DEMAM BERDARAH
DISUSUN OLEH :
Demam berdarah dengue (DBD)/ dengue hemorrhagic fever adalah penyakit infeksi
yang disebabkan oleh virus dengue. Virus dengue masuk ke dalam tubuh manusia melalui
gigitan nyamuk Aedes aegypty dan Aedes albopictus dengan manifestasi klinis berupa
demam, nyeri otot (myalgia) dan/ atau nyeri sendi (arthralgia) yang disertai leukopenia,
Secara garis besar infeksi dari dengue bersifat asimptomatik. Inkubasi dalam
permasalahan klinis biasanya berkisar selama 4 – 7 hari tetapi dapat juga dalam rentang
waktu 3 – 14 hari. Apabila muncul gejala tersbut maka hal yang paling sering muncul
adalah demam tinggi yang mendadak disertai dengan nyeri pada bagian kepala, nyeri pada
bagian belakang mata, nyeri pada otot dan persendian secara kesleuruhan, kemerahan pada
muka, anoreksia, nyeri atau kram pada bagian perut disertai dengan rasa mual dan muntah.
Ruam – ruam kemerahan biasanya muncul pada bagian lipatan – lipatan yang ada pada
tubuh, seperti bagian selangkangan dan ketiak, telapak tangan dan sebagainya. Hal – hal
yang sukar dideteksi secara laboratorium seperti leukopenia dan trombositopenia. Pasien
yang terinfeksi oleh berbagai jenis serotipe dapat memberikan manifestasi klinis yang
disebabkan virus dan di transmisikan oleh nyamuk yang paling signifikan. DHF endemik
lebih dari 100 negara di seluruh dunia, terutama daerah tropis dan sub-tropis. WHO
memperkirakan sekitar 50 juta kasus infeksi dengue tiap tahunnya.3 Menurut Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO), diperkirakan 50 sampai 100 juta infeksi demam berdarah terjadi
setiap tahun. Dari kasus ini 500.000 kasus DHF mengakibatkan 22.000 kematian yang
kebanyakan terjadi pada anak-anak. Berdasarkan data resmi yang disampaikan ke WHO,
kasus DB di seluruh Amerika, Asia Tenggara dan Pasifik Barat melampaui 1,2 juta pada
tahun 2008 dan lebih dari 3 juta pada tahun 2013.3 DHF merupakan penyebab utama
Di Indonesia sendiri yang menjadi negara endemik, infeksi dari DBD kian meningkat
seiring dengan menigkatnya monilitas dan kepadatan penduduk, jumlah penderita dan luas
daerahnya juga bertambah. Pada tahun 2015, tercatat sebanyak 126.675 penderita DBD di
34 provinsi di Indonesia dan 1.229 orang diantranya meniggal dunia. Jumlah tersebut lebih
tinggi dibandingkan tahun sebelumnya, yakni sebanyak 100.347 penderita DBD dan
terdapat 907 penderita meninggal dunia di tahun 2014. Hal ini disebabkan oleh perubahan
iklim dan rendahnya kesadaran untuk menjaga kebersihan lingkungan (Kemenkes, 2010).
Dalam penanganan kasus DBD terkadang menjadi fatal dan menyebabkan kematian.
Pasien yang datang sering kali dalam keadaan yang lemas dan sudah Universitas Sumatera
Utara 3 banyak kehilangan cairan tubuh sehingga dibutuhkan penanganan yang cepat dan
tepat karena dengan keterlambatan penanganan dapat menjadi fatal. Pada saat pengobatan,
pasien mendapatkan hasil yang tepat dengan sembuhnya penyakit. Namun juga ada pasien
yang mendapatkan hasil yang gagal dalam terapi sehingga menjadikan biaya pengobatan
semakin mahal dan berujung pada kematian. Sehingga masalah – masalah tersebut menjadi
Berdasarkan latar belakang diatas Demam Berdarah Dengue (DBD), dengan study kasus
ini kami ingin membuktikan bagaimana Penyelesaian kasus pada pasien dengue yang
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DHF
Dengue Hemorrhagic fever (DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
virus dengue tipe 1-4, dengan manifestasi klinis berupa demam yang terjadi secara 45
mendadak 2-7 hari. Dapat disertai gejala perdarahan dengan atau tanpa adanya syok,
(trombosit kurang dari 100.000) dan peningkatan hematokrit 20% atau lebih dari nilai
normal.1,4,5 Infeksi virus dengue dapat disertai dengan terjadinya kebocoran plasma.
