Disusun oleh:
dr. Nur Chella Annisa Nasution
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Penulisan kasus ini bertujuan untuk menambah pengetahuan pembaca dan
penulis mengenai Demam Berdarah Dengue mulai dari definisi sampai ke
penatalaksanaan.
2
1.3 Manfaat
a. Bagi penulis
Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam mempelajari,
mengidentifikasi dan mengembangkan teori yang telah disampaikan mengenai
Demam Berdarah Dengue.
b. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat dijadikan sumber referensi atau bahan perbandingan bagi
kegiatan yang ada kaitannya dengan pelayanan kesehatan khususnya yang
berkaitan dengan Demam Berdarah Dengue.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Demam dengue atau demam berdarah dengue adalah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot atau nyeri
sendi yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan diatesis
hemoragik. Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai dengan
hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan di rongga tubuh.
Sindrom Renjatan Dengue (Dengue Syok Syndrome) adalah demam berdarah dengue
yang ditandai dengan syok.1
2.2 Epidemiologi
Demam berdarah dengue tersebar di wilayah Asia Tenggara, Pasifik barat dan
Karibia. Indonesia merupakan wilayah endemis dengan sebaran di seluruh wilayah
tanah air. Indonesia tercatat sebanyak 126.675 penderita DBD di 34 Provinsi pada
tahun 2015 sebanyak 1229 orang diantaranya meninggal dunia 1
Penularan virus dengue terjadi melalui gigitan nyamuk yang termasuk
subgenus Stegomya yaitu nyamuk Aedes aegypti dan Ae. albopictus sebagai vektor
primer dan Ae. polynesiensis, Ae.scutellaris serta Ae (Finlaya) niveus sebagai vektor
sekunder,4 selain itu juga terjadi penularan transexsual dari nyamuk jantan ke
nyamuk betina melalui perkawinan4 serta penularan transovarial dari induk nyamuk
ke keturunannya.5 Ada juga penularan virus dengue melalui transfusi darah seperti
terjadi di Singapura pada tahun 2007 yang berasal dari penderita asimptomatik. 6 Dari
beberapa cara penularan virus dengue, yang paling tinggi adalah penularan melalui
gigitan nyamuk Ae. aegypti.7 Masa inkubasi ekstrinsik (di dalam tubuh nyamuk)
berlangsung sekitar 8-10 hari, sedangkan inkubasi intrinsik (dalam tubuh manusia)
berkisar antara 4-6 hari dan diikuti dengan respon imun.8
4
Beberapa faktor diketahui berikatan dengan peningkatan transmisi biakan
virus dengue yaitu :
1. Vector : perkembangbiakan vector, kebiasaan menggigit, kepadatan vector
dilingkungan, transportasi vector dari satu tempat ke tempat lain.
2. Pejamu : terdapatnya penderita dilingkungan / keluarga, mobilisasi dan
paparan terhadap nyamuk, usia, dan jenis kelamin.
3. Lingkungan : curah hujan, suhu, sanitasi, dan kepadatan penduduk. frekuensi
nyamuk menggigit manusia juga dipengaruhi keberadaan atau kepadatan
manusia; sehingga diperkirakan nyamuk Aedes aegypti di rumah yang padat
penghuninya, akan lebih tinggi frekuensi menggigitnya terhadap manusia
dibanding yang kurang padat.9
2.3 Etiologi
Demam dengue dan demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue,
yang termasuk dalam genus Flavivirus, family Flaviviridae. Flavivirus merupakan
virus dengan diameter 30mm terdiri dari asam ribonukleat rantai tunggal dengan berat
molekul 4x106.1
Terdapat 4 serotipe virus yaitiu DEN-1. DEN-2, DEN-3 dan DEN-4 yang
semuanya dapat menyebabkan demam dengue atau demam berdarah dengue.
