Anda di halaman 1dari 21

Demam Berdarah Dengue (DBD)

Sukohar A
asepsukohar@gmail.com
Bagian Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

Abstrak

Demam berdarah dengue (DBD) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh
infeksi virus dengue. DBD adalah penyakit akut dengan manifestasi klinis
perdarahan yang menimbulkan syok yang berujung kematian. DBD disebabkan
oleh salah satu dari empat serotipe virus dari genus Flavivirus, famili Flaviviridae.
Terdapat 4 serotipe DBD: Dengue 1, 2, 3 dan 4 di mana Dengue tipe 3 merupakan
serotipe virus yang dominan menyebabkan kasus yang berat. Dalam tubuh
manusia, virus memerlukan waktu masa tunas 4–6 hari (intrinsic incubation period)
sebelum menimbulkan penyakit. Terbentuknya kompleks antigen antibodi akan
mengaktivasi sistem komplemen. Pelepasan C3a dan C5a akibat aktivasi C3 dan C5
menyebabkan meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan
merembesnya plasma melalui endotel dinding pembuluh darah. Renjatan berat
dapat terjadi jika volume plasma berkurang sampai lebih dari pada 30% dan
berlangsung selama 24-48 jam. Renjatan yang tidak ditanggulangi secara adekuat
akan menimbulkan anoksia jaringan, asidosis metabolik dan kematian. Cara yang
paling efektif dalam mencegah penyakit DBD adalah dengan mengkombinasikan
”3M Plus”, yaitu menutup, menguras dan menimbun. Pengobatan penderita
Demam Berdarah Dengue bersifat simptomatik dan suportif. [Medula
Unila.2014;2(2) : 1-15]

Kata kunci: DBD, patofisiologi, pencegahan, penatalaksanaan

Abstract

Dengue hemorrhagic fever ( DHF ) is a disease caused by dengue virus infection. Dengue is
an acute disease with clinical manifestations of shock that causes bleeding and led to death.
Dengue is caused by one of four virus serotypes of the genus Flavivirus, family Flaviviridae .
There are four serotypes of Dengue: Dengue 1 ,2 ,3 and 4 in which the dengue virus type 3 is
the predominant serotypes causing severe disease. In the human body, the virus has 4-6 day
incubation period (intrinsic incubation period) before causing disease. Formation of antigen-
antibody complexs, activates the complement system. Release C3a and C5a due to activation
of C3 and C5 cause heightened permeability of blood vessel walls and leakage of plasma
through the endothelial walls of blood vessels. Severe shock may occur if the plasma volume
decreases more than 30% and lasts for 24-48 hours. Shock that is not adequately addressed
will cause tissue anoxia , metabolic acidosis and death. The most effective prevent dengue

Medula, Volume 2, Nomor 2, Februari 1


fever is to combine the " 3M Plus ", which is closing, draining and hoarding. Treatment of
patients with Dengue fever is symptomatic and supportive. [Medula Unila.2014;2(2) : 1-15]

Key words: DBD, pathophysiology, prevention, treatment

PENDAHULUAN

Demam berdarah dengue (DBD) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh

infeksi virus dengue. DBD adalah penyakit akut dengan manifestasi klinis

perdarahan yang menimbulkan syok yang berujung kematian. DBD

disebabkan oleh salah satu dari empat serotipe virus dari genus Flavivirus,

famili Flaviviridae. Setiap serotipe cukup berbeda sehingga tidak ada

proteksi- silang dan wabah yang disebabkan beberapa serotipe

(hiperendemisitas)

dapat terjadi. Virus ini bisa masuk ke dalam tubuh manusia dengan

perantara nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Kedua jenis nyamuk

ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-

tempat

ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut. Seluruh wilayah di

Indonesia mempunyai resiko untuk terjangkit penyakit demam berdarah

dengue, sebab baik virus penyebab maupun nyamuk penularnya sudah

tersebar luas di perumahan penduduk maupun di tempat-tempat umum

diseluruh Indonesia kecuali tempat-tempat di atas ketinggian 100 meter dpl.

Hampir setiap tahun terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) di beberapa daerah

Medula, Volume 2, Nomor 2, Februari 2


pada musim penghujan. Penyakit ini masih menjadi masalah kesehatan

masyarakat dan endemis di sebagian kabupaten / kota di Indonesia .

