Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN KASUS

G1P0A0 Hamil 15 minggu dengan Abortus Inkomplit

Disusun Oleh :
Almerveldy Azaria Dohong – 1920221138
Laras Bani Waseso - 1820221137
Randa Aditya - 1102015187

Pembimbing :
dr. Budi Martino Lumunon, Sp.OG (K)

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT KEBIDANAN DAN KANDUNGAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
RS BHAYANGKARA TK.I R.SAID SUKANTO JAKARTA
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
kasih setia dan berkat-Nya penulis dapat menyelesaikan referat yang berjudul “G1P0A0
Hamil 15 minggu dengan Abortus Inkomplete”.
Penulis ucapkan terima kasih kepada dr. Budi Martino Lumunon, Sp.OG (K),
selaku pembimbing selama penulis menjalani kepaniteraan klinik Ilmu Penyakit
Kandungan dan Kebidanan Rumah Sakit Bhayangkara TK.1 R.Said Sukanto Jakarta
serta teman-teman yang saling membantu dan mendukung. Penulis menyadari masih
ada kekurangan dalam penulisan referat ini, oleh karena itu penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya. Semoga referat yang disusun penulis ini dapat bermanfaat bagi pihak
yang berkepentingan di masa yang akan datang.

Jakarta, 18 Agustus 2021

Penulis
BAB I
LAPORAN KASUS

I.1 IDENTITAS PASIEN


Nama Pasien : Ny. SS
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Lahir : 04 Mei 2003
Usia : 18 tahun
Alamat : Cipinang
Agama : Islam
Suku : Sunda
Pendidikan : SLTA
Status Perkawinan : Belum Menikah
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Tanggal Masuk : 18 Agustus 2021 (01.54 WIB)

I.2 ANAMNESIS
Keluhan Utama : Pasien dengan keluhan nyeri perut bagian bawah terasa kencang
atau tegang disertai keluar darah dari jalan lahir sejak 6 jam SMRS.
Keluhan Tambahan: Mual, pusing.

Riwayat penyakit Sekarang :


Pasien X usia 18 tahun datang ke IGD RS POLRI dengan keluhan perut terasa
kencang atau tegang pada bagian perut bawah disertai keluar darah dari jalan lahir sejak 6
jam SMRS, Pasien saat ini mengaku hamil karena sebelumnya terlambat haid sudah 1 bulan
dan hasil test pack positif yang dilakukan sejak 2 bulan yang lalu setelah terlambat haid.
Pasien awalnya mengeluh perut kencang dan tegang dirasakan tiba-tiba, kemudian disusul
keluar darah dari jalan lahir, darah bercampur gumpalan berwarna merah gelap. darah yang
keluar disertai rasa nyeri di bagian jalan lahir. pasien mengaku sebelumnya tidak pernah
kontrol kehamilan ke dokter ataupun ke bidan. Riwayat konsumsi obat-obatan sebelumnya
disangkal. Riwayat keluhan keputihan tidak ada. Pasien mengaku saat ini merasa mual,
pusing, dan nyeri pada bagian ulu hati, keluhan muntah, demam tinggi disangkal.
Riwayat penyakit dahulu
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit lain sebelumnya. Riwayat Hipertensi, DM,
Alergi disangkal. Riwayat penyakit ginekologi juga disangkal. Riw. Penyakit menular
seksual seperti HIV (-)
Riwayat Penyakit keluarga
 Riw. keluhan serupa (-)
 Riw. Jantung (-)
 Riw. Asma (-)
 Riw. HT (-)
 Riw. DM (-)
 Riw. Penyakit menular seksual seperti HIV (-)
Riwayat Haid
• Menarche : 13 tahun
• Siklus : Teratur, 28 hari
• Lamanya : 7 hari
• Banyaknya : 4x ganti pembalut
• HPHT : 05/05/2021
• Taksiran Persalinan : 12/02/2022
Riwayat Obstetrik
Saat ini mengaku hamil pertama berdasarkan test pack kehamilan 3 bulan yang lalu
dan mengaku belum pernah memeriksakan kandungannya ke bidan atau ke dokter

Riwayat Pernikahan
• Pasien mengaku belum menikah.
Riwayat Kontrasepsi
• Pasien mengaku tidak pernah memakai alat kontrasepsi
Riwayat Antenatal Care
• Pasien belum pernah berkunjung ke bidan ataupun ke dokter

Riwayat Kebiasaan dan Pengobatan


Pasien mengatakan tidak merokok dan tidak mengkonsumsi alkohol. Pasien juga tidak
dalam pengobatan atau mengkonsumsi obat – obatan tertentu.
Riwayat Alergi
Pasien mengatakan tidak mempunyai alergi terhadap obat-obatan dan makanan.
1.3 PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalisata
Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis (E4M6V5)
Tanda – Tanda vital
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Respiratori : 20 x/menit
Suhu : 36,6
TB : 155 CM
BB : 60 Kg
IMT: BB/ TB2 : 60/ (1,55)2 = 19,3

