Abstrak
Salah satu dampak dari perubahan iklim di Indonesia adalah
kemungkinan peningkatan kejadian yang terus meneruss dari vector borne
disease. Demam berdarah dengue merupakan salah satu penyakit berbasis vektor
yang menjadi penyebab kematian utama di banyak negara tropis. Demam
Berdarah Dengue (DBD) atau disebut dengan Dengue Haemorrahagic Fever
(DHF) merupakan suatu penyakit akut yang bersifat endemic dan secara periodik
mampu mengakibatkan Kejadian Luar Biasa (KLB). DBD adalah penyakit infeksi
yang disebabkan oleh salah satu dari 4 virus dengue yang berbeda dan ditularkan
melalui nyamuk terutama Aedes aegypti dan Aedes albopictus yang ditemukan di
daerah tropis dan subtropics, diantaranya kepulauan di Indonesia hingga bagian
utara Australia.
Kejadian DBD di Indonesia pada tahun 2013 sampai dengan 2016
menunjukkan adanya peningkatan pada beberapa tahun. Peningkatan dan
penyebaran jumlah kasus DBD dapat disebabkan oleh mobilitas penduduk yang
tinggi, perubahan iklim, perubahan kepadatan dan distribusi penduduk, serta
faktor perilaku dan partisipasi masyarakat yang masih kurang dalam kegiatan
pemberatasan sarang nyamuk.
Abstract
One of the impacts of climate change in Indonesia is the likelihood of an
increasing incidence of continuing vector borne disease. Dengue hemorrhagic
fever is one of the vector-based diseases that are the leading cause of death in
many tropical countries. Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) is an endemic
acute disease and periodically capable of causing Extraordinary Event. DHF is
an infectious disease caused by one of four different dengue viruses and is
1
transmitted by mosquitoes, especially Aedes aegypti and Aedes albopictus, which
are found in tropical and subtropics, including the island in Indonesia to
Northern Australia.
DHF incidence in Indonesia from 2013 to 2016 indicates an increase in
several years. Increasing and spreading the number of DHF cases can be caused
by high population mobility, climate change, density change and population
distribution, as well as behavioral factors and community participation that are
still lacking in mosquito nest restriction activities.
PENDAHULUAN
Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas hidup
manusia dan masyarakat Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan
berlandaskan kemampuan nasional dengan memanfaatkan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta memperhatikan tantangan perkembangan global.
Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan nasional dan
terdapat dalam UU np. 23 tahun 1992 tentang kesehatan. Dalam UU tersebut telah
ditetapkan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial
yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi.
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemampuan,
dan kemauan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang optimal
Dalam program pembangunan nasional sektor kesehatan, salah satu yang
akan dicapai adalah peningkatan perilaku sehat dan pemberdayaan masyarakat
untuk memelihara, meningkatkan, dan melindungi kesehatan sendiri dan
lingkungannya menuju masyarakat yang sehat, mandiri, dan produktif. Hal ini
ditempuh melalui peningkatan pengetahuan, sikap positif, perilaku, dan peran
aktif individu, keluarga, dan masyarakat sesuai dengan sosial budaya setempat
Perilaku masyarakat yang diharapkan adalah yang besifat proaktif untuk
memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan, mencegah terjadinya risiko
2
penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit serta berpartisipasi aktif dalam
gerakan peningkatan kesehatan masyarakat.
Maka untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal
diselenggarakan upaya kesehatan denga pemeliharaan dan peningkatan melalui
upaya promosi kesehatan (promotif), pencegahan (preventif), penyembuhan
penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang diselenggarakan
secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Salah satu upaya kesehatan
tersebut adalah pencegahan dan pemberantasan penyakit menular, yang bertujuan
mencegah terjadinya penyakit, menurunkan angka kesakitan dan kematian.
Dalam UU no. 23 tahun 1992 tentang kesehatan, disebutkan bahwa
kesehatan lingkungan meliputi penyehatan air dan udara, pengamanan limbah
padat, cair, gas, radiasi, dan kebisingan, pengendalian vektor penyakit dan
penyehatan atau pengamanan lainnya. Kelompok-kelompok serangga yang
berperan sebagai vektor penyakit antara lain adalah nyamuk, yang mana salah satu
spesiesnya adalah nyamuk Aedes yang dapat menularkan penyakit DBD yaitu
Aedes aegypti dan Aedes albopictus.