Penyakit Demam Berdarah Dengue dapat menyerang semua golongan umur.

Sampai saat ini penyakit Demam Berdarah Dengue lebih banyak menyerang

anak-anak tetapi dalam dekade terakhir ini terlihat adanya kecenderungan

kenaikan proporsi penderita Demam Berdarab Dengue pada orang dewasa.

MASALAH

Sejak tahun 1968 hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO)

mencatat negara Indonesia sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi di

Asia Tenggara. Di Indonesia, DBD pertama kali ditemukan di kota Surabaya

pada tahun 1968, sebanyak 58 orang terinfeksi dan 24 orang meninggal

dunia. Sejak saat itu, penyakit ini menyebar luas ke seluruh Indonesia

(Depkes RI, 2010). Pada tahun 2002 jumlah kasus sebanyak 40.377 (IR:

19,24/100.000 penduduk dengan 533 kematian (CFR: 1,3%), tahun 2003

jumlah kasus sebanyak 52.566 (IR: 24,34/100.000 penduduk) dengan 814

kematian (CFR: 1,5%), tahun 2004 jumlah kasus sebanyak 79.462 (IR:

37,01/100.000 penduduk) dengan 957 kematian (IR: 1,20%), tahun 2005

jumlah kasus sebanyak 95.279 (IR: 43,31/100.000 penduduk) dengan 1.298

Medula, Volume 2, Nomor 2, Februari 3


kematian (CFR: 1,36%) tahun 2006 jumlah kasus sebanyak 114.656 (IR:

52,48/100.000 penduduk) dengan 1.196 kematian (CFR: 1,04%) sampai

dengan bulan November 2007, kasus telah mencapai 124.811 (IR:

57,52/100.000 penduduk) dengan 1.277 kematian (CFR: 1,02%).

Bandar Lampung merupakan daerah endemis DBD. Data dinas kesehatan

kota Bandar Lampung menyebutkan pada tahun 2010, jumlah penderita

DBD di Bandar Lampung mencapai 763 orang dan yang meninggal 16 orang.

Pada tahun 2011, jumlah penderita DBD di Bandar Lampung mencapai 413

orang dan yang meninggal 7 orang. Pada tahun 2019-2021, terjadi

peningkatan jumlah penderita DBD di Bandar Lampung mencapai 1111

orang dan yang meninggal 11 orang, jumlah tersebut merupakan tertinggi

dibanding dengan kabupaten lain. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)

adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui

gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Berikut adalah

beberapa faktor penyebab dan penyebaran penyakit DBD:

1. Nyamuk Pembawa Virus: Nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus

adalah vektor utama penyakit DBD. Mereka menggigit individu yang

terinfeksi virus dengue dan kemudian menularkan virus tersebut kepada

individu lain saat mereka menggigitnya.

Medula, Volume 2, Nomor 2, Februari 4


2. Virus Dengue: Virus dengue merupakan agen penyebab penyakit DBD.

Terdapat empat serotipe virus dengue yang berbeda (DENV-1, DENV-2,

DENV-3, dan DENV-4), dan infeksi dengan salah satu serotipe ini dapat

menyebabkan penyakit. Infeksi oleh satu serotipe memberikan kekebalan

seumur hidup terhadap serotipe tersebut, tetapi tidak memberikan

perlindungan terhadap serotipe lain. Oleh karena itu, seseorang dapat

mengalami infeksi berulang dengan serotipe yang berbeda.

3. Faktor Lingkungan: Penyebaran penyakit DBD dapat dipengaruhi oleh

faktor-faktor lingkungan, seperti musim hujan yang menciptakan kondisi

yang lebih ideal bagi perkembangan nyamuk Aedes. Genangan air yang

menjadi tempat berkembang biak nyamuk di dalam dan di sekitar rumah

juga berkontribusi pada penyebaran penyakit.

4. Perilaku Manusia: Perilaku manusia, seperti penumpukan sampah yang

dapat menjadi tempat perkembang biak nyamuk, dan kurangnya tindakan

pencegahan seperti penggunaan kelambu atau repellent, juga memainkan

peran penting dalam penyebaran penyakit DBD.

5. Perjalanan Internasional: Perjalanan internasional dapat memperluas

penyebaran virus dengue. Seseorang yang terinfeksi virus dengue di satu

tempat dapat membawa virus tersebut ke tempat lain dan memulai kasus-

Medula, Volume 2, Nomor 2, Februari 5


kasus baru.

