LAPORAN KASUS
I. Identitas Pasien
Nama Pasien : Ny. M Nama Suami : Tn. I
Umur : 24 tahun Umur : 30 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama/suku : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : JL. Dusun Sukajadi
No. MR : 43-82-05
II. Anamnesis
1. Keluhan utama: Nyeri pinggang menjalar sampai ke ari-ari sejak 3 hari SMRS.
Kepala : Normocephali
Mata : Konjungtiva Anemis (-/-)
Sklera ikterik (-/-)
Leher : Pembesaran KGB (-) pembesaran tiroid (-)
Jantung : I: Ictus cordis tidak terlihat
P: Ictus Cordis teraba pada ICS 5 linea midclavicularis sinistra
P: batas jantung kanan pada linea sternalis, batas jantung
Kiri pada linea midclavikula ICS 5
A: BJ I dan II murni regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen :
o Inspeksi : tampak perut cembung dengan ukuran tidak sesuai usia kehamilan
o Palpasi :
L1 : Fundus uteri dipertengahan procesuss xyphoideus-pusat, teraba massa
lunak, bulat dan tidak melenting (kesan bokong)
L2 : Teraba tahanan terbesar di sebelah kanan dan teraba bagian-bagian kecil
janin di sebelah kanan (pu-ka)
L3 : Teraba masa bulat keras (kepala)
L4 : Kepala belum masuk pintu atas panggul ( Konvergen )
Tinggi fundus uteri = 32 cm
His : 3X dalam 10 menit selama >40”, regular, intensitas kuat (+)
o Auskultasi DJJ : 173 x/menit
o Taksiran Berat Janin : 3255 gram
Genitalia Eksterna
o Inspeksi : bloody show (+)
Genitalia Interna
o VT : Teraba portio lunak, arah posterior
o Janin:
Presentasi : Kepala
Situs : memanjang
Station : Hodge I
Ketuban : (+) keruh
o Portio:
Konsistensi : Lunak (sedang)
Pembukaan : 2 cm
Penipisan : 30%
Arah sumbu : Posterior
Hasil :
Didapatkan hasil Biparietal diameter (BPD) 99 mm, Gestasional age (GA) 41 minggu,
dengan Fetalweight (FW) atau TBJ nya 3.725 gram.
V. Diagnosis
G2P1A0H1 gravid 42-43 minggu + Inpartu kala I + Postterm + Oligohidramnion + JTHIU
preskep + Fetal Distress
VI. Penatalaksanaan
Observasi ibu dan janin
Pantau tanda vital, his dan DJJ
IVFD RL 20 tpm
Cefotaxim 3x250 mg
O2 5 l/m
VII.Rencana Tindakan
Cito Sectio Caesarea
IX. Prognosis
Dubia ad bonam
Pada kasus ini, pasien di diagnosis G2P1A0H1 gravid 42-43 minggu + Inpartu kala I Fase
laten + Postterm + Oligohidramnion + Fetal Distress + JTHIU Preskep. Berdasarkan anamnesis
yang didapat bahwa pasien datang dengan keluhan nyeri di pinggang menjalar sampai ke ari-ari
sejak 3 hari SMRS, nyeri yang dirasakan semakin kuat sejak 1 hari SMRS. Sudah ada tanda-
tanda inpartu. Dengan usia kehamilan 42-43 minggu. Keluar air-air (+), lendir darah (+), nyeri
kepala hebat (-), nyeri ulu hati (-), pandangan mata kabur (-). BAK dan BAB normal. Hari
Pertama Haid Terakhir yaitu tanggal 04 Desember 2018 dengan taksiran tanggal persalinan 11
September 2019.
Pada pemeriksaan fisik yaitu pada abdomen seperti inspeksi tampak perut cembung dengan
ukuran tidak sesuai usia kehamilan, pada palpasi L1 : Fundus uteri dipertengahan procesuss
xyphoideus-pusat, teraba massa lunak, bulat dan tidak melenting (kesan bokong) , L2 : Teraba
tahanan terbesar di sebelah kanan dan teraba bagian-bagian kecil janin di sebelah kiri (pu-ka), L3
: Teraba masa bulat keras (kepala), L4 : Kepala belum masuk pintu atas panggul , Tinggi fundus
uteri = 32 cm, His : (+) 2x dalam 10 menit, Auskultasi DJJ : 173 x/menit, Taksiran Berat Janin
menggunakan rumus Johnson toshack adalah 3225 gram. Pada genitalia eksterna didapatkan
Inspeksi: bloody show (+). Pemeriksaan Vaginal Toucher teraba portio lunak, arah posterior,
OUE Ɵ 2cm, Effacement 30%, ketuban (-) keruh, teraba kepala, Hodge I. Kemudian pada
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada tanggal 3 Oktober 2019 Darah Lengkap : Hb : 11,7
g/dl , Leukosit: 7.400 mm3 , Trombosit: 232.000 mm3, HBsAg (-).