Keempat serotype ditemukan di Indonesia dengan DEN-3 merupakan serotype
terbanyak. Terdapat reaksi silang antara serotipe dengue dengan Flavivirus lain
seperti yellow fever, Japanese encephalitis dan west nile virus.1
2.4 Patogenesis
Patogenesis terjadinya demam berdarah dengue hingga saat ini masih
diperdebatkan. Berdasarkan data yang ada, terdapat bukti yang kuat bahwa
mekanisme imunopatologis berperan dalam terjadinya demam berdarah dengue
dan sindrom renjatan dengue. 1
5
Gambar 1. Patogenesis Demam Berdarah Dengue
Respon imun yang diketahui berperan dalam patogenesis DBD adalah : a).
respons humoral berupa pembentukkan antibodi yang berperan dalam proses
netralisasi virus, sitolisis yang dimediasi komplemen dan sitotoksisitas yang
dimediasi antibodi. Antibodi terhadap virus dengue berperan dalam mempercepat
replikasi virus pada monosit atau makrofag. Hipotesis ini disebut antibody
dependent enhancement (ADE); b). limfosit T baik T-helper (CD4) dan T-
sitotoksik (CD8) berperan dalam respon imun seluler terhadap virus dengue.
Diferensiasi T helper yaitu TH1 akan memproduksi interferon gamma, IL-2 dan
limfokin, sedangkan TH2 memproduksi IL-4, IL-5, IL-6 dan IL-10; c). monosit
dan makrofag berperan dalam fagositosis virus dengan opsonisasi antibodi.
Namun proses fagositosis ini menyebabkan peningkatan replikasi virus dan
sekresi sitokin oleh makrofag; d). selain itu aktivasi komplemen oleh kompleks
imun menyebabkan terbentuknya C3a dan C5a. 1
Halstead pada tahun 1973 mengajukan hipotesis secondary heterologous
infection yang menyatakan bahwa DHF terjadi bila seseorang terinfeksi ulang
6
virus dengue dengan tipe yang berbeda. Re-infeksi menyebabkan reaksi amnestik
antibodi sehingga mengakibatkan konsentrasi kompleks imun yang tinggi.
Kurane dan Ennis pada tahun 1994 merangkum pendapat Halstead dan
peneliti lain; menyatakan bahwa infeksi virus dengue menyebabkan aktivasi
makrofag yang memfagositosis kompleks virus-antibodi non netralisasi sehingga
virus bereplikasi di makrofag. Terjadinya infeksi makrofag oleh virus dengue
menyebabkan aktivasi T-helper dan T-sitotoksik sehingga diproduksi limfokin
dan interferon gamma. Interferon gamma akan mengaktivasi monosit sehingga
disekresi berbagai mediator inflamasi seperti TNF-alfa, IL-1, PAF (platelet
activating factor), IL-6 dan histamin yang mengakibatkan terjadinya disfungsi sel
endotel dan terjadi kebocoran plasma. Peningkatan C3a dan C5a terjadi melalui
aktivasi oleh kompleks virus-antibodi yang juga mengakibatkan terjadinya
kebocoran plasma. 1
Trombositopenia pada infeksi dengue terjadi melalu mekanisme : 1).
supresi sumsum tulang, dan 2). destruksi dan pemendekkan masa hidup
trombosit. Gambaran sumsum tulang pada fase awal infeksi (< 5 hari)
menunjukkan keadaan hiposelular dan supresi megakariosit. Setelah keadaan
nadir (titik terendah) tercapai akan terjadi peningkatan proses hematopoiesis
termasuk megakariopoiesis. Kadar trombopoietin dalam darah pada saat terjadi
trombositopenia justru menunjukkan kenaikan, hal ini menunjukkan terjadinya
stimulasi trombopoiesis sebagai mekanisme kompensasi terhadap keadaan
trombositopenia. Destruksi trombosit terjadi melalui pengikatan fragmen C3g,
terdapatnya antibodi VD, konsumsi trombosit selama proses koagulopati dan
sekuestrasi di perifer. Gangguan fungsi trombosit terjadi melalu mekanisme
gangguan pelepasan ADP, peningkatan kadar b-tromboglobulun dan PF4 yang
merupakan penanda degrabulasi trombosit. 1
Koagulopati terjadi sebagai akibat interaksi virus dengan endotel yang
menyebabkan disfungsi endotel. Berbagai penelitian menunjukkan terjadinya
koagulopati konsumtif pada demam berdarah dengue stadium III dan IV. Aktivasi
koagulasi pada demam berdarah terjadi melalui aktivasi jalur ekstrinsik (tissue
7
factor pathway). Jalur intrinsik juga berperan melalui aktivasi faktor XIa namun
tidak melalui aktivasi kontak (kalikrein C1-inhibitor complex). 1
Pada umumnya pasien mengalami fase demam selama 2-7 hari yang diikuti
oleh fase kritis selama 2-3 hari. Pada saat fase ini pasien sudah tidak demam, akan
tetapi mempunyai resiko untuk terjadinya renjatan jika tidak mendapatkan
pengobatan adekuat.
