Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN KASUS

BAYI PEREMPUAN USIA 2 BULAN DENGAN


DIARE AKUT DEHIDRASI RINGAN-SEDANG,
INFEKSI SALURAN KEMIH, HIPONATREMIA, DAN
GIZI BAIK

DISUSUN OLEH :
dr. Steven Irving

PEMBIMBING :
dr. Vollico Nenni Septiyana, Sp.A, M.Kes

RUMAH SAKIT UMUM KOTA TANGERANG SELATAN


PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA
2022
BAB I
STATUS PASIEN

1.1 Identitas Pasien


 Nama : An. FP
 Umur : 2 bulan 28 hari
 Jenis kelamin : Perempuan
 Berat badan : 5,2 kg
 No. RM : 296XXX
 Masuk RS : 15 Juni 2022
 Tanggal Pemeriksaan : 15 Juni 2022

1.2 Anamnesis
Keluhan Utama : BAB Cair sejak 10 hari SMRS
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dibawa orang tuanya ke IGD RSU Tangsel dengan keluhan
BAB cair sejak 10 hari SMRS. BAB frekuensi >5x/hari. BAB berwarna
kekuningan dan berbau, konsistensi cair dengan sedikit ampas. Ibu pasien
menyangkal adanya lender ataupun darah pada BAB pasien.
Keluhan disertai demam sejak 5 hari SMRS, meningkat terutama malam
hari. Keluhan batuk (-), pilek (-), mual (-), muntah (-). Pasien sudah dibawa
berobat ke klinik pratama, namun keluhan pasien tidak membaik.
Sejak sakit, pasien masih mau makan sebanyak 3 kali sehari, namun dengan
porsi yang sedikit. Pasien terlihat lebih rewel daripada biasanya dan sering merasa
kehausan. Di rumah, pasien masih bisa beraktivitas seperti biasa, masih mau
bermain dan berinteraksi dengan keluarga. Menurut ibu pasien, pasien semakin
jarang buang air kecil dan jumlah urinnya pun sedikit berkurang daripada
biasanya.

Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat penyakit serupa (-) : disangkal

2
Riwayat rawat inap (-) : disangkal
Riwayat asma (-) : disangkal
Riwayat alergi susu sapi (-) : disangkal
Riwayat penggunaan obat-obatan : disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat penyakit serupa : disangkal
Riwayat alergi : disangkal
Riwayat asma : disangkal
Riwayat keganasan : disangkal
Riwayat kencing manis : disangkal
Riwayat darah tinggi : disangkal
Riwayat sakit ginjal : disangkal
Riwayat sakit liver : disangkal

Genogram

Tn. M Ny. N

An. S An. FP

Gambar 1. Genogram

Keterangan : Laki – Laki

3
: Perempuan

: Pasien

Bentuk keluarga: Nuclear family (di dalam satu rumah terdapat bapak, ibu dan anak)

Keadaan Sosial-Ekonomi
 Pasien berobat dengan menggunakan BPJS
 Bapak pasien bekerja sebagai buruh, ibu bekerja sebagai ibu rumah tangga
Kesan : Riwayat Sosial Ekonomi Cukup

Riwayat Kehamilan dan Persalinan


Ibu rutin kontrol selama kehamilannya. Selama kehamilan, ibu pasien tidak
merasakan adanya keluhan
Kesan: Kehamilan normal
Pasien lahir spontan dengan usia kehamilan saat lahir 38 Minggu. BB Lahir 2705
gram, PB lahir 50 cm. Saat lahir langsung menangis kuat, bergerak aktif, tidak
sianosis
Kesan: Kelahiran normal

Riwayat Makanan
 Lahir – usia 1 bulan : ASI
 Usia 1 bulan sampai sekarang : Menggunakan susu formula merk bebelac
usia 0-6 bulan dikarenakan ASI tidak keluar. Pasien belum diberikan PMT
(Pemberian Makanan Tambahan).