Diagnosis Obstetri ibu berdasarkan jumlah kehamilan yang dialami pasien saat ini merupakan
kehamilan kedua, riwayat melahirkan satu kali, tidak pernah mengalami abortus dan jumlah anak
hidup adalah satu. Usia kehamilan ibu dihitung berdasarkan rumus HPHT dan dari hasil
pemeriksaan USG.
Kehamilan postterm, disebut juga kehamilan serotinus, kehamilan lewat waktu, kehamilan
lewat bulan, prolonged pregnancy, extended pregnancy, postdate/ pos datisme atau
pascamaturitas, yaitu kehamilan yang berlangsung sampai 42 minggu (294 hari) atau lebih,
dihitung dari hari pertama haid terakhir menurut rumus Naegele dengan siklus haid rata-rata 28
hari.
Dalam kasus ini pasien dapat ditegakkan sebagai kehamilan postterm ( usia kehamilan
42-43 minggu),dimana salah satu cara mendiagnosis kehamilan postterm adalah dengan menilai
riwayat haid meskipun penegakan diagnosis postterm berdasarkan HPHT tingkat keakuratannya
hanya mencapai (±)30% namun riwayat haid pasien dapat dipercaya karena memenuhi kriteria
Mochtar dkk (2004) yaitu pasien ini sangat yakin dengan riwayat HPHT nya, selain itu pasien
mengaku siklus haidnya 28 hari dan sudah berhenti KB suntik sejak 4 bulan sebelum kehamilan.
Jadi, tiga dari ketiga kriteria mochtar dkk telah tegak bahwa pasien tsb postterm.
Cara kedua untuk menilai usia kehamilan adalah dengan pemeriksaan TFU, Dalam
trimester pertama pemeriksaan tinggi fundus uteri serial dalam sentimeter (cm) dapat bermanfaat
bila dilakukan pemeriksaan secara berulang setiap bulan. Lebih dari 20 minggu, TFU dapat
menentukan umur kehamilan secara kasar. Namun pada pasien ini kemungkinan sudah terjadi
pengurangan cairan amnion atau sudah terjadi oligohidramnion sehingga taksiran usia kehamilan
berdasarkan ukuran TFU tidak bisa digunakan, dimana ukuran TFU pada pasien ini adalah 32 cm
yang menunjukkan ukuran TFU tidak sesuai usia kehamilan ( usia 42-43 minggu).
Cara ketiga adalah dengan pemeriksaan USG, beberapa penelitian terdahulu telah
membuktikan bahwa penentuan usia kehamilan melalui pemeriksaan USG memiliki tingkat
keakuratan yang lebih tinggi dibanding dengan metode HPHT, pada pasien ini telah
memeriksakan kehamilannya di dokter spesialis kandungan dan dilakukan USG pada trimester
III, menurut hasil penelitian Cohn, et al (2010) USG trimester III memiliki tingkat keakuratan
yang lebih rendah dibanding metode HPHT maupun USG trimester I dan II. Berdasarkan hasil
USG usia kehamilannnya 40 minggu. Cara keempat adalah dengan Riwayat pemeriksaan
antenatal pasien yaitu tentang Tes kehamilan, Gerak janin , Denyut Jantung Janin (DJJ) , Namun
pasien mengaku lupa tentang ketiga hal tersebut dan tidak mengingat kapan kunjungannya ke
bidan ataupun dokter
Pada kehamilan postterm terjadi perubahan kualitas dan kuantitas cairan amnion. Jumlah
cairan amnion mencapai puncak pada usia kehamilan 38 minggu, yaitu sekitar 1000 ml dan
menurun menjadi sekitar 800 ml pada usia kehamilan 40 minggu. Penurunan jumlah cairan
amnion berlangsung terus menjadi sekitar 480 ml, 250 ml, hingga 160 ml pada usia kehamilan
42, 43, dan 44 minggu. Kecurigaan terjadinya oligohidramnion dari pemeriuksaan fisik adalah
bila tinggi fundus uteri lebih rendah dari yang diharapkan atau dari usia kehamilan yang
seharusnya. Pada pemeriksaan Ultrasonografi ditemukan: Jumlah cairan amnion < 300 ml,
Ukuran kantung amnion vertikal ≥ 2 cm tidak ada, AFI < 95 persentile untuk usia kehamilan
tertentu, Pada kehamilan aterm AFI < 5 cm.
