Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ketuban pecah dini (KPD) merupakan masalah penting dalam obstetri


berkaitan dengan penyulit kelahiran prematur dan terjadinya infeksi
korioamnionitis sampai sepsis, yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas
perinatal dan menyebabkan infeksi ibu.
Ketuban pecah dini atau premature rupture of membranes adalah
pecahnya selaput ketuban secara spontan sebelum menunjukkan tanda – tanda
persalinan. Ketuban pecah dini dapat terjadi pada kehamilan aterm (usia gestasi
lebih dari 37 minggu), dan kehamilan preterm (usia gestasi kurang dari 37
minggu) atau preterm premature rupture of membrane.
Insidensi ketuban pecah dini berkisar antara 8 % sampai 10 % dari
semua kehamilan. Pada kehamilan aterm insidensinya bervariasi antara 6%
sampai 19 %, sedangkan pada kehamilan preterm insidensinya 2 % dari semua
kehamilan.
Berdasarkan hasil penelitian Fitri (2011) yang dilakukan di Rumah
Sakit Umum Daerah Padang Sidempuan menunjukkan bahwa jumlah pasien
yang mengalami ketuban pecah dini dari bulan Januari sampai Maret adalah 47
pasien dari 155 kelahiran di rumah sakit tersebut, dari 47 pasien yang
mengalami ketuban pecah dini 21 diantaranya adalah primipara dengan usia
gestasi rata - rata 38 - 40 minggu dan berakhir dengan persalinan sectio
caesarea, 15 pasien mengalami ketuban pecah dini akibat trauma (pemeriksaan
dalam) dan infeksi, 3 akibat gemelli (kehamilan ganda), 8 pasien lainya kurang
diketahui penyebabnya.

1
BAB II

LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Pasien

Nama : Ny. M

Umur : 34 tahun 10 bulan

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Merapi Barat

Tanggal masuk RS : 18-02-2020

3.2 ANAMNESA
Keluhan Utama :
Keluar air – air dari kemaluan
Riwayat Penyakit Sekarang :
Os datang ke RS pukul 11.30 wib dengan keluhan keluar air – air dari
kemaluan yang dialami ± 1 hari SMRS, os mengeluh keluar air – air di waktu
pagi, awalnya sedikit-sedikit, kemudian siangnya dirasakan sangat banyak dan
sekarang masih merembes. Keluar air-air berwarna putih bening dan tidak
berbau. Os mengakui adanya perut mules yang hilang timbul, tidak terus-
terusan, dengan frekuensi jarang, tidak nyeri. Rasa mules muncul setelah
keluar cairan jernih dari kemaluan.

Os menyangkal adanya keluar lendir bercampur darah dari kemaluan. Os


juga menyangkal adanya demam. Adanya riwayat berhubungan badan baru-
baru ini, riwayat trauma disangkal. Gerakan janin masih dirasakan aktif oleh
ibu. Saat ini os sedang tidak dalam pengobatan apapun. Dan pasien sempat
USG dengan presentasi letak kepala.

2
Riwayat Penyakit Terdahulu : DM (-), HT (-), Asma (-)

Riwayat Pemakaian Obat : Vitamin

Riwayat KB :-

Riwayat Kehamilan : G2 P0 A1

HPHT : ?-05-2019

TTP : 28-02-2020

Usia Kehamilan : 38 minggu

Riwayat ANC : 4 kali datang ketempat bidan

3.3 Pemeriksaan Fisik

Status present

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

Tekanan darah : 100/60 mmhg

Frekuensi nadi : 80 x/i

Frek. Pernafasan : 20 x/i

Suhu : 36,5℃

Berat badan : 64 kg

Tinggi badan : 150 cm

3
Status Generalisata

a. Kepala dan leher


 Kepala : Normocephali
 Mata : CA (-/-), SI (-/-), pupil isokor (-/-), RC (+/+)
 Hidung : DBN
 Telinga : DBN
 Mulut : Bibir simetris (-), beslag (-), T1-T1
 Leher : Devisiasi trakea (-), pembesaran KGB (-)

b. Thoraks
 Inspeksi : Pergerakan dada simetris, retraksi ICS (-),
 Palpasi : fremitus kanan=kiri
 Perkusi : sonor
 Auskultasi: Vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
c. Ektremitas
 Atas : Akral hangat (+), edema (-)
 Bawah : Akral hangat (+), edema (-)
d. Status obstetri
 Inspeksi : perut membesar
 Palpasi
- Leopold I : TFU 32 cm.
- Leopold II
Kanan : teraba keras dan memanjang (punggung janin)
disebelah kanan.
Kiri : teraba bagian-bagian terkecil janin (ekstremitas)
- Leopold III : Bagian terbawah teraba keras
(kepala)
- Leopold IV : hodge II
 DJJ : 140
 HIS : (-)

