSTAKA

22
KEJANG DEMAM
DEFINISI

Kejang demam adalah bangkitan kejang


yang terjadi pada anak berumur 6
bulan sampai 5 tahun yang mengalami
kenaikan suhu tubuh (suhu di atas
38 C, dengan metode pengukuran suhu apa
pun) yang tidak disebabkan
oleh proses intrakranial.

17
KLASIFIKASI
Kejang Demam Sederhana Kejang Demam Kompleks
(80%) (20%)
• Durasi < 15 menit • Durasi > 15 menit (8%)
• Tipe kejang umum (tonik • Tipe fokal / parsial satu
dan atau klonik) sisi, atau kejang umum
• Tidak berulang dalam didahului kejang parsial
waktu 24 jam • Berulang atau lebih dari 1
kali dalam waktu 24 jam
(16%)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium
• Untuk mengevaluasi sumber infeksi penyebab demam.

Pungsi lumbal
• Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan atau menyingkirkan kemungkinan
meningitis.
• Indikasi :
• Tanda dan gejala rangsang meningeal
• Kecurigaan infeksi SSP berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik

EEG (Elektroensefalografi)
• EEG tidak diperlukan untuk kejang demam, KECUALI bangkitan bersifat fokal

Pencitraan (CT-Scan / MRI kepala)


• Tidak rutin dilakukan. Dilakukan bila ada indikasi seperti kelainan neurologis yang menetap, misalnya
hemiparesis atau paresis nervus kranialis
FAKTOR RISIKO BERULANGNYA KEJANG DEMAM

Riwayat kejang Suhu tubuh kurang


Usia kurang dari 12
demam atau epilepsi dari 39 derajat
bulan
dalam keluarga Celsius saat kejang

Interval waktu yang Apabila kejang


singkat antara awitan demam pertama
demam dengan merupakan kejang
terjadinya kejang. demam kompleks.
FAKTOR RISIKO TERJADINYA EPILEPSI
Terdapat kelainan
neurologis atau kelainan
Kejang demam
perkembangan yang
kompleks
jelas sebelum kejang
demam pertama

Kejang demam
Riwayat epilepsi pada
sederhana yang
orangtua atau saudara
berulang 4 episode atau
kandung
lebih dalam satu tahun.
TATALAKSANA SAAT KEJANG
TATALAKSANA SAAT KEJANG
Antipiretik
● Tidak ditemukan bukti bahwa penggunaan antipiretik mengurangi risiko
terjadinya kejang demam (level of evidence 1, derajat rekomendasi A).

● Meskipun demikian, dokter neurologi anak di Indonesia sepakat bahwa


antipiretik tetap dapat diberikan. Dosis parasetamol yang digunakan adalah
10-15 mg/kg/kali diberikan tiap 4-6 jam. Dosis ibuprofen 5-10 mg/kg/kali,
3-4 kali sehari.
Antikonvulsan
Antikonvulsan Intermiten
• Obat antikonvulsan yang diberikan hanya pada saat demam
• Diberikan bila pada kejang demam memiliki salah satu faktor risiko, seperti :
• Kelainan neurologis berat
• Berulang 4 kali atau lebih dalam setahun
• Usia < 6 bulan
• Bila kejang terjadi pada suhu < 39 C
• Apabila pada episode kejang demam sebelumnya, suhu tubuh meningkat dengan cepat

Obat yang digunakan :


• Diazepam 0,3 mg/kg/kali PO atau rektal (5 mg untuk < 12 kg dan 10 mg untuk BB >12 kg), sebanyak 3
kali sehari, dengan dosis maksimum diazepam 7,5 mg/kali.
• Diazepam intermiten diberikan selama 48 jam pertama demam.
• Pemberian ini dapat menyebabkan ataksia, iritabilitas, serta sedasi
Antikonvulsan
Antikonvulsan Rumatan
•Berdasarkan bukti ilmiah bahwa kejang demam tidak berbahaya dan penggunaan obat dapat menyebabkan
efek samping yang tidak diinginkan, maka pengobatan rumatan hanya diberikan terhadap kasus selektif dan
dalam jangka pendek
•Indikasi pengobatan rumat:
1. Kejang fokal
2. Kejang lama >15 menit
3. Terdapat kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang, misalnya serebral palsy, hidrosefalus,
hemiparesis

