Danti Julianti
12100116028
Dokter Pembimbing:
dr. H. Dadan Susandi, Sp.OG
0
BAB I
LAPORAN KASUS
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. V
Umur : 20 thn
Alamat : Pakenjeng
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT
No. Medrek : 010122XX
Masuk RS : 02 Mei 2017
Keluar RS : 04 Mei 2017
2. Anamnesis
Dikirim oleh : Bidan
Sifat : Rujukan
Keterangan : Tekanan Darah Tinggi
A. Keluhan Utama:
Darah Tinggi
B. Anamnesis Khusus
G1P0A0, mengaku hamil 9 bulan datang dengan keluhan tekanan
darah tinggi. Os mengatakan baru mengetahui memiliki darah tinggi 3 hari
yll ketika kontrol kehamilan ke bidan. Pasien juga mengeluhkan sakit
kepala dan pusing. Pasien menyangkal adanya pandangan kabur, nyeri ulu
1
hati dan kejang. Os mengatakan ada mules-mules sejak 5 jam SMRS,
mules dirasakan semakin sering namun tidak semakin kuat. Os
mengatakan telah keluar lendir campur darah. Os Menyangkal telah keluar
air-air. Gerakan janin dirasakan sejak 4 bulan yll hingga saat ini.
Pasien menyangkal memiliki riwayat darah tinggi diluar
kehamilan.
Riwayat Obstetri
C. Riwayat Perkawinan :
Status : Perempuan : Menikah pertama kali
Laki- laki : Menikah pertama kali
Usia saat menikah : Perempuan : 20 tahun, SMP, IRT
Laki-laki : 25 tahun, STM, Wiraswasta
D. Haid
Siklus haid : Teratur
Lama haid : 4-5 hari
Banyaknya darah : Sedang, 3X ganti
Nyeri haid : Tidak ada
Menarche usia : 13 tahun
HPHT : 10 08 2016
TP : 17 05 2017
E. Riwayat kontrasepsi
Belum pernah menggunakan kontrasepsi
F. Prenatal Care :
Datang untuk kontrol kehamilan ke Bidan dengan jumlah kunjungan 6x
kali, terakhir 29 April 2017
2
Riwayat penyakit jantung, paru-paru , penyakit ginjal, penyakit liver,
penyakit Diabetes militus, penyakit epilepsi, riwayat asma bronchial
disangkal pasien dan riwayat hipertensi sebelum kehamilan disangkal.
3. Status Praesens
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tensi : 190/120 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Respirasi : 18 x/menit
Suhu : Afebris
Kepala : Konjungtiva Anemis : -/-
Sklera ikterik : -/-
Leher : Tiroid : Tidak ada kelainan
KGB : Tidak ada kelainan
Cor : Bunyi jantung I-II murni reguler
Gallop (-), Murmur (-)
Pulmo : VBS kiri = kanan, Rhonki -/-, Wheezing -/-
Abdomen : Cembung lembut, NT (-), DM (-)
Hepar dan Lien: Sulit dinilai
Ekremitas : Edema tungkai +/+,
Varises -/-
4. Status Obstetrik
1) Pemeriksaan luar
Tinggi Fundus Uteri : 33 cm
Lingkar Perut : 106 cm
Letak Anak : Kepala, Puka, U
HIS : + ( 1x / 10 m, selama 10 detik )
BJA : 152 x/menit, reguler
2) Inspekulo :
Tidak dilakukan
3) Pemeriksaan Fornises :
