STATUS PASIEN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny N
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 38 Tahun
Suku Bangsa : batak
Alamat : kampung baru
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Rekam Medis : 603269
B. ANAMNESIS (Autoanamnesis)
Keluhan Utama (dilakukan di IGD RSBP 25/04/2020 jam 21.30)
Pasien datang ke IGD RSBP BATAM tanggal 25/04/2022 jam 21.30
WIB dengan keluhan nyeri kepala sejak 2 jam SMRS.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien Datang Dengan Keluhan Perut Tegang disertai Keputihan Sejak
Sore Tadi. pasien Mengatakan Tidak Ada Keluar Lendir Darah dan
Biasa Rutin Kontrol Kehamilan Di Bidan Fitri Dan Tidak Pernah USG
Atau ANC sebelumnya. Pasien Mengatakan Sejak Usia Kehamilan 4
Bulan Tensi Sudah Mulai Tinggi Sekitar 150. Riwatat Tensi
sebelumnya tidak ada.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Hipertensi dalam kehamilan dan bukan dalam kehamilan
disangkal
Riwayat Diabetes Melitus disangkal
Riwayat penyakit jantung disangkal
1
Riwayat Menstruasi
Usia menarche : 14 Tahun
Siklus menstruasi : 28 hari, teratur
Lama siklus : 6-7 hari
Nyeri menstruasi : nyeri pada hari kedua tapi tidak menganggu
aktifitas
Jumlah : ganti pembalut 3-4 kali sehari
HPHT : 5 juli 2021
HPL :05 mei 2020
Riwayat Perkawinan
Jumlah Perkawinan :1
Lama pernikahan : 13 Tahun
Usia waktu menikah : 25 Tahun
Riwayat Kelahiran
Tanggal Lahir Usia kehamilan Proses
Lahiran
Anak 1 7/01/2010 8 minggu abortus
Anak 2 22/09/2015 10 minggu abortus
Anak 3 1/010/2022 38-39mgg Per vaginam
Riwayat Kontrasepsi
Pasien riwayat menggunakan KB spiral pada tahun 2010 dan 2015
Status Gizi
Pasien makan 3x/hari dengan porsi cukup. Pasien sadar akan
pentingnya makanan dan minuman yang sehat dan bergizi. Pasien
jarang berolahraga. Berat Badan Pasien: 68 kg, Tinggi Badan Pasien:
162 cm, sehingga indeks massa tubuh Pasien adalah 25,9 .
2
Riwayat Obstetri
Riwayat abortus 2x
Riwayat operasi kandungan disangkal
Riwayat Ginekologi
Riwayat keputihan berulang disangkal
Riwayat perdarahan diluar haid atau selama kehamilan disangkal
C. PEMERIKSAAN FISIK
Dilakukan tanggal 25/04/2022 di IGD
Keadaan umum : Tampak Sakit Sedang
Kesadaran : Composmentis
Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 170/100
Nadi : 85 x/menit
Frekuensi napas : 18 x/menit
Suhu : 36,7 C
Status Generalis
Kesan gizi : Berlebih
Kepala : normosefal, tidak ada kelainan
Mata : pupil isokor, diameter 3mm/3 mm ,
Refleks cahaya langsung +/+, Konjungtiva anemis -/-
Hidung : Deformitas (-), Sekret (-)
Tenggorokan : Uvula di tengah, tonsil T1-T1, faring hiperemis (-)
Leher : Massa (-), KGB tidak membesar (-)
Jantung
Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : iktus kordis teraba di ICS 5 linea axilaris anterior
Auskultasi : bunyi jantung I II normal, gallop (-), murmur (-)
Paru-paru
3
Inspeksi : gerakan dada kiri dan kanan simetris
Palpas i :ekspansi dada simetris kanan kiri
Perkusi : sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen
Inspeksi : membuncit, scar -/-
Palpasi : hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan –
Perkusi : timpani +
Auskultasi : bising usus + normal
