Anda di halaman 1dari 27

PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTAANG PENCEGAHAN DBD

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Demam berdarah

Penyakit Demam Berdarah Dengue adalah penyakit infeksi virus akut yang disebabkan oleh
virus dengue, terutama menyerang anak-anak yang bertendensi menimbulkan syok dan kematian.
(Putu nova helinayati, 2015)

Menurut World Health Organization (WHO), demam berdarah dengue (DBD) merupakan
penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes yang terinfeksi salah satu dari empat tipe
virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang disertai
leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan diathesis hemoragik. Pada demam
berdarah dengue terjadi perembesan plasma yang ditandai dengan hemokonsentrasi (peningkatan
hematokrit) atau penumpukan cairan di rongga tubuh.(Putu nova helinayati, 2015)

World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai negara dengan kasus
DBD tertinggi di Asia Tenggara dan tertinggi nomor dua di dunia setelah Thailand.(Masyarakat,
2017)

Puskesmas Kambaniru merupakan salah satu puskesmas yang ada di Kabupaten Sumba

Timur dengan angka DBD tahun 2020 sebanyak 39 kasus

Hasil penelitian menunjukan Tingkat pengetahuan responden tentang PSN, menunjukkan


tingkat pengetahuan baik sebanyak 35 orang (39,8 %), dan tingkat pengetahuan kurang baik
sebanyak 53 orang (60,2 %). Tingkat pengetahuan masyarakat yang kurang baik khususnya
tentang gejala penyakit, pertolongan pertama terhadap penyakit dan upaya-upaya pencegahan
penyakit dapat mempengaruhi kejadian demam berdarah dan tingkat resiko penyakit demam
berdarah. Orang akan melakukan PSN apabila ia tahu apa tujuan dan manfaat bagi kesehatan,
dan bagaimana bahayanya apabila tidak melakukan PSN. Rendahnya pengetahuan masyarakat
tentang PSN dipengaruhi oleh pendidikan, dimana seseorang yang memiliki pendidikan lebih
tinggi akan mempunyai pengetahuan lebih luas dibandingkan dengan orang yang berpendidikan
rendah. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin mudah seseorang menerima informasi.
Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat
(Notoatmodjo, 2005). Hasil penelitian Rudi (Notoatmodjo, 2005). Hasil penelitian Rudi (2010)
menyatakan responden yang berpengetahuan rendah tentang PSN DBD memiliki resiko terkena
DBD 7,944 kali lebih besar dibandingkan dengan responden yang memiliki pengetahuan tinggi
tentang PSN.(Santhi et al., 2014)

Berdasarkan masalah di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian Studi Deskriptif
Pengetahuan Masyarakat dalam Pencegahan DBD Di Wilayah Kerja Kambaniru Kecamatan
Kambera Kabupaten Sumba Timur

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimanakah Pengetahuan Masyarakat dengan kejadian DBD Di Wilayah Kerja


Kambaniru Kecamatan Kambera Kabupaten Sumba Timur ?

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk Mengetahui Pengetahuan kambaniru Dalam Pencegahan DBD Di Wilayah Kerja


Kambaniru
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBd)

2.1 1. Pengertian Demam Berdarah Dengue

Penyakit Demam Berdarah Dengue adalah penyakit infeksi virus akut yang disebabkan oleh
virus dengue, terutama menyerang anak-anak yang bertendensi menimbulkan syok dan
kematian.1,2 Menurut World Health Organization (WHO), demam berdarah dengue (DBD)
merupakan penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes yang terinfeksi salah satu dari
empat tipe virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang
disertai leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan diathesis hemoragik. Pada demam
berdarah dengue terjadi perembesan plasma yang ditandai dengan hemokonsentrasi (peningkatan
hematokrit) atau penumpukan cairan di rongga tubuh.

2.1.2 Etiologi DBD

Demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk.
Virus dengue ini termasuk kelompok B Arthropod Virus (Arbovirus) yang sekarang dikenal
sebagai genus Flavivirus, famili Flaviviride, dan mempunyai 4 jenis serotipe yaitu DEN-1, DEN-
2, DEN-3, dan DEN-4. Infeksi dari salah satu serotipe. menimbulkan antibodi terhadap virus
yang bersangkutan, sedangkan antibodi yang terbentuk untuk serotipe lain sangat kurang,
sehingga tidak dapat memberikan perlindungan terhadap serotipe lain. Seorang yang tinggal di
daerah endemis dengue dapat terinfeksi oleh 3/4 serotipe yang berbeda selama hidupnya.
Serotipe DEN-3 merupakan serotipe yang dominan dan diasumsikan banyak yang menunjukkan
manifestasi klinik yang berat.

Menurut WHO kriteria demam berdarah dengue ialah demam yang berlangsung 2-7 hari,
terdapat manifestasi perdarahan, trombositopenia (jumlah trombosit < 100.000/mm3), dan
peningkatan permeabilitas pembuluh darah.(Putu nova helinayati, 2015)
2.1.3  Epidemiologi DBD

Global 

Menurut WHO, dengue merupakan penyakit yang menjadi beban kesehatan, ekonomi dan sosial
pada populasi di daerah endemik. Dalam 50 tahun terakhir, insidensi dengue telah meningkat 30
kali di seluruh dunia. Penyebaran nyamuk Aedes aegypti sebagai vektor pembawa penyakit virus
dengue adalah yang paling cepat ke seluruh dunia, karena dapat hidup dan berkembang biak
bukan hanya pada daerah tropis tapi juga pada daerah subtropis. Di samping itu, adanya
urbanisasi yang tidak ditata dengan baik, pertumbuhan populasi dunia, percepatan dan mudahnya
mobilitas penduduk melalui jalur udara, darat dan laut mengakibatkan mudahnya pula
perpindahan penyakit ini ke daerah lain.[2,11,13]
DF mengenai semua orang. Tidak ada perbedaan jenis kelamin, namun pernah dilaporkan bahwa
beberapa kasus demam berdarah dengue (dengue hemmorhagic fever/DHF) dan dengue shock
syndrome /DSS mengenai lebih banyak pria daripada wanita. Anak-anak usia kurang dari 15
tahun yang terkena virus dengue dan tinggal pada daerah endemik, secara tipikal hanya
mengalami demam biasa yang tidak spesifik, dan sembuh dengan sendirinya. Prevalensi imunitas
yang tinggi pada penduduk dewasa di daerah endemik kemungkinan mencegah terjadinya wabah
pada anak-anak.[13]
Indonesia 