Obat yang digunakan


•Pemakaian fenobarbital setiap hari dapat menimbulkan gangguan perilaku dan kesulitan belajar pada 40-50%
kasus. Obat pilihan saat ini adalah asam valproat. Pada sebagian kecil kasus, terutama yang berumur kurang dari
2 tahun, asam valproat dapat menyebabkan gangguan fungsi hati.
•Dosis asam valproat adalah 15-40 mg/kg/hari dibagi dalam 2 dosis, dan fenobarbital 3-4 mg/kg/hari dalam 1-2
dosis.
•Pengobatan diberikan selama 1 tahun, penghentian pengobatan rumatan untuk kejang demam tidak
membutuhkan tapering off, namun dilakukan pada saat anak tidak sedang demam.
EDUKASI PADA ORANG TUA
Meyakinkan orangtua bahwa kejang demam umumnya mempunyai
prognosis baik.

Memberitahukan cara penanganan kejang.

Memberikan informasi mengenai kemungkinan kejang kembali.

Pemberian obat profilaksis untuk mencegah berulangnya kejang


memang efektif, tetapi harus diingat adanya efek samping obat
GASTROENTERITIS
AKUT
DEFINISI
● GASTROENTERITIS merupakan keadaan inflamasi
pada bagian mukosa dari saluran gastrointestinal
ditandai dengan diare dan muntah
● Diare merupakan kondisi BAB dengan konsistensi
cair atau lembek sebanyak > 3 kali dalam 24 jam,
dengan atau tanpa disertai lendir dan darah
● Diare juga dapat didefinisikan berdasarkan berat
fesesnya, yaitu > 200 gram/24 jam atau
>10gram/KgBB pada bayi.
KLASIFIKASI BERDASARKAN WAKTU

Diare
Diare Akut Diare Kronis
Persisten
• < 14 hari • 14-29 hari • >= 30 hari
ETIOLOGI (INFEKTIF) → 90%
Bakteri
• Shigella sp, E.coli, Vibrio cholera, Yersinia enterolytica,
Campylobacter jejuni, Staph aureus, Streptococcus aureus,
Klebsiella, Pseudomonas, Aeromonas, Proteus, dsb.

Virus • Rotavirus (70-80%), Adenovirus, Norwalk virus,


Cytomegalovirus, Echovirus, HIV

Jamur • Candida

Parasit • Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Crytosprodium parvum,


Balantidium coli
ETIOLOGI (NON-INFEKTIF)
• Alergi susu sapi, monosakarida (glukosa dan galaktosa), disakarida
Malabsorbsi/Maldigesti (sukrosa dan laktosa), asam lemak rantai panjang, trigliserida, asam
amino tertentu, gluten, vitamin, dan mineral

• Hipogamaglobulinemia, Panhipogamaglobulinemia, defisiensi IgA, dan


Imunodefisiensi Chronic Granulomatous Disease

Medikamentosa • Antibiotik, kemoterapi, dan antasida

Tindakan tertentu • Gastroenterostomi, gastrektomi, dan radiasi dosis tingi

Lain-lain • Neuropati diabetic dan Sindrom Zollinger-Ellison


DIAGNOSIS GEA
Ditetapkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang

Anamnesis Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Penunjang


• Lama diare dan frekuensi sehari • Keadaan umum
• Warna dan konsistensi • Kesadaran • Pemeriksaan Tinja
• Adakah lendir/darah • Tanda vital
• Jenis dan jumlah intake nutrisi • Berat badan, panjang badan/tinggi
• Pemeriksaan Darah

• Adakah penderita diare disekitar badan • Endoskopi (IBD)


• Kebersihan diri dan lingkungan • Tanda-tanda dehidrasi Breath Hydrogen Test atau pemberian

• Gejala penyerta susu bebas laktosa (Intoleransi laktosa)
Bentuk Klinis Diare
5 PILAR DIARE

