Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN KASUS

G1P0000A000 HAMIL 33-34 MINGGU


DENGAN KETUBAN PECAH DINI

Disusun Oleh:
Asriana Timang 112022005

Pembimbing:
dr. I Wayan Sumandyasa, Sp.OG

1
Nama : Ny. R
Pendidikan : SMA
Pangkat : -
Pekerjaan : - Nama Suami : Tn. Y
Agama : Islam Pendidikan : SMA
Suku : Jawa Pangkat : -
Identittas Pasien Gol darah : B+ Pekerjaan : Karyawan Swasta
GPA: G1P0000A000 Agama : Islam
Alamat: Jl. Cililitan Besar Suku : Jawa
RT08/RW03 No.4413 Kel.Kebon Gol darah : A+
Pala Kec.Makasar, Jakarta Timur

2
Keluhan Utama
 Pasien datang ke RS dengan keluhan keluar air-air sejak pukul 17.00 WIB,
mules 1x
 Keluhan Tambahan : -

Anamnesis Riwayat Penyakit Sekarang


 Pasien datang ke UGD RS Esnawan dengan keluhan keluar air-air sejak
pukul 17.00 WIB, mules-mules 1x, lendir (+), darah (-), keputihan (+),
mual (-), muntah (-). Pasien juga mengatakan bahwa 5 hari SMRS sempat
keluar lendir dan darah. Pasien hamil anak pertama dengan usia kehamilan
33-34 minggu.

3
Riwayat Menstruasi

o Menarche : 14 tahun
o Siklus : tidak teratur
o Lama : 4-5 hari
o Volume : 50cc/24 jam
o Keluhan : -
Anamnesis o HPHT : 31 - 12 – 2022
Status Perkawinan
 Pasien menikah 1x
o HPL : 3 – 11 - 2022  usia saat menikah 22 tahun

4
 Keadaan Umum : Baik
 Kesadaran : Compos Mentis
 Tekanan Darah : 118/75 mmHg
 Nadi : 88 x/menit
Status  Suhu : 36,6 C
Generalis  Tinggi Badan : 160 cm
 Berat Badan : 81 Kg
 IMT : 31,6 (Obesitas 2)

5
 Kulit : Sawo Matang
 Kepala : Normo cephal, rambut warna hitam
 Muka : Simetris
 Mata : Sklera anikterik, konjungtiva tidak anemis
 Telinga : Daun telinga normal, liang telinga lapang
Status  Hidung : Simetris, tidak tampak septum deviassi, sekret (-)

Generalis  Mulut : Tampak caries (-/-)


 Leher : Tidak tampak pembesaran tiroid maupun KGB
Thorax
 Jantung : SDV (+/+), BJ 1-2 reguler
 Paru : Suara nafas vesikuler (+/+) Rhonki (-/-), Wheezing (-/-)
Gallop (-)
 Abdomen : Tidak teraba pembesaran pada hati dan limpa
 Ekstremitas : Akral hangat

6
Pemeriksaan Payudara
Inspeksi:
• Simetris
• putting susu menonjol
• Discharge : -
Pemeriksaan abdomen
Inspeksi: Membesar, warna kulit sawo matang, striae gravidarum (+), linea nigra (+),
Pemeriksaan lesi kulit (-)
Obstetri Palpasi Leopold
 Leopold I: Bokong
 Leopold II : Punggung Kiri
 Leopold III : Kepala
 Leopold IV : Konvergen
 TFU : 26 cm
 Auskultasi : DJJ: 140-180 x/menit
7
Pemeriksaan Laboratorium Nama Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
(diambil pada tanggal 20-09-2022)
Hematologi

Darah Rutin

Hemoglobin 11.7* gr/dl 12,0-16,0

Leukosit 8700* mm3 4000-10.000

Hematokrit 35* % 35-47

Pemeriksaan Trombosit 249000* mm3 150.000-400.000

Penunjang Diff count

Basofil 0 % 0-1

Eosinofil 2* % 2-4

Neutrofil Batang 3* % 3-5

Neutrofil Segment 65* % 50-70

Limfosit 24* % 25-40

Monosit 6 % 2-8
8
Pemeriksaan USG & CTG

Pemeriksaan
Penunjang

9
Pasien datang ke UGD RS Esnawan dengan keluhan keluar air sejak
pukul 17.00, mules-mules 1x, lendir (+), keputihan (+). Pasien juga
mengatakan bahwa 5 hari SMRS sempat keluar lendir dan darah. Pasien
hamil anak pertama dengan usia kehamilan 33-34 minggu.
Pemeriksaan fisik didapatkan, warna kulit sawo matang, striae
Uraian Masalah gravidarum (+), linea nigra (+). Pada pemeriksaan Leopold I: Bokong,
Leopold II: Punggung Kiri, Leopold III: Kepala, Leopold IV, TFU
Konvergen. TFU 26cm dan Auskultasi didapatkan DJJ 140-180 x/menit.
Pada pemeriksaan penunjang laboratorium didapatkan hemoglobin 11.7
g/dl, Leukosit 8700 mm3, Hematokrit 35%, Trombosit 249000 mm3,
Eosinofil 2%, Netrofil batang 3%, Netrofil segment 65%, Limfosit 24%,
Monosit 6%.