penyakit antara DHF dengan dengue fever (DF). Perubahan patofisiologis tersebut dapat
berupa kelainan hemostasis dan perembesan plasma. Kedua kelainan tersebut dapat
dengue masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypty dan
Aedes albopictus dengan manifestasi klinis berupa demam, nyeri otot (myalgia) dan/
atau nyeri sendi (arthralgia) yang disertai leukopenia, ruam (maculopapular skin rush),
2.2.1 Virus
genom.8 Genom virus dengue mengandung sekitar 11000 basis nukleotida, yang
merupakan kode untuk satu polyprotein tunggal yang dipecah secara pos menjadi 3
molekul protein struktural (C, prM, dan E) yang membentuk partikel virus dan 7 protein
nonstruktural ( NS1, NS2a, NS2b, NS3, NS4a, NS4b, dan NS5) yang hanya ditemukan
pada sel inang yang terinfeksi dan diperlukan untuk replikasi virus.9Di antara protein
patologis.Flavivirus merupakan virus dengan diameter 30 nm, yang terdiri dari asam
ribonukleat rantai 47 tunggal dengan berat molekul 4x106 .Terdapat 4 serotipe virus
infeksi berat penyakit yang disertai dengan dengue sekunder. Infeksi dengan serotipe
manapun akan memberi kekebalan seumur hidup terhadap serotipe virus tersebut.8Di
terbanyak. Penelitian terbaru menemukan adanya serotipe DEN-5 yang pertama kali
2.2.2. Vektor
Virus dengue ditularkan oleh gigitan vektor nyamuk Aedes aegypty dan Aedes
albopictus yang terinfeksi ke tubuh manusia dengan masa inkubasi 4-10 hari.Infeksi bisa
didapat melalui satu gigitan saja. Nyamuk Aedes aegypty biasanya mengigit pada siang
hari. Nyamuk ini merupakan spesies tropis dan subtropis yang terdistribusi secara luas di
seluruh dunia yang hidup diantara antara garis lintang 35° LU dan 35 ° LS di bawah
ketinggian 1000 m (3.300 kaki). Tahapan nyamuk yang belum matang sering ditemukan
di habitat air, terutama pada penampungan dengan air yang tenang dan menggenang
seperti ember, bak mandi, ban bekas, dan yang lainnya. 1,4,10 Wabah DHF juga
dikaitkan dengan Aedes albopictus, Aedes polynesiensis dan beberapa spesies kompleks
Aedes scutellaris. Masing-masing spesies ini memiliki ekologi, perilaku dan distribusi
geografis yang tertentu. Dalam beberapa dekade terakhir, nyamuk Aedes albopictus ini
telah menyebar dari Asia ke Afrika, Amerika dan Eropa, yang dibantu oleh perdagangan
internasional ban bekas, dimana telur nyamuk disimpan ketika bannya menggenangkan
air hujan. Telur tersebut dapat pula bertahan hidup selama berbulan-bulan tanpa adanya
air.8 c.
2.2.3 Host
Setelah masa inkubasi yang terjadi sekitar 4-10 hari, infeksi oleh salah satu dari
empat serotipe virus dapat menghasilkan spektrum yang luas dari penyakit ini, walaupun
sebagian besar infeksi tidak menunjukkan gejala atau subklinis. Infeksi primer diduga
terinfeksi. 8 Individu yang menderita infeksi dilindungi dari penyakit klinis dengan
serotipe yang berbeda dalam 2-3 bulan dari infeksi primer, tetapi tanpa kekebalan lintas
pelindung jangka panjang. Anak-anak muda khususnya mungkin kurang mampu jika
akibatnya memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami dengue shock. 48 Dalam
proses transmisi, nyamuk menggigit penderita yang terinfeksi virus dengue, dimana
virus dengue banyak terdapat di dalam darah penderita terutama pada hari ke 5.
dalam nyamuk, virus tersebut akan memerlukan tambahan 8-12 hari inkubasi sebelum
dapat ditularkan ke manusia lain. Nyamuk tersebut tetap terinfeksi selama sisa hidupnya,
yang mungkin dari beberapa hari hingga beberapaminggu.8 Data terbaru menunjukkan
bahwa aktivasi sel endotel bisa memediasi terjadinya kebocoran plasma. Kebocoran
plasma diduga berhubungan dengan efek fungsional daripada merusak sel-sel endotel.
pertumbuhan sel progenitor, disfungsi platelet (aktivasi platelet dan agregasi)serta terjadi
kemokin terjadi selama perjalanan dengue yang parah, didorong oleh beban virus pada
fase awal yang tinggi sehingga menyebabkan terjadinya disfungsi sel endotel vaskular
dan kekacauan sistem hemokoagulasi yang menyebabkan kebocoran plasma dan syok.
