BAB I
PENDAHULUAN
Demam Dengue (DD) adalah penyakit akut yang disebabkan oleh virus dengue, yang
ditularkan oleh nyamuk. Sedangkan demam berdarah dengue (DBD) merupakan gejala
demam dengue disertai dengan tanda kebocoran plasma (plasma leakage). DBD
merupakan penyakit yang banyak ditemukan di sebagian besar wilayah tropis dan
subtropis, terutama Asia Tenggara, Amerika Tengah, Amerika dan Karibia. Inang
(host) alami DBD adalah manusia, agentnya adalah virus dengue yang termasuk ke
dalam famili Flaviridae dan genus Flavivirus, terdiri dari 4 serotipe yaitu Den-1,
Den-2, Den3 dan Den-41, ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk yang
terinfeksi, khususnya nyamuk Aedes aegypti dan Ae. albopictus 2
yang terdapat
hampir di seluruh pelosok Indonesia.3
Sampai saat ini penyakit DBD masih menjadi masalah kesehatan masyarakat
dan endemis di Indonesia. Penyakit ini dapat mengakibatkan Kejadian Luar Biasa
(KLB) di beberapa daerah endemis yang terjadi hampir setiap tahunnya pada musim
penghujan.4 World Health Organization (WHO) mencatat sejak tahun 1968 hingga
tahun 2009, Negara Indonesia merupakan Negara dengan kasus DBD tertinggi di
Asia Tenggara. Jumlah kasus DBD di Indonesia pada tahun 2010 sebanyak 156.086
kasus dengan jumlah kematian akibat DBD sebanyak 1.358 orang.5
Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang disebabkan
oleh virus dengue dan mengakibatkan spektrum manifestasi klinis yang bervariasi
antara yang paling ringan, demam dengue (DD), demam berdarah dengue (DBD) dan
demam dengue yang disertai renjatan atau dengue shock syndrome (DSS).
Manifestasi klinis ditandai dengan demam tinggi terus menerus selama 2-7 hari;
pendarahan diatesis seperti uji tourniquet positif, trombositopenia dengan jumlah
trombosit ≤ 100 x 109/L dan peningkatan hematorit, leukopenia dan kebocoran
plasma akibat peningkatan permeabilitas pembuluh pada demam berdarah dengue..2
Salah satu faktor risiko penularan demam dengue adalah pertumbuhan
penduduk perkotaan yang cepat, mobilisasi penduduk karena membaiknya sarana dan
prasarana transportasi dan terganggu atau melemahnya pengendalian populasi
sehingga memungkinkan terjadinya KLB. Tidak ada terapi spesifik pada demam
dengue, prinsip utama adalah terapi suportif adekuat, yang dapat menurunkan angka
kematian hingga <1%. Khusus untuk pasien DBD terapi utama adalah rehidrasi dan
menangani pendarahan untuk menurunkan mortalitas. Hal yang penting dalam dam
dengue dan DBD adalah pencegahan penularan virus dengue.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Penyakit Demam Dengue (DD) adalah penyakit akut yang disebabkan oleh virus
dengue, yang ditularkan oleh nyamuk, sedangkan Demam berdarah dengue (DBD)
disertai dengan tanda kebocoran plasma. Penyakit ini terutama menyerang anak-anak
yang bertendensi menimbulkan syok dan kematian.7,8 Menurut World Health
Organization (WHO), demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit yang
disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes yang terinfeksi salah satu dari empat tipe
virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang
disertai leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan diathesis hemoragik.
Pada demam berdarah dengue terjadi perembesan plasma yang ditandai dengan
hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan di rongga
tubuh.9,10
2.2 Etiologi
Demam dengue disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk.