Sejak tahun 2000, sedikitnya 8 negara Asia yang tadinya bebas penyakit ini, melaporkan wabah
DHF. Pada tahun 2003, empat negara Asia Tenggara melaporkan kasus dengue, salah satunya
adalah Indonesia. Wabah dengue sudah menjadi masalah utama kesehatan masyarakat di
Indonesia, dan di negara-negara Asia Tenggara lainnya. Faktor musim tropis monsoon dan letak
negara pada zona khatulistiwa menjadikan nyamuk Aedes aegypti menyebar secara luas dan
cepat baik di kota maupun pedesaan. Situasi ini juga memungkinkan penyebaran berbagai
serotipe virus dengue.
Vektor penular dengue telah tersebar secara global. Di Indonesia, spesies Aedes aegypti adalah
yang terbanyak, disusul oleh Aedes albopictus. Beragam serotipe telah beredar di berbagai
daerah di Indonesia, namun serotipe 3 masih mendominasi dari masa ke masa.   [2,8,14-17]
2.1.4 Patogenesis dan patofisiologis DBD

DDB untuk pertama kalinya, sebagian besar kasus DBD terjadi pada pasien dengan

infeksi sekunder. Hubungan antara kejadian DBD/DSS dengan infeksi DB sekunder melibatkan

sistem imun pada patogenesisnya. Baik imunitas alamiah seperti sistem komplemen dan sel NK,

maupun imunitas adaptif termasuk humoral dan imunitas dimediasi sel terlibat dalam proses ini.

Kenaikan aktivasi imun, khususnya pada infeksi sekunder, menyebabkan respon sitokin yang

berlebihan sehingga merubah permeabilitas pembuluh darah. Selain itu, produk dari virus seperti

NS1 juga berperan dalam mengatur aktivasi komplemen dan permeabilitas pembuluh darah.

Tanda penting dari DBD adalah meningkatnya permeabilitas vascular sehingga terjadi
kebocoran plasma, volume intravaskular berkurang, dan syok di kasus yang parah. Kebocoran
plasma bersifat unik karena plasma yang bocor selektif, yaitu di pleura dan rongga abdomen
serta periodenya pendek (24-48 jam). Pemulihan cepat dari syok tanpa sequele dan tidak adanya
inflamasi pada pleura dan peritoneum mengindikasikan mekanisme yang terjadi adalah
perubahan fungsi integritas vaskular, bukan kerusakan struktural dari endotel.

Infeksi virus dengue mengakibatkan munculnya respon imun baik humoral maupun
selular, mulai terbentuk pada infeksi primer dan akan meningkat (booster effect) pada infeksi
sekunder. Antibodi tersebut dapat ditemukan dalam darah pada demam hari ke-5, meningkat
pada minggu pertama-ketiga, dan menghilang setelah 60-90 hari. Pada infeksi primer antibodi
IgG meningkat pada demam hari ke-14 sedangkan pada infeksi sekunder antibodi IgG meningkat
pada hari ke-2.

2.1.5 Faktor Risiko DBD


Faktor risiko individu yang menentukan beratnya penyakit adalah infeksi
sekunder, usia, etnisitas dan penyakit kronis (asma bronkial, anemia sel sabit dan diabetes
mellitus). Pada anak-anak muda mungkin kurang mampu untuk mengkompensasi kebocoran
kapiler dari pada orang dewasa dan akibatnya berisiko lebih besar mengalami syok dengue.
Pada wanita lebih berisiko mendapatkan manifestasi berat setelah terinfeksi virus dengue
(DBD/SSD) karena secara teori diyakini wanita lebih cenderung dapat meningkatkan
permeabilitas kapiler dibanding dengan laki-laki. Selain itu, orang kulit putih infeksi virus
dengue lebih berat dibanding dengan orang kulit hitam (negro) karena virus lebih banyak
berkembang-biak pada sel mononuklear orang kulit putih. Infeksi virus dengue lebih sering
terjadi pada orang yang memiliki status gizi yang baik dibanding dengan orang malnutrisi. Pada
orang yang memiliki indeks massa tubuh tinggi, kapiler mereka secara intrinsik lebih mungkin
bocor sehingga bisa menjadi lebih buruk dalam infeksi dengue.

Respon dari imun dapat mempengaruhi jumlah trombosit dan kadar hematokrit di dalam
tubuh misalnya dapat menyebabkan fungsi agregasi trombosit menurun. Selain itu imunitas yang
ada dalam masyarakat memegang peranan penting di daerah epidemis karena lebih banyak kasus
terdiri dari anak-anak, remaja dan orang dewasa dibanding anak-anak usia rendah yang
kemungkinan diakibatkan oleh system imun yang baik yang dimiliki.

2.1.6 Manifestasi Klinis DBD

Manifestasi klinik untuk demam berdarah dengue (DBD) yaitu:

- Demam tinggi, timbul mendadak, kontinua, kadang bifasik.

- Berlangsung antara 2-7 hari.

- Muka kemerahan (facial flushing) , anoreksi, mialgia dan artralgia.

- Nyeri epigastrik, muntah, nyeri abdomen difus.

- Kadang disertai sakit tenggorok.

- Faring dan konjungtiva yang kemerahan

. - Dapat disertai kejang demam

Adapun tanda bahaya (warning signs) yaitu pada fase afebris klinis tidak ada perbaikan
atau memburuk, tidak mau minum, muntah terus-menerus, nyeri perut hebat, letargi dan/gelisah,
perubahan perilaku, perdarahan (mimisan, muntah & BAB hitam, menstruasi berlebih, urin
berwarna hitam/hemoglobinuria atau hematuria, pening, pucat (tangan-kaki teraba dingin),
diuresis berkurang dalam 4-6 jam. Warning signs tersebut digunakan untuk menilai syok pada
penderita penyakit demam berdarah dengue (DBD).
Tanda atau gejala DBD yang muncul seperti bintik-bintik merah pada kulit. Selain itu
suhu badan lebih dari 38oC, badan terasa lemah dan lesu, gelisah, ujung tangan dan kaki dingin
berkeringat, nyeri ulu hati, dan muntah. Dapat pula disertai perdarahan seperti mimisan dan
buang air besar bercampur darah serta turunnya jumlah trombosit hingga 100.000/mm.