4
 Pemeriksaan dalam : Pembukaan 8 cm, pendataran
100%, ketuban merembes warna jernih, lendir dan darah
(-)
 Tes Nitrazin : Tidak dilakukan pemeriksaan
 Perasat valsava : Tidak dilakukan pemeriksaan

3.4 Pemeriksaan Laboratorium


Darah Rutin Tanggal 18-02-2020

Pemeriksaan Hasil Satuan


Hemoglobin 11,4 Gr/dl
Hematokrit 32,1 %
Leukosit 10,9 10/L
Trombosit 262.000 /mm3

3.5 RESUME

Pasien berinisial Ny. M, 34 tahun Os datang ke RS dengan keluhan


keluar air – air dari kemaluan yang dialami ± 1 hari ini, keluar air – air di
waktu pagi, awalnya sedikit-sedikit, kemudian siangnya dirasakan sangat
banyak dan sekarang masih merembes. Keluar air-air berwarna putih bening
dan tidak berbau. Adanya perut mules yang hilang timbul, tidak terus-terusan,
dengan frekuensi jarang, tidak nyeri. Rasa mules muncul setelah keluar cairan
jernih dari kemaluan, keluar lendir bercampur darah dari kemaluan (-), demam
disangkal, riwayat trauma (-), adanya riwayat berhubungan tubuh baru-baru ini.
Pada pemeriksaan leopold : TFU 32 cm, kepala hodge II. DJJ : 140x/i,
pergerakan janin aktif, his (-) jarang.

Keadaan Umum : Tampak baik, Kesadaran: Compos Mentis, Tekanan Darah:


100/60 mmhg, Frekuensi Nadi: 80 x/ menit, Frekuensi Pernafasan: 20 x/ menit,
Suhu: 36,5℃ , Berat Badan: 64 kg, Tinggi Badan: 150 cm.

5
3.6 Diagnosis

G2P0A1 hamil aterm (38 minggu) inpartu kala 1 fase aktif jth presentasi
kepala + KPD 1 hari

3.7 Rencana
Drip oxytocin ½ amp dalam RL gtt xx macro
Observasi kemajuan persalinan
Persalinan pervaginam

3.8 Observasi Pasien

Waktu Keluhan His DJJ Temp


18/02/2020 Keluar
13.15 wib cairan jernih - 139 36,0 ºC
dari jalan
lahir (+)
Mules (-)
14.30 wib Ketuban Pecah
Keluar cairan jernih dan darah dari jalan lahir (+)
Mules (+)
15.00 wib Pembukaan lengkap
His (+)
Pimpin persalinan pervaginam

3.8 Penatalaksanaan post partum

 Ivfd RL 20 gtt/i
 Cefadroxil 2x500 mg
 Asam mefenamat 3x500 mg
 SF 1x1

6
FOLLOW UP

Tanggal 19-02-2020 Post Partum Terapi

Sens : Compos mentis Lemas (+) - Diet MB


TD : 110/70 mmHg Mual (-) - Ivfd RL gtt 20/i
HR : 80x/I Muntah (-) - Cefadroxil 2x500 mg
RR : 20x/I BAB (-) - Asam mefenamat 3x500 mg
T : 37,0 C BAK(+) - SF 1x1

TFU : 1 jari dibawah


pusat, kontraksi (+)
Tanggal 20-02-2020 Post partum Terapi

Sens : Compos mentis Pusing (-) - Diet MB


TD : 120/80 mmhg Mual (-) - Aff Ivfd RL
HR : 80x/I Muntah (-) - Cefadroxil 2x 500 mg
RR : 20x/I BAB (-) - Asam mefenamat 3x500 mg
T : 36,7 C BAK(+) - SF tab 1x1
- Pasien boleh pulang

7
BAB IV
DISKUSI KASUS

Pasien Ny. M, 34 tahun Os datang ke pukul 11.30 wib dengan keluhan


keluar cairan dari kemaluan. Setelah melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan penunjang maka didapatkan diagnosis G2P0A1 hamil aterm
inpartu kala 1 fase aktif jth presentasi kepala + KPD 1 hari

Anamnesis
Pada kasus, berdasarkan anamnesis didapatkan keluhan yang sesuai
dengan teori ,yaitu pasien mengeluhkan keluar air-air dari jalan lahir ± 1 hari
SMRS. Cairan berwarna jernih dan tidak berbau, his belum teratur serta belum
ada pengeluaran lendir dan darah. Sebelumnya os sempat melakukan
pemeriksaan dengan usg di dokter sp.og.