Status Generalis
Kepala : Normochepal
Mata : Konjungtiva pucat -/-, sklera ikterik -/-, pupil isokor, refleks cahaya +/+.
Hidung : Bentuk normal, deviasi (-), tidak ada sekret.
Mulut : Bibir dan mukosa tidak pucat.
Leher : Tidak tampak pembesaran kelenjar getah bening dan tiroid
Paru
Inspeksi : Bentuk normal, gerakan simetris.
Palpasi : tidak dilakukan
Perkusi : tidak dilakukan
Auskultasi : Vesikuler +/+, Rhonki -/-, wheezing -/-
Cor
Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak
Palpasi : Tidak dilakukan
Perkusi : Tidak dilakukan
Auskultasi : BJ1 dan BJ2 reguler, Gallop (-), Murmur (-)
Abdomen
Inspeksi : perut mendatar
Auskultasi : Bising usus peristaltik (+)
Palpasi : Nyeri tekan pada ulu hati dan regio regio suprapubic
Perkusi : Timpani (+)
Ekstremitas : Ekstremitas bawah: Akral hangat, edema (-/-), CRT <2 s
Anus : Tidak dilakukan Rectal Toucher

Pemeriksaan Obstetrik
TFU : 2 jari diatas simfisis pubis
DJJ :-
HIS :-
Leopold : tidak dilakukan
Pemeriksaan Ginekologi
Pemeriksaan Luar
Inspeksi : Dinding perut cembung gravida, tanda peradangan (-), 
striae gravidarum (-), perdarahan flek-flek (+)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Palpasi : Nyeri tekan (+) regio regio iliaka dextra et sinistra dan suprapubis
Perkusi : Timpani (+) 

Pemeriksaan Dalam Vagina


Inspekulo :
Tampak darah didepan OUE, Stosel (+), Ketuban (+), Erosi (+), OUE Membuka
VT (Vagina Toucher) :

 Vulva uretra vagina : tidak ada kelainan, dinding vagina licin


 Portio : Portio tebal konsistensi lunak, OUE diameter 2 cm
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium (18/08/2021)
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan Keterangan
Hemoglobin *11,3 12-14 g/dl -
Lekosit *11,590 5000-10.000 /uL -
Hematokrit *34 37-47 % -
Trombosit 299.000 150.000- -
400.000/mm3
Basofil 0 0-1 -
Eosinofil 1 1-2 -
Batang 0 2-6 -
Segmen 75 50-70 -
Limfosit 20 20-40 -
Monosit 4 2-8 -
Laju Endap <20 -
Darah
Erithrosit 4,39 4-5 -
Masa 1 1-6 -
Perdarahan
Masa 11 10-15 -
Pembekuan
Ureum 16 Nilai Rujukan Satuan Keterangan
Creatinine 0,8 12-14 g/dl -
SGOT *46,3 5000-10.000 /uL -
SGPT 27,7 37-47 % -
GDS 128 <200 -

AGD -
PH 7,57 7,35-7,45 -
pCO2 *33 35-45 -
PO2 *100 85-95 -
O2 Saturasi *98 85-95 -
HCO3 *98 21-25 -
Base Excess *7 <20 -
Total CO2 *30 -2,5- +2,5 -
HBs Ag Non Reaktif Non Reaktif -
ANTI HCV Non Reaktif Non Reaktif -
Pemeriksaan laboratorium (19/08/2021)
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan Keterangan
Hemoglobin *9,3 12-14 g/dl -
Lekosit 6,972 5000-10.000 /uL -
Hematokrit *29 37-47 % -
Trombosit 283.000 150.000- -
400.000/mm3

Pemeriksaan USG

Sisa Konsepsi dengan ukuran diameter 4,05 cm.


Kesan: Abortus Inkomplit

1.4 DIAGNOSIS
Diagnosis Kerja :
G1P0A0 Hamil 15 minggu Abortus Inkomplete.

1.5 DAFTAR MASALAH


Daftar Masalah Uraian Masalah
 Perut kencang dan tegang disertai Keluhan perut kencang dan tegang disertai
perdarahan pervaginam disretai perdarahan pervaginam disertai gumpalan
gumpalan berwarna merah gelap. berwarna merah nyeri pada bagian perut
 Mengeluh mual, pusing, dan nyeri bawah. Diperlukan pemeriksaan obstetrik
pada bagian perut bawah. dan ginekologi karena adanya perdarahan
 Pasien mengeluh terlambat haid satu pervaginam dan juga pemeriksaan test pack.
bulan sebelumnya

 Pemeriksaan urin dengan testpack Testpack positif maka kemungkinan pasien


hasilnya positif hamil.
Pemeriksaan Dalam Vagina Pada pemeriksaan dalam vagina didapatkan
Inspekulo:
saat inspekulo tampak darah didepan OUE,
 Tampak darah didepan OUE,
Stosel (+), Ketuban (+), Erosi (+) dan
 Stosel (+)
tampak OUE membuka. Serta pada
 Ketuban (+), Erosi (+)
pemeriksaan VT didapatkan portio tebal
 OUE membuka
VT: konsistensi lunak, OUE diameter 2 cm.
 Portio tebal konsistensi lunak, OUE
diameter 2 cm
Tampak adanya darah didepan OUE dan
OUE tampak membuka pada inspekulo,
pada pemeriksaan VT OUE diameter 2 cm
mengarah kepada diagnosis abortus
inkomplit.

Pemeriksaan penunjang USG: Pada pemeriksaan penunjang USG


 Sisa konsepsi dengan ukuran ditemukan hasil sisa konsepsi dengan
diameter 4,05 cm.
 Kesan: Abortus Inkomplit ukuran diameter 4,05 cm hal ini menjadi
gold standard dalam diagnosis abortus
inkomplit.

1.5 PROGNOSIS
Quo ad vitam
: dubia ad bonam
Quo ad sanactionam : dubia ad bonam
Quo ad fungtionam : dubia ad bonam

1.6 RENCANA TATALAKSANA


Rencana diagnostik
 Observasi tanda-tanda vital
 Observasi perdarahan untuk tanda anemia
 Pemeriksaan Patologi Anatomi hasil konsepsi setelah dilakukan kuretase.

Rencana terapi
 Rawat dalam bangsal
 IVFD RL 500 ml 20 tpm
 Inj. Ceftriaxone 1x2 g
 injeksi ranitidin 2x 50 mg
 injeksi Transamin 1x500mg
 Rujuk untuk dilakukan Kuretase oleh dokter Spesialis Obsgyn

Rencana edukasi
 Menjelaskan kepada ibu dan keluarga tentang kondisi ibu dan janin.
 Menganjurkan kepada ibu untuk bedrest total.
 Menjelaskan kepada ibu dan keluarga tentang resiko yang akan terjadi jika perdarahan
terus terjadi.
 Informed consent kepada suami dan keluarga untuk tindakan operasi diatasi dan
kuretase.
Tanggal S O A P
18Agustus  Keluar darah TD: G1PA0 Hamil Rawat dalam
2021 dari jalan lahir (+) 110/80mmHg 12 Minggu bangsal
disertai gumpalan N : 88x/menit IVFD RL 500
(+),  RR: dengan ml 20 tpm
 nyeri pada 20x/menit Abortus IVFD
bagian perut kiri S : 36,3 C
o

Inkomplit
ceftriaxone 1x2
bawah (+), g
lemas(+), mual (+) Konsul obgyn
untuk rencana
pro kuretase
Observasi
tanda-tanda
vital
Observasi
perdarahan
untuk tanda
anemia
Bedrest total
19 Agustus  Masih merasa TD: G1P0A0 Hamil PO
2021 mual (+) dan nyeri 110/80mmHg Clindamycin
12 Minggu
pada bagian jalan N : 88x/menit 300 mg 3x1
lahir. RR: dengan PO Asam
20x/menit Abortus Mefenamat 500
S : 36,5 C
o
mg 3x1
Inkomplit Post Observasi
Kuretase H+1 tanda-tanda
vital
Observasi
perdarahan
untuk tanda
anemia
Mobilisasi
bertahap
Kontrol poli
terjadwal