Tidak dilakukan
4) Pemeriksaan Dalam : (setelah loading MgSO4)
Vulva : Tidak ada kelainanan
Vagina : Tidak ada kelainanan
Portio : Tebal lunak
Pembukaan : 1 cm
Ketuban : +
3
Bag. Terendah: kepala, puka , st -4
5. Rencana Pengelolaan
6. Pemeriksaan Penunjang
Pada pasien ini dilakukan:
1) Hematologi (02/05/2017 01:10)
Darah rutin:
a. Hemoglobin : 14.0 mg/dl (13.0 18.0)
b. Hematokrit : 41% (40 52 %)
c. Leukosit : 8750 /mm3 (3.800-10.600)
d. Trombosit : 325.000 /mm3 (150.000-440.000)
e. Eritrosit : 5.01 juta/mm3 (3.3 6.3)
2) Urin rutin:
a. Kimia urin
Berat jenis urine : 1.025 (1.002-1.030)
Blood Urine : POS (+++)
Leukosit esterase : POS (+)
pH urine : 6.5 (4.8-7.3)
Nitrit Urine : Negatif Negatif
Protein urine : Positif (+++) Negatif
Glukosa Urine : Negatif Negatif
Keton urine : Positif (+++) Negatif
Urobilinogen urin: Normal 0.2-1.0
Bilirubin urine : Negatif Negatif
Imunoserologi
HIV : Non Reaktif
Kimia Klinik
AST (SGOT) : 60 U/L s/d 31
ALT ( SGPT) : 20 U/L s/d 31
7. Diagnosa Awal
G2P1A0 parturien 37-38 minggu kala 1 fase laten dengan PEB
4
Pemantauan Persalinan TD N R S HIS DJJ KET
5
10 menit V/V : tak
selama 30 Portio : tebal, lunak
detik Pembukaan : 2-3 cm
Ketuban +
Bagian terendah : kepala,
station -1
Presentasi : ubun2 kecil
8. Laporan Operasi
6
Laporan Operas Lengkap :
- Dilakukan tindakan a dan antiseptic di daerah abdomen dan sekitarnya.
- Dilakukan insisi mediana pfanensteil sepanjang 10 cm.
- Setelah peritoneum dibuka, tampak dinding uterus.
- Plika vesikouterina disisihkan ke bawah, disayat melintang.
- Kandung kemih disisihkan ke bawah dan ditahan dengan retraktor abdomen.
- SBR disayat konkaf, bagian tengahnya ditembus oleh jari penolong dan
diperlebar ke kanan & kiri.
- Jam 09.05 lahir bayi laki-laki hidup dengan meluksir kepala
BB 3840 gram APGAR : 2-5
PB 49 cm
Disuntikkan Oksitosin 10 IU Intramural. Kontraksi baik.
- Jam 09.07 lahir plasenta dengan tarikan ringan pada tali pusat.
B 650 gram Ukuran 12 x 6 x 2 cm
- SBR dijahit lapis demi lapis. Lapisan pertama dijahit secara jelujur interloking
- Sebelum lapisan pertama dijahit seluruhnya, dipasang IUD COOPER T 380 A
- Lapisan ke-2 dijahit secara jelujur.
- Setelah yakin tidak ada perdarahan, dilakukan reperitonealisasi dengan
peritoneum kandung kencing hingga menutupi uterus.
- Perdarahan dirawat.
- Rongga abdomen dibersihkan dari darah dan bekuan darah.
- Fascia dijahit dengan safil No 1, kulit dijahit secara subkutikular.
- Perdarahan selama operasi 400 cc
- Diuresis selama operasi 200 cc
INTRUKSI PASCA BEDAH :
Observasi : KU, tensi, Nadi, Respi, suhu, perdarahan
Puasa : -
Infus :
