Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

Dengue fever atau demam dengue merupakan suatu penyakit demam akut yang terjadi
selama dua sampai tujuh hari dengan dua atau lebih manifestasi berikut: nyeri kepala, nyeri
retro orbital, myalgia, atralgia, ruam kulit, manifestasi perdarahan, lekopenia,
trombositopenia, dan peningkatan hematokrit.1-3
Dengue haemorrhagic fever atau demam berdarah dengue merupakan kasus demam
dengue dengan kecenderungan perdarahan dan manifestasi kebocoran plasma. Dengue fever
dan dengue haemorrhagic fever disebabkan oleh virus Dengue Family Flaviviride, dengan
genusnya adalah Flavivirus. Virus mempunyai empat serotype yang dikenal dengan DEN-1,
DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Selama ini secara klinik mempunyai tingkatan manifestasi yang
berbeda-beda tergantung dari sterotipe virus dengue. Mordibitas penyakit demam berdarah
dengue menyebar di negara-negara tropis dan sub tropis.2
Demam berdarah dengue merupakan salah satu infeksi yang diderita 2,5 juta
masyarakat di dunia dan menjadi salah satu masalah kesehatan yang belum terselesaikan.
Setiap tahun diperkirakan terjadi infeksi pada 50 sampai 100 juta orang di dunia dengan
angka rawat di rumah sakit sebanyak 500.000 kasus dengan spektrum klinis ringan sampai
berat.4,5 Tingkat insiden penyakit demam berdarah dengue di Indonesia merupakan yang
tertinggi di negara-negara Asia Tenggara. Sepanjang tahun 2013, Kementrian Kesehatan
mencatat terdapat 103.649 penderita dengan angka kematian mencapai 754 orang.6
Dengue shock syndrome atau sindrom syok dengue adalah kasus deman berdarah
dengue disertai dengan manifestasi kegagalan sirkulasi. Sindrom Syok Dengue merupakan
kegawatan klinis yang perlu diterapi dengan cepat dan adekuat. Sekitar 30 - 50% penderita
demam berdarah dengue akan mengalami renjatan dan berakhir dengan suatu kematian
terutama bila tidak ditangani secara dini. Angka kematian pasien demam berdarah dengue
akan meninggi bila renjatan tidak dapat ditanggulangi. Dasar penanganan renjatan demam
berdarah dengue adalah volume replacement atau penggantian cairan intravascular yang
hilang, sebagai akibat dari kerusakan dinding kapiler yang menimbulkan peninggian
permeabilitas sehingga mengakibatkan plasma leakage.2
Kematian dijumpai pada waktu ada pendarahan yang berat, syok yang tidak teratasi,
efusi pleura dan asites yang berat dan kejang. Tidak ada vaksin yang tersedia secara
komersial untuk flavivirus demam berdarah. Oleh karena itu, pencegahan utama demam

1
berdarah terletak pada menghapuskan atau mengurangi vector nyamuk demam berdarah.
Sealin itu juga, tidak ada obat atau medikamentosa untuk mengobati demam berdarah
dengue, terapi yang diberikan hanya bersifat suportif dan mencegah perburukan penyakit.
Penyakit akan sembuh sesuai perjalanan alamiah penyakit.2,4 Berikut ini akan dibahas sebuah
kasus pasien dengan dengue shock syndrome.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Sindrom syok dengue adalah keadaan klinis yang memenuhi kriteria demam berdarah
dengue disertai dengan gejala dan tanda kegagalan sirkulasi atau syok. Sindrom syok dengue
adalah kelanjutan dari demam berdarah dengue dan merupakan stadium akhir perjalanan
penyakit infeksi virus dengue, derajat paling berat, yang berakibat fatal. Pada keadaan yang
parah bisa terjadi kegagalan sirkulasi darah dan pasien jatuh dalam syok hipovolemik akibat
kebocoran plasma.1-3

2.2 Etiologi
Demam Dengue dan Demam Berdarah Dengue disebabkan oleh virus dengue, yang
termasuk genus Flavivirus, keluarga Flaviviridae. Virus mempunyai empat serotipe yang
dikenal dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4; dengan serotipe DEN-3 yang dominan
di Indonesia dan paling banyak berkaitan dengan kasus berat. Terdapat reaksi silang antara
serotipe Dengue dengan Flavivirus lainnya. Infeksi oleh salah satu serotipe Dengue akan
memberikan imunitas seumur hidup, namun tidak ada imunitas silang dengan jenis serotipe
lain.2,3,7

2.3 Epidemiologi
Demam berdarah dengue merupakan salah satu infeksi yang diderita 2,5 juta
masyarakat di dunia dan menjadi salah satu masalah kesehatan yang belum terselesaikan.
Setiap tahun diperkirakan terjadi infeksi pada 50 sampai 100 juta orang di dunia dengan
angka rawat di rumah sakit sebanyak 500.000 kasus dengan spektrum klinis ringan sampai
berat.4,5 Tingkat insiden penyekit demam berdarah dengue di Indonesia merupakan yang
tertinggi di negara-negara Asia Tenggara. Sepanjang tahun 2013, Kementrian Kesehatan
mencatat terdapat 103.649 penderita dengan angka kematian mencapai 754 orang.6

2.4 Penularan
Penyakit DBD ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus
yang sebelumnya sudah menggigit orang yang terinfeksi dengue. Kedua jenis nyamuk ini
terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia, terutama di tempat-tempat dengan ketinggian

3
kurang dari 1000 meter di atas permukaan air laut. Populasi nyamuk ini akan meningkat pesat
saat musim hujan, tetapi nyamuk Aedes aegypti juga dapat hidup dan berkembang biak pada
tempat penampungan air sepanjang tahun. Satu gigitan nyamuk yang telah terinfeksi sudah
mampu untuk menimbulkan penyakit dengue pada orang yang sehat.
Setelah seseorang digigit oleh nyamuk yang terinfeksi Dengue, virus akan mengalami
masa inkubasi selama 3-14 hari (rata-rata 4-7 hari). Setelah itu, pasien akan mengalami gejala
demam akut disertai berbagai gejala dan tanda nonspesifik. Selama masa demam akut yang
dapat berlangsung 2-7 hari, virus Dengue dapat bersirkulasi di peredaran darah perifer. Jika
nyamuk A. aegypti lain menggigit pasien pada masa viremia ini, nyamuk tersebut akan
terinfeksi dan dapat mentransmisikan virus pada orang lain, setelah masa inkubasi ekstrinsik
selama 8-12 hari.2