Kesan : Pada anak 0-6 bulan seharunya wajib diberikan ASI. Pada anak ini
pemberian ASI hanya pada awal setelah anak lahir karena ASI tidak keluar
banyak, lalu diberikan susu formula.

Riwayat Imunisasi
Tabel 1. Riwayat Imunisasi

4
Usia Imunisasi
0 bulan HB 1, Polio 0
1 bulan BCG
2 bulan DPT/Hib 1, HB 2, Polio 1

Kesan: imunisasi dasar sesuai jadwal


1.3 Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum
 Keadaan umum : tampak gelisah, tampak sakit sedang
 Kesadaran : compos mentis
Vital Sign
- Tekanan Darah :-
- Nadi : 136x/menit
- Frekuensi napas : 32x/menit
- Suhu : 37.7 ℃
Status Gizi
Berat Badan : 5.0 kg
Tinggi Badan : 59 cm
Status Generalis
- Kepala/Leher : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), mata
cekung (+/+), air mata berkurang (+/+), mukosa mulut pecah-pecah (+)
- Pulmo:
o Inspeksi : Simetris Statis dan dinamis
o Palpasi : Pergerakan nafas simetris, fremitus taktil
kanan=kiri
o Perkusi : Sonor seluruh lapang paru
o Auskultasi : Vesikuler (+/+), ronkh (-/-), wheezing (-/-)
- Cor:
o Inspeksi : Iktus jantung tidak terlihat
o Palpasi : Iktus cordis tidak teraba
o Perkusi : Kesan pembesaran jantung (-)
o Auskultasi : BJ 1 dan 2 Reguler, gallop (-), murmur (-)

5
- Abdomen:
o Inpeksi : Dinding perut = dinding dada
o Auskultasi : BU normal, 15x/menit
o Perkusi : Timpani seluruh regio abdomen
o Palpasi : Nyeri tekan (-), massa (-), Turgor kulit lambat (+)
- Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 2 detik, Edema (-/-)

1.4 Pemeriksaan Penunjang


 Hasil Pemeriksaan Darah laboratorium tanggal 15 Juni 2022 di
IGD

Nama Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan

HEMATOLOGI
Hemoglobin 10.9 g/dl 9.2 – 13.6
Leukosit 20.9 x 103/uL 5.50 – 18.0
Hematokrit 29 % 30 - 46
Trombosit 953 x 103/uL 229 - 553
Eritrosit 4.1 x 103/uL 2.8 – 4.8
Hitung Jenis Leukosit
Basofil 0% 0-1
Eosinofil 0% 1-5
Neutrofil Batang 3% 0-8
Neutrofil Segmen 72% 17-60
Limfosit 21% 25-50
Monosit 4% 1-11
MCV 72fL 81-121
MCH 27pg 24-36
MCHC 37g/dL 26-34
Neutrofil Absolut 15675/uL 1200 - 8400
Limfosit Absolut 4389/uL 4000 - 13500
Neutrophil Lymphocyte
Ratio (NLR)

6
KIMIA KLINIK 3.57 < 3.13
SGOT
SGPT 28 U/L < 77
Glukosa Darah Sewaktu 25 U/L < 56
ELEKTROLIT SERUM 222 50-80
Natrium (Na)
Kalium (K) 120 129-143
Clorida (Cl) 4.6 3.6 – 5.8
101 93 - 112

 Hasil Pemeriksaan Faeces tanggal 15 Juni 2022 di IGD

Faeces Lengkap Hasil Nilai Rujukan

Makroskopis
Warna Kuning -
Konsistensi Lembek -
Darah Negatif Negatif
Lendir Negatif Negatif
Cacing Negatif Negatif
Mikroskopik
Leukosit 1-2 -
Eritrosit 0-1 -
Amoeba Negatif -
Kista Negatif Negatif
Telur Cacing Negatif Negatif
Jamur (FL) Negatif Negatif
Lemak 2-4 -
Serat Makanan (FL) Negatif -

