Disusun Oleh :
Almerveldy Azaria Dohong – 1920221138
Laras Bani Waseso - 1820221137
Randa Aditya - 1102015187
Pembimbing :
dr. Budi Martino Lumunon, Sp.OG (K)
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
kasih setia dan berkat-Nya penulis dapat menyelesaikan referat yang berjudul “G1P0A0
Hamil 15 minggu dengan Abortus Inkomplete”.
Penulis ucapkan terima kasih kepada dr. Budi Martino Lumunon, Sp.OG (K),
selaku pembimbing selama penulis menjalani kepaniteraan klinik Ilmu Penyakit
Kandungan dan Kebidanan Rumah Sakit Bhayangkara TK.1 R.Said Sukanto Jakarta
serta teman-teman yang saling membantu dan mendukung. Penulis menyadari masih
ada kekurangan dalam penulisan referat ini, oleh karena itu penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya. Semoga referat yang disusun penulis ini dapat bermanfaat bagi pihak
yang berkepentingan di masa yang akan datang.
Penulis
BAB I
LAPORAN KASUS
I.2 ANAMNESIS
Keluhan Utama : Pasien dengan keluhan nyeri perut bagian bawah terasa kencang
atau tegang disertai keluar darah dari jalan lahir sejak 6 jam SMRS.
Keluhan Tambahan: Mual, pusing.
Riwayat Pernikahan
• Pasien mengaku belum menikah.
Riwayat Kontrasepsi
• Pasien mengaku tidak pernah memakai alat kontrasepsi
Riwayat Antenatal Care
• Pasien belum pernah berkunjung ke bidan ataupun ke dokter
Status Generalis
Kepala : Normochepal
Mata : Konjungtiva pucat -/-, sklera ikterik -/-, pupil isokor, refleks cahaya +/+.
Hidung : Bentuk normal, deviasi (-), tidak ada sekret.
Mulut : Bibir dan mukosa tidak pucat.
Leher : Tidak tampak pembesaran kelenjar getah bening dan tiroid
Paru
Inspeksi : Bentuk normal, gerakan simetris.
Palpasi : tidak dilakukan
Perkusi : tidak dilakukan
Auskultasi : Vesikuler +/+, Rhonki -/-, wheezing -/-
Cor
Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak
Palpasi : Tidak dilakukan
Perkusi : Tidak dilakukan
Auskultasi : BJ1 dan BJ2 reguler, Gallop (-), Murmur (-)
Abdomen
Inspeksi : perut mendatar
Auskultasi : Bising usus peristaltik (+)
Palpasi : Nyeri tekan pada ulu hati dan regio regio suprapubic
Perkusi : Timpani (+)
Ekstremitas : Ekstremitas bawah: Akral hangat, edema (-/-), CRT <2 s
Anus : Tidak dilakukan Rectal Toucher
Pemeriksaan Obstetrik
TFU : 2 jari diatas simfisis pubis
DJJ :-
HIS :-
Leopold : tidak dilakukan
Pemeriksaan Ginekologi
Pemeriksaan Luar
Inspeksi : Dinding perut cembung gravida, tanda peradangan (-),
striae gravidarum (-), perdarahan flek-flek (+)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Palpasi : Nyeri tekan (+) regio regio iliaka dextra et sinistra dan suprapubis
Perkusi : Timpani (+)
AGD -
PH 7,57 7,35-7,45 -
pCO2 *33 35-45 -
PO2 *100 85-95 -
O2 Saturasi *98 85-95 -
HCO3 *98 21-25 -
Base Excess *7 <20 -
Total CO2 *30 -2,5- +2,5 -
HBs Ag Non Reaktif Non Reaktif -
ANTI HCV Non Reaktif Non Reaktif -
Pemeriksaan laboratorium (19/08/2021)
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan Keterangan
Hemoglobin *9,3 12-14 g/dl -
Lekosit 6,972 5000-10.000 /uL -
Hematokrit *29 37-47 % -
Trombosit 283.000 150.000- -
400.000/mm3
Pemeriksaan USG
1.4 DIAGNOSIS
Diagnosis Kerja :
G1P0A0 Hamil 15 minggu Abortus Inkomplete.
1.5 PROGNOSIS
Quo ad vitam
: dubia ad bonam
Quo ad sanactionam : dubia ad bonam
Quo ad fungtionam : dubia ad bonam
Rencana terapi
Rawat dalam bangsal
IVFD RL 500 ml 20 tpm
Inj. Ceftriaxone 1x2 g
injeksi ranitidin 2x 50 mg
injeksi Transamin 1x500mg
Rujuk untuk dilakukan Kuretase oleh dokter Spesialis Obsgyn
Rencana edukasi
Menjelaskan kepada ibu dan keluarga tentang kondisi ibu dan janin.
Menganjurkan kepada ibu untuk bedrest total.
Menjelaskan kepada ibu dan keluarga tentang resiko yang akan terjadi jika perdarahan
terus terjadi.
Informed consent kepada suami dan keluarga untuk tindakan operasi diatasi dan
kuretase.
Tanggal S O A P
18Agustus Keluar darah TD: G1PA0 Hamil Rawat dalam
2021 dari jalan lahir (+) 110/80mmHg 12 Minggu bangsal
disertai gumpalan N : 88x/menit IVFD RL 500
(+), RR: dengan ml 20 tpm
nyeri pada 20x/menit Abortus IVFD
bagian perut kiri S : 36,3 C
o
Inkomplit
ceftriaxone 1x2
bawah (+), g
lemas(+), mual (+) Konsul obgyn
untuk rencana
pro kuretase
Observasi
tanda-tanda
vital
Observasi
perdarahan
untuk tanda
anemia
Bedrest total
19 Agustus Masih merasa TD: G1P0A0 Hamil PO
2021 mual (+) dan nyeri 110/80mmHg Clindamycin
12 Minggu
pada bagian jalan N : 88x/menit 300 mg 3x1
lahir. RR: dengan PO Asam
20x/menit Abortus Mefenamat 500
S : 36,5 C
o
mg 3x1
Inkomplit Post Observasi
Kuretase H+1 tanda-tanda
vital
Observasi
perdarahan
untuk tanda
anemia
Mobilisasi
bertahap
Kontrol poli
terjadwal
BAB II
ANALISA KASUS
Pada pasien ini ditegakkan diagnosis G1P0A0 hamil 15 minggu dengan Abortus
Inkomplit. Diagnosis ditegakkan berdasarkan autoanamnesis dengan keluhan nyeri perut
bagian bawah terasa kencang atau tegang dan keluar darah dari vagina disertai darah yang
menggumpal 9 jam SMRS, darah berwarna merah kehitaman. Riwayat trauma, minum jamu
dan obat-obatan tertentu disangkal. Hal ini sesuai dengan tinjauan pustaka abortus yaitu
terjadinya perdarahan sebagai pada usia kehamilan sebelum gestasi 20 minggu, pada pasien
ini kehamilan masih di bawah usia 20 minggu yaitu 15 minggu.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tampak sakit sedang dengan tanda vital TD 110/70
mmHg, Nadi 80 x/menit, RR 20 x/menit, pada status ginekologis dengan inspekulo terlihat
perdarahan aktif, ketuban positif, erosi positif, OUE membuka. Pemeriksaan vaginal Toucher
vulva dan vagina tidak ada kelainan, portio tebal konsistensi lunak dan OUE didapatkan
pembukaan 2 cm. Pemeriksaan penunjang dengan USG tampak sisa konsepsi dengan ukuran
diameter 4,05 cm dan diagnosis akhir G1P0A0 hamil 15 minggu dengan Abortus Inkomplit.