Pencegahan dan pengendalian penyakit DBD melibatkan upaya untuk

mengendalikan populasi nyamuk vektor, mempromosikan tindakan

pencegahan individu seperti penggunaan kelambu dan repellent, serta

meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menghindari

tempat perkembang biak nyamuk. Vaksin juga telah dikembangkan untuk

mencegah penyakit DBD, meskipun ketersediaan dan akses ke vaksin

tersebut dapat bervariasi di berbagai wilayah.

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang dapat menyerang

siapa saja yang terpapar oleh virus dengue. Virus ini ditularkan melalui

gigitan nyamuk Aedes aegypti atau Aedes albopictus yang telah terinfeksi.

Oleh karena itu, siapa pun dapat terkena DBD jika tergigit oleh nyamuk

tersebut dan terinfeksi virus dengue. Namun, beberapa kelompok berisiko

tinggi termasuk anak-anak, orang dewasa muda, dan individu yang

sebelumnya telah terinfeksi oleh serotipe dengue tertentu. Kondisi seperti

kurangnya kontrol populasi nyamuk dan ketidaksempurnaan sistem

drainase air di suatu daerah juga dapat meningkatkan risiko penularan DBD.

Pengetahuan dan tindakan pencegahan yang tepat, seperti pengendalian

populasi nyamuk dan pemantauan kesehatan masyarakat, dapat membantu

Medula, Volume 2, Nomor 2, Februari 6


mengurangi risiko penularan DBD.

Makalah Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)

Pendahuluan

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan

oleh virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. DBD adalah

salah satu masalah kesehatan global yang signifikan, terutama di daerah

tropis dan subtropis. Penyakit ini dapat berkembang menjadi bentuk berat

yang mengancam nyawa, yang dikenal sebagai Demam Berdarah Dengue

Berat (DBDB).

Virus Dengue

Virus dengue adalah anggota keluarga Flaviviridae dan terdiri dari empat

serotipe: DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Seseorang yang telah terinfeksi

oleh salah satu serotipe akan memiliki kekebalan seumur hidup terhadap

serotipe tersebut. Namun, jika seseorang terinfeksi dengan serotipe lainnya,

ada risiko terjadinya DBD yang lebih parah.

Penularan

Penularan penyakit DBD terjadi melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti yang

Medula, Volume 2, Nomor 2, Februari 7


telah terinfeksi virus dengue. Nyamuk ini biasanya aktif pada pagi dan sore

hari. Seseorang yang terinfeksi virus dengue dapat menjadi sumber infeksi

bagi nyamuk tersebut, sehingga penularan dapat berlanjut.

Gejala

Gejala DBD bervariasi dari ringan hingga berat. Gejala umumnya meliputi:

1. Demam tinggi.

2. Nyeri otot dan sendi.

3. Sakit kepala parah.

4. Ruam pada kulit.

5. Nyeri perut.

6. Mual dan muntah.

7. Perdarahan ringan, seperti mimisan atau bintik-bintik merah pada kulit.

Diagnosis

Diagnosis penyakit DBD dapat ditegakkan melalui pemeriksaan darah untuk

mendeteksi adanya virus dengue atau antibodi terhadap virus tersebut.

Pemeriksaan darah ini juga dapat membantu dalam menentukan tingkat

keparahan penyakit.

Pengobatan

Medula, Volume 2, Nomor 2, Februari 8


Saat ini, belum ada pengobatan khusus untuk DBD. Perawatan terutama

bersifat suportif dan bertujuan untuk meredakan gejala. Penting untuk

memantau tanda-tanda perburukan penyakit, seperti perdarahan internal,

dan segera mencari perawatan medis jika diperlukan. Pemberian cairan

intravena dan transfusi darah mungkin diperlukan pada kasus-kasus berat.

Pencegahan

Pencegahan DBD melibatkan langkah-langkah berikut:

1. Pengendalian populasi nyamuk: Mengurangi tempat perkembangbiakan

nyamuk Aedes aegypti, seperti genangan air di wadah, adalah kunci utama

dalam pengendalian penyakit ini.

2. Penggunaan kelambu dan insektisida: Melindungi diri dari gigitan nyamuk

adalah langkah penting dalam mencegah penularan.