Penyakit Demam Berdarah Dengue pertama kali ditemukan di Manila
(Filipina) pada tahun 1953 dan selanjutnya menyebar ke berbagai Negara.
Menurut perkiraan Pusat Pengendalian dan Penyebaran Penyakit (Center for
Diseases Control and Prevention), bahwa setiap tahun terjadi 50-100 juta kasus
DBD diseluruh dunia. Sedangkan di Indonesia, penyakit DBD pertama kali
ditemukan di Surabaya dan Jakarta pada tahun 1968 kemudian menyebar ke
seluruh provinsi di Indonesia. Kejadian Luar Biasa (KLB) Demam Berdarah
Dengue terbesar pertama kali yang terjadi di Indonesia pada tahun 1998 dengan
Inciden Rate (IR) sebesar 35,19/100.00 penduduk, dan Case Fatality Rate (CFR)
sebesar 2%.
Sejak pertama kali ditemukannya kasus DBD di Indonesia pada tahun 1968,
penyebaran penyakit ini dengan cepat terj adi ke berbagai daerah. Insiden rate
pada tahun 2013 sebesar 41,25 per 100.000 penduduk, tahun 2014 mengalami
penurunan menjadi 35,8 per 100.000 penduduk, pada tahun 2015 sebesar 49,5 per
100.000 penduduk, dan pada tahun 2016 mengalami peningkatan menjadi 77,96
per 100.000 penduduk. Pada tahun 2016 propinsi dengan jumlah kasus tertinggi
3
DBD adalah Propinsi Jawa Barat, dengan jumlah kasus 36.631 dan jumlah yang
meninggal sebanyak 270 kasus.
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit akut yang
menyerang ana-anak hingga orang dewasa yang disertai dengan manifestasi
perdarahan, menimbulkan shock yang dapat menyebabkan kematian. Penyebab
penyakit ini adalah virus dengue yang ditularkan oleh gigitan nyamuk Aedes
Aegypti yang berkembang di tempat-tempat penampungan air bersih seperti bak
mandi, tempayan, ban bekas, kaleng bekas, dan lain-lain. Beberapa faktor juga
berpengaruh terhadap parasit dan vektor penyebab DBD antara lain suhu, curah
hujan, kelembapan, permukaan air dan kecepatan angin. Mengingat nyamuk
penular DBD ini tersebar luas baik di rumah maupun tempat-tempat umum, maka
pemberantasan DBD dilaksanakan dengan cara Pemberantasan Sarang Nyamuk
(PSN).
TUJUAN PENULISAN
Penulisan makalah ini bertujuan untuk pemenuhan tugas mata kuliah
Sosiologi dan Antropologi Kesehatan.
METODE PENULISAN
Metode penulisan dilakukan dengan melakukan review pada jurnal-jurnal,
ebook serta Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI yang membahas
tentang DBD beserta dengan faktor-faktor yang mempengaruhi penyebarannya.
4
menyimpan virus dengue pada telurnya, selanjutnya akan menularkan virus
tersebut melalui gigitan. Sekali menggigit, nyamuk ini akan berulang menggigit
orang lain sehingga dengan mudah darah seseorang tersebut yang mengandung
virus dengue dapat dengan cepat dipindahkan ke orang lain, yang paling dekat
tentunya yang tinggal dalam satu rumah.
Namun, virus dengue yang sudah masuk ke dalam tubuh seseorang tidak
selalu dapat menimbulkan infeksi jika orang tersebut mempunyai daya tahan
tubuh yang kuat sehingga dengan sendirinya virus tersebut akan dilawan oleh
tubuh.
5
a. Faktor Pejamu
Berbagai penelitian menyebutkan bahwa anak-anak lebih rentan tertular
penyakit yang berpotensi mematikan ini. Di daerah endemik, mayoritasnya terjadi
pada anak-anak usia kurang dari 15 tahun. Hal tersebut dikarenakan faktor
imunitas (kekebalan) yang relatif lebih rendah dibandingkan orang dewasa.
Adanya penyebaran dan penularan penyakit DBD ini secara tidak langsung
juga dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap masyarakat yang tidak memahami
tentang cara penularan dan penyebaran penyakit DBD, tidak mengetahui tentang
tanda dan gejala penyakit DBD, serta perilaku dan sosial budaya masyarakat
dalam menjaga kebersihan lingkungan.
a. Pengetahuan Individu (Knowledge)
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau
kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk
tindakan seseorang. Pengetahuan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan,
dimana pengetahuan tentang kesehatan akan berpengaruh pada perilaku
sebagai hasil jangka menengah dari pendidikan kesehatan.