Berdasarkan kriteria WHO diagnosis DBD ditegakkan bila Demam + ≥ 2
menifestasi klinis + trombositopenia dan hemokonsentrasi/peningkatan hematokrit
:
Fase demam 2-7 hari diikuti fase kritis 2-3 hari (tidak demam) demam
bifasik
Terdapat minimal satu dari manifestasi perdarahan berikut :
- Uji tourniquet positif,
8
- Ptekie, ekimosis, purpura
- Perdarahan mukosa (tersering epistaksis atau perdarahan gusi) atau
perdarahan ditempat lain.
- Hematemesis dan melena
Hepatomegaly
Syok, manifestasinya takikardi, nadi lemah, tekanan nadi(≤20 mmHg) atau
hipotensi dengan kulit dingin, lembab dan pasien menjadi gelisah
Trombositopenia (<100.000)
Terdapat minimal satu tanda-tanda kebocoran plasma sebagai berikut :
- Peningkatan hematocrit > 20% dari normal sesuai dengan umur dan jenis
kelamin
- Penurunan hematocrit >20% setelah mendapatkan terapi cairan,
dibandingkan dengan nilai hematocrit sebelumnya
- Tanda kebocoran plasma seperti : efusi pleura, asites, atau
hipoproteinemia
Dari keterangan diatas terlihat bahwa perbedaan utama antara DD dan
DBD adalah ditemukan kebocoran plasma pada DBD.1
Masa inkubasi dalam tubuh manusia sekitar 4-6 hari (rentang 3-14
hari), timbul gejala prodromal yang tidak khas seperti : nyeri kepala, nyeri
tulang belakang dan perasaan lelah.
Manifestasi klinis DBD terdiri atas 3 fase yaitu fase demam, fase kritis,
dan fase konvalenses. Setiap fase perlu pemantauan yang cermat, karena setiap
fase mempunyai resiko yang dapat memperberat keadaan sakit.1
a. Fase Demam
Pada fase demam, penderita akan mengalami demam tinggi secara
mendadak selama 2-7 hari yang sering dijumpai dengan wajah kemerahan,
tubuh, fotofobia dan sakit kepala serta gejala umum seperti anoreksia, mual
9
dan muntah. Tanda bahaya (warning sign) penyakit dengue meliputi nyeri
b. Fase Kritis
Pada waktu transisi yaitu dari fase demam menjadi tidak demam,
pasien yang tidak diikuti dengan peningkatan pemeabilitas kapiler tidak akan
berlanjut menjadi fase kritis. Ketika terjadi penurunan demam tinggi, pasien
dengan peningkatan permeabilitas mungkin menunjukan tanda bahaya yaitu
yang terbanyak adalah kebocoran plasma. Pada fase kritis terjadi penurunan
suhu menjadi 37.5-38°C atau kurang pada hari ke 3-8 dari penyakit.