3. Vaksinasi: Beberapa negara telah mengembangkan vaksin DBD untuk

melindungi dari serotipe tertentu virus dengue.

DBD dapat ditemukan di berbagai wilayah tropis dan subtropis di seluruh

dunia, termasuk Amerika Latin, Asia Tenggara, dan beberapa bagian Afrika.

Penyebabnya adalah virus Dengue, yang ditularkan oleh nyamuk Aedes

Medula, Volume 2, Nomor 2, Februari 9


aegypti. Faktor-faktor seperti kondisi iklim, sanitasi, dan tingkat vektor

nyamuk dapat memengaruhi penyebaran penyakit ini. nyamuk Aedes

aegypti adalah vektor yang mentransmisikan virus DBD kepada manusia.

Orang-orang dari segala usia dapat terinfeksi, tetapi anak-anak dan orang

dewasa yang belum pernah terpapar sebelumnya lebih rentan.

EPIDEMILOGI

Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan salah satu penyakit menular

yang berbahaya dapat menimbulkan kematian dalam waktu singkat dan

sering menimbulkan wabah. Penyakit ini pertama kali ditemukan di Manila

Filipina pada tahun 1953 dan selanjutnya menyebar ke berbagai negara. Di

Indonesia penyakit ini pertama kali dilaporkan pada tahun 1968 di Surabaya

Medula, Volume 2, Nomor 2, Februari 1


dengan jumlah penderita 58 orang dengan kematian 24 orang (41,3%), akan

tetapi konfirmasi virologis baru didapat pada tahun 1972. Selanjutnya sejak

saat itu penyakit Demam Berdarah Dengue cenderung menyebar ke seluruh

tanah air Indonesia, sehingga sampai tahun 1980 seluruh propinsi di

Indonesia kecuali Timor-Timur telah terjangkit penyakit, dan mencapai

puncaknya pada tahun 1988 dengan insidens rate mencapai 13,45 % per

100.0 penduduk. Keadaan ini erat kaitannya dengan meningkatnya

mobilitas penduduk dan sejalan dengan semakin lancarnya hubungan

transpotasi.

ETIOLOGI DEMAM BERDARAH DENGUE

Penyebab penyakit adalah virus Dengue. Sampai saat ini dikenal ada 4

serotype virus yaitu ;

1. Dengue 1 (DEN 1) diisolasi oleh Sabin pada tahun1944.

2. Dengue 2 (DEN 2) diisolasi oleh Sabin pada tahun 1944.

3. Dengue 3 (DEN 3) diisolasi oleh Sather

4. Dengue 4 (DEN 4) diisolasi oleh Sather.

Virus tersebut termasuk dalam group B Arthropod borne viruses

(arboviruses).

Medula, Volume 2, Nomor 2, Februari 1


Keempat type virus tersebut telah ditemukan di berbagai daerah di

Indonesia dan yang terbanyak adalah type 2 dan type 3. Penelitian di

Indonesia menunjukkan Dengue type 3 merupakan serotype virus yang

dominan menyebabkan kasus yang berat.

CARA PENULARAN

Terdapat tiga faktor yang memegang peranan pada penularan infeksi virus

dengue, yaitu mausia, virus dan vektor perantara. Virus dengue ditularkan

kepada manusia melalui nyamuk Aedes Aegypti. Aedes albopictus, Aedes

polynesiensis dan beberapa spesies yang lain dapat juga menularkan virus ini,

namun merupakan vektor yang kurang berperan. Aedes tersebut

mengandung virus dengue pada saat menggigit manusia yang sedang

mengalami viremia. Kemudian virus yang berada di kelenjar liur

berkembang biak dalam waktu 8 – 10 hari (extrinsic incubation period) sebelum

dapat di tularkan kembali pada manusia pada saat gigitan berikutnya. Sekali

virus dapat masuk dan berkembang biak di dalam tubuh nyamuk tersebut

akan dapat menularkan virus selama hidupnya (infektif).

Dalam tubuh manusia, virus memerlukan waktu masa tunas 4–6 hari

(intrinsic incubation period) sebelum menimbulkan penyakit. Penularan dari

Medula, Volume 2, Nomor 2, Februari 1


manusia kepada nyamuk dapat terjadi bila nyamuk menggigit manusia yang

sedang mengalami viremia, yaitu 2 hari sebelum panas sampai 5 hari setelah

demam timbul.