6
b. Faktor Penyebar dan Penyebab Penyakit (Agen)
Nyamuk Aedes aegypti merupakan jenis nyamuk yang dapat membawa
virus dengue penyebab demam berdarah. Penyebaran jenis virus ini sangat luas,
meliputi hampir seluruh daerah tropis di seluruh dunia. Sebagai pembawa virus
dengue, Aedes aegypti merupakan pembawa utama (primary vector) dan bersama
Aedes albopictus menciptakan siklus pesebaran dengue di desa dan kota.
Nyamuk Aedes aegypti dewasa memiliki ukuran sedang dengan tubuh
berwarna hitam kecoklatan. Tubuh dan tungkainya ditutupi sisik dengan garis-
garis putih keperakan. Di bagian punggung (dorsal) tubuhnya tampak dua garis
melengkung vertikal bagian kiri dan kanan yang menjadi ciri spesies ini. Sisik-
sisik pada tubuh nyamuk pada umumnya mudah rontok atau terlepas sehingga
menyulitkan identifikasi pada nyamuk tua. Nyamuk jantan dan betina tidak
memiliki perbedaan dalam hal ukuran. Nyamuk jantan umumnya lebih kecil
daripada nyamuk betina dan terdapat rambut tebal pada antena nyamuk jantan.
Hanya nyamuk betina yang yang menggigit dan dapat menularkan virus
dengue. Nyamuk umumnya akan menggigit pada siang hari atau sore hari.
Nyamuk akan bertelur tiga hari setelah menghisap darah, dsn dalam waktu kurang
dari delapan hari telur tersebut menetas dan menjadi jentik-jentik larva dan
akhirnya menjadi nyamuk dewasa.
7
c. Faktor Lingkungan (Environment)
8
Gambar 2.2 Tempat berkembangbiak Nyamuk
9
Untuk mencegah penularan penyakit, pada perumahan atau pemukiman
diperlukan sarana air bersih, fasilitas pembuangan air kotor, menghindari adanya
intervensi dari serangga, hama, atau hewan lain yang dapat menularkan penyakit.
Dalam pemberantasan penyakit DBD ini yang paling penting adalah upaya
membasmi jentik nyamuk penularnya di tempat indukannya dengan melakukan
kegiatan 3M Plus, yaitu suatu kegiatan yang dilakukan secara gotong royong
membersihkan lingkungan sekitar dari segala sesuatu yang dapat digunakan
nyamuk untuk berkembangbiak. Kegiatan 3M Plus terdiri dari :
10
Gambar 2.3 Gerakan 3M Plus di masayarakat
PEMBAHASAN
Berdasarkan review pada beberapa jurnal, E-book dan Pusat Data dan
Informasi Kementrian Kesehatan RI, kejadian Demam Berdarah Dengue atau
yang lebih dikenal dengan DBD masih menjadi permasalahan di Indonesia.
Angka Incidence Rate (IR) kasus DBD dari tahun ke tahun masih mengalami
kenaikan dan penurunan. Hal tersebut terlebih terjadi pada bulan-bulan dengan
curah hujan yang tinggi.
11
Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengendalikan penyebaran penyakit
DBD yang dilakukan oleh petugas kesehatan juga masyarakat itu sendiri, yang
bertujuan mengurangi jumlah kasus DBD yang dapat mengakibatkan kematian.
KESIMPULAN
12
DAFTAR PUSTAKA
Ariati, Jusniar. 2012. Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Faktor
Iklim di Kota Batam, Provinsi Kepualaun Riau. Riau : Jurnal Ekologi
Kesehatan Vol.11 no. 4
Fitriany, Rina Nur. 2010. Faktor Iklim dan Angka Insiden Demam Beradarh
Dengue di Kabupaten Serang. Banten : Makara Kesehatan Vo. 14 No.1
Ginanjar, dr. Genis. 2007. A Survival Guide ; Apa yang Dokter Anda Tidak
Katakan Tentang Demam Berdarah. Bandung : B-First
Mukono HJ, dr. 2006. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan Edisi Kedua.
Surabaya : Airlangga University Press
Womack, M. 1993. The yellow fever mosquito, Aedes aegypti. Wing Beats, Vol.
5(4):4
13