Teori Kasus
 Keluar cairan banyak tiba -tiba dari  Pasien datang dengan keluhan
jalan lahir
keluar cairan dari kemaluan
 Warna cairan diperhatikan.
 Riwayat keluar air ketuban dari jalan
 Belum ada pengeluaran lendir
lahir ± 1 hari yang lalu
dan darah
 Cairan yang keluar jernih dan tidak
 His belum teratur atau belum
berbau
ada
 Adanya perut mules yang hilang timbul,
tidak terus-terusan, dengan frekuensi
jarang, tidak nyeri. Rasa mules muncul
setelah keluar cairan jernih dari
kemaluan

4.2 Pemeriksaan Fisik


Pada kasus, pemeriksaan fisik secara umum dalam batas normal,
baik pemeriksaan tanda vital, maupun status generalisata dari pasien. Pada
pasien tidak didapatkan adanya tanda-tanda infeksi. Suhu pasien normal yaitu

8
36,5 ºC. Denyut nadinya juga dalam batas normal, yaitu 80 kali per menit.
Berdasarkan teori, pemeriksaan fisik pada kasus KPD ini penting
untuk menentukan ada tidaknya tanda-tanda infeksi pada ibu. Hal ini terkait
dengan penatalaksanaan KPD selanjutnya dimana risiko infeksi ibu dan janin
meningkat pada KPD.
Teori Kasus
Tanda-tanda infeksi: Tidak ada tanda-tanda infeksi:
 Suhu ibu >38 ºC  Suhu ibu 36,5 ºC
 Nadi cepat.  Nadi 80 x/i

4.3 Pemeriksaan Inspekulo


Pada pasien ini tidak dilakukan pemeriksaan inspekulo. Pemeriksaan ini
tidak dilakukan karena sebelumnya pasien memiliki riwayat keluar air-air.
Cairan yang keluar berwarna jernih mengalir. Pemeriksaan inspekulo secara
steril merupakan langkah pemeriksaan pertama terhadap kecurigaan KPD.
Pemeriksaan dengan spekulum pada KPD akan tampak keluar cairan dari
orifisium uteri eksternum (OUE). Pada pasien KPD akan tampak cairan keluar
dari vagina. Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa warna, bau dan
pHnya. Air ketuban yang keruh dan berbau menunjukkan adanya proses
infeksi.

Teori Kasus
 Pemeriksaan dengan spekulum  Tidak dilakukan pemeriksaan
tampak  keluar cairan dari OUE dengan spekulum.
 Tampak cairan keluar dari vagina  Riwayat keluar air ketuban
 Cairan yang keluar diperiksa  Cairan jernih, pH tidak diperiksa
warna,bau dan pHnya. dengan kertas Lakmus
 Air ketuban yang keruh dan
berbaumenunjukkan adanya
proses infeksi

9
10
4.4 Pemeriksaan Dalam
Pada kasus, pasien ini hanya dilakukan pemeriksaan dalam pada saat
pertama kali datang untuk menentukan ada tidaknya pembukaan. Pada saat di
lakukan pemeriksaan dalam pada pasien ini pembukaan portio masih 1 cm,
dengan konsistensi tebal lunak.

Pemeriksaan dalam vagina dibatasi seminimal mungkin, pemeriksaan


dalam pada saat pasien datang pertama kali adalah penting untuk menilai
apakah sudah ada pembukaan sehingga pasien berada dalam kondisi inpartu.

Teori Kasus
Pemeriksaan dalam dilakukan : Pemeriksaan dalam dilakukan :
 Seminimal mungkin untuk Saat pertama kali datang. Untuk
mencegah infeksi. memantau kemajuan persalinan.
 KPD sudah dalam persalinan.
 KPD yang dilakukan induksi
persalinan.

4.5 Penatalaksanaan
Pada kasus ini, keluar air ketuban dari jalan lahir atau dalam hal ini pecahnya
ketuban ± 1 hari ini, ada tanda-tanda inpartu pada pemeriksaan dalam dan
pasien diobservasi. Kebanyakan literatur sepakat mengambil 2 faktor yang
harus dipertimbangkan dalam mengambil sikap atau tindakan terhadap pasien
KPD, yaitu umur kehamilan dan ada tidaknya tanda-tanda infeksi pada ibu.
Pemberian antibiotik profilaksis dapat menurunkan infeksi pada ibu. Waktu
pemberian antibiotik hendaknya diberikan segera setelah diagnosis KPD
ditegakkan. Beberapa literatur menyarankan bersikap aktif (induksi persalinan)
segera diberikan atau ditunggu sampai 6-8 jam dengan alasan pasien akan
menjadi inpartu dengan sendirinya. Induksi dilakukan dengan memperhatikan
bishop score, jika > 5 induksi dapat dilakukan, sebaliknya jika < 5, dilakukan
pematangan serviks, jika tidak berhasil akhiri persalinan dengan seksio sesarea.

