BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
Di Indonesia pengamatan virus dengue yang dilakukan sejak tahun 1975 di
beberapa Rumah Sakit menunjukkan keempat serotipe di temukan dan bersirkulasi
sepanjang tahun. Serotipe DEN – 3 merupakan serotype yang dominan dan diasumsikan
banyak yang menunjukkan manifestasi klinik yang berat.
4
Gambar 2.2. Patofisiologi terjadinya syok pada DBD
5
Gambar 2.3. Patofisiologi perdarahan pada DBD
6
hati–hati karena fase tersebut sebagai awal kejadian syok, biasanya pada hari ketiga
dari demam.
Tanda-tanda perdarahan
Penyebab perdarahan pada pasien demam berdarah adalah vaskulopati,
trombositopenia, gangguan fungsi trombosit serta koagulasi intravaskuler yang
menyeluruh. Jenis perdarahan terbanyak adalah perdarahan bawah kulit seperti
ptekia, purpura, ekimosis dan perdarahan konjungtiva. Ptekia merupakan tanda
perdarahan yang sering ditemukan. Muncul pada hari pertama demam tetapi dapat
pula dijumpai pada hari ke 3,4,5 demam. Perdarahan lain yaitu, epitaksis,
perdarahan gusi, melena dan hematemesis.
Hepatomegali
Pada umumnya dapat ditemukan pada permulaan penyakit bervariasi dari
hanya sekedar diraba sampai 2–4 cm di bawah arcus costa kanan. Derajat
hepatomegali tidak sejajar dengan beratnya penyakit, namun nyeri tekan pada
daerah tepi hepar berhubungan dengan adanya perdarahan.
Syok
Pada kasus ringan dan sedang, semua tanda dan gejala klinis menghilang
setelah demam turun disertai keluarnya keringat, perubahan pada denyut nadi dan
tekanan darah, akral teraba dingin disertai dengan kongesti kulit. Perubahan ini
memperlihatkan gejala gangguan sirkulasi, sebagai akibat dari perembesan plasma
yang dapat bersifat ringan atau sementara. Pada kasus berat, keadaan umum pasien
mendadak menjadi buruk setelah beberapa hari demam pada saat atau beberapa
saat setelah suhu turun, antara 3–7 hari, terdapat tanda kegagalan sirkulasi, kulit
teraba dingin dan lembab terutama pada ujung jari dan kaki, sianosis di sekitar
mulut, pasien menjadi gelisah, nadi cepat, lemah kecil sampai tidak teraba.
8
- Tanda kebocoran plasma seperti: efusi pleura, asites, hipoproteinemia,
hiponatremia.
Terdapat 4 derajat spektrum klinis DBD (WHO, 1997), yaitu:
Derajat 1: Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi perdarahan
adalah uji torniquet.
Derajat 2: Seperti derajat 1, disertai perdarahan spontan di kulit dan perdarahan lain.
Derajat 3: Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan nadi
menurun (20 mmHg atau kurang) atau hipotensi, sianosis di sekitar mulut,
kulit dingin dan lembab, tampak gelisah.
Derajat 4: Syok berat, nadi tidak dapat diraba dan tekanan darah tidak terukur.
2.10 Prognosis
Kematian dapat terjadi pada 40-50 % pasien DHF dengan syok (DSS), namun
dengan perawatan intensif yang tepat angka kematian bisa ditekan hingga 1 %. Prognosis
DHF tergantung dari saat diagnosis adanya perembesan plasma ditegakkan yaitu saat
terjadi penurunan trombosit disertai peningkatan hematokrit. Fase kritis adalah saat suhu
turun yaitu antara hari ketiga sampai kelima sakit. Pemberian cairan garam isotonik
intravena sebagai pengganti kehilangan plasma dapat mengurangi derajat beratnya
penyakit.