Antibiotik : ceftriaxone 2x1 gr IV, metronidazole 3x500 mg
Lain-lain : kaltrofen 2x1 supp
Lain-lain : Ganti Perban POD 3
Cek Hb post-op, transfusi bila Hb <8 g/dL
9. Diagnosis Akhir
P1A0 Partus Maturus d/ SC a.i gagal drip + PEB + insersi IUD
7
BAB II
PERTANYAAN KASUS
sudah merasa adanya mulas-mulas sejak 5 jam SMRS yang terasa tidak
semakin kuat dan tidak terlalu sering, namun menyangkal adanya keluar
37-38 minggu
- Dari anamnesis pasien mengaku memiliki riwayat darah tinggi sejak 3
hari yang lalu yang diketahui ketika kontrol ke bidan. Dari pemeriksaan
fisik didapatkan tekanan darah 190/120 dengan hasil tes dipstick (+3),
dilakukan pemeriksaan urin rutin dan didapatkan hasil protein urine POS
eklamsia berat
- Jadi diagnosis untuk pasien ini: G1P0A0 Parturien 37-38 minggu kala 1
mules-mules yang jarang dan tidak semakin kuat sejak 5 jam SMRS dan
belum mencapai fase aktif pada pukul 18.00. Saat pemeriksaan fisik
8
didapatkan pasien memiliki HIS 1 x/ 10menit selama 10 detik
dilakukan SC
- Sehingga diagnosis akhirnya P1A0 Partus Maturus dengan SC a.i
hidup dalam kondisi baik. Dengan kondisi bayi 1 hidup dan lahir dengan
Berat badan 3840 gram , Panjang Badan 49cm, dan APGAR score 2-5,
9
1. Apakah pengelolaan kasus ini sudah tepat?
- Pengelolaan pasien ini sudah tepat, karena pasien diberikan terapi sesuai
dengan buku panduan praktik klinis obstetri dan ginekologi UNPAD yaitu
tekanan darah tinggi nya dan pemberian infus RL dan pemberian MgSO4
loading dose intravena 4gram MgSO4 10cc 40% yang dilarutkan ke dalam
10gram MgSO4 dalam 500cc RL. Tetapi untuk terminasi kehamilan, pasien
oksitosin.
- Dilakukan observasi terhadap pasien selama pemberian drip oksitosin, dan
perabdominam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1.1 Definisi
10
Hipertensi umumnya timbul terlebih dahulu dari pada tanda-tanda lain.
Kenaikan tekanan darah sistolik dan diastolik 140/90 mmHg, ataupun kenaikan
tekanan sistolik 30 mmHg atau diastolik 15 mmHg di atas tekanan yang biasanya
normal.
atau 1 gram/liter atau lebih dalam urin yang dikeluarkan dengan kateter atau
midstream yang diambil minimal 2 kali dengan jarak waktu 6 jam. Umumnya
proteinuria timbul lebih lambat, sehingga harus dianggap sebagai tanda yang
serius.
kecuali edema anasarka yang bisa ditandai dengan kenaikan berat badan >500
gr/minggu. Walaupun edema tidak lagi menjadi bagian kriteria diagnosis pre-
jaringan tubuh seperti pretibia, dinding perut, lumbosakral, wajah dan tangan
kehamilan, hanya saja eklampsia merupakan peningkatan yang lebih berat dan
11
Berdasarkan Report of the National High Blood Pressure Education
Program Working Group on High Blood Pressure in Pregnancy tahun 2000 yang
1) Hipertensi Kronik
2) Preeklampsia-eklampsia
4) Hipertensi gestasional
dan adanya proteinuria 300 mg/24 atau lebih /jam atau kuantitatif 1+
proteiunuria 2 gr atau lebih per liter dalam 24 jam atau kuantitatif 2+,
3+ atau kuantitatif 4+, adanya oliguria (jumlah urin kurang dari 400cc
12
gangguan fungsi hati, serta yang terakhir adalah pertumbuhan janin
terhambat.
Preeklampsia berat dapat dibagi dalam dua kategori yaitu :
a. Preeklampsia berat tanpa Impending Eklampsia
b. Preeklampsia berat dengan Impending Eklampsia, dengan gejala-
dengan koma.
3.1.4 Etiologi
1. Faktor Trofoblast
2. Faktor Imunologik
13
banyak akibat respon imunitas pada kehamilan sebelumnya, seperti
respons imunisasi.
3. Faktor Hormonal
Edema.
4. Faktor Genetik
Eklampsia.