Pada pasien ini dikatakan telah terjadi oligohidramnion, berdasarkan hasil pemeriksaan
fisik. TFU nya 34 cm, sedangkan perkiraan usia kehamilan pasien adalah 42-43 minggu, hal ini
menunjukkan bahwa tinggi fundus uteri tidak sesuai usia kehamilan. Untuk hasil pemeriksaan
USG hasil AFI tidak tercantum, Pasien mengaku lupa hanya mengingat dikatakan bahwa air
ketuban sudah kering. Selain itu, Pada keadaan janin disimpulkan bahwa kemungkinan
mengalami fetal distress. Dimana pada pemeriksaan menggunakan Doppler didapatkan tanda-
tanda Distress janin yaitu DJJ nya 173x/i (19.15), 166x/i (pukul 19.30) yaitu terjadi perubahan
kecepatan denyut jantung janin yang dapat menunjukkan suatu masalah pada bayi. Sesuai teori
dimana fetal distress (gawat janin) adalah keadaan hipoksia janin yang disebabkan oleh berbagai
macam faktor yang menurunkan aliran darah uteroplasenta sehingga bila dibiarkan dapat
menyebabkan kerusakan jaringan yang permanen atau kematian janin. Etiologi dan faktor risiko
dapat berasal dari kondisi maternal, kondisi uterus, kondisi plasenta dan cairan ketuban, kondisi
tali pusat, dan kondisi janin. Keluhan utama yang dikemukakan oleh ibu adalah berkurangnya
gerak janin dan denyut jantung janin yang melemah. Tanda-tanda fetal distress lain yang dapat
ditemukan adalah takikardia dan adanya mekonium pada ketuban. Pada janin ini telah
mengalami takikardia (>173 x/i) dan ketuban keruh, dimana kedua tanda ini mengarah bahwa
janin kemugkinan mengalami fetal distress.
Pada pasien ini tindakan yang akan dilakukan adalah SC Cito atas indikasi oligohidramnion
dan fetal distress yang akan dilakukan oleh dr.Mofri Sp.OG, hal ini sejalan dengan teori bahwa
penatalaksanaan kehamilan postterm adalah :
• Setelah usia kehamilan > 40 minggu yang terpenting adalah monitoring janin sebaik-
baiknya.
• Apabila tidak ada tanda-tanda insufisiensi plasenta, persalinan spontan dapat ditunggu
dengan pengawasan ketat.
• Bishop score adalah suatu cara untuk menilai kematangan serviks dan responsnya
terhadap suatu induksi persalinan.
Pada nilai total bishop yang rendah (<5), sebaiknya dilakukan sectio caesaria karena
induksi persalinan tidak akan berhasil dan akan menambah keadaan gawat janin dalam rahim.
Pada pasien ini total bishop scorenya adalah 3, yang berarti <5. Sehingga rencana tindakan SC
cito pada pasien ini sejalan pada teori :
Pembukaan (Dilatation) = 2 cm (1)
Pendataran (Effacement) = 30% (0)
Penurunan kepala janin (Station) = -2 (1)
Konsistensi (Consistency) = sedang (1)
Posisi ostium uteri (Position) = posterior (0)
Disamping melakukan persiapan SC cito untuk pasien, pantau kondisi ibu dan janin
seperti keadaan umum, TTV, His dan DJJ. Pasien diberikan O2 5 l/m, dan anjurkan ibu untuk
miring ke kiri (memposisikan ibu ke lateral). Hal ini sesuai teori bahwa pemberian O2 5 l/m
untuk prinsip manajemen utama untuk pola jantung janin secara signifikan adalah bervariasi
terdiri dari mengkoreksi setiap gangguan janin jika memungkinkan. Tindakan yang disarankan
oleh American College of Obstetricians and Gynecologists (2013) adalah memposisikan ibu ke
lateral, mengoreksi hipotensi maternal yang disebabkan oleh analgesia regional, dan
menghentikan oksitosin untuk meningkatkan perfusi uteroplasenta.