7
 Radiologi Thorax tanggal 15 Juni 2022

Gambar 1. Foto Toraks Posisi PA dan Lateral

Kesan :
- Suspect Bronkopneumonia
- Tidak tampak kardiomegali

1.6 Diagnosis Kerja


 Diare non disentri dehidrasi ringan-sedang
 Hiponatremia
 Infeksi Bakteri

8
1.7 Penatalaksanaan
a. Tatalaksana awal IGD
 IVFD Asering 10cc/kgBB/jam 1 jam pertama ~ 50cc/jam
(evaluasi). Lanjut 3cc/kgBB/jam ~ 15cc/jam
 Paracetamol 3x50mg IV (k/p)
 Lipolac 1x1 sach PO
 Zink 1x10mg PO
b. Advice DPJP :
 IVFD Asering ~ 20 cc/jam
 Paracetamol 3x50mg IV
 Cefotaxime 3x250mg IV
 Liprolac 1x1 sachet PO
 Zink 1x10 mg PO
 Periksa elektrolit ulang besok
 Periksa urin rutin
 Diet ASI ad lib / Sufor
 Acc ranap anak

1.8 Prognosis
Ad Vitam : dubia ad bonam
Ad Sanationam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam

9
1.9 Follow Up

Hari/tanggal S O A P
Kamis, 16 Juni  BAB encer KU/Kes: TSS/CM  Diare Akut  Infus Asering ~ 20
2022 3x, ampas TD : - mmHg Dehidrasi cc/jam
(+), lendir (-) HR : 123 x/menit Ringan  Paracetamol 3x50mg
(H-2)  Muntah (-) RR : 30 x/mnt Sedang IV
 Demam (-) T: 36,8˚C (perbaikan)  Cefotaxime 3x250mg
SpO2: 98% RA  Hiponatremia IV
 Bacterial  Liprolac 1x1 sachet
K/L : ka (-/-), si Infection  Zink 1x10 mg PO
(-/-), mata cekung
(-/-), mukosa mulut
basah (+)
Pulmo : SDV (+/+),
Ronkhi (-/-),
wheezing (-/-)
Cor : BJ 1-2 Reg,
m(-), g (-)
Abdomen : Supel,
BU (+) normal,
turgor kulit kembali
cepat
Ekstremitas : akral
hangat, CRT<2
detik

Hasil Urinalisa
(16/6/22 pukul
19.55) : Terlampir

Jumat, 17 Juni  BAB lunak KU/Kes: TSS/CM  Diare akut  Infus Asering 10cc/jam
2022 (+) 2x TD : - non disentri  Cefotaxime 3x250mg IV
 Demam (-) HR : 125 x/menit tanpa  Zink 1x10mg
(H-3)  Muntah (-) RR : 30 x/mnt dehidrasi  Liprolac 1x1 sach
T: 36,5˚C  Hiponatremia  Paracetamol 3x50mg IV
SpO2: 98% RA (perbaikan) (k/p)
 ISK  ASI ad lib / sufor
K/L : ka (-/-), si  Periksa H2TL ulang
(-/-), mata cekung 18/6/22
(-/-), mukosa mulut
basah (+)
Pulmo : SDV (+/+),
Ronkhi (-/-),
wheezing (-/-)
Cor : BJ 1-2 Reg,
m(-), g (-)
Abdomen : Supel,
BU (+) normal,
turgor kulit kembali
cepat
Ekstremitas : akral
hangat, CRT<2
detik

Hasil GDS:

10
77mg/dL
Hasil elektrolit:
Na: 135
K: 3.8
Cl: 110
Sabtu, 18 Juni  BAB lunak KU/Kes: TSR/CM  Diare akut  BLPL :
2022 (+) 2x HR : 120 x/menit nondisentri  ASI / Sufor 8x90 ml
 Demam (-) RR : 30 x/mnt tanpa  Cefixime 2x30mg
(H-4)  Muntah (-) T: 36,4C dehidrasi  Zink 1x10mg
SpO2: 98% RA  ISK  Liprolac 1x1 sach
 Hiponatremia  Paracetamol 3x50mg
K/L : ka (-/-), si (perbaikan) (k/p)
(-/-), mata cekung
(-/-), mukosa mulut
basah (+)
Pulmo : SDV (+/+),
Ronkhi (-/-),
wheezing (-/-)
Cor : BJ 1-2 Reg,
m(-), g (-)
Abdomen : Supel,
BU (+) normal,
turgor kulit kembali
cepat
Ekstremitas : akral
hangat, CRT<2
detik