2.5 Patogenesis
Patogenesis terjadinya demam berdarah dengue hingga saat ini masih diperdebatkan.
Berdasarkan data yang ada, terdapat bukti yang kuat bahwa mekanisme imunopatologis
berperan dalam terjadinya demam berdarah dengue dan sindrom syok dengue.
Respon imun yang diketahui berperan dalam pathogenesis DBD adalah :
- Respon humoral berupa pembentukan antibody yang berparan dalam proses
netralisasi virus, sitolisis yang dimeasi ko mplemen dan sitotoksisitas yang
dimediasi antibody. Antibodi terhadap virus dengue berperan dalam mempercepat
replikasi virus pad monosit atau makrofag. Hipotesis ini disebut antibody
dependent enhancement (ADE)
- Limfosit T, baik T-helper (CD4) dan T sitotoksik (CD8) berepran dalam respon
imun seluler terhadap virus dengue. Diferensiasi T helper yaitu TH1 akan
memproduksi interferon gamma, IL-2 dan limfokin, sedangkan TH2 memproduksi
IL-4, IL-5, IL-6 dan IL-10
- Monosit dan makrolag berperan dalam fagositosis virus dengan opsonisasi
antibodi. Namun proses fagositosis ini menyebabkan peningkatan replikasi virus
dan sekresi sitokin oleh makrofag
- Selain itu aktivitasi komplemen oleh kompleks imun menyebabkan terbentuknya
C3a dan C5a.

4
Halstead pada tahun 1973 mengajukan hipotesis secondary heterologous infection
yang menyatakan bahwa demam berdarah dengue terjadi bila seseorang terinfeksi ulang virus
dengue dengan tipe yang berbeda. Re-infeksi menyebabkan reaksi anamnestik antibodi
sehingga mengakibatkan konsentrasi kompleks imun yang tinggi.
Kurane dan Ennis pada tahun 1994 merangkum pendapat Halstead dan peneliti lain
menyatakan bahwa infeksi virus dengue menyebabkan aktivasi makrofag yang mefagositosis
kompleks virus-antibodi non netralisasi sehingga virus bereplikasi di makrofag. Terjadinya
infeksi makrofag oleh virus dengue menyebabkan aktivasi T helper dan T sitotoksik sehingga
diprosuksi limfokin dan interferon gamma. Interferon gamma akan mengaktivasi monosit
sehingga disekresi berbagai mediator inflamasi seperti TNF-α, IL-1, PAF (platelet activating
factor), IL-6 dan histamine yang mengakibatkan terjadinya disfungsi sel endotel dan terjadi
kebocoran plasma. Peningkatan C3a dan C5a terjadi melalui aktivasi oleh kompleks virus-
antibodi yang juga mengakibatkan terjadinya kebocoran plasma.
Trombositopenia pada infeksi dengue terjadi melalui mekanisme :
- Supresi sumsum tulang, dan
- Destruksi dan pemendekan masa hidup trombosit.
Gambaran sumsum tulang pada fase awal infeksi (<5 hari) menunjukkan keadaan
hiposeluler dan supresi megakariosit. Setelah keadaan nadir tercapai akan terjadi peningkatan
proses hematopoiesis termasuk megakariopoiesis. Kadar tromobopoietin dalam darah pada
saat terjadi trombositopenia justru menunjukkan kenaikan, hal ini menunjukkan terjadinya
stimulasi tromobositopenia. Destruksi trombosit terjadi melalui pengikatan fragmen C3g,
terdapatnya antibodi VD, konsumsi trombosit selama proses koagulopati dan sekuestrasi di
perifer. Gangguan fungsi trombosit terjadi melalui mekanisme gangguan pelepasan ADP,
peningkatan kadar b-tromoboglobulin dan PF4 yang merupakan petanda degranulasi
tromobosit.
Koagulopati terjadi sebagai akibat interaksi virus dengan endotel yang menyebabkan
disfungsi endotel. Berbagai penelitian menunjukkan terjadinya koagulopati konsumtif pada
demam berdarah dengue stadium III dan IV. Aktivasi koagulasi pada demam berdarah
dengue terjadi melalui akt ivasi jalur ekstrinsik (tissue factor pathway). Jalur intrinsik juga
berperan melalui akt ivasi factor Xia namun tidak melalui aktivasi kontak (kalikrein C1-
inhibitor complex).2,7

5
2.6 Diagnosis
Demam dengue berdasarkan kriteria WHO tahun 2011 merupakan penyakit demam
akut selama 2-7 hari, ditandai dengan dua atau lebih manifestasi klinis sebagai berikut :
- Nyeri kepala
- Nyeri retro-oebital
- Mialgia
- Artralgia
- Ruam pada kulit
- Manifestasi perdarahan
- Leukopenia (≤ 5.000 sel/mm3)
- Trombositopenia (< 150.000 sel/mm3)
- Peningkatan hematokrit (5-10%)
- dan pemeriksaan serologi dengue positif, atau ditemukan pasien demam dengue
yang sudah dikonfirmasi pada lokasi dan waktu yang sama.

Diagnosis demam berdarah dengue ditegakkan bila semua hal ini di bawah ini
dipenuhi :
- Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari
- Manifestasi perdarahan berikut : uji bendung positif, petekie, ekimosis, atau
purpura, perdarahan dari mukosa, saluran cerna, tempat suntikan dan dari tempat
lain
- Trombositopenia (jumlah trombosit <100.000/ul).
- Terdapat minimal satu tanda-tanda plasma leakage (kebocoran plasma) sebagai
berikut : peningkatan hematokrit >20% dibandingkan standar sesuai dengan umur
dan jenis kelamin atau bila dibandingkan dengan nilai hematokrit sebelumnya,
serta tanda kebocoran plasma seperti : efusi pleura, asites atau hipoproteinemia.

Sindrom syok dengue didiagnosis apabila memenuhi seluruh kriteria di atas untuk
demam berdarah dengue disertai kegagalan sirkulasi dengan manifestasi :
- Takikardia, ekstremitas dingin, waktu pengisian kapiler lambat, nadi lemah,
letargi atau gelisah
- Tekanan nadi ≤ 20 mmHg) dengan peningkatan tekanan diastolik

6
- Hipotensi sesuai usia, dimana tekanan sistolik < 80 mmHg untuk umur < 5 tahun
atau 80-90 mmHg untuk anak yang lebih besar dan dewasa1-3

2.7 Tatalaksana
A. Non Farmakologis
- Istirahat, makanan lunak,tingkatkan asupan cairan oral
- Pantau tanda-tanda syok, terutama pada transisi fasefebris (hari 4-6) - Klinis :
tingkat kesdaran nadi dan tekanan darah - Laboratorium: Hb Ht Trombosit
Leukosit
B. Farmakologi
- Simptomatik : pemberian antipiretik bila demam
- Tatalaksana sesuai protokol demam berdarah dengue