5. Faktor Gizi
14
sintesis Prostaglandin akan menyebabkan Loss Angiotensin
terjadi di 2010. Berbagai faktor risiko (mulai dari 1 dari 3800 di Negara negara
kehamilan (HDK) terhitung hampir 18% dari seluruh kematian ibu di seluruh
dunia, dengan perkiraan 62.000-77.000 kematian per tahun. Untuk setiap wanita
disability. Proporsi wanita yang masih hidup akibat komplikasi maternal yang
berat (disebut kasus 'near miss) telah diusulkan sebagai ukuran yang lebih akurat
untuk evaluasi kualitas pelayanan kesehatan ibu. Di Indonesia kematian ibu terjadi
tahun 2012, AKI sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini masih cukup
15
tinggi jika dibandingkan dengan negaranegara tetangga di Kawasan ASEAN.
Pada tahun 2007, ketika AKI di Indonesia mencapai 228, AKI di Singapura hanya
6 per 100.000 kelahiran hidup, Brunei 33 per 100.000 kelahiran hidup, Filipina
112 per 100.000 kelahiran hidup, serta Malaysia dan Vietnam sama-sama
mencapai 160 per 100.000 kelahiran hidup. Lima penyebab kematian ibu terbesar
dan abortus. Kematian ibu di Indonesia masih didominasi oleh tiga penyebab
infeksi.
proporsinya semakin meningkat, tahun 2013 Lebih dari 25% kematian ibu di
penyebab utama kematian ibu sehingga hal ini perlu menjadi prioritas program
kesehatan ibu dan anak karena seharusnya HDK bisa terjaring pada saat antenatal
care. Berdasarkan data dari RSHS jumlah persalinan Periode 1 Januari 2009 31
Desember 2013 8275 persalinan. Jumlah total kasus preeklamsi dan eklamsi
sebanyak 1811 kasus. Jumlah total kematian ibu selama periode tersebut sebanyak
106 kasus, dan 61 kasus atau 57.5% diantaranya preeklamsi dan eklamsi. Tahun
2014 jumlah kematian ibu di Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung sebanyak
16
60% kasus. Data tersebut menjelaskan bahwa angka kematian ibu akibat
a. Usia
Pada wanita hamil berusia kurang dari 25 tahun insidens > 3 kali lipat. Pada
wanita hamil berusia lebih dari 35 tahun, dapat terjadi hipertensi laten.
b. Paritas
Angka kejadian tinggi pada primigravida, muda maupun tua, primigravida tua
c. Ras/golongan etnik
Negara
d. Faktor keturunan
e. Faktor gen
Diduga adanya suatu sifat resesif (recessive trait), yang ditentukan genotip
f. Diet/gizi
17
Tidak ada hubungan bermakna antara menu/pola diet tertentu (WHO).
yang tinggi. Angka kejadian juga lebih tinggi pada ibu hamil yang
obese/overweight
g. Tingkah laku/sosioekonomi
merokok selama hamil memiliki risiko kematian janin dan pertumbuhan janin
Aktifitas fisik selama hamil : istirahat baring yang cukup selama hamil
h. Hiperplasentosis
akibat diabetesnya.
terjadi lebih dini/pada usia kehamilan muda, dan ternyata hasil pemeriksaan
k. Riwayat pre-eklampsia.
l. Kehamilan pertama
18
m. Usia lebih dari 40 tahun dan remaja
n. Obesitas
o. Kehamilan multiple
p. Diabetes gestasional
3.1.6 Patofisiologi
a. Teori Kelainan Vaskularisasi Plasenta
Pada kehamilan normal rahim dan plasenta mendapat aliran darah dari
arteri basalis memberi cabang menjadi arteri spiralis. Pada hamil normal
dengan sebab yang belum jelas, terjadi invasi trofoblas ke dalam lapisan otot
terjadi dilatasi arteri spiralis. Invasi trofoblas juga memasuki jaringan sekitar
lumen arteri spiralis mengalami distensi dan dilatasi. Distensi dan vasodilatasi
Akibatnya aliran darah ke janin cukup banyak dan perfusi jaringan juga
meningkat, sehingga dapat menjamin pertumuhan janin yang baik. Proses ini
Pada hipertensi tidak terjadi invasi sel-sel trofoblas pada lapisan otot
arteri spiralis dan jaringan matriks sekitarnya. Lapisan otot arteri spiralis
19
menjadi tetap kaku dan keras sehingga lumen arteri spiralis tidak
spiralis adalah 500 mikron, sedangkan pada preeklamsi rata-rata 200 mikron.