2.3. Patofisiologi
dengue dengan tipe antigen yang berbeda, yaitu tipe 1-4.1,4 Walaupun DF dan DHF
disebabkan oleh virus yang sama, tapi mekanisme patofisiologisnya yang berbeda yang
khas pada DHF yang bisa mengarah pada kondisi renjatan. Renjatan itu disebabkan
karena kebocoran plasma yang diduga karena proses imunologi. Pada demam dengue
hal ini tidak terjadi. Manifestasi klinis demam dengue timbul akibat reaksi tubuh
terhadap masuknya virus. Virus akan berkembang di dalam peredaran darah dan akan
ditangkap oleh makrofag. Segera terjadi viremia selama 2 hari sebelum timbul gejala
dan berakhir setelah lima hari gejala panas mulai. Respon imun yang diketahui berperan
dalam patogenesis DBD adalah respon imun humoral berupa pembentukan antibodi
yang berperan dalam proses netralisasi virus dan proses sitolisis. Peran limfosit T baik
T-helper (CD4) maupun T-sitotoksis (CD8) juga berperan dalam respon imun seluler
terhadap virus dengue. Monosit dan makrofag berperan dalam fagositosis virus namun
proses 49 fagositosis ini menyebabkan peningkatan replikasi virus dan sekresi sitokin
oleh makrofag. Makrofag akan segera bereaksi dengan menangkap virus dan
yang menempel di makrofag ini akan mengaktifasi sel T-Helper dan menarik makrofag
lain untuk memfagosit lebih banyak virus. T-helper akan mengaktifasi sel T-sitotoksik
yang akan melisis makrofag yang sudah memfagosit virus. Juga mengaktifkan sel B
yang akan melepas antibodi. Ada 3 jenis antibodi yang telah dikenali yaitu antibodi
terjadinya gejala sistemik seperti demam, nyeri sendi, otot, malaise dan gejala lainnya.
digunakan untuk menjelaskan perubahan patogenesis DHF dan DSS yaitu teori virulensi
Teori virulensi dapat dihipotesiskan sebagai berikut : Virus dengue seperti juga
virus binatang yang lain, dapat mengalami perubahan genetik akibat tekanan sewaktu
virus mengadakan replikasi baik pada tubuh manusia maupun pada tubuh nyamuk.
Ekspresi fenotipik dari perubahan genetik dalam genom virus dapat menyebabkan
infection yang menyatakan DHF terjadi bila seseorang terinfeksi ulang virus dengue
dengan tipe yang berbeda. Jika terdapat antibodi yang spesifik terhadap jenis virus
tertentu maka antibodi tersebut dapat mencegah penyakit, tetapi sebaliknya apabila
antibodi terdapat dalam tubuh merupakan antibodi yang tidak dapat menetralisasi virus,
Antibodi heterolog yang telah ada sebelumnya akan mengenai virus lain yang
berikatan dengan reseptor dari membran sel leukosit terutama makrofag. Sebagai respon
Infeksi dengan hanya salah satu dari empat serotipe dengue dapat menghasilkan
spektrum penuh dan beratnya penyakit. Spektrum penyakit dapat berkisar dari, sindrom
demam non-spesifik ringan, demam berdarah klasik (DF), dengan bentuk parah dari
penyakit, DHF dan demam berdarah shock syndrome (DSS). Bentuk parah biasanya
terwujud setelah hari 2-7 fase demam dan sering ditandai dengan tanda-tanda peringatan
klinis dan laboratorium. Walaupun tidak ada agen terapeutik untuk infeksi dengue, kunci
perawatan suportif, termasuk pemberian cairan isotonik intravena atau koloid, serta
pemantauan ketat tanda-tanda vital dan status hemodinamik, keseimbangan cairan, dan
parameter hematologi.
Perjalanan infeksi virus di dalam tubuh manusia sangat tergantung dari interaksi
antara kondisi imunologik dan umur seseorang. Oleh karena itu infeksi virus dengue
yaitu demam tanpa penyebab yang jelas, dengue fever (DF) dan bermanifestasi berat
dengan dengue hemorrhagic fever(DHF) tanpa syok atau dengue shock syndrome
(DSS).8Manifestasi klinis bergantung pada strain virus, faktor host misalnya umur, dan
status imun. Berikut ini adalah bagan manifestasi klinis dari infeksi virus dengue.