Menurut WHO (2012) demam dengue memiliki tiga fase diantaranya fase demam, fase
kritis dan fase penyembuhan. Pada fase demam, penderita akan mengalami demam tinggi secara
mendadak selama 2-7 hari yang sering dijumpai dengan wajah kemerahan, eritema kulit,
myalgia, arthralgia, nyeri retroorbital, rasa sakit di seluruh tubuh, fotofobia dan sakit kepala serta
gejala umum seperti anoreksia, mual dan muntah. Tanda bahaya (warning sign) penyakit dengue
meliputi nyeri perut, muntah berkepanjangan, letargi, pembesaran hepar >2 cm, perdarahan
mukosa, trombositopeni dan penumpukan cairan di rongga tubuh karena terjadi peningkatan
permeabilitas pembuluh darah kapiler.

Pada waktu transisi yaitu dari fase demam menjadi tidak demam, pasien yang tidak
diikuti dengan peningkatan pemeabilitas kapiler tidak akan berlanjut menjadi fase kritis. Ketika
terjadi penurunan demam tinggi, pasien dengan peningkatan permeabilitas mungkin menunjukan
tanda bahaya yaitu yang terbanyak adalah kebocoran plasma. Pada fase kritis terjadi penurunan
suhu menjadi 37.5-38°C atau kurang pada hari ke 3-8 dari penyakit. Progresivitas leukopenia
yang diikuti oleh penurunan jumlah platelet mendahului kebocoran plasma. Peningkatan
hematokrit merupakan tanda awal terjadinya perubahan pada tekanan darah dan denyut nadi.
Terapi cairan digunakan untuk mengatasi plasma leakage. Efusi pleura dan asites secara klinis
dapat dideteksi setelah terapi cairan intravena.

Fase terakhir adalah fase penyembuhan. Setelah pasien bertahan selama 24-48 jam fase
kritis, reabsorbsi kompartemen ekstravaskuler bertahap terjadi selama 48-72 jam. Fase ini
ditandai dengan keadaan umum membaik, nafsu makan kembali normal, gejala gastrointestinal
membaik dan status hemodinamik stabil.(Putu nova helinayati, 2015)

2.1.6. DIAGNOSIS

Berdasarkan kriteria WHO 1997 diagnosis DBD ditegakkan bila semua hal di bawah ini
dipenuhi:4
1. Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari, biasanya bifasik.

2. Trombositopenia (jumlah trombosit < 100.000/µL).

3. Terdapat minimal satu atau tanda-tanda perembesan plasma sebagai berikut :

a) Peningkatan hematokrit > 20% di- bandingkan standar sesuai dengan umur dan jenis kelamin.

b) Penurunan hematokrit > 20% sete- lah mendapat terapi cairan, diban- dingkan dengan nilai
hematokrit sebelumnya.

c) Tanda perembesan plasma seperti efusi pleura, asites atau hipopro- teinemia.(Wowor, 2013)

2.1.7. Pemeriksaan laboratorium DBD Menegakkan

Menegakkan diagnosis infeksi dengue dengan menggunakan pemeriksaan laboratorium


sangat berperan penting pada perawatan pasien, surveilans epidemiologi, pemahaman
pathogenesis infeksi dengue dan riset formulasi vaksi. Diagnosis definitif infeksi virus dengue
hanya dapat dilakukan di laboratorium dengan cara isolasi virus, deteksi antigen virus atau RNA
dalam serum atau jaringan tubuh (PCR), dan deteksi spesifik dalam serum pasien. Pemeriksaan
laboratorium yang dilakukan adalah pemeriksaan darah rutin untuk menapis dan membantu
menegakkan diagnosis pasien demam berdarah dengue.

2.2. Pengetahuan tentang demam berdarah dengue

2.2.1. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan berasal dari kata “tahu”, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) kata
tahu memiliki arti antara lain mengerti sesudah melihat (menyaksikan, mengalami, dan
sebagainya), mengenal dan mengerti. Mubarak (2011), pengetahuan merupakan segala sesuatu
yang diketahui berdasarkan pengalaman manusia itu sendiri dan pengetahuan akan bertambah
sesuai dengan proses pengalaman yang dialaminya.

Disimpulkan pengetahuan merupakan segala sesuatu yang dilihat, dikenal, dimengerti terhadap
suatu objek tertentu yang ditangkap melalui pancaindera yakni, indera pendengaran, penglihatan,
penciuman, perasaan dan perabaan.

2. Tingkat pengetahuan Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif menurut


Notoatmodjo (2012) mempunyai 6 tingkatan, yaitu :
a. Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat kembali (recall) suatu materi yang telah
dipelajari dan diterima dari sebelumnya. Tahu merupakan tingkatan yang paling rendah. Kata
kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang telah dipelajari antara lain mampu
menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan suatu materi secara benar

b. Memahami (comprehension)

Memahami merupakan suatu kemampuan untuk menjelaskan dan menginterpretasikan materi


yang diketahui secara benar. Orang yang telah paham terhadap suatu materi atau objek harus
dapat menyebutkan, menjelaskan, dan menyimpulkan.

c. Aplikasi (application) Aplikasi merupakan kemampuan seseorang yang telah memahami suatu
materi atau objek dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada
situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau
penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi
yang lain.

d. Analisis (analysis) Analisis merupakan suatu kemampuan seseorang untuk menjabarkan


materi atau objek tertentu ke dalam komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah
dan berkaitan satu sama lain. Pengetahuan seseorang sudah sampai pada tingkat analisis, apabila
orang tersebut telah dapat membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan membuat diagram
(bagan) terhadap pengetahuan atas objek tertentu.

e. Sintesis (synthesis) Sintesis merupakan suatu kemampuan seseorang untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian suatu objek tertentu ke dalam bentuk keseluruhan yang baru.
Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari
formulasi-formulasi yang telah ada.