Protokol 1. Penanganan tersangka demam berdarah dengue dewasa tanpa syok


Potokol 1 ini digunakan sebagai petunjuk dalam memberikan pertolongan pertama
pada penderita demam berdarah dengue atau yang diguga demam berdarah dengue di
Instalasi Gawat Darurat dan juga dipakai sebagai petunjuk dalam memutuskan indikasi rawat.
Seseorang yang tersangka menderita demam berdarah dengue di ruang Gawat Darurat
dilakukan pemeriksaan Hemoglobin (Hb), hematoktrit dan trombosit apabila didapatkan :
- Hb, Ht dan trombosit normal atau trombosit antara 100.000 – 150.000, pasien
dapat dipulangkan dengan anjuran kontrol atau berobat jalan ke Poliklinik dalam
waktu 24 jam berikutnya (dilakukan pemeriksaan Hb, Ht, Leukosit dan trombosit
tiap 24 jam) atau bila keaadaan penderita memburuk segera kembali ke Instansi
Gawat Darurat)
- Hb, Ht normal tetapi trombosit <100.000 dianjurkan untuk dirawat.
- Hb, Ht meningkat dan trombosit normal atau turun juga dianjurkan untuk
dirawat.2,3,8

Protokol 2. Pemberian cairan pada tersangka demam berdarah dengue dewasa di


ruang rawat
Pasien yang tersangka DBD tanpa perdarahan spontan dan masif dan tampak syok
maka di ruang rawat diberikan cairan infus kristaloid dengan jumlah seperti rumus volume
cairan kristaloid per hari yang diperlukan yaitu 1500 + 20 x (BB dalam kg – 20).

7
Setelah pemberian cairan dilakukan pemeriksaan HB, Ht tiap 24 jam :
- Bila Hb, HT meningkat 10 – 20% dan trombosit <100.000 jumlah pemberian
cairan tetap seperti rumus diatas tetapi pemantauan Hb, Ht dan trombosit
dilakukan tian 12 jam.
- Bila Hb, Ht meningkat >20% dan trombosit <100.000 maka pemberian cairan
sesuai dengan protokol penatalaksanaan demam berdarah dengue dangan
peningkatan Ht > 20 %.2,3

Protokol 3. Penatalaksanaan demam berdarah dengue dengan Peningkatan Ht >20%


Meningkatnya Ht > 20 % menunjukkan bahwa tubuh mengalami defisit sebanyak 5%.
Pada keadaan ini terapi awal pemberian cairan adalah dengan memberikan infus cairan
kristaloid sebnayal 6-7 ml/kgBB/jam. Pasien kemudian dipantau setelah 3-4 jam pemberian
cairan. Bila terjadi perbaikan yang ditandai dengan tanda-tanda Ht turun, frekuensi nadi
turun, tekanan darah stabil, produksi urin meningkat maka jumlah cairan harus dikurangi
menjadi 5 ml/kgBB/jam. 2 jam kemudian dilakukan pemantauan keadaan tetap membaik
maka pemberian cairan dapat dihentikan 24-48 jam kemudian.
Apabila setelah pemberian terapi cairan awal 6 – 7 ml/ kgBB/ jam tadi keadaan tetap
tidak membaik, yang ditandai dengan Ht dan nadi meningkat, tekanan nadi menurun <20
mmHg, produksi urin menurun, maka kita harus menaikkan jumlah cairan infus menjadi 10
ml/kgBB/jam. 2 jam kemudian dilakukan pemantauan kembali dan bila keadaan
menunjukkan perbaikan maka jumlah cairan dikurangi menjadi 5 ml/kgBB/jam tetapi bila
keaadaan tidak menunjukkan perbaikan maka jumlah cairan infus dinaikkan menjadi
15ml/kgBB/jam dan bila dalam perkembangannya kondisi menjadi memburuk dan
didapatkan tanda-tanda syok maka pasien ditangani sesuai dengan protokol tatalaksana
sindrom syok dengue pada dewasa. Bila syok telah teratasi maka pemberian cairan dimulai
lagi seperti terapi cairan awal. 2,3,8

Protokol 4. Penatalaksanaan Perdarahan spontan pada demam berdarah dengue


deawasa
Perdarahan spontan dan masif pada penderita demam berdarah dengue dewasa adalah:
perdarahan hidung/epistaksis yang tidak terkendali walaupun telah diberikan tampon hidung,
perdarahan saluran cerna (hematemesis dan melena atau hematoskesia), perdarahan saluran
kencing (hematuria), perdarahan otak atau perdarahan tersembunyi dengan jumlah
perdarahan sebanyak 4-5 cc/kgBB/jam. Pada keadaan ini jumlah dan kecepatan pemberian

8
cairan tetap seperti keadaan demam berdarah dengue tanpa syok lainnya. Pemeriksaan
tekanan darah, nadi, pernafasan dan jumlah urin dilakukan sesering mungkin dengan
kewaspadaan Hb, Ht dan trombosit serta hemostase harus segera dilakukan dan pemeriksaan
Hb, Ht dan trombosit sebaiknya diulang setiap 4-6 jam.
Pemberian heparin diberikan apabila secara klinis dan laboratoris didapatkan tanda-
tanda KID. Transfusi komponen darah diberikan sesuai indikasi. FFP diberikan bila
didapatkan defisiensi faktor-faktor pembekuan (PT dan aPTT yang memanjang), PRC
diberikan bila nilai Hb kurang dari 10g%. Transfusi trombosit hanya diberikan pada pasien
DBD dengan perdarahan spontan dan masif dengan jumlah trombosit <100.000/ul disertai
atau tanpa KID.3

Protokol 5. Tatalaksana Sindrom Syok Dengue pada dewasa


Bila kita berhadapan dengan Sindroma Syok Dengue (SSD) maka hal pertama yang
harus diingat adalah bahwa renjatan ini harus segera diatasi oleh karena itu penggantian
cairan intravaskuler yang hilang harus segera dilakukan. Angka kematian sindrom syok
dengue sepuluh kali lipat dibandingkan dengan penderita DBD tanpa renjatan, dan renjatan
dapat terjadi karena keterlambatan penderita DBD mendapatkan pertolongan / pengobatan,
penatalaksanaan yang tidak tepat termasuk kurangnya kewaspadaan terhadap tanda – tanda
renjatan dini, dan penatalaksanaan renjatan yang tidak adekuat.
Pada kasus SSD cairan kristaloid adalah pilihan utama yang diberikan. Selain
resusitasi cairan, penderita juga diberikan oksigen 2-4 liter/menit. Pemeriksaan-pemeriksaan
yang harus dilakukan adalah pemeriksaan darah perifer lengkap (DPL), hemostasis, AGD,
kadar natrium, kalium dan klorida, serta ureum dan kereatinin.
Pada fase awal, cairan kristaloid diguyur sebanyak 10-20 ml/kgBB dan dievaluasi
setelah 15-30 menit. Bila renjatan telah teratasi (ditandai dengan TD sistolik 100mmHg dan
tekanan nadi lebih dari 20 mmHg, frekuensi nadi kurang dari 100 kali per menit dengan
volume yang cukup, akral teraba hangat, dan kulit tidak pucat serta diuresis 0,5-
1cc/kgBB/jam) jumlah cairan dikurangi menjadi 7ml/kgBB/jam. Bila dalam waktu 60 – 120
menit keadaan tetap stabil pemberian cairan menjadi 5ml/kgBB/jam. Bila dalam 60 – 120
menit kemudian keadaan tetap stabil pemberian caira menjadi 3ml/kgBB/jam. Bila 24-48 jam
setelah renjatan teratasi tanda-tanda vital dan hematokrit tetap stabil serta diuresis cukup
maka pemberian cairan perinfus harus dihentikan (karena jika rebsorbsi cairan plasma yang
mengalami ekstravasasi telah terjadi, ditandai dengan turunnya hematokrit, cairan infus terus
diberikan maka keadaan hipervolemi edema paru atau gagal jantung dapat terjadi).