Hematologi Rutin:
Hb: 10,1
Leukosit: 16.2
Hematokrit: 32
Trombosit: 531

11
 Hasil Pemeriksaan Urinalisa tanggal 16 Juni 2022 di IGD

URINALISA Hasil Nilai Rujukan

Makroskopis
Warna Kuning Kuning
Kekeruhan Keruh Jernih
Kimia Urin
pH 6.5 4.8-7.4
Berat Jenis 1.015 1.002 – 1.006
Urobilinogen 0.1 < 1.0
Bilirubin Negatif Negatif
Protein Positif 1 / (+) Negatif
Darah Samar Positif 1 (+) Negatif
Leukosit Esterase Positif 3 / (+++) Negatif
Glukosa Negatif Negatif
Keton Negatif Negatif
Nitrit Negatif Negatif
Sedimen Urine
Leukosit 25-30 / LPB 1-4
Eritrosit 4-6 / LPB 0-1
Epitel 2-3 / LPB 5-15
Silinder 0 / LPK 0-1
Kristal 0 / LPK 0-1
Bakteri Positif Negatif
Jamur Negatif Negatif
Parasit Negatif Negatif

12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

DIARE

13
BAB III
PEMBAHASAN

Pasien datang ke poli anak dengan keluhan sesak sejak 2 hari SMRS.
Keluhan disertai demam > 2 minggu, batuk > 3 minggu, keringat malam dan
penurunan BB > 10 kg dalam 1 bulan terakhir. Berat pasien awalnya 49 kg,
namun saat ini hanya 36,2 kg. Sesak dan batuk yang dialami pasien mengarahkan
ke bronkopneumonia. Namun, keluhan lainnya selain sesak mengarahkan ke
tuberkulosis yang harus dipastikan dengan pemeriksaan penunjang lainnya.
Keluhan dimulai beberapa saat setelah pulang dari pesantren, muncul
keluhan batuk, demam, keringat malam, nafsu makan mulai menurun. Tetapi,
pasien tidak tahu apakah ada yang sakit seperti ini atau tidak di pesantren. Nafsu
makan pasien juga berkurang bahkan kadang sampai tidak ingin makan yang
membuatnya mengalami penurunan berat badan 11,8 kg. Pasien juga sering
berkeringat pada malam hari dan batuk yang dirasakan pasien tidak pernah
mereda.
2 minggu lalu, ke puskesmas untuk berobat, namun keluhan belum
membaik. Mendapat obat demam, batuk, dan radang. 1 minggu yang lalu (31
Agustus 2020), pasien dibawa ibunya ke poli anak, dengan keluhan batuk > 3
minggu, demam, keringat malam. Saat itu, pasien tidak sesak. Lalu, dilakukan
pemeriksaan lab dan foto thoraks. Sementara, tes Mantoux ditunda sampai obat
radang habis. Seminggu kemudian, pasien dibawa lagi ke poli dengan kondisi
sesak lalu dirawat inap.
Keluhan yang dialami pasien mengarahkan ke tuberculosis diperkuat
dengan adanya kontak dengan kakaknya yang sedang pengobatan TB bulan ke-3.
Walaupun gejala pasien juga bisa mengarah ke bronkopneumonia dan covid-19.
Jika mengarah ke TB, masa inkubasi TB bervariasi selama 2-12 minggu, biasanya
berlangsung 4-8 minggu. Selama masa inkubasi tersebut, kuman berkembang biak
hingga mencapai jumlah 103 – 104, yaitu jumlah yang cukup untuk merangsang
imunitas seluler. Selama masa inkubasi, sebelum terbentuknya imunita selular,
dapat terjadi penyebaran limfogen dan hematogen. Adanya penyebaran
hematogen inilah yang menyebabkan TB disebut sebagai penyakit sistemik.