salah satunya adalah radikal hidroksil yang sangat toksis terhadap dinding
endotel pembuluh darah. Radikal hidroksil akan merusak membran sel, yang
Peroksida lemak selain akan merusak mebran sel juga akan merusak nukleus,
dan protein sel endotel. Akibat sel endotel terpapar terhadap peroksida lemak
maka terjadi kerusakan sel endotel yang kerusakannya dimulai dari membran
fungsi endotel, bahkan rusaknya seluruh struktur sel endotel. Keadaan ini
disebut disfungsi endotel. Pada waktu terjadi kerusakan sel endotel maka akan
terjadi :
20
- Peningkatan faktor koagulasi
c. Teori Intoleransi Imunologik Antara Ibu dan Janin
hasil konsepsi yang bersifat asing. Hal ini disebabkan adanya HLA-G yang
berperan penting dalam modulasi respon imun, sehingga si ibu tidak menolak
hasil konsepsi. Adanya HLA-G pada plasenta dapat melindungi trofoblas janin
bahan vasopressor, atau dibutuhkan kadar vasopressor yang lebih tinggi untuk
oleh adanya sintesis prostaglandin pada sel endotel pembuluh darah. Hal ini
dibuktikan bahwa daya refarakter terhadap bahan vasopressor akan hilang bila
21
bahan vasopressor hilang hingga pembuluh darah menjadi sangta peka
e. Teori Genetik
familial jika dibandingkan dengan genotip janin. Telah terbukti bahwa ibu
preeklamsia.
masih dalam batas wajar, sehingga reaksi inflamasi juga masih dalam batas
beban reaksi inflamasi dalam darah ibu menjadi lebih besar. Respon inflamasi
22
ini akan mengaktivasi sel endotel, dan sel makrofag yang lebih besar sehingga
pada ibu.
Volume plasma
terjadi hipertensi
Hipertensi
Fungsi Ginjal
- Menurunnya aliran darah ke ginjal akibat hipovolemia sehingga terjadi
proteinuria
- Terjadi Glomerular Capilarry Endhoteliosis akibal sel endotel
pembuluh darah
23
- Asam urat serum meningkat 5 mg/cc, hal ini disebabkan oleh
plasma.
- Oligouria dan anuria oleh hipovolemia maka aliran darah ginjal
menyebabkan anuria.
Elektrolit
Pada preeklamsia kadar elektrolit total sama sperti hamil normal. Pada
yang berat tetapi sering dijumpai. Pada preeklamsia terjadi peningkatan FDP,
24
Viskositas darah
Hematokrit
Edema
kapiler. Edema yang patologik adalah edema yang nonpenden pada muka dan
tangan atau edema generalisata dan biasanya terjadi kenaikan berat badan
yang cepat.
Hematologik
hemolisis mikroangiopatik.