CAIRAN ZINK NUTRISI

ANTIMIKROBA EDUKASI
KLASIFIKASI DEHIDRASI
Tatalaksana
Diare tanpa dehidrasi
Tatalaksana
Diare dehidrasi
ringan sedang
Tatalaksana
Diare dehidrasi
berat
Tatalaksana
Syok Hipovolemik
tanpa Gizi Buruk
Tatalaksana
Syok Hipovolemik
dengan Gizi Buruk
INFEKSI
SALURAN
KEMIH
DEFINISI dan TERMINOLOGI
Infeksi saluran • Bertumbuh dan berkembang biaknya kuman atau mikroba dalam saluran kemih dalam jumlah
bermakna.
kemih
• Bila urin diambil dengan cara mid stream, kateterisasi urin, dan urine collector, maka disebut
bermakan bila ditemukan kuman ≥ 105 CFU/ml (colony forming unit), sedangkan bila diambil
Bakteriuria dengan cara aspirasi supra pubik, disebutkan bermakna jika ditemukan kuman dalam jumlah
berapa pun.

Bakteriuria • Terdapatnya bakteri dalam saluran kemih tanpa menimbulkan manifestasi klinis.
asimtomatik

ISK simtomatik • ISK yang disertai gejala dan tanda klinik.


DEFINISI dan TERMINOLOGI
ISK non • ISK yang gejala klinisnya tidak jelas.
spesifik

ISK simpleks •Infeksi pada saluran kemih yang normal tanpa kelainan struktural maupun
fungsional saluran kemih yang menyebabkan stasis urin.

• ISK yang disertai dengan kelainan anatomik dan atau fungsional saluran
kemih yang menyebabkan stasis ataupun aliran balik (refluks) urin.
ISK kompleks • Kelainan saluran kemih dapat berupa batu saluran kemih, obstruksi, anomali
saluran kemih, kista ginjal, bulibuli neurogenik, benda asing, dan sebagainya
EPIDEMIOLOGI
● ISK lebih banyak terjadi pada WANITA, kecuali pada
kelompok usia bayi (<1 tahun) dan usia tua (>50 tahun).
● Pada usia bayi, ISK lebih banyak ditemukan ada bayi
laki-laki karena lebih banyak mengalami kelainan
saluran kemih kongenital
● Pada usia >50 tahun, insiden ISK pada laki-laki dan
perempuan hampir sama, hal ini disebabkan oleh
mulai adanya obstruksi saluran kemih akibat hipertrofi
prostat
ETIOLOGI

ISK simpleks ISK kompleks


Eschericia coli (75-90%) E. Coli
Pseudomonas aeruginosa
Staphylococcus saprophyticus (5-15%)
Klebsiella
Proteus Proteus

Klebsiella Citobacter
Acinetobacter
Enterococcus
Morganella
Citrobacter Bakteri gram positif dan jamur
FAKTOR RISIKO
Penggunaan
instrument pada
Kebiasaan menahan
Higiene kurang saluran kemih
BAK
(diafragma, kondom,
spermisida, kateter)

Riwayat batu saluran Riwayat operasi


Riwayat DM, BPH
kemih saluran kemih

Kelainan anatomis
Riwayat
genitalia : Fimosis,
penggunaan
hipospadia, Spina bifida
imunosupresan,
epispadia, sinekia
terapi hormon
vulva
GEJALA DAN TANDA
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Urine (sampel diambil sebelum terapi antibiotik)

•Urinalisis : hematuria (>5/LPB), Piuria (leukosit >5/LPB pada anak, >10/LPB pada dewasa), serta
leukosit esterase dan nitrit positif
•Hitung koloni bakteri ≥ 105 pada urin pancar tengah
•Kultur urine → GOLD STANDARD
•Sensitivitas antibiotik

Darah lengkap

•Leukositosis, neutrofilia, peningkatan LED

Fungsi ginjal

•Dapat ditemukan peningkatan ureum dan kreatinin

Pencitraan dengan foto polos abdomen, USG, intravena pielografi, → dilakukan


bila ada indikasi
FARMAKOTERAPI ISK PADA ANAK
TERAPI ISK PADA NEONATUS
TERAPI PADA BAKTERIURIA ASIMTOMATIK
PILIHAN ANTIMIKROBA ORAL PADA ISK ANAK
PILIHAN ANTIMIKROBA PARENTEREAL
PADA ISK ANAK
TERAPI SUPORTIF
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai