Anda di halaman 1dari 46

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan masalah kesehatan masyarakat


yang menimbulkan dampak sosial maupun ekonomi. Kerugian sosial yang terjadi antara lain
karena menimbulkan kepanikan dalam keluarga, kematian anggota keluarga dan
berkurangnya usia harapan hidup. Dampak ekonomi langsung yang dirasakan pada penderita
DBD adalah biaya pengobatan, sedangkan yang tidak langsung adalah kehilangan waktu
kerja, waktu sekolah, dan biaya lain yang dikeluarkan selain untuk pengobatan seperti
transportasi dan akomodasi selama perawatan penderita.

Sejak ditemukan pertamakali tahun 1968 di Surabaya dan Jakarta, jumlah kasus DBD
maupun luas daerah penyebarannya semakin bertambah seiring dengan meningkatnya
mobilitas dan kepadatan penduduk. Keadaan ini erat kaitannya dengan peningkatan mobilitas
penduduk sejalan dengan semakin lancarnya hubungan transportasi serta tersebar luasnya
virus Dengue dan nyamuk penularnya di berbagai wilayah di Indonesia (Depkes RI, 2005: 1).
Penyakit ini termasuk salah satu penyakit menular yang dapat menimbulkan wabah, maka
sesuai dengan Undang-Undang No. 4 Tahun 1984 tentang wabah penyakit menular serta
Peraturan Menteri Kesehatan No. 560 tahun 1989, setiap penderita termasuk tersangka DBD
harus segera dilaporkan selambat-lambatnya dalam jangka waktu 24 jam oleh unit pelayanan
kesehatan (rumah sakit, puskesmas, poliklinik, balai pengobatan, dokter praktik swasta, dan
lain-lain) (Depkes RI, 2005: 1).

Berdasarkan data program SE Puskesmas Cidahu 2014, tahun 2014 kasus DBD terjadi
peningkatan kembali yang cukup tinggi setelah tahun 2010, dimana tahun 2011-2013 telah
mengalami penurunan angka kasus DBD. Untuk itu diperlukan penelusuran lebih lanjut untuk
menanggulangi permasalahan kasus DBD tersebut.

Penularan infeksi virus dengue dapat terjadi melalui vektor nyamuk genus Aedes
(terutama A.aegypti dan A.albopictus). Peningkatan kasus setiap tahunnya berkaitan dengan
sanitasi lingkungan yang kurang terjaga, yaitu dengan tersedianya tempat perindukan bagi

1
nyamuk betina yaitu bejana berisi air jernih (bak mandi, kaleng bekas, dan tempat
penampungan air lainnya) (Suhendro, dkk, 2006). Beberapa faktor diketahui berkaitan dengan
peningkatan transmisi virus dengue yaitu:

 Vektor : perkembangbiakan vektor, kebiasaan mengigit, kepadatan vektor di


lingkungan,transportasi vektor dari satu tempat ke tempat lain,
 Pejamu : terdapatnya penderita dilingkungan/keluarga, mobilisasi dan paparan
terhadap nyamuk, usia dan jenis kelamin;
 Lingkungan : curah hujan, suhu, sanitasi dan kepadatan penduduk (Suhendro,
dkk,2006)

Perilaku merupakan faktor terbesar kedua setelah faktor lingkungan yang


mempengaruhi kesehatan individu, kelompok, atau masyarakat (Soekidjo Notoatmodjo, 2003:
12). Dari pengalaman bertahun-tahun pelaksanaan pendidikan ini, baik di negara maju
maupun negara berkembang mengalami berbagai hambatan dalam rangka pencapaian
tujuannya, yakni mewujudkan perilaku hidup sehat bagi masyarakatnya. hambatan yang
paling besar dirasakan adalah faktor pendukungnya (enabling factor). dari penelitian-
penelitian yang ada terungkap, meskipun kesadaran dan pengetahuan masyarakat sudah tinggi
tentang kesehatan, namun praktek (practice) tentang kesehatan atau perilaku hidup sehat
masyarakat masih rendah (Soekidjo Notoatmodjo, 2003: 19).

Upaya pencegahan penyakit ini telah dilakukan antara lain dengan pemutusan rantai
nyamuk penularnya dengan cara penaburan larvasida, fogging focus serta pemberantasan
sarang nyamuk (PSN). PSN merupakan cara pemberantasan yang lebih aman, murah dan
sederhana. Oleh sebab itu, kebijakan pemerintah dalam pengendalian sector DBD lebih
menitikberatkan pada program ini, walaupun cara ini tergantung pada peran serta masyarakat.
Pemahaman penyakit DBD dan penanggulangannya masih kurang yang tampak, yang tampak
pada masih dibebankannya masalah DBD dan tanggung jawabnya pada sector kesehatan,
padahal DBD sebenarnya harus menjadi tanggung jawab semua pihak karena erat kaitannya
dengan kebersihan lingkungan dan perilaku manusia. Penanggulangan DBD lebih banyak
terkait dengan peran serta masyarakat.

Pola hidup sehat merupakan suatu tuntutan untuk terciptanya masyarakat sehat.
Masyarakat yang sehat disini berarti bahwa sehat tidak hanya secara fisik tetapi juga mental

2
maupun sosialnya. Di Indonesia, kesadaran dan pengetahuan masyarakat mengenai pola hidup
sehat masih terbatas. Hal ini terlihat dari tingginya angka kesakitan dan kematian yang
disebabkan oleh suatu penyakit (Harninto, 1997). Penyakit Demam Berdarah Dengue
merupakan salah satu contoh penyebabnya. Demam Berdarah dengue telah menjadiwabah
nasional dengan angka mortalitas yang mencapai lebih dari 400 orang (Tri, 2004).

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka dapat dirumuskan masalah-masalah
berikut :
 Angka kejadian DBD yang cukup tinggi di wilayah kerja Puskesmas Cidahu
 Kurangnya kesadaran masyarakat tentang kebersihan lingkungan dan perilaku
sehat

1.3. Tujuan Penelitian


1.3.1. Tujuan umum
Untuk mengetahui gambaran penyakit DBD di Desa Cidahu dan
penanggulangannya.
1.3.2. Tujuan khusus
1.3.2.1. Untuk mengetahui angka kejadian penyakit DBD di Desa Cidahu
1.3.2.2. Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat Desa Cidahu tentang
kebersihan dan perilaku hidup sehat.

1.4. Manfaat Penelitian


1.4.1. Manfaat Praktek Lapangan
1.4.1.1. Bagi Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara
Sebagai masukan dalam perencanaan program kesehatan untuk
masyarakat dan penyusunan program pemberantasan penyakit demam
berdarah dengue (DBD) secara dini.
1.4.1.2. Bagi Masyarakat
- Memberikan informasi tentang penyakit DBD dan bahaya yang
ditimbulkannya

3
1.4.1.3. Bagi Peneliti
Sebagai bentuk pengalaman nyata dalam menerapkan konsep
teori dengan riset di lapangan dan sebagai bahan informasi dalam
memperluas atau memperkaya wawasan bagi peneliti maupun
pembaca/pemerhati kesehatan masyarakat khususnya tentang penyakit
Demam Berdarah Dengue (DBD).
1.4.1.4. Bagi Ilmu Pengetahuan
Memberikan tambahan referensi ilmu kesehatan kepada
pembaca khususnya mahasiswa.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Demam Berdarah Dengue (DBD)


2.1.1 Definisi DBD

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus
Dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti (Sri Rejeki H Hadinegoro,
2005: 15). Penyakit ini adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh 4 serotipe virus
Dengue dan ditandai dengan empat gejala klinis utama yaitu demam yang tinggi, manifestasi
perdarahan, hepatomegali, dan tanda-tanda kegagalan sirkulasi sampai timbulnya renjatan
(sindrom renjatan dengue) sebagai akibat dari kebocoran plasma yang dapat menyebabkan
kematian (Soegeng Soegijanto, 2002: 45).