Dari berdasarkan pemeriksaan fisik di tinjauan pustaka dikatakan bahwa kasus ini termasuk
dalam abortus yang dikalsifikasikan sebagai abortus inkomplit karena sebagian jaringan hasil
konsepsi masih tertinggal di dalam uterus dimana pada pemeriksaan vagina, kanalis servikalis
masih terbuka dan teraba jaringan dalam kavum uteri atau menonjol pada ostium uteri
eksternum. Begitu juga pada hasil pemeriksaan USG tampak ukuran besar uterus sudah lebih
kecil dari umur kehamilan dan kantong gestasi sudah sulit dikenali, serta di kavum uteri
tampak massa hiperekoik yang bentuknya tidak beraturan yang menanndakan terdapat
konsepsi yang masih tertinggal.
Tatalaksana yang diberikan pada pasien ini berupa medikamentosa yaitu pemberian
cairan IVFD RL 500ml 21 tpm, injeksi ceftriaxone 2 x 1 gram, injeksi rantin 2x 50mg, dan
injeksi transamin 1x500m yang merupakan tatalaksana untuk mengobati gejala dari pasien.
Pemberian antibiotik tujuannya adalah sebagai profilaksis infeksi dan untuk tatalaksana
selanjutnya adalah dilakukan rujukan ke dokter spesialis Sp.OG untuk dilakukan Operasi
berupa tindakan Kuretase. Berdasarkan tinjauan pustaka yang didapat abortus diusia
kehamilan kurang dari 16 minggu perlu dilakukan kuretase untuk ecakuasi hasil konsepsi
yang tertinggal didalam uterus, dan melakukan evaluasi KU, tanda vitasl, dan evaluasi
perdarahan pervaginam.
Prognosis pada pasien ini ad bonam dengan alasan, karena tidak terdapat tanda-tanda
syok pada ibu dan juga tidak terdapat tanda-tanda komplikasi berbahaya dan pada pasien ini
fungsi reproduksinya masih bisa dipertahankan.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Definisi Abortus
Kata Abortus (aborsi, abortion) berasal dari bahasa latin aboriri-keguguran (to
miscarry). Abortus adalah persalinan kurang bulan sebelum usia janin yang memungkinkan
untuk hidup, dan dalam hal ini bersinonim dengan keguguran. National Center for Health
Statistics, Centers for Disease Control and Prevention dan World Health Organization
mendefinisikan abortus sebagai penghentian kehamilan sebelum gestasi 20 minggu atau
dengan janin memiliki berat lahir kurang dari 500 gram.1
2. Periksa tanda-tanda syok (akral dingin, pucat, takikardi, tekanan sistolik <90 mmHg).
Jika terdapat syok, lakukan tatalaksana awal syok. Jika tidak terlihat tanda-tanda
syok, tetap pikirkan kemungkinan tersebut saat penolong melakukan evaluasi
mengenai kondisi ibu karena kondisinya dapat memburuk dengan cepat.
3. Bila terdapat tanda-tanda sepsis atau dugaan abortus dengan komplikasi, berikan
kombinasi antibiotika sampai ibu bebas demam untuk 48 jam:
Apabila terdapat anemia sedang, berikan tablet sulfas ferosus 600 mg/hari
selama 2 minggu, jika anemia berat berikan transfusi darah.
5. Missed Abortion
Jika usia kehamilan <12 minggu: evakuasi dengan AVM atau sendok kuret.
Jika usia kehamilan >12 minggu namun <16 minggu: pastikan serviks
terbuka, bila perlu lakukan pematangan serviks sebelum dilakukan dilatasi
dan kuretase. Lakukan evakuasi dengan tang abortus dan sendok kuret.
Jika usia kehamilan 16-22 minggu: lakukan pematangan serviks. Lakukan
evakuasi dengan infus oksitosin 20 unitdalam 500 ml NaCl 0,9%/Ringer
laktat dengan kecepatan 40 tetes/menit hingga terjadi ekspulsi hasil
konsepsi. Bila dalam 24 jam evakuasi tidak terjadi, evaluasi kembali
sebelum merencanakan evakuasi lebih lanjut.