Virus dengue ini termasuk kelompok B Arthropod Virus (Arbovirus) yang sekarang
dikenal sebagai genus Flavivirus, famili Flaviviride, dan mempunyai 4 jenis serotipe
yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Infeksi dari salah satu serotipe
menimbulkan antibodi terhadap virus yang bersangkutan, sedangkan antibodi yang
terbentuk untuk serotipe lain sangat kurang, sehingga tidak dapat memberikan
perlindungan terhadap serotipe lain. Seorang yang tinggal di daerah endemis dengue
dapat terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe yang berbeda selama hidupnya. Serotipe DEN-
3 merupakan serotipe yang dominan dan diasumsikan banyak yang menunjukkan
manifestasi klinik yang berat. 7,9
Beberapa pasien demam dengue terus berkembang menjadi demam berdarah
dengue (DBD) yang berat. Biasanya demam mulai mereda pada 3-7 hari setelah onset
gejala. Pada pasien juga bisa didapatkan tanda peringatan (warning sign) yaitu sakit
perut, muntah terus-menerus, perubahan suhu (demam hipotermia), perdarahan, atau
perubahan status mental (mudah marah,bingung). Menurut WHO kriteria demam
berdarah dengue ialah demam yang berlangsung 2-7 hari, terdapat manifestasi
perdarahan, trombositopenia (jumlah trombosit < 100.000/mm3), dan peningkatan
permeabilitas pembuluh darah.9
2.3 Epidemiologi
Sampai saat ini penyakit demam berdarah dengue (DBD) masih menjadi
masalah kesehatan masyarakat dan endemis di Indonesia. Penyakit ini dapat
mengakibatkan Kejadian Luar Biasa (KLB) di beberapa daerah endemis yang terjadi
hampir setiap tahunnya pada musim penghujan. Sejak tahun 1952 infeksi virus
dengue menimbulkan manifestasi klinis berat yaitu demam berdarah dengue (DBD)
yang ditemukan di Manila, Filipina. Kemudian menyebar ke Thailand, Vietnam,
Malaysia bahkan Indonesia.4
Demam berdarah dengue sering terjadi pada anak usia kurang dari 15 tahun.
Sekitar 50% penderita DBD berusia 10-15 tahun yang merupakan golongan usia yang
tersering menderita DBD dibandingkan dengan bayi dan orang dewasa. Nyamuk
Aedes aegypti yang aktif menggigit pada siang hari dengan dua puncak aktivitas yaitu
pada pukul 08.00 – 12.00 dan 15.00 – 17.00.9,11
Jumlah kasus DBD di Indonesia pada tahun 2010 sebanyak 156.086 kasus
dengan jumlah kematian akibat DBD sebanyak 1.358 orang, Insidence rate (IR) 65,7
per 100.000 penduduk dan case fatality rate (CFR) sebesar 0,87%. Terjadi penurunan
IR DBD jika dibandingkan dengan tahun 2009 yaitu sebesar 68,22 per 100.000
penduduk. Demikian juga dengan CFR yang mengalami sedikit penurunan, pada
tahun 2009 CFR DBD sebesar 0,89%.5
World Health Organization (WHO) mencatat sejak tahun 1968 hingga tahun
2009, Indonesia merupakan Negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara.
Penyakit DBD masih menjadi permasalahan yang serius di Provinsi Jawa Tengah, hal
ini terbukti dengan adanya 35 kabupaten/kota yang sudah pernah terjangkit penyakit
DBD. Sedangkan insidence rate (IR) DBD di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2011
sebesar 15,27/100.000 penduduk. Apabila dibandingkan dengan tahun 2010 yang
jumlahnya 59,8/100.000 penduduk pada tahun 2011 mengalami penurunan yang
sangat derastis. Angka kematian / Case Fatality Rate (CFR) DBD di Provinsi Jawa
Tengah pada tahun 2011 ialah 1,29%. Angka kesakitan tertinggi pada tahun 2011
berada di Kota Semarang dan terendah di Kabupaten Wonogiri sebesar 4,29/100.000
penduduk.4
Morbiditas dan mortalitas infeksi virus dengue dipengaruhi berbagai faktor
antara lain imunitas penjamu, kepadatan vektor nyamuk, transmisi virus dengue,
keganasan (virulensi) virus dengue dan kondisi geografis setempat.9
2.4 Patogenesis
Demam dengue atau demam berdarah dengue tidak ditularkan dari manusia ke
manusia. Virus dengue masuk ke dalam tubuh nyamuk setelah menggigit manusia
yang mengalami viremia. Nyamuk Aedes spp yang sudah terinfesi virus dengue, akan
tetap infektif sepanjang hidupnya dan terus menularkan kepada individu yang rentan
pada saat menggigit dan menghisap darah.12 Setelah masuk ke dalam tubuh manusia,
virus dengue akan menuju organ sasaran yaitu sel kuffer hepar, endotel pembuluh
darah, nodus limpaticus, sumsum tulang dan paru-paru. Beberapa penelitian
menunjukkan, sel monosit dan makrofag mempunyai peran pada infeksi ini, dimulai
dengan menempel dan masuknya genom virus ke dalam sel dengan bantuan organel
sel dan membentuk komponen perantara dan komponen struktur virus. Setelah
komponen struktur dirakit, virus dilepaskan dari dalam sel. 13 Infeksi ini menimbulkan
reaksi immunitas protektif terhadap serotipe virus tersebut tetapi tidak ada cross
protective terhadap serotipe virus lainnya. 14
Secara invitro, antobodi terhadap virus dengue mempunyai 4 fungsi biologis
yaitu netralisasi virus, sitolisis komplemen, antibody dependent cell-mediated
cytotoxity (ADCC) dan ADE.15
Gambar 1. Proses patogenesis infeksi dengue
2.7 Diagnosis
Demam Dengue memiliki spektrum presentasi klinis yang luas, seringkali
dengan klinis yang tidak dapat diprediksi dan dibedakan dengan klinis penyakit lain.
Tentu saja klinis, sebagian kecil berkembang menjadi penyakit berat, sebagian besar
ditandai dengan kebocoran plasma dengan atau tanpa haemorrhage. Menentukan
derajat keparahan Demam Dengue sebaiknya dilakukan pada evaluasi penilaian awal
ketika pasien masih di triage, untuk menentukan derajat serta seberapa intensif terapi
yang diberikan selanjutnya. Adapun klasifikasi Demam dengue pada tabel berikut :
Tabel 2. Klasifikasi Demam Dengue
Diagnosis Kriteria
Dengue ± Warning Sign Probable dengue : Warning Sign :
Pasien memiliki riwayat Nyeri perut atau
tinggal atau sehabis bengkak
bepergian ke daerah Muntah persisten
endemis Dengue. Kriteria Akumulasi
nya meliputi demam dan cairan
diikuti oleh kriteria Pendarahan
berikut: mukosa
Mual, muntah Letargi,
Ruam kelelahan
Nyeri sendi Pembesaran liver
Tes Torniquet (+) > 2 cm
Leukopenia Lab: peningkatan
TandaWarning Sign
Hematocrite
dengan penurunan
jumlah platelet
Pemeriksaan Platelet
Pemeriksaan platelet digunakan untuk menentukan derajat dari
kebocoran plasma pada infeksi dengue. Umumnya akan terjadi penurunan
jumlah trombosit disertai peningkatan hemtokrit. Trombositopenia awalnya
terjadi akibat penekanan terhadap sumsum tulang pada fase demam viremia.
Trombositopenia progresif disertai penurunan demam disebabkan oleh
destruksi platelet oleh sistem imun. Hal ini didukung oleh adanya kompleks
virus-antibodi yang telah terdeteksi pada permukaan platelet dari pasien DBD.
Perlekatan platelet dengan sel endotel akibat tingginya pelepasan
plateletactivating factor oleh monosit dan infeksi sekunder oleh serotype
berbeda juga semakin memperberat trombositopenia pada pasien.
Trombositopenia berkaitan dengan gejala klinis dari perdarahan yang muncul.
Jumlah platelet normal selama fase awal demam. Penurunan ringan dapat
terjadi selanjutnya. Penurunan jumlah platele secara tiba-tiba hingga di bawah
100.000 terjadi di akhir fase demam sebelum onset syok ataupun demam
surut. Jumlah platelet berkorelasi dengan keparahan DBD. Selain itu, terdapat
kerusakan pada fungsi platelet. Perubahan ini terjadi secara singkat dan
kembali normal selama fase pemulihan.