2.1.2 Etiologi
2.1.2.1 Virus Dengue

Demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue, yang ternasuk


dalam genus Flavivirus, keluarga Flaviviridae. Terdapat 4 serotipe virus yaitu
DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4 keempat serotipe ditemukan di Indonesia
dengan DEN-3 merupakan serotipeterbanyak Dalam setahun terdapat 250.000 –
500.000 kasus demam berdarah di seluruh dunia(Soedarmo, 1988).

Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue yang tergolong Flaviviridae


dan dikenal ada 4 serotipe:

 Serotipe 1 & 2: ditemukan di Irian saat Perang Dunia II.


 Serotipe 3 & 4: ditemukan di Philipina (1953—1954).

Sifat Virus DengueSifat virus dengue (Hendarwanto,2000) :

 Bentuk batang
 Termolabil

5
 Sensitif terhadap inaktivasi dietileter dan natriumdioksikolat
 Stabil pada suhu 700C

Virus tersebut memerlukan perantara untuk bisa masuk ke tubuh manusia.


Perantara/vektor virus ini adalah nyamuk Aedes aegypti atau Aedes albopictus.
Sosok kedua jenis Aedes ini hamper serupa, namun yang banyak menularkan
demam berdarah adalah Aedes aegypti. Badan nyamuk ini lebih kecil dari nyamuk
rumah. Karakteristik nyamuk jenis ini adalah pada badan dan tungkai nyamuk
terdapat belang hitam dan putih. Nyamuk betina menghisap darah agar bisa
memperoleh protein unutuk mematangkan telurnya, sampai dibuahi oleh nyamuk
jantan. Nyamuk mendapat virus demam berdarah dari pasien Demam Berdarah
Dengue, demam Dengue, maupun orang yang tidak tampak sakit namun dalam
aliran darahnya terdapat virus Dengue (karier). Pada saat nyamuk menggigit orang
tersebut, virus dengue akan terbawa masuk bersama darah yang dihisapnya ke
dalam tubuh nyamuk nyamuk itu. Virus dalam tubuh nyamuk tersebut akan
berkembang biak tanpa nyamuk itu menjadi sakit demam berdarah. Dalam tempo
7 hari, virus dengue sudah tersebar di seluruh bagian tubuh nyamuk termasuk di
kelenjar air liurnya. Jika nyamuk ini menggigit orang lain, virus dengue akan turut
berpindah bersama air liur nyamuk ke dalam tubuh orang tersebut. Sifat gigitan
nyamuk yang dirasakan manusia tidaklah berbeda dengan gigitan nyamuk lainnya.
Artinya, tidak lebih sakit, tidak lebih gatal, tidak juga lebih meninggalkan bekas
yang istimewa (Erik Tapan, 2004: 84).

2.1.2.2 Nyamuk Aedes Aegypti

a. Ciri-ciri Nyamuk Aedes aegypti :


Siklus hidup nyamuk: telur  jentik  kepompong nyamuk.
Perkembangan dari telur sampai menjadi nyamuk ± 9-10 hari.

b. Sifat-sifat Telur Nyamuk Aedes aegypti


 Setiap kali nyamuk betina bertelur, mengeluarkan telur ± 100 butir yang
diletakkan satu-satu pada diniding bejana

6
 Telur warna hitam, ukuran ± 0,8 mm, di tempat kering (tanpa air) dapat
bertahan sampai 6 bulan. Telur akan menetas menjadi jentik dalam waktu
kurang 2 hari setelah terendam air.

c. Sifat-sifat Jentik Nyamuk Aedes aegypti :


 Jentik yang menetas dari telur akan tumbuh menjadi besar, panjang 0,5-1
cm
 Selalu bergerak aktif di dalam air. Gerakannya berulang-ulang dari bawah
ke atas permukaan air untuk bernapas, kemudian turun kembali ke bawah
dan seterusnya.
 Pada waktu istirahat, posisinya hampir tegak lurus dengan permukaan air.
Biasanya berada disekitar dinding tempat penampungan air.
 Setelah 6-8 hari jentik akan berkembang menjadi kepompong.
 Jentik memerlukan 4 tahap perkembangan, pengaruh makanan, suhu
menentukan kecepatan perkembangan, perkembangan jentik imago
kondisi optimal perlu waktu 7 hari.

d. Sifat-sifat Kepompong Aedes aegypti :


 Berbentuk seperti koma, gerakan lambat, sering berada di permukaan
air
 Setelah 1-2 hari kepompong menjadi nyamuk baru

e. Sifat-sifat Nyamuk Aedes aegypti :


 Berwarna hitam dan belang-belang (loreng) putih pada seluruh
tubuhnya
 Hidup di dalam dan di sekitar rumah, juga ditemukan di tempat-tempat
umum
 (pasar, sekolah, masjid, gedung-gedung dan sebagainya)
 Mampu terbang sampai 100 meter
 Nyamuk betina aktif menggigit (menghisap) darah pada pagi hari
sampai sore hari. Nyamuk jantan biasa menghisap sari bunga/tumbuhan
yang mengandung gula

7
 Umur nyamuk rata-rata 2 minggu, tetapi sebagian dapat hidup sampai
2-3 bulan
 Nyamuk Aedes aegypti betina menghisap darah manusia setiap 2 hari.
Protein dari darah tersebut diperlukan untuk pematangan telur yang
dikandungnya. Setelah menghisap darah, nyamuk akan mencari tempat
hinggap untuk beristirahat
 Tempat hinggap yang disenangi ialah benda-benda tergantung: pakaian,
kelambu, atau tumbuh-tumbuhan di dekat tempat berkembang biak.
Biasanya di tempat yang agak gelap dan lembab setelah masa istirahat
selesai, nyamuk lain akan meletakkan telurnya pada dinding bak,
tempayan, drum, kaleng, ban bekas yang berisi air. Biasanya sedikit di
atas permukaan air. Selanjutnya nyamuk akan mencari mangsanya
untuk menghisap darah dan seterusnya.

2.1.3 Cara Penularan

Seseorang yang di dalam darahnya mengandung virus dengue merupakan


sumber penularan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Virus dengue dalam
darah selama 4-7 hari mulai 1-2 hari sebelum demam. Bila penderita tersebut digigit
nyamuk penular, maka virus dalam darah akan ikut terhisap masuk dalam lambung
nyamuk. Selanjutnya virus akan memperbanyak diri dan tersebar di berbagai jaringan
tubuh nyamuk termasuk di dalam kelenjar liurnya. Kira-kira 1 minggu setelah
menghisap darah penderita, nyamuk tersebut siap untuk menularkan kepada orang lain
(masa inkubasi eksentrik). Virus ini akan tetap berada dalam tubuh nyamuk sepanjang
hidupnya. Oleh karena itu nyamuk Aedes aegypti yang telah menghisap virus dengue
ini menjadi penular (infektif) sepanjang hidupnya. Penularan ini terjadi setiap kali
nyamuk menusuk (menggigit), sebelumnya menghisap darah akan mengeluarkan air
liur melalui saluran alat tusuknya (proboscia), agar darah yang dihisap tidak
membeku. Bersama air liur ini virus Dengue dipindahkan dari nyamuk ke orang lain.
Akibat infeksi dari virus, orang yang kemasukan virus Dengue, akan membentuk zat
anti (antibodi) yang spesifik sesuai dengan tipe virus Dengue yang masuk. Tanda atau
gejala yang timbul ditentukan reaksi antara zat anti di dalam tubuh dengan antigen di
dalam virus Dengue yang baru masuk. Penularan Demam Berdarah Denguedapat

8
terjadi di semua tempat yang terdapat nyamuk penularnya. Menurut teori infeksi
sekunder, seseorang dapat terserang Demam Berdarah Dengue, jika mendapat infeksi
ulangan dengan virus dengue tipe yang berlainan dengan infeksi sebelumnya. Infeksi
dengan satu tipe virus Dengue saja, paling berat hanya akan menimbulkan demam
dengue disertai pendarahan (Dinkes Provinsi Jateng, 2006: 25).

Tempat potensial untuk terjadi penularan DBD adalah:

1) Wilayah yang banyak kasus DBD (rawan/endemis)


2) Tempat-tempat umum merupakan tempat “berkumpulnya” orang-orang yang
datang dari berbagai wilayah sehingga kemungkinan terjadinya pertukaran
beberapa tipe virus dengue cukup besar.