Lakukan evaluasi tanda vital pasca tindakan setiap 30 menit selama 2 jam.
Bila kondisi ibu baik, pindahkan ibu ke ruang rawat.
6. Abortus Septik
Untuk tahap pertama dapat diberikan Penisiiin 4 x 1,2 juta unit atau
Ampisilin 4 x 1 gram ditambah Gentamisin 2 x 80 mg dan Metronidazol 2 x
I gram. Selanjutnya antibiotik disesuaikan dengan hasil kultur.
Antibiotik dilanjutkan sampai 2 hari bebas demam dan bila dalam waktu 2
hari pemberian tidak memberikan respons harus diganti dengan antibiotik
yang lebih sesuai. Apabila ditakutkan terjadi tetanus, perlu ditambah dengan
injeksi ATS dan irigasi kanalis vaginaluterus dengan larutan peroksida
(H2O2) kalau perlu histerektomi total secepatnya.
II.7 Komplikasi
Beberapa komplikasi dapat muncul bila penanganan terhadap kasus abortus
inkompletus tidak adekuat. Komplikasi utama dari abortus adalah perdarahan. Selain itu
dapat juga terjadi perforasi akibat tindakan yang salah, infeksi dan sepsis, gagal ginjal akut,
serta syok. Syok dapat diakibatkan oleh perdarahan yang banyak (syok hemoragik), atau
akibat sepsis.Perforasi uterus pada saat kuretase dapat terjadi terutama pada uterus dalam
posisi hiperretrofleksi. Perforasi uterus pada abortus yang dikerjakan oleh orang biasa
menimbulkan persoalan gawat karena perlukaan uterus biasanya luas, mungkin pula terjadi
perlukaan pada kandung kemih atau usus. Infeksi dalam uterus dan adneksa dapat terjadi
dalam setiap abortus tetapi biasanya didapatkan pada abortus inkomplet yang berkaitan erat
dengan suatu abortus yang tidak aman (Unsafe Abortion).7
II.8 Prognosis
Ibu dengan riwayat sudah pernah mengalami abortus dua kali berturut-turut maka
kehamilan berikutnya hanya 63% berjalan normal, tetapi kehamilan keempat berjalan normal
hanya sekitar 16%, semakin tinggi riwayat abortus, semakin besar pula risiko terjadinya
abortus.8
DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Dashe JS, Hofman BL, Casey BM, et al.
Williams Obstetrics. 25th ed. United Satates of America: MC Graw Hill Education;
2018:1–27.
2. Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan. 4th ed. Jakarta: P.T. BINA PUSTAKA
SARWONO PRAWIROHARDJO; 2010.
3. Kuntari T, Agus S, Emilia O 2010. Determinan Abortus di Indonesia. Jurnal
Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 4, No. 5, April 2010.
https://media.neliti.com/media/publications/39715-ID-determinan-abortus-di-
indonesia.pdf.
4. Yanti L 2018. Faktor Determinan Kejadian Abortus Pada Ibu Hamil: Case Control
Study. MEDISAINS: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan, Vol. 16 No. 2 Hal. 95,
Agustus 2018.
5. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan
Ibu Di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan Edisi Pertama.
6. WHO 2018. Medical Management Of
Abortion.https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/278968/9789241550406-
eng.pdf.
7. Hidayat, A dan Sujiati. Asuhan Kebidanan Persalinan. Yogyakarta: Muha Medika.
2010.
8. Rangkuti RL, Sanusi SR, Lutan D. 2019. Penyakit Ibu Terhadap Kejadian Abortus
Imminen di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padasidingpuan. Jurnal Muara Sains,
Teknologi, Kedokteran, dan Ilmu Kesehatan Vol. 3, No. 1, April 2019: hlm 29-36.