9
Pengawasan dini kemungkinan terjadinya renjatan berulang harus dilakukan terutama
dalam waktu 48 jam pertama sejak terjadin renjatan (karena selain proses patogenesis
penyakit masih berlangsung, ternyata cairan kristaloid hanya sekitar 20% saja yang menetap
dalam pembuluh darah setelah 1 jam saat pemberian). Oleh karena untuk mengetahui apakah
renjatan telah teratasi dengan baik, diperlukan pemantauan tanda vital yaitu status kesadaran,
tekanan darah, frekuensi nadi, frekuensi jantung dan napas, pembesaran hati, nyeri tekan
daerah hipokondrium kanan dan epigastrik serta jumlah diuresis. Diuresis diusahakan
2ml/kgBB/kam. Pemantauan kadar hemoglobin, hematoktrit, dan jumlah trombosit dapat
dipergunakan untuk pemantauan perkalanan penyakit.
Bila stelah fase awal pemberian cairan ternyata renjatan belum teratasi, maka
pemberian cairan kristaloid dapat ditingkatkan menjadi 20-30 ml/kgBB dan kemudian
dievaluasi detelah 20-30 menit. Bila nilai hematokrit meningkat berarti perembesan plasma
masih berlangsung maka pemberian cairan koloid merupakan pilihan, tetapi bila nilai
hematokrit menurun, berarti terjadi perdarahan (internal bleeding) maka pada penderita
diberikan transfusi darah segar 10ml/kgBB dan dapat diulang sesuai kebutuhan.
Sebelum cairan koloid diberikan maka sebaiknya kita harus mengetahui sifat-sifat
cairan tersebut. Pemberian koloid sendiri mulu-mula diberikan dengantetesan cepat 10-20
ml/kgBB dan dievaluasi setelah 10-30 menit. Bila keadaan tetap belum teratasi maka untuk
memantau kecukupan cairan dilakukan pemasangan kateter vena sentral dan pemberian
koloid dapat ditambah hingga jumlah maksimum 30ml/kgBB (maksimal 1-1,5 1/hari) dengan
sasaran tekanan vena sentral 15-18 smH2O. Bila keadaan tetap belum teratasi harus
diperhatikan dan dilakukan koreksi terhadap gangguan asam basa, elektrolit, hipoglikemia,
anemia, KID, infeksi sekunder. Bila tekanan vena sentral penderita sudah sesuai dengan
target tetapi renjatan belum teratasi maka dapat diberikan obat inotropik/vasopresor.3,8

2.8 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi berupa syok berulang, kegagalan pernafasan akibat
edema paru, efusi pleura, ascites, kegagalan jantung dan sepsis.2,7

2.9 Prognosis
Secara umumnya, prognosis dengue syok sindrom adalah buruk.Tetapi tergantung
dari beberapa faktor seperti lama dan beratnya renjatan, waktu, metode, adekuat tidaknya
penanganan.2

10
BAB III
LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Pasien


Nama : Nn. F
Nomor Rekam Medik : 01.58.17
Jenis Kelalamin : Perempuan
Tanggal Lahir : 29 Agustus 2000
Umur : 18 tahun
Agama : Islam
Alamat : Desa Dolo, Kabupaten Sigi
Tanggal, Jam Masuk : 05 Mei 2019, Jam 19.30

3.2 Anamnesis
A. Keluhan Utama :
Demam sejak 3 hari
B. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang dengan keluhan demam sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit.
Demam bersifat naik turun. Demam turun dengan obat penurun panas. Keluhan
disertai dengan gusi berdarah. Tidak ada perdarahan dari hidung, saluran cerna, dan
bintik-bintik merah pada badan. Sejak 3 hari yang lalu, pasien juga mengeluhkan
BAB cair. BAB cair 1 kali dalam sehari, tidak ada darah, warna tidak seperti air
cucian beras. Pasien juga mengeluh nyeri ulu hati, nyeri kepala, nyeri menelan dan
nyeri seluruh badan. Badan terasa lemas. Tidak ada muntah. BAK terasa nyeri dan
sedikit. Saat datang pasien sedang haid hari keenam.
C. Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien memiliki riwayat rhinitis alergi. Riwayat HT, DM tidak diketahui.
D. Riwayat Penyakit Keluarga :
Riwayat HT, DM dan penyakit lain dikeluarga tidak diketahui.
E. Riwayat Pekerjaan :
Pasien tidak berkerja. Pasien menggunakan Jaminan Kesehatan Nasional untuk
pembiayaan rumah sakit.

11
3.3 Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum tampak sakit sedang, compos mentis (GCS 15)
Tanda vital
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Frekuensi nadi : 106 x/menit
Suhu : 38,3 oC
Frekuensi napas : 24 x/menit
Kepala dan leher
- Kepala : Normosefal, tidak ada deformitas, rambut tidak mudah dicabut.
- Wajah : Ekspresi wajah simetris, tidak ada nyeri tekan sinus
- Mata : Tidak ada kelainan kelopak mata, konjungtiva anemis -/-, sklera
ikterik -/-, mata cekung -/-, pupil bulat isokor (3mm/3mm), refleks
cahaya langsung dan tidak langsung +/+.
- Telinga : Tidak terdapat deformitas, tidak terdapat darah atau serumen pada
liang telinga luar.
- Hidung : Tidak tampak deformitas, tidak ada sekret, napas cuping hidung (-),
hipertrofi konka +/+.
- Mulut : Bibir tidak tampak pucat maupun sianosis, tonsil T1/T1, dinding
faring posterior tidak hiperemis.
- Leher : Tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening, tidak teraba
pembesaran tiroid, JVP 5-0 cm H2O.
Toraks
- Paru
Inspeksi : Simetris bilateral
Palpasi : Vocal fremitus kiri=kanan, massa (-), nyeri tekan (-)
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Bunyi paru vesikuler +/+, ronki -/-, wheezing -/-.
- Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis tida teraba
Perkusi : Batas jantung normal
Auskultasi : Bunyi jantung I/II murni (+), reguler, gallop (-), murmur (-)