BAB II
ANALISA KASUS
Pada pasien ini ditegakkan diagnosis G1P0A0 hamil 15 minggu dengan Abortus
Inkomplit. Diagnosis ditegakkan berdasarkan autoanamnesis dengan keluhan nyeri perut
bagian bawah terasa kencang atau tegang dan keluar darah dari vagina disertai darah yang
menggumpal 9 jam SMRS, darah berwarna merah kehitaman. Riwayat trauma, minum jamu
dan obat-obatan tertentu disangkal. Hal ini sesuai dengan tinjauan pustaka abortus yaitu
terjadinya perdarahan sebagai pada usia kehamilan sebelum gestasi 20 minggu, pada pasien
ini kehamilan masih di bawah usia 20 minggu yaitu 15 minggu.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan tampak sakit sedang dengan tanda vital TD 110/70
mmHg, Nadi 80 x/menit, RR 20 x/menit, pada status ginekologis dengan inspekulo terlihat
perdarahan aktif, ketuban positif, erosi positif, OUE membuka. Pemeriksaan vaginal Toucher
vulva dan vagina tidak ada kelainan, portio tebal konsistensi lunak dan OUE didapatkan
pembukaan 2 cm. Pemeriksaan penunjang dengan USG tampak sisa konsepsi dengan ukuran
diameter 4,05 cm dan diagnosis akhir G1P0A0 hamil 15 minggu dengan Abortus Inkomplit.
Dari berdasarkan pemeriksaan fisik di tinjauan pustaka dikatakan bahwa kasus ini termasuk
dalam abortus yang dikalsifikasikan sebagai abortus inkomplit karena sebagian jaringan hasil
konsepsi masih tertinggal di dalam uterus dimana pada pemeriksaan vagina, kanalis servikalis
masih terbuka dan teraba jaringan dalam kavum uteri atau menonjol pada ostium uteri
eksternum. Begitu juga pada hasil pemeriksaan USG tampak ukuran besar uterus sudah lebih
kecil dari umur kehamilan dan kantong gestasi sudah sulit dikenali, serta di kavum uteri
tampak massa hiperekoik yang bentuknya tidak beraturan yang menanndakan terdapat
konsepsi yang masih tertinggal.

Tatalaksana yang diberikan pada pasien ini berupa medikamentosa yaitu pemberian
cairan IVFD RL 500ml 21 tpm, injeksi ceftriaxone 2 x 1 gram, injeksi rantin 2x 50mg, dan
injeksi transamin 1x500m yang merupakan tatalaksana untuk mengobati gejala dari pasien.
Pemberian antibiotik tujuannya adalah sebagai profilaksis infeksi dan untuk tatalaksana
selanjutnya adalah dilakukan rujukan ke dokter spesialis Sp.OG untuk dilakukan Operasi
berupa tindakan Kuretase. Berdasarkan tinjauan pustaka yang didapat abortus diusia
kehamilan kurang dari 16 minggu perlu dilakukan kuretase untuk ecakuasi hasil konsepsi
yang tertinggal didalam uterus, dan melakukan evaluasi KU, tanda vitasl, dan evaluasi
perdarahan pervaginam.
Prognosis pada pasien ini ad bonam dengan alasan, karena tidak terdapat tanda-tanda
syok pada ibu dan juga tidak terdapat tanda-tanda komplikasi berbahaya dan pada pasien ini
fungsi reproduksinya masih bisa dipertahankan.

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Definisi Abortus
Kata Abortus (aborsi, abortion) berasal dari bahasa latin aboriri-keguguran (to
miscarry). Abortus adalah persalinan kurang bulan sebelum usia janin yang memungkinkan
untuk hidup, dan dalam hal ini bersinonim dengan keguguran. National Center for Health
Statistics, Centers for Disease Control and Prevention dan World Health Organization
mendefinisikan abortus sebagai penghentian kehamilan sebelum gestasi 20 minggu atau
dengan janin memiliki berat lahir kurang dari 500 gram.1

II.2 Epidemiologi Abortus


Rata-rata terjadi 114 kasus abortus per jam. Sebagian besar studi menyatakan kejadian
abortus spontan antara 15 – 20% dari semua kehamilan. 2 Frekuensi berlipat dua dari 12
persen pada wanita berusia kurang dari 20 tahun menjadi 26 persen pada mereka yang berusia
lebih dari 40 tahun.1 Abortus selama kehamilan terjadi 15-20% dengan 80% diantaranya
terjadi pada trimester pertama (<13 minggu) dan sangat sedikit terjadi pada trimester kedua.
Sekitar 44% abortus di dunia adalah ilegal, 64% abortus legal dan hampir 95% abortus ilegal
terjadi di negara berkembang. Frekuensi abortus spontan di Indonesia adalah 10%-15% dari 5
juta kehamilan setiap tahunnya atau 500.000-750.000. Sedangkan abortus buatan sekitar
750.000-1.5 juta setiap tahunnya. Frekuensi ini dapat mencapai 50% bila diperhitungkan
mereka yang hamil sangat dini, terlambat haid beberapa hari sehingga wanita itu sendiri tidak
mengetahui bahwa ia sudah hamil. Angka kematian karena abortus mencapai 2500 setiap
tahunya. Dari seluruh kehamilan (selain keguguran dan lahir mati), 26% berakhir dengan
abortus.3,4