10
G1P0000A000 hamil 33-34 minggu
dengan KPD

Rencana Terapi
Diagnosis Kerja
1. Infus RL + 2 ampul 8 tpm
2. Inj. Ceftriaxone 2x1
3. Inj. Kalmetasone 2x4 amp
4. Microges sup 3x200 mg
5. Infus RL + Oxytocin 20 tpm

11
Ibu
 Ad vitam : dubia ad bonam
 Ad fungsionam : dubia ad bonam
 Ad sanationam : dubia ad bonam

Prognosis Janin
 Ad vitam : dubia ad bonam
 Ad fungsionam : dubia ad bonam
 Ad sanationam : dubia ad bonam

12
19/9/2022 S: Pasien datang dari UGD dengan keluhan keluar air-air

Jam 21.15 O: KU: Baik, Kes. Compos Mentis

Follow Up TD: 118/75 mmHg, S: 36.6 C, N: 88 x/menit.


Pemeriksaan Lab:
Hb 10.5, Ht 32, Leuko 4300, Tromb 264.000, GDS 144, Basofil 0, Eosinofil 2,
Neutrofil batang 1, Neutrofil segmen 68, Limfosit 27, Monosit 2. HbsAg Anti HIV
(Non-Reaktiv).
A: G1P0000A000 H.33-34 minggu dengan KPD
P: RL + 2 amp bricasma 8 tpm
Ceftriaxone 2x1
Kalmetason 2x4 amp
Micogres 3x200 mg

20/9/2022 S: Ps.mengatakan masih keluar air-air berwarna kuning, lendir (+), bau (-), demam (-),

(Pagi) sempat gemetar, bayi sudah tidak terlalu aktif, kontraksi (+) tetapi jarang, keluar darah
setitik pada pukul 22.00 WIB
O: KU: Baik, Kes. Compos Mentis
TD: 115/75 mmHg, S:36,7 C, N: 92 x/menit
A: G1P0000A000 H.33-34 minggu dengan KPD
P: Th/ Dilanjutkan
13
20/9/2022 S: Ps. Masih mengeluhkan keluar air-air berwarna jernih, lendir (-), mules
(sore) (-)
O: KU: Baik, Kes. Ompos Mentis
TD: 122/59 mmHg, S: 36.5 C, N: 83 x/menit
CTG: 127-163
A: G1P0000A000 H.33-34 minggu dengan KPD
P: Th/ Dilanjutkan
CTG setiap 8 Jam

21/9/2022 S: Telah dilakukan sc oleh dr.Zakaria pada jam 9.25 WEB a/i KPD
(pagi) O: KU: Baik, Kes. Compos Mentis
TD: 100/82 mmHg, S: 36.0 C, N: 95 x/menit
Bayi:
BBL 2100 gr, PB 47cm, LK 32 cm, LD 28cm, LP 27cm
APGAR Score 9/10, cacat (-), meco (-), miksi (-)
A: P0101A000 H.33-34 minggu dengan KPD
P: Th/ Dilanjutkan

14
21/9/2022 S: Ps. Mengeluhkan nyeri post sc (+), ASI (+/+)
(sore) O: KU: Baik, Kes. Compos Mentis
TD: 106/64 mmHg, S: 36.6 C, N: 84 x/menit
A: P0101A000 post sc a/i KPD
P: Observasi KU dan TTV
Infus RL + 2 amp oxy (20 tpm)

22/9/2022 S: Ps. Belum BAB, keluhan lain tidak ada


(pagi) O: KU: Baik, Kes. Compos Mentis
TD: 110/71 mmHg, S: 36.6 C, N: 76 x/menit
A: P0101A000 post sc a/i KPD
P: Th/ Dilanjutkan

22/9/2022 S: Ps. Sudah bisa duduk, berdiri, berjalan, nyeri bekas sc sudah berkurang
(sore) O: KU: Baik, Kes. Compos Mentis
TD:120/80 mmHg, S: 36.6 C, N: 90 x/menit
A: P0101A000 post sc a/i KPD
P: Th/ dilanjutkan
15
23/9/2022 S: Tidak ada keluhan
(pagi) O: KU: Baik, Kes. Compos Mentis
TD: 112/70 mmHg, S: 36.5 C, N: 73 x/menit
A: P0101A000 post sc a/i KPD
P: Th/ Oral