12
Abdomen
Inspeksi : Kesan datar
Auskultasi : Peristaltik usus (+) kesan normal
Perkusi : Tymphani
Palpasi : Nyeri tekan (+) pada regio epigastrium, hipokondrium kanan,
unbilikus, suprapubik, iliaka dextra dan iliaka sinistra, defans
muskuler (-), turgor cukup, balotemen (-), hati dan limpa tidak teraba.
Ekstremitas
Akral hangat, tidak ada deformitas, CRT<2 detik, pitting edem (-), sianosis (-), parese (-),
clubbing finger (-), sendi bengkok (-), jari keriput (-), petechiae (-)

3.4 Pemeriksaan Penunjang


Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Laboratorium Tanggal 05-05-2019
Nama test Hasil Nilai normal
Darah Rutin
3
WBC 3,18 (L) 5-10 10 /uL
6
RBC 4.68 4,0-5,5 10 /uL
HBG 11,5 (L) 12-16 g/dL
HCT 36,3 35-50 %
MCV 77,5 (L) 80-100 fL
MCH 24,6 (L) 27-34 pg
MCHC 31,7 (L) 32-36 g/dL
3
PLT 113 100-300 10 /uL
3
LYM 0,66 0,6-3,5 10 /uL
3
MXD 0,18 0,1-0,9 10 /uL
3
Neutrofil 2,54 1,3-6,7 10 /uL
LYM % 20,6 14-53 %
MXD % 5,6 3-16 %
Neutrofil % 73,8 30-90 %
RDW_CV 15,7 11-16 %
RDW_SD 38,5 35-56 fL
PDW 15,6 15-18 fL

13
MPV 10,3 7-13 fL
P_LCR 25,1 13-43 %
PCT 0,116 0,1-0,28 %
3
P_LCC 28 13-129 10 /uL
Pemeriksaan Urine
WARNA Kuning Kuning
PH 5,0 6,0 – 8,5
BJ 1,020 1,000 – 1,005
PROTEIN Negatif Negatif
UROBILINOGEN Negatif Negatif
BILIRUBIN Negatif Negatif
KETON Positif +3 Negatif
NITRIT Negatif Negatif
GLUCOSA Negatif Negatif
LEUKOSIT Negatif Negatif
ERITROSIT Negatif Negatif
SEDIMEN
1. Leukosit 0-5/LPB 0-5/LPB
2. Eritrosit 0-2/LPB 0-3/LPB
3. Kristal Ca. Oxalat Negatif Negatif
4. Kristal Asam Urat Negatif Negatif
5. Granula Negatif Negatif
6. Epitel Sel Negatif Negatif

3.5 Daftar Masalah


- Dengue Fever

3.6 Rencana
A. Diagnosis
Masalah pasien sudah dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang.

14
B. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan di IGD :
1. IVFD Ringer Lactat 28 tpm
2. Paracetamol/8 Jam/IV
3. Ranitidin 50 mg/12 Jam/IV
C. Edukasi
Pasien dijelaskan mengenai kondisinya saat ini, terapi yang diberikan dan prognosis
penyakit. Edukasi lebih ditekankan bahwa terapi hanya bersifat suportif dan
mencegah perburukan penyakit.
D. Konsultasi
Pasien dijelaskan bahwa akan dikonsulkan dan dirawat dengan DPJP dokter
spesialis penyakit dalam lebih lanjut.

3.7 Catatan Perkembangan Pasien


Tanggal 06-05-2019
Jam 08.00
S : Sakit kepala, demam naik turun, susah BAK
O : Keadaan umum tampak sakit sedang
Kesadaran kompos mentis, GCS 15
TD : 100/70 mmHg, N : 118 x/menit, RR : 24 x/menit, suhu 38,3 C
Kepala : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Jantung : BJ I/II reguler, irama teratur, bising (-)
Paru : vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen : distensi(-), Bising usus (+) normal, NT (+), NT epigastrium,
hipokondrium kanan, unbilikus, suprapubik, iliaka dextra dan iliaka sinistra.
Hepar/ lien tidak teraba.
Ekstrimitas : akral hangat, perfusi baik, CRT 2 detik, Petekie (-)
A : Febris ec Dengue Fever (H3)
P : RL 28 TPM
Paracetamol/8 Jam/IV
Ranitidin 50 mg/12 Jam/IV
Cek DR ulang besok

15
Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Laboratorium Tanggal 05-05-2019
Nama test Hasil Nilai normal
Darah Rutin
3
WBC 3,18 (L) 5-10 10 /uL
6
RBC 4.68 4,0-5,5 10 /uL
HBG 11,5 (L) 12-16 g/dL
HCT 36,3 35-50 %
MCV 77,5 (L) 80-100 fL
MCH 24,6 (L) 27-34 pg
MCHC 31,7 (L) 32-36 g/dL
3
PLT 113 100-300 10 /uL
3
LYM 0,66 0,6-3,5 10 /uL
3
MXD 0,18 0,1-0,9 10 /uL
3
Neutrofil 2,54 1,3-6,7 10 /uL
LYM % 20,6 14-53 %
MXD % 5,6 3-16 %
Neutrofil % 73,8 30-90 %
RDW_CV 15,7 11-16 %
RDW_SD 38,5 35-56 fL
PDW 15,6 15-18 fL
MPV 10,3 7-13 fL
P_LCR 25,1 13-43 %
PCT 0,116 0,1-0,28 %
3
P_LCC 28 13-129 10 /uL

Tanggal 07-05-2019
Jam 08.00
S : Demam naik turun, sakit kepala
O : Keadaan umum tampak sakit sedang
Kesadaran kompos mentis, GCS 15
TD : 100/80 mmHg, N : 80 x/menit, RR : 20 x/menit, suhu 37,0 C
Kepala : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

16
Jantung : BJ I/II reguler, irama teratur, bising (-)
Paru : vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen : distensi(-), Bising usus (+) normal, NT (+), NT epigastrium,
hipokondrium kanan, unbilikus, suprapubik, iliaka dextra dan iliaka sinistra.
Hepar/ lien tidak teraba.
Ekstrimitas : akral hangat, perfusi baik, CRT 2 detik, Petekie (-)
A : Febris ec Dengue Haemorrhagic Fever (H4)
P : RL 28 TPM
Paracetamol/8 Jam/IV jika demam
Ranitidin 50 mg/12 Jam/IV
Cek DR setiap hari, IgG IgM Dengue