II.3 Etiologi dan Faktor Predisposisi


Penyebab abortus bervariasi dan sering diperdebatkan. Umumnya lebih dari satu
penyebab. Penyebab terbanyak di antaranya adalah sebagai berikut.
 Faktor Genetik
 Translokasi parental keseimbangan genetik
 Mendelian
 Multifaktor
 Robertsonian
 Resiprokal
 Kelainan Kongenital Uterus
 Anomali duktus Mulleri
 Septum uterus
 Uterus bikornis
 Inkompetensi serviks uteri
 Mioma uteri
 Sindroma Asherman
 Autoimun
 Aloimun
 Mediasi imunitas humoral
 Mediasi imunitas seluler
 Defek Fase Luteal
 Faktor endokrin eksternal
 Antibodi antitiroid hormon
 Sintesis LH yang tinggi
 Infeksi
 Hematologik
 Lingkungan
 Hormonal.2
Berdasarkan Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu (2013) faktor predisposisi mencakup
beberapa faktor, antara lain:
 Faktor dari janin (fetal), yang terdiri dari: kelainan genetik (kromosom).
 Faktor dari ibu (maternal), yang terdiri dari: infeksi, kelainan hormonal seperti
hipotiroidisme, diabetes mellitus, malnutrisi, penggunaan obat-obatan, merokok,
konsumsi alkohol, faktor immunologis dan defek anatomis seperti uterus didelfis,
inkompetensia serviks (penipisan dan pembukaan serviks sebelum waktu in partu ,
umumnya pada trimester kedua) dan sinekhiae uteri karena sindrom Asherman.
 Faktor dari ayah (paternal): kelainan sperma.5

II.4 Klasifikasi dan Gejala Klinis


1. Abortus spontan adalah abortus yang berlangsung tanpa tindakan.2
Diklasifikasikan secara klinis melalui beberapa cara. Subkelompok-
subkelompok yang sering digunakan adalah abortus mengancam (iminens),
tak-terelakkan (inevitable, insipiens), inkomplet, komplet, missed abortion,
abortus habitualis, abortus infeksiosus dan abortus septik.1,2
a) Abortus Iminens
Abortus tingkat permulaan dan merupakan ancaman terjadinya abortus,
ditandai perdarahan pervaginam, ostium uteri masih tertutup dan hasil
konsepsi masih baik dalam kandungan. Diagnosis abortus iminens
biasanya diawali dengan keluhan perdarahan pervaginam. Ostium uteri
masih tertutup besarnya uterus masih sesuai dengan umur kehamilan
dan tes kehamilan urin masih positif. Pemeriksaan USG diperlukan
untuk mengetahui pertumbuhan janin yang ada dan mengetahui
keadaan plasenta apakah sudah terjadi pelepasan atau belum.
Diperhatikan ukuran biometri janin / kantong gestasi apakah sesuai
dengan umur kehamilan berdasarkan HPHT.
b) Abortus Insipiens
Abortus yang sedang mengancam yang ditandai dengan serviks telah
mendatar dan ostium uteri telah membukan, akan tetapi hasil konsepsi
masih dalam kavum uteri dan dalam proses pengeluaran. Penderita
akan merasa mulas karena kontraksi yang sering dan kuat,
perdarahannya bertambah sesuai dengan pembukaan serviks uterus dan
umur kehamilan. Pada pemeriksaan USG akan didapati pembesaran
uterus yang masih sesuai dengan umur kehamilan, gerak janin dan
gerak jantung janin masih jelas walau mungkin sudah tidak normal,
biasanya terlihat penipisan serviks uterus atau pembukaannya.
c) Abortus Kompletus
Seluruh hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri pada kehamilan
kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Semua
hasil konsepsi telah dikeluarkan, ostium uteri telah menutup, uterus
sudah mengecil sehingga perdarahan sedikit. Besar uterus tidak sesuai
dengan umur kehamilan. Pemeriksaan USG tidak perlu dilakukan bila
pemeriksaan secara klinis sudah memadai. Pada pemeriksaan tes urin
biasanya masih positif sampai 7 – 10 hari setelah abortus.
d) Abortus Inkompletus
Sebagian hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri dan masih ada