Pemeriksaan Hematokrit
Hematokrit normal pada fase awal demam. Peningkatan kecil dapat
terjadi karena demam tinggi, anoreksi, dan muntah. Peningkatan hematokrit
secara tiba-tiba terlihat setelah jumlah platelet berkurang. Hemokonsentrasi
atau naiknya hematokrit sebesar 20% dari batas normal merupakan bukti
obyektif adanya kebocoran plasma.
Penemuan lain adalah hipoproteinemia/ albuminemia (sebagai kosekuensi
kebocoran plasma), hiponatremia, dan kenaikan ringan AST serum (<=200
U/L) dengan rasio AST:ALT>2.
Albuminuria ringan sesaat juga dapat terlihat
Pada sebagian besar kasus, pemeriksaan koagulasi dan faktor fibrinolitik
menunjukkan berkurangnya fibrinogen, protrombin, faktor VIII, faktor XII,
dan antitrombin. Pengurangan antiplasmin (penghambat plasmin) juga
terdeteksi pada beberapa kasus. Pada kasus berat dengan disfungsi hepar,
kofaktor protrombin tergantung vitamin K berkurang, seperti faktor V,VII,IX,
dan X.
Waktu tromboplastin (PPT) sebagian dan waktu protrombin (PT) memanjang
pada sepertiga sampai setengah kasus DBD. Waktu trombin juga memanjang
di kasus yang berat.
Hiponatremia terjadi beberapa kali pada DBD dan lebih parah pada syok.
Hipokalsemia (dikoreksi dengan hipoalbuminemia) terjadi pada seluruh kasus
DBD, levelnya lebih rendah pada derajat 3 dan 4
Asidosis metabolik juga sering ditemukan di kasus dengan syok
berkepanjangan. Kadar nitrogen urea dalam darah meningkat pada syok
berkepanjangan.28
2.9 Penatalaksanaan
Pada dasarnya penatalaksanaan demam dengue/demam berdarah dengue
bersifat simtomatis dan suportif yaitu mengatasi kehilangan cairan plasma sebagai
akibat peningkatan permeabilitas kapiler dan perdarahan. Pasien demam dengue (DD)
dapat berobat jalan sedangkan pasien DBD dirawat di ruang perawatan biasa. Tetapi
pada kasus DBD dengan komplikasi diperlukan perawatn intensif. Diagnosis dini dan
memberikan edukasi untuk segera dirawat bila terdapat tanda syok, merupakan hal
yang penting untuk mengurangi angka kematian. Di pihak lain, perjalanan penyakit
DBD sulit diramalkan. Pasien yang pada waktu masuk keadaan umumnya tampak
baik, dalam waktu singkat dapat memburuk dan tidak tertolong. Kunci keberhasilan
tatalaksana DBD/SSD terletak pada ketrampilan para dokter untuk dapat mengatasi
masa peralihan dari fase penurunan suhu (fase kritis, fase syok) dengan baik.
Spektrum klinis infeksi dengue mencakup infeksi asimtomatik, DD dan DBD, yang
ditandai dengan kebocoran plasma dan manifestasi perdarahan. Pada akhir masa
inkubasi, penyakit dimulai secara tiba-tiba dan diikuti oleh tiga tahap, demam, kritis
dan fase pemulihan.
Pada pasien DD, saat suhu turun pada umumnya merupakan tanda
penyembuhan. Meskipun demikian semua pasien harus diobservasi terhadap
komplikasi yang dapat terjadi selama 2 hari setelah suhu turun. Hal ini disebabkan
oleh karena kemungkinan kita sulit membedakan antara DD dan DBD pada fase
demam. Perbedaan akan tampak jelas saat suhu turun, yaitu pada DD akan terjadi
penyembuhan sedangkan pada DBD terdapat tanda awal kegagalan sirkulasi (syok).
Komplikasi perdarahan dapat terjadi pada DD tanpa disertai syok. Oleh
karena itu, orang tua atau pasien dinasehati bila terasa nyeri perut hebat dan buang air
besar berlebih. Pada pasien yang tidak mengalami komplikasi setelah suhu turun 2-3
hari, tidak perlu lagi observasi.