11
Teori Kasus
 Pemberian antibiotik profilaksis  Pasien diberikan antibiotik
dapat menurunkan infeksi pada injeksi ceftriaxone 3 x 1gr
ibu  Skor pelvic < 5.
 Bila skor pelvik < 5, lakukan
pematangan serviks, kemudian
induksi.
 Bila skor pelvik > 5, induksi
persalinan

Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang telah


dilakukan, pasien pada kasus ini didiagnosis sebagai KPD. Kasus yang ditemukan sudah
sesuai dengan teori yang ada. Penatalaksanaan KPD pada pasien ini pada umumnya tepat,
walaupun ada beberapa perlakuan yang sebaiknya dilaksanakan tetapi tidak dilakukan,
seperti tes nitrazin, dan pemeriksaan USG.

12
KESIMPULAN

Ketuban pecah dini atau Premature Rupture of the Membranes


(PROM) adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum proses persalinan
atau pasien yang usia kehamilannya diatas 37 minggu atau aterm, datang
dengan ketuban yang pecah spontan, dan tanpa tanda-tanda persalinan.
Sedangkan Preterm Premature Rupture of the Membranes (PPROM) adalah
pecahnya ketuban pada pasien dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu.
Penyebab terjadinya KPD bisa karena beberafa faktor yaitu antara lain
inkompetensi serviks, tekanan intra uterin yang meningkat (trauma, gemelli,
makrosomia, polihidramnion), infeksi, paritas, usia dan riwayat KPD
sebelumnya.

Diagnosa KPD dilakukan dengan cara anamnesa, pemeriksaan fisik,


pemeriksaan laboratorium, serta pemeriksaan dalam. Pemeriksaan dalam
dilakukan seminimal mungkin, hanya untuk menilai kemajuan persalinan,
karena pemeriksaan dengan jari meningkatkan resiko infeksi. Jika timbul tanda
dan gejala korioamnionitis, diindikasikan untuk segera berkonsultasi dengan
dokter yang menangani wanita guna menginduksi persalinan dan kelahiran.
Pilihan metode persalinan (melalui pervaginam atau perabdomen) bergantung
pada lama kala I, usia gestasi, presentasi dan berat korioamnionitis.

13
DAFTAR PUSTAKA

1. Wiknjosastro GH, Wibowo B. Kelainan dalam lamanya kehamilan.


Dalam Winkjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T. eds Ilmu
Kebidanan Edisi ketiga. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
2. Manuaba, I.B Gde. 2001. Pengantar Kuliah Obstetri.. Jakarta. EGC
3. Cunningham FG, Lenovo KJ, Bloom SL, Girlstrap LC, Hauth JC,
Wenstrom KD. Postterm Pregnancy. In William Obstetrics. 22nd ed. Mc
Graw-Hill New York. 2005: 881-90
4. Prawirohardjo, S. 2009. Ilmu Kebidanan. Penerbit Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.
5. Wikipedia. (2011). Konsep Dasar Ketuban Pecah Dini .Sumber Internet:
(www.wikipedia.com)
6. Anonim, Ketuban Pecah Dini. In: Prosedur Tetap Bagian/SMF Obstetri
dan Ginekologi FK Unud/RS Sanglah Denpasar. Bagian/SMF Obstetri
dan Ginekologi FK Unud/RS Sanglah. Denpasar. 2004. p:8-10
Sumber : http://theherijournals.blogspot.co.id/2013/02/ketuban-pecah-
dini.html
7. Suwiyoga IK, Budayasa AA, Soetjiningsih. Peranan Faktor Risiko
Ketuban Pecah Dini terhadap Insidens Sepsis Neonatorum Dini pada
Kehamilan Aterm. Cermin Dunia Kedokteran, No 151. 2006. p: 14-1
Sumber : http://theherijournals.blogspot.co.id/2013/02/ketuban-pecah-
dini.html
8. Ketuban Pecah Dini. 2011. Diambil dari situs
http://www.scribd.com/doc/ 50265897/BAB-I.html.diakses pada tanggal 16 Juli 2012

14

Anda mungkin juga menyukai