11
BAB III
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : MRA
Tanggal Lahir / Umur : 15 Januari 2017 / 3 tahun
Jenis Kelamin : Laki - laki
Alamat : Desa Tanjung Karang, Gumay Tala
ANAMNESA
Keluhan Utama : Demam
Telaah
Pasien datang dibawa keluarga ke IGD RSUD Lahat dengan keluhan demam yang
dialami sejak kurang lebih 5 hari sebelum masuk rumah sakit. Demam dirasakan naik
turun sepanjang hari. Demam disertai batuk berdahak dan pilek sejak 3 hari ini. Ibu os juga
mengatakan os mual dan muntah 2 kali berisi makanan yang dimakan. Keluhan mimisan,
gusi berdarah, timbul bintik-bintik kemerahan dan BAB hitam disangkal. BAK biasa.
Riwayat kejang sebelumnya disangkal.
PEMERIKSAAN FISIK
TANDA VITAL
Nadi : 90 x/i TB : 90 cm
Pernafasan : 20 x/i
12
STATUS GENERALISATA
1. Kepala : Normocephali
5. Mulut : Bibir kering (-), Perdarahan gusi (-) Faring hiperemis (+)
13
10. Genitalia : Tidak ditemukan kelainan
11. Ekstremitas :
Superior : Edema (-/-), Tremor (-), Akral Hangat
Inferior : Edema (-/-),Tremor (-), Akral Hangat
RESUME MEDIS
Anamnesis :
Pasien datang dibawa keluarga ke IGD RSUD Lahat dengan keluhan demam yang dialami
sejak kurang lebih 5 hari sebelum masuk rumah sakit. Demam dirasakan naik turun
sepanjang hari. Demam disertai batuk berdahak dan pilek sejak 3 hari ini. Ibu os juga
mengatakan os mual dan muntah 2 kali berisi makanan yang dimakan. Keluhan mimisan,
gusi berdarah, timbul bintik-bintik kemerahan dan BAB hitam disangkal. BAK biasa.
Riwayat kejang sebelumnya disangkal.
Pemeriksaan Fisik :
Kesadaran/GCS : CM/15 T : 38,5ºC
Tekanan Darah : 100/60 mmHg BB : 14 Kg
Nadi : 90 x/i TB : 90 cm
Pernafasan : 20 x/i
Dijumpai : Uji bendung (+) : Muncul bintik-bintik merah di tubuh pasien (ptekie, +)
Pemeriksaan Penunjang :
1. Darah Rutin : 26 Februari 2020
27 Februari 2020
28 Februari 2020
2. Gula Darah Sewaktu : 26 Februari 2020
3. Dengue Ig G dan Ig M : 26 Februari 2020
14
Diagnosa Kerja : Demam berdarah dengue derajat I + rhinofaringitis akut
Terapi :
Nonfarmakologi :
- Banyak minum
- Kompres hangat
- Observasi tanda-tanda vital
Medikamentosa :
FOLLOW UP PASIEN
Hari/Tanggal S O A P
15
BSS: 101 mg/dl - Inj.
Ondansetrone
Ig G (+) 1,5mg / 12
jam
Ig M (-)
- Pyrexin sup
210 mg ( jika
T > 38 C
- Epexol 3x1/2
cth
- Imunos syr 1 x
1 cth
- Pyrexin sup
210 mg ( jika
T > 38 C
- Epexol 3x1/2
cth
- Imunos syr 1 x
1 cth
16
Jumat/ Demam Hari ke 6 Sens : CM - DBD grade I + - Bed Rest
28 Februari RFA
2020 Menggigil (-) TD:90/70 mmHg - IVFD RL 20
gtt/i
Mimisan (-) HR : 90 x/i
- Inj.
Gusi berdarah (-) RR : 20 x/i Ceftriaxone
700 mg / 12
Batuk (+) Pilek (-) T : 36,7ºC jam
- Pyrexin sup
210 mg ( jika T
> 38 C
- Epexol 3x1/2
cth
- Imunos syr 1 x
1 cth
17
BAB IV
PEMBAHASAN
Pasien datang dibawa keluarga ke IGD RSUD Lahat dengan keluhan demam yang
dialami sejak kurang lebih 5 hari sebelum masuk rumah sakit. Demam dirasakan naik
turun sepanjang hari. Demam disertai batuk berdahak dan pilek sejak 3 hari ini. Ibu os juga
mengatakan os mual dan muntah 2 kali berisi makanan yang dimakan. Keluhan mimisan,
gusi berdarah, timbul bintik-bintik kemerahan dan BAB hitam disangkal. BAK biasa.