Tempat-tempat umum itu antara lain:

a. Sekolah
Anak atau murid sekolah yang berasal dari berbagai wilayah, merupakan
kelompok umur yang paling susceptible untuk terserang penyakit DBD.
b. Rumah Sakit/Puskesmas dan sarana pelayanan kesehatan lainnya:
Orang datang dari berbagai wilayah dan kemungkinan di antaranya adalah
penderita DBD, demam Dengue atau “carrier” virus Dengue.
c. Tempat umum lainnya, seperti: hotel, pertokoan, pasar, restoran, tempat
ibadah, dan lain-lain.
3) Pemukiman baru di pinggir kota:
Karena di lokasi ini, penduduk umumnya berasal dari berbagai wilayah,
maka kemungkinan di antaranya terdapat penderita atau “carrier” yang membawa
tipe virus Dengue yang berlainan dari masing-masing lokasi asal (Depkes RI,
1992: 3)

2.1.4 Patogenesis
Patogenesis DBD masih merupakan masalah yang kontroversial. Teori yang
banyak dianut pada DBD adalah hipotesis infeksi sekunder yang menyatakan bahwa
secara tidak langsung pasien yang mengalami infeksi kedua kalinya dengan serotype
virus dengue yang heterolog, mempunyai risiko yang lebih besar untuk menderita

9
DBD. Antibodi heterolog yang telah ada sebelumnya akan mengenai virus lain akan
menginfeksi kemudian membentuk kompleks antigen antibodi yang kemudian
berkaitan dengan reseptor dari membran sel lekosit terutama makrofag.

2.1.5 Tanda dan Gejala


a. Demam
Penyakit ini didahului oleh demam tinggi yang mendadak, terus menerus
berlangsung 2-7 hari. Panas dapat turun pada hari ke-3 yang kemudian naik lagi,
dan pada hari ke-6 atau ke-7 panas mendadak turun.
b. Tanda-tanda perdarahan
Perdarahan ini terjadi di semua organ. Bentuk perdarahan dapat hanya
berupa uji Tourniquet (Rumple Leede) positif atau dalam bentuk satu atau lebih
manifestasi perdarahan sebagai berikut: Petekie, Purpura, Ekimosis, Perdarahan
konjungtiva, Epistaksis, Pendarahan gusi, Hematemesis, Melena dan Hematuri.
Uji Tourniquet positif sebagai tanda perdarahan ringan, dapat dinilai
sebagai presumptif test (dugaan keras) oleh karena uji Tourniquest positif pada
hari-hari pertama demam terdapat pada sebagian besar penderita DBD. Namun uji
Tourniquet positif dapat juga dijumpai pada penyakit virus lain (campak, demam
chikungunya), infeksi bakteri (thypus abdominalis) dan lain-lain.
Petekie merupakan tanda pendarahan yang tersering ditemukan. Tanda ini
dapat muncul pada hari-hari pertama demam. Epistaksis dan perdarahan gusi lebih
jarang ditemukan, sedangkan perdarahan gastrointestinal biasanya menyertai
renjatan. Kadang-kadang dijumpai pula perdarahan konjungtiva serta hematuri.
c. Pembesaran hati (hepatomegali)
Sifat pembesaran hati:
 Pembesaran hati pada umumnya dapat ditemukan pada permulaan penyakit
 Pembesaran hati tidak sejajar dengan beratnya penyakit
 Nyeri tekan sering ditemukan tanpa disertai ikterus
d. Renjatan (syok)
Tanda-tanda renjatan:
 Kulit terasa dingin dan lembab terutama pada ujung hidung, jari tangan dan
kaki

10
 Penderita menjadi gelisah
 Sianosis di sekitar mulut
 Nadi cepat, lemah, kecil sampai tak teraba
 Tekanan nadi menurun, sistolik menurun sampai 80 mmHg atau kurang

Sebab renjatan: karena perdarahan, atau karena kebocoran plasma ke daerah ekstra
vaskuler melalui kapiler yang terganggu.

e. Trombositopeni
Jumlah trombosit ≤ 100.000/μl biasanya ditemukan diantara hari ke 3-7
sakit, pemeriksaan trombosit perlu diulang sampai terbukti bahwa jumlah
trombosit dalam batas normal menurun. Pemeriksaan dilakukan pada saat pasien
diduga menderita DBD, bila normal maka diulang tiga hari sampai suhu turun.
f. Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit)
Meningkatnya nilai hematokrit (Ht) ≥20% menggambarkan
hemokonsentrasi selalu dijumpai pada DBD, merupakan indikator yang peka
terjadinya perembesan plasma, sehingga dilakukan pemeriksaan hematokrit secara
berkala. Pada umumnya penurunan trombosit mendahului peningkatan hematocrit
(Depkes RI, 2005: 2).

2.1.6 Diagnosis
Diagnosa DBD berdasarkan kriteria diagnosis menurut WHO tahun 1997,
terdiri dari kriteria klinis dan laboratoris.
a. Kriteria klinis
 Demam tinggi mendadak, tanpa sebab jelas, berlangsung terus menerus
selama 2-7 hari
 Terdapat manifestasi perdarahan ditandai dengan:
o Uji tourniquest positif
o Ptechiae, echimosis, purpura
o Perdarahan mukosa, epistaxis, perdarahan gusi
o Hematemesis atau melena
 Pembesaran hati
 Syok

11
Syok, ditandai nadi cepat dan melemah serta penurunan tekanan nadi,
hipotensi, kaki, dan tangan dingin, kulit lembab, dan pasien tampak gelisah

b. Kriteria Laboratoris
 Trombositopenia (≤ 100.000/μl)
 Hemokonsentrasi, dilihat dari peningkatan hematokrit ≥ 20%.

Dua kriteria klinis pertama ditambah trombositopenia dan hemokonsentrasi


atau peningkatan hematokrit cukup untuk menegakkan diagnosis kilinis DBD. Efusi
pleura dan hipoalbuminemia dapat memperkuat diagnosis terutama pada pasien
anemia dan atau terjadi perdarahan. Pada kasus syok peningkatan hematokrit dan
adanya trombositopenia mendukung diagnosis DBD.

 Pemeriksaan Serologis
Saat uji serologis yang biasa dipakai untuk menentukan adanya infeksi
virus dengue, yaitu uji Hemaglutinasi Inhibisi (HI) dan ELISA (IgM/IgM)
(Depkes RI, 2005: 10).

Derajat penyakit DBD diklasifikasikan dalam 4 derajat :

1. Derajat 1: Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi


perdarahan adalah uji torniquet
2. Derajat II: Seperti derajat I, disertai perdarahan spontan di kulit dan perdarahan
lain
3. Derajat III: Didapatkan kegagalan sirkulasi yaitu nadi cepat dan lembut, tekanan
nadi menurun (20 mmHg tau kurang) atau hipotensi, sianosis di sekitar mulut,
kulit dingin dan lembab dan anak tampak gelisah
4. Derajat IV: Syok berat, nadi tidak dapat diraba dan tekanan darah tidak terukur

Adanya trombositopenia disertai hemokonsentrasi membedakan DBD derajat


I/II dengan demam dengue. Pembagian derajat penyakit dapat juga dipergunakan
untuk kasus dewasa.