Hepar
pendarahan. Bila terjadi pendarahan pada sel periportal lobus perifer akan
terjadi nekrosis sel hepar dan peningkatan enzim hepar. Pendarahan ini dapat
Neurologik
- Nyeri kepala disebabkan hipoperfusi otak
- Akibat spasme atreri retina dan edema retina terjadi gangguan visus
25
- Hiperrefleksi
- Kejak eklamtik. Penyebab kejang eklamtik belum diketahii dengan
Paru
Dapat terjadi edema paru. Edema disebakan oleh jantung kiri yang
menurunya diuresis
Janin
- IUGR
- Kenaikan morbiditas dan mortalitas secara tidak langsung akibat
Terdapat banyak versi kriteria diagnosis dari pre eklampsia berat yang
Papilloedema
26
Terabanya hati
termasuk ke dalam preeklampsia berat adalah preklampsia dengan salah satu atau
teregangnya kapsula Glisoni. Nyeri dapat sebagai gejala awal ruptur hepar dan
Gangguan otak dan visus : perubahan kesadaran nyeri kepala, scotomata, dan
pandangan kabur
Hemolisis makroangiopatik
27
Tombositopenia < 100.000 sel/mm3
Sindroma HELLP
3.1.8 Tatalaksana
A. Perawatan Aktif
a. Ibu:
perbaikan
b. janin:
c. Laboratorik:
28
Adanya HELLP syndrome
B. Perawatan medicinal
Cara pemberian:
a. Dosis awal
4 gram MgSO4 20% (20cc) iv kecepatan 1 gram/menit (kemasan 20%
gram dalam 10cc) diberikan i.v 3 menit ( dalam keadaan siap pakai )
(0.5cc/kgBB/jam)
29
3. Dalam 6 jam pasca salin sudah terjadi perbaikan (normotensif)
a. edem paru
c. edem anasarca
1. Tekanan darah:
- Sistolik 180 mmHg, Diastolik > 110 mmHg
Diberikan: Klonidin
- Sistolik 160-180 mmHg, Diastolik 95-110 mmHg
Diberikan: Nifedipin 3 kali 5-10mg SubLingual
2. Obat-obatan antihipertensi yang diberikan:
a. Klonidin 1 ampul dilarutkan dalam 10cc larutan garam faal atau air untuk
menit kemudian tekanan darah diukur, bila belum ada penurunan maka
diberikan lagi sisanya 5cc i.v selama 5 menit. Kemudian diikuti dengan
dinaikkan 5 tetes setiap jam sampai tercapai target tekanan darah yang
menit sampai tercapai tekanan darah yang diinginkan, kemudian setiap jam
30
- Labetolol 200-400 mg/hari
b. Kardiotonika
c. Lain-lain
- Antipiretik
Diberikan bila suhu rectal > 38.50C Dapat dibatu dengan kompres
lahir)
4. Pengelolaan obstetric
Tidak ada tanda-tanda inpartu :
1. Induksi persalinan : amniotomi + tetes oksitosin dengan syarat skor
bishop 6
Kala I
Fase aktif
1. amniotomi
31
2. bila his tidak adekuat beri tetes oksitosin
Kala II
buatan
C. Pengelolaan Konservatif
a. Indikasi
b. Pengobatan medicinal
32
Dihentikan jika sudah mencapai tanda-tanda preeklampsi ringan
selambat-lambatnya 24 jam
c. Pengelolaan obstetric
33
Gambar 2. Alur tatalaksana preeklamsia berat
3.1.9 Komplikasi
Untuk ibu :
1. Eklampsi
2. Sindroma HELLP
3. Kardiomiopati peripartum
4. Edema paru
5. Gagal ginjal akut
6. DIC
7. Gagal hati akut
8. Stroke (H-encephalopathy)
9. Solusio plasenta
10. Kematian
Untuk Janin :
1. Preterm
2. IUGR
3. Gawat Janin / Abnormal FHR
4. Absent or reverse end diastolic flow pada gambaran Doppler velocymetri
5. Oligohidramnion
6. IUFD
3.1.10 Prognosis
Penentuan prognosis ibu dan janin sangat bergantung pada umur gestasi
janin, ada tidaknya perbaikan setelah perawatan, kapan dan bagaimana proses
bersalin dilaksanakan, dan apakah terjadi eklampsia. Kematian ibu antara 9.8%-
Induksi Persalinan
34
kontraksi uterus dalam persalinan. Induksi dimaksudkan sebagai stimulasi
kontraksi sebelum mulai terjadi persalinan spontan, dengan atau tanpa rupture
dianggap tidak adekuat karena kegagalan dilatasi serviks dan penurunan janin.