2.9.2 Demam Berdarah Dengue (DBD)
Perbedaan patofiologis utama antara DBD dan penyakit lain adalah adanya
peningkatan permeabilitas kapiler yang menyebabkan perembesan plasma dan
gangguan hemostasis. Gambaran klinis DBD sangat khas yaitu demam tinggi
mendadak., diastasis hemoragik, hepatomegaly dan kegagalan sirkulasi. Maka
keberhasilan tatalaksana DBD terletak pada bagaian mendeteksi secara dini fase kritis
yaitu saat suhu turun yang merupakan fase awal terjadinya kegagalan sirkulasi.
1. Fase Demam
Pemberian antipiretik bermanfaat menurukan demam <390C. Apabila cairan
oral tidak dapat diberikan oleh karena tidak minum, muntah atau nyeri perut yang
berlebihan, makan cairan intravena rumatan perlu diberikan. Antipiretik kadang-
kadang diperlukan, tetapi perlu diperhatikan bahwa antipiretik tidak dapat
mengurangi lama demam pada DBD. Rasa haus dan keadaan dehidrasi dapat timbul
sebagai akibat demam tinggi, anoreksia dan muntah. Jenis minuman yang dianjurkan
jus buah, air the manis, sirup, susu. Pasien perlu diberikan minum 50ml/kgBB dalam
4-6 jam pertama.
Keadaan umum, nafsu makan, muntah, perdarahan serta tanda dan gejala
lainnya.
Perfusi perifer dapat dilakukan sesering mungkin sesuai indikasi karena hal
tersebut merupakan petanda awal syok dan mudah/cepat untuk dilakukan.
Tanda-tanda vital seperti suhu, denyut nadi, laju pernapasan dan tekanan
darah harus diperiksa setidaknya setiap 2-4 jam pada pasien non-syok dan 1-
2 jam pada pasien syok.
Hematokrit serial harus dilakukan setidaknya setiap empat sampai enam jam
dalam kasus yang stabil dan harus lebih sering pada pasien yang tidak stabil
atau dicurigai mengalami perdarahan. Harus dicatat bahwa hematokrit harus
dilakukan sebelum resusitasi cairan. Jika hal ini tidak dilakukan, maka
pemeriksaan hematokrit harus dilakukan setelah bolus cairan dan jangan saat
pemberian bolus cairan sedang berjalan.
Jumlah urine harus dicatat setidaknya setiap 8 sampai 12 jam pada kasus tidak
berat, per jam pada pasien dengan syok atau dengan kelebihan cairan. Selama
periode ini jumlah output urine harus sekitar 0,5 ml/kg/ jam (harus
didasarkan pada berat badan ideal).
Pada pasien-pasien dewasa atau mereka yang mengalami obesitas atau penderita
diabetes melitus harus menjalani pemeriksaan kadar gula darah. Sementara itu, pasien
yang mengalami syok dan atau dengan komplikasi harus menjalani pemeriksaan
laboratorium seperti diperlihatkan di kotak 13 Perbaikan terhadap nilai laboratorium
yang tidak normal harus dilakukan seperti misalnya: hipoglikemia, hipokalsemia serta
asidosis metabolik yang tidak respon dengan resusitasi cairan. Pemberian vitamin K1
intravena dapat diberikan jika terdapat pemanjangan waktu protrombin. Perlu dicatat
bahwa pada tempat-tempat dimana fasilitas laboratorium tidak memadai, kalsium
glukonat dan vitamin K1 harus diberikan sebagai bagian dari terapi intravena. Pada
keadaan syok dan tidak respon dengan cairan resusitasi intravena, asidosis mesti
dikoreksi dengan NaHCO3 jika pH < 7,3 dan bikarbonat serum < 15 mEq/L.
1. Terapi cairan intravena pada DBD selama periode kritis
Indikasi cairan IV:
Jika pasien tidak bisa diberi asupan oral yang memadai atau muntah.
Jika HCT terus meningkat 10% -20% meskipun rehidrasi oral sudah
diberikan.
Adanya ancaman munculnya syok
Tanda-tanda pemulihan
Nadi, tekanan darah dan laju pernapasan stabil
Suhu normal.