f. Evaluasi (evaluation) Evaluasi merupakan suatu kemampuan seseorang untuk melakukan


penilaian terhadap suatu materi atau objek tertentu. Penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria
yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

3. Sumber pengetahuan Pengetahuan diperoleh melalui proses kognitif, dimana seseorang harus
mengerti atau mengenali terlebih dahulu suatu ilmu pengetahuan agar dapat mengetahui
pengetahuan tersebut. Menurut Rachman (2008), sumber pengetahuan terdiri dari :
a. Pengetahuan Wahyu (Revealed Knowledge) Pengetahuan wahyu diperoleh manusia atas dasar
wahyu yang diberikan oleh tuhan kepadanya. Pengetahuan wahyu bersifat eksternal, artinya
pengetahuan tersebut berasal dari luar manusia. Pengetahuan wahyu lebih banyak menekankan
pada kepercayaan.

b. Pengetahuan Intuitif (Intuitive Knowledge) Pengetahuan intuitif diperoleh manusia dari dalam
dirinya sendiri, pada saat dia menghayati sesuatu. Untuk memperoleh intuitif yang tinggi,
manusia harus berusaha melalui pemikiran dan perenungan yang konsisten terhadap suatu objek
tertentu. Intuitif secara umum merupakan metode untuk memperoleh pengetahuan tidak
berdasarkan penalaran rasio, pengalaman, dan pengamatan indera

c. Pengetahuan Rasional (Rational Knowledge) Pengetahuan rasional merupakan pengetahuan


yang diperoleh dengan latihan rasio atau akal semata, tidak disertai dengan observasi terhadap
peristiwa-peristiwa faktual.

d. Pengetahuan Empiris (Empirical Knowledge) Empiris berasal dari kata Yunani “emperikos”,
artinya pengalaman. Menurut aliran ini manusia memperoleh pengetahuan melalui sebuah
pengalamannya sendiri. Pengetahuan empiris diperoleh atas bukti penginderaan yakni, indera
penglihatan, pendengaran, dan sentuhan-sentuhan indera lainnya, sehingga memiliki konsep
dunia di sekitar kita.

e. Pengetahuan Otoritas (Authoritative Knowledge) Pengetahuan otoritas diperoleh dengan


mencari jawaban pertanyaan dari orang lain yang telah mempunyai pengalaman dalam bidang
tersebut. Apa yang dikerjakan oleh orang yang kita ketahui mempunyai wewenang, kita terima
sebagai suatu kebenaran.

2.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan


Menurut Mubarak (2011), ada tujuh faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang,
yaitu

a. Tingkat pendidikan Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian


dan kemampuan seseorang agar dapat memahami suatu hal. Pendidikan mempengaruhi proses
belajar, semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah orang tersebut menerima
informasi. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang
dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pengetahuannya.
b. Pekerjaan Pekerjaan adalah suatu kegiatan yang harus dilakukan terutama untuk memenuhi
kebutuhan setiap hari. Lingkungan pekerjaan dapat membuat seseorang memperoleh pengalaman
dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung.

c. Umur Umur mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Dengan
bertambahnya umur individu, daya tangkap dan pola pikir seseorang akan lebih berkembang,
sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik.

d. Minat Minat merupakan suatu keinginan yang tinggi terhadap sesuatu hal. Minat menjadikan
seseorang untuk mencoba dan menekuni, sehingga seseorang memperoleh pengetahuan yang
lebih mendalam.

e. Pengalaman Pengalaman merupakan suatu kejadian yang dialami seseorang pada masa lalu.
Pada umumnya semakin banyak pengalaman seseorang, semakin bertambah pengetahuan yang
didapatkan.

f. Lingkungan Lingkungan merupakan segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik
lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya
pengetahuan ke dalam individu yang berada didalam lingkungan tersebut.

g. Informasi Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak akan mempunyai
pengetahuan yang lebih luas. Pada umumnya semakin mudah memperoleh informasi semakin
cepat seeorang memperoleh pengetahuan yang baru.(Wiwi, 2015)

2.3 Konsep Masyarakat

2.3.1 Pengertian Masyarakat

Community dalam bahasa yunani adalah “persahabatan”. Sebagai refleksi dari arti kata
tersebut, aristoteles mengemukakan bahwa manusia yang hidup bersama dalam masyarakat
karena mereka menikmati ikatan yang saling bekerja sama, untuk memenuhi kebutuhan dasar
mereka dan untuk menemukan makna kehidupan. Masyarakat dalam konteks pemberdayaan
masyarakat adalah masyarakat atau community dalam bahasa inggris atau juga komunitas.
Secara etimologis “ community” berasal dari kommunitat yang berakar pada comunete atau
comman. Community mempunyai dua arti (Talizi,1990-49) :
a. Sebagai kelompok social yang bertempat tinggal di lokasi tertentu, memiliki kebudayaan dan
sejarah yang sama

b. Sebagai suatu pemuliman yang terkecil di atasnya ada kota kecil (town), dan di atas kota kecil
ada kota atau kota besar (city).

Hillery (1995) dan lewis (1977) telah menyimpulkan banyak literature dan mengusulkan
empat komponen utama untuk mendefinisikan konsep komunitas. Pertama dan terutama bahwa
komunitas melibatkan manusia. Wilaayah dan tempat tinggal juga menjadi elemen dalam
pembangunan masyarakat. Tetapi., tidak semua penulis menambahkan wilayah, tanah, atau batas
wilayah dalam definisi komunitas mereka. Wilkinson (1986) berpendapat bahwa komunitas
adalah manusia yang hidup bersama dalam ekologi setempat dengan batasan wilayah yang
bias.tatapi beliau menulis kebiasaan batasan adalah tidak relevan apabila dijadikan salah satu
pencaharian karakteristik utama dari suatu komunitas atau lingkungan. Thomas Hobber
mengemukakan bahwa komunitas adalah sebuah proses alamiah dimana orang- orang yang
hidup bersama untuk memaksimalkan kepentingan mereka, Hobbes merasa bahwa kepentingan
diri sendiri dapat ditemukan dalam kelompok.