Ekstremitas: akral hangat, CRT <2, edema tibia +/+
Status obstetri dan ginekologi
Leopold I : Bagian atas teraba lunak tidak berbatas tegas kesan bokong
TFU: 25 cm
Leopold II : Punggung kiri, DJJ 143 x/menit reguler
Leopold III : Teraba bulat lenting dan berbatas tegas
Leopold IV : Tidak dapat ditentukan
Pemeriksaan vagina
Inspeksi : tidak terlihat adanya perdarahan aktif
Pemeriksaan dalam tidak dilakukan
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hemoglobin 10 11-16
4
MCV 77.9 80-97
MCH 23 26.5-33.5
GDS 86 70-125
HbsAg Non Reakktif Non reaktif
Mikroskopis
Eritrosit 3-5 0-1
Leukosit 2-3 1-4
Silinder Negatif Negatif
Kristal Negatif Negatif
Bakteri Negatif Negatif
Jamur Negatif Negatif
E. DIAGNOSIS
5
G3P0A2 gravid 38-39 Minggu Janin Tunggal Hidup Presentasi Kepala +
Preeklampsia Berat + Anemia ringan
F. TERAPI DI IGD
Konsul dr Rinta SpOG:
- Drip Perdipine 1 ampul dalam Nacl 0,9% 50 cc mulai dari 0,5 mg dan naik
bertahap, target tensi <160/100 hari ini
- MGS04 drip 1 gram/ jam
- Injesi Deksametason 2x10 mg IV
- Pasang kateter
- Periksa urin lengkap
G. RESUME
Anamnesis
Pasien G3P0A2H0 datang ke IGD RSBP BATAM tanggal 25/04/2022 jam
21.30 WIB Pasien Datang Dengan Keluhan Perut Tegang disertai Keputihan
Sejak Sore Tadi. pasien Mengatakan Tidak Ada Keluar Lendir Darah dan
Biasa Rutin Kontrol Kehamilan Di Bidan Fitri Dan Tidak Pernah USG Atau
ANC sebelumnya. Pasien Mengatakan Sejak Usia Kehamilan 4 Bulan Tensi
Sudah Mulai Tinggi Sekitar 150/90. Riwatat Tensi sebelumnya tidak ada.
Pemeriksaan Fisik
Tekanan darah: 183/113 (Hipertensi)
Edema tibia: +/+
Pemeriksaan laboratorium
Darah lengkap
Hb : 10 (Anemia ringan)
Urin lengkap
Protein : positif +2
Mikroskopis
Eritrosit: 3-5
H. FOLLOW UP
Follow up tanggal 26/04/2022 jam 10.30
6
S/ Pasien masih merasakan nyeri kepala (+), mual muntah (-)< pandangan
kabur (-), sesak (-)
O/ TD: 141/83 N: RR: S: 36,7 DJJ: 145 x/menit reguler
A/ Preeklampsia
P/ IVFD Nicardipin 20 ml dalam 100 cc dengan syringe pump 0.5 mg
Mgso4 10 gr/10 jam dalam RL 500 CC
Injeksi dexametason 10 mg/ iv
7
BAB II
Analisis Kasus
A. Analisa Kasus
Pada pasien dengan PEB ini dilakukan terapi konservatif untuk
mempertahankan usia kehamilannya yang masih berusia 24-26 minggu.
Penegakan diagnosa Pre-eklampsia dari keluhan pasien yaitu nyeri kepala,
adaapun gangguan penglihatan sesak napas, dan nyeri perut pada bagian
epigastrium disangkal.
Pemeriksaan Fisik
TD: 170/96 mmHg
Pemeriksaan urine:
Protein: +2
Menurut guidelines The American College of Obstetricians and
Gynaecologists (ACOG) tahun 2019 mengenai definisi preeklampsa terbaru,
pasien ini termasuk kriteria preeklampsia dengan tanda berat karena 1) Tensi
pasien diatas 160/100 mmHg, 2) proteinuria +2 dengan metode dipstick 3)
nyeri kepala yang tidak respon terhadap pengobatan asetaminofen, dalam
kasus ini pasien sudah minum sanmol tapi tidak berefek. Berdasarkan guidline
dari National Institute for Health and Care Excellence (NICE), Pasien ini juga
termasuk kriteria rawat inap karena dari kategori preeklampsia yang
dimilikinya. Target tensi yang dicapai sebagai kriteria pemulangan adalah
135/85 atau kurang dari itu.
8
Menurut rekomendasi ACOG tahun 2013, “wanita preeklampsia dengan
tekanan darah sistol dibawah 160 mmHg dan tekanan darah diastol dibawah
110 mmHg dan TANPA gejala, disarankan untuk tidak memasukkan
magnesium sulfat sebagai terapi. Dengan kata lain, ACOG hanya membatasi
penggunaan mangesium sulfat untuk mencegah eklampsia pada pasien dengan
tekanan darah 160/110 atau <160/110 mmHg dengan gejala berat. Pasien
kasus ini memenuhi kriteria untuk pemberian mangesium sulfat. 1
Pemasangan kateter salah satunya bertujuan untuk melihat efek samping pada
pemberian magnesium sulfat, karena magnesium sulfat dikeluarkan di urine,
pemantauan urine output harus di monitor bersamaan dengan status respirasi
dan refleks tendon. 4
Injeksi deksametason pada pasien ini bertujuan untuk pematangan paru bayi.
Tatalaksana ini menurunkan angka kejadian respiratory distress dan
meningkatkan angka keberlangsungan hidup. 2
9
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi 2
Secara umum, ACOG mendefinisikan preeclapsia sebagai hipertensi dan
proteinuria setelah usia kehamilan diatas 20 minggu pada pasien yang
sebelumnya memiliki tekanan darah normal. Akan tetapi pada beberapa
wanita, beberapa manifestasi preeklampsia seperti rendahnya jumlah
trombosit atau peningkatan enzim hepar dapat terlihat sebelum proteinuria
terdeteksi. Sehingga ACOG hypertension 2013 task force merevisi definisi
preeclampsia untuk memasukkan beberapa gejala berat dengan atau tanpa
proteinuria dan mengeluarkan derajat proteinuria dari kriteria gejala berat.
B. Epidemiologi 12
Tiga penyebab utama kematian ibu adalah perdarahan (30%), hipertensi
dalam kehamilan (25%), dan infeksi (12%). World Health Organization
(WHO) memperkirakan kasus preeklampsia tujuh kali lebih tinggi di
10
C. Faktor Risiko 5,6,7
Faktor risiko eclampsia adalah adanya riwayat preeclampsia di kehamilan
sebelumnya, nulipara, hamil di usia terlalu muda atau terlalu tua ( dibawah
20 tahun atau diatas 40 tahun), memiliki keturunan afrika-amerika.
Penyakit dahulu seperti hipertensi kronis, diabetes melitus, gangguan
ginjal dan sindrom anti fosfolipid termasuk sebagai faktor risiko.
The National Institute for Health and Clinical Excellence (NICE)
membagi kriteria faktor risiko menjadi “risiko sedang” dan “Risio
tinggi”. berikut beberapa faktor yang berhubungan dengan risiko tinggi
i. Riwayat hipertensi pada kehamilan sebelumnya
ii. Penyakit ginjal kronik
iii. Penyakit autoimun seperti SLE atau APS
iv. Diabetes tipe 1 atau 2
v. Hipertensi kronis arterial
Sedangkan faktor risiko sedang antara lain:
i. Primipara
ii. Wanita berusia diatas 40 tahun
iii. Jarak antar kehamilan lebih dari 10 tahun
iv. Indeks masa tubuh diatas 35 kg/ m2 pada atenatal care yang pertama
v. Riwayat keluarga dengan preeklampsia
vi. Kehamilan kembar
Menurut NICE, adanya 2 faktor risiko sedang atau satu faktor risiko tinggi disarankan
untuk mengkonsumsi profilaktik preeklampsia (aspirin sebelum usia kehamilan 16
tahun dan memeriksakan kandungannya di ranah spesialis.
Kriteria faktor risiko dari ACOG hampir sama dengan NICE, hanya saja kriteria BMI
dari ACOG adalah 30 kg/m2 termasuk kriteria risiko tinggi untuk preeklampsia dan
semua faktor risiko diatas termasuk kategori kehamilan berisiko tinggi.
11
Gambar 3.1 Faktor Risiko preeklampsia 7
D. Patofisiologi 9,2
Sebagai bagian dari penyakit plasenta, progres preeclampsia dibagi
menjadi 2 tahap: 1) kelainan plasentasi pada awal trimester pertama,
kemudian diikuti oleh 2) sindrom maternal yang ditandai dengan faktor
antiangiogenik berlebihan (Gambar 3.2)
.
12
Dalam kondisi implantasi plasenta yang normal, sinsitotrofoblast akan
bermigrasi ke dalam arteri spiral, membentuk sinus vascular pada daerah
pertemuan fetal-maternal untuk memberikan nutrisi ke janin. Pada
kehamilan normal, invasi ini akan secara mendalam hingga ke level
miometrium, menyebabkan remodelling dari arteriole spiral menjadi
pembuluh darah dengan aliran tinggi. Hal ini berkebalikan untuk plasenta
yang terbentuk di kondisi preeklampsia. Sinsitotrofoblas gagal untuk
melakukan invasi mendalam ke arteri spiral, alih-alih menjadi pembuluh
darah dengan aliran yang tinggi, yang terjadi adalah terbentuknya
pembuluh darah yang sempit dan rentan dengan iskemik. pembuluh darah
ini rentan dengan kondisi yang dinamakan decidual vasculopathy (DV),
merupakan gangguan akibat insufisiensi plasenta yang menyebabkan
Pertumbuhan janin terhambat dan preeclampsia. Stress oksidatif akan
melepas faktor antiangiogenik seperti sFLTI.
13
meningkat akan menstimulasi keadaan seperti preeklampsia, termasuk adanya
trombositopenia dan pertumbuhan janin terhambat.
E. Klasifikasi9,2,7
Belum ada kriteria pasti yang bisa menjadi acuan klasifikasi preeklampsia.
The Task Force (2013) penggunaan preeklampsia ringan sudah tidak
digunakan lagi. Pembagian preeklampsia sekarang dikategorikan sebagai
“tidak berat” dan “dengan gejala berat” .Nyeri kepala atau gangguan
penglihatan seperti skotoma merupakan tanda bahaya berlanjutnya
penyakit menjadi eklampsia. Beberapa gejala seperti nyeri epigastrium
14
atau kuadran kanan atas biasanya disertai dengan nekrosis hepatoseluler,
iskemika, dan edema yang merenggangkan kapsula glisson.
Nyeri khas ini sering disertai dengan peningkatan serum transaminase
hepatik. Trombositopenia bisa sebagai penentu gejala preeklampsia yang
memburuk. Gejala ini adalah pertanda dari aktiasi trombsosit dan agregasi
serta hemolisis mikroangiopati. Beberapa faktor yang berhubungan
dengan preeklampsia berat termasuk gangguan ginjal atau jantung dan
pertumbuhan janin yang terhambat. (williams)
15
karena hipertensi 2) turunnya preload jantung 3) aktivasi endotel hingga
ekstravasasi cairan intravasuclar ke ruang ekstrasesluler, terutama ke paru-
paru. Sehingga, gambaran edema paru dapat terjadi pada wanita dengan
preeklampsia.
Wanita dengan preeklampsia juga rentan terjadi gangguan miokardium
dan fungsi ventrikel akibat ventrikel tidak dapat bekerja dengan baik.
16
berkembang dan bermanifestasi sebagai penurunan kesadaran yang
bervariasi ari delirium hingga koma.
G. Diagnosis
Untuk mengkonfirmasi adanya hipertensi, tekan darah harus diuukur
setidaknya dua kali dengan jarak 4 jam menggunakan manset dengan
ukuran yang pas dan alat yang telah dikalibrasi dengan baik. Wanita
dengan risiko tinggi, guideline merekomendasi untu memantau tekanan
darah di klinik kandungan. Studi menunjukkan pentingnya untuk
mengukur tekanan darah di rumah, terutama wanita dengan peningkatan
risiko. Selain mengurangi jumlah kunjungan, bisa secara efektif
menyingkirkan diagnosis banding white coat hypertension.
H. Penatalaksanaan 4,7,8,9
Tatalaksana definitif preeklampsia adalah terminasi kehamilan, meskipun
preeklampsia dapat dijumpai juga setelah lahiran. Tatalaksana
medikamentosa preeklampsia terdiri dari: pemberian obat antihipertensi,
pemberian anti-kejang (disarankan hanya pada preeklampsia dengan gejala
berat dan eclampsia),
17
Antihipertensi
Hidralazine intravena atau labetalol atau nidefipine oral adalah ketiga agen
anti hipertensi yang sering digunakan. Ketiga agen ini dapat digunakan
untuk mengobati hipertensi akut berat di kehamilan. Labetalol oral dan
calcium channel blockers telah umum digunakan. Biasanya dimulai dari
200 mg oral setiap 12 jam dan ditingkatkan dosisnya menjadi 800 mg
setiap 8-12 jam jika dibutuhkan (dosis maksimal 2400 mg/hari.
Terapi anti-kejang
Menurut NICE, pemberian magnesium sulfate diberikan pada pasien
dengan gejala nyeri kepala berulang, scotomata, mula dan muntah, nyeri
epigastrik, oliguria dan hipertensi berat, adanya penurunan fungsi organ
seperti peningkatan kreatinin atau transamin hepar atau penurunan platelet.
18
Terminasi kehamilan vs manajemen konservatif (expectant
management)
Evaluasi pertama tentu pemeriksaan seperti darah lengkap, fungsi ginjal,
fungsi hati dan proteinuria harus didapat untuk evaluasi ibu dan janin lebih
lanjut. Evaluasi janin harus dilakukan dengan evaluasi USG untuk
perkiraan berat badan dan banyaknya cairan ketuban. Observasi lanjutan
dianjurkan pada wanita dengan janin preterm jika ia memiliki hipertensi
gestasional atau preeklampsia tanpa gejala berat.
Monitoring berkelanjutan untuk wanita dengan hipertensi dalam
kehamilan atau preeklampsia tanpa gejala berat dengan USG, tes atenatal
setiap minggu, monitor tekanan darah, dan tes lab per minggunya untuk
deteksi preeklampsia. Wanita ini harus dinasehati untuk datang ke fases
terdekat jika ada gejala yang bersifat persisten dan mengkhawatirkan.
Preeklampsia dengan gejala berat dapat memiliki komplikasi seperti
edema paru, infark miokard, stroke, ARDS, koagulopati, gagal ginjal dan
cedera retina. Komplikasi ini lebih bisa terjadi ada wanita yang telah
memiliki penyakit bawaan. Oleh karena itu, lahiran direkomendasikan
untuk hipertensi gestsasional atu preeklampsia dengan gejala berat pada
usia kehamilan atau lebih dari 34 minggu, setlah stabilitasi atau PROM.
Lahiran tidak boleh ditunda, pada wanita dengan preeklampsia disertai
gejala berat di usia kehamilan kurang dari 34 minggu, dengan kondisi ibu
dan janin yang stabil, manajemen konservatif dapat dilakukan.
Beberapa indikasi ibu dan janin yang mengharuskan terminasi kehamilan
antara lain seperti
19
Disfungsi ginjal yang memburu
Edema paru
Eclampsia
Curiga perdarahan plasenta atau perdarahan vagina
Kondisi Janin
Hasil tes yang tidak normal
Kematian janin
Ganguan aliran darah di arteri umbilikalis
Janin dengan ekspektasi hidup pendek (anomali letal, prematuritas ekstrem)
I. Pencegahan 7,5
20
Suplementasi kalsium telah diteliti di beberapa uji coba termasuk oleh the
National Institute of Child Health and Human Developemtn (NICHD).
Suplementasi kalsium belum terbukti mencegah preeklampsia ataau
hipertensi dalam kehamilan. Dalam satu penelitian metaanalisis, intake
kalsium yang meningkat pada wanita dengan risiko tinggi menurunkan
risiko preeklampsia (Patrelli,2012)
Suplementasi minyak ikal belum terbukti secara pasti menurunkan angka
preeklampsia meskipun secara fungsi, asam amino didalamnya bisa
mencegah atherogenesis dan faktor inflamasi lainnya.
Obat antihipertensi
Karena wanita dengan hipertensi kronik yang rentan terkene preeklampsia,
beberapa RCT telah mengevaluasi berbagai obat antihipertensi untuk
menurunkan angka kejadian superimposed preeclampsia. Akan tetapi,
belum ada pencerahan atas hasil evaluasi ini .
Antioksidan.
Sebuah data mengimplikasikan adanya hubungan antara oksidan an anti
oksidan bermain dalam patogenesis preeklampsia. Antioksidan natural
seperti vitamin C,D,E mungkin bisa menurunkan angka oksidasi.
Statmetformin menghambat aktivitas sFLT-1 dan sENG secara teori.
Sayangnya, belum ada studi klinis yang mendukung penggunaan obat
tersebut.
21
Tabel 3.3 berbagai jenis metode untuk memprediksi atau mendeteksi
preeklampsia
Fungsi ginjal
Hiperurisemia adalah hasil dari kegagalan pembersihan asam urat karna
disfungsi ginjal. Sensitivitas untuk mendeteksi preeklampsia berkisar dari
0 sampai 55 persen, dan spesifitasnya 77 sampai 95 persen.
22
positif lemah dan negatif. Alat ini masih dalam uji coba dan belum
tersebar luas. Namun, CRDT mempunyai sensitivitas dan spesifitas yang
tinggi; 82% dan 29% .10
Gambar 3.4 bentuk pemeriksaan Congo Red Dye Test (CRDT) dan
interpretasinya. 10
J. Komplikasi 3,10
Komplikasi preeklampsia antara lain:
Eclampsia
HELLP syndrome
IUGR
Kematian janin
Pada beberapa kasus, preeclampsia bisa meningkatkan risko
kematian akibat stroke atau kelainan jantung pada anak yang
terlahir dari ibu dengan preeclampsia
23
Gambar 3.5 Komplikasi dari preeclampsia 3
K. Prognosis 11
Secara global, preeklampsia dan eklampsia ikut menyumbang angka sebanyak
14% pada kematian ibu per tahun (50.000-75.000 kasus). Kematian
preeklampsia dan eklapmsia berhubungan dengan kondisi dibawah:
Disfungsi endotel
Kelainan SSP, kejang, stroke atau perdarahan
Acute tubular necrosis
Koagulopati
Solusio plasenta
Preeklampsia bisa berpengaruh pada perkembangan janin, meningkatkan
risiko keterlambatan perkembangan dan autism spectrum disorder (ASD)
24
DAFTAR PUSTAKA
1. American College of Obstetricians and Gynecologists, Task Force on Hypertension in
Pregnancy. Hypertension in pregnancy. Report of the American College of Obstetricians and
Gynecologists’ Task Force on Hypertension in Pregnancy. Obstet Gynecol (2013) 122(5):1122–31.
10.1097/01.AOG.0000437382.03963.88)
2. Cunningham FG et al. Hypertensive Disorder in Pregnancy. Dalam C. F. al, William Obstetrics
25th Ed. New York: McGraw-Hill Companies Inc.
3. Fox R, Kitt J, Leeson P, Aye CYL, Lewandowski AJ. Preeclampsia: Risk Factors, Diagnosis,
Management, and the Cardiovascular Impact on the Offspring. J Clin Med. 2019;8(10):1625.
Published 2019 Oct 4. doi:10.3390/jcm8101625
4. Gestational Hypertension and Preeclampsia, Obstetrics & Gynecology: June 2020 - Volume 135 -
Issue 6 - p e237-e260 doi: 10.1097/AOG.0000000000003891
5. Lain KY, Roberts JM. Contemporary concepts of the pathogenesis and management of
preeclampsia. JAMA (2002) 287(24):3183–6. doi: 10.1001/ jama.287.24.3183
6. National Collaborating Centre for Women's and Children's Health (UK). Hypertension in
Pregnancy: Hypertension in pregnancy: diagnosis and management. London: RCOG Press; 2019
Aug. (NICE Clinical Guidelines, No. 107.)
7. Nij Bijvank SW, & Duvekot et al . Nicardipine for the treatment of severe hypertension in
pregnancy: a review of the literature. Obstetrical & gynecological survey, 65(5), 341–347.
https://doi.org/10.1097/OGX.0b013e3181e2c795
8. Rana S, Lemoine E, Granger JP, Karumanchi SA. Preeclampsia: Pathophysiology, Challenges, and
Perspectives [published correction appears in Circ Res. 2020 Jan
3;126(1):e8]. CircRes.2019;124(7):1094-1112. doi:10.1161/CIRCRESAHA.118.313276 (JAMA)
9. Rood KM, Buhimschi CS, Dible T, et al. Congo Red Dot Paper Test for Antenatal Triage and
Rapid Identification of Preeclampsia. EClinicalMedicine. 2019;8:47-56. Published 2019 Mar 1.
doi:10.1016/j.eclinm.2019.02.004 (lancet)
10. Walker CK, Krakowiak P, Baker A et al. Preeclampsia,placental insufficiency, and autism spectrum
disorder or developmental delay. JAMA. Pediatr. 2015 Feb. 169(2)154-62
11. World Health Organization (WHO). Dibalik angka - Pengkajian kematian maternal dan komplikasi
untuk mendapatkan kehamilan yang lebih aman. Indonesia: WHO; 2007.
25