14
1 minggu yang lalu (31 Agustus 2020), pasien dibawa ibunya ke poli anak,
dengan keluhan batuk > 3 minggu, demam, keringat malam. Saat itu, pasien tidak
sesak. Lalu, dilakukan pemeriksaan lab dan foto thoraks. Sementara, tes Mantoux
ditunda sampai obat radang habis karena akan mempengaruhi hasil dari tes
Mantoux tersebut. Seminggu kemudian, pasien dibawa lagi ke poli dengan kondisi
sesak lalu dirawat inap.
Riwayat kontak dengan pasien covid-19 tidak ada. Pasien tinggal bersama 5
orang anggota keluarga lainnya dalam 1 rumah kontrakan dengan 2 kamar ukuran
3x3 m, 1 dapur dan 1 kamar mandi. Ventilasi yang kurang baik, ruangan yang
sempit untuk ditinggali 6 orang. Kondisi itu juga bisa mempengaruhi risiko
penularan penyakit tuberculosis.
Hasil pemeriksaan fisik yaitu tampak sakit sedang, kesadaran CM, TD
90/70 mmHg, HR 105 x/menit, RR 32 x/menit, T 36,8 ℃, SpO2 92% dengan O2
2 L/m, BB 36,2 Kg, TB 150 cm, BMI : 16,08. Status Gizi Berdasarkan IMT/U
WHO: Gizi Kurang. Leher: KGB ᴓ 1-2 cm, multiple, kenyal, bilateral. Toraks:
retraksi epigastrium. Paru: Ves +/+, rh +/+, wh -/-. Jantung: BJ I-II reg, m (-), g
(-). Dari pemeriksaan ini masih mengarahkan ke suspek TB paru,
bronkopneumonia dan susp covid-19.
Hasil pemeriksaan penunjang pada didapatkan Hb 12,6, leukosit 11.200
(↑), Ht 36, Trombosit 428.000. limfosit absolut 650 (↓), neutrofil absolut 8120 (↑),
NLR 12,49. LED 65 (↑). Rapid test anti SARS-CoV 2 IgG IgM non reaktif. CRP
kuantitatif 17,25. GDS 100, Na 131, K 3,8, Cl 89. Dari hasil pemeriksaan
penunjang membuktikan adanya suatu infeksi, bisa mengarah ke covid 19,
bronkopneumonia, bisa juga TB. Namun, untuk TB memerlukan hasil tes
Mantoux dan melihat hasil foto toraks. Untuk covid-19 memerlukan hasil swab
nasofaring. Pasien juga mengalami hiponatremia yang bisa terjadi pada banyak
penyakit.
Tatalaksana awal pada pasien ini adalah O2 lembab 2 L/m nasal kanul,
IVFD KaEN 1B 10 tpm/makrodrip, parasetamol 3x400 mg IV, cefotaxime
3x1800 mg IV (H2), apialys 1x2 cth PO, nebulisasi Ventolin tiap 8 jam, tes
mantoux pagi