Jam 14.00
S : Demam naik turun, sakit kepala
O : Keadaan umum tampak sakit sedang
Kesadaran kompos mentis, GCS 15
TD : 90/60 mmHg, N : 80 x/menit, RR : 20 x/menit, suhu 37,0 C
Kepala : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Jantung : BJ I/II reguler, irama teratur, bising (-)
Paru : vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen : distensi(-), Bising usus (+) normal, NT (+), NT epigastrium,
hipokondrium kanan, unbilikus, suprapubik, iliaka dextra dan iliaka sinistra.
Hepar/ lien tidak teraba.
Ekstrimitas : akral dingin, CRT 2 detik, Petekie (-)
A : Dengue Shock Syndrome (H4)
P : Loading cairan 500-1000 ml
Jika tekanan darah tidak naik tambahkan dobutamin 5 mcg/kg/Jam/IV
Pindah ICU
Pasang kateter
Observasi Tekanan Darah per Jam

17
Tabel 3. Hasil Pemeriksaan Laboratorium Tanggal 07-05-2019
Nama test Hasil Nilai normal
Darah Rutin
3
WBC 1,77 (L) 5-10 10 /uL
6
RBC 5,47 4,0-5,5 10 /uL
HBG 13,3 12-16 g/dL
HCT 44 35-50 %
MCV 78,6 (L) 80-100 fL
MCH 24,3 (L) 27-34 pg
MCHC 30,9 (L) 32-36 g/dL
3
PLT 34 (L) 100-300 10 /uL
3
LYM 0,68 0,6-3,5 10 /uL
3
MXD 0,14 0,1-0,9 10 /uL
3
Neutrofil 0,95 (L) 1,3-6,7 10 /uL
LYM % 38,2 14-53 %
MXD % 8 3-16 %
Neutrofil % 53,8 30-90 %
RDW_CV 14,4 11-16 %
RDW_SD 39,3 35-56 fL
PDW 24,2 (H) 15-18 fL
MPV 13,7 (H) 7-13 fL
P_LCR 32,6 13-43 %
PCT 0,047 (L) 0,1-0,28 %
3
P_LCC 11 (L) 13-129 10 /uL

Tanggal 08-05-2019
S : Nyeri perut, mual, BAK (+) tadi malam
O : Keadaan umum tampak sakit sedang
Kesadaran kompos mentis, GCS 15
TD : 98/68 mmHg, N : 88 x/menit, RR : 24 x/menit, suhu 36,0C
Kepala : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Jantung : BJ I/II reguler, irama teratur, bising (-)

18
Paru : vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen : distensi(-), Bising usus (+) normal, NT (+), NT hipokondrium
kanan, lumbalis kanan. Hepar/ lien tidak teraba.
Ekstrimitas : akral dingin, CRT 2 detik, Petekie (+)
A : Dengue Shock Syndrome (H5)
P : O2 (K/P)
RL 28 TPM
Paracetamol jika demam
Ranitidin 50 mg/12 Jam/IV
Ketorolac 30 mg/8 Jam/IV (K/P) jika nyeri
Cek SGOT/SGPT, DR per hari
Pasang kateter urin
Balans target seimbang
Jika TD turun < 90/60 mulai dobutamin 5 mcg/kg/jam/IV
Pindah ICU

Tabel 4. Hasil Pemeriksaan Laboratorium Tanggal 08-05-2019


Nama test Hasil Nilai normal
Darah Rutin
3
WBC 5,43 5-10 10 /uL
6
RBC 5,78 (H) 4,0-5,5 10 /uL
HBG 14,2 12-16 g/dL
HCT 45,9 35-50 %
MCV 79,4 (L) 80-100 fL
MCH 24,6 (L) 27-34 pg
MCHC 30,9 (L) 32-36 g/dL
3
PLT 27 (L) 100-300 10 /uL
3
LYM 1,77 0,6-3,5 10 /uL
3
MXD 0,52 0,1-0,9 10 /uL
3
Neutrofil 3,14 1,3-6,7 10 /uL
LYM % 32,5 14-53 %
MXD % 9,6 3-16 %

19
Neutrofil % 3,14 30-90 %
RDW_CV 14,9 11-16 %
RDW_SD 40,2 35-56 fL
PDW 26,4 (H) 15-18 fL
MPV 14,5 (H) 7-13 fL
P_LCR 33,6 13-43 %
PCT 0,039 (L) 0,1-0,28 %
3
P_LCC 9 (L) 13-129 10 /uL
Anti Dengue IgG & Negatif Negatif
IgM

Tanggal 09-05-2019
S : Demam (-), nyeri perut (+)
O : Keadaan umum tampak sakit sedang
Kesadaran kompos mentis, GCS 15
TD : 112/75 mmHg, N : 78 x/menit, RR : 20 x/menit, suhu 36,0 C
Kepala : +/+, Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Jantung : BJ I/II reguler, irama teratur, bising (-)
Paru : vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen : distensi(-), Bising usus (+) normal, NT (+), NT hipokondrium
kanan, lumbalis kanan. Hepar/ lien tidak teraba.
Ekstrimitas : akral dingin, CRT 2 detik, Petekie (+)
Urin 1800/24 Jam
A : Dengue Shock Syndrome (H6)
P : Gelofusin 12 TPM
RL 12 TPM
Dobutamin 5 mcg/kg/m  ↓ 2,5 mcg/kg/m
Ranitidin 50 mg/12 Jam/IV
Ketorolac 30 mg/8 Jam/IV (K/P)
Paracetamol (K/P)
Bladder training
DR/hari IgG IgM Dengue besok

20
Tabel 5. Hasil Pemeriksaan Laboratorium Tanggal 09-05-2019
Nama test Hasil Nilai normal
Darah Rutin
3
WBC 5,43 5-10 10 /uL
6
RBC 5,78 (H) 4,0-5,5 10 /uL
HBG 14,2 12-16 g/dL
HCT 45,9 35-50 %
MCV 79,4 (L) 80-100 fL
MCH 24,6 (L) 27-34 pg
MCHC 30,9 (L) 32-36 g/dL
3
PLT 27 (L) 100-300 10 /uL
3
LYM 1,77 0,6-3,5 10 /uL
3
MXD 0,52 0,1-0,9 10 /uL
3
Neutrofil 3,14 1,3-6,7 10 /uL
LYM % 32,5 14-53 %
MXD % 9,6 3-16 %
Neutrofil % 3,14 30-90 %
RDW_CV 14,9 11-16 %
RDW_SD 40,2 35-56 fL
PDW 26,4 (H) 15-18 fL
MPV 14,5 (H) 7-13 fL
P_LCR 33,6 13-43 %
PCT 0,039 (L) 0,1-0,28 %
3
P_LCC 9 (L) 13-129 10 /uL
Kimia Darah
SGOT 38 µ/l (H) 6-32 µ/l
SGPT 29 µ/l 7-32 µ/l