Pada umumnya pasien mengalami demam selama 2-7 hari, yang diikuti oleh fase
kritis selama 2-3 hari. Pada waktu fase ini pasien sudah tidak demam, akan tetapi
mempunyai resiko untuk terjadi renjatan jika tidak mendapat 53 pengobatan yang
adekuat. Gejala lain seperti mual muntah, diare, ruam kulit, nyeri kepala serta nyeri otot
dan tulang. Nyeri kepala dapat menyeluruh atau terpusat pada supraorbita dan
Gambaran klinis penderita dengue terdiri atas 3 fase yaitu fase febris, fase kritis
dan fase pemulihan. Pada fase febris, Biasanya demam mendadak tinggi pada hari 1 – 3
hari mencapai 40o C, disertai muka kemerahan, eritema kulit, nyeri seluruh tubuh,
mialgia, artralgia dan sakit kepala.Pada beberapa kasus ditemukan nyeri tenggorok,
injeksi faring dan konjungtiva, anoreksia, mual dan muntah.Pada fase ini dapat pula
ditemukan tanda perdarahan seperti ptekie, perdarahan mukosa, walaupun jarang dapat
pada hari 3 – 6 sakit dan ditandai dengan penurunan suhu tubuh disertai kenaikan
penurunan hitung trombosit.Pada fase ini dapat terjadi syok. Fase pemulihan, bila fase
secara perlahan pada 48 – 72 jam setelahnya. Keadaan umum penderita membaik, nafsu
2.5. Diagnosis
terdiri dari kriteria klinis dan laboratoris. Kriteria klinis berdasarkan WHO 2011:8
1. Demam akut, tinggi mendadak 2-7 hari pada beberapa kasus, eritema kulit,
Kriteria Laboratoris:
hematokrit, cukup untuk menegakkan diagnosis klinis demam berdarah dengue. Adanya
pembesaran hati selain dua kriteria klinis pertama adalah dugaan terjadinya demam
berdarah dengue sebelum onset kebocoran plasma. Efusi pleura (X-ray dada atau
berat, kondisi ketika tidak adanya hematocrit dasar, dan peningkatan hematocrit kurang
dari 20% akibat pemberian terapi intravena secara dini. Pada kasus syok, peningkatan
ESR yang rendah (kurang dari 10 mm/satu jam pertama) selama syok membedakan DSS
dari syok septik. Berdasarkan tingkat keparahan, WHO (2004) membagi demam
1. Derajat 1: Demam yang disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi
lainnya.
3. Derajat 3: Adanya kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan nadi
menurun (20 mmHg atau kurang) atau hipotensi, sianosis di daerah sekitar mulut,
4. Derajat 4: Syok berat, dimana nadi tidak dapat diraba dan tekanan darah tidak
terukur
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 KASUS
Seorang Pasien wanita bernama Ny. G datang ke RS pada tanggal 21 maret
2022, pasien datang ke IGD dengan keluhan demam sejak 3 hari Sebelum masuk
rumah sakit disertai dengan badan terasa menggigil, linu-linu, pusing, mual,
muntah, nafsu makan menurun dan merasakan nyeri ulu hati
3.1.1. DATA
a. subjektif
badan mengigil
linu-linu
pusing
mual, muntah
nafsu makan menurun
nyeri ulu hati
b. Objektif
RR 20 kali/ menit 12-20/menit
Suhu 37,8ºC 36,6º-37,2ºC
Nadi ( HR) 116 kali/menit 60-100/menit
Pemeriksaan Penunjang
MCV 84 fL 81-101 fL
3.1.2. ASSESMENT
Berdasarkan analisis objective dan subjective yang didapat bahwa pasien
mengalami DHF dan Peptik Ulcer.sehingga menetukan dan melihat penggunaan terapi
pada pasien DHF dan Juga Mengalami Peptik Ulcer apakah sudah sesuai.
Pemberian terapi DHF yaitu diberikan Infus RL 40 tpm Paracetamol 3 x sehari 500
mg, Injeksi Ondansetron 2 x sehari 4 mg, Sudah Sesuai dengan Penyakit Yang di derita
Oleh pasie. Dan dari Obat tersebut tidak ada interaksi antara Masing-masing obat.
Peberian Terapi Peptik Ulcer yaitu Injeksi Ranitidin, Sucralfat syrup, Kedua obat
ini tidak Memiliki interaksi,hanya saja kedua obat tersebut sama-sama bekerja di
lambung sehingga pemberian di berikan perbedaan waktu pemberian.
3.1.3. PLAN
Obat yang digunakan untuk mengurangi gejala yang timbul atau dirasakan pasien
akibat DBD :
1. Infus RL 40 tpm
Komposisi infus RL : natrium klorida, kalsium klorida, sodium Klorida, natrium laktat,
aquades Indikasi pada kasus ini digunakan untuk menggantikan cairan tubuh yang
hilang karena pasien dehidrasi akibat mual muntah yang disebabkan karena DBD
2. Paracetamol 3 x sehari 500 mg
Indikasi pada kasus : Digunakan sebagai analgetik – antipretik
3. Injeksi Ondansetron 2 x sehari 4 mg
Ondansetron merupakan suatu antagonis reseptor 5-HT3 yang bekerja secara selektif
dan kompetitif dalam mencegah dan mengatasi mual dan muntah
DAFTAR PUSTAKA
CYNTHIA KUSMIWATI,Study penggunaan obat pada penderita demam
berdara,Surabaya,2006