Progresivitas leukopenia yang diikuti oleh penurunan jumlah platelet
mendahului kebocoran plasma. Peningkatan hematokrit merupakan tanda
awal terjadinya perubahan pada tekanan darah dan denyut nadi. Terapi cairan
digunakan untuk mengatasi plasma leakage. Efusi pleura dan asites secara
klinis dapat dideteksi setelah terapi cairan intravena.
c. Fase Konvelenses
Setelah pasien bertahan selama 24-48 jam fase kritis, reabsorbsi
kompartemen ekstravaskuler bertahap terjadi selama 48-72 jam. Fase ini
ditandai dengan keadaan umum membaik, nafsu makan kembali normal,
gejala gastrointestinal membaik dan status hemodinamik stabil.
10
Gambar 3. Perjalanan demam pada pasien demam berdarah dengue
11
DD/DBD Drajat Gejala Laboratorium Keterangan
12
yang lebih rumit, saat ini tes serologis yang mendeteksi adanya antibody spesifik
terhadap dengue berupa antibody total, IgM maupun IgG lebih banyak.
a. Parameter laboratorium yang dapat diperiksa antara lain :
Leukosit : dapt normal atau menurun. Mulai dari hari ke 3 dapat ditemui
limfositosis relative (>45% dari total leukosit) disertai adanya Limfosit
Plasma Biru (LPB) > 15 dari jumlah total leukosit yang pada fase syok akan
meningkat.
Trombosit : umumnya terdapat trombositopenia pada hari ke 3 sampai ke 8
Hematocrit : kebocoran plasma dibuktikan dengan adanya peningkatan
hematocrit >20% mulai dari hematocrit awal. Umumnya dimulai dari hari ke
3 demam.
Hemostasis : dilakukan pemeriksaan PT, APTT, Fibrinogen, FDP pada
keadaan yang dicurigai terjadi perdarahan atau kelainan pembekuan darah
Protein/albumin : dapat terjadi hipoproteinemia akibat kebocoran plasma
Ureum, kreatinin : bila didapatkan gangguan fungsi ginjal
Elektrolit : sebagai parameter pemberian cairan
Golongan darah dan cross match : bila diperlukan tranfusi darah
Imunoserologi dilakukan pemeriksaan IgG dan IgM terhadap dengue
IgM terdeteksi mulai hari ke 3-5 meningkat sampai minggu ke 3 menghilang
setelah 60-90 hari.
IgG pada infeksi primer, IgG mulai terdeteksi pada hari ke 14, pada infeksi
sekunder IgG mulai terdeteksi pada hari ke 2
NS 1 : Antigen NS 1 dapat dideteksi pada awal demam hari pertama sampai
hari kedelapan. Sensitivitas antigen NS1 berkisar 63%-93,4 dengan
spesifisitas 100% sama tingginya dengan spesifisitas gold standar kultur virus.
Hasil negative antigen NS1 tidak menyingkirkan adanya infeksi virus dengue.
b. Pemeriksaan Rumple Leed test
Uji tourniquet bertujuan untuk mengetahui fragilitas pembuluh darah
kapiler. Uji dilakukan dengan mengukur tekanan darah menggunakan manset
13
yang sesuai dengan ukuran pasien. Tentukan tekanan sitolik dan diastolik
sesuai dengan cara pengukuran tekanan darah yang benar. Setelah itu naikkan
kembali tekanan setinggi rerata tekanan sistolik dan diastolic (tekanan sistolik
+ tekanan diastolik/2) dan pertahankan selama 5 menit. Turunkan tekanan dan
tunggu selama 1 menit untuk membaca hasil pemeriksaan. Uji tourniquet
dinyatakan postif jika terdapat >10 petekie dalam area 2,5 cm baik berbentuk
persegi maupun lingkaran. Uji ini memiliki sensivitas dan spesifitas yang
makin meningkat jika dilakukan setiap hari terutama pada infeksi virus
dengue.
c. Pemeriksaan Radiologis
Pada foto thorax bisa didapatkan efusi pleura, terutama pada
hemithoraks kanan tetapi apabila terjadi pembesaran plasma hebat, efusi pleura
dapat dijumpai pada kedua hemithoraks. Pemeriksaan foto rontgen dada
sebaiknya dalam posisi leteral decubitus kanan. Asites dan efusi pleura dapat
pula dideteksi dengan pemeriksaan USG.