15
swab nasofaring. Antibiotik diberikan karena pada awalnya mendiagnosis
bronkopneumonia, sambal menunggu hasil pemeriksaan penunjang lainnya untuk
memastikan TB.
Untuk terapi cairan pada anak pada awalnya diberikan KaEN 1B karena
belum mengetahui kadar elektrolit, karena jika hiperkalemia bisa mengakibatkan
fibrilasi ventrikel (VF). Setelah mengetahui kadar elektrolit,cairan diganti KaEN
3B dengan kandungan elektrolit yang lebih tinggi. Hiponatremia dapat terjadi
karena berbagai hal. Pasien sempat mengalami muntah walaupun saat ke poli
tidak sedang muntah. Selain itu, juga terjadi keringat berlebih sebagai upaya
tubuh untuk menurunkan suhu tubuh. Berbagai penelitian menunjukkan fungsi
adrenal dan ginjal yang normal pada pasien TB hiponatremia, menunjukkan
bahwa penyebab yang mendasari mungkin dikaitkan dengan syndrome of
inappropriate antidiuretic hormone secretion (SIADH). Dalam keadaan normal,
hormon antidiuretik (ADH) disekresikan oleh kelenjar pituitari untuk merangsang
peningkatan retensi air ginjal ketika osmolalitas cairan tubuh meningkat. Dalam
kasus SIADH, ADH disekresi secara kontinyu, meskipun volume plasma normal
atau meningkat, menyebabkan gangguan ekskresi air dan karenanya terjadi
hiponatremia.
Selain terapi diatas, setelah dilakukan follow-up, hasil foto toraks pasien
menunjukkan gambaran TB milier dan tes Mantoux (+) 20 mm. Lalu
diinstruksikan untuk TCM, Cek HIV (informed consent) dan pemberian OAT
4FDC 1x2 tab. TCM sampai akhir perawatan, tidak berhasil karena dahak pasien
tidak terkumpul walaupun sudah dilakukan induksi sputum. Untuk pemeriksaan
HIV menurut Permenkes 21 tahun 2013, semua pasien TB ditawarkan tes HIV.
Demikian pula sebaliknya, semua orang dengan HIV AIDS (ODHA) seharusnya
dilakukan pemeriksaan untuk ada tidaknya TB. Diagnosis pada pasien TB milier
dengan regimen OAT yang diberikan adalah 2HRZE/4HR. beratnya 36,2
sehingga mengacu pada dosis FCD dewasa yaitu 2 tab.
Pasien juga mengalami anemia (Hb 10,6) karena tuberkulosisnya. Namun,
tidak perlu terapi tambahan untuk anemianya. Pada anemia penyakit kronis, yaitu
selama terjadi tuberkulosis, transfer Fe dari retikuloendotelial ke nukleus eritrosit
dihambat. Selain itu, inflamasi yang berat mengaktifkan sel retikuloendotelial,

16
yang tidak hanya menyerap zat besi, menyebabkan hipoferremia dan eritropoiesis
terbatas zat besi, tetapi juga mempercepat kerusakan eritrosit, dengan demikian
meningkatkan respons kompensasi eritropoietin. Lebih lanjut, selama fagositosis,
laktoferin, sebuah glikoprotein, dilepaskan dari granul leukosit normal dan
mengikat zat besi, membuatnya tidak bisa untuk mengikat transferin, kemudian
merusak transfer zat besi normal, sehingga menyebabkan anemia. Selain itu,
berbagai defisiensi metabolik yang terlihat pada pasien TB berhubungan dengan
anemia mikrositik (defisiensi zat besi) atau makrositik (defisiensi folat dan
vitamin B12). Ini mungkin terjadi karena asupan nutrisi yang buruk atau karena
peningkatan pemanfaatan bakteri selama penyakit aktif dan telah dikaitkan dengan
progresivitas penyakit. Kelainan hematologi yang diamati kembali normal setelah
pengobatan, jika peradangan mereda.