12
2.1.7 Penatalaksanaan
a. Tatalaksana DBD pada anak:
Tatalaksana DBD bersifat simptomatik dan suportif yaitu pemberian cairan
oral untuk mencegah dehidrasi.Pasien perlu diberikan minum 50 ml/kg BB dalam
4-6 jam pertama. Setelah keadaan dehidrasi dapat teratasi diberikan cairan rumatan
80-100 ml/ kgBB dalam 24 jam berikutnya. Apabila cairan oral tidak dapat
diberikan karena tidak mau minum, muntah atau nyeri perut yang hebat, maka
diberikan cairan intravena. Bayi yang masih minum ASI tetap harus diberikan
disamping larutan oralit.
Pada derajat I dan II, cairan intravena dapat dapat diberikan selama 12-24
jam. Perhatian khusus dengan peningkatan hematokrit yang terus menurus dan
penurunan jumlah trombosit < 50.000/ μl. Parasetamol direkomendasikan untuk
mempertahankan suhu di bawah 39ºC denan dosis 10-15 mg/kgBB/kali.

b. Tatalaksana DBD pada Pasien dewasa


Tatalaksana ini didasarkan atas protokol yang terbagi atas 5 kategori yaitu:
1) Observasi dan pemberian cairan penderita DBD dewasa di UGD. Penderita
yang dicurigai menderita DBD dengan hasil Hb, Ht dan trombosit dalam batas
normal dapat dipulangkan dengan anjuran krmbali kontrol ke poliklinik dalam
waktu 24 jam berikutnya atau bila keadaan memburuk. Sedangkan Penderita
dirawat bila didapatkan hasil Hb, Ht dalam batas`normal dengan jumlah
trombosit kurang dari 100.000/mm³ atau Hb,Ht meningkat dengan jumlah
trombosit kurang dari 150 000/ mm³ diberikan infus Ringer Laktat 500 cc
dalam empat jam, selanjutnya dilakukan observasi ulang.
2) Observasi dan pemberian cairan penderita DBD dewasa tanpa perdarahan
masif dan tanpa syok di ruang rawat. Cairan Ringer Laktat dapat diberikan
dengan jumlah cairan yang diberikan dengan perkiraan selama 24 jam
penderita mengalami dehidrasi sedang, maka penderita dengan berat sekitar
50-70 kg diberikan Ringer Laktat sebanyak 3000 cc selama 24 jam, bila BB<
50 kg diberi cairan sebanyak 2000 cc/24 jam dan bila BB> 70 kg diberi cairan
sebanyak 4000 cc/24 jam.

13
3) Observasi dan pemberian cairan DBD dewasa dengan perdarahan spontan dan
masif, tanpa syok di ruang rawat. Pada keadaan ini jumlah cairan Ringer laktat
tetap seperti keadaan DBD tanpa syok lainnya sebanyak 500 cc setiap 4 jam.
Dan dilakukan pemeriksaan laboratorium penunjang tiap 4 – 6 jam
4) Observasi dan pemberian cairan penderita DBD dewasa dengan syok dan
perdarahan spontan. Pada kasus ini Ringer Laktat diberikan sebanyak 20
cc/kgBB/jam yang dievaluasi selama 30-120 menit, apabila syok sudah teratasi
maka pemberian cairan selanjutnya sebanyak 500 cc/4 jam.
5) Observasi dan pemberian cairan DBD dewasa dengan syok tanpa perdarahan.
Pada prinsipnya sama dengan protokol 4 hanya pemeriksaan klinis maupun lab
perlu dilakukan lebih teliti untuk menemukan kemungkinan adanya perdarahan
tersembunyi.

2.1.8 Pencegahan
Penyakit DBD belum dapat dicegah dengan imunisasi. Satu-satunya cara
mencegah demam berdarah hanya dengan membasmi nyamuk kebun, nyamuk
pembawa virus demam berdarah, karena membunuh virusnya kita belum bisa
(Handrawan Nadesul, 1998: 25).

2.1.8.1 Pemberantasan Nyamuk Dewasa

Pemberantasan nyamuk dewasa dilakukan dengan cara penyemprotan


(pengasapan/pengabutan=fogging) dengan insektisida. Insektisida yang dapat
digunakan antara lain insektisida golongan:

a. Organophospate, misalnya: malathion


b. Pyretroid sintetic, misalnya lamda sihalotrin, cypermetrin, alfamethrin
c. Carbamat

Alat yang digunakan untuk menyemprot adalah mesin fogging atau mesin
ULV dan penyemprotan dengan cara pengasapan tidak mempunyai efek residu.
Untuk membatasi penularan virus dengue penyemprotan dilakukan dua siklus
dengan interval 1 minggu. Pada penyemprotan siklus pertama, semua nyamuk
yang mengandung virus dengue (nyamuk infektif) dan nyamuk-nyamuk lainnya

14
akan mati. Tetapi akan segera muncul nyamuk-nyamuk baru diantaranya akan
mengisap darah penderita viremia yang masih ada yang dapat menimbulkan
terjadinya penularan kembali. Oleh karena itu perlu dilakukan penyemprotan
siklus kedua. Penyemprotan yang kedua dilakukan satu minggu sesudah
penyemprotan yang pertama agar nyamuk baru yang infektif tersebut akan
terbasmi sebelum sempat menularkan pada orang lain (Depkes RI, 2005: 13).

2.1.8.2 Pemberantasan Jentik Nyamuk

Pemberantasan jentik Aedes aegypti yang dikenal dengan istilah


Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah (PSN DBD).

1) Fisik

Menurut Erik Tapan (2004: 92), untuk mencegah dan membatasi


penyebaran penyakit Demam Berdarah, setiap keluarga perlu melakukan
Pemberantasan Demam Berdarah Dengue (PSN-DBD) dengan cara “3M” yaitu:

a. Menguras dengan menyikat dinding tempat penampungan air (tempayan,


drum, bak mandi, dan lain-lain) atau menaburkan bubuk abate/altosid
bila tempat-tempat tersebut tidak bisa dikuras
b. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air agar nyamuk tidak dapat
masuk dan berkembang biak di dalamnya
c. Mengubur/membuang barang-barang bekas yang dapat menampung air
hujan misalnya ban bekas, kaleng bekas, tempat minuman mineral dan
lain-lain

Gerakan 3 M Plus adalah kegiatan yang dilakukan serentak oleh seluruh


masyarakat untuk memutuskan rantai kehidupan (daur hidup) nyamuk Aedes
aegypti penular penyakit. Daur hidup nyamuk Aedes aegypti terdiri dari telur,
jentik, kepompong hidup dalam air yang tidak beralaskan tanah dan akan mati
bila airnya dibuang. Agar telur, jentik dan kepompong tersebut tidak menjadi
nyamuk, maka perlu dilakukan : 3M Plus” secara teratur sekurang-kurangnya
seminggu sekali dengan gerakan “3M Plus”.

15
2) Kimia

Cara memberantas jentik Aedes aegypti dengan menggunakan insektisida


pembasmi jentik (larvasida) ini antara lain dikenal istilah larvasidasi. Larvasida
yang biasa digunakan antara lain adalah temephos. Formulasi temephos yang
digunakan adalah granules (sand granules). Dosis yang digunakan 1 ppm tau 10
gram (± 1 sendok makan rata) untuk setiap 100 liter air. Larvasida dengan
temephos ini mempunyai efek residu 3 bulan. Selain itu dapat pula digunakan
golongan insect growth regulator.

3) Biologi

Misalnya memelihara ikan pemakan jentik (ikan kepala timah, ikan


gupi, ikan cupang/tempalo dan lain-lain). Dapat juga digunakan Bacillus
thuringensisvar, Israeliensis (Bti) (Depkes RI, 2005: 14).

2.1.8.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penularan Demam Berdarah


Dengue

Faktor-faktor yang terkait dalam penularan DBD yaitu: virus Dengue,


nyamuk Aedes, host manusia, dan lingkungan (fisik dan biologi).

1) Virus Dengue
Termasuk dalam flavivirus group dari famili Togaviridae, ada 4 serotype yaitu
Dengue 1, Dengue 2, Dengue 3, Dengue 4. Virus ini terdapat dalam darah
penderita 1-2 hari sebelum demam. Virus ini tersebut berada dalam darah
(Viremia) penderita selama masa periode intrinsik 3-14 hari (rata-rata 4-7
hari). Pada suhu 300 C, di dalam tubuh nyamuk Aedes aegypti memerlukan
waktu 8-10 hari untuk menyelesaikan masa inkubasi ektrinsik dari lambung
sampai ke kelenjar ludah nyamuk.