yang tertinggal. Sebagian jaringan hasil konsepsi masih tertinggal di
dalam uterus dimana pada pemeriksaan vagina, kanalis servikalis
masih terbuka dan teraba jaringan dalam kavum uteri atau menonjol
pada ostium uteri eksternum. Perdarahan biasanya masih terjadi
jumlahnya pun bisa banyak atau sedikit bergantung pada jaringan yang
tersisa, yang menyebabkan sebagian placental site masih terbuka
sehingga perdarahan berjalan terus. Pemeriksaan USG hanya dilakukan
bila ragu dengan diagnosis secara klinis. Besar uterus sudah lebih kecil
dari umur kehamilan dan kantong gestasi sudah sulit dikenali, di
kavum uteri tampak massa hiperekoik yang bentuknya tidak beraturan.
e) Missed Abortion
Abortus yang ditandai dengan embrio atau fetus telah meninggal dalam
kandungan sebelum kehamilan 20 minggu dan hasil konsepsi
seluruhnya masih tertahan dalam kandungan. Penderita missed
abortion biasanya tidak merasakan keluhan apa pun kecuali merasakan
pertumbuhan kehamilannya tidak seperti yang diharapkan. Bila
kehamilan di atas 14 minggu sampai 20 minggu penderita justru
merasakan rahimnya semakin mengecil dengan tanda-tanda kehamilan
sekunder pada payudara mulai menghilang. Kadangkala missed
abortion juga diawali dengan abortus iminens yang kemudian merasa
sembuh, tetapi pertumbuhan janin terhenti. Pada pemeriksaan tes urin
kehamilan biasanya negatif setelah satu minggu dari terhentinya
pertumbuhan kehamilan. Pada pemeriksaan USG akan didapatkan
uterus yang mengecil, kantong gestasi yang mengecil dan bentuknya
tidak beraturan disertai gambaran fetus yang tidak ada tanda-tanda
kehidupan.
f) Abortus Habitualis
Abortus habitualis ialah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih
berturur-turut. Salah satu penyebab yang sering dijumpai ialah
inkompetensia serviks yaitu keadaan di mana serviks uterus tidak dapat
menerima beban untuk tetap bertahan menutup setelah kehamilan
melewati trimester pertama, di mana ostium serviks akan membuka
(inkompeten) tanpa disertai rasa mules/kontraksi rahim dan akhirnya
terjadi pengeluaran janin. Kelainan ini sering disebabkan oleh trauma
serviks pada kehamilan sebelumnya, misalnya pada tindakan usaha
pembukaan serviks yang berlebihan, robekan serviks yang luas
sehingga diameter kanalis servikalis sudah melebar. Diagnosis
inkompetensia serviks tidak sulit dengan anamnesis yang cermat.
Dengan pemeriksaan dalam/inspekulo kita bisa menilai diameter
kanalis servikalis dan didapati selaput ketuban yang mulai menonjol
pada saat mulai memasuki trimester kedua dimeter ini melebihi 8 mm.
g) Abortus Infeksiosus, Abortus Septik
Abortus infeksiosus ialah abortus yang disertai infeksi pada alat
genitalia. Abortus septik ialah abortus yang disertai penyebaran infeksi
pada peredaran darah tubuh atau peritoneum (septikemia atau
peritonitis). Diagnosis ditegakkan dengan anamnesis yang cermat
tentang upaya tindakan abortus yang tidak menggunakan peralatan
yang asepsis dengan didapat gejala dan tanda panas tinggi, tampak
sakit dan lelah, takikardia, perdarahan pervaginam yang berbau, uterus
yang membesar dan lembut, serta nyeri tekan. Pada laboratorium
didapatkan tanda infeksi dengan leukositosis. Bila sampai terjadi sepsis
dan syok, penderita akan tampak lelah, panas tinggi, menggigil, dan
tekanan darah turun.
2. Abortus Provokatus adalah abortus yang terjadi dengan sengaja dilakukan
tindakan. Abortus provokatus dibagi 2 kelompok yaitu abortus provokatus
medisinalis dan abortus provokatus kriminalis. Disebut medisinalis bila
didasarkan pada pertimbangan dokter untuk menyelamatkan ibu.1,2