Pendapat lain mendengar bahwa komunitas di identikan sebagai pemukiman kecil penduduk,
bersifat mandiri (self contained) dan yang satu berbeda dengan lainnya :

a. Komunitas memiliki kesadaran kelompok (group consciousness) yang kuat.


b. Komunitas tidak terlalu besar sehingga dapat saling mengenal pribadi tetapi tidak terlalu
kecil sehingga dapat berusaha bersama secara efisien.
c. Komunitas bersifat homogeny
d. Komunitas hidup madiri

2.3.2 Menurut ensiklopedi Indonesia, istilah “masyarakat” sekurang-kurangnya


mengandung tiga pengertian :

a. Sama dengan gesellschaft, yakni bentuk tertentu kelompok social berdasarkan rasional,
yang diterjemahkan sebagai masyarakat patembayan dalam bahasa Indonesia. Sementara
kelompok social lain yang masih mendasarkan pada ikatan naluri kekeluargaan disebut
gemain-scaft atau masyarakat paguyuban.
b. Merupakan keseluruhan “masyarakat manusia” meliputi seluruh kehudupan bersama.
Istilas ini dihasilkan dari perkembangan ketergantungan manusia yang pada masa terakhir
ini sangant dirasakan.
c. Menunjukan suatu tata kemasyarakatan tertentu dengan cirri sendiri (identitas) dan suatu
autonomi

autonomi (relative), seperti masyarakat barat, masyarakat primitive yang merupakan


kelompok suku yang belum banyak berhubungan dengan dunia sekitarnya.

Bedasarkan pengertian diatas dapatlah disebutkan kelompok masyarakat yang dicirikan menurut
hubungan manusianya serta nilai social yang berlaku sebagai berikut.

a. Menurut mata pencaharian, seperti masyarakat petani, nelayan, buruh, pedagang, dan
lain- lain
b. Menurut lingkungan tempat tinggalnya seperti masyarakat hutan, pantai/pesisir.
c. Menurut tingkat kehidupan ekonomi seperti masyarakat miskin yang dibedakan dengan
masyarakat kaya
d. Menurut tingkat pendidikan seperti masyarakat terpelajar, intelek/ berpengetahuan yang
dibedakan dengan masyarakat awam
e. Menurut penataan lingkuangan /pemuiiman masyarakat seperti masyarakat desa, kota ,
metropolitan.
f. Menurut lingkuangan prgaulan agama seperti ulama, santri, gereja.
g. Menurut tingkat keberadaban seperti masyarakat madani, sebagai masyarakat yang
beradab yang didikotomikan dengan masyarakat jahiliah.
h. Menurut tingkat kehidupan social seperti masyarakat maju, tertinggal dan sebagainya.
i. Menurut jenis kelamin yang dibedakan antara perempuan dengan laaki-laki.

Dari contoh pengelompokan masyarakat seperti di atas dalam konteks pemberdayaan


masyarakat maka focus perhatian lebih ditujukan kepada kelompok masyarakat yang masih perlu
diberdayakan mengingat kondisi masyarakat tidak berdaya. Konsep komunitas masyarakat yang
baik (good community) mengandung Sembilan nilai (the competent community) (talizi, 1990 :
57 58)
1. Setiap anggota masyarakat berinteraksi satu dengan yang lain berdasar hubungan
pribadi.
2. Komunitas memiliki otonomi, kewenangaan,dan kemampuan mengurus kepentingan
sendiri.
3. Memiliki viabilitas, yaitu kemampuan untuk memecahkan masalahnya sendiri
4. Distribusi kekayaan yag merata, setiap orang berkesempatan yang sama dan bebas
nenyatakan kehendaknya.
5. Kesempatan setiap anggota untuk berpatisipasi aktif dalam mengurus kepentingan
Bersama.
6. Komunitas member makna kepada anggotanya sejauh manakah pentingnya komunitas
bagi seorang anggota.
7. Di dalam komunitas dimungkinkan adanya heterogenitas dan perbedaan pendapat.
8. Di dalam komunitas, pelayanan masyarakat ditempatkan sedekat dan secepat mungkin
pada yang berkepentingan
9. Di dalam komunitas bisa terjadi konflik, namun komunitas memiliki kemampuan untuk
managing conflict Drs.H.Roesmidi,M.M buku pemberdayaan masyarakat

Dalam pengertian sosiologi, masyarakat ridak dipandang sebagai suatu kumpulan

individu-individu semata. Masyarakat merupakan suatu pergaulan hidup, oleh karena manusia
hidup bersama. Masyarakat merupakan suatu sistem yang terbentuk karena hubungan anggota-
anggotanya. Dengan kata lain, masyarakat adalah suatu sistem yang terwujud dari kehidupan
bersama manusia, yang lazim disebut dengan sistem kemasyarakatan. Emile Durkheim (1951)
menyatakan bahwa masyarakat merupakan suatu kenyataan yang obyektif secara mandiri, bebas
dari individu-individu yang merupakan anggota-anggotanya.

Cara yang baik untuk mengerti tentang masyarakat adalah dengan menelaah ciri-ciri pokok dari
masyarakat itu sendiri. Sebagai suatu pergaulan hidup atau suatu bentuk kehidupan bersama
manusia, maka masyarakat itu mempunyai ciri-ciri pokok, yaitu:

1. Manusia yang hidup bersama Secara teoritis, jumlah manusia yang hidup bersama itu
ada dua orang. Di dalam ilmu- ilmu sosial, khususnya sosiologi, tidak ada suatu ukuran
yang mutlak atau angka yang pasti untuk menentukan berapa jumlah manusia yang harus
ada.
2. Bergaul selama jangka waktu cukup lama
3. Adanya kesadaran, bahwa setiap manusia merupakan bagian dari satu kesatuan.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)

2.1.1 Pengertian DBD

Penyakit Demam Berdarah Dengue adalah penyakit infeksi virus akut yang di sebabka

oleh Virus Dengue,terutama yang menyerang anak anak yang bertendensi menimbul kan syok

dan kematian.(Putu nova helinayati 2015).

Menurut World Health Organization (WHO),Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan

penyakit yang di sebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes yang terinfeksi salah satu dari empat tipe

Virus Dengue dengan manifestasi klinis demam,nyeri otot atau nyeri sendi. Pada Demam

Berdarah Dengue terjadi perembesan plasma yang di tandai dengan

hemokonsentrasi(Peningkatan hematocrit)atau penumpukan cairan di rongga tubuh (Putu nova

helinayati,2015

2.1.2 Etiologi

Demam Berdarah Dengue di sebabkan oleh virus dengue yang di tularkan oleh nyamuk.