2) Nyamuk Aedes
Virus Dengue ditularkan dari orang sakit ke orang sehat melalui gigitan
nyamuk Aedes dari subgenus Stegomya. Di Indonesia ada tiga jenis nyamuk

16
Aedes yang bisa menularkan virus dengue yaitu: Aedes aegypti, Aedes
albopictus, dan Aedes scutellaris. Dari ketiga jenis nyamuk tersebut Aedes
aegypti lebih berperan dalam penularan penyakit DBD. Nyamuk ini banyak
ditemukan di dalam rumah atau bangunan dan tempat perindukannya juga
lebih banyak terdapat di dalam rumah.

3) Faktor Manusia
Sebagai sumber penularan dan sebagai penderita penyakit DBD. Berdasarkan
golongan umur maka penderita DBD lebih banyak pada golongan umur kurang
dari 15 tahun.

Faktor-faktor yang terkait dalam penularan DBD pada manusia adalah:

a. Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhdap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau
kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk
tindakan seseorang (over behaviour). Perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih baik daripada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan, biasanya pengetahuan seseorang diperoleh dari pengalaman
yang berasal dari berbagai macam sumber (Soekidjo Notoatmodjo, 2003:
121).
b. Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup
terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan
korelasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam
kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap
stimulus sosial yang dapat diukur dalam bentuk baik dan buruk atau positif
dan negatif. Sikap seseorang adalah komponen yang sangat penting dalam
perilaku kesehatannya yang kemudian diasumsikan bahwa ada hubungan
langsung antara sikap dan perilaku seseorang (Soekidjo Notoatmodjo,
1997: 131). Kalau rajin dan senang akan kebersihan dan cepat tanggap

17
dalam masalah kan mengurangi risiko menderita penyakit DBD (Depkes
RI, 2002: 2).
c. Sosial Budaya
Lingkungan sosial dan budaya merupakan lingkungan yang bersifat
dinamis dan cukup pelik. Suatu lingkungan sosial sosial tertentu tidak
begitu saja memberi pengaruh yang sama kepada semua orang. Kebiasaaan
sosial mungkin akan memberikan pengaruh terhadap kesehatan (Mukono,
2000: 12).
d. Pendidikan
Tingkat pendidikan mempengaruhi cara berpikir dalam penerimaan
penyuluhan dan cara pemberantasan DBD yang dilakukan.
e. Status Ekonomi
Akan mempengaruhi kunjungan untuk berobat ke Puskesmas atau Rumah
Sakit.
f. Suku bangsa
Tiap suku bangsa mempunyai kebiasaannya masing-masing sehingga hal
ini juga mempengaruhi penularan DBD.
g. Daya tahan Tubuh (Imunitas)
Daya tahan tubuh adalah sistem pertahanan tubuh dari benda asing yang
masuk dalam tubuh baik itu virus ataupun bakteri. Makin kuatnya daya
tahan tubuh seseorang dapat menghambat perkembangan virus DBD dalam
tubuh. (Depkes RI, 2002: 2)
h. Umur
Golongan umur akan mempengaruhi peluang terjadinya penularan
penyakit. Lebih banyak golongan umur kurang dari 15 tahun berarti
peluang untuk sakit DBD lebih besar (Depkes RI, 2002: 2).
i. Pelayanan Kesehatan
Secara umum pelayanan kesehatan masyarakat merupakan sub pelayanan
kesehatan yang tujuan utamanya adalah pelayanan preventif (pencegahan)
dan promotif (peningkatan kesehatan) dan pelayanan kuratif (pengobatan)
untuk meningkatkan derajat kesehatan dengan sasaran masyarakat
(Soekidjo Notoatmodjo, 1997: 89).

18
4) Lingkungan Fisik
Lingkungan fisik yang terkait adalah: macam tempat penampungan air
(TPA) sebagai tempat perindukan nyamuk Aedes aegypti. Macam tempat
penampungan air air ini dibedakan lagi berdasarkan bahan TPA (logam,
plastik, porselin, fiberglass, semen, tembikar dan lain-lain), warna TPA (putih,
hijau, coklat, dan lain-lain), volume TPA (kurang dari 50 lt, 51-100 lt, 101-200
lt dan lain-lain), penutup TPA (ada atau tidak ada), pencahayaan pada TPA
(terang atau gelap) dan sebagainya.

5) Lingkungan Biologi
Banyaknya tanaman hias dan tanaman pekarangan, yang
mempengaruhi kelembababan dan pencahayaan di dalam rumah dan
halamannya. Bila banyak tanaman hias dan tanaman pekarangan berarti akan
menambah tempat yang disenangi nyamuk untuk hinggap istirahat dan juga
menambah umur nyamuk. Pada tempat-tempat yang demikian di daerah pantai
akan memperpanjang umur nyamuk dan penularan mungkin terjadi sepanjang
tahun di tempat tersebut. Hal-hal ini seperti merupakan fokus penularan untuk
tempat-tempat sekitarnya. Pada waktu musim hujan menyebar ke tempat lain
dan pada saat bukan musim hujan kembali lagi ke pusat penularan (Depkes RI,
2002: 1).

19
Faktor-faktor yang terkait dalam penularan DBD dapat digambarkan
sebagai berikut :

Subsistem nyamuk menjadi vektor DBD (Sumber : Depkes RI, 2002: 4).

2.2 Perilaku Kesehatan

Perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap stimulus


atau obyek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, system pelayanan kesehatan,
makanan dan minuman, serta lingkungan (Soekidjo Notoatmodjo, 2003: 117).

Perilaku sehat adalah pengetahuan, sikap dan tindakan proaktif untuk memelihara
dan mencegah resiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit (Depkes
RI, 2002: 3).

Seorang ahli kesehatan Becker (Soekidjo Notoatmodjo, 2003: 118)


mengklasifikasikan perilaku kesehatan yaitu :

1) Perilaku hidup sehat


Perilaku hidup sehat adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya
atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya.
2) Perilaku sakit (illness behavior)
Perilaku sakit ini mencakup respons seseorang terhadap sakit dan penyakit,
persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang: penyebab dan gejala penyakit,
pengobatan penyakit dan sebagainya.
3) Perilaku peran sakit (the sick role behavior)

20
Dari segi sosiologi, orang sakit (pasien) mempunyai peran yang mencakup
semua hak-hak orang sakit (right) dan kewajiban sebagai orang sakit (obligation).
Hak dan kewajiban ini harus diketahui oleh orang sakit sendiri maupun orang lain
(terutama keluarga) yang selanjutnya disebut perilaku peran orang sakit (the sick
role). Perilaku ini meliputi:
a. Tindakan untuk memperoleh kesembuhan.
b. Mengenal/mengetahui fasilitas atau sarana pelayanan/penyembuhan penyakit
yang layak.
Mengetahui hak (misalnya: hak memperoleh perawatan, memperoleh
pelayanan kesehatan, dan sebagainya) dan kewajiban orang sakit (memberitahukan
penyakitnya kepada orang lain terutama kepada dokter/petugas kesehatan, tidak
menularkan penyakitnya kepada orang lain, dan sebagainya).

Perilaku kesehatan yang mempengaruhi Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah:

a. Membersihkan tempat penampungan air seminggu sekali


Seperti air di vas bunga, air tempat minum burung.
b. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air
Seperti tempayan, bak mandi, dan tempat penempungan air bersih yang
memungkinkan tempat berkembang biak nyamuk, hendaknya ditutup rapat-rapat.
c. Menguras tempat penampungan air sekurang-kurangnya 1 minggu sekali
Seperti bak mandi, tempayan, dan tempat penampungan air bersih, hendaknya
dikuras maksimal 1 minggu sekali.
d. Mengubur Barang-barang bekas bekas
Barang-barang yang memungkinkan air tergenang seperti ban bekas,
kaleng-kaleng bekas, plastik bekas, tempurung kelapa (Depkes RI, 1995: 15).
e. Membuang sampah pada tempatnya atau membakarnya
Seperti plastik bekas air mineral, potongan bambu, tempurung kelapa dan lain-lain,
yang dapat menampung air hujan hendaknya dibuang di tempat sampah dan
segeralah membakarnya.
f. Menggantung pakaian