Selain itu, pasien juga diberikan Prednisone 4-4-4 tab. Kortikosteroid


diberikan pada kondisi tertentu, salah satunya pada pasien TB milier. Obat yang
sering digunakan adalah prednisone dengan dosis 2 mg/kg/hari, sampai 4
mg/kg/hari pada kasus sakit berat, dengan dosis maksimal 60 mg/hari selama 4
minggu. Tapering-off dilakukan secara bertahap setelah 2 minggu pemberian
kecuali pada TB meningitis pemberian selama 4 minggu sebelum tapering-off.
Azitromisin 1x1 tab diberikan karena dari gejala mengarahkan pada suspek covid-
19 Azitromisin 10 mg/kg jika dicurigai disertai dengan pneumonia atipikal. Zink
1x20mg dan B complex 2x1 tab diberikan pada pasien. Zink atau obat suplemen
lain dapat dipertimbangkan untuk diberikan pada pasien suspek covid meskipun
evidence belum menunjukkan hasil yang meyakinkan.
Pasien mengalami gizi kurang. Oleh karena itu, diberikan terapi yang
membantu untuk memperbaiki gizinya. Aminofusin paed 250 cc/hari mengandung
asam amino 5%, elektrolit dan vitamin diberikan sebagai tambahan nutrisi yang
diberikan secara parenteral/IV yang membutuhkan asupan protein ketika asupan
oral tidak memungkinkan/tidak adekuat. Entrakid 2x200 cc adalah makanan cair
berupa susu yang mengandung gizi lengkap dan seimbang sebagai formula enteral
yang dapat membantu memenuhi kebutuhkan gizi harian. Apialys 1x2 cth PO
mengandung multivitamin dan mineral diberikan sebagai tambahan nutrisi,
membantu meningkatkan nafsu makan, dan juga meningkatkan imunitas.

17
Hasil swab nasofaring negatif, pasien bukan covid-19. Sehingga diagnosis
akhir adalah TB Milier disertai Gizi Kurang, Hiponatremia, dan Anemia.

DAFTAR PUSTAKA

1. Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Pencegahan dan


Pengendalian Penyakit. Petunjuk Teknis Manajemen dan Tatalaksana TB
Anak. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. 2016. Available from:
http://www.ljj-kesehatan.kemkes.go.id/pluginfile.php/3202/mod_page/
content/303/Buku%20TB%20anak%202016.pdf

2. World Health Organization (WHO). Global tuberculosis report. 2020.


available from: https://www.who.int/tb/publications/global_report/en/

3. Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Pencegahan dan


Pengendalian Penyakit Menular Langsung Subdirektorat Tuberkulosis. TB
Anak. 2020. Available from:
https://tbindonesia.or.id/pustaka-tbc/dashboard-tb/

4. Cornelissen CN, Fisher BD, Harvey RA. Lippincott's Illustrated Reviews


Mikrobiologi. Edisi 3. Terjemahan Julius E. Surjawidjaja. Banten: Binarupa
Aksara Publisher; 2015.

5. Kumar V, Cotran RS, Robbins SL. Buku Ajar Patologi. Edisi 7. Terjemahan
Brahm UP; editor Bahasa Indonesia, Huriawati Hartanto, Nurwany
Darmaniah, Nanda Wulandari. Jakarta: EGC; 2007.

6. Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Pencegahan dan


Pengendalian Penyakit Menular Langsung Subdirektorat Tuberkulosis. TB
Anak. 2019. Available from: https://tbindonesia.or.id/pustaka/pedoman/tb-
anak/

7. Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan


Kesehatan Ibu dan Anak. Pedoman Pelayanan Gizi Pada Pasien
Tuberkulosis. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. 2013

18
8. Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2020 Tentang Standar Antropometri
Anak
9. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter
Anak Indonesia Edisi II. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak
Indonesia. 2011

10. Dash M et al. Prevalence of Hyponatremia in Pulmonary Tuberculosis. Int J


Adv Med. 2020 Jan;7(1):63-66. http://dx.doi.org/10.18203/2349-
3933.ijam20195638

11. Luies L, du Preez I. The Echo of Pulmonary Tuberculosis: Mechanisms of


Clinical Symptoms and Other Disease-Induced Systemic Complications.
Clinical Microbiology Reviews. 2020. Oct; 33(4):e00036-20.
https://doi.org/10.1128/CMR.00036-20.

12. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Perhimpunan Dokter Spesialis


Kardiovaskular Indonesia (PERKI), Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit
Dalam Indonesia (PAPDI), Perhimpunan Dokter Anestesiologi dan Terapi
Intensif Indonesia (PERDATIN), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).
Pedoman Tatalaksana COVID-19 Edisi 2. Jakarta: PDPI, PERKI, PAPDI,
PERDATIN, IDAI. 2020

19

Anda mungkin juga menyukai