Virus dengue ini termasuk kelompok B Arthropod Virus (Arbovirus) yang sekarang di kenal

sebagai Genus Flaviviru,Famili Flaviviride,dan mempunyai 4 jenis serotipe DEN-1,DEN 2,DEN

-3,dan DEN-4.Infeksi dari salah satu serotipe. Menimbulkan antibodi terhadap virus yang

bersangkutan,sedangkan aantibodi yang terbentuk untuk serotipe lain sangat kurang, sehingga
dapat memberikan perlindungan terhadap serotipe lain.Seorang yang tinggal di daerah endemis

dengue dapat terinfeksi oleh ¾ serotipe yang berbeda selama hidupnya . Serotipe DEN-3

merupakan serotipe yang dominan dan diasumsikan banyak yang menunjukkan manifestasi

klinik yang berat.

Menurut WHO kriteria demam berdarah dengue ialah demam yang berlangsung 2-7 hari ,

terdapat manifestasi pendarahan , trombositopenia (jumlah trombosit < 100.000/mm3), dan

peningkatan permeabilitas pembuluh darah .(Putu nova helinayati ,2015)

2.1.3

2.1.4 Patogenesis dan Potofisiologis DBD

DBD untuk pertama kalinya, sebagaian besar kasus DBD terjadi pada pasien dengan

infeksi sekunder.Hubungan antara kejadian DBD/DSS dengan infeksi DB sekunder melibatkan

sistem imum pada patogenesisnya.Baik imunitas alamilah seperti sistem komplemen dan sel NK,

maupun imunitas adaptif termasuk humoral dan imunitas dimediasi sel terlibat dalam proses ini.

Kenaikan aktivitas imun, khususnya pada infeksi sekunder , menyebabkan respon sitokin yang

berlebihan sehingga merubah permeabilitas pembuluh darah. Selain itu, produk dari virus seperti

NSI juga berperan dalam mengatur aktivitas komplemen dan permeabilitas pembuluh darah.

Tanda penting dari DBD adalah meningkatkan permeabilitas vascular sehingga terjadi

kebocoran plasma volume intravascular berkurang, dan syok di kasus yang parah . kebocoran

plasma bersifat unik karena plasma yang bocor selektif, yaitu di pleura dan rongga abdomen

serta periodenya pendek (24-48 jam). pemulihan cepat dari syok tanpa sequele dan tidak adanya

inflamasi pada pleura dan peritoneum mengindikasikan mekanisme yang terjadi adalah

perubahan fungsi integritas vascular, bukan kerusakan struktural dari endotel.


Infeksi virus denguemengakibatkan munculnya respon imun baik humoral maupun

selular, mulai terbentuk pada infeksi primer dan akan meningkat (booster effect) pada infeksi

sekunder .Antibodi tersebut dapat ditemukan dalam darah pada demam hari ke-5, meningkatkan

pada minggu pertama-ketiga, dan menghilang setelah 60-90 hari.

2.1.5 Faktor Risiko DBD

Faktor resiko individu yang menentukan beratnya penyakit adalah infeksi

sekunder,usia,etnisitas dan penyakit kronis(asam bronkial,anemia,sel sabit dan diabetes melitus).

Pada anak-anak muda mungkin kurang mampu untuk mengkompensasi kebocoran kapiler dari

pada orang dewasa dan akibatnya berisiko lebih besar mengalami syok dengue.

Pada wanita lebih berisiko mendapatkan manifestasi berat setelah terinfeksi virus dengue

(DBD) karena secara teori di yakini waanita lebih cenderung dapat meningkat permeabilitas

kapiler di bandingkan dengan laki-laki. Selain itu,orang kulit putih infeksi virus dengue lebih

berat di bandingkan dengan orang kulit hitam (negro)karena virus lebih banyak berkembang biak

pada sel mononuklear orang kulit putih. Infeksi virus dengan lebih sering terjadi pada orang

yang memiliki status gizi yang baik di banding dengan orang malnutrisi.Pada orang yang

memiliki indeks massa tubuh tinggi,kapiler mereka secara intriksik lebih mungkin bocor

sehingga bias menjadi lebih buruk dalam infeksi dengue.

2.1.6 Manifestasi Klinis DBD

Manifestasi klinik untuk demam berdarah dengue (DBD) yaitu:

 Demam tinggi, timbul mendadak kontinua,kadang bifasik

 Berlangsung antara2-7 hari.

 Muka kemerahan
 Nyeri epigastric,muntah,nyeri abdomen difus.

 Disertai sakit tenggorok

 Faring dan kunjungtiva yang kemerahan

 Dapat di sertai kejang demam

Adapun tanda bahaya yaitu fase Efebris klinis tidak ada berbaikan atau memburuk,tidak

mau minum,muntah terus-terus, nyeri perut hebat,gelisah, perubahan perilaku,perdarahan

mimisan,muntah dan BAB hitam, menstruasi berlebihan, urin berwarna hitam/hemoglobinuria

ataau hematuria,pening,pucat (tangan kaki teraba dingin), diuresis berkurang dalam 4-6 jam.

Warning tersebut di gunakan untuk menilai syok pada penderita DBD.

Tanda atau gejala DBD yang muncul seperti bitnik-bintik merah pada kulit. Selain itu

suhu badan lebih dari 38oc,badan terasalemas dan lesu,gelisah,ujung tangan dan kaki dingin

berkeringat,nyeri ulu hati, dan muntah.Dapat pula di sertai perdarahan seperti mimisan dan

buang air besar bercampur darah serta turunnnya jumlah trombosit hingga 100.00/mm.