21
Faktor risiko tertular penyakit demam berdarah adalah rumah atau lingkungan
dengan baju atau pakaian bergantungan yang disukai nyamuk untuk beristirahat
(Dinkes Jateng, 2004: 5).
g. Memakai kelambu
Orang yang tinggal di daerah endemis dan sedang wabah demam berdarah sebaiknya
waktu tidur memakai kelambu. Terutama waktu tidur siang hari, karena nyamuk
Aedes aegypti menggigit pada siang hari.
h. Memakai lotion anti nyamuk
Pada waktu tidur lengan dan kaki dibaluri minyak sereh atau minyak anti nyamuk
agar terhindar dari gigitan nyamuk Aedes aegypti (Handrawan Nadesul, 1998: 32).
i. Menaburkan bubuk abate
Satu sendok makan (± 10 gram) untuk 100 liter air (Depkes RI, 1995: 16). Obat abate
ini mirip dengan garam dapur. Bubuk abate ditaburkan ke dalam wadah-wadah air di
dalam rumah. Setelah ditaburkan obat ini kan membuat lapisan pada dinding wadah
yang ditaburi obat ini. Lapisan ini bertahan sampai beberapa bulan kalau tidak disikat
(Handrawan Nadesul, 1998: 29).
j. Memelihara ikan pemakan jentik
Misalnya memelihara ikan pemakan jentik (ikan kepala timah, ikan gupi, ikan
cupang/tempalo dan lain-lain) (Depkes RI, 2005: 14).

22
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Perencanaan Konsep Kegiatan


3.1.1. Survey Jumlah Penderita DBD
Survey jumlah penderita DBD berdasarkan data yang terlapor ke Dinas
Kesehatan Kabupaten Kuningan di Desa Cidahu.

3.1.2. Survey Jentik Nyamuk


Survey dilaksanakan dengan cara melakukan kunjungan ke rumah-rumah yang
ada di Desa Cidahu. Dengan melakukan pemeriksaan terhadap penampungan air
seperti bak mandi, air di gentong maupun di ember dan sebagainya yang ada di
dalam rumah.
Penampungan air yang didapatkan adanya jentik nyamuk selajutnya dituliskan
sebagai positif (+) terdapat jentik nyamuk.

3.1.3. Pemberantasan Sarang Nyamuk


3.1.3.1. Melakukan pengasapan / fogging
Setelah dilakukan survey jentik nyamuk, dilakukan pengasapan/fogging
terhadap rumah-rumah yang dicurigai terdapat sarang nyamuk.
Pengasapan/fogging ini bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten
Kuningan.

3.1.3.2. Pembagian bubuk abate


Bubuk abate didapatkan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan yang
kemudian bubuk abate tersebut dibagikan terhadap rumah-rumah yang
belum dilakukan pengasapan/fogging di seluruh wilayah kerja Puskesmas
Cidahu.

23
3.1.4. Penyuluhan
Penyuluhan dilakukan untuk meningkatkan tingkat pengetahuan masyarakat
Desa Cidahu tentang penyakit DBD dan pencegahannya.

3.2. Tempat dan Waktu Kegiatan


3.2.1. Survey Jumlah Penderita DBD
Tempat : Puskesmas Cidahu
Waktu : November 2014

3.2.2. Survey Jentik Nyamuk


Tempat : Desa Cidahu
Waktu : 25 November 2014

3.2.3. Pemberantasan Sarang Nyamuk


3.2.3.1. Pengasapan/Fogging

Tempat : Desa Cidahu

Waktu : 1 Desember 2014

3.2.3.2. Pembagian Bubuk Abate

Tempat : Balai Desa Cidahu dan Puskesmas Cidahu

Waktu : Desember 2014

3.2.4. Penyuluhan
Tempat : Balai Desa Cidahu
Waktu : 5 Desember 2014
Sasaran : Peserta Posyandu Desa Cidahu
Media : Leaflet dan Ceramah

24
BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Profil Komunitas Umum

Nama Puskesmas : UPTD Puskesmas DTP Cidahu

Kabupaten : Kuningan

Dengan/tanpa perawatan : Dengan perawatan

Nama Kepala Puskesmas : Drg. Fahmi Nurdin

4.1.1Data Geografis Wilayah Kerja Puskesmas Cidahu

PETA WILAYAH :

Gambar 2.1.1.1.1
Peta Wilayah Kerja UPTD Puskesmas DTP Cidahu

25
LUAS, BATAS DAN WILAYAH ADMINISTRATIF

a. Luas wilayah :

Lada
Penga Hutan
sawa Pekaran kebun/ ng/ Hutan Perkeb Kola Lain -
No Desa ngona Negar Jumlah
h gan Tegalan Hum Rakyat unan m Lain
n a
a

Cihideunggiran 132.86
46 39.881 19.904 5 0 3.1 0 12 1.2 5.782
1 g 7

251.87
22 69.74 131.338 6 0 5.2 0 10 1 6.598
2 Cihideung hilir 6

257.45
56 28.11 89.29 4 0 7.2 0 5 1 7.853
3 Nanggela 3

168.30
41 24.596 29.812 5 0 2.45 0 22 0.5 2.187
4 Cidahu 7

131.52
25 17.44 4.192 5 0 14.05 0 36.4 0.5 4.97
5 Kertawinangun 2

21.08 262.27
54 21.5 65.69 5 5.05 4 0 30 1
6 Datar 9 5

275.62
30 7.261 187.639 4 1.5 6.25 0 6 0 2.24
7 Bunder 6

23.87 664.41
104 37.908 271.931 5 21 32.1 0 64 0
8 Cieurih 6 8

579.99
108 38.47 46.329 7 20 8.6 15000 75 0 18.6
9 Cibulan 7

10.62
101 45.308 101 8 2.75 18.55 0 84.135 0 371.37
10 Legok 7

168.97
29 16.831 81.145 1 0 6 0 24 0 11
11 Cikeusik 6

313.1 478.13
40 24.5 32.548 8 0 48.75 6 0 5.15
12 Jatimulya 85 3

463.1 173.1 3764.8


656 371.545 1405.79 63 50.3 156.25 400.4 5.2
Jumlah Kec. Cidahu 85 5 2

Sumber data: UPT BP3K Cidahu 2014

26
b. Batas-Batas

1. Sebelah utara : Kab. Cirebon

2. Sebelah Timur : Kab. Cirebon

3. Sebelah Barat : Kec.Kalimanggis

4. Sebelah Selatan : Kecamatan Luragung

c. Jumlah Desa dan Wilayah Administrasi

Jumlah Desa pada wilayah kerja Puskesmas Cidahu berjumlah 12 desa yang terdiri dari :

- Desa Cihidenggirang - Desa Datar

- Desa Cihideunghilir - Desa Bunder

- Desa Nanggela - Desa Cieurih

- Desa Cidahu - Desa Cibulan

- Desa Kertawinangun - Desa Legok

- Desa Cikeusik - Desa Jatimulya

2.1.1.2 Kependudukan / Demografi

1) Komposisi dan Jumlah Penduduk

Kecamatan Cidahu pada tahun 2014 mempunyai Jumlah penduduk sebanyak 44.179 orang,
terdiri dari 22.832 laki-laki dan 21.347 orang perempuan, dengan jumlah KK sebanyak
12.472 KK. kepadatan penduduk di kecamatan Cidahu 11,74 jiwa/Km2. Jumlah Penduduk
menurut golongan umur dan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut ini.