Riwayat kejang sebelumnya disangkal.
Hal ini sesuai dengan teori, gambaran klinis pada demam berdarah dengue
biasanya memperlihatkan demam tinggi yang mendadak, terus – menerus berlangsung
selama 2 – 7 hari, naik turun (demam bifasik). Pasien menyangkal keluhan mimisan dan
gusi berdarah, berdasarkan dengan teori penderita demam berdarah dengue yang bisa
mengalami perdarahan spontan dikarenakan pada pasien belum terjadi plasma lackage
yang signinifikan. Dari pemeriksaan fisik pada pasien juga ditemukan uji bendung positif
yang menandakan adanya manifestasi perdarahan dibawah kulit. Pemeriksaan
laboratorium yang menunjang, pada pasien dilakukan pemeriksaan darah rutin pada
tanggal 26 Februari 2020. Dari hasil darah rutin didapatkan penurunan trombosit atau
trombositopenia, yaitu pada pasien 138.000/uL.
Pasien telah diberikan pengobatan berupa cairan kristaloid (IVFD RL) sebanyak 6-
7 cc/kgBB/jam yang merupakan terapi utama pada demam berdarah dengue derajat I
sebagai upaya mengatasi kebocoran plasma. Pasien juga diberikan terapi parasetamol supp
untuk mengatasi gejala demam. Serta terapi simtomatik untuk mengurangi keluhan pasien.
18
BAB V
KESIMPULAN
1. Demam berdarah dengue (DBD) ialah penyakit yang terdapat pada anak dan dewasa
dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi, yang biasanya memburuk pada hari
kedua.
2. Virus Dengue tergolong dalam grup Flaviviridae dengan 4 serotipe, DEN 3 merupakan
serotip yang paling banyak.
3. Vektor utama dengue di Indonesia adalah Aedes Aegypti.
4. Gejala utama demam berdarah dengue (DBD) adalah demam, pendarahan,
hepatomegali dan syok.
5. Kriteria diagnosis terdiri dari kriteria klinis dan kriteria laboratoris. Dua criteria klinis
ditambah trombositopenia dan peningkatan hematokrit cukup untuk menegakkan
diagnosis demam berdarah dengue.
6. Penatalaksanaan demam berdarah dengue bersifat simtomatik yaitu mengobati gejala
penyerta dan suportif yaitu mengganti cairan yang hilang.
7. Terapi cairan pada DBD diberikan dengan tujuan substitusi kehilangan cairan akibat
kebocoran plasma. Dalam terapi cairan, hal terpenting yang perlu diperhatikan adalah
jenis cairan, jumlah serta kecepatan, dan pemantauan baik secara klinis maupun
laboratoris untuk menilai respon kecukupan cairan.
19
DAFTAR PUSTAKA
World Health Organization. Prevention and control of dengue and dengue haemorrhagic
fever: comprihensive guidelines. New Delhi, 2001.p.5-17
World Health Organization. Dengue, dengue haemorrhagic fever and dengue shock
syndrome in the context of the integrated management of childhood illness.
Department of Child and Adolescent Health and Development.
WHO/FCH/CAH/05.13. Geneva, 2005
Departemen Kesehatan RI. Pedoman tatalaksana klinis infeksi dengue di sarana pelayanan
kesehatan, 2005.p.19-34
Suhendro, Nainggolan L, Chen K, Pohan HT. Demam berdarah dengue. Dalam: Sudoyo,
A. et.al. (editor). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Edisi 4. Jakarta:Pusat
Penerbitan IPD FKUI, 2006.p.1774-9
Rani, A. Soegondo, S. dan Nasir, AU. (ed). Panduan Pelayanan Medik Perhimpunan
Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. Jakarta:Pusat Penerbitan IPD FKUI,
2006.p.137-8
Hadinegoro SRH, et al. (editor). Tata laksana demam berdarah dengue di Indonesia.
Depkes RI dan Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan
Penyehatan Lingkungan. 2004
20