2.1.6 Diagnosa

Berdasarkan kriteria WHO 1997 diagnosa DBD di tegakkan semua hal di bawah ini:

1. Demam atau riwayat demam akut 2-7 hari, biasanya bifasik.

2. Trombositopenia(jumlah trombosit <100.000/uL).

3. Terdapat minimal satu atau tanda-tanda perembesan plasma sebagai berikut efusi

pleura,asites atau hipopro-teinemia(wowor,2013)

2.1.7 Pemeriksaan laboratorium DBD


Menegakkan diagnosa infeksi dengue dengan menggunakan pemeriksaan laboratorium

sangat berperan penting pada perawatan pasien,surveillans epidemiologi, pemahaman

pathogenesis infeksi dengue dan riset formulasi vaksi. Diagnosa definitive infeksi virus dengue

hanya dapa di lakukan di laboratorium dengan cara isolasi virus, deteksi antigen virus atau RNA

dalam serum atau jaringan tubuh(PCR),dan deteksi spesifik dalam serum pasien. Pemeriksaan

laboratorium yang di lakukan adalah pemeriksaan darah rutin untuk menapis dan membantu

menegakkan diagnose passion demam berdarah dengue.

2.2 Konsep Pengetahuan

1. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan berasal dari kata “tahu”, dalam Kampus Besar Bahasa Indonesia(2008)kata

tahu memiliki arti antara lain mengerti sesudah melihat (menyaksikan,mengalami,dan

sebagainya,)mengenal dan mengerti.Mubarak(2011), pengetahuan merupakan segala

sesuatuyang di ketahui berdasrkan pengalaman manusia itu sendiri dan pengetahuan akan

bertambah sesuai dengan proses pengalaman yang di alaminya.

Disimpulkan pengetahuan merupakan segala sesuatu yang di lihat, di kenal, di mengerti

terhadap suatu objek tertentuyang di tangkap melalui pancaindera yakni, indera

pendengaran,penglihatan,penciuman,perasaan dan perabaan.

2. Tingkat pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif menurut Notoamodjo(2012)

mempunyai 6 tingkatan, yaitu:

a) Tahu(know) di artikan sebagai mengingat kembali suatu materi yang telah di pelajari dan

di terima dari sebelumnya. Kata kerja mengukur bahwa orang taahu tentang apa yang
telah di pelajari antara lain mampu menyebutkan,menguraikan,mendefinisikan suatu

materi secara benar.

b) Memahami(comprehension)

Memahami merupakaan suatu kemampuan untuk menjelaskan dan menginterprestasikan

materi yang di ketahui secara benar.Orang yang telah paham terhadap suatu materi ataau

objek harus dapat menyebut,menjelaskan, dan menyimulkan.

c) Aplikasi(Application)

Aplikasi merupakan kamampuan seseorang yang teelah memahami suatu materi atau

objek dapat menggunakan ataau mengaplikasikan prinsip yang di ketahui tersebut pada

situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi di sini dapat di artikan sebagai aplikasi

atau penggunaan hukum-hukum,rumus,metode,prinsip, dan sebagainya dalam konteks

ataau situasi yang lain.

d) Analisis(Analysis)

Analisis merupakan kemampuan seseorang yang telah memahami suatu atau objek

tertentu ke dalam komponen -komponen yang terdapat dalam suatu masalah dan

berkaitan satu sama lain. Pengetahuan seseorang sudah sampai pada tingkat analisis,

apabila orang tersebut telah dapat membedakan,memisahkan,mengelompokkan dan

membuat diagram terhadap pengetahuan ataau objek tertentu.

e) Sintesis(Synthesis)

Sintesis merupakan suatu kemampuan seseorang untuk meletakkan atau menghubungkan

bagian-bagian suatu objek tertentu ke dalam bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata

lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-

formulasi yang telah ada.


f) Evaluasi (Evalution)

Evaluasi merupakan suatu kemampuanseseorang untuk melakukan penilain terhadap

suatu materi atau objek tertentu. Penilain itu di dasarkan pada suatu kriteria yang di

tentukan sendiri,atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

3.Sumber pengetahuan di peroleh melalui proses kognitif, di manaa seseorang harus mengerti

atau mengenali terlebih dahulu suatu ilmu pengetahuan agar dapat meengetahui pengetahuan

tersebut.Menurut Rachman(2008),sumber pengetahuan terdiri dari:

a. Pengetahuan Wahyu (Revealdge knowledge) pengetahuan wahyu di peroleh manusia atas

dasar wahyu yang di berikan oleh Tuhan kepadanya. Pengetahuan wahyu bersifat

eksternal, artinya pengetahuan tersebut berasal dari luar manusia .Pengetahuan wahyu

banyak menekan pada kepercayaan.

b. Pengetahuan Intuitif(Intuitive Knowledge) Pengetahuan intuitif di peroleh manusia dari

dalam dirinya sendiri, pada saat dia menghayati sesuatu. .Untuk memperoleh intuitif yang

tinggi, manusia harus berusaha melalui pemikiran dan perenungan yang konsisten

terhadap suatu objek tertentu. Intuitif secara umum merupakan metode untuk

memperoleh tidak berdasarkan penalaran rasio,pengalaman dan pengamatan indera

c. Pengetahuan Rasional(Rational Knowledge) Pengetahuan rasional merupakan

pengetahuan yang di peroleh dengan latihan rasio atau akal sementara,tidak di sertai

dengan observasi terhadap peristiwa-peristiwa factual.

d. Pengetahuan Empiris(Empirical Knowledge) Empiris berasal dari kata Yunani

(emperikos),artinya pengalamannya sendiri. Pengetahuan empiris di peroleh atas bukti

penginderaan yakni,indera penglihatan,pendengaran,dan sentuhan-sentuhan indera

lainnya,sehingga memiliki konsep dunia sekitar kita.


e. Pengetahuan Otoritas(Authoritative Knowledge) Pengetahuan otoritas di peroleh dengan

mencari jawaban pertanyaan dari orang lain yang telah mempunyai pengalaman dalam

bidang tersebut. Apa yang di kerjakan oleh orang yang kita ketahui mempunyai

wewenang, kita terima sebagai kebenaran.


DAFTAR PUSTAKA

Dawe, M. A. ., Romeo, P., & Ndoen, E. (2020). Pengetahuan dan Sikap Masyarakat serta Peran
Petugas Kesehatan Terkait Pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD). Journal of
Health and Behavioral Science, 2(2), 138–147. https://doi.org/10.35508/jhbs.v2i2.2283
Masyarakat, J. K. (2017). Hubungan Praktik Penggunaan Insektisida Dengan Kejadian Demam
Berdarah Dengue Di Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal), 5(5), 592–598.