Tidak ada bukti perdarahan eksternal atau internal.
Nafsu makan membaik.
Tidak ada muntah, tidak ada sakit perut
Produksi urin baik.
Hematokrit yang stabil pada nilai baseline.
Ruam petekie yang muncul pada fase penyembuhan bisa disertai rasa
gatal, terutama pada ekstremitas.
1. Perempuan usia 22 tahun datang ke UGD RS dengan keluhan demam tinggi sejak 3 hari
disertaimual dan rasa nyeri seluruh sendi. Dari hasil Pemeriksaan tanda vital dijumpai TD
110/8 mmHg,HR 100x/menit RR 18x/menit. Hasil laboratorium dijumpai Hb 12 gr/dl,
leukosit 7.000, trombosit124.000, HCT 40%, NS1 (+). Dari hasil tornikuet test (+) dan
didapatkan ptekie di kedua tanganpasien. Apa diagnosa pasien yang paling tepat?
a. Dengue Fever
b. DHF grade 1
c. DHF grade 2
d. DHF grade 3
e. DHF grade 4
2. Laki-laki usia 25 tahun datang ke UGD RS dengan keluhan demam tinggi sejak 3 hari
disertaimual dan rasa nyeri seluruh sendi. Dari hasil Pemeriksaan fisik didapatkan ptekie
di kedua tanganpasien. Pemeriksaan tanda vital didapatkan TD 110/70 mmHg, HR
100x/menit, RR 20x/menit.Hasil laboratorium Hb 13 gr/dl, leukosit 5000, trombosit
98.000, NS1 (+). Dari hasil foto thoraxdidapatkan kesan efusi pleura bilateral. Apa
diagnosa pasien yang paling tepat?
a. DF
b. DHF grade 1
c. DHF grade 2
d. DHF grade 3
e. DHF grade 4
3. Pasien laki-laki 25 tahun dibawa ke IGD dengan keluhan penurunan kesadaran sejak 1
jam ini.Menurut keluarga, pasien demam tinggi sejak 4 hari yang lalu dan nyeri sendi-
sendi disertai mualmuntah sebelumnya. Pemeriksaan tanda vital didapatkan TD tidak
terukur, nadi tidak teraba, RR15x/menit, Tax 38,0 C, hepar membesar, akral teraba dingin
dan basah. Pada pemeriksaan labdidapatkan Hb 15.1 gr/dl; hematocrit 52%; leukosit
2500; trombosit 35.000, IgM anti Dengue (+).
Diagnosa pada pasien ?
a. DHF grade 1
b. DHF grade 2
c. DHF grade 3
d. DHF grade 4
e. Dengue Fever
4. Seorang laki-laki usia 25 tahun datang ke praktek dokter dengan keluhan demam tinggi
selama3 hari. Demam dirasa terus menerus dan mendadak tinggi. Pasien juga
mengeluhkan nyeri sendiserta kemeng di belakang bola mata. Mimisan disangkal. Dari
hasil pemeriksaan fisik didapatkanTD 100/70 mmHg, HR 90x/menit, RR 202x/menit,
Tax 39 C, liver teraba 1 cm di bawah arcuscostae. Dari pemeriksaan laboratorium
didapatkan Hb 11, Leukosit 4000, Trombosit 60.000, Hct42%. Pemeriksaan selanjutnya
yang disarankan adalah ?
a. NS1
b. IgM-IgG anti dengue
c. Urine lengkap
d. Blood smear
e. Darah rutin
5. Seorang laki-laki usia 25 tahun datang ke praktek dokter dengan keluhan demam tinggi
selama5 hari. Demam dirasa terus menerus dan mendadak tinggi. Pasien juga
mengeluhkan nyeri sendi serta kemeng – kemeng di belakang bola mata. Mimisan
disangkal. Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan TD 100/70 mmHg, HR 90x/menit, RR
22x/menit, Tax 39 C, liver teraba 1 cm di bawah arcus costae. Dari pemeriksaan
laboratorium didapatkan Hb 11 gr/dl, Leuko 4000, Trombosit 60.000, Hct 42%.