sebelum atau sesudah kehamilan cukup bulan dengan jalan merangsang timbulnya
his. Secara umum induksi persalinan adalah berbagai macam tindakan terhadap
ibu hamil yang belum inpartu, baik secara operatif maupun medisinal, untuk
persalinan. Atau dapat juga diartikan sebagai inisiasi persalinan secara buatan
Indikasi:
2. Pre-eklampsia berat
5. Gawat janin
6. Kehamilan postterm
Kontra Indikasi:
intramural)
35
2. Grande multipara
3. Plasenta previa
4. Insufisiensi plasenta
5. Makrosomia
6. Hidrosepalus
8. Gawat janin
kuantitatif dengan BISHOP SCORE yang dapat dilihat pada tabel dibawah,
Nilai > 8 menunjukkan derajat kematangan servik yang paling baik dengan angka
dilakukan pada kasus dilatasi servik 2 cm, pendataran servik 80% , kondisi servik
lunak dengan posisi tengah dan derajat stasion -1 akan berhasil dengan baik. Akan
tetapi sebagian besar kasus menunjukkan bahwa ibu hamil dengan induksi
persalinan memiliki servik yang tidak favourable ( Skoring Bishop < 5 ) untuk
36
Induksi Persalinan Dengan Oksitosin7,8
Hampir semua wania mendapatkan oksitosin setelah melahirkan dan banyak yang
center for health statistics, pada tahun 1995 lebih dari 1.3 juta amerika diberi
37
menggunakan regimen infus oksitosin yang berbeda-beda untuk masing masing
hal diatas.
Dosis Oksitosin7,8
Beberapa regimen disajikan disajikan pada table di bawah ini. Pada athun 1984,
1990an diadakan uji klinis yang membandingkan regimen dosis tinggi ( 4-6
(mU/mnt) (mU/mnt)
Dosis rendah 0.5-1 1 30-40 20
1-2 2 15 40
Dosis tinggi 6 6,3,1 15-40 42
38
3. Lakukan penilaian denyut nadi, tekanan darah dan his serta denyut jantung
janin
5. 2.5 - 5 unit Oksitosin dilarutkan dalam 500 ml Dekstrose 5% (atau PZ) dan
7. Jika terjadi hiperstimulasi (lama kontraksi > 60 detik atau lebih dari 4 kali
pemberian:
1. Jika tidak tercapai kontraksi yang adekuat setelah jumlah tetesan mencapai
(atau PZ) dan sesuaikan tetesan infuse sampai 30 tetes per menit
(15mU/menit)
3. Naikan jumlah tetesan infuse 10 tetes per menit setiap 30 menit sampai
per menit.
Jika masih tidak tercapai kontraksi uterus adekuat dengan konsentrasi yang
39
Pada primigravida, infuse oksitosin dapat dinaikkan konsentrasinya yaitu :
Caesar.
40
41
DAFTAR PUSTAKA
indonesia.
6. Mose, J., Irianti, S., et al. (2013). Hipertensi dalam kehamilan Obstetri
Edisi ke-4 cetakan ke-2. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2009.
Hlm 697-700.
10. Panduan Praktik Klinis Obstetri dan Ginekologi
11. Harper, 2004, Peleg, 1998, Manning, 1995, Wolstenholme, 2000
12. Martaadisoebrata D, Wirakusumah FF, Efendi JS. Kelainan Hasil Kehamilan.
Pedoman Diagnosis Dan Terapi Obstetri Dan Ginekologi Rumah Sakit Dr.
42
Hasan Sadikin.Bandung: Bagian Obgyn Fakultas Kedokteran Universitas
Dalam: Obstetri Williams. Edisi 23. Vol 2. Jakarta : EGC. 2009. Hlm. 888-
898.
15. Ross MG. 2013. Fetal Growth Restriction. Diakses tanggal 2 Juni 2015 dari
situs emedicine.medscape.com
16. Gibbs RS, Karlan BY, Haney AF, et al. Intrauterine Growth Restriction.
padjajaran.
21. Saifuddin A., et al. (2010). Hipertensi dalam kehamilan Ilmu kebidanan.
Obstetri Patologi. Edisi 1, hal: 91-98. Bandung: Penerbit & percetakan buku
Elstar Offset.
23. Sarwono Prawirohardjo, Prof.Dr.dr, 1992, Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina
Pustaka, Jakarta
43