2.8 Penatalaksanaan
Tidak ada terapi yang spesifik untuk demam berdarah dengue, prinsip
utama adalah terapi suportif. Dengan terapi suportif yang adekuat, angka
kematian dapat diturunkan hingga kurang dari 1%. Pemeliharaan volume cairan
sirkulasi merupakan tindakan yang paling penting dalam penanganan kasus DBD.
Asupan cairan pasien harus tetap dijaga, terutama cairan oral. Jika asupan cairan
oral pasien tidak mampu dipertahankan, maka dibutuhkan suplemen cairan
melalui intravena untuk mencegah dehidrasi dan hemokonsentrasi secara
bermakna.1
Penatalaksanaan DBD pada pasien anak tanpa syok:
14
Berikan parasetamol bila demam. Jangan berikan asetosal atau ibuprofen
karena obat-obatan ini dapat merangsang terjadinya perdarahan.
Berikan infus sesuai dengan dehidrasi
Berikan hanya larutan isotonik seperti Ringer laktat/asetat
Kebutuhan cairan parenteral
Berat badan < 15 kg : 7 ml/kgBB/jam
Berat badan 15-40 kg : 5 ml/kgBB/jam
Berat badan > 40 kg : 3 ml/kgBB/jam
Pantau tanda vital dan diuresis setiap jam, serta periksa laboratorium
(hematokrit, trombosit, leukosit dan hemoglobin) tiap 6 jam
Apabila terjadi penurunan hematokrit dan klinis membaik, turunkan jumlah
cairan secara bertahap sampai keadaan stabil. Cairan intravena biasanya hanya
memerlukan waktu 24–48 jam sejak kebocoran pembuluh kapiler spontan
setelah pemberian cairan.
Apabila terjadi perburukan klinis berikan tatalaksana sesuai dengan tata
laksana syok terkompensasi (compensated shock).
Tatalaksana Demam Berdarah Dengue dengan Syok
Perlakukan hal ini sebagai gawat darurat. Berikan oksigen 2-4 L/menit secara
nasal.
Berikan 20 ml/kg larutan kristaloid seperti Ringer laktat/NaCl secepatnya.
Jika tidak menunjukkan perbaikan klinis, ulangi pemberian kristaloid 20
ml/kgBB secepatnya (maksimal 30 menit) atau pertimbangkan pemberian
koloid 10-20ml/kgBB/jam maksimal 30 ml/kgBB/24 jam. Observasi keadaan
umum, tekanan darah, keadaan nadi tiap 15 menit, dan periksa hematocrit tiap
4 – 6 jam. Koreksi asidosis, elektrolit dan gula darah.
Apabila syok belum teratasi sedangkan kadar HT menurun tetapi masih >40
vol%, berikan darah dalam volume kecil 10 ml/kgBB. Apabila terdapat
pendarahan masif, berikan darah segar 20 ml /kgBB dan lanjutkan cairan
kristaloid 10 ml / kgBB/ jam. Pemasangan CVP (dipertahankan 5-8 cm H 20)
15
pada syok berat kadang-kadang diperlukan, sedangkan pemasangan sonde
lambung tidak dianjurkan.
Jika syok telah teratasi disertai penurunan kadar Hb atau Ht, tekanan nadi >20
mmHg, nadi kuat, maka tetesan cairan dikurangi menjadi 10 ml/kgBB/jam.
Volume 10 ml/kgBB/jam dapat dipertahankan sampai 24 jam / sampai klinis
stabil dan Ht menurun , 40%. Selanjutnya cairan diturunkan menjadi 7 ml /
kgBB sampai keadaan klinis dan Ht stabil, kemudian secara bertahap cairan
diturunkan 5 ml dan seterusnya 3 ml/kgBB/jam. Dianjurkan pemberian cairan
tidak melebihi 48 jam setelah syok teratasi. Observasi klinis, tekanan darah,
nadi, jumlah urin, dikerjakan tiap jam (usahakan urin ≥ 1 ml/kgBB/jam, BD
urin <1,020) dan pemeriksaan Ht dan trombosit tiap 4-6 jam sampai keadaan
umum baik.