27
Tabel 2.1.1.2.1.1
Jumlah Penduduk Laki-laki Berdasarkan Kelompok Umur
UPTD Puskesmas Cidahu

KELOMPOK UMUR

25-
No DESA / KEL. 10- 15- 20- 30- 35- 45- 50- 55- 60-
0-4 5-9 29 40-44 65
14 19 24 34 39 49 54 59 64
Th Th Th Th
Th Th Th Th Th Th Th Th Th
Th

1 2 3 4 5 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

Cihideunggiran
1 g 188 207 215 255 217 180 183 129 90 92 90 80 73 157

2 Cihideung hilir 354 365 448 307 279 282 228 262 269 187 227 261 221 665

3 Nanggela 218 216 233 211 192 170 159 161 141 70 54 49 34 75

4 Cidahu 123 201 277 173 175 163 138 147 95 96 73 39 39 90

5 Kertawinangun 114 135 133 126 111 123 124 95 92 110 55 35 37 83

6 Datar 75 58 221 158 220 167 171 154 125 168 124 68 52 28

7 Bunder 95 86 85 94 52 46 43 49 31 40 32 38 35 47

8 Cieurih 235 167 138 264 195 302 186 157 154 117 179 112 68 130

9 Cibulan 129 144 151 118 100 98 120 110 119 78 77 75 62 144

10 Legok 190 174 160 150 181 171 187 166 152 135 121 191 198 184

11 Cikeusik 141 147 144 145 90 143 118 107 96 75 64 83 38 52

12 Jatimulya 111 150 150 175 158 163 149 152 150 151 169 162 98 96

168
JUMLAH 1973 2050 2355 2176 1970 2008 1806 1514 1319 1265 1193 955 1751
9

Sumber Data : Bides PKM cdh Tahun 2014

Tabel 2.1.1.2.1.2
Jumlah Penduduk Perempuan Berdasarkan Kelompok Umur
UPTD Puskesmas Cidahu

28
No. DESA / KEL. KELOMPOK UMUR

25- 65+
10- 15- 20- 30- 35- 40- 45- 50- 55- 60-
0-4 5-9 29 Th
14 19 24 34 39 44 49 54 59 64
Th Th
Th Th Th Th Th Th Th Th Th Th
Th

29
1 2 3 4 5 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

30
1 Cihideunggirang 161 254 231 263 188 167 147 117 67 68 62 78 75 157

31
2 Cihideung hilir 317 232 224 183 253 266 272 280 265 261 190 210 134 449

32
3 Nanggela 226 200 200 234 177 168 174 146 107 59 56 41 38 76

33
4 Cidahu 117 200 261 140 134 136 132 165 125 129 85 67 48 112

34
5 Kertawinangun 107 107 103 107 84 126 103 96 102 90 47 38 37 103

35
6 Datar 84 78 238 132 224 232 182 166 130 147 133 78 44 30

36
7 Bunder 74 76 77 87 52 43 52 50 40 48 32 37 37 49

8 Cieurih 198 157 117 255 133 217 178 265 152 136 198 109 43 77

9 Cibulan 144 151 126 116 100 98 115 110 114 112 108 110 107 190

10 Legok 167 149 168 141 131 165 171 171 143 137 108 101 90 208

11 Cikeusik 114 149 148 148 88 151 113 109 99 77 75 81 38 43

12 Jatimulya 126 144 144 155 155 171 149 150 155 148 140 146 144 113

JUMLAH 1835 1897 2037 1961 1719 1940 1788 1825 1499 1412 1234 1096 835 1607

Sumber Data : Bides PKM cdh Tahun 2014

Bila dilihat dari komposisi umurnya, penduduk laki-laki dan Perempuan di Wilayah UPTD Puskesmas DTP Cidahu terbanyak pada
golongan umur muda ( 10- 14 ). Kelompok umur tersebut merupakan beban ekonomi bagi kelompok usia produktif. Hal ini akan berpengaruh
pada tingkat pemeliharaan kesehatan masyarakatnya. Semakin banyak tanggungan keluarga semakin besar pula beban yang dipikul oleh
masyarakat. Tapi hal ini pengaruhnya tidak sebesar pada penduduk laki-laki karena laki-laki merupakan tulang punggung keluarga.

Tabel. 2.1.1.2.1.3

Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin

UPTD Puskesmas DTP Cidahu

Tahun 2014

37
No KELOMPOK UMUR JUMLAH PENDUDUK

(TAHUN) LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI + PEREMPUAN

1. 0–4 1973 1835 3808

2. 5–9 2050 1897 3947

3. 10 – 14 2355 2037 4392

4. 15 – 19 2176 1961 4137

5. 20 – 24 1970 1719 3689

6. 25 – 29 2008 1940 3948

7. 30 – 34 1806 1788 3594

8. 35 – 39 1689 1825 3514

9. 40 – 44 1514 1499 3013

10. 45 – 49 1319 1412 2731

11. 50 – 54 1265 1234 2499

12. 55 – 59 1193 1096 2289

13. 60 – 64 955 835 1790

14. 65 – 69 848 684 1532

15. 70 – 74 618 579 1197

16. 75 + 369 436 805

JUMLAH (PUSKESMAS) 24108 22777 46885

Sumber Data : Data Real Bides PKM cdh Tahun 2014

2) Kepadatan Penduduk
Dibahas kepadatan penduduk dan persebarannya serta akibat/dampak dari
kepadatan persebaran tersebut.

Tabel 2.1.1.2.2.1

38
Luas Wilayah, Jumlah dan Persebaran Penduduk

Di Wilayah UPTD Puskesmas DTP Cidahu Tahun 2014

JUMLAH PENDUDUK JUMLAH


LUAS RATA-RATA KEPADATAN
No. DESA/ KEL
WILAY JIWA/RUMAH PENDUDUK
RUMAH
AH TANGGA (KM2)
(KM2) LAKI- PEREMP JML TANGGA

LAKI UAN

Cihideunggiran 132.867 1997 1857 3854 871 4,42 0,03


1
g

2 Cihideung hilir 273.846 3782 3235 7017 1442 4,87 0,03

3 Nanggela 257.453 1855 1780 3635 904 4,02 0,01

4 Cidahu 168.307 2030 1866 3896 672 5,80 0,02

5 Kertawinangun 131.522 1473 1326 2799 674 4,15 0,02

6 Datar 262.275 1823 1820 3643 826 4,41 0,01

7 Bunder 275.626 796 784 1580 355 4,45 0,01

8 Cieurih 664.418 2261 2152 4413 802 5,50 0,01

9 Cibulan 579.997 1560 1455 3015 812 3,71 0,01

10 Legok 371.37 1883 1807 3690 831 4,44 0,10

11 Cikeusik 168.976 1618 1527 3145 621 5,06 0,02

12 Jatimulya 478.133 1754 1738 3492 836 4,18 0,01

JUMLAH 3.764.6 228832 21347 44179 9646 4,58 0.03

Sumber : Data PKM Cdh Tahun 2014

3) Sosial Ekonomi
a).Penduduk Tercakup Jaminan Kesehatan Nasional

Jumlah penduduk yang tercakup Jaminan Kesehatan Nasional di wilayah UPTD


puskesmas tahun 2014

39
Tabel 2.1.1.2.3.1

Jumlah Penduduk, Penduduk di Cakup BPJS

Di UPTD Puskesmas DTP Cidahu Tahun 2014

Sasaran
% Penduduk di
No Nama Puskesmas Jml Penduduk Total Peserta
cakup BPJS
PBI ASKES Mandiri

1 Cidahu 44.179 19.965 804 1670 22.497 50,92

Sumber : Data PKM Cdh Tahun 2014

b). Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan penduduk di wilayah kerja puskesmas dapat terlihat pada


tabel di bawah ini

Tabel 2.1.1.2.3.2
Jumlah Penduduk Laki-Laki Menurut Tingkat Pendidikan Yang Ditamatkan
Di UPTD Puskesmas DTP Cidahu Tahun 2014

JUMLAH PENDUDUK

LAKI – LAKI
NO DESA/ KEL
PERGURU
PRA DIPLOM AKADE
SD SLTP SLTA AN JML
SD A MI
TINGGI

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 Cihideunggirang 271 1233 272 141 17 11 13 2196

2 Cihideung hilir 354 461 230 159 20 20 40 1284

3 Nanggela 238 626 277 69 10 0 9 1329

4 Cidahu 35 360 135 68 5 3 14 820

5 Kertawinangun 63 606 195 122 7 29 23 936

6 Datar 126 999 305 320 7 3 5 1765

7 Bunder 35 371 125 60 5 3 13 612

8 Cieurih 0 1274 312 201 17 12 24 1840

9 Cibulan 136 140 35 15 4 3 1 334

10 Legok 499 1030 401 260 7 5 15 2232

40
11 Cikeusik 143 947 208 122 2 0 20 1299

12 Jatimulya 1477 300 149 101 5 0 8 2040

JUMLAH 3377 8347 2644 1638 106 89 185 16687

Sumber : Data PKM Cdh Tahun 2014

Tabel 2.1.1.2.3.3
Jumlah Penduduk Perempuan Menurut Tingkat Pendidikan Yang Ditamatkan
Di UPTD Puskesmas DTP Cidahu Tahun 2014