Medula, Volume 2, Nomor 2, Februari 1


PATOFISIOLOGI DAN PATOGENESIS

Fenomena patofisiologi utama menentukan berat penyakit dan

membedakan demam berdarah dengue dengan dengue klasik ialah tingginya

permeabilitas dinding pembuluh darah, menurunnya volume plasma,

terjadinya hipotensi, trombositopenia dan diabetes hemoragik. Meningginya

nilai hematokrit pada penderita dengan renjatan menimbulkan dugaan

bahwa renjatan terjadi sebagai akibat kebocoran plasma ke daerah ekstra

vaskuler melalui kapiler yang rusak dengan mengakibatkan menurunnya

volume plasma dan meningginya nilai hematokrit.

Mekanisme sebenarnya tentang patofisiologi dan patogenesis demam

berdarah dengue hingga kini belum diketahui secara pasti, tetapi sebagian

besar menganut "the secondary heterologous infection hypothesis" yang

mengatakan bahwa DBD dapat terjadi apabila seseorang setelah infeksi

dengue pertama mendapat infeksi berulang dengan tipe virus dengue yang

berlainan dalam jangka waktu yang tertentu yang diperkirakan antara 6

bulan sampai 5 tahun. Patogenesis terjadinya renjatan berdasarkan hipotese

infeksi sekunder dicoba dirumuskan oleh Suvatte dan dapat dilihat pada

gambar.

Medula, Volume 2, Nomor 2, Februari 1


Gambar . Patogenesisi terjadinya syok pada DBD

Akibat infeksi kedua oleh tipe virus dengue yang berlainan pada seorang

penderita dengan kadar antibodi anti dengue yang rendah, respons antibodi

anamnestik yang akan terjardi dalam beberapa hari mengakibatkan

proliferasi dan transformasi limfosit imun dengan menghasilkan antibodi

IgG anti dengue titer tinggi. Replikasi virus dengue terjadi dengan akibat

terdapatnya virus dalam jumlah yang banyak. Hal-hal ini semuanya akan

mengakibatkan terbentuknya kompleks antigen antibodi yang selanjutnya

akan mengaktivasi sistem komplemen. Pelepasan C3a dan C5a akibat

antivasi C3 dan C5 menyebabkan meningginya permeabilitas dinding

Medula, Volume 2, Nomor 2, Februari 1


pembuluh darah dan merembesnya plasma melalui endotel dinding

pembuluh darah. Pada penderita renjatan berat, volume plasma dapat

berkurang sampai lebih dari pada 30% dan berlangsung selama 24-48 jam.

Renjatan yang tidak ditanggulangi secara adekuat akan menimbulkan

anoksia jaringan, asidosis metabolik dan kematian.

Sebab lain dari kematian pada DBD ialah perdarahan saluran pencernaran

hebat yang biasanya timbul setelah renjatan berlangsung lama dan tidak

dapat diatasi. Trombositopenia merupakan kelainan hematologis yang

ditemukan pada sebagian besar penderita DBD. Nilai trombosit mulai

menurun pada masa demam dan mencapai nilai terendah pada masa

renjatan. Jumlah tromosit secara cepat meningkat pada masa konvalesen

dan nilai normal biasanya tercapai sampai hari ke 10 sejak permulaan

penyakit. Kelainan sistem koagulasi mempunyai juga peranan sebagai sebab

perdarahan pada penderita DBD. Berapa faktor koagulasi menurun

termasuk faktor II, V, VII, IX, X dan fibrinogen. Faktor XII juga dilaporkan

menurun. Perubahan faktor koagulasi disebabkan diantaranya oleh

kerusakan hepar yang fungsinya memang terbukti terganggu, juga oleh

aktifasi sistem koagulasi.

Medula, Volume 2, Nomor 2, Februari 1


Gambar. Patogenesis perdarahan pada DBD

Pembekuan intravaskuler menyeluruh (PIM/DIC) secara potensial dapat

terjadi juga pada penderita DBD tanpa atau dengan renjatan. Renjatan pada

PIM akan saling mempengaruhi sehingga penyakit akan memasuki renjatan

irrevesible disertai perdarahan hebat, terlihatnya organ-organ vital dan

berakhir dengan kematian.