Pemeriksaan selanjutnya yang disarankan adalah ?
a. NS1
b. IgM-IgG anti dengue
c. Urine lengkap
d. Blood smear
e. Darah rutin
6. Tn. Jonathan 28 tahun datang dengan keluhan lemas. Sebelumnya pasien mengalami
demam tinggi 2 hari, mual muntah, dan nyeri kepala. Pasien juga mengalami mimisan
dari hidung. Dokter memutuskan untuk merawat pasien dan melakukan pemeriksaan
penunjang. Dari hasil pemeriksaan tanda vital didapatkan TD 100/70 mmHg, HR
90x/menit, RR 22x/menit, Tax 39 C. Pemeriksaan darah Rutin didapatkan Hb: 11 gr%,
Hematokrit 48% dan Trombosit 89.000/mm
Apakah kemungkinan hasil pemeriksaan Serologi Dengue yang didapat?
a. NS1 +, IgG + , IgM +
b. NS1 +, IgG - , IgM –
c. NS1 +, IgG +, IgM –
d. NS1 -, IgG - , igM +
e. NS1 -, IgG +, IgM +
7. Laki-laki 25 tahun datang ke UGD RS dengan keluhan demam tinggi sejak 3 hari disertai
mual muntah dan rasa nyeri seluruh sendi. Dari hasil pemeriksaan tanda vital TD 110/70
mmHg, HR100x/menit, RR 20x/menit. Hasil laboratorium didapatkan Hb 13 gr/dl,
leukosit 5.000, trombosit 110.000, HCT 40%. Pemeriksaan laboratorium dijumpai NS1
(+).
Apa tatalaksana yang tepat?
a. Rawat inap + Paracetamol + domperidone + infus RL
b. Rawat jalan + Paracetamol + domperidone + intake cairan per oral + antibiotic
c. Rawat inap + paracetamol + domperidone + koloid iv
d. Rawat inap + paracetamol + domperidone+ kristaloid iv + antibiotic
e. Rawat Jalan + Paracetamol + intake cairan oral + domperidone
8. Nn. Merry 21 tahun dibawa ke IGD dengan keluhan demam tinggi. Demam tinggi sejak 4
hari yang lalu, kemudian turun sampai di bawah normal, 3 hari kemudian demam naik
sampai suhu kembali normal. Keluhan disertai dengan nyeri kepala, mual, dan nyeri
sendi.
Apa nama tipe demam yang dialami oleh pasien ini?
a. Kontinyu
b. Remiten
c. Intermiten
d. Step ladder patern
e. Pelana kuda V
9. Laki - laki, 25 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan panas badan sejak 5 hari yg
lalu yang tiba - tiba tinggi, terus menerus. Sejak 3 hari yg lalu disertai mual muntah 2-3x
perhari. Terdapat nyeri kepala, nyeri otot, dan pegal - pegal. Tidak disertai batuk pilek.
BAB dan BAK tidak ada kelainan. Pemeriksaan fisik: TD 80/50 mmHg, nadi 108x/menit,
suhu 37.6C, nyeri epigastrik (+), ptekie kedua ekstremitas (+). Pemeriksaan laboratorium
dijumpai Hct 55%,trombosit 45.000.
Apakah terapi yg paling tepat diberikan?
a. Infus RL
b. Oksigen
c. Antibiotik
d. Obat anti mual muntah
e. transfusi trombosit
10. Seorang perempuan berusia 21 tahun dibawa oleh keluarganya ke UGD RS karena tidak
sadarkan diri. Menurut keluarganya 5 hari sebelumnya pasien menderita demam tinggi,
disertai mual, nyeri sendi, bahkan 2 hari yang lalu sempat mimisan. Pada pemeriksaan
fisik didapatkan tekanan darah 90 mmHg/palpasi, denyut nadi 120x/menit cepat
dan lemah,frekuensi napas 28x/menit, temperatur 37,1C akral dingin, dan kulit pucat.
Apakah diagnosis yang tepat untuk kasus tersebut ?
a. Demam Chikunguya
b. Demam Tifoid
c. Meningitis
d. Ensefalitis
e. Dengues Shock Syndrome