II.6 Tata Laksana


II.6.1 Tata Laksana Umum
1. Lakukan penilaian secara cepat mengenai keadaan umum ibu termasuk tanda-tanda
vital (nadi, tekanan darah, pernapasan, suhu).

2. Periksa tanda-tanda syok (akral dingin, pucat, takikardi, tekanan sistolik <90 mmHg).
Jika terdapat syok, lakukan tatalaksana awal syok. Jika tidak terlihat tanda-tanda
syok, tetap pikirkan kemungkinan tersebut saat penolong melakukan evaluasi
mengenai kondisi ibu karena kondisinya dapat memburuk dengan cepat.

3. Bila terdapat tanda-tanda sepsis atau dugaan abortus dengan komplikasi, berikan
kombinasi antibiotika sampai ibu bebas demam untuk 48 jam:

 Ampicillin 2 g IV/IM kemudian 1 g diberikan setiap 6 jam

 Gentamicin 5 mg/kgBB IV setiap 24 jam

 Metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam

4. Segera rujuk ibu ke rumah sakit.


5. Semua ibu yang mengalami abortus perlu mendapat dukungan emosional dan
konseling kontrasepsi pasca keguguran.

6. Lakukan tatalaksana selanjutnya sesuai jenis abortus.5

II.6.2 Tata Laksana Khusus


1. Abortus Iminens
 Pertahankan kehamilan
 Tidak perlu pengobatan khusus
 Jangan melakukan aktivitas fisik berlebihan atau hubungan seksual.
 Jika perdarahan berhenti, pantau kondisi ibu selanjutnya pada pemeriksaan
antenatal termasuk pemantuan kadar Hb dan USG panggul serial setiap 4
minggu. Lakukan penilaian ulang bila perdarahan terjadi lagi
 Jika perdarahan tidak berhenti, nilai kondisi janin dengan USG. Nilai
kemungkinan adanya penyebab lain.
2. Abortus Insipiens
 Jika usia kehamilan kurang dari 16 minggu: lakukan evakuasi isi uterus. Jika
evakuasi tidak dapat dilakukan segera:
o Berikan ergometrin 0,2 mg IM (dapat diulang 15 menit kemudian bila
perlu)
o Rencanakan evakuasi segera.
 Jika usia kehamilan lebih dari 16 minggu:
o Tunggu pengeluaran hasil konsepsi secara spontan dan evakuasi sisa
hasil konsepsi dari dalam uterus.
o Bila perlu, berikan infus 40 IU oksitosin dalam 1 liter NaCl 0,9% atau
Ringer Laktat dengan kecepatan 40 tetes per menit untuk membantu
pengeluaran hasil konsepsi.
 Lakukan pemantauan pascatindakan setiap 30 menit selama 2 jam. Bila kondisi ibu
baik, pindahkan ibu ke ruang rawat.
 Lakukan pemeriksaan jaringan secara makroskopik dan kirimkan untuk pemeriksaan
patologi ke laboratorium.
 Lakukan evaluasi tanda vital, perdarahan pervaginam, tanda akut abdomen, dan
produksi urin setiap 6 jam selama 24 jam. Periksa kadar hemoglobin setelah 24 jam.
Bila hasil pemantauan baik dan kadar Hb >8 g/dl, ibu dapat diperbolehkan pulang.
3. Abortus Inkomplit
 Jika perdarahan ringan atau sedang dan kehamilan usia kehamilan kurang dari
16 minggu, gunakan jari atau forsep cincin untuk mengeluarkan hasil konsepsi
yang mencuat dari serviks.
 Jika perdarahan berat dan usia kehamilan kurang dari 16 minggu, lakukan
evakuasi isi uterus. Aspirasi vakum manual (AVM) adalah metode yang
dianjurkan. Kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan bila AVM tidak tersedia.
Jika evakuasi tidak dapat segera dilakukan, berikan ergometrin 0,2 mg IM
(dapat diulang 15 menit kemudian bila perlu).
 Jika usia kehamilan lebih dari 16 minggu, berikan infus 40 IU oksitosin dalam
1 liter NaCl 0,9% atau Ringer Laktat dengan kecepatan 40 tetes per menit
untuk membantu pengeluaran hasil konsepsi.
 Lakukan evaluasi tanda vital pascatindakan setiap 30 menit selama 2 jam. Bila
kondisi ibu baik, pindahkan ibu ke ruang rawat.
 Lakukan pemeriksaan jaringan secara makroskopik dan kirimkan untuk
pemeriksaan patologi ke laboratorium.
 Lakukan evaluasi tanda vital, perdarahan pervaginam, tanda akut abdomen,
dan produksi urin setiap 6 jam selama 24 jam. Periksa kadar hemoglobin
setelah 24 jam. BIla hasil pemantauan baik dan kadar Hb >8 g/dl, ibu dapat
diperbolehkan pulang.
4. Abortus Komplit

 Tidak diperlukan evakuasi lagi.

 Lakukan konseling untuk memberikan dukungan emosional dan menawarkan


kontrasepsi pasca keguguran.

 Observasi keadaan ibu.

 Apabila terdapat anemia sedang, berikan tablet sulfas ferosus 600 mg/hari
selama 2 minggu, jika anemia berat berikan transfusi darah.

 Evaluasi keadaan ibu setelah 2 minggu.

5. Missed Abortion

 Jika usia kehamilan <12 minggu: evakuasi dengan AVM atau sendok kuret.

 Jika usia kehamilan >12 minggu namun <16 minggu: pastikan serviks
terbuka, bila perlu lakukan pematangan serviks sebelum dilakukan dilatasi
dan kuretase. Lakukan evakuasi dengan tang abortus dan sendok kuret.
 Jika usia kehamilan 16-22 minggu: lakukan pematangan serviks. Lakukan
evakuasi dengan infus oksitosin 20 unitdalam 500 ml NaCl 0,9%/Ringer
laktat dengan kecepatan 40 tetes/menit hingga terjadi ekspulsi hasil
konsepsi. Bila dalam 24 jam evakuasi tidak terjadi, evaluasi kembali
sebelum merencanakan evakuasi lebih lanjut.