16
Tinjauan Pustaka

17
 Sel telur + sel ovum – Tuba fallopi – Zigot – Hari 5-8 zigot akan turun
menuju kavum uteri – Morula - Blastocyst (terdiri dari Inner cell mast dan
trophoblast) – Inner cel mast (Endoderm & Ektoderm) – Endoderm menjadi
Epiblas yang kan menjadi Cavum amnion
 inner cell mass mulai berdiferensiasi menjadi ektoderm dan endoderm
 Cavum amnion muncul bersamaan dengan inner cell mass, disusun oleh sel
Anatomi epiblastic (hari 7-8) dan tertutup oleh amnion
 Membran ketuban berfungsi menghasilkan air ketuban dan melindungi janin
Membran terhadap infeksi.
Ketuban

18
Anatomi Membran Ketuban

• Amnion manusia terdiri dari lima lapisan yaitu


lapisan epitelium, membran basal, lapisan kompakta,
lapisan fibroblastik, dan lapisan spongiosum yang
berbeda.
• Sel epitel amnion mensekresikan kolagen tipe III dan
IV dan glikoprotein yang membentuk membran basal.
• Lapisan membran basal berfungsi untuk membentuk
kerangka fibrosa utama amnion - berfungsi untuk
dapat mempertahankan daya regang sepanjang tahap
akhir kehamilan normal.
• Lapisan fibroblast adalah lapisan yang paling tebal
Membran ketuban terdiri dari struktur 2
• Lapisan intermediat (lapisan spongiosa) terletak di
lapis:
antara amnion dan korion - Lapisan ini menyerap
 Lapisan Amnion – kaku & kuat
tekanan fisik Korion berisi sublapisan jaringan ikat
 Lapisan Chorion – lebih tebal
dan sitotrofoblas

19
 Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum proses persalinan
yang dapat terjadi pada kehamilan preterm dan pada kehamilan aterm.
 ketuban yang pecah sebelum kehamilan 37 minggu Preterm Prematur
Defenisi Rupture of Membrans (PPROM) dan tidak sedang dalam masa persalinan.
 Bila terjadi lebih dari 12 jam maka disebut dengan Prolonged PROM

20
1. Hilangnya elastisitas selaput ketuban karena penipisan oleh infeksi
atau rendahnya kadar kolagen
2. Infeksi intramniotik
3. Faktor risiko utama PPROM termasuk riwayat PPROM, serviks

Etiologi 4. Perdarahan vagina trimester kedua atau ketiga


5. Defisiensi vitamin C
6. indeks massa tubuh rendah
7. Merokok
8. Penggunaan obat-obatan terlarang

21
Pada aterm, KPD terjadi pada sekitar 8% dari seluruh kehamilan.
Pada tahun 2012 berdasarkan data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI) diketahui bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) pada kasus KPD sebesar
359 per 100.000 kelahiran hidup
Epidemiologi Provinsi Jawa Barat memiliki angka kematian ibu tertinggi yaitu 321 per
100.000 kelahiran hidup dan turun menjadi 123,29 per 100.000 kelahiran
hidup pada tahun 2009.
Wanita dengan ketuban pecah dini memiliki 50% kemungkinan lebih besar
untuk melahirkan dalam waktu 24 sampai 48 jam dan kemungkinan sekitar
70%-90% untuk melahirkan dalam 7 hari.

22
Patofisiologi

1. Ketuban pecah dalam persalinan secara umum disebabkan oleh kontraksi


uterus dan peregangan berulang
2. Infeksi dapat menyebabkan ketuban pecah dini - flora vagina termasuk
Streptokokus grup B, Staphylokokus aureus dan Trikomonas vaginalis
mensekresi protease yang akan menyebabkan terjadinya degradasi
membran dan akhirnya melemahkan selaput ketuban
3. Infeksi bakteri dan respon inflamasi juga merangsang produksi
prostalglandin oleh selaput ketuban yang diduga berhubungan dengan
KPD preterm karena menyebabkan iritabilitas uterus dan degradasi
kolagen membrane
4. Pada KPD aterm ditemukan sel-sel yang mengalami apoptosis di amnion
dan korion terutama disekitar robekan selaput ketuban

23
a. Ditegakan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
penunjang
b. Pemeriksaan darah lengkap
c. Pemeriksaan mikroskopis: Tes Fern - Adanya gambaran daun pakis

Diagnosis d. USG :Jumlah cairan dalam kavum uteri, menentukan usia kehamilan,
letak janin dan plasenta
e. Kardiotokografi – ada tidaknya kegawatan janin
f. Tes lakmus (tes nitrazine): kertas lakmus merah berubah menjadi biru -
pH normal vagina 4,5-5,5 cairan amnion bersifat basa yaitu pH antara
7,0-7,5