Placas, C. D. E. (2015). No 主観的健康感を中心とした在宅高齢者における 健康関連指標


に関する共分散構造分析 Title. 2015, 1–239.

Putu nova helinayati, N. (2015). 17,18 2.2. NPN Henilayati - 2015, 9–23.

Santhi, N. M. M., Darmadi, I. G. W., & Aryasih, I. (2014). Pengaruh Pengetahuan dan Sikap
Masyarakat Tentang DBD Terhadap Aktivitas Pemberantasan Sarang Nyamuk di Desa
Dalung Kecamatan Kuta Utara Tahun 2012. Jurnal Kesehatan Lingkungan, vol.4
No.2(Novomber 2014), hal.152-155.

Wiwi, A. (2015). Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Sikap Masyarakat Tentang


Skistosomiasis di Kecamatan Lindu Kabupaten Sigi Sulawesi Tengah Tahun 2015. Ilmu
Kedokteran, 53(9), 1689–1699.

Wowor, M. F. (2013). Deteksi Dini Demam Berdarah Dengue Dengan Pemeriksaan Antigen
Ns1. Jurnal Biomedik (Jbm), 3(1), 1–9. https://doi.org/10.35790/jbm.3.1.2011.853

2. WHO. Dengue: Guideline for Diagnosis, Treatment, Prevention and Control. 2009; Available
from: www.who.int/rpc/guidelines/9789241547871/en/.

8. Halstead, S.B., Tropical Medicine: Science and Practice, in DENGUE, G.P.a.S.L. Hoffman,
Editor. 2008, River Edge: N.J: Imperial College Press. p. 1-10.

11. Reiter, P., Yellow fever and dengue: a threat to Europe? Euro Surveill, 2010. 15(10): p.
19509.

13. Tantawichien, T., Dentgue fever and dengue haemorrhagic fever in adolescents and adults.
Paediatrics and International Child Health, 2012. 32(s1): p. 22-27.

14. Wijayanti, S.P.M., et al., Dengue in Java, Indonesia: Relevance of Mosquito Indices as Risk
Predictors. PLoS Neglected Tropical Diseases, 2016. 10(3): p. e0004500.
15. Suwandono, A., et al., Four dengue virus serotypes found circulating during an outbreak of
dengue fever and dengue haemorrhagic fever in Jakarta, Indonesia, during 2004. Transactions of
the Royal Society of Tropical Medicine and Hygiene, 2006. 100(9): p. 855-862.

16. Messer, W.B., et al., Emergence and Global Spread of a Dengue Serotype 3, Subtype III
Virus. Emerging Infectious Diseases, 2003. 9(7): p. 800-809.

17. Gubler, D.J., et al., Epidemic dengue hemorrhagic fever in rural Indonesia. I. Virological and
epidemiological studies. Am J Trop Med Hyg, 1979. 28(4): p. 701-10.

DBD menjadi salah satu wabah tahunan di Indonesia yang biasa terjadi pada musim
hujan. Laporan terkini Kemenkes RI menunjukkan bahwa kasus DBD di Indonesia
138 mencapai 49.563 kasus hingga 27 April 2020 (Rizal, 2020). Provinsi NTT
merupakan salah satu provinsi dengan jumlah kasus DBD yang tinggi setiap tahunnya
dibandingkan dengan provinsi lainnya di Indonesia. Laporan Dinkes Provinsi NTT (2020)
menunjukkan bahwa jumlah kasus DBD di NTT hingga 01 April 2020 adalah 4.518 kasus
dengan 48 orang diantaranya meninggal

Dibandingkan dengan daerah lainnya di provinsi NTT, Kota Kupang menempati

posisi kedua dengan angka kejadian DBD tertinggi. Laporan Dinkes Provinsi NTT (2020)
menunjukkan bahwa jumlah penderita DBD di Kota Kupang per 01 April 2020 mencapai
578 penderita DBD dan 6 orang meninggal. Puskesmas Bakunase sebagai salah satu
puskesmas di Kota Kupang memiliki kasus DBD tertinggi pada tahun 2017 sebanyak 72
kasus (Puskesmas Bakunase, 2018) dan berada pada urutan kedua kasus tertinggi hingga
Februari 2020, yakni sebanyak 27 kasus (Alex, 2020). Jumlah kasus ini berpotensi untuk
terus meningkat mengingat kejadian DBD di Kota Kupang yang belum teratasi secara
maksimal.(Dawe et al., 2020)Dawe, M. A. ., Romeo, P., & Ndoen, E. (2020). Pengetahuan
dan Sikap Masyarakat serta Peran Petugas Kesehatan Terkait Pencegahan Demam Berdarah
Dengue (DBD). Journal of Health and Behavioral Science, 2(2), 138–147.
https://doi.org/10.35508/jhbs.v2i2.2283

Masyarakat, J. K. (2017). Hubungan Praktik Penggunaan Insektisida Dengan Kejadian Demam


Berdarah Dengue Di Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal), 5(5), 592–598.

Placas, C. D. E. (2015). No 主観的健康感を中心とした在宅高齢者における 健康関連指標


に関する共分散構造分析 Title. 2015, 1–239.

Putu nova helinayati, N. (2015). 17,18 2.2. NPN Henilayati - 2015, 9–23.

Santhi, N. M. M., Darmadi, I. G. W., & Aryasih, I. (2014). Pengaruh Pengetahuan dan Sikap
Masyarakat Tentang DBD Terhadap Aktivitas Pemberantasan Sarang Nyamuk di Desa
Dalung Kecamatan Kuta Utara Tahun 2012. Jurnal Kesehatan Lingkungan, vol.4
No.2(Novomber 2014), hal.152-155.

Wiwi, A. (2015). Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Sikap Masyarakat Tentang


Skistosomiasis di Kecamatan Lindu Kabupaten Sigi Sulawesi Tengah Tahun 2015. Ilmu
Kedokteran, 53(9), 1689–1699.

Wowor, M. F. (2013). Deteksi Dini Demam Berdarah Dengue Dengan Pemeriksaan Antigen
Ns1. Jurnal Biomedik (Jbm), 3(1), 1–9. https://doi.org/10.35790/jbm.3.1.2011.853

Anda mungkin juga menyukai