 Lakukan evaluasi tanda vital pasca tindakan setiap 30 menit selama 2 jam.
Bila kondisi ibu baik, pindahkan ibu ke ruang rawat.

 Lakukan pemeriksaan jaringan secara makroskopik dan kirimkan untuk


pemeriksaan patologi ke laboratorium.

 Lakukan evaluasi tanda vital, perdarahan pervaginam, tanda akut abdomen,


dan produksi urin setiap 6 jam selama 24 jam. Periksa kadar hemoglobin
setelah 24 jam. Bila hasil pemantauan baik dan kadar Hb >8 g/dl, ibu dapat
diperbolehkan pulang.5

6. Abortus Septik

 Pengelolaan pasien ini harus mempertimbangkan keseimbangan cairan tubuh


dan perlunya pemberian antibiotika yang adekuat sesuai dengan hasil kultur
dan sensiriviras kuman yang diambil dari darah dan cairan fluksus/fluor yang
keluar pervaginam.

 Untuk tahap pertama dapat diberikan Penisiiin 4 x 1,2 juta unit atau
Ampisilin 4 x 1 gram ditambah Gentamisin 2 x 80 mg dan Metronidazol 2 x
I gram. Selanjutnya antibiotik disesuaikan dengan hasil kultur.

 Tindakan kuretase dilaksanakan bila keadaan tubuh sudah membaik minimal


5 jam setelah antibiotika adekuat diberikan. Jangan lupa pada saat tindakan
uterus dilindungi dengan uterotonika.

 Antibiotik dilanjutkan sampai 2 hari bebas demam dan bila dalam waktu 2
hari pemberian tidak memberikan respons harus diganti dengan antibiotik
yang lebih sesuai. Apabila ditakutkan terjadi tetanus, perlu ditambah dengan
injeksi ATS dan irigasi kanalis vaginaluterus dengan larutan peroksida
(H2O2) kalau perlu histerektomi total secepatnya.

II.7 Komplikasi
Beberapa komplikasi dapat muncul bila penanganan terhadap kasus abortus
inkompletus tidak adekuat. Komplikasi utama dari abortus adalah perdarahan. Selain itu
dapat juga terjadi perforasi akibat tindakan yang salah, infeksi dan sepsis, gagal ginjal akut,
serta syok. Syok dapat diakibatkan oleh perdarahan yang banyak (syok hemoragik), atau
akibat sepsis.Perforasi uterus pada saat kuretase dapat terjadi terutama pada uterus dalam
posisi hiperretrofleksi. Perforasi uterus pada abortus yang dikerjakan oleh orang biasa
menimbulkan persoalan gawat karena perlukaan uterus biasanya luas, mungkin pula terjadi
perlukaan pada kandung kemih atau usus. Infeksi dalam uterus dan adneksa dapat terjadi
dalam setiap abortus tetapi biasanya didapatkan pada abortus inkomplet yang berkaitan erat
dengan suatu abortus yang tidak aman (Unsafe Abortion).7

II.8 Prognosis
Ibu dengan riwayat sudah pernah mengalami abortus dua kali berturut-turut maka
kehamilan berikutnya hanya 63% berjalan normal, tetapi kehamilan keempat berjalan normal
hanya sekitar 16%, semakin tinggi riwayat abortus, semakin besar pula risiko terjadinya
abortus.8
DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Dashe JS, Hofman BL, Casey BM, et al.
Williams Obstetrics. 25th ed. United Satates of America: MC Graw Hill Education;
2018:1–27.
2. Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan. 4th ed. Jakarta: P.T. BINA PUSTAKA
SARWONO PRAWIROHARDJO; 2010.
3. Kuntari T, Agus S, Emilia O 2010. Determinan Abortus di Indonesia. Jurnal
Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 4, No. 5, April 2010.
https://media.neliti.com/media/publications/39715-ID-determinan-abortus-di-
indonesia.pdf.
4. Yanti L 2018. Faktor Determinan Kejadian Abortus Pada Ibu Hamil: Case Control
Study. MEDISAINS: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan, Vol. 16 No. 2 Hal. 95,
Agustus 2018.
5. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan
Ibu Di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan Edisi Pertama.
6. WHO 2018. Medical Management Of
Abortion.https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/278968/9789241550406-
eng.pdf.
7. Hidayat, A dan Sujiati. Asuhan Kebidanan Persalinan. Yogyakarta: Muha Medika.
2010.
8. Rangkuti RL, Sanusi SR, Lutan D. 2019. Penyakit Ibu Terhadap Kejadian Abortus
Imminen di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padasidingpuan. Jurnal Muara Sains,
Teknologi, Kedokteran, dan Ilmu Kesehatan Vol. 3, No. 1, April 2019: hlm 29-36.

Anda mungkin juga menyukai