Medula, Volume 2, Nomor 2, Februari 1


PENCEGAHAN

Pencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian vektornya,

yaitu nyamuk Aedes aegypti. Pengendalian nyamuk tersebut dapat

dilakukan dengan menggunakan beberapa metode yang tepat, yaitu :

A. Lingkungan

Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara

lain dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), pengelolaan

sampah padat, modifikasi tempat perkembangbiakan nyamuk hasil

samping kegiatan manusia, dan perbaikan desain rumah. Sebagai

contoh:

- Menguras bak mandi/penampungan air- sekurang-kurangnya

sekali seminggu.

- Mengganti/menguras vas bunga dan tempat- minum burung

seminggu sekali.

- Menutup dengan rapat tempat penampungan- air.

- Mengubur kaleng-kaleng bekas, aki bekas dan ban bekas di

sekitar rumah- dan lain sebagainya.

B. Biologis

Pengendalian biologis antara lain dengan menggunakan ikan

pemakan jentik (ikan adu/ikan cupang), dan bakteri (Bt.H-

14).

Medula, Volume 2, Nomor 2, Februari 1


C. Kimiawi

Cara pengendalian ini antara lain dengan:

- Pengasapan/fogging (dengan menggunakan malathion dan

fenthion), berguna untuk mengurangi kemungkinan

penularan sampai batas waktu tertentu.

- Memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat

penampungan air seperti, gentong air, vas bunga, kolam, dan

lain-lain.

Cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit DBD adalah dengan

mengkombinasikan cara-cara di atas, yang disebut dengan ”3M Plus”, yaitu

menutup, menguras, menimbun. Selain itu juga melakukan beberapa plus

seperti memelihara ikan pemakan jentik, menabur larvasida,

menggunakan kelambu pada waktu tidur, memasang kasa, menyemprot

dengan insektisida, menggunakan repellent, memasang obat nyamuk,

memeriksa

jentik berkala dan disesuaikan dengan kondisi setempat.

Medula, Volume 2, Nomor 2, Februari 1


PENATALAKSANAAN

Pengobatan penderita Demam Berdarah Dengue bersifat simptomatik

dan suportif yaitu adalah dengan cara:

- Penggantian cairan tubuh.

- Penderita diberi minum sebanyak 1,5 liter - 2 liter dalam 24 jam (air

teh dan gula sirup atau susu).

- Gastroenteritis oral solution/kristal diare yaitu garam elektrolit

(oralit), kalau perlu 1 sendok makan setiap 3-5 menit.

Apabila cairan oral tidak dapat diberikan oleh karena muntah atau nyeri

perut yang berlebihan maka cairan intravenaperlu diberikan.

Medikamentosa yang bersifat simptomatis :

- Untuk hiperpireksia dapat diberikan kompres es di kepala,

ketiak, inguinal.

- Antipiretik sebaiknya dari asetaminofen, eukinin atau dipiron.

- Antibiotik diberikan jika ada infeksi sekunder.

Sampai saat ini obat untuk membasmi virus dan vaksin untuk

mencegah penyakit Demam Berdarah belum tersedia.

Medula, Volume 2, Nomor 2, Februari 2


DAFTAR PUSTAKA

Candra, A. 2010. Demam Berdarah Dengue: Epidemiologi, Patogenesis dan


Faktor Risiko Penularan. Aspirator. 2(2):110-119. Diunduh dari
http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/aspirator/article/download
/2951/2136. Diakses pada tanggal 5 Januari 2021

Depkes RI. 2010. Pusat Data dan Surveilens Epidemologi Demam Berdarah
Dengue. Jakarta. Kementerian Kesehatan RI

Depkes RI. 2011. Informasi umum Demam Berdarah Dengue. Ditjen PP dan
PL Jakarta. Kementerian Kesehatan RI

Kemenkes. 2011. Data dan Informasi Kesehatan Provinsi Lampung. Pusat


Data Dan Informasi Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
http://www.depkes.go.id/downloads/Data%20Informasi%20Kesehatan%20
Prov%20Lampung.pdf. Diakses pada tanggal 5 Januari 2021

Lestari, K. 2007. Epidemiologi Dan Pencegahan Demam Berdarah Dengue


(Dbd) Di Indonesia. Farmaka. 5(3):12-29.
http://farmasi.unpad.ac.id/farmaka-files/v5n3/keri.pdf. Diakses pada
tanggal 5 Januari 2021

Medula, Volume 2, Nomor 2, Februari 2

Anda mungkin juga menyukai