Tanggal 10-05-2019
S : Keluhan (-)
O : Keadaan umum tampak sakit sedang
Kesadaran kompos mentis, GCS 15

21
TD : 112/81 mmHg, N : 78 x/menit, RR : 22 x/menit, suhu 36,0 C
Kepala : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Jantung : BJ I/II reguler, irama teratur, bising (-)
Paru : vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen : distensi(-), Bising usus (+) normal, NT (-). Hepar/ lien tidak
teraba.
Ekstrimitas : akral hangat, perfusi baik, CRT 2 detik
A : Dengue Shock Syndrome (H7)
P : Gelofusin 12 TPM
RL 12 TPM
Dobutamin  Stop
Ranitidin 50 mg/12 Jam/IV
Ketorolac 30 mg/8 Jam/IV (K/P)
Paracetamol (K/P)
Bladder training
DR/hari

Tabel 6. Hasil Pemeriksaan Laboratorium Tanggal 10-05-2019


Nama test Hasil Nilai normal
Darah Rutin
3
WBC 5,89 5-10 10 /uL
6
RBC 5,24 4,0-5,5 10 /uL
HBG 12,5 12-16 g/dL
HCT 40,7 35-50 %
MCV 77,7 (L) 80-100 fL
MCH 24,6 (L) 27-34 pg
MCHC 31,7 (L) 32-36 g/dL
3
PLT 39 (L) 100-300 10 /uL
3
LYM 1,98 0,6-3,5 10 /uL
3
MXD 1,58 (H) 0,1-0,9 10 /uL
3
Neutrofil 2,33 1,3-6,7 10 /uL
LYM % 33,6 14-53 %

22
MXD % 26,7 (H) 3-16 %
Neutrofil % 39,7 30-90 %
RDW_CV 15,2 11-16 %
RDW_SD 38,5 35-56 fL
PDW 24,5 (H) 15-18 fL
MPV 14,4 (H) 7-13 fL
P_LCR 33,9 13-43 %
PCT 0,056 (L) 0,1-0,28 %
3
P_LCC 13 13-129 10 /uL
Anti Dengue IgG & Positif Negatif
IgM

Tanggal 11-05-2019
S : Keluhan (-)
O : Keadaan umum tampak sakit sedang
Kesadaran kompos mentis, GCS 15
TD : 111/80 mmHg, N : 103 x/menit, RR : 20 x/menit, suhu 36,0 C
Kepala : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Jantung : BJ I/II reguler, irama teratur, bising (-)
Paru : vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen : distensi(-), Bising usus (+) normal, NT (-). Hepar/ lien tidak
teraba.
Ekstrimitas : akral hangat, perfusi baik, CRT 2 detik
A : Dengue Shock Syndrome teratasi dan dalam perbaikan
P : Rawat Jalan

Tabel 7. Hasil Pemeriksaan Laboratorium Tanggal 11-05-2019


Nama test Hasil Nilai normal
Darah Rutin
3
WBC 6,58 5-10 10 /uL
6
RBC 5,26 4,0-5,5 10 /uL
HBG 12,9 12-16 g/dL
HCT 40,4 35-50 %

23
MCV 76,8 (L) 80-100 fL
MCH 24,5 (L) 27-34 pg
MCHC 31,9 (L) 32-36 g/dL
3
PLT 105 100-300 10 /uL
3
LYM 2,66 0,6-3,5 10 /uL
3
MXD 1,7 (H) 0,1-0,9 10 /uL
3
Neutrofil 2,22 1,3-6,7 10 /uL
LYM % 40,4 14-53 %
MXD % 25,8 (H) 3-16 %
Neutrofil % 33,8 30-90 %
RDW_CV 16 11-16 %
RDW_SD 38,5 35-56 fL
PDW 23,6 (H) 15-18 fL
MPV 13,9 (H) 7-13 fL
P_LCR 33,6 13-43 %
PCT 0,146 0,1-0,28 %
3
P_LCC 35 13-129 10 /uL

24
BAB IV
PEMBAHASAN

Diagnosis pada pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang pada pasien ini. Pasien datang dengan keluhan demam sejak 3 hari
yang lalu dan demam bersifat naik turun. Keluhan disertai dengan gusi berdarah. Selain itu,
pasien juga mengeluh nyeri kepala dan nyeri pada seluruh badan serta badan terasa lemas.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan suhu 38,3oC, dan pada pemeriksaan penunjang didapatkan
leukosit 3.180 sel/mm3 dan trombosit 113.000 sel/mm3. Berdasarkan hal tersebut, pasien
didiagnosis dengan demam dengue berdasarkan adanya lebih dari dua kriteria, yang
memenuhi kriteria klinis dari WHO yakni demam akut selama 2-7 hari dengan manifestasi
klinis nyeri kepala, nyeri retro-oebital, mialgia, artralgia, ruam pada kulit, manifestasi
perdarahan, leukopenia (≤ 5.000 sel/mm3), trombositopenia (< 150.000 sel/mm3),
peningkatan hematokrit (5-10%) dan pemeriksaan serologi dengue positif, atau ditemukan
pasien demam dengue yang sudah dikonfirmasi pada lokasi dan waktu yang sama.
Pada hari perawatan yang kedua didapatkan pasien masih dengan keluhan yang sama,
dan pada pemeriksaan laboratorium didapatkan trombosit 34.000 sel/mm3 dan hematokrit
44%. Dimana terjadi peningkatan hematokrit > 20% dari pemeriksaan pertama saat pasien
masuk. hematokrit yang meningkat menunjukkan adanya hemokonsentrasi. Peningkatan
kadar hematokrit merupakan bukti adanya kebocoran plasma. Berdasarkan hal tersebut pasien
didiagnosis dengan demam berdarah dengue berdasarkan kriteria WHO. Kemudian pada
pasien ini juga didapatkan tanda-tanda kegagalan sirkulasi yaitu perfusi perifer yang menurun
dan akral yang dingin dan lembab, serta didapatkan tekanan darah pasien 90/60 mmHg. Hal
ini menunjukkan bahwa pasien ini mengalami sindrom syok dengue. Permeabilitas pembuluh
darah yang menurun dan hipovolumia memburuk akan mengakibatkan syok. Ini biasanya
terjadi pada hari ke 4 dan hari ke 5 penyakit,didahului dengan tanda-tanda peringatan.Selama
syok tahap awal,mekanisme kompensasi yang mempertahankan tekanan darah sistolik dan
mengakibatkan tarkikardia dan vasokonstriksi perifer pengurangan perfusi kulit seperti
ektremitas yang dingin dan waktu pengisisan kapiler yang lambat.Tekanan diastolik biasanya
akan naik mendekati tekanan sistolik dan tekanan nadi menyempit sebagai akibat
peningkatan resistensi vaskular perifer. Pasien dengan syok dengue umumnya tetap sadar.
Hipotensi berkepanjangan dan hipoksia dapat menyebabkan kegagalan multi organ pada
akhirnya dapat menyebabkan kematian pasien.