16
17
18
19
20
BAB III
LAPORAN KASUS
STATUS PASIEN
1. Identitas Pasien
Nama : An. IGL
Umur : 28 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Hindu
Anamnesa
Keluhan Utama :
Demam sejak 4 hari SMRS
21
Riwayat Penyakit Dahulu dan Alergi :
Os tidak pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya
Tidak ada riwayat alergi obat ataupun makanan
Riwayat Pengobatan :
Paracetamol 3x500mg
Riwayat Sosial :
Pemeriksaan Fisik
Umum
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan darah : 122/70 mmHg
Nadi : 80x/menit
Pernapasan : 20x/menit
Suhu : 38,90C
Saturasi O2 : 99%
Berat Badan : 90 Kg
Tinggi :170 Cm
Status Generalisata
22
Telinga : Normotia (+/+), nyeri tekan (-/-), serumen (-/-)
Hidung : Septum deviasi (-), nafas cuping hidung (-),
mimisan (-)
Mulut : Bentuk normal, bibir kering (-), gusi berdarah
(-) sianosis (-), dinding faring hiperemis (-), tonsil TI-T2 tidak
hiperemis
Leher : Pembesaran KGB (-)
Thoraks
Paru-paru
23
Ekstremitas : Hangat, edema (-),sianosis (-), CRT <2
detik, nyeri persendian (+), ptekie (-)
Laboratorium :
Pemeriksaan Nilai Normal
Hb : 13.9 gr/dl 12-14
HT : 47.9% 37-43%
Leukosit : 3.900 mm3 4000-10000
Trombosit : 90.000 mm3 150.000-450.000
Diagnosa kerja :
Demam Berdarah Dengue Grade 1
Diagnosis banding
Demam Dengue, Chikungunya
Anjuran
Cek trombosit/hari
Tatalaksana di IGD
Medikamentosa :
• MRS
• IVFD loading cairan 500cc
• Maintanance IVFD RL 20tpm/mnt
• Paracetamol 3x500mg
• Antasida 3x1 ac
Nonmedikamentosa :
o Cek DL/hari
24
Prognosis :
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad fungtionam : ad bonam
Quo ad sanationam : ad bonam
Follow Up
Perawatan Subject Object Assasment Planning
Hari ke
25
mm3
Ketiga (hari Demam (-) TD : 110/80 DHF Grade P/ IVFD RL 40-30 tpm
ke-6) pendarahan (-) HR: 75x/mnt 1 Injeksi Ondansentron
Mual Muntah RR : 20x/mnt 3x4 mg IV
(-), nyeri ulu Suhu : 37.5 c Injeksi Ranitidine 2x1
hati (-) Hb:12.8 gr/dl ampul IV
Ht : 45.5% Vitamin B Complex 2x1
Leukosit : Tab/PO
7.600rb/mm 3
Antasida sirup 3xc1
Trombosit: Cek darah rutin
126.000
rb/uL
26
BAB IV
PEMBAHASAN
Teori Kasus
S o Demam Demam sejak 4 hari yang lalu
o Bersifat bifasik Naik turun
o Cephalgia Nyeri kepala
27
o Perdarahan mukosa rb/uL, normalnya 150-450
o Peningkatan hematokrit rb/uL
o Trombositopenia Leukositnya turun 3900
28
BAB V
KESIMPULAN
29
DAFTAR PUSTAKA
6. Tambyah PA, Koay ESC, Poon MLM, Lin RVTP, Ong BKC. Dengue
Hemorrhagic Fever Transmitted by Blood Transfusion. The England Journal
of Medicine. 2008; Vol. 359: p. 1526-7.
30
11. Hadinegoro, Sri Rezeki. 2014. Pedoman Diagnosis dan Tatalaksana Infeksi
Virus Dengue pada Anak. Ikatan Dokter Indonesia : Jakarta
31