JUMLAH PENDUDUK

PEREMPUAN
NO DESA/ KEL
PRA DIPLOM PERGURUAN
SD SLTP SLTA AKADEMI JML
SD A TINGGI

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 Cihideunggirang 573 1008 289 155 21 18 24 2121

2 Cihideung hilir 317 527 223 160 30 25 20 1302

3 Nanggela 265 641 290 75 8 0 7 1286

4 Cidahu 35 450 130 70 2 2 5 694

5 Kertawinangun 68 557 186 118 5 25 15 909

6 Datar 231 916 420 331 10 6 8 1922

7 Bunder 45 372 115 61 3 4 7 607

8 Cieurih 0 1291 275 152 11 9 10 1748

9 Cibulan 154 138 36 20 3 1 1 350

10 Legok 447 1003 387 250 4 3 18 2050

41
11 Cikeusik 520 634 160 197 8 1 10 909

12 Jatimulya 1410 368 151 106 8 0 4 2047

JUMLAH 4065 7905 2662 1695 113 94 129 15945

Sumber : Data PKM Cdh Tahun 2014

Tabel 2.1.1.2.3.3

Jumlah Penduduk Usia 10 Tahun Keatas

Menurut Tingkat Pendidikan Yang Ditamatkan

Di Wilayah UPTD Puskesmas DTP Cidahu

Tahun 2014

2010 2011 2012 2013 2014


PENDIDIKAN YANG JENIS
DITAMATKAN KELAMIN
JML % JML % JML % JML % JML %

LAKI-LAKI 915 1.96 929 2.7

TIDAK/BELUM PERNAH
PEREMPUAN 1289 2.76 1412 3.8
SEKOLAH

JUMLAH 2312 5,29 3994 0,09 4118 8,88 5427 11.60 5550 12.3

LAKI-LAKI 736 1.57 859 2.05

TIDAK/BELUM TAMAT
PEREMPUAN 773 1.65 896 2,41
SD

JUMLAH 2.471 5,66 5.383 0,12 5550 12 3737 7.99 3860 8.92

LAKI-LAKI 2408 5.15 2531 6.32

SD/MI PEREMPUAN 2528 5.40 2651 .44

JUMLAH 10636 24,38 17082 0,38 17607 37,96 6623 14.16 6746 15.75

LAKI-LAKI 537 1.15 562 2.90


SEKOLAH LANJUTAN
TINGKAT PERTAMA PEREMPUAN 558 1.19 583 1.45
(SLTP)
JUMLAH 3336 7,64 4982 0,11 3568 7,69 2499 5.34 2524 7.20

LAKI-LAKI 292 0.62 317 3,2

SEKOLAH LANJUTAN
PEREMPUAN 326 0.70 351 1.89
TINGKAT ATAS (SLTA)

JUMLAH 1936 4,43 3461 0,08 247 0,53 1550 3.31 1575 4.22

42
LAKI-LAKI 21 0.04 46 1.32

AKADEMI PEREMPUAN 16 0.03 41 0.33

JUMLAH 189 0,43 240 0,01 391 0,84 197 0.42 222 0.42

LAKI-LAKI 75 0.16 100 1.99

PERGURUAN
PEREMPUAN 52 0.11 77 1.79
TINGGI/UNIVERSITAS

JUMLAH 220 0,5 379 0,01 450 0,97 218 0.47 243 1.23

Sumber : Data PKM Cdh Tahun 2014

4.2 Data Hasil Survey Penelitian

4.2.1 Data Survey Penderita DBD

Berdasarkan data yang terlaporkan di Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan terdapat 9


orang yang terdiagnosis penderita DBD di Desa Cidahu.

4.2.2 Data Survey Jentik Nyamuk

Dari survey yang dilakukan terhadap rumah yang ada di Desa Cidahu adalah sebagai
berikut :

Jumlah rumah yang (+) (-)


diperiksa
270 44 226
100% 16,3% 83,4%

4.2.3 Pemberantasan Sarang Nyamuk

1. Pembagian bubuk abate :

43
Diberikan masing-masing rumah 1 bungkus bubuk abate sebanyak 10 gram (1 sendok
makan) yang kemudian bungkus tersebut dimasukkan ke dalam bak mandi atau tempat
penampungan air. Untuk semua wilayah kerja Puskesmas Cidahu sebanyak 320
bungkus untuk 320 rumah

2. Fogging (pemberantasan sarang nyamuk)


Dilakukan fogging terhadap 35 rumah di desa Cidahu yang berkerjasama dengan
Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan.

4.2.4 Penyuluhan
Telah dilakukan penyuluhan terhadap peserta Posyandu Desa Cidahu di Balai Desa
Cidahu dengan materi penyuluhan tentang DBD dan pencegahannya.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
a. Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue dimana virus tersebut ditularkan kepada manusia melalui gigitan
nyamuk Aedes aegypti. Penularan dengan nyamuk tersebut dipengaruhi oleh
faktor lingkungan dan perilaku penderita yang mana lingkungan yang menjadi
potensi nyamuk tersebut akan menjadi tempat penularan yang sangat potensial
bagi nyamuk-nyamuk jika menggigit manusia. Perilaku penderita
mempengaruhi keadaan lingkungan yang ditimbulkan perilaku penderita
tersebut.
b. Berdasarkan data yang didapatkan sejumlah penderita DBD di Desa Cidahu
dengan data rumah yang mengandung jentik cukup banyak. Sehingga telah

44
dilakukan penanggulangannya dengan melakukan kegiatan pengasapan/fogging,
pembagian bubuk abate, dan penyuluhan.

5.2. Saran
a. Pelaporan penderita DBD di wilayah kerja Puskesmas Cidahu untuk lebih
ditingkatkan, dikarenakan didapatkan beberapa kasus penderita DBD yang tidak
terlaporkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan.
b. Perlu diadakan survey jentik nyamuk secara rutin sebagai pencegahan terjadinya
DBD, dikarenakan factor cuaca yang turut mempengaruhi keadaan lingkungan
yang menjadi lahan potensial bagi nyamuk DBD.
c. Diperlukan pengasapan/fogging sebanyak 2 siklus. Agar nyamuk-nyamuk Aedes
aegypti khususnya yang mengandung virus dengue benar-benar terbasmi.

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI, Ditjen PPM&PLP. 1999. Demam Berdarah dapat Dicegah Dengan
Pemberantasan Jentik Nyamuknya. Jakarta: Depkes RI.
_______________________. 1995. Menggerakkan Masyarakat PSN-DBD. Jakarta. Depkes
RI.
_______________________. 2002. Pedoman Survei Entomologi DBD. Jakarta. Depkes RI.
_______________________. 2005. Pencegahan dan Pemberantasan Demam Berdarah
Dengue. Jakarta: Depkes RI.
_______________________. 1992. Petunjuk Teknis Pemberantasan Nyamuk Penular
Penyakit DBD. Jakarta. Depkes RI.
Erik Tapan. 2004. Flu, HFMD, Diare pada Pelancong, Malaria, Demam Berdarah, dan
Tifus. Jakarta: Pustaka Populer Obor.

45
Handrawan Nadesul. 1998. Penyebab, Pencegahan, dan Pengobatan Demam Berdarah.
Jakarta: Puspa Swara.
Mukono. 2000. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Surabaya: Airlangga University Press.
Soekidjo Notoatmodjo. 2002. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
__________________. 2003. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
__________________. 1997. Pendidikan dan Kesehatan Perilaku. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Soegeng Soegijanto. 2002. Ilmu Penyakit Anak: Diagnosa & Penatalaksanaan. Jakarta:
Salemba Medika.

Sri Rejeki H Hadinegoro dkk. 2005. Demam Berdarah Dengue. FKUI: Jakarta.

46

Anda mungkin juga menyukai