24
Komplikasi pada Preterm
KPD Komplikasi pada Aterm KPD

1. Persalinan preterm
1. Infeksi pada fetus dan neonatal
2. Infeksi fetus dan neonates
2. Infeksi maternal
3. Infeksi maternal
3. Prolaps/kompressi tali pusat
4. Prolaps/kompressi tali pusat
4. Gagalnya induksi pada persalinan
Komplikasi sehingga dilakukan Sectio 5. Gagalnya induksi pada persalinan
Caesarae sehingga dilakukan Sectio
Caesarae
5. Melahirkan dalam waktu 1
minggu 6. Deformasi pada fetus
6. Respiratory Distress Syndrome 7. Hypoplasia pada pulmonary
7. Chorioamnionitis
8. Abruptio Plasenta
9. Kematian fetus antepartum

25
Tatalaksana

26
Tatalaksana
Konservatif

27
Tatalaksana
Aktif

28
 Prognosis tegantung pada usia kandungan, keadaan ibu serta adanya infeksi atau
tidak
 Pada usia kehamilan lebih muda, trimester dua (13-26 minggu) memiliki
prognosis yang buruk
Prognosis  Pada kehamilan dengan infeksi prognosisnya menjadi lebih buruk, sehingga bila
bayi selamat dan dilahirkan memerlukan penanganan yang intensif
 Apabila KPD terjadi setelah usia masuk ke dalam aterm maka prognosisnya
lebih baik terutama bila tidak terdapat infeksi, sehingga terkadang pasca aterm
sering digunakan induksi untuk membantu persalinan

29
 Ketuban Pecah Dini merupakan keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum
persalinan atau dimulainya tanda inpartu, keadaan ini membutuhkan penanganan
segera. Utnuk menegakan diagnosis perlu diketahui usia kehamilan untuk dapat
Kesimpulan segera diberikan tatalaksana. Pasien harus dievaluasi dalam pengaturan klinis
untuk menentukan apakah telah terjadi pecah ketuban. Selain itu perlu juga
dilakukan pemantauan apakah terjadi tanda dan gejala infeksi. Tatalaksana yang
dapat diberikan dengan du acara yaitu secara konservatif maupun secara aktif.

30
Daftar Pustaka

1. Negara KS, Mulyana RS, Pangkahila ES. Buku ajar ketuban pecah dini; 2017. Denpasar: Universitas Udayana. H:
1-27, 95-104.
2. Nugrahaeni A. Pengantar anatomi fisiologi manusia. Yogyakarta: Anak Hebat Indonesia; 2020. H: 246-7.
3. Arma N, Karlinah N, Yanti E. Bahan ajar obstetri fisiologi. Yogyakarta: Deepublish; 2015. H: 90-5.
4. Wilkes, P.T, “Premature Ruptur of Membrane”, 2004 available at www. emedicine.com / med/med/topic. 3246.
htm
5. Svigos, J.M, Robinson, J.S, Vigneswaran,R. “Premature Rupture of the Membranes”, High Risk Pregnancy
Management Options, W.B Saunders Company, London, 1994, h.163-171
6. Soewarto S. Ketuban pecah dini. Pada: Prawirohardjo S, Saifuddin AB, Rachimhadhi T, Wiknjosastro GH, editor.
Ilmu kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2016. H: 677-82.
7. Dayal S, Hong PL. Premature rupture of membranes [internet]. 2022 [diakses pada 19 September 2022]. Tersedia
di: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK532888/
8. Maryuni, Kurniasih D. Risk factors of premature rupture of membrane. National Public Health Journal. 2017; 11
(3): 133-7.

31
9. Manuaba GIB. Ketuban Pecah Dini (KPD). Ilmu kebidanan, penyakit kandungan & keluarga berencana. Jakarta: EGC; 2014.
H: 229-232.
10. Elder, M.G, et al. “Preterm Premature Rupture of Membranes”, Preterm Labor, 1sted, Churchill Livingstone Inc. New York,
1997, hal 153-164
11. Arif M, Kuspuji T, dkk, (ed) “Ketuban Pecah Dini”, Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I, Edisi ke-3, Penerbit Media
Aesculapius FKUI, Jakarta, 2001, hal 310-313
12. Pengurus Besar Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia, “Ketuban Pecah Dini “, Standar Pelayanan Medik Obstetri
dan Ginekologi, Jakarta, 1991, hal. 39-40.
13. Abdul Bari Saifuddin, Prof., dr., SpOG, MPH, (ed) “Ketuban Pecah Dini”, Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo-POGI, Jakarta, 2002, hal M112-115

32
33

Anda mungkin juga menyukai