25
Pengobatan demam berdarah dengue bersifat suportif. Tatalaksana didasarkan atas
adanya perubahan fisiologi berupa perembesan plasma dan perdarahan. Perembesan plasma
dapat mengakibatkan syok, anoksia, dan kematian. Deteksi dini terhadap adanya perembesan
plasma dan penggantian cairan yang adekuat akan mencegah terjadinya syok. Adanya
perembesan plasma dan perdarahan dapat diwaspadai dengan pengawasan klinis dan
pemantauan kadar hematokrit dan jumlah trombosit. Pemilihan jenis cairan dan jumlah yang
akan diberikan merupakan kunci keberhasilan pengobatan.
Terapi yang diberikan pada pasien ini meliputi terapi suportif dan simtomatik. Terapi
suportif yang diberikan adalah pemberian O2 melalui nasal kanul. Pemberian oksigen harus
selalu dilakukan pada semua pasien syok. Saturasi oksigen pada pasien harus dipertahankan >
92%, oleh karena itu untuk pemantauan diperlukan pemasangan pulse oximetry untuk
mengetahui saturasi oksigen dalam darah.
Selain itu juga dilakukan pemberian cairan intravena berupa ringer laktat (RL) 20
cc/kgbb. Ringer laktat adalah salah satu larutan kristaloid yang direkomendasikan WHO pada
terapi demam berdarah dengue. Pengobatan awal cairan intravena pada keadaan syok adalah
dengan larutan kristaloid 20 ml/kg berat badan dalam 30 menit. Apabila syok belum teratasi
dan atau keadaan klinis memburuk setelah 30 menit pemberian cairan awal, cairan diganti dengan
koloid 10-20 ml/kgBB/jam, dengan jumlah maksimal 30 ml/kgBB/jam. Segera setelah terjadi
perbaikan, segera cairan ditukar kembali dengan kristaloid dengan tetesan 20 ml/kgBB. Pada
pasien kondisi membaik setelah dilakukan pemberian cairan awal sehingga jumlah cairan yang
diberikan dikurangi menjadi 10 ml/kgBB/jam. Jika kondisi tetap stabil dan membaik maka cairan
diturunkan menjadi 5 ml/kgBB/jam atau Jika dalam 24 jam kondisi membaik dan stabil maka
cairan diturunkan lagi menjadi 3 ml/kgBB/jam dan dalam 48 jam setelah syok teratasi pemberian
terapi cairan dapat dihentikan. Sebagai terapi simptomatik pada pasien ini diberikan
parasetamol untuk mengatasi demam. Karena pasien ini mengeluhkan adanya nyeri perut
terutama di ulu hati maka juga diberikan ranitidine dengan dosis 50 mg untuk sekali
pemberian yang diberikan 2 kali sehari. Selain medikamentosa juga diberikan terapi non
medikamentosa, yaitu minum air yang banyak, mengedukasi keluarga pasien untuk
melakukan kegiatan pencegahan terhadap demam berdarah dengue.
Pasien dapat dipulangkan apabila sudah tidak demam selama 24 jam tanpa antipiretik,
nafsu makan membaik, tampak perbaikan secara klinis, hematokrit stabil, syok teratasi,
jumlah trombosit > 50.000/mm3 dan cenderung meningkat, serta tidak dijumpai adanya
distress pernafasan.

26
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Perempuan, 18 tahun, datang dengan keluhan demam 3 hari, perdarahan pada gusi,
nyeri kepala, nyeri seluruh badan, dan badan terasa lemas. Keadaan umum tampak sakit
sedang, compos mentis (GCS 15), TD 100/70 mmHg, nadi 106 x/menit, suhu 38,3 oC, napas
24x/menit. Hasil laboratorium WBC 3,18, HCT 36,3, PLT 113. Pada hari perawatan kedua,
didapatkan TD 90/60, akral dingin, dan hasil laboratorium WBC 1,77, HCT 44, PLT 34 .
Pasien didiagnosis sebagai dengue shock syndrome berdasarkan kriteria klinis dan
laboratories dari WHO. Tatalaksana pada pasien ini berupa suportif dan simptomatik yang
berupa pemberian terapi cairan yang disesuaikan dengan bagan pemberian terapi cairan pada
Dengue Shock Syndrome. Sebagai terapi simptomatik pada pasien ini diberikan parasetamol
untuk mengatasi demam dan diberikan ranitidine dengan dosis 50 mg untuk sekali pemberian
yang diberikan 2 kali sehari untuk mengatasi nyeri ulu hati, serta edukasi mengenai
kondisinya saat ini, terapi yang diberikan dan prognosis penyakit.

27
DAFTAR PUSTAKA

1. World Health Organization. Comprehensive Guidelines for Prevention and Control


of Dengue and Dengue Haemorrhagic Fever Revised and expanded edition. India :
World Health Organization. 2011. Available from http://www.searo.who.int/entity/
vector_borne_tropical_diseases/documents/SEAROTPS60/en/ Accessed Mei, 2019.
2. Suhendro, Nainggolan L, Chen K, Pohan HT. Demam Berdarah Dengue. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam Edisi IV. Jilid III. Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit
Dalam Indonesia. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2006.
3. Alwi I, Salim S, Hidayat R, Kurniawan J, Tahapary DL. Penatalaksanaan Dibidang
Ilmu Penyakit dalam Panduan Praktik Klinis. Jakarta : InternalPublishing. 2015.
4. Kurniawan M, Juffrie M, Rianto BUD. Hubungan Tanda dan Gejala Klinis terhadap
Kejadian Syok pada Pasien Demam Berdarah Dengue (DBD) di RS PKU
Muhammadiyah Gamping Daerah Istimewa Yogyakarta. Mutiara Medika. 2015;15:1-
6.
5. Whitehorn, J., Simmons, C.P. The Pathogenesis of Dengue. J Vaccine, 2011; 29 (42):
7221-7228.
6. Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama. Jakarta : PB IDI. 2017.
7. Ketharpal N, Khanna I. Dengue Fever: Causes, Complications, and Vaccine
Strategies. Journal of Immunology Research, 2016: 1-14.
8. Hasan S, Jamdar SF, Alalowi M, Beaiji SMAA. Dengue virus: A global human
threat: Review of literature. J Int Soc Prev Community Dent. 2016; 6 (1): 1–6.